• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Bod Fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Bod Fix"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL

MODUL : : Analisis Analisis BODBOD PEMBIMBING

PEMBIMBING : : Ir. Ir. Endang Endang Kusumawati Kusumawati MT.MT.

Oleh : Oleh : Kelompok

Kelompok : : III III (Tiga)(Tiga)  Nama

 Nama : 1. Dahliana Alami : 1. Dahliana Alami 141424008141424008 2.

2. Desi Desi Bentang Bentang W W 141424009141424009 3.

3. Dini Dini Oktavianti Oktavianti P P 141424010141424010 4.

4. Elis Elis Sri Sri Wahyuni Wahyuni 141424011141424011 Kelas

Kelas : : 3A-TKPB3A-TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017 2017

Praktikum

Praktikum : : 3 3 Maret Maret 20172017 Penyerahan

Penyerahan : : 10 10 Maret Maret 20172017 (Laporan)

(2)

BAB IV BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1

4.1 Data pengamatanData pengamatan 4.1.1

4.1.1 Pembebasan Reduktor Dari Labu ErlenmeyerPembebasan Reduktor Dari Labu Erlenmeyer

Prosedur

Prosedur Gambar Gambar Hasil Hasil PengamatanPengamatan

Pemanasan Air keran, Pemanasan Air keran, larutan asam sulfat 6 N dan larutan asam sulfat 6 N dan larutan kalium larutan kalium  permanganat.  permanganat. Air Keran : 100 ml Air Keran : 100 ml Asam Sulfat : 5 ml Asam Sulfat : 5 ml Kalium Permanganat : 5 Kalium Permanganat : 5 ml Di panaskan hingga ml Di panaskan hingga mendidih. Warna kalium mendidih. Warna kalium  permanganate tidak hilang  permanganate tidak hilang

4.1.2

4.1.2 Penetapan Angka KMnO4Penetapan Angka KMnO4 Prosedur

Prosedur Gambar Gambar Hasil Hasil PengamatanPengamatan

Dimasukkan 10 mL Dimasukkan 10 mL sampel, 90 mL sampel, 90 mL aquadest, 10 mL aquadest, 10 mL H H22SOSO44 6 N dan 6 N dan dipanaskan sampai dipanaskan sampai terjadi gelembung. terjadi gelembung. Labu Erlenmeyer Labu Erlenmeyer yang digunakan yang digunakan adalah labu yang adalah labu yang telah dibebaskan zat telah dibebaskan zat reduktor.

reduktor.

Penambahan larutan Penambahan larutan KMnO

KMnO44 sebanyak 10 sebanyak 10 mL, dan larutan mL, dan larutan asam oksalat 10 mL asam oksalat 10 mL kemudian kemudian Penambahan asam Penambahan asam oksalat dan larutan oksalat dan larutan kalium kalium  permanganate  permanganate merubah warna merubah warna

(3)

dididihkan. larutan menjadi kuning.

Titrasi kelebihan asam oksalat dengan larutan KMnO4 0.01  N Titrasi dengan larutan kalium  permanganate dihentikan sampai larutan berwarna kuning berubah menjadi tidak  berwarna.

4.1.3. Penetapan Faktor Ketelitian KMnO4 0.01 N

Prosedur Gambar Keterangan

Pada cairan bekas  pemeriksaan di

tambahkan lagi larutan asam oksalat 0.01 N sebanyak 10 mL. kemudian di titrasi dengan larutan KMnO4 0.01 N sampai warna cairan  berubah menjadi

merah muda

Titrasi dengan kalium  permanganate

dihentikan apabila larutan berwarna merah muda. Larutan kalium permanganate yang digunakan dicatat sebagai nilai a mL

(4)

4.1.4. Pembuatan Pengencer

Prosedur Gambar Keterangan

Pemasukkan nutrisi pada aquadest. Jumlah pengencer yang

dibuat adalah sebanyak 2000 mL.

 Nutrisi yang digunakan adalah : 1. 2 mL larutan buffer  posfat 2. 2 mL larutan CaCl2 3. 2 mL larutan FeCl3 4. 2 mL larutan MgSO4 5. 2 mL bibit mikroba

Pengenceran dengan aquadest. Aquadest dan nutrisi

dimasukkan kedalam dirigen dan dikocok. Kemudian di aerasi selama 30 menit.

