• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Beban Pencemaran dan Kualitas Air Sungai Batang Arau di Kota Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Beban Pencemaran dan Kualitas Air Sungai Batang Arau di Kota Padang"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN BEBAN PENCEMARAN DAN KUALITAS AIR

SUNGAI BATANG ARAU DI KOTA PADANG

RIFKI PUTRA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

KAJIAN BEBAN PENCEMARAN DAN KUALITAS AIR

SUNGAI BATANG ARAU DI KOTA PADANG

RIFKI PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

RINGKASAN

RIFKI PUTRA. Kajian Beban Pencemaran dan Kualitas Air Sungai Batang Arau di Kota Padang. Di bawah bimbingan AGUS PRIYONO dan OMO RUSDIANA.

Kegiatan pembangunan di kawasan DAS Batang Arau tergolong sangat intesif dengan pertambahan penduduk yang tinggi sebagai dampak tingginya dinamika pembangunan di Kota Padang. Perkembangan penduduk Kota Padang memiliki laju pertumbuhan 1,09 % menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang pada tahun 2010. Hal ini seiring dengan jalannya perekonomian Kota Padang. Aktivitas perekonomian mikro, pertanian, industri (industri kecil sampai industri besar) maupun pertambangan merupakan tulang punggung perekonomian Kota Padang. Akan tetapi, dengan meningkatnya jumlah penduduk, pembangunan dan perekonomian di Kota Padang diperkirakan telah menimbulkan efek negatif ke lingkungan yakni meningkatnya beban pencemaran yang terintroduksi di DAS Batang Arau khususnya Sungai Batang Arau. Akumulasi beban pencemar pada bagian hulu sampai hilir dari Sungai Batang Arau akan membuat tingkat pencemaran Sungai Batang Arau semakin tercemar.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah a) mengidentifikasi sumber-sumber pencemar air Sungai Batang Arau Kota Padang, b) mengevaluasi perkembangan kondisi mutu air Sungai Batang Arau dari hulu sampai hilir sungai selama periode 2008-2012 dan c) Mengetahui besar beban pencemaran setiap sumber-sumber pencemar dan daya tampung beban pencemaran Sungai Batang Arau. Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara observasi lapangan, inventarisasi sumber-sumber pencemaran di Sungai Batang Arau dan wawancara dengan metode purpossive sampling. Selain itu, juga dilakukan pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan telaah dokumen. Kondisi kualitas air Sungai Batang Arau dianalisis berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Status kualitas air sungai menggunakan Indeks Kualitas Air – National Sanitation Foundation (IKA-NSF). Perhitungan beban pencemaran dari berbagai sumber pencemar dilakukan melalui pendekatan

rapid assesment of sources of air, waterandland polution, sedangkanperhitungan daya tampung beban pencemaran menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.110 Tahun 2003.

Sumber-sumber pencemar di Sungai Batang Arau Kota Padang yaitu limbah dari domestik/rumah tangga, industri, pertanian dan pertambangan. Kualitas air Sungai Batang Arau pada kondisi terakhir dari hulu sampai ke hilir mengalami penurunan. Perkembangan mutu air Sungai Batang Arau menunjukan bahwa pada bagian hulu dan tengah sungai, kualitas air Sungai Batang Arau memenuhi baku mutu kelas II PP 82/2001, sedangkan pada daerah hilir sungai kualitas air Sungai Batang Arau memenuhi baku mutu kelas IV PP 82/2001. Berdasarkan nilai indeks kualitas air, Sungai Batang Arau Kota Padang pada tahun 2008-2012 dalam kondisi sedang sampai baik yaitu berada pada kisaran 53-72 pada musim hujan dan 56-74 pada musim kemarau.

(4)

dengan limbah pertambangan (0 ton/bulan BOD, 316.480 ton/bulan COD, 316.754 ton/bulan TSS dan 2.532.920 ton/bulan TDS), limbah domestik (100,12 ton/bulan BOD, 223,60 ton/bulan COD, 101,64 ton/bulan TSS dan 185,49 ton/bulan TDS) dan limbah pertanian (7,52 ton/bulan BOD, 9,93 ton/bulan COD, 2,98 ton/bulan TSS dan 18,72 ton/bulan TDS). Beban pencemaran yang terintroduksi ke Sungai Batang Arau telah melebihi kemampuan daya tampung sungai baik pada bagian hulu (26,44 ton/bulan BOD, 220 ton/bulan COD, 440,64 ton/bulan TSS dan 8812,8 ton/bulan TDS), bagian tengah (31,88 ton/bulan BOD, 265,68 ton/bulan COD, 531,36 ton/bulan TSS dan 10627,2 ton/bulan TDS) dan bagian hilir (41,21 ton/bulan BOD, 343,44 ton/bulan COD, 686,88 ton/bulan TSS dan 13737,6 ton/bulan TDS).

(5)

SUMMARY

RIFKI PUTRA. Study of Pollution Loads and Water Quality of Batang Arau River at Padang City. Under Supervision of AGUS PRIYONO and OMO RUSDIANA.

Development activities in the area of the watershed of a Batang Arau were very intensively with the increase of population that high as the impact of high dynamic of development in the town of the field. Padang has the development of population growth rate 1,09 % according to data from the central bureau of statistics Padang City in 2010. It is in line with the course of economic Padang City. Economic activities of micro agriculture, industry (industry small to large industries) or mining was the backbone of the economy padang. However, with increasing population, development and the economy in padang thought to have an undesired effect negative into the environment are increasing the loads of pollution in the watershed of a Batang Arau in particular the Batang Arau River. The accumulation of the burden of contaminant on the upstream to downstream will make the level of pollution Batang Arau River more tainted.

The purpose of this research is a) identify sources contaminant the waters of the Batang arau River at Padang City, b) evaluate developments water quality of the Batang Arau River from upstream to downstream during the period 2008-2012 and c) knowing pollution load any sources contaminant and a capacity of the burden of pollution Batang Arau River. The technique of adoption of the data used in this research is by means of observations, inventorying sources of pollution on the Batang Arau River and an interview with the methods purpossive of sampling. In addition, was also performed by collecting data secondary through the study of literature and examine documents. The condition of the quality of the water of the Batang Arau River analysis based on government regulation of the republic of Indonesia number 82 in 2001. The status of the quality of the water of the uses index the quality of water national sanitation foundation (IKA-NSF). Calculation the pollution loads from various sources contaminant carried out through the approach of rapid assessment of sources of water, polution, water and land while calculation capacity of the burden of pollution according to the decision of the state minister of environment No.110 in 2003.

Contaminant sources in Batang Arau River at Padang city is waste from domestic/household, industry, agriculture and mining. Water quality of Batang Arau Rivers was decresing from upstream to downstream. The development of the water quality of Batang Arau River showed that on the upper and middle of the River, the river water quality meets quality raw rods or class II PP 82/2001, while in the downstream river water quality meets quality raw rods or class IV PP 82/2001. Based on the water quality index value, The Batang Or Padang city in 2008-2012 in moderate to good conditions that are in the range of 53-72 in the rainy season and 56-74 during the dry season.

(6)

100,115 of BOD, 223,60 ton/month of COD, 101,64 ton/month of TSS and 185,49 tons/month of TDS) and waste agriculture (7,52 tons/month of BOD, 9,94 ton/month of COD, 2,98 ton/month of TSS and 121 ton/month of TDS). The pollution load that entered into the river has exceeded the capacity of good ability on the upstream (26,438 tons/month of BOD, 220 ton/month of COD, 440,64 ton/month of TSS and 8812,8 ton/month of TDS), the middle part (31,88 ton/month of BOD, 265,68 ton/month of COD, 531,36 ton/month of TSS and 10627,2 ton/month of TDS) and downstream (41,21 ton/month of BOD, 343,44 ton/month of COD, 686,88 ton/month of TSS and 13737,6 ton/month of TDS).

