• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

IMAM FAQIH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

ANALISIS EFEKTIVITAS LEMBAGA KETAHANAN PANGAN

DI PROVINSI JAWA BARAT DALAM UPAYA

(2)

D

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Imam Faqih

NIM I14090087

________________________

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

(3)

1

ABSTRAK

IMAM FAQIH. Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.

Lembaga ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam upaya pencapaian penganekaragaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektifitas lembaga ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat dalam upaya mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan. Penelitian ini menggunakan desain retrospektif. Batasan lembaga ketahanan pangan terdiri dari 17 SKPD dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat yang pada periode 2009 dan 2010 memiliki program terkait ketahanan pangan. Hasil penelitian ini, menunjukkan lembaga ketahanan pangan yang ada sudah baik namun belum efektif karena pada tahun 2011 skor PPH konsumsi masyarakat Jawa Barat baru mencapai 73,3. Karakteristik SDM lembaga ketahanan masih didominasi lulusan SLTA dan pegawai teknis serta belum sepenuhnya memahami konsep pembangunan ketahanan pangan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan dari segi struktur kelembagaan dapat dikatakan baik yang dibuktikan dengan konsistenya tupoksi SKPD dengan KUKP. Meskipun demikian masih terdapat 27,8 % kebijakan yang inkonsisten. Selain itu penyebaran anggaran pembangunan ketahanan pangan masih belum proporsional, yaitu pada subsistem distribusi anggarannya sebesar 1,578 triliun rupiah (73.6%), sedangkan pada subsistem konsumsi hanya sebesar 8,4 (0,4 %).

Kata kunci: efektivitas, lembaga ketahanan pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, Jawa Barat

ABSTRACT

IMAM FAQIH. Analysis of Effectiveness Food Security Institution in West Java for realize diversification of food consumption

Food security institution has a strategic role in achieved food diversity. The purpose of this studied to analyzed the effectiveness of food security institution in West Java province in an effort to realized the diversification of food consumption. This study used a retrospective design. Limitation agency consists of 17 SKPD food security had been coordinated under the Food Security in West Java which was in the period of 2009 and 2010 have a program related to food security. The results of this study, indicated that there was food security agencies has been good, but not effective because in 2011 PPH scores public consumption of West Java reached 73.3. Characteristics of human resources security institution still dominated high school graduates and technical employees, and the human resources do not understand the concept of development of food security. The results also showed there was from institution structure can said that was good that evidenced with jobdesc consistently with KUKP. Beside that still there was 27,8% inconsistently policies. Besides distributing of food security development budget was still not proportional, that was to the distribution subsystem budget of Rp 1,578 trillion (73.6%), whereas the consumption subsystem only Rp 8.4 billion (0.4%).

(4)

IMAM FAQIH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

ANALISIS EFEKTIVITAS LEMBAGA KETAHANAN PANGAN

DI PROVINSI JAWA BARAT DALAM UPAYA

(5)

Judul : Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Nama : Imam Faqih NIM : I14090087

Disetujui oleh

Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah penganekaragaman konsumsi pangan, dengan judul Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selaku penyandang dana penelitian melalui Program Indofood Riset Nugraha 2012-2013.

2. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritik, serta dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi,

3. Bapak dan ibu tercinta, beserta seluruh keluarga (Mbah Kakung, Mbah Rayi, Mbak Rofi’, Mas Munir, Ilmi, dan Rifa) atas kasih sayang, dukungan dan doa yang tak ada hentinya diberikan kepada penulis di setiap perjalanan kehidupan, serta selalu menjadi penghibur dalam setiap kejenuhan.

4. Ir. Abubakar dan Prof. Hardinsyah yang telah mengkader saya secara tidak langsung melalui teladan, arahan dan kritikan selama berkonsultasi, berkomunikasi, dan berinteraksi sehingga banyak sekali pelajaran hidup yang dapat saya ambil selama studi.

5. Sahabat seperjuangan di Himagizi (Ayu, Wulan, Babang, Niken, Wiwi, Liza, Fajar, Mona dan seluruh keluarga besar Himagizi 2012), Sahabat-sahabat di CSS MoRA IPB (Umam, kak salman, dan mas abror), Coconut GM 46 yang meninggalkan banyak cerita suka duka dan kebersamaan, keluarga Departemen Gizi Masyarakat 45, 44, 47, dan 48, juga para dosen, staf Komdik, tim Semnas Pagi 2013, adik-adik praktikan Sosum, Ekopang, dan P2G, serta seluruh keluarga di IPB (keluarga KKP Teluk Kepayang dan keluarga CSS MoRA) yang luar biasa.

6. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas segala kebaikan dengan pahala dan kebaikan yang lebih besar dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 3

Kegunaan Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE PENELITIAN 5

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5

Jenis, Cara Pengumpulan dan Sumber Data 5

Analisis Data 7

DEFINISI OPERASIONAL 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Keadaan Umum Lembaga Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat 8

Sumber Daya Manusia 16

Tugas Pokok dan Fungsi 22

Kebijakan 24

Anggaran Pembangunan Ketahanan Pangan 27

Penganekaragaman Konsumsi Pangan 31

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 36

RIWAYAT HIDUP 54

DAFTAR TABEL

1 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan

Jawa Barat 6

2 Jenis, sumber dan tahun data penelitian 6

3 Jenis variabel yang dianalisis dan analisis data 7

4 SKPD dibawah koordinasi DKP Jawa Barat 10

5 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan

(8)

6 Anggota kelompok kerja ahli DKP Jawa Barat 11 7 Anggota kelompok kerja teknis DKP Jawa Barat 12 8 Anggota kelompok kerja khusus DKP Jawa Barat 13 10 Total karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan

Provinsi Jawa Barat 16

11 Rincian karakteristik jenis kelamin sumberdaya manusia lembaga

ketahanan pangan Jawa Barat 17

12 Karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat 17 13 Rincian karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi

Jawa Barat 18

14 Karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan pangan

Provinsi Jawa Barat 18

15 Rincian Karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan

pangan Provinsi Jawa Barat 19

16 Karakteristik golongan SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa

Barat 20

17 Rincian karakteristik golongan SDM lembaga ketahanan pangan

Provinsi Jawa Barat 21

18 Konsistensi KUKP dengan Tupoksi lembaga ketahanan pangan Jawa

Barat 23

19 Konsistensi kebijakan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat 25 20 Anggaran pembangunan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat 27 21 Rincian anggaran dana subsistem produksi tahun 2009 dan 2010 28 22 Rincian anggaran dana subsistem distribusi tahun 2009 dan 2010 29 23 Rincian anggaran dana subsistem konsumsi tahun 2009 dan 2010 29 24 Skor Pola Pangan Harapan Konsumsi Masyarakat Jawa Barat

berdasarkan data Susenas 2011 31

25 Konsumsi sayur golongan A masyarakat Jawa Barat berdasarkan data

Susenas 2011 33

26 Konsumsi sayur golongan B masyarakat Jawa Barat berdasarkan data

Susenas 2011 33

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel konsistensi tupoksi lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat 36 2 Tabel konsistensi kebijakan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat 41 3 Tabel daftar pertanyaan untuk pokja ahli ket ahanan pangan Provinsi Jawa

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU No 18 Tahun 2012). Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan mayarakat secara bersama-sama. Tugas pemerintah dalam urusan pangan adalah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Upaya untuk memenuhi hak masyarakat akan pangan secara berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan konsep ketahanan pangan. Menurut UU no 18 tahun 2012 tentang Pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan juga mempunyai pengertian dimana keadaan setiap orang pada setiap saat memiliki aksesibilitas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk hidup sehat dan produktif.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan adalah dengan melaksanakan penganekaragaman konsumsi pangan. Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan dasar pemantapan ketahanan pangan untuk peningkatan kualitas SDM dan pelestarian SDA. Mengingat penganekaragaman konsumsi pangan belum mencapai kondisi yang optimal, yang dicirikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya peran pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal. Kebijakan ini bertujuan untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan bangsa Indonesia dengan memanfaatkan sumberdaya lokal melalui usaha mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden (Perpres) tersebut, telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian No. 43 Tahun 2009 tentang gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal. Peraturan tersebut dikeluarkan untuk membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, dan berimbang untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif.