(5)

4.1.5. Penetapan Oksigen Terlarut Metode Winkler

Prosedur Gambar Keterangan

Persiapan botol BOD dan sejumlah sampel

dimasukkan kedalam botol BOD (kecuali blanko)

[Volume botol sampel terlampir] Penambahan sejumlah  pengencer, 1 mL pereaksi oksigen dan 1 mL MnSO4 Penambahan pereaksi oksigen pada sampel menyebabkan

terbentuknya endapan dan larutan menjadi warna coklat.

Pengendapan DO0selama 10 menit. DO5

dimasukkan kedalam incubator dan akan diperiksa setelah 5 hari.

BOD didiamkan, sehingga endapan yang terbentuk terkumpul didasar botol dan warna larutan menjadi semakin pekat.

Persiapan titrasi DO0  pada sampel dan blanko

Larutan didalam sampel dibagi kedalam 2 wadah untuk memudahkan titrasi  pada semua larutan yang

(6)

Persiapan titrasi DO5  pada sampel dan blanko

Sampel didalam botol dibagi kedalam 2 wadah untuk memudahkan titrasi. Bila warna sampel bening, maka tidak perlu dititrasi

dengan natrium

thiosulfate. Namun bila sampe berwarna coklat  pekat maka lakukan titrasi

terlebih dahulu. Penambahan larutan

H2SO4 pekat

Penambahan larutan asam sulfat pekat.

Penambahan larutan kanji Penambahan larutann

kanji menyebabkan warna larutan menjadi biru. Setelah itu dilakukan titrasi dengan natrium thiosulfate hingga warna  biru hilang.

(7)

4.1.6. Penetapan Angka KMnO4

Voume Sampel : 10 mL

Volume KMnO4 : 9.2 mL

Volume KMnO4 (faktor ketelitian) : 7.38 mL

4.1.7. Pengenceran

Volume Botol (mL) Volume Sampel (mL) Volume Pengencer (mL)

329 4.5 324.5

315 4.3 320.7

321 4.4 316

322 4.55 327.5

Catatan : untuk blanko, tidak menggunakan sampel.

4.1.8. Penetapan Oksigen Terlarut dengan Metoda Winkler

Volume Botol (mL) Label Botol Volume Thio (mL) mg/L O2

329 DO0 sampel 1 26 7.95 315 DO5 sampel 1 7 2.24 321 DO0 sampel 2 30 9.40 322 DO5 sampel 2 10 3.125 308 Blanko DO0 15 4.9 320 Blanko DO5 9 2.83 4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Penetapan Angka KMnO4

Volume KMnO4(a) = 9.2 mL

Volume KMnO4(b) = 7.38 mL Faktor ketelitian (f) =   () =  7.38 = 1.36 mg/L KMnO4 =    x [(10.0 +a) f - 10.0] x 0.01 x 31.6 =    x [(10.0+9.2) 1.36 - 10.0] x 0.01 x 31.6

(8)

mg/L KMnO4 = 509.14mg/L

4.2.2 Pengenceran

Angka KMnO4 = 509.14 mg/L

 Nilai tersebut terdapat pada rentang >300 mg/Liter, sehingga pembagi  pengencernya adalah 7.

Pengenceran = 509.14 / 7

= 72.73 (berarti dalam 1 bagian sampel dibutuhkan 72.73  bagian pengencer)  Blanko (1): Vol = 308 mL mL sample = 0 mL mL pengencer = 308 mL  Blanko (2): Vol = 320 mL mL sample = 0 mL mL pengencer = 320 mL  BOD0 (1): Vol = 329 mL mL sample = 1/73 x 329 = 4.5 mL mL pengencer = 72/73 x 329 = 324.5 mL  BOD0 (2): Vol = 321 mL mL sample = 1/73 x 321 = 4.4 mL mL pengencer = 72/73 x 321 = 316.6mL  BOD5 (1): Vol = 315 mL mL sample = 1/73 x 315 = 4.3 mL mL pengencer = 72/73 x 315 = 310.7 mL BOD5(2): Vol =332 mL mL sample = 1/73 x 332 = 4.5 mL