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Beban Pencemaran dan Kualitas Air Sungai Batang Arau di Kota Padang” adalah benar- hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Rifki Putra

(8)

Judul Skripsi : Kajian Beban Pencemaran dan Kualitas Air Sungai Batang Arau di Kota Padang

Nama : Rifki Putra

NIM : E34080005

Menyetujui:

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003

Tanggal Lulus:

Pembimbing I,

Ir. Agus Priyono, MS NIP. 19610812 198601 1 001

Pembimbing II,

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul “Kajian Beban Pencemaran dan Kualitas Air Sungai Batang Arau di Kota Padang” yang dibimbing oleh Bapak Ir. Agus Priyono, M.S dan Bapak Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi input serta memberikan kontribusi terhadap strategi dan proses pengendalian pencemaran air Sungai Batang Arau di Kota Padang guna menjaga kualitas air sungai. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan pengembangan penelitian selanjutnya. Harapan penulis, semoga skripsi hasil penelitian akhir ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Maret 2013

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Padang, Sumatera Barat pada tanggal 29 Oktober 1990 dari pasangan almarhum Bapak Abdul Mukti dan Ibu Susilowati Loekman. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1996-2002 di SDN 23 Purus Padang dan melanjutkan ke SLTPN 2 Padang pada tahun 2002-2005. Tahun 2005 meneruskan pendidikan ke SMU Adabiah Padang dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun itu juga penulis lulus seleksi masuk Perguruan Tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Bersama dengan selesainya kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Mama, Yang la dan Hadi yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa kasih sayang, doa dan dorongan semangat yang tidak mungkin dapat dibalas oleh penulis.

2. Bapak Ir. Agus Priyono, M.S dan Bapak Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan didikan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc selaku moderator seminar, Bapak Ir. Ahmad Hadjib, M.S selaku penguji sidang dan bapak Dr. Ir Nandi Kosmaryandi M.Sc selaku pimpinan sidang atas saran, pesan dan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.

4. Pak Jon, bang Fuad dan seluruh staf Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Kota Padang.

5. Sahabat-sahabat di wisma 82 Indra, Johannes, Andre, Fauzan dan Edo atas dukungan selama perkuliahan di IPB.

6. Sahabat-sahabat KSHE 45 “Edelweis” Arya Arismaya , Mamat, Agus, Mundi, Nararya, Intan, Babel, Mega, Teko, Putra dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebut namanya satu persatu atas keceriaan, kebersamaan dan suka duka yang telah dilalui bersama selama ini.

7. Teman-teman Himakova atas kebersamaannya.

8. Seluruh staf pengajar dan administrasi DKSE atas segala didikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT, Amin..

Bogor, Maret 2013

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Daerah Aliran Sungai ... 3

2.2 Pencemaran Air dan Sumber Pencemaran Sungai ... 4

2.3 Daya Tampung dan Beban Pencemaran ... 6

2.4 Kriteria, Status dan Baku Mutu Air ... 7

2.5 Tata Guna Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air... 7

2.6 Parameter Pencemaran Air ... 8

2.6.1 Paramater kimiawi ... 8

2.6.1.1 Kebutuhan oksigen biologi (Biochemical Oxygen Demand/BOD) ... 8

2.6.1.2 Kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) ... 9

2.6.1.3 Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) ... 10

2.6.1.4 Derajat keasaman (pH) ... 10

2.6.2 Parameter fisik ... 11

2.6.2.1 Total padatan terlarut (Total Dissolved Solid/TDS) ... 11

2.6.2.2 Total padatan tersuspensi (Total Suspended Solid/ TSS) ... 12

2.6.2.3 Suhu ... 12

2.6.3 Parameter biologi ... 13

2.6.3.1 Fecal coli dan total coliform ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 15

3.3.1 Data primer ... 16

(13)

3.4 Analisis Data ... 17

3.4.1 Kondisi kualitas air ... 17

3.4.2 Analisis nilai indeks kualitas air ... 18

3.4.3 Analisis beban pencemaran ... 19

3.4.4 Analisis daya tampung beban pencemaran ... 20

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 21

4.1 Kondisi Umum Kota Padang ... 21

4.2 Kondisi Umum Sungai Batang Arau ... 21

4.3 Kependudukan ... 23

4.4 Penggunaan Lahan... 24

4.5 Industri ... 24

4.6 Pertambangan ... 24

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Identifikasi Sumber Pencemar ... 25

5.2 Kualitas Air Sungai Batang Arau ... 26

5.2.1 Parameter fisika... 29

5.2.1.1 Suhu ... 29

5.2.1.2 Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid/TDS) ... 30

5.2.1.3 Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid/TSS) ... 32

5.2.2 Parameter kimia ... 34

5.2.2.1 Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) ... 34

5.2.2.2 Kebutuhan oksigen biologi (Biochemical Oxygen Demand/BOD) ... 35

5.2.2.3 Kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) ... 37

5.2.2.4 pH ... 38

5.2.3 Parameter biologi ... 40

5.2.3.1 Total coliform ... 40

5.3 Status Mutu Air ... 41

5.3.1 Status mutu air berdasarkan nilai indeks kualitas air ... 41

5.4 Beban Pencemaran Setiap Sumber Pencemar di Sungai Batang Arau ... 45

5.4.1 Beban pencemaran limbah domestik/rumah tangga ... 45

5.4.2 Beban pencemaran limbah industri ... 48

5.4.3 Beban pencemaran limbah pertanian ... 50

5.4.4 Beban pencemaran limbah pertambangan ... 51

5.5 Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Batang Arau ... 53

(14)

6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(15)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Kegiatan dan jenis limbah yang dihasilkan... 5

2 Kualitas air berdasarkan nilai BOD ... 9

3 Penggolongan kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut ... 10

4 Jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ... 15

5 Data primer yang digunakan dalam penelitian ... 16

6 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ... 17

7 Bobot parameter dalam perhitungan Indeks Kualitas Air NSF WQI ... 18

8 Kriteria Indeks Kualitas Air –National Sanitation Foundation ... 19

9 Tabel kerja perhitungan beban pencemaran... 19

10 Faktor konversi beban limbah ... 20

11 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan di Kota Padang ... 23

12 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di sepanjang Sungai Batang Arau tahun 2007-2011 ... 23

13 Penggunaan lahan kota Padang hingga tahun 2010 ... 24

14 Hasil identifikasi sumber pencemar yang berpotensi menurunkan kualitas air Sungai Batang Arau ... 26

15 Kualitas air Sungai Batang Arau pada musim kemarau tahun 2012... 27

16 Kualitas air Sungai Batang Arau pada musim hujan tahun 2012 ... 27

17 Nilai IKA-NSF WQI tahun 2008-2012 Musim Hujan ... 41

18 Nilai IKA-NSF WQI tahun 2008-2012 Musim Kemarau ... 41

19 Potensi Beban Pencemaran Limbah Domestik ... 45

20 Jumlah Rumah Tangga dan perkiraan timbulan sampah per hari tahun 2010 dan 2011 ... 47

21 Potensi Beban Pencemaran Limbah Industri ... 49

22 Data luas lahan pertanian dan kebutuhan pupuk berdasarkan kecamatan.... 50

23 Potensi Beban Pencemaran Limbah Pertanian ... 50

24 Potensi Beban Pencemaran Limbah Pertambangan ... 52

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Peta pengambilan data kualitas air Sungai Batang Arau ... 14 2 Peta DAS Batang Arau ... 14 3 Peta DAS dan tata air Kota Padang ... 22 4 Trend nilai suhu Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai

dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012 ... 29 5 Suhu Sungai Batang Arau pada tahun 2012 ... 30 6 Trend nilai TDS Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai

dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012 ... 31 7 Nilai TDS Sungai Batang Arau pada tahun 2012 ... 31 8 Trend nilai TSS Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai

dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012 ... 32 9 Nilai TSS Sungai Batang Arau pada tahun 2012 ... 33