(10)

2 dan Pemerintah Kabupaten Kota. PP No. 38 Tahun 2007 juga menerangkan bahwa pemerintah pusat bertugas membuat kebijakan nasional yang berisi tentang serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar, prosedur dan/atau kriteria yang ditetapkan pemerintah sebagai pedoman penyelenggaraan urusan pemerintahan. Sedangkan pemerintah daerah bertugas menjalankan pemerintahan sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat yang mengacu pada kebijakan nasional. Secara lebih rinci, Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 menerangkan bahwa perumpunan urusan pemerintahan dalam bidang ketahanan pangan harus diwadahi dalam bentuk badan atau kantor ketahanan pangan. Komitmen pemerintah akan pentingnya urusan ketahanan pangan juga dapat terlihat dari adanya Perpres No 83 tahun 2006 yang mewajibkan setiap pemerintahan provinsi harus membentuk dewan ketahanan pangan demi tercapainya ketahanan pangan. Dalam usaha pencapaian ketahanan pangan ini, digunakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan penyelenggaraanya.

Usaha mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan tentunya tidak dapat telaksana tanpa tersedianya beranekaragam bahan pangan dan daya beli masyarakat. Usaha percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sangat terkait dengan aspek produksi, distribusi dan daya beli masyarakat yang saling terintegrasi. Menurut Maxwell (1997) konsumsi pangan merupakan indikator tidak langsung yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan ketahanan pangan.

Dalam rangka menyelenggarakan urusan wajib bidang ketahanan pangan perlu dilakukan perencanaan dan pengelolaan pangan secara konsisten dan terpadu. Fungsi perencanaan dan pengelolaan tersebut tentunya dilaksanakan oleh lembaga formal yang dibentuk pemerintah berdasarkan aturan legal atau payung hukum yang berlaku. Untuk itu, diperlukan suatu lembaga ketahanan pangan dalam pemerintahan daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat yang terfokus pada usaha pencapaian penganekaragaman konsumsi pangan guna mencapai ketahanan pangan.

Upaya penganekaragaman konsumsi pangan sebenarnya bukan merupakan perkara baru yang di hadapi oleh pemerintah, baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Namun, upaya tersebut belum menuai hasil optimal yang dapat dirasakan manfaatnya oleh segenap masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat di Provinsi Jawa Barat.

(11)

3 latar belakang penelitian mengambil lokasi di wilayah pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Tentunya banyak faktor yang menjadi penyebab belum optimalnya agenda besar pemerintah tentang penganekaragaman pangan ini, salah satunya adalah mengenai efektifitas peran lembaga ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat. Dalam setiap lembaga, efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard (1992), efektivitas merupakan tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama dalam sebuah organisai atau lembaga. Efektifitas lembaga ketahanan pangan sangat diharapkan karena lembaga tersebut memiliki tanggung jawab yang besar atas hak dasar manusia yaitu hak katas pangan. Mengingat pentingnya fungsi lembaga ketahanan pangan dalam upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan, maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui efektivitas lembaga tersebut dalam menjalankan fungsinya.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas lembaga ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat dalam upaya mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan.

Tujuan Khusus Penilitian ini secara khusus bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik sumber daya manusia di lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat.

2. Menganalisis tugas pokok dan fungsi lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat.

3. Menganalisis kebijakan lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat yang berkaitan dengan upaya penganekaragaman konsumsi pangan melingkupi aspek produksi, distribusi, dan konsumsi.

4. Menganalisis anggaran dana pemerintah yang berkaitan dengan upaya penganekaragaman konsumsi pangan melingkupi aspek produksi, distribusi, dan konsumsi.

5. Menganalisis skor PPH konsumsi masyarakat Jawa Barat berasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Kegunaan Penelitian

(12)

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan mayarakat secara bersama-sama. Berdasarkan Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, ketahanan pangan merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah baik provinsi ataupun kabupaten/ kota, karena ketahanan pangan berkaitan dengan pelayanan dasar. Tugas pemerintah dalam urusan pangan adalah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang salah satunya dilaksanakan dengan mengeluarkan kebijakan tentang ketahanan pangan. Salah satu cara untuk mencapai ketahanan pangan adalah dengan penganekaragaman pangan yang mencakup aspek produksi, distribusi, dan konsumsi yang menjadi indikator tidak langsung keberhasilan ketahanan pangan.

Pada era desentralisasi masalah ketahanan pangan menjadi urusan wajib pemerintah daerah, tak terkecuali pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan kebijakan tersebut tentunya menjadi tanggung jawab lembaga ketahanan pangan daerah yang salah satu tugasnya adalah mengupayakan penganekaragaman konsumsi pangan. Peran lembaga ketahanan pangan sangatlah vital, sehingga tingkat efektivitas lembaga tersebut sangat berpengaruh terhadap usaha percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Pentingnya peran lembaga juga sudah ditegaskan UNICEF melalui kerangka penyebab masalah gizi yang dikeluarkan pada tahun 1990. Kerangka UNICEF tersebut menjelaskan bahwa salah satu akar masalah yang dapat mempengaruhi status gizi masyarakat adalah masalah kelembagaan.

Efektivitas merupakan kemampuan organisasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada melalui sebuah proses organisasi yang optimal. Penelitian tentang efektifitas lembaga ini menggunakan pendekatan sasaran, yang menurut Lubis dan Husaini (1977) merupakan pendekatan yang memfokuskan perhatian terhadap aspek output yaitu mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tingkatan output yang direncanakan. Tingkat efektifitas lembaga ketahanan pangan daerah Jawa Barat dapat dilihat dari output atau keberhasilan program. Salah satu output lembaga ketahanan pangan Jawa Barat adalah penganekaragaman konsumsi pangan, yang pada penilainnya dapat dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) sebagai acuannya.

(13)

5 kerangka kerja formal organisasi beserta tugas-tugasnya. Sedangkan fungsi lembaga atau organisasi menurut Terry (2000) dalam menjalankan proses menejemen mencakup planning, organizing, actuating dan controlling. Fungsi lembaga dalam penelitian ini dapat dilihat dari kebijakan yang ditetapkan dan penggunaan anggaran yang berhubungan dengan ketahanan pangan yang tentunya didalamnya terdapat unsur planning, organizing, actuating dan controlling.

Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan : a) pemerintah memiliki peran yang sangat penting terhadap pembangunan ketahanan pangan wilayah, sebagaimana diamanatkan PP No. 38 tahun 2007; b) Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia; c) belum tercapainya usaha penganekaragaman konsumsi pangan dan d) kemudahan dalam akses data. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2013, sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini adalah kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat meliputi Badan Kepegawaian Daerah, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.

Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder mengenai lembaga ketahanan pangan Jawa Barat. Batasan lembaga ketahanan pangan dalam penelitian ini adalah lembaga-lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah

Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan Jawa Barat

Sumber Daya Manusia

Input Proses

- Tugas Pokok dan Fungsi

- Kebijakan

- Anggaran Pembangunan Ketahanan Pangan

Output

Penganekaragaman Konsumsi Pangan  Standar Pelayanan

(14)

6 (SKPD) yang berada dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitain ini tidak semua SKPD dibawah koordinasi DKP menjadi objek penelitian. Hanya SKPD yang mempunyai program ketahanan pangan periode 2009 sampai 2010 yang bersumber dari Laporan Pencapaian Kinerja Kegiatan APBD Berdasarkan Program Bappeda lah yang menjadi objek penelitian. Secara lebih rinci SKPD dibawah koordinasi DKP yang menjadi objek penelitian terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat

Data primer mengenai lembaga ketahanan pangan dan problematikanya diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap narasumber anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat. Data sekunder diperoleh melalui berbagai studi pustaka maupun dari dinas atau instansi terkait.

Jenis data sekunder yang dikumpulkan adalah dokumen kepegawaian, dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), rencana strategis, program kerja dan tupoksi lembaga antar sektor pembangunan ketahanan pangan, anggaran pemerintah yang digunakan dalam upaya penganekaragaman konsumsi pangan melingkupi aspek produksi, distribusi, dan konsumsi, serta tabel SUSENAS 9A tahun 2011 untuk mengetahui skor PPH konsumsi penduduk Jawa Barat. Secara lebih rinci jenis, sumber dan tahun data dapat dilihatpada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2 Jenis, sumber dan tahun data penelitian

No Jenis Data Sumber Tahun

1 Data kepegawaian BKD 2013

2 RPJMD Bappeda 2008-2013

3 Rencana Strategis 17 SKPD terkait 2008-2013

4 Program kerja Bappeda 2009 & 2010

5 Tupoksi 17 SKPD terkait 2008-2013

6 Anggaran dana Bappeda 2009 & 2010

7 Tabel SUSENAS 9A BPS 2011

No SKPD No SKPD

1 Bappeda 10 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 2 Dinas Bina Marga 11 Badan Penanggulangan bencana 3 Dinas Kesehatan 12 Dinas Permukiman dan Perumahan 4 Dinas Kehutanan 13 Dinas Perikanan dan Kelautan

5 Dinas Perkebunan 14 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 6 Dinas PSDA 15 Dinas koperasi dan UMKM

7 Badan Ketahanan

Pangan 16

Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB

(15)

7 Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup analisis karakteristik SDM, tugas pokok dan fungsi, kebijakan, dan juga analisis anggaran dana yang berkaitan dengan penganekaragaman konsumsi pangan. Secara rinci analisis yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 3 Jenis variabel yang dianalisis dan analisis data

Analisis yang dilakukan adalah analisis isi (content analysis) yaitu analisis yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kesesuaian antar kebijakan yang kemudian dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Acuan umum yang digunakan untuk analisis ini adalah Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP), Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta pendapat dari Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.

DEFINISI OPERASIONAL

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

SPM (Standar Pelayanan Minimum) Bidang Ketahanan Pangan adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar kewajiban pemerintah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal, yang kualitas pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja pelayanan ketahanan pangan yang salah satunya adalah bidang penganekaragaman pangan dengan skor

Variable Ruang Lingkup Data Jenis

Analisis Sumber Daya

Manusia

Data karakteristik pegawai (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan golongan) 17 SKPD

Analisis deskriptif Tugas pokok dan

fungsi Data tugas pokok & fungsi 17 SKPD

Analisis deskriptif Kebijakan Data RPJMD, Tupoksi, renstra atau program

kerja 17 SKPD

Analisis isi dan deskriptif Anggaran

pembangunan ketahanan pangan

Data anggaran program kerja 17 SKPD Analisis deskriptif

Skor PPH Tabel SUSENAS 9A Analisis

(16)

8 PPH sebagai tolok ukur keberhasilannya. Skor 90 merupakan skor minimal PPH yang harus dipenuhi pemerintah sedangkan sekor idealnya adalah 100. Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah pola konsumsi pangan beragam,

bergizi, dan berimbang untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif guna mencapai ketahanan pangan yang dapat diukur dengan skor PPH. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan

atas proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok pangan yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya serta dapat digunakan untuk menilai kualitas konsumsi pangan.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi perangkat daerah yang dapat berupa badan atau dinas pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran yang memiliki tugas pokok dan fungsi tertentu.

Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) adalah sasaran utama atau pekerjaan yang dibebankan kepada organisasi untuk dicapai dan menjadi landasan hukum unit organisasi tersebut dalam pelaksanaan tugas dan koordinasi pada tataran aplikasi di lapangan.

Dewan Ketahanan Pangan adalah lembaga non struktural yang dipimpin oleh seorang Gubernur yang memiliki tugas untuk merumuskan kebijakan operasional, evaluasi dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan meliputi bidang penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi (Perpres No 83 tahun 2006) Lembaga Ketahanan Pangan adalah kumpulan SKPD dibawah koordinasi

Dewan Ketahanan Pangan yang mempunyai fungsi bersama-bersama mewujudkan ketahanan pangan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No 501/Kep.602-BKP/2010.

KUKP (Kebijakan Umum Ketahanan Pangan) adalah dokumen keputusan, strategi dan perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah (DKP pusat) untuk mencapai ketahanan pangan.

Pegawai Teknis adalah sumber daya manusia yang mempunyai beban pekerjaan yang bersifat sebagai pelaksana dilapangan yang belum membutuhkan kemampuan keilmuan yang mendalam dan komperehensif dengan latar belakang pendidikan dari Sekolah Dasar sampai dengan D3 berdasarkan Peraturan Pemerintah No 98 Tahun 2000.

Pegawai Fungsional adalah sumber daya manusia yang mempunyai suatu keahlian dibidang ilmu tertentu dan mempunyai beban pekerjaan yang bukan hanya sebagai pelakasana akan tetapi dapat menjadi penjamin mutu bidang pekerjaan dengan latar belakang pendidikan S1 atau D4 keatas berdasarkan Peraturan Pemerintah No 98 Tahun 2000.

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah ditentukan dapat dicapai yakni target pencapaian skor PPH sebesar 90 berdasarkan SPM. semakin besar presentase target pencapaian skor PPH, makin tinggi efektifitasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lembaga Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat

(17)

9 yang berlaku dalam suatu masyarakat, jaringan kerjasama, dan organisasi yang menjalankan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga ketahanan pangan merupakan sebuah organisasi yang memiliki tugas pokok untuk mencapai ketahanan pangan. Lembaga ketahanan pangan dapat bersifat struktural atupun non struktural (fungsional). Menurut Peraturan Presiden No 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan, yang termasuk kedalam lembaga non strukrural adalah Dewan Ketahanan Pangan (DKP). DKP merupakan lembaga non struktural yang dipimpin oleh seorang ketua yang mempunyai tugas membantu Presiden merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Menurut Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Secara struktural lembaga ketahanan pangan dapat berbentuk badan ataupun kantor ketahanan pangan .

Dewan Ketahan Pangan tingkat provinsi mempunyai tugas membantu Gubernur dalam beberapa hal, yakni mewujudkan ketahanan pangan provinsi dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan DKP pusat, merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan, melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan ketahanan pangan Provinsi. Lebih lanjut lagi tugas DKP meliputi kegiatan dibidang penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi. Fungsi DKP provinsi secara struktural dijalanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah dan dibantu oleh Bagian Ketahanan Pangan pada Biro Bina Produksi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

Dewan Ketahanan Pangan

(18)

10 Tabel 4 SKPD di bawah koordinasi DKP Jawa Barat

Sumber : Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No 501/Kep.602-BKP/2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.