(9)

mL pengencer = 72/73 x 332 = 327.5 mL

Volume total sampel + pengencer = (324.5+310.7+316+327.5+308+305)mL = 1575 mL

4.2.3 Penentuan Nilai BOD

Konsentrasi thiosulfat = 1/80 N = 0.0125 N Rumus perhitungan DO (mg/ltr O2) =

 × ℎ ×  × 8 (.− 2 )

a) Sample hari ke-0

 DO0(1) mg/L O2 =  × 26 ×.25 × 8 (329  − 2 )  = 7.95 mg/liter DO0 (2) mg/L O2 =  × 3 ×.25 × 8 (32  − 2 )  = 9.40 mg/liter

Maka DO0(A) = (7.95+9.40)/2 =8.68 mg/liter

b) Sample hari ke-5

 DO5 (1) mg/L O2 =  × 7 × .25 × 8 (329  − 2 )  = 2.24 mg/liter DO5 (2) mg/L O2 =  ×  × .25 × 8 (322  − 2 )  = 3.125 mg/liter Maka DO5 (B)= (3.125+2.24)/2 =2.68 mg/liter c) Blanko

 Blanko (1) pada saat 0 hari mg/L O2 =

 × 5 × .25 × 8

(38  − 2 )  =4.9 mg/liter

(10)

 Blanko (2) pada saat 5 hari mg/L O2 =

 × 9 × .25 × 8

(32  − 2 )  = 2.83 mg/liter

Total (D) =2.83 mg/liter NILAI BOD TERUKUR BOD = P (A - B) - (C - D)

= 7 x (8.68 –  2.68) - (4.9 –  2.83)

BOD = 39.93 mg/L

4.2.4. Selisih pengurangan DO5 dengan DO0(Sampel)

% Selisih pengurangan =   −5 

    × 100%

% Selisih pengurangan = 8.68/−2.68/

8.68 /   × 100%

% Selisih pengurangan = 69.12%

4.2.5. Selisih pengurangan DO5 dengan DO0 (Blanko)

% Selisih pengurangan =   −5 

    × 100%

% Selisih pengurangan = 4.9/−2.83/

4.9 /   × 100%

(11)

BAB V

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 5.1.Pembahasan

5.1.1. Dahliana Alami (141424008)

Pada praktikum ini, dilakukan percobaan yaitu menentukan nilai BOD( Biochemical Oxygen Demand) dari sampel limbah yang diambil ,dari limbah pembuangan tempat makan (MKU) yang berada di Politeknik Negeri Bandung. Pada percobaan ini dilakukan  pengolahan limbah untuk mengetahui kandungan oksigen yang dibutuhkan mikroba dalam mengoksidasi bahan organik. Semakin banyak bahan organik yang ada dalam sampel air limbah maka semakin banyak juga oksigen yang diperlukan oleh mikroba. Untuk mengetahui oksigen yang diperlukan oleh mikroba maka ditentukan DO0(kandungan DO awal)dan DO5(kandungan DO yang dimasukan inkubator selama 5 hari) dimana selisih yang dihasilkan adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroba. Penentuan nilai BOD dilakukan sebagai indikator terjadinya pencemaran akibat air buangan atau sebagai gambaran jumlah organik mudah terurai yang ada di dlam perairan. Untuk menentukan BOD pada praktikum ini dilakukan dengan metoda Winkler yang pada prinsipnya adalah menggunakn titrasi iodometri.

Tahapan yang pertama dilakukan yaitu pembebasan reduktor pada Erlenmeyer yang merupakan tahap awal dalam penetapan angka KMnO4,yang bertujuan untuk menghilangkan ion-ion logam terlarut dalam erlenmeyer dan dalam air keran, dengan adanya ion logam terlarut maka akan menyebabkan perhitngan KMnO4menjadi tidak tepat.  pembebasan reduktor ini menggunakan larutan KMnO4  karena sifatnya sebgai oksidator kuat dan beberapa penambahk mengetahuian H2SO4 yaitu sebagai pemberi suasana asam, agar proses reduksi berlangsung lebih cepat. Selanjutnya tahap kedua dilakukan penetapan angka KMnO4 yang bertujuan untuk menentukan jumlah pengencer dan jumlah sampel yang akan ditambahkan. Angka KMnO4  bertujuan untuk mengetahui zat organik dalam sampel,maka kebutuhan oksigen yang diperlukan dapat ditentukan sehingga didapatkan  pengenceran yang mendekati Sebelum ditirasi, sampel ditambahkan larutan H2SO4  yang  bertujuan untuk membuat suasana asam, karena pada suasana asam ion permanganat akan

mengalami reduksi menjadi ion mangan (II). Ion mangan (II) yang terkandung dalam larutan akan mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan dioksida, lalu dilakukan

(12)

dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N yang merupakan oksidator kuat. Zat organik yang terkandung dalam air sampel dioksidasi oleh KMnO4  berlebih dalam suasana asam dan  panas. Kelebihan KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih, dan kelebihan asam oksalat

dititrasi kembali oleh larutan KMnO4.