10 Trend nilai DO Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai

dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012 ... 34

11 Nilai DO Sungai Batang Arau pada tahun 2012 ... 35

12 Trend nilai BOD Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai

dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012... 36

13 Nilai BOD Sungai Batang Arau pada tahun 2012 ... 36

14 Trend nilai COD Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai

dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012 ... 37

15 Nilai COD Sungai Batang Arau pada tahun 2012 ... 38

16 Trend nilai pH Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai

dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012 ... 39 17 Nilai pH Sungai Batang Arau pada tahun 2012 ... 39 18 Trend nilai total coli Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah

sungai dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012 ... 40

19 Nilai total coli Sungai Batang Arau pada tahun 2012 ... 41

20 Perbandingan Fluktuasi Nilai Indeks Kualitas Air (IKA) dari Tahun

2008-2012 Pada Musim Hujan ... 43 21 Perbandingan Fluktuasi Nilai Indeks Kualitas Air (IKA) dari Tahun

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Data kualitas air sungai batang arau periode 2008-2012 pada musim

hujan ... 61

2 Data kualitas air sungai batang arau periode 2008-2012 pada musim kemarau ... 62

3 Industri skala besar di sepanjang Sungai Batang Arau ... 63

4 Industri skala menengah di sepanjang Sungai Batang Arau ... 64

5 Industri skala kecil di sepanjang Sungai Batang Arau ... 65

6 Perhitungan beban pencemaran total pada daerah hulu, tengah dan hilir Sungai Batang Arau ... 74

7 Data curah hujan Kota Padang tahun 2008-2012... 74

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah aliran sungai (DAS) Batang Arau memiliki luas 17.364,22 Ha. Kecamatan yang dilalui adalah Kecamatan Lubuk Kilangan (hulu), Kecamatan Lubuk Begalung (tengah) serta Kecamatan Padang Selatan dan Kecamatan Padang Barat (hilir). Menurut Bappeda Kota Padang (2004), penggunaan lahan pada sub DAS Batang Arau bagian hulu adalah hutan lindung dan hutan konservasi, seperti Taman Hutan Raya Bung Hatta. Selain hutan, penggunaan lahan lainnya adalah ladang/ tegalan, sawah, lahan terlantar, pertambangan dan pemukiman.

Kegiatan pembangunan di kawasan DAS Batang Arau tergolong sangat intensif dengan pertambahan penduduk yang tinggi sebagai dampak tingginya dinamika pembangunan Kota Padang. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang pada tahun 2010 menunjukan Kota Padang memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,09 %. Aktivitas perekonomian mikro, pertanian, industri baik industri kecil sampai industri besar maupun pertambangan merupakan tulang punggung perekonomian Kota Padang. Akan tetapi, meningkatnya pembangunan dan perekonomian Kota Padang diperkirakan telah menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan yakni meningkatnya beban pencemaran yang terintroduksi di Sungai Batang Arau.

(19)

Dampak lain dari adanya pencemaran limbah domestik, industri, pertanian, peternakan dan pertambangan selain menurunkan mutu air, juga menimbulkan bau busuk dan sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui seberapa besar beban pencemaran dan kualitas air Sungai Batang Arau.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber pencemar air Sungai Batang Arau Kota Padang.

2. Mengevaluasi perkembangan kondisi mutu air Sungai Batang Arau dari hulu sampai hilir sungai selama periode 2008-2012.

3. Mengetahui besar beban pencemaran setiap sumber-sumber pencemar dan daya tampung beban pencemaran Sungai Batang Arau.

1.3 Manfaat Penelitian

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana semua air hujan yang jatuh ke daerah ini akan mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie & Sjarief 2008). Menurut Departemen Pertanian (2012), DAS adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air ke anak sungai dan sungai utama yang bermuara ke sungai atau laut, termasuk dalam hal ini di bawah cekungan air tanah. Sungai merupakan badan air berupa saluran-saluran air yang mengalir dipermukaan bumi menuju ke laut, sedangkan anak sungai merupakan cabang sungai atau saluran–saluran sungai yang mengalir ke sungai utama.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, DAS didefinisikan sebagai wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

(21)

Berbagai kegiatan yang dapat dijumpai dalam pengembangan suatu DAS antara lain adalah kegiatan konstruksi, seperti pembangunan jalan, perluasan kota/ daerah pemukiman, industri, pembangkit tenaga listrik, dam/ waduk untuk irigasi atau hidrolistrik, kegiatan pengerukan, pembangunan kanal, transportasi/ navigasi, pertambangan, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan maupun kegiatan lainnya. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan timbulnya masalah, benturan atau persaingan antar kegiatan dalam suatu DAS, diperlukan suatu rencana pengembangan yang komprehensif dan terpadu (Sinukaban 2007). 2.2 Pencemaran Air dan Sumber Pencemaran Sungai

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya (Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001). Adanya benda-benda asing yang masuk ke badan air disebabkan karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda. Sebagai contoh, air kali di pegunungan yang belum tercemar tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk dikategorikan sebagai air minum (Effendi 2003).

Pencemaran air dapat ditandai oleh turunnya mutu, baik air daratan (sungai, danau, rawa dan air tanah) maupun air laut sebagai suatu akibat dari berbagai aktivitas manusia modern saat ini sangat beragam sesuai karakteristiknya. Sumber pencemaran air sungai dapat dibedakan menjadi sumber domestik dan sumber non domestik. Termasuk ke dalam sumber domestik adalah perkampungan, kota, pasar, jalan, perhotelan, terminal dan rumah sakit. Sementara yang termasuk sumber non domestik adalah pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan dan transportasi (Sastrawidjaya 1991).

(22)

menghasilkan limbah BOD, COD, DO, pH, TDS, minyak dan lemak, urea, fosfor, suhu, bahan beracun dan kekeruhan. Jenis kegiatan industri dengan limbah yang dihasilkan berdasarkan parameter kualitas air disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kegiatan dan jenis limbah yang dihasilkan

No Jenis Kegiatan Parameter Kualitas Air

1 Industri pangan BOD, COD, TOC, TOD, pH, suspended solid, minyak dan lemak, logam berat, sianida, klorida, amoniak, nitrat, fosfor dan fenol.

2 Industri minuman BOD, pH, suspended solid, settleable solid, TDS, minyak dan lemak, warna, jumlah coli, bahan beracun, suhu kekeruhan dan buih.

3 Industri makanan BOD, COD, TOC, pH, minyak dan lemak, logam berat, 4 Industri percetakan nitrat, fosfor dan fenol.

5 Perkayuan dan motor COD, logam berat, dan bahan beracun.

6 Industri pakaian jadi BOD, COD, TOD, suspended solid, TDS, minyak dan lemak, logamberat, kromium, warna, bahan beracun, suhu, klorinated, benezoid dan sulfida.

7 Industri plastik BOD, COD, total solids, settleable solid, TDS, minyak dan lemak, seng, sianida, sulfat, amoniak, fosfor, urea anorganik, bahan beracun, fenol dan sulfida.

8 Industri kulit Total padatan, penggaraman, sulfida, kromium, pH, endapan kapur, dan BOD.

9 Industri besi dan logam COD, suspended solids, minyak dan lemak, logam berat, bahan beracun, sianida, pH, suspended solid, kromium, besi, seng, klorida, sulfat, amoniak, dan kekeruhan.

10 Aneka industri BOD, pH, suspended solid, settleable solid, TDS, minyak dan lemak, warna, jumlah coli, bahan beracun, suhu, kekeruhan, amoniak dan kekeruhan.

11 Pertanian/tanaman pangan

Pestisida, bahan beracun, dan logam berat.

12 Perhotelan Deterjen, zat padat, BOD, COD, TOC, TOD, nitrogen, fosfor, warna, jumlah coli, bahan beracun, dan kekeruhan. 13 Rekreasi BOD, COD, kekeruhan dan warna.

14 Kesehatan Bahan beracun, logam berat, BOD, COD, TOM dan jumlah coli.

15 Perdagangan BOD, pH, suspended solid, settleable solid, TDS, minyak dan lemak, amoniak, urea, fosfor, warna, jumlah coli, bahan beracun dan kekeruhan.