Dalam penelitain ini tidak semua SKPD dibawah koordinasi DKP menjadi objek penelitian. Hanya SKPD yang mempunyai kebijakan atau program yang berhubungan dengan ketahanan pangan periode 2009 sampai 2010 lah yang menjadi objek penelitian. Secara lebih rinci SKPD dibawah koordinasi DKP yang menjadi objek penelitian terdapat pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 5 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat

Secara umum keadaan lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat dapat dikatakan sudah baik bila merujuk pada Perpres No 83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan. Pada Perpres tersebut ada ketentuan bahwa sekretariat DKP secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja/perangkat daerah provinsi yang menangani tugas dan fungsi ketahanan pangan. Provinsi Jawa Barat telah menerjemahkan ketentuan tersebut dengan memberikan tanggung jawab kepada

No SKPD No SKPD

1 Bappeda 16 Dinas Pertanian Tanaman Pangan

2 Dinas Bina Marga 17 Badan Penanggulangan bencana

3 Dinas Kesehatan 18 Dinas Permukiman dan Perumahan

4 Dinas Kehutanan 19 Biro Administrasi Perekonomian

5 Dinas Perkebunan 20 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

6 Dinas PSDA 21 Dinas Perikanan dan Kelautan

7 Badan Ketahanan Pangan 22 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB

8 Dinas Perhubungan 23 Badan Pemberdayaan Masyarakat&Pemerintah

9 Dinas Peternakan 24 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

10 Dinas Sosial 25 Dinas Komunikasi dan Informasi

11 Dinas Pendidikan 26 Bank Indonesia Cabang Bandung

12 Dinas koperasi dan UMKM 27 Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan

13 Badan Pusat Statistik 28 Badan Urusan Logistik Divisi Jawa Barat

14 Biro Pengembangan Sosial 29 Lembaga Penelitian Pengawasan Obat dan

Makanan MUI Jawa Barat 15 Biro Bina Produksi

No SKPD No SKPD

1 Bappeda 10 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 2 Dinas Bina Marga 11 Badan Penanggulangan bencana 3 Dinas Kesehatan 12 Dinas Permukiman dan Perumahan 4 Dinas Kehutanan 13 Dinas Perikanan dan Kelautan

5 Dinas Perkebunan 14 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 6 Dinas PSDA 15 Dinas koperasi dan UMKM

7 Badan Ketahanan

Pangan 16

Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB

(19)

11 Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat selaku unit kerja yang menangani tugas dan fungsi ketahanan pangan menjadi sekretariat DKP. DKP Jawa Barat juga telah membentuk kelompok kerja ahli yang mempunyai tugas merumuskan kebijakan pemantapan ketahanan pangan dan memberikan masukan kepada DKP yang berkaitan dengan upaya-upaya pemantapan ketahanan pangan baik jangka pendek maupun jangka menengah. Berikut merupakan tabel daftar nama anggota Pokja ahli DKP Jawa Barat.

Tabel 6 Anggota kelompok kerja ahli DKP Jawa Barat

No Nama Spesialisasi

1 Prof. Dr. Ir. Maman Haeruman Ahli ekonomi pertanian Universitas Padjajaran

2 Prof. Dr. Ir. Sutarman Ahli logistik Universitas Pasundan

3 Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi Ahli analisis dan keamanan pangan Universitas Pasundan

4 Dr. Ir. Ronnie S. Natawidjaja Ahli distribusi pangan Universitas Padjajaran

5 Dr. Ir. Yayuk F. Baliwati, MS Ahli sumberdaya pangan dan gizi IPB

6 Dr. Ir. Asep Dedi Sutrisno Ahli teknologi pangan Universitas Pasundan

7 Dr. Tufiqurrahman Ahli sumberdaya alam dan lingkungan ITB

8 Dr. Dudi Dewayan Ahli dinamika dan pengembangan kelompok

masyarakat pedesaan

9 Ir. Poppy Sophia Bakur, M.EP. Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat

10 Ir. Tonny Firman Kurniawan,

MS

Ahli sosial ekonomi dan perencanaan

pembangunan wilayah dan pedesaan

11 Ir. Entang Sastraatmadja Ahli ekonomi pertanian

12 Ir. Atamimi Ahli perdagangan komoditas pangan

Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010

(20)

12 Tabel 7 Anggota kelompok kerja teknis DKP Jawa Barat

No Jabatan / Instansi Keterangan

1 Kepala BKP Ketua

2 Kabid Kelembagaan dan Infrastruktur BKP Sekretaris

3 Kabag Ketahanan Pangan Biro Bina Produksi Anggota

4 Kabag Bina Kemasyarakatan Biro Pengembangan Sosial Anggota

5 Kabid Ekonomi Bappeda Anggota

6 Kabid Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Keluarga Badan

Pemberdayaan Perempuan dan KB

Anggota

7 Kabid Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintah Desa

Anggota

8 Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPB Anggota

9 Kabid Penanggulangan Bencana BPB Anggota

10 Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan BKP Anggota

11 Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan BKP Anggota

12 Kabid Produksi Tanaman Pangan Distan TP Anggota

13 Kabid Penembangan Usaha Disnak Anggota

14 Kabid Produksi Perkebunan Disbun Anggota

15 Kabid Perikanan Budidaya Diskan Anggota

16 Kabid Bina Produksi dan Usaha Kehutanan Dishut Anggota

17 Kabid Pelayanan Kesahatan Dinkes Anggota

18 Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Anggota

19 Kabid Koperasi Diskop UMKM Anggota

20 Kabid Perumahan Diskimrum Anggota

21 Kabid Permukiman Diskimrum Anggota

22 Kabid Bina Manfaat Dinas PSDA Anggota

23 Kabid Transportasi Darat Dishub Anggota

24 Kabid Bantuan dan Perlindungan Sosial Dinsos Anggota

25 Kabid Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja Disnakertrans Anggota

26 Kabid Pembangunan Dinas Bina Marga Anggota

27 Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Anggota

28 Kabid Sarana Komunikasi&Diseminasi Informasi Diskominfo Anggota

29 Kabag Industri, Perdagangan, dan Penanaman Modal Biro Administrasi Perekonomian

Anggota

30 Kabid Statistik Sosial BPS Anggota

31 Kabid Sertifikasi dan Layanan Konsumen Balai Besar POM Anggota

32 Kabid Ekonomi Moneter Bank Indonesia Bandung Anggota

33 Kabid Pelayanan Publik Bulog Anggota

34 Sekretaris Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika MUI

Anggota

35 Ketua Pokja III PenggerakPKK Anggota

Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010

(21)

13

Tabel 8 Anggota kelompok kerja khusus DKP Jawa Barat

No Jabatan / Instansi Keterangan

1 Ketua HKTI Jawa Barat Ketua

2 Kabid Distribusi dan Harga Pangan BKP Sekretaris

3 Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA) Jawa Barat Anggota

4 Ketua Kontak Tani/Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat Anggota

5 Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Barat Anggota

6 Ketua Petani Nelayan Sejahtera Seluruh Indonesia (PPNSI) Jawa Barat Anggota

7 Ketua Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) Jawa Barat Anggota

8 Ketua Asosiasi Pedagang Komoditi Agro (APKA) Jawa Barat Anggota

9 Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) Jawa Barat Anggota

10 Ketua Persatuan penggilang Padi (PERPADI) Jawa Barat Anggota

Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010

Badan Ketahanan Pangan

Sesuai dengan PP 38 Tahun 2007, tahun 2008 Permerintah Daerah Jawa Barat bersama DPRD Jawa Barat mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat. Peraturan tersebut salah satunya berisi tentang dibentuknya lembaga khusus yang menangani ketahanan pangan di Jawa Barat setingkat Esselon II, yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Propinsi Jawa Barat, dan mulai operasional Tahun 2009.

Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah, Badan Ketahanan Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan visi Jawa Barat

”Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera. Guna

mewujudkan Visi tersebut, Badan Ketahanan Pangan memiliki visi “Tercapainya

Jawa Barat sebagai provinsi bebas rawan pangan”. Visi tersebut diuraikan dalam

Misi BKP Jawa Barat, yaitu:

a. Mewujudkan kemandirian masyarakat melalui pengembangan usaha ekonomi produktif berbasis potensi lokal

b. Meningkatkan pendistribusian pangan yang merata ke seluruh wilayah c. Meningkatkan konsumsi dan keanekaragaman pangan

d. Meningkatkan kelembagaan dan kualitas infrastruktur pangan

e. Meningkatkan Sumber daya aparatur bidang ketahanan pangan yang berbasis kompetensi

Selanjutnya, sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 49 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat, BKPD Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang ketahanan pangan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Badan Ketahanan Pangan Daerah mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan;

(22)

14 kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan;

c. Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTB;

d. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

Suatu lembaga tak akan dapat terlepas dari program kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Program kerja yang di laksanakan di Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan : - Fasilitasi penanganan daerah rawan pangan - Fasilitasi distribusi dan harga pangan Jawa Barat

- Fasilitasi menumbuhkembangkan infrastruktur dan kelembagaan pangan

- Fasilitasi peningkatan kompetensi pendampingan BKP - Fasilitasi pengembangan Food Center di Jawa Barat

- Fasilitasi pemanfaatan pekarangan rumah tangga di desa rawan pangan - Kegiatan fasilitasi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan lingkungan bebas rawan pangan

- Pengembangan desa mandiri pangan - Diversifikasi pangan

- Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) b. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur d. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

e. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

f. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian g. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur

Badan Ketahanan Pangan selaku sekretariat DKP juga dapat dikatakan sudah baik bila dilihat kelengkapan strukturnya . Terdapat bidang-bidang yang mengurusi permasalahan ketahanan pangan dari hulu sampai hilir. Kelengkapan struktur tersebut terlihat dari adanya Bidang ketersediaan dan kerawanan pangan, Bidang distribusi dan harga pangan, Bidang konsumsi dan keamanan pangan, serta Bidang kelembagaan dan infrastruktur pangan. Selain bidang-bidang tersebut terdapat juga sub bidang dan sub bagian yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk turut memantapkan ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat.

Permasalahan kelembagaan yang sering timbul seiring berjalannya pembangunan ketahanan pangan menurut narasumber ahli adalah masalah posisi atau status Badan Ketahanan Pangan itu sendiri. Pada tingkat pusat Badan Ketahanan Pangan berada dibawah Kementerian Pertanian, hal ini menyebabkan Badan Ketahanan Pangan tidak mempunyai wewenang atau kekuatan yang lebih untuk bisa mengkoordinir kementerian atau lembaga lain untuk mencapai ketahanan pangan. Posisi BKP yang berada dibawah Kementerian Pertanian, juga mengakibatkan pandangan bahwa masalah ketahanan pangan hanyalah urusan atau wewenang dari Kementrian Pertanian, yang lebih berorientasi pada peningkatan produksi pangan.

(23)

15 Rendahnya wewenang yang dimiliki BKP mengakibatkan lembaga ini tidak dapat mengkoordinir, mengendalikan ataupun memonitor SKPD lain untuk mencapai ketahanan pangan.

Bagian Ketahanan Pangan Biro Bina Produksi Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat, Biro Bina Produksi merupakan bagian dari Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Struktur / susunan organisasi Biro Bina Produksi yang membawahkan beberapa bagian dan subbagian adalah sebagai berikut :

1. Bagian Pertanian, membawahkan : - Subbagian Pertanian Tanaman Pangan; - Subbagian Peternakan;

- Subbagian Perikanan.

2. Bagian Ketahanan Pangan, membawahkan : - Subbagian Keamanan Pangan;

- Subbagian Pengembangan Ketahanan Pangan. 3. Bagian Kehutanan dan Perkebunan, membawahkan :

- Subbagian Kehutanan; - Subbagian Perkebunan.

Biro Bina Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Biro Bina Produksi mempunyai tiga fungsi yaitu :

1. Penyelenggaraan perumusan bahan kebijakan umum pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan;

2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan.

3. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan.

Visi Biro Bina Produksi adalah “Terciptanya rumusan kebijakan umum pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan yang tepat dan

akurat guna mendukung pencapaian visi pemerintah Provinsi Jawa Barat”. Visi

tersebut diuraikan dalam Misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kapasitas aparatur Biro Bina Produksi guna mendukung peningkatan produksi pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan,ketahanan pangan serta kehutanan dan perkebunan,

2. Meningkatkan pelayanan prima dalam proses perumusan bahan kebijakan umum di bidang produksi pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan;

(24)

16 4. Meningkatkan pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan peningkatan

produksi pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, ketahanan pangan serta kehutanan dan perkebunan,

5. Mendukung kebijakan strategis lainnya dalam mewujudkan visi Jawa Barat. Sumberdaya manusia aparatur di Lingkungan Biro Bina Produksi sebanyak 47 (empat puluh tujuh) orang. Terdapat 1 kepala biro, 3 kepala bagian, 7 kepala subbagian, dan 36 orang pelaksana. Bagian Ketahanan Pangan memliki dua subbagian yang masing-masing memiliki 5 orang pelaksana pada Subbagian Kemanan Pangan dan 6 orang pada Subbagian Pengembangan Ketahanan Pangan.

Sumber Daya Manusia

Jenis Kelamin

Karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan Jawa Barat dapat terlihat pada tabel tabel 6 dibawah ini.

Tabel 10 Total karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan Jawa Barat

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 3705 75.03

2 Perempuan 1233 24.97

Total 4938 100

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013

(25)

17

Tabel 11 Rincian karakteristik jenis kelamin sumberdaya manusia lembaga ketahanan pangan Jawa Barat

No SKPD Jenis Kelamin Total Persentase

(%)

Lk P

1 Bappeda 111 44 155 3.14

2 Dinas Permukiman dan Perumahan 185 69 254 5.14

3 Dinas Kesehatan 220 260 480 9.72

4 Dinas Kehutanan 156 43 199 4.03

5 Dinas Perkebunan 108 40 148 3.00

6 Dinas PSDA 349 76 425 8.61

7 Badan Penanggulangan bencana daerah 49 13 62 1.26

8 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 783 159 942 19.08

9 Dinas Peternakan 214 81 295 5.97

10 Dinas Perikanan dan Kelautan 188 64 252 5.10

11 Dinas Bina Marga 568 113 681 13.79

12 Badan Ketahanan Pangan 39 34 73 1.48

13 Dinas Perhubungan 331 55 386 7.82

14 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 296 107 403 8.16

15 Dinas koperasi dan Usaha UMKM 66 38 104 2.11

16 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 42 37 79 1.60

Total 3705 1233 4938 100

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013

Usia

Selain jenis kelamin, faktor usia dari SDM yang berkerja dalam bidang pembangunan ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat juga merupakan bagian dari karakteristik yang dilihat. Pembagian kelompok usia pegawai dalam penelitian ini merujuk pada ketetapan Departeman Kesehatan RI tahun 2009. Berikut merupakan tabel total karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Jawa Barat.

Tabel 12 Karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Jawa Barat

No Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 25 26 0.53

2 26-45 2160 43.74

3 46-55 2701 54.7

4 ≥ 56 51 1.03

Total 4938 100

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013

(26)

18 bidang ketahanan pangan adalah masa dewasa (26-45 tahun) yakni sebesar 43,74% atau 2160 orang dan kelompok usia lansia awal (46-55 tahun) sebesar 54.7% atau sebanyak 2701 orang. Secara lebih rinci karakteristik usia SDM terdapat pada tabel 13 berikut ini.