Tahap ketiga dilakukan penetapan faktor ketelitian KMnO4, dimana hasil titrasi KMnO4 yang dilakukan, ditambahkan asam oksalat sebagai indikator lalu dititrsi dengan KMnO4. Sampai warna berubah menjadi warna merah muda, angka KMnO4  yang dihasilkan adalah sebesar509.14mg/L , angka KMnO4 yang dihasilkan lebih besar dari 300 mg/L, maka fakttor pembaginya adalah 7 sehingga perbandingan pengenceranya adalah dalam 1 bagian sampel dibutuhkan 72,73 bagian pengencer. Setelah dilakukan perhitungan volume pengencer yng diperlukan yaitu 1575 mL. Larutan pengencer dibuat kedalam tiap aquadest dengan penambahan larutan buffer phospat, CaCl3, FeCl3, MgSO4  dan bibit mikorba setiap 2 mL, karena pengenceran yang akan dibuat sebanyak 2 L. Setelah itu, dilakukan aerasi terlebih dahulu selama 30 menit karena mikroba yang digunakan merupakan mikroba yang memerlukan oksigen sehingga mikroba perlu penambahan kandungan oksigen didalam larutan. Fungsi dari larutan pengencer adalah sebagai bahan makanan/nutrien mikroba sehingga makanan mikroba ini sebagai sumber energi untuk mikroba untuk mengoksidasi bahan organik yang ada dalam sampel.

Pada tahap terakhir dilakukan penentuan oksigen terlarut dengan titrasi iodometri, sampel yang telah dicampurkan dengan BOD (Pada sampel DO0 , DO5  , dan blanko) ditambahkan dengan MnSO4  dan pereaksi oksigen (NaOH-KI) yang akan mengikat oksigen terlarut sehingga menghasilkan endapan MnO2 yang berwarna kecoklatan. Setelah ditambahkan H2SO4 pekat endapan akan melarut kembali dan akan membebaskan molekul iodium yang ekuivalen dengan jumlah oksigen terlarut. Jika saat penambahan H2SO4 pekat larutan sudah berwarna kuning jerami maka tidak perlu dititrasi terlebih dahulu dengan thiosulfat, sehingga dapat langsung ditambahkan amilum. Tetapi jika sebaliknya, maka harus dilakukan titrasi dengan larutan thiosulfat agar larutan berub ah menjadi warna kuning  jerami, sehingga didapatkan hasil titrasi yang nanti akan dimasukkan kedalam perhitungan untuk menentuan DO. Dengan penambahan amilum maka akan mengubah warna larutan menjadi warna biru yang asrtinya sebagai tanda adanya kandungan Iod dalam larutan,

(13)

setelah itu dilakukan titrasi kembali dengan thiosulfat agar mengubah warna larutan menjadi bening.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai DO0  yaitu 8.68 mg/liter lebih besar dibandingkan dengan DO5  yaitu sebesar 2.68 mg/liter hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut menurun artinya sebagian oksigen telah digunakan oleh mikroorganisme untuk mendegradasi air limbah. Dari hasil analisa BOD dalam percobaan dihasilkan nilai BOD sebesar 39.93 mg/L atau 39.93 ppm, yang artinya bahwa 39,93 mg oksigen akan dihabiskan oleh mikroorganisme dalam dua liter selama 5 hari pada suhu 20oC. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat  pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama  pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan karena kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pada suhu 20°C (Sawyer & Mc Carty, 1978). Tetapi menurut hasil analisa BOD pada limbah pembuangan tempat makan (MKU) melebihi dari 9 ppm maka dapat dikatakan bahwa sampel air limbah ini tercemar.