16 Pemukiman Deterjen, zat padat, BOD, COD, TOD, TOC, nitrogen, fosfor, kalsium, klorida dan sulfat.

17 Perhubungan darat Logam berat, bahan beracun dan COD. 18 Perikanan darat BOD, COD, TOM dan pH.

19 Peternakan BOD, COD, TOC, pH, suspended solid, klorida, nitrat, fosfor, warna, bahan beracun, suhu dan kekeruhan.

20 Perkebunan COD, pH, suspended solid, TDS, minyak dan lemak, kromium, kalsium, klorida, sulfat, amoniak, sodium, nitrat, fosfor, urea anorganik, coli faeces dan suhu.

(23)

2.3 Daya Tampung dan Beban Pencemaran

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air didefinisikan bahwa daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi tercemar. Daya tampung beban pencemaran diartikan sebagai kemampuan air pada suatu sumber air atau badan air untuk menerima beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi tercemar.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, beban pencemaran adalah jumlah suatu pencemar yang terkandung di dalam air atau air limbah. Parameter yang digunakan untuk menghitung daya tampung beban pencemaran adalah karakteristik sungai penerima limbah seperti BOD, COD, DO, temperatur, debit dan kecepatan arus. Serta karakteristik limbah meliputi BOD, COD, DO, temperatur, debit dan kecepatan arus. Istilah beban pencemaran dikaitkan dengan jumlah total pencemar atau campuran pencemar yang masuk ke dalam lingkungan (langsung atau tidak langsung) oleh suatu industri atau kelompok industri pada areal tertentu dalam periode waktu tertentu. Pada kasus limbah rumah tangga dan kota, istilah beban pencemaran berkaitan dengan jumlah total limbah yang masuk ke dalam lingkungan langsung atau tidak langsung dari komunitas kota selama periode waktu tertentu.

(24)

2.4 Kriteria, Status dan Baku Mutu Air

Kriteria kualitas air merupakan batas konsentrasi parameter-parameter kualitas air yang diinginkan bagi kelayakan kualitas air untuk penggunaan tertentu. Sedangkan baku mutu air merupakan peraturan menurut undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 yang mencamtumkan pembatasan konsentrasi berbagai parameter kualitas air.

Kualitas suatu perairan sangat ditentukan oleh konsentrasi bahan pencemaran pada perairan tersebut. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, disebutkan bahwa pencemaran air adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pada pasal 8 disebutkan penggolongan air berdasarkan peruntukkannya menjadi 4 kelas, yaitu: 1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.5 Tata Guna Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air

(25)

lahan bertujuan untuk menetapkan jenis penggunaan lahan secara umum agar lahan dapat digunakan secara lestari dan tidak merusak lingkungan. Penatagunaan lahan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Oleh karena itu kebijakan pembangunan dan pilihan jenis penggunaan lahan harus ditentukan lebih dulu, baru kemudian dicarikan tanahnya yang sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh jenis penggunaan lahan tersebut. Lahan dalam arti ruang merupakan sumberdaya alam yang strategis dan bersifat tetap atau tidak bertambah, dimana berbagai kegiatan pembangunan berlangsung. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh masyarakat, swasta, maupun pemerintah dan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, kemajuan teknologi dan dinamika sosial ekonomi.

Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk interverensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian (Arsyad 2006).

Menurut Leopold and Dunne (1978) diacu dalam Sudadi et al. (1991) perubahan penggunaan lahan secara umum akan mengubah karakteristik aliran sungai, total aliran permukaan, kualitas air dan sifat hidrologi daerah yang bersangkutan. Sudadi et al. (1991) menyebutkan bahwa pengaruh penggunaan lahan terhadap aliran sungai terutama erat kaitannya terhadap fungsi vegetasi sebagai penutup lahan dan sumber bahan organik yang dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi, sedangkan menurut Sutamiharja (1978) diacu dalam Trofisa (2011) kegiatan pertanian secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas perairan yang diakibatkan oleh penggunaan bermacam-macam pupuk buatan dan pestisida. Perubahan lahan menjadi daerah pemukiman cenderung berdampak negatif, khususnya bila ditinjau dari segi erosi.

2.6 Parameter Kualitas Air 2.6.1 Paramater kimiawi

(26)

75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai (Rahmawati dan Azizah 2005). Menurut APHA (1976) dalam Trofisa (2011), nilai BOD yang tinggi menunjukkan aktivitas mikroorganisme yang semakin tinggi dalam menguraikan bahan organik.

Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar BOD untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 0,2-18,8 mg/l. Parameter BOD bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah ternak dan limbah agroindustri.

Menurut Fardiaz (1992) bahan-bahan buangan yang terdiri dari bahan-bahan organik dan mungkin beberapa bahan anorganik, kotoran manusia dan hewan, tanaman-tanaman yang mati atau sampah organik, bahan-bahan buangan industri dan sebagainya memerlukan oksigen. Air yang bersih mempunyai nilai BOD kira-kira 1 mg/l, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 mg/l masih dianggap cukup bersih, tetapi kebersihan air diragukan jika nilai BOD nya mancapai 5 mg/l atau lebih. Lee et al. (1978) diacu dalam Wills dan Irvine (1996) telah melakukan klasifikasi kualitas air (Tabel 2) berdasarkan nilai BOD, yaitu sebagai berikut: Tabel 2 Kualitas air berdasarkan nilai BOD

Nilai BOD (mg/l) Kualitas Air

< 3,0 Tidak Tercemar

3.0 – 4,9 Tercemar Ringan

5,0 – 15,0 Tercemar Sedang

> 15,0 Tercemar Berat

2.6.1.2 Kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah oksigen (mg O2) yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air secara kimia, dimana oksidator yang digunakan adalah potasium dikromat (K2Cr2O7) yang secara kimia digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)

pada kadar asam tinggi dan dipertahankan pada temperatur tertentu (G. Alerts dan SS Santika, 1987 diacu dalam Rahmawati, Agnes dan Azizah 2005).

(27)

Parameter COD ini bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah ternak dan limbah agroindustri.

2.6.1.3 Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)

Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam volume air tertentu pada suatu suhu dan tekanan tertentu. Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter kualitas air yang penting dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Umumnya konsentrasi DO di suatu perairan akan bersifat sementara atau musiman dan berfluktuasi. Biasanya organisme air seperti ikan memerlukan oksigen terlarut sekitar 5,8 mg/l (Palmer 2001). Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar DO untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 1,5-8 mg/l. Parameter ini bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah ternak dan limbah agroindustri.

Kandungan oksigen terlarut bergantung kepada suhu, kehadiran tanaman fotosintesis, tingkat penetrasi cahaya yang tergantung pada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air dan jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air (Sastrawidjaya 1991). Kandungan oksigen terlarut yang tinggi adalah pada sungai yang relatif dangkal dan adanya turbulensi oleh gerakan air. Daya larut oksigen akan menurun dengan kenaikan suhu, sebaliknya pada air yang dingin kadar oksigen akan meningkat (Odum 1993). Berdasarkan kandungan oksigen terlarut, Sutamiharja (1978) diacu dalam Trofisa (2011) melakukan penggolongan kualitas air (Tabel 3) sebagai berikut.

Tabel 3 Penggolongan kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut

DO (mg/l) Tingkat Pencemaran

>5 Tercemar Ringan

2-5 Tercemar Sedang

0-2 Tercemar Buruk

2.6.1.4 Derajat keasaman (pH)

(28)

batu-batuan dan tanah-tanah. Pertumbuhan organisme perairan dapat berlangsung dengan baik pada kisaran pH 6,5-8,5.

Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar pH untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 3,24-8,8. Parameter pH ini bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah ternak dan limbah agroindustri.