Tabel 13 Rincian karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Jawa Barat

No SKPD ≤ 25 Kelompok Usia

26-45 46-55 ≥ 56

1 Bappeda 2 99 50 4

2 Dinas Permukiman dan Perumahan 2 104 146 2

3 Dinas Kesehatan 9 232 233 6

4 Dinas Kehutanan 1 90 108 0

5 Dinas Perkebunan 0 69 78 1

6 Dinas PSDA 1 195 224 5

7 Badan Penanggulangan bencana daerah 0 29 33 0

8 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 0 229 695 18

9 Dinas Peternakan 0 193 100 2

10 Dinas Perikanan dan Kelautan 2 131 118 1

11 Dinas Bina Marga 2 344 331 4

12 Badan Ketahanan Pangan 1 30 42 0

13 Dinas Perhubungan 5 196 184 1

14 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1 145 256 1

15 Dinas koperasi dan Usaha UMKM 0 41 58 5

16 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 0 33 45 1

Total 26 2160 2701 51

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013

Tingkat Pendidikan

Menurut Muchdarsyah (2003) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja adalah tingkat pendidikan seseorang. Berikut telah disajikan tabel karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat.

Tabel 14 Karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 245 4.96

2 SLTP 228 4.61

3 SLTA 2114 42.8

4 D2 10 0.2

5 D3 335 6.78

6 S1 1544 31.3

7 S2 450 9.11

8 S3 12 0.24

Total 4938 100

(27)

19

Tingkat pendidikan SDM pada seluruh SKPD sangatlah beragam, mulai dari sekolah dasar sampai pada jenjang pendidikan tertinggi yaitu strata tiga (S3). Masih terdapat pegawai yang hanya lulusan sekolah dasar pada SKPD terkait ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat yakni sebesar 4.96% atau sebanyak 245 orang. Lulusan SLTA yang berjumlah 2114 orang (42.8%) terlihat lebih besar dari pada pegawai yang menamatkan pendidikannya pada jenjang starata satu (S1) yang berjumlah 1544 orang (31.3 %). Pegawai dengan jenjang pendidikan S3 masih belum banyak jumlahnya, yaitu hanya sebesar 0.24 % atau sebanyak 12 orang. Jumlah tingkat pendidikan S3 yang begitu rendah mengakibatkan tidak semua SKPD memiliki SDM dengan tingkat pendidikan tertinggi tersebut. Tingkat pendidikan seluruh SDM secara lebih rinci terangkum dalam tabel 15 dibawah ini.

Tabel 15 Rincian karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat

No SKPD Jenis Kelamin

SD SLTP SMA D2 D3 S1 S2 S3

1 Bappeda 7 4 40 0 12 49 41 2

2 Dinas Permukiman dan

Perumahan

13 8 98 1 20 72 42 0

3 Dinas Kesehatan 14 15 155 0 107 139 50 0

4 Dinas Kehutanan 4 5 72 2 19 75 22 0

5 Dinas Perkebunan 3 4 70 0 10 44 16 1

6 Dinas PSDA 28 39 194 0 21 111 32 0

7 Badan Penanggulangan

bencana daerah

1 2 22 0 1 24 12 0

8 Dinas Pertanian Tanaman

Pangan

27 34 520 4 32 280 44 1

9 Dinas Peternakan 50 24 103 1 22 77 18 0

10 Dinas Perikanan dan Kelautan

21 17 89 0 25 75 25 0

11 Dinas Bina Marga 45 46 320 0 30 183 56 1

12 Badan Ketahanan Pangan 2 1 28 0 0 27 14 1

13 Dinas Perhubungan 13 6 169 2 22 143 30 1

14 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

12 12 182 0 9 169 18 1

15 Dinas koperasi dan Usaha UMKM

3 3 29 0 1 48 17 3

16 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB

2 8 23 0 4 28 13 1

Total 245 228 2114 10 335 1544 450 12 Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013

(28)

20 pegawai lulusan Strata 3 adalah Dinas Permukiman dan Perumahan, Dinas Kesehatan, Dinas Kehutanan, Dinas PSDA, Badan Penanggulangan bencana daerah, Dinas Peternakan, serta Dinas Perikanan dan Kelautan.

Berdasarkan latar belakang pendidikan SDM dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yakni pegawai teknis dan pegawai fungsional. Pegawai teknis adalah sumber daya manusia yang mempunyai beban pekerjaan sebagai pelaksana dilapangan yang belum membutuhkan kemampuan keilmuan mendalam dan komperehensif dengan latar belakang pendidikan dari Sekolah Dasar sampai dengan D3. Sedangkan pegawai fungsional adalah sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dibidang ilmu tertentu dan mempunyai beban pekerjaan yang bukan hanya sebagai pelakasana akan tetapi dapat menjadi penjamin mutu bidang pekerjaan dengan latar belakang pendidikan S1 atau D4 keatas. Berdasarkan analisis yang dilakukan, pegawai dengan pendidikan SD sampai dengan D3 lebih besar dibanding dengan pegawai dengan tingkat pendidikan S1 keatas. Penjabaran besaran pegawai tersebut adalah pegawai teknis sebanyak sebanyak 2932 pegawai (59,35 %) sedangkan fungsional sebesar 2006 pegawai (40.65 %).

Besarnya pegawai teknis mungkin merupakan salah penyebab mengapa konsep pembangunan ketahanan pangan belum sepenuhnya dipahami. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan upaya untuk mendorong pembangunan ketahanan pangan menjadi terhambat. Bila digunakan asas berimbang dalam hal pekerjaan fungsional dan teknis, seharusnya besarnya pegawai teknis dan fungsional berbanding 1:1. Keberimbangan ini memiliki tujuan untuk mengefektifkan kinerja pegawai karena dengan demikian beban pekerjaan dapat terdistribusi dengan berimbang tanpa bertumpu pada salah satu kelompok pegawai dan upaya untuk mendorong pemahaman tentang konsep pembangunan pangan dapat lebih mudah dilaksanakan.

Golongan atau Pangkat

(29)

21

Tabel 16 Karakteristik golongan SDM lembaga ketahanan pangan Jawa Barat

No Golongan / pangkat Jumlah Persentase (%)

1 1 (Juru) 272 5.51

2 II (Pengatur) 1422 28.8

3 III (Penata) 2872 58.2

4 IV (Pembina) 372 7.53

Total 4938 100

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013

Pegawai pada penelitian ini sebagian besar berada pada golongan III yaitu sebesar 58.41% atau sebanyak 2938 orang. Golongan 1 merupakan pangkat yang dimiliki pegawai dengan persentase terkecil yaitu 5.51% atau sebanyak 272 orang. Golongan IV juga memiliki persentase kecil yaitu hanya 7.53% atau sebanyak 372 orang. Hal ini dapat dimaklumi karena untuk meraih pangkat pada golongan IV selain harus memiliki ijazah pendidikan yang tinggi juga harus memiliki jenjang karir yang panjang. Secara lebih rinci karakteristik golongan SDM terdapat pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17 Rincian karakteristik golongan SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat

No SKPD Golongan / Pangkat

I II III IV

1 Bappeda 6 47 84 18

2 Dinas Permukiman dan Perumahan 10 65 161 18

3 Dinas Kesehatan 11 126 299 44

4 Dinas Kehutanan 4 40 140 15

5 Dinas Perkebunan 5 53 73 17

6 Dinas PSDA 38 160 213 14

7 Badan Penanggulangan bencana daerah 1 17 34 10

8 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 32 182 644 84

9 Dinas Peternakan 57 106 108 24

10 Dinas Perikanan dan Kelautan 28 76 124 24

11 Dinas Bina Marga 49 294 322 16

12 Badan Ketahanan Pangan 2 13 47 11

13 Dinas Perhubungan 13 102 259 12

14 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 13 102 255 33

15 Dinas koperasi dan Usaha UMKM 1 21 63 19

16 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 2 18 46 13

Total 272 1422 2872 372

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013

(30)

22 1099 pegawai, sedangkan biro bina produksi yang merupakan bagian kecil dari Sekretariat Daerah hanya memiliki 47 orang pegawai.