5.1.2. Desi Bentang W (141424009)

Pada percobaan ini dilakukan pengujian BOD (Biochemical Oxygen Demand) untuk mengetahui oksigen yang diperlukan untuk mikroba dalam mengoksidasi bahan organik. Semakin banyak bahan organik yang ada dalam sampel air limbah maka semakin banyak  juga oksigen yang diperlukan oleh mikroba. Untuk mengetahui oksigen yang diperlukan oleh mikroba maka ditentukan DOo atau DO awal dan DO5  (setelah diinkubasi selama 5 hari), dimana selisih yang dihasilkan adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroba. BOD digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran dalam suatu perairan. Air limbah yang diuji yaitu air limbah dari belakang kantin MKU Polban.

Dalam penetapan angka KMnO4 agar hasil yang didapatkan sangat teliti sebelumnya dilakukan pembebasan reduktor dari erlenmeyer. Hal ini dilakukan karena apabila masih ada zat atau partikel yang tertinggal atau menempel pada dinding erlenmeyer yang digunakan, maka kemungkinan zat tersebut mengganggu dan akan mempengaruhi hasil analisa karena partikel yang bersifat reduktor akan ikut bereaksi dengan KMnO4  pada titrasi permanganimetri untuk penetapan angka KMnO4  sehingga volume KMnO4  lebih  banyak dari yang seharusnya. Sehingga Untuk pembebasan reduktor digunakan KMnO4

(14)

dalam keadaan asam karena penambahan H2SO4 dan panas, sehingga dalam keadaan asam dan panas ini KMnO4 akan mengoksidasi secara optimal zat/partikel reduktor yang menempel pada erlenmeyer, sehingga zat reduktor yang mungkin menempel pada erlenmeyer akan teroksidasi. Tahap pembebasan reduktor ini bertujuan untuk menghilangkan ion-ion logam terlarut misalnya ion Fe2+ dalam erlenmeyer dan dalam air keran, adanya ion logam terlarut akan menyebabkan penentuan angka KMnO4  menjadi tidak tepat. Apabila ditambahkan KMnO4 berlebih hingga warna KMnO4 tidak hilang maka dapat dipastikan semua zat/pertikel reduktor yang menempel pada erlenmeyer telah habis  berekasi dengan KMnO4 sehingga erlenmeyer telah bebas reduktor.

Penetapan angka KMnO4 bertujuan untuk menentukan perbandingan antara  pengencer dan sampel pada proses pengenceran sampel. Sebelum ditirasi, sampel ditambahkan larutan H2SO4 yang bertujuan untuk membuat suasana asam, karena pada suasana asam ion permanganat akan mengalami reduksi menjadi ion mangan (II). Ion mangan (II) yang terkandung dalam larutan akan mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan dioksida, lalu dilakukan dititrasi dengan larutan KMnO4 0,0125 N yang merupakan oksidator kuat.Reaksi yang terjadi :

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O

Zat organik yang terkandung dalam air sampel dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dalam suasana asam dan panas. Kelebihan KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih, dan kelebihan asam oksalat dititrasi kembali oleh larutan KMnO4. Sehingga reaksi yang terjadi adalah :

2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3 H2SO4→ 2MnSO4 + 10 CO2 + K 2SO4

Agar hasil analisa yang didapat didapatkan ketelitian maka dilakukan faktor ketelitian KMnO4, dimana hasil titrasi KMnO4  sebelumnya ditambahkan kembali dengan asam oksalat dan dititrasi dengan KMnO4.  Hasil ini akan mempengaruhi angka KMnO4 yang dihasilkan yang sekaligus berdampak pada proses pengenceran. Pengeceran dilakukan untuk membuat kondisi hidup mikroba pada tahap yang optimal dimana mikroba dapat mendegradasi senyawa organik dalam sampel dengan baik.

Angka KMnO4 yang dihasilkan adalah sebesar 519.14 mg/L KMnO4 (faktor  pembagi = 7) sehingga perbandingan pengencerannya adalah 1 bagian sampel dengan 73  bagian pengencer. Fungsi dari larutan pengencer adalah sebagai bahan makanan/nutrien