Menurut Brook et al. (1989) diacu dalam Fakhri (2000) menyebutkan bahwa perairan sudah dianggap tercemar jika memiliki nilai pH < 4,8 dan > 9,8, kecuali pada ekosistem alami bergambut yang memiliki pH 3 – 4 (Hartatik et al. 2004). Perubahan derajat keasaman atau pH air biasanya digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji. Mackereth et al. (1992) diacu dalam Effendi (2003) berpendapat bahwa pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam akan bersifat korosif. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika kadar pH rendah. Perairan asam tidak lebih umum dari pada perairan alkali. Sumber pembuangan air asam dan sampah-sampah industri yang sudah tidak dinetralkan akan bersamaan dengan pengurangan pH dari air.

2.6.2 Parameter fisik

2.6.2.1 Total padatan terlarut (Total Dissolved Solid/TDS)

(29)

Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar TDS untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 1,2-4860 mg/l. Parameter TDS ini bersumber dari erosi dan sendimentasi sungai.

2.6.2.2 Total padatan tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS)

Padatan tersuspensi total (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >

1 μm) yang tertahan pada saringan milipore dengan pori-pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi 2003). TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan sehingga akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air yang selanjutnya akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dan meningkatkan pasokan CO2 di perairan.

Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar TSS untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 1-669 mg/l. Parameter TSS ini bersumber dari erosi dan sendimentasi sungai.

Menurut Priyono (1994), bahan partikel yang tidak terlarut seperti sedimen halus dan bahan kimia anorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab polusi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir sungai. Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya memperoleh makanan dan mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis. 2.6.2.3 Suhu

(30)

peningkatan suhu menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut akan menurun dan peningkatan suhu ini juga akan dapat menaikan daya racun polutan terhadap organisme perairan Suhu perairan yang tidak lebih dari 30°C tidak akan berpengaruh secara drastis terhadap makrozoobenthos (Hawkes 1979 diacu dalam Mantiri 1994).

Fardiaz (1992) mengungkapkan bahwa kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat, seperti jumlah oksigen terlarut dalam air akan menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu dan jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati. Pembuangan limbah mungkin juga meningkatkan temperatur air. Hasil pemantauan dari empat sungai besar di Kota Padang oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Kota Padang tahun 2010 menunjukkan bahwa suhu pada keempat sungai tersebut berkisar antara 260C-300C. 2.6.3 Parameter biologi

2.6.3.1 Fecal coli dan total coliform

Lingkungan perairan mudah tercemar oleh mikroorganisme patogen (berbahaya) yang masuk dari berbagai sumber seperti permukiman, pertanian dan peternakan. Bakteri yang umum digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu badan air adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup normal di dalam kotoran manusia dan hewan. Keberadaan bakteri ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat higienisitas suatu perairan (Effendi, 2003).

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang menjadi obyek penelitian adalah DAS Batang Arau di wilayah Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. DAS Batang Arau memiliki luas keseluruhan sekitar 17.467,5 ha. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2012.

Gambar 1 Peta pengambilan data kualitas air Sungai Batang Arau.

(32)

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah kamera, alat tulis, kalkulator dan seperangkat komputer. Bahan yang digunakan diantaranya peta, kuisioner, tally sheet, data kualitas air pada tahun 2008-2012, data sumber pencemaran yang tercatat oleh instansi terkait serta data batas kecamatan yang masuk dalam kawasan DAS Batang Arau.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Jenis-jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian

No Sumber Pencemar Parameter Sumber Data

Primer Sekunder

1 Limbah domestik Jumlah penduduk - Ѵ

Jumlah hotel - Ѵ

Jumlah restoran - Ѵ

Volume limbah yang dihasilkan Ѵ Ѵ

Sarana pembuangan limbah dan pengelolaan limbah yang digunakan (tinja, limbah cair, limbah padat)

Ѵ Ѵ

2 Industri Jumlah dan jenis industri skala besar - Ѵ

Jumlah dan jenis industri skala menengah Ѵ -

Jumlah dan jenis industri skala kecil Ѵ -

Volume dan jenis limbah yang dihasilkan

masing-masing kelas industri Ѵ Ѵ

Sarana pembuangan limbah dan pengelolaan

limbah yang digunakan industri Ѵ Ѵ

3 Pertanian Luas sawah Ѵ Ѵ

Lokasi pertanian Ѵ Ѵ

Sarana pembuangan dan pengolahan limbah

pertanian, khususnya limbah pestisida Ѵ Ѵ

4 Pertambangan Jumlah dan jenis pertambangan Ѵ Ѵ

Lokasi pertambangan Ѵ Ѵ

Jenis limbah yang dihasilkan Ѵ Ѵ

Sarana pengolahan dan pembuangan limbah Ѵ Ѵ

5 Kualitas air Data parameter kualitas air (BOD, COD,

TSS dan TDS) tahun 2008-2012 - Ѵ

Data curah hujan tahun 2008-2012 - Ѵ

Data debit sungai tahun 2008-2012 - Ѵ

(33)

3.3.1 Data primer

Pengumpulan data primer meliputi:

1. Observasi lapangan untuk memverifikasi antara data yang telah ada dengan kondisi sebenarnya di lapangan, kondisi umum kawasan dan kondisi sungai dilihat dari pemanfaatan air sungai.

2. Inventarisasi sumber-sumber pencemaran di Sungai Batang Arau (Tabel 5). 3. Wawancara dilakukan dengan pengguna air sungai yang merupakan sumber

pencemar terhadap sungai (domestik, pertanian, industri dan pertambangan). Pengambilan responden dilakukan dengan metode purpossive sampling yaitu pemilihan responden disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian dari kecamatan-kecamatan yang berada di sepanjang sungai Batang Arau. Tabel 5 Data primer yang digunakan dalam penelitian

No Sumber limbah cair, limbah padat)

Observasi langsung dan wawancara

Kuisioner (terlampir)

2 Industri Jumlah dan jenis industri skala menengah

Volume dan jenis limbah yang dihasilkan masing-yang digunakan industri

Observasi langsung dan wawancara

Kuisioner (terlampir)

4 Pertanian Luas sawah Survey lokasi dan

observasi langsung

Kuisioner (terlampir)

Lokasi pertanian Survey lokasi dan

observasi langsung

4 Pertambangan Jumlah dan jenis pertambangan

Survey lokasi dan observasi langsung

Kuisioner (terlampir)

Lokasi pertambangan Survey lokasi dan

(34)

3.3.2 Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi literatur dan telaah dokumen. Studi literatur merupakan cara untuk mendapatkan data dengan cara mengumpulkan, mempelajari dan menelaah buku, majalah, jurnal ilmiah dan tesis yang berkaitan dengan penelitian, laporan statistik dari pihak kabupaten/ kota, kecamatan maupun desa setempat dan sumber lain yang terkait dengan topik penelitian. Adapun jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian

No Jenis Data Sumber Data

1 Data Kualitas Air Tahun

2008-2012 Balai Wilayah Sungai Sumatera V

2 Data Debit Sungai

Tahun 2008-2012 Balai Wilayah Sungai Sumatera V

3 Data Curah Hujan Tahun 2008-2012

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Kota Padang

4

Data Jenis dan Jumlah Industri yang ada di DAS Batang Arau

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi

5 Data Kependudukan

Kota Padang Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil Kota Padang

6 Data jumlah pertanian

dan perkebunan Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan

7 Data pertambangan di

DAS Batang Arau Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi

8 Peta DAS Batang Arau Balai Wilayah Sungai Sumatera V

3.4 Analisis Data

3.4.1 Kondisi kualitas air

(35)

3.4.2 Indeks kualitas air

Untuk mengetahui status kualitas air sungai digunakan Indeks Kualitas Air – National Sanitation Foundation (IKA-NSF) berdasarkan Ott (1978) dalam Dwivedi dan Phatak (2007). Perhitungan Indeks Kualitas Air dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

IKA − NSF =∑��=0��. �� Keterangan:

IKA-NSF = Indeks kualitas air – national sanitation foundation Wi = Bobot akhir masing-masing parameter setelah disesuaikan

Ii = Sub indeks kualitas air tiap parameter yang di dapat dari hasil analisis dan hasil pengukuran yang dibandingkan dengan kurva sub indeks

n = Jumlah parameter

Ketentuan-ketentuan perhitungan indeks tersebut adalah:

1. Menentukan jumlah parameter yang akan digunakan dalam perhitungan DO, pH, BOD, Nitrat, Fosfat, Suhu, Kekeruhan, Padatan Total dan Fecal Coli.