Terdapat masalah pokok bidang sumberdaya manusia yang menjadi penghambat pembangunan ketahanan pangan berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber ahli dalam penelitian ini. Masalah tersebut adalah kurangnya pemahaman mengenai konsep pembangunan ketahanan pangan itu sendiri. Banyak diantara pegawai yang tidak tahu bahwa institusi atau unit kerja mereka merupakan bagian dari ketahanan pangan. Anggapan umum yang beredar adalah bahwa pembangunan ketahanan pangan merupakan permasalahan yang berhubungan dengan peningkatan produk pangan. Pandangan inilah yang menjadikan program-program yang dijalankan oleh SKPD tidak bertujuan untuk pembangunan ketahanan pangan.

Tugas Pokok dan Fungsi

(31)

23 Tabel 18 Konsistensi KUKP dengan Tupoksi lembaga ketahanan pangan Jawa Barat

No Tujuan Kebijakan KUKP Lembaga Relevan Tupoks SKPD Ket.

1 Menata pertanahan & tataruang wilayah

2 Antisipasi perubahan iklim : adaptasi dan mitigasi

Kementan

Badan Penanggulangan Bencana

Konsisten

3 Meningkatkan produksi domestik : proteksi dan promosi

4 Memperlancar sistem distribusi pangan

5 Mengembangkan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat

Kementan BKP Konsisten

6 Menjaga keterjangkauan dan stabilitas harga pangan

Kemendag Kementan

Disperindag

BKP

Konsisten

7 Meningkatkan aksesibilitas rumahtangga atas pangan

Kementan Dishut Konsisten

8 Menangani keadaan rawan pangan kronis dan transien

Kementan, Kemenkes

BKP

Dinkes

Konsisten

9 Mempercepat penganekaragaman

10 Mendorong perilaku konsumsi pangan

Kementan BKP

Konsisten

11 Meningkatkan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan

12 Memfasilitasi

pengembangan industri

13 Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan

14 Kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif

Kemendag Disperindag Konsisten

15 Penguatan kelembagaan ketahanan pangan dan koordinasi antar daerah

Kementan BKP

Biro Bina Produksi

Konsisten

16 Peningkatan peran pimpinan formal dan nonformal dalam pembangunan ketahanan pangan

(32)

24

No Tujuan Kebijakan KUKP Lembaga Relevan Tupoks SKPD Ket.

17 Memfasilitasi penelitian dan pengembangan

Kementan Distan TP

Disnak

Konsisten

18 Melaksanakan kerjasama internasional

Kemendag Disperindag Konsisten

Terdapat 4 komponen utama dengan masing-masing poin dalam dokumen KUKP, yaitu meningkatkan ketersediaan pangan, mengembangkan sistem distribusi pangan, meningkatkan kualitas konsumsi pangan dan membangun sistem pendukung ketahanan pangan yang kondusif. Komponen tersebut dibuat untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan ketahanan pangan. Hasil dari analisis isi terhadap Tupoksi SKPD anggota lembaga ketahanan pangan memberikan gambaran tidak satupun poin dokumen KUKP yang tidak diterjemahkan kedalam Tupoksi.

Hasil analisis konsistensi tupoksi lembaga ketahanan pangan Jawa Barat menunjukkan, bahwa dari segi struktur organisasi dapat dikatakan sudah sangat baik. Urusan pembangunan ketahanan pangan dari hulu sampai hilir telah menjadi perhatian Provinsi Jawa Barat yang dibuktikan dengan konsistenya tupoksi pada SKPD lingkup ketahanan pangan. Poin kebijakan dalam KUKP yang memiliki tujuan untuk mencapai ketahanan pangan dengan pembagian tugas kepada lembaga yang relevan pada tingkat pusat telah diacu oleh lembaga ketahanan Pangan Jawa Barat melalui SKPDnya. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa bila SKPD anggota lembaga ketahanan pangan menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik, keberhasilan pembangunan ketahanan pangan khususnya bidang penganekaragaman konsumsi pangan dapat dicapai.

Kebijakan

Ketahanan pangan memiliki tiga pilar utama yaitu subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang ketiganya saling berhubungan. Ketiga komponen utama tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah baik Pusat, Provinsi atau Kabupaten Kota. Urusan pangan merupakan urusan wajib pemerintah yang secara eksplisit diamanatkan oleh UU No. 18 tahun 2012. Pembangunan ketahanan pangan merupakan upaya pembangunan lintas sektoral yang saling berkaitan. Keberhasilan pembangunan ketahanan pangan sangat ditentukan oleh kesinergisan antar sektor yang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

(33)

25 Tabel 19 Konsistensi kebijakan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat

No KUKP RPJMD Tupoksi perubahan iklim : adaptasi dan

3 Meningkat-kan produksi domestik

Mengembangkan Sistem Distribusi Pangan

4 Memperlancar sistem distribusi

5 Mengembangkan cadangan pangan

7 Meningkatkan aksesibilitas pangan kronis dan transien

Meningkatkan Kualitas Konsumsi Pangan

9 Mempercepat penganekaragama

11 Meningkatkan pembinaan dan

(34)

26

Membangun Sistem Pendukung Ketahanan Pangan yang Kondusif

13 Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan gan yang kondusif

 Disperindag Disperindag -- -- Tidak

16 Peningkatan peran pimpinan

formal&

nonformal dalam pembangunan ketahanan pangan

 Bina

Produksi

-- -- -- Tidak

Konsisten

17 Memfasilitasi penelitian&penge

18 Melaksanakan kerjasama internasional

-- Disperindag Disperindag -- -- Tidak Konsisten

Terdapat 4 komponen utama dengan masing-masing poin dalam dokumen KUKP, yaitu meningkatkan ketersediaan pangan, mengembangkan sistem distribusi pangan, meningkatkan kualitas konsumsi pangan dan membangun sistem pendukung ketahanan pangan yang kondusif. Komponen tersebut dibuat untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan ketahanan pangan. Hasil dari analisis isi yang dilakukan menunjukkan sebanyak 27,8 % atau 5 poin kebijakan lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat tidak konsisten. Ketidakkonsistenan disini berarti terdapat 5 poin kebijakan dalam KUKP yang tidak diterjemahkan oleh lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat baik dalam bentuk RPJMD, tupoksi, renstra atau program kerja.

(35)

27 Poin peningkatan aksesibilatas atas pangan dalam KUKP tidak diterjemahkan secara konsisten dikarenakan pada tahun 2009 dan 2010 tidak terdapat program yang berhubungan dengan kebijakan tersebut. Bila ditinjau dari segi tupoksi ataupun renstra, sebenarnya poin tersebut terdapat pada tupoksi dan renstra Dinas Kehutanan yang memiliki kebijakan pemberdayaan masyarakat disekitar hutan untuk menungkatkan kualitas ekonomi masyarakat. Hal tersebut juga terjadi pada poin mendorong perilaku konsumsi pangan subsistem konsumsi KUKP. Tupoksi dan renstra poin tersebut terdapat pada Badan Ketahanan Pangan, akan tetapi pada program kerja yang berhubungan dengan poin tersebut tidak terdapat pada tahun anggaran 2009 dan 2010. Kasus seperti ini terjadi dimungkinkan karena program yang berhubungan dengan poin tersebut berada pada tahun anggaran lain pada kurun waktu 2008-2013 sesuai dengan jangka waktu pemerintahan atau kebijakan pada dokumen rencana strategis.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, kebijakan dalam KUKP yang secara keseluruhan konsisten diterjemahkan oleh lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 72,2 % atau sebanyak 13 poin. Analisis tersebut menunjukkan dari empat komponen dalam KUKP, hanya komponen ketersediaan pangan yang diterjemahkan konsisten 100%. Tiga Poin dalam sistem ketersediaan pangan diterjemahkan kedalam RPJMD, tupoksi, renstra dan program tersebut meliputi menata pertanahan dan tata ruang wilayah, antisipasi perubahan iklim serta meningkatkan produksi domestik.