(15)

mikroba sehingga makanan mikroba ini sebagai sumber energi untuk mikroba untuk mengoksidasi bahan organik yang ada dalam sampel. Mikroba yang digunakan merupakan mikroba yang memerlukan oksigen sehingga sebelum pencampuran antara sampel dengan  pengencer, pengencer yang sebelumnya telah ditambah bibit mikroda dan telah

mengandung senyawa FeCl3, FeSO4 dan CaCl2 diaerasi terlebih dahulu, fungsi dari aerasi adalah sebagai pengadukan serta untuk menambahkan oksigen kedalam larutan pengencer dimana oksigen ini akan digunakan untuk mikroba dalam mengoksidasi bahan organik karena dimungkinkan oksigen dalam sampel saja tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan mikroba untuk mengoksidasi organik. Aerasi dilakukan 30 menit agar mikroba mendapatkan oksigen yang cukup. Makanan mikroba serta oksigen yang cukup untuk mikroba kemudian dicampurkan dengan sampel sebagai sumber bahan organik, maka diharapkan akan didapatkan hasil kerja mikroba yang optimum dalam mengoksidasi bahan organik sehingga diketahui berapa oksigen yang dibutuhkan.. Dari percobaan didapat angka KMnO4 yang dihasilkan dari sampel adalah sebesar 509.14 mg/L. Dari angka ini maka didapat sebesar 509.14 mg KMnO4  untuk mengoksidasi zat organik dalam tiap 1 Liter sampel. Sedangkan berdasarkan literatur zat organik (KMnO4) tidak boleh lebih dari 10 mg/L (PP No. 20 tahun 1990), sehingga air sampel limbah ini dapat dikatakan tercemar zat organik karena mengandung angka KMnO4 yang melebihi seharusnya.

Dari sampel yang telah tercampur, langsung ditetapkan DO serta blankonya (berisi  pengencer saja) dengan metode winkler, sedangkan untuk sampel yang telah dicampur  pengencer serta blankonya yang lainnya diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20oC. Untuk

DO hari 0, larutan sampel yang telah dicampur dengan pengencer serta blanko ditambahkan MnSO4 dan pereaksi oksigen(KI+NaOH) dimana MnSO4 dalam keadaan basa ini akan membentuk endapan MnO2, kemudian ditambahkan H2SO4 sehingga endapan larut dan akan melepas I2  yang ekivalen dengan oksigen terlarut. I2  yang terbentuk ditirasi dengan Na2S2O3 dengan metode iodometri. Reaksinya :

MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

Titrasi awal dengan larutan thiosulfat akan menghasilkan larutan dengan warna kuning  jerami dan terjadi pengikatan iod bebas. Reaksi yang terjadi :

(16)

Penambahan indikator Amilum akan mengubah warna larutan menjadi biru/hitam sebagai tanda adanya kandungan Iod dalam larutan. Titrasi dengan thiosulfat akan mengubah warna larutan menjadi bening. Dari data percobaan yang didapat, DO pada hari nol adalah sebesar 8.68 mg/L serta DOo pada blanko sebesar 4.9 mg/L. Sedangkan untuk DO pada hari kelima didapat nilai DO sampel sebesar 2.68 mg/L serta blanko sebesar 2.83 mg/L dimana nilai DO pada sampel ini lebih kecil dibanding dengan nilai DO pada hari ke 0 hal ini dikarenakan oksigen terlarut berkurang karena digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik. Apabila dihitung, maka selisih DO hari ke-0 dengan DO  pada hari ke 5 adalah sebesar 69.12%. Apabila kedua nilai tersebut (nilai DO pada hari ke 5

dan persentase selisih DO0  dan DO5) dibandingkan dengan literatur dimana selisih DO0 dengan DO5 harus 40%-70% serta nilai DO akhir harus >0,5 mg/L berarti telah optimalnya kinerja mikroba untuk mengoksidasi zat organik, kondisi proses yang telah optimal seperti temperatur yang digunakan dimana temperatur yang digunakan adalah sebesar 20oC, adanya mikroba didalamnya denganwaktu inkubasi yang digunakan adalah selama 5 hari dengan ketersediaan oksigen yang cukup (Salmin, 2005). Selain itu tepatnya kondisi pH dimana pH harus netral, serta tidak terdapatnya senyawa toksik maka mikroba tidak akan teracuni/optimal dalam mengoksidasi bahan organik (Sembiring, 2008).

Selisih pengurangan DO5 dan DO0 didapatkan lebih besar pada sampel dibandingkan  blanko, hal tersebut dikarenakan pada sampel dilakukan banyak pendegradasian mikroba

dengan bantuan oksigen. Dari hasil analisa BOD ini dihasilkan nilai BOD sebesar 39.93 mg/L, artinya 39.93 mgram oksigen didunakan oleh mikroorganisme untuk pendegradasian dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari pada suhu ±20oC.