2. Penentuan nilai bobot dari masing-masing parameter yang digunakan (Wi) dengan menggunakan standar yang digunakan Ott (1978) dalam Dwivedi dan Phatak (2007) maupun dengan cara melakukan penyesuaian. Adapun bobot parameter dalam perhitungan Indeks Kualitas Air-NSF WQI dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Bobot parameter dalam perhitungan Indeks Kualitas Air NSF WQI (Ott, 1978 dalam Dwivedi dan Phatak 2007)

No Parameter Bobot Parameter (Wi) Satuan

1 Oksigen Terlarut 0.17 % saturnasi

2 pH 0.12 -

3 BOD 0.10 mgl

4 Nitrat 0.10 mgl

5 Fospat 0.10 mg/l

6 Suhu 0.10 °C

7 Kekeruhan 0.08 NTU

8 Padatan Total 0.08 mg/l

9 Fecal Coli 0.15 mg/l

(36)

4. Berdasarkan hasil perhitungan indeks menggunakan persamaan IKA-NSF diatas, status pencemaran (nilai IKA) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kriteria Indeks Kualitas Air –National Sanitation Foundation (Ott 1978) dalam Dwivedi dan Phatak (2007)

No Nilai IKA Kriteria

3.4.3 Analisis beban pencemaran

Perhitungan beban pencemaran dari berbagai sumber pencemar dilakukan melalui pendekatan rapid assesment of sources of air, water and land polution

(WHO 1982) yaitu perhitungan beban pencemaran dari setiap unit penghasil limbah masing masing dari pemukiman, industri, pertanian dan pertambangan dikalikan dengan faktor konversi beban limbah pencemaran (Tabel 10). Berdasarkan informasi sumber-sumber pencemaran yang dikumpulkan, beban limbah pencemaran air Sungai Batang Arau dapat dihitung dengan pengisian tabel kerja perhitungan beban pencemaran (Tabel 9).

Tabel 9 Tabel kerja perhitungan beban pencemaran

(37)

Tabel 10 Faktor konversi beban limbah

Sumber Limbah

BOD (kg/unit

/tahun)

COD (kg/unit

/tahun)

TSS (kg/unit

/tahun)

TN (kg/unit

/tahun)

TDS (kg/unit

/tahun)

Limbah cair domestik 19,7 44 20 3,3 36,5

Industri produk ragi 125 - 18,7 - 2.250

Industri tepung 1,1 - 3,9 - -

Industri makanan ringan 6,3 - 3 1,59 -

Industri bahan kosmetik 0,2 0,26 - - 0,12

Industri minyak dan lemak nabati 12,9 21 16,4 - 882

Industri pupuk 22,7 30 9 - 365

Industri karet 12,5 - 18,7 - 2.250

Industri kapur - - 0,9 - 6,6

Industri transmisi 19,3 82 8,3 - 22,6

Limbah pertanian 22,7 30 9 - 365

Limbah tambang kapur dan clay tanah - - 0,9 - 6,6

Limbah tambang silika - 4,6 0,7 - 8

Sumber : Rapid Assesment of Sources of Air, Water, and Land Polution (WHO 1982)

3.4.4 Analisis daya tampung beban pencemaran

Perhitungan daya tampung beban pencemaran menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air dirumuskan sebagai berikut :

Diketahui :

DT = Daya tampung (ton/bulan)

Q = Debit aliran air sungai (m³/dt)

BMA = Baku mutu air berdasarkan PP No.82 tahun 2001 (kelas II)

R = (bulan x 24x 60 x60) / 1.000.000.000

(38)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Umum Kota Padang

Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah timur dengan Kabupaten Solok, sebelah selatan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, dan sebelah barat dengan Samudera Hindia. Secara geografis Kota Padang terletak

antara 00°44’00” LS - 1°08’35” LS dan 100°05’05” BT - 100°34’09” BT. Luas wilayah administrasi Kota Padang adalah 1.414,96 km2 yang terdiri dari 694,96 km2 wilayah darat dan 720 km2 wilayah laut. Kota Padang yang terbagi atas 11 kecamatan dan 104 kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebesar 838.190 jiwa dengan kerapatan penduduk 1.206 jiwa/km2.

4.2 Kondisi Umum Sungai Batang Arau

(39)

Gambar 3 Peta DAS dan tata air Kota Padang.

Lokasi sub DAS Batang Arau Hulu adalah di kecamatan Lubuk Kilangan yang memiliki jumlah penduduk sekitar 42.585 jiwa (BPS Kota Padang 2010). Sumber air utama di DAS ini berasal dari Lubuk Paraku dengan anak-anak sungainya antara lain sungai Batang Air Indarung, sungai Batang Paraku dan sungai Padang Idas yang terletak pada bagian hulu, setelah itu sungai bertemu di kawasan tengah dengan sungai Padang Besi di kawasan Lubuk Sarik (Bappeda Kota Padang 2004).

Sungai Batang Arau berasal dari Gunung Bolak dan mengalir ke barat dengan panjang dari hulu sampai ke hilir lebih kurang 19,827 km dan lebar sekitar 15–50 m (Padang Dalam Angka 2010). Kecamatan yang dilalui adalah Kecamatan Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Padang Selatan dan Kecamatan Padang Barat. Bagian hulu dimulai dari daerah Lubuk Paraku sampai Taratak Bandar Buat dengan catchments area 172 km2 yang terletak pada daerah perbukitan

(40)

ini berada di Kelurahan Muaro Batang Arau Padang dan bermuara di Samudera Indonesia.

4.3 Kependudukan

Kondisi kependudukan di Kota Padang berdasarkan data statistik Kota Padang tahun 2000-2010 yang meliputi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk (Tabel 11).

Tabel 11 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan di Kota Padang

No Kecamatan Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk pertahun (%)

2000 2010

1. Bungus Teluk Kabung 21.740 24.417 1,17

2. Lubuk Kilangan 39.962 44.552 1,09

3. Lubuk Begalung 97.295 109.793 1,22

4. Padang Selatan 63.707 64.458 0,12

5. Padang Timur 85.812 88.510 0,31

6. Padang Barat 72.641 62.010 -1,57

7. Padang Utara 85.654 77.509 -0,99

8. Nanggalo 68.355 59.851 -1,32

9. Kuranji 79.831 123.771 4,48

10. Pauh 42.917 54.846 2,48

11. Koto Tangah 128.130 166.033 2,63

Padang 786.044 875.750 1,09

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang (2010)

Sungai Batang Arau melewati empat kecamatan di Kota Padang, yakni Kecamatan Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Padang Selatan dan Kecamatan Padang Barat. Adapun jumlah penduduk, laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk pada empat kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di sepanjang Sungai Batang Arau tahun 2007-2011

No Kecamatan Luas (km2)

Tahun Laju pertumbuhan

penduduk (%)

Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 2007 2008 2009 2010 2011

1 Lubuk

Kilangan 85,99 41.560 42.585 43.531 44.552 48.850 2,35 568

2 Lubuk

Begalung 30,91 100.912 104.323 106.641 109.793 106.432 2,45 3,443

3 Padang

Selatan 10,03 61.003 61.967 63.345 64.458 57.718 0,54 5,755

4 Padang

(41)

4.4 Penggunaan Lahan

Kualitas air Sungai Batang Arau dipengaruhi oleh kondisi penggunaan lahan di sekitar sungai maupun kondisi penggunaan lahan di daerah hulu. Luas wilayah Kota Padang yang telah terbangun adalah 10% dari luas total Kota Padang. Bagian yang tidak terbangun digunakan untuk kegiatan pertanian, kehutanan, perkebunan serta tanah yang tidak diusahakan. Untuk lebih jelasnya, pada Tabel 13 dapat dilihat penggunaan lahan di Kota Padang per kecamatan berdasarkan rencana pengembangan kota sampai tahun 2010.