Anggaran Pembangunan Ketahanan Pangan

Pembangunan ketahanan pangan dalam pelaksanaannya tidak bisa terlepas dari persoalan anggaran. Tanpa adanya anggaran yang mencukupi pembangunan ketahanan pangan tidak akan berjalan denga optimal. Berikut merupakan rincian anggaran dana pembangunan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2009 dan 2010.

Tabel 20 Anggaran pembangunan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat

No Pilar KUKP Tahun 2009 (Rp) Tahun 2010 (Rp) Total Anggaran Persent ase (%)

Laju (%)

1 Ketersediaan

Pangan 324,871,359,950 165,366,657,743 490,238,017,693 23.22 -49.10

2 Distribusi

Pangan 674,020,871,951 904,781,304,297 1,578,802,176,248 73.61 34.24

3 Konsumsi

Pangan 6,511,212,000 1,905,810,000 8,417,022,000 0.40 -70.73

4

Pendukung Ketahanan Pangan

27,266,158,000 32,088,293,100 59,354,451,100 2.77 17.69

Total 1,032,669,601,901 1,104,142,065,140 2,136,811,667,041 100 6.92

Sumber: Laporan Pencapaian Kinerja Kegiatan APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2009&2010 Berdasarkan Program yang telah diolah

(36)

28 sedangkan tahun 2010 anggarannya sebesar 1,104 triliun rupiah. Di lihat dari besaran anggaran dua tahun berturut-turut dapat diketahui bahwa anggaran pembangunan ketahanan pangan mengalami kenaikan sebesar 6,92 % atau sebesar 71,47 miliar dari tahun 2009 ke tahun 2010.

Bila mengacu pada tabel 18 dan 19, dapat diketahui bahwa pada subsistem produksi dan distribusi banyak sekali program lintas SKPD yang menjadi penanggung jawab pelaksana program ketahanan pangan, hal inilah yang menyebabkan anggaran pada subsistem tersebut memiliki proporsi yang besar. Sedangkan SKPD pada subsistem konsumsi dan pendukung ketahanan pangan, dari segi kuantitas program jauh lebih kecil dari subsistem produksi dan distribusi. Kecilnya kuantitas program pada subsistem konsumsi dan pendukung ketahanan pangan merupakan penyebab kecilnya anggaran pada dua subsistem ini.

Subsistem Produksi

Subsistem produksi mempunyai proporsi anggaran terbesar kedua yaitu sebesar 23,2 % dari keseluruan anggaran atau sebanyak 490,24 miliar rupiah. Anggaran pada subsistem produksi mengalami penurunan sebesar 49% dari tahun 2009 ke 2010. Penurunan ini terjadi karena jumlah program pada tahun 2009 lebih besar yakni 20 program dari pada tahun 2010 yang hanya 16 program. Program pada subsistem produksi diantaranya adalah menata pertanahan dan tata ruang wilayah, antisipasi perubahan iklim yang meliputi adaptasi dan mitigasi serta meningkatkan produksi domestik dengan proteksi dan promosi. Tabel 21 berikut ini akan menggambarkan rincian anggaran dana yang digunakan tahun 2009 dan 2010 untuk subsistem produksi pangan.

Tabel 21 Rincian anggaran dana subsistem produksi tahun 2009 dan 2010

No Jenis Program

Anggaran (dalam miliyar rupiah)

2009 2010

1 Menata pertanahan dan tataruang wilayah 4,68 3,43

2 Antisipasi perubahan iklim : adaptasi dan mitigasi 224,29 115,41

3 Meningkatkan produksi domestik : proteksi dan promosi 95,9 46,52

Total 324,87 165,37

Sumber: Laporan Pencapaian Kinerja Kegiatan APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2009&2010 Berdasarkan Program yang telah diolah.

(37)

29 Subsistem Distribusi

Proporsi terbesar penggunaan anggaran adalah pada subsistem distribusi pangan yaitu sebesar 1,578 triliun rupiah atau 73.61 % dari total anggaran keseluruhan. Proporsi penyebaran anggaran adalah terdapat pada jenis program memperlancar sistem distribusi pangan yang diantaranya digunakan untuk program rehabilitasi, pemeliharaan dan pembangunan sarana prasarana seperti jalan dan jembatan. Aliran anggaran tersebut berada pada Dinas Bina Marga dan Dinas Perhubungan selaku SKPD yang memiliki tupoksi bidang pembangunan dan perawatan sarana jalan dan jembatan. Selain itu anggaran dana pada subsistem distribusi juga digunakan pada program pengembangan cadangan pangan pemerintah, menjaga keterjangkauan dan stabilitas harga pangan serta menangani kerawanan pangan kronis dan transien. Tabel 22 berikut ini akan menggambarkan rincian anggaran dana yang digunakan tahun 2009 dan 2010 untuk subsistem distribusi pangan.

Tabel 22 Rincian anggaran dana subsistem distribusi tahun 2009 dan 2010

No Jenis Program

Anggaran (dalam miliyar rupiah)

2009 2010

1 Memperlancar sistem distribusi pangan 665,8 899,2

2 Mengembangkan cadangan pangan pemerintah dan

masyarakat

5,3 2,3

3 Menjaga keterjangkauan dan stabilitas harga pangan 1,4 -

4 Meningkatkan aksesibilitas rumahtangga atas pangan - -

5 Menangani keadaan rawan pangan kronis dan transien 1,4 3,2

Total 674,02 904,8

Sumber: Laporan Pencapaian Kinerja Kegiatan APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2009&2010 Berdasarkan Program yang telah diolah.

Subsistem Konsumsi

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel SUSENAS 9A
Tabel 3 Jenis variabel yang dianalisis dan analisis data
Tabel 4 SKPD di bawah koordinasi DKP Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi reaksi yang optimum pada reaksi konversi senyawa dalam tanaman selasih hijau dengan metode MAOS dengan pelarut etilen

• Makromolekul sistem biologis yg bekerja sbg komponen reseptor mempunyai gugus protein atau asam amino yg dapat membentuk komplek melalui transfer muatan, yaitu : • a. sebagai

Dengan menggunakan sistem komputerisasi, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pencatatan pemesanan menu semakin kecil, dan informasi mengenai volume transaksi

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji persoalan mengenai “Perkawinan Madureso” yang terjadi di Desa Trimulyo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

y = jumlah atom unsur dalam 1 molekul senyawa ( angka indeks dari unsur yang bersangkutan dalam rumus kimia senyawa ). Stoikiometri Reaksi Hitungan

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan bahan tambahan berupa matos pada tanah lunak yang

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap gambaran mikroskopis hepar yang diberi perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman pada masa pra implantasi 0-3 hari dan

Latihan penelitian atau inquiry training bertolak dari kepercayaan bahwa perkembangan seseorang agar mandiri, menuntut metode yang dapat memberi kemudahan bagi para