5.1.3. Dini Oktavianti P (141424010)

Pada percobaan kali ini dilakukan pengolahan air limbah untuk mengetahui oksigen yang diperlukan mikroba dalam mengoksidasi bahan organik. Semakin banyak bahan organik yang ada dalam sampel air limbah maka semakin banyak juga oksigen yang diperlukan oleh mikroba. Untuk mengetahui oksigen yang diperlukan oleh mikroba maka ditentukan DO awal dan DO setelah diinkubasi selama 5 hari, dimana selisih yang dihasilkan adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroba.

(17)

Pertama erlenmeyer yang digunakan harus terbebas dari zat-zat pereduksi agar memperoleh ketelitian yang baik. jika zat pereduksi masih berada di dalam erlenmeyer maka akan mengganggu reaksi pada saat proses titrasi dengan KMnO4.  karna adanya zat  pereduksi akan membutuhkan KMnO4  berlebih yang akan mengganggu ketelitian hasil titrasi. Warna KMnO4 tidak akan hilang ketika zat pereduksinya sudah habis atau hilang. Reaksi yang terjadi :

Zat Organik + KMnO4 berlebih → CO2 + H2O

Setelah erlenmeyer bebas reduktor, dilakukan penetapan angka KMnO4 untuk menentukan jumlah pengencer dan jumlah sampel yang akan ditambahkan. Dimana angka KMnO4  ini untuk mengetahui zat organik yang terkandung dalam sampel air limbah, dimana dengan mengetahui jumlah zat organik dalam sampel maka kebutuhan oksigen yang diperlukan dapat ditentukan sehingga didapatkan pengenceran yang mendekati. Sampel yang telah diasamkan dengan H2SO4  ditambahkan KMnO4  berlebih, sehingga  bahan organik akan mengalami rekasi redoks dengan KMnO4. KMnO4  sisa ini kemudian ditambahkan asam oksalat berlebih, dimana sisa asam oksalat akan bereaksi dengan KMnO4 pada titrasi, reaksi seperti berikut :

2 KMnO4 + 5H2C2O4+ 3H2SO4 → 2MnSO4 + 10CO2+ K 2SO4

Dari percobaan didapat angka KMnO4 yang dihasilkan dari sampel adalah sebesar

509.14 mg/L. Angka KMnO4 yang didapat ini digunakan untuk perhitungan jumlah sampel dan pengencer yang ditambahkan. Pengenceran yang dilakukan 7x. Pembuatan larutan  pengencer ini berfungsi untuk memberi energy dan sumber nutrisi bagi mikroba untuk mengoksidasi bahan organic yang terdapat dalam sampel. Aerasi juga dilakukan untuk menambahkan oksigen pada mikroba karna mikroba ini bersifat aerobic.

DO hari 0, larutan sampel yang telah dicampur dengan pengencer serta blanko ditambahkan MnSO4  dan pereaksi oksigen (KI+NaOH) dimana MnSO4  dalam keadaan  basa ini akan membentuk endapan MnO2, kemudian ditambahkan H2SO4 sehingga endapan larut dan akan melepas I2 yang ekivalen dengan oksigen terlarut. I2 yang terbentuk ditirasi dengan Na2S2O3  dengan metode iodometri. Dari data percobaan yang didapat, DO pada hari nol adalah sebesar 8.68 mg/liter. Serta DO pada blanko sebesar 4.9 mg/liter.

(18)

Sedangkan untuk DO pada hari ketujuh didapat nilai DO sampel sebesar 2.68 mg/liter

serta blanko sebesar 2.83 mg/liter dimana nilai DO pada sampel ini lebih kecil dibanding dengan nilai DO pada hari ke 0 hal ini dikarenakan oksigen terlarut berkurang karena digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik.

Dari hasil analisa BOD ini dihasilkan nilai BOD sebesar 39.93 mg/L  artinya 39.93 mg/L oksigen akan dihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari pada suhu 20oC. Sedangkan menurut literatur BOD pada air bersih tidak  boleh lebih dari 10 ppm. Sehingga dapat dikatakan bahwa sampel air limbah dari sekolan

MKU Politeknik Negeri Bandung tercemar.