Tabel 13 Penggunaan lahan Kota Padang hingga tahun 2010

No Kecamatan Jumlah (Ha) dan Jenis Penggunaan Lahan Total (Ha)

P I K L R J A H S

1 Bungus Tel.Kabung 189 22 11 942 1.347 31 12 7.372 152 10.078 2 Lubuk Kilangan 336 79 58 624 950 365 4 6.147 36 8.599 3 Lubuk Begalung 600 79 39 864 506 87 29 845 42 3.091

4 Padang Selatan 427 41 6 33 399 12 2 64 19 1.003

5 Padang Timur 554 81 13 114 20 - - - 33 815

6 Padang Barat 518 157 2 - 12 - - - 12 701

7 Padang Utara 477 78 5 75 2 49 24 - 99 809

8 Nanggalo 262 30 2 305 102 19 47 - 41 808

9 Kuranji 513 37 3 1.844 1255 35 72 1.928 54 5.741 10 Pauh 284 173 13 1.153 2.890 299 17 9.690 110 14.629 11 Koto Tangah 1.165 214 20 2.289 5.944 657 80 12.429 327 23.225 Luas (Ha) 5.325 991 172 8.234 13.427 1.554 387 38.475 925 69.496 Persentase (%) 7,66 1,43 0,25 11,8 19,32 2,24 0,56 55,36 1,33 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padang (2010)

Keterangan:

P : Pemukiman L: Ladang A : Semak/Alang-alang I : Industri R : Rawa/Kolam Ikan H : Hutan

K : Kebun Campuran J : Jasa S : Sawah

4.5 Industri

Sebagai daerah yang dilalui Sungai Batang Arau, kegiatan industri di Kota Padang akan berpengaruh terhadap tingkat pencemaran sungai. Menurut hasil survey di lapangan serta ditunjang data statistik di Kota Padang terdapat dua belas jenis industri skala kecil, lima jenis industri skala menengah dan empat jenis industri skala besar yang berpotensi sebagai sumber pencemaran Sungai Batang Arau (selengkapnya dapat dilihat di lampiran).

4.6 Pertambangan

(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Sumber Pencemar

Sumber pencemar (polutan) dapat bersifat terpusat (point source) dan tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point source dapat berupa limbah industri dan limbah pertambangan. Sumber pencemar nonpoint source dapat berupa limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah permukiman (domestik) dan limpasan dari daerah perkotaan (Effendi 2003). Hasil identifikasi terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau diperoleh bahwa sumber pencemar berasal dari limbah pemukiman penduduk, aktifitas perindustrian (skala kecil, menengah dan besar), pertambangan dan pertanian.

Berdasarkan hasil tersebut maka identifikasi terhadap sumber pencemar Sungai Batang Arau tersebar di 3 (tiga) daerah yaitu daerah hulu di Kecamatan Lubuk Kilangan, daerah tengah Kecamatan Lubuk Begalung, sedangkan daerah hilir berada pada Kecamatan Padang Selatan dan Padang Barat. Daerah hilir bisa terbagi dalam 2 (dua) kecamatan disebabkan karena pemerintah Belanda membagi Sungai Batang Arau menjadi dua aliran pada abad ke-18. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kejadian banjir yang berpengaruh terhadap pemukiman dan pelabuhan yang terdapat di kawasan hilir DAS. Hal ini dilakukan dengan membendung sungai di daerah Lubuk Begalung dan membangun kanal menuju Pantai Purus menjadi outlet pembuangan baru yang dikenal dengan Banda Bakali. Sungai Batang Arau pecah menuju dua muara, satu aliran mengalir ke kawasan pelabuhan di Pantai Muaro dan aliran lainnya bermuara di Pantai Purus (Banda Bakali).

(43)

Tabel 14 Hasil identifikasi sumber pencemar yang berpotensi menurunkan kualitas air Sungai Batang Arau

No Kecamatan Identifikasi Sumber Pencemar

1 Lubuk Kilangan (Hulu)

Pemukiman, Pertanian dan pertambangan (tambang kapur, tambang clay tanah, tambang silika, tambang batu cadas dan tambang galian c)

2 Lubuk Begalung (Tengah) Industri, pertanian, pemukiman dan pertambangan (tambang galian c)

3 Padang Selatan (Hilir) Limbah pemukiman, rumah makan, perbengkelan,

pelabuhan, hotel dan industri

4 Padang Barat (Hilir) Limbah pemukiman, rumah makan, perbengkelan,

pasar, hotel dan rumah sakit.

Limbah yang dihasilkan ini tergolong pada limbah organik yang dapat terdegradasi/terurai secara sendiri atau self purification. Kondisi ini memungkinkan bila debit limbah organik sedikit sedangkan debit sungai besar sehingga kemampuan sungai untuk mendegradasi/ menguraikan zat organik masih dalam ambang batas. Sedangkan apabila limbah cair yang dihasilkan banyak namun debit sungai kecil maka limbah cair organik tidak akan dapat terdegradasi/terurai dengan sendirinya.

5.2 Kualitas Air Sungai Batang Arau

(44)

Tabel 15 Kualitas air Sungai Batang Arau pada musim kemarau tahun 2012

Parameter Satuan Lokasi Kelas Air munurut PP 82 tahun 2001

Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir

DO mg/l 7,61 7,78 5,84 I I II

BOD mg/l 2,6 2,7 3,2 II II III

COD mg/l 13 11,1 17,6 II II II

TSS mg/l 38 50 52 II II III

TDS mg/l 89 89,3 2380 II II IV

pH - 7,6 7 7 II II II

Suhu °C 27,5 27,4 27,6 II II II

Total coli jml/100

ml 405 4.270 16.954 I I IV

Posfat mg/l 0,03 0,05 0,12 II II II

Kekeruhan Skala

NTU 8 6 11 II II II

Nitrat mg/l 4,55 6,02 8,066 II II II

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sumatera V (2012)

Tabel 16 Kualitas air Sungai Batang Arau pada musim hujan tahun 2012

Parameter Satuan Lokasi Kelas Air, PP 82 tahun 2001

Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir

DO mg/l 8,71 7,78 7,24 I I I

BOD mg/l 2,3 2,5 2,6 II II II

COD mg/l 9,6 10,3 12,6 I II II

TSS mg/l 20 41 49,5 II II II

TDS mg/l 60 72,7 1564 II II IV

pH - 7 7,2 7,3 II II II

Suhu °C 27,2 27,3 27,5 II II II

Total coli jml/100

ml 295 2.962 9.851 I I II

Posfat mg/l 0,02 0,04 0,09 II II II

Kekeruhan Skala

NTU 72,38 48,45 84,92 II II II

Nitrat mg/l 3,75 5,32 7,46 II II II

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sumatera V (2012)

(45)

di lapangan menunjukan bahwa pada daerah ini ditemukan kegiatan pertanian, pemukiman penduduk dan pertambangan (tambang kapur, tambang clay tanah, tambang silika, tambang batu cadas dan tambang galian c.

Pada daerah tengah sungai baik pada musim hujan maupun musim kemarau kualitas air Sungai Batang Arau memenuhi baku mutu kelas II PP 82/2001. Air kelas ini dapat diperuntukan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Daerah tengah Sungai Batang Arau memenuhi baku mutu kelas II PP 82/2001 disebabkan karena nilai parameter BOD, COD dan total coli memenuhi memenuhi baku mutu kelas II. Pemantauan di lapangan menunjukan bahwa banyak pada daerah ini ditemukan kegiatan industri (skala kecil sampai besar), pemukiman penduduk, pertanian dan pertambangan tambang galian c.