5.1.4. Elis Sri Wahyuni (141424011)

Pada praktikum ini dilakukan pengujian BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari air hasil pengolahan makanan di sekitar MKU POLBAN. BOD disangkutkan dengan kadar oksigen terlarut didalam air bakul sebelum dan sesudah mengalami inkubasi. Oksigen ini erat kaitannya dengan jumlah yang di gunakan oleh mikroorganisme untuk mendegradasi zat organic yang terdapat didalam air baku. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total (SAWYER & MC CARTY, 1978).

Sebelum menentukan nilai oksigen terlarut didalam air baku, dilakukan langkah untuk menentukan angka KMnO4 didalam sampel. Angka ini menunjukkan kecepatan degradasi biokimia bahan organik yang berbanding langsung dengan banyaknya zat yang tidak teroksidasi pada saat tertentu sehingga dapat menentukan jumlah pengencer yang haru ditambahkan kedalam sampel. Angka KMnO4 yang didapatkan adalah sebesar 509.14 mg/L sehingga dilaksanakan P/7 dengan P adalah angka KMnO4. Sehingga diketahui  jumlah pengencer yang harus ditambahkan kedalam sampel dengan mempertimbangkan

(19)

volume botol BOD. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pengencer adalah  jumlah nutrisi yang harus ditambahkan kedalam aquadest harus disesuai dengan volume aquadest yang akan dibuat, juga proses aerasi pada pengencer juga harus dilakukan selama 30 menit untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut didalam pengencer.

Sampel dibuat duplo untuk masing-masing DO0 dan DO5. Hal ini untuk perhitungan kadara BOD yang lebih akurasi pada sampel. Kemudian dilakukan tahap-tahap penentuan sesuai dengan prosedur. BOD pada air limbah MKU POLBAN adalah sebesar 39.93 mg/L artinya mikroorganisme butuhkan oksigen sebanyak 39.93 mg untuk mendegradasi setiap liter air limbah. Tabel dibawah ini menunjukkan tingkat pencemaran pada air limbah dilihat dari besarnya nila BOD dan DO.

Menurut PERMEN LH 5 Tahun 2014, dikatakan bahwa baku mutu air limbah untuk  parameter BOD adalah 100 mg/L. Sehingga air baku yang diuji didalam lab masih memenuhi kriteria untuk dibuang ke lingkungan. Walaupun demikian, kandungan padatan tersuspensi dan bau yang tidak sedap menjadikan air baku ini sangat mengganggu lingkungan. Maka dari itu, saluran untuk membuang air limbah harus dibenamkan didalam tanah sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.

(20)

BAB VI KESIMPULAN

1. Angka KMnO4 sebesar 509.14 mg/L

2.  Nilai BOD yang diperoleh dari Air selokan yang berada di kantin MKU Politeknik  Negeri Bandung sebesar 39.93 mg/L dan dapat dikatakan air limbah ini tercemar

3. DO0adalah sebesar 8.68 mg/liter. 4. DO5adalah sebesar 2.68 mg/liter.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

PESCOD, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp

Salmin, 2005.” Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan, (online),

(http://oseanografi.lipi.go.id diunduh 16 April 2013 pkl. 14.17)

SAWYER, C.N and P.L., MC CARTY, 1978. Chemistry for Environmental Engineering . 3rd ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah organik yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.Uji kebutuhan oksigen kimiawi

Limbah organik ini merupakan penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air sehingga angka BOD ( Biological Oxygen Demand ) tinggi EM-4 (

Limbah organik ini merupakan penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air sehingga angka BOD ( Biological Oxygen Demand ) tinggi EM-4 ( Effective

Pengukuran kadar senyawa organik dilakukan dengan cara mengukur kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dalam sampel dengan menggunakan metode spektrofotometri visibel,

Menurut Mujosemedi (1985), apabila nilai kebutuhan oksigen biologis (BOD) suatu perairan tinggi, berarti kandungan bahan pencemar organik terlarut dan kebutuhan

Respirasi adalah serangkaian reaksi biokimiawi yang memerlukan oksigen untuk mengoksidasi atau membakar zat-zat makanan guna mmenghasilkan energi diperlukan oleh

Kualitas mikrobiologi makanan dalam kaleng ditentukan, baik yang masih layak untuk dikonsumsi maupun yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi berdasarkan angka lempeng total

Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit pada bagian tubuh yang lain, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen dan zat-zat makanan, sehingga jatung yang