Pada daerah hilir sungai baik pada musim hujan maupun musim kemarau kualitas air Sungai Batang Arau memenuhi baku mutu kelas IV PP 82/2001. Air kelas ini dapat diperuntukan untukmengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Daerah hilir Sungai Batang Arau memenuhi baku mutu kelas IV PP 82/2001 disebabkan karena nilai parameter TDS dan total coli melebihi ambang batas baku mutu kelas IV khususnya pada musim kemarau. Hal ini diduga disebabkan karena pada daerah ini banyak terdapat pemukiman penduduk dan aktivitas yang menghasilkan limbah cair. Kepadatan pada daerah ini tertinggi dibandingkan dengan daerah yang dilalui oleh sungai Batang Arau. Kepadatan penduduk pada daerah hilir yakni 6.483 jiwa/km2 sedangkan pada daerah hulu sebesar 568 jiwa/km2. Selain itu, daerah hilir

(46)

Kondisi kualitas air setiap parameter dan kecenderungannya dari tahun 2008-2012 dapat dijelaskan sebagai berikut.

5.2.1 Parameter fisika 5.2.1.1 Suhu

Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan (Effendi, 2003). Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya. NTAC

(1968) dan Pescod (1973) dalam Trofisa (2011) menganjurkan perubahan suhu perairan tidak lebih dari 28°C.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air parameter suhu pada tahun 2008-2012 dapat diketahui nilai suhu Sungai Batang Arau setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Nilai suhu tertinggi terjadi pada bagian hilir Sungai Batang Arau musim kemarau tahun 2010 yaitu 30 0C, sedangkan nilai suhu terendah terjadi pada bagian tengah sungai musim hujan tahun 2008 yaitu 27 0C.

(a) (b)

(a) (b)

(c)

26 26,5 27 27,5 28 28,5 29

2008 2009 2010 2011 2012 0C

Musim kemarau Musim hujan

26 26,5 27 27,5 28 28,5 29 29,5

2008 2009 2010 2011 2012 0C

Musim kemarau Musim hujan

25,00 29,00 33,00

2008 2009 2010 2011 2012

0C

(47)

Gambar 4 Trend nilai suhu Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012.

Gambar 5 Suhu Sungai Batang Arau pada tahun 2012.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air pada kondisi terakhir yakni tahun 2012, nilai suhu mengalami peningkatan dari hulu ke hilir sungai pada musim hujan. Sedangkan pada musim kemarau terjadi fluktuasi suhu sungai yakni terjadi penurunan suhu dari hulu ke tengah sungai lalu terjadi peningkatan suhu dari tengah ke hilir sungai (Gambar 5). Hal ini sesuai pernyataan Effendi (2003) bahwa suhu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang dan ketinggian dari permukaan air laut. Posisi hulu sungai yang berada di Taman Hutan Raya Bung Hata merupakan tempat yang lebih tinggi dari bagian tengah dan hilir. Pada musim kemarau, nilai suhu tertinggi terjadi di daerah hilir sungai dengan nilai suhu sebesar 27,6 oC. Fluktuasi suhu yang terjadi di musim kemarau juga disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, pertanian dan perkembangan industri yang semakin banyak. Hal yang sama terlihat pada musim hujan, suhu tertinggi terjadi pada bagian hilir sungai dengan nilai sebesar 27,5 oC.

5.2.1.2 Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid/TDS)

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air parameter TDS pada tahun 2008-2012 dapat diketahui nilai TDS Sungai Batang Arau setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Nilai TDS tertinggi terjadi pada bagian hilir Sungai Batang Arau musim kemarau tahun 2010 yaitu 4.400 mg/l, sedangkan nilai TDS terendah terjadi pada hulu dan tengah sungai musim hujan tahun 2012 yaitu 72,7 mg/l.

27,2

27,3

27,5 27,5

27,4

27,6 27

27,1 27,2 27,3 27,4 27,5 27,6 27,7

hulu tengah hilir

0 C musim hujan

(48)

(a) (b)

(c)

Gambar 6 Trend nilai TDS Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012.

Gambar 7 Nilai TDS Sungai Batang Arau pada tahun 2012.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air pada kondisi terakhir yakni tahun 2012 nilai TDS dari bagian hulu ke hilir meningkat baik pada musim hujan maupun musim kemarau, dari hulu sampai hilir akibat peningkatan berbagai masukan pencemaran yang diterima badan air. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air baku mutu kelas dua, untuk nilai baku mutu air TDS yakni 1000 mg/l. Pada bagian hilir Sungai Batang Arau baik musim kemarau dan musim hujan menunjukan bahwa nilai TDS berada di atas nilai baku mutu. Nilai TDS tertinggi pada musim hujan yakni sebesar 1.564 mg/l, sedangkan pada musim kemarau, nilai TDS tertinggi yakni sebesar 2.380

2008 2009 2010 2011 2012

m

2008 2009 2010 2011 2012

m

2008 2009 2010 2011 2012

m

g

/l

(49)

Tingginya nilai TDS di hilir diduga disebabkan karena kegiatan antropogenik (berupa limbah domestik, industri dan pertambangan). Selain itu, jumlah penduduk juga merupakan faktor yang tidak terpisahkan dari tingginya nilai TDS. Jumlah penduduk yang berada disepanjang Sungai Batang Arau mengalami peningkatan dari hulu ke hilir sungai. Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin banyak juga aktivitas yang dapat menghasilkan limbah yang masuk ke badan sungai. 5.2.1.3 Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid/TSS)

Menurut Effendi (2003) TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air parameter TSS pada tahun 2008-2012 dapat diketahui nilai TSS Sungai Batang Arau setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Nilai TSS tertinggi terjadi pada bagian hulu Sungai Batang Arau musim hujan tahun 2010 yaitu 106 mg/l, sedangkan nilai TSS terendah terjadi pada hulu sungai musim hujan tahun 2008 yaitu 2 mg/l.

(a) (b)

(c)

Gambar 8 Trend nilai TSS Sungai Batang Arau; (a) hulu sungai, (b) tengah sungai dan (c) hilir sungai pada tahun 2008-2012.

0 20 40 60 80 100 120

2008 2009 2010 2011 2012

Musim kemarau Musim hujan

0 10 20 30 40 50 60

2008 2009 2010 2011 2012 Musim kemarau Musim hujan

0 20 40 60 80

2008 2009 2010 2011 2012

Gambar

Tabel 1 Kegiatan dan jenis limbah yang dihasilkan
Gambar 2  Peta DAS Batang Arau.
Tabel 4  Jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
Tabel 5  Data primer yang digunakan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

tu3i1 iri delai dilihar. dibsdl4kan dcnsd

Sumber pencemar yang mencemari Sungai Ciliwung di Segmen Kota Bogor berasal dari limbah domestik, industri dan peternakan.. Sumber pencemar ini banyak berada di

Penelitian tentang komunitas makrozoobentos sebelum dan setelah menerima limbah karet (PT. Teluk Luas dan PT. Batang Hari Barisan) di Sungai Batang Arau Kota Padang

Hasil pemantauan kualitas air menunjukkan bahwa sampai saat ini kondisi kualitas air Sungai Citarum belum dapat memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan di sepanjang

Kualitas ( Total Coliform) air di lihat dari segi Mikro Biologi air pamsimas di Sungai Lareh Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, pada

sungai Metro masih dapat digunakan sesuai peruntukannya. Menurut Effendi [7], kadar nitrit pada perairan relatif kecil, lebih kecil dari pada nitrat, karena segera

sungai Metro masih dapat digunakan sesuai peruntukannya. Menurut Effendi [7], kadar nitrit pada perairan relatif kecil, lebih kecil dari pada nitrat, karena segera

Bila dibandingkan dengan wilayah hulu, wilayah tengah bagian DAS babon ini mempunyai tekanan aktifitas manusia lebih tinggi, dikarenakan selain luas lahan perkebunan,