• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pertambahan berat badan ibu hamil berdasarkan status sosial ekonomi dan status gizi serta hubungannya dengan berat bayi baru lahir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pertambahan berat badan ibu hamil berdasarkan status sosial ekonomi dan status gizi serta hubungannya dengan berat bayi baru lahir"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

BERAT BAYI BARU LAHIR

YONGKY

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2007

(3)

YONGKY. Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir. Di bawah bimbingan: HARDINSYAH, GULARDI WIKNJOSASTRO, DADANG SUKANDAR

Studi ini bertujuan untuk menentukan prevalensi kejadian bayi lahir dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) pada ibu dari keluarga dengan status sosial ekonomi dan status gizi berbeda. Studi dilakukan secara prospektif terhadap 638 ibu hamil usia 20-35 tahun di Puskesmas yang memiliki rumah bersalin dan Rumah Sakit Ibu dan Anak di daerah Jakarta Timur dan Bekasi. Data yang dikumpulkan mencakup sosial ekonomi keluarga, ukuran antropometrik ibu dan bayi, konsumsi gizi serta pengetahuan gizi ibu. Faktor–faktor yang menentukan pertambahan berat badan selama kehamilan, berat dan panjang bayi baru lahir, serta lingkar kepala bayi lahir dianalisis dengan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi PJT 10.0% dan BBLR 5.8%, Prevalensi PJT lebih tinggi pada bayi dari ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (14.5%) dan ibu dengan status gizi kurus (12.3%). Prevalensi BBLR lebih tinggi pada ibu dengan status gizi rendah (8.3%) dan ibu dengan status gizi gemuk (11.8%).

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) dan usia kehamilan (R2 = 0.23). Berat lahir bayi dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu, pertambahan berat badan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), status gizi ibu awal kehamilan (IMT) dan skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan (R2 = 0.25). Panjang lahir bayi dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal kehamilan (IMT) (R2 = 0.19). Ibu yang pra hamil perlu memperhatikan status gizi mulai awal kehamilan serta memberikan perhatian terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan karena akan terkait dengan gizi bayi yang akan dilahirkan.

(4)

socioeconomic and nutritional status and its relationship with weight of the newborn infants, the fetal weight and length of birth. Supervised by :

HARDINSYAH, WIKNJOSASTRO GULARDI, and SUKANDAR

DADANG.

The aims of the study are determining the prevalence of intra uterine growth retardation (IUGR) and low birth weight (LBW) infant among different social economic status (low SE and high SE) and maternal nutritional status-MNS (high risk, normal, overweight and obesity), and analyzing the effects of gestational weight gain (GWG) on the weight of the newborn infants. This study applied a prospective study design of 638 pregnant women aged 20-35 years, from of the selected health centers and maternal hospitals in urban areas of East Jakarta and Bekasi. Data collected include socioeconomic of family, anthropometric measurements, maternal nutrition knowledge (MNK). The relationship between variables were analyzed using Pearson Correlation test. The effects of gestational weight gain, gestational age, nutritional and socio-economic status on fetal growth were analyzed by a multiple linear regression.

The results showed that the prevalence of IUGR was 10.0% and LBW was 5.8%. The prevalence of IUGR was 14.5% for low SE higher than prevalence IUGR of high SE (6.7%); meanwhile the prevalence of IUGR was 12.3% for high risk nutritional status, higher than normal (9.9%), overweight (8.8%) and obesity (8.7%) MNS. The prevalence of LBW was 8.3% for low SE, higher than the prevalence of LBW of high SE (3.2%), and 11.8% for overweight, higher than high risk (8.5%) and normal (5.1%) MNS.

The GWG was positively correlated with SE status, mother body height and gestational age (GA) (R2 = 0.23). The Infant Birth Weight was positively correlated with GA, GWG, mother body height, MNS and MNK (R2=0.25). Infant body length was positively correlated with GA, body height, GWG, MNS (R2=0.19). This study suggests that increased awareness of maternal weight gain is critical to nutritional status of newborn infant and identifying infants at risk for IUGR and LBW.

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy,mikrofilm,

(6)

GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

BERAT BAYI BARU LAHIR

YONGKY

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir.

Nama : Yongky

NIM : A561020051

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Ketua

Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi GMK Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(8)

Sejak menjadi mahasiswa S1 sampai sekarang masalah kekurangan gizi tidak pernah hilang di negeri ini, hanya pemberitaannya dimedia masa hilang timbul. Pada waktu menjalani wajib kerja sarjana di desa, yang tidak perlu saya sebutkan namanya sehingga sekarang ini, sekali-sekali saya menemukan seseorang yang kekurangan gizi dengan berbagai macam latar belakang penyebabnya. Maka dengan melakukan penelitian ini akan memberikan suatu kepuasan tersendiri bagi saya.

Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah mengambil bagian pada penyusunan disertasi ini. Pertama-tama saya ucapkan terima-kasih dan penghargaan yang tulus kepada tim pembimbing saya Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS., sebagai ketua, Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG. dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. sebagai anggota atas waktu, tenaga dan pikiran yang diberikan selama bimbingan dan menyelesaian disertasi ini. Ucapan terima-kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Amini Nasoetion, MS. dan Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. sebagai penguji luar komisi pada ujian prakualifikasi S3 yang memberikan masukan dan buku-buku untuk melengkapi disertasi saya ini. Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada Dr. Rimbawan selaku Pembimbing Akademik dan Dr. Clara Kusharto, M.Sc., atas bimbingannya selama saya mengikuti perkuliahan di Program Studi Gizi Masyarakat IPB.

Kepada para dosen di lingkungan Departemen GMK FEMA IPB dan para rekan mahasiswa S3 program studi GMK FEMA IPB juga saya ucapkan terima-kasih atas masukkan yang berharga dan saran simpatik selama kolokium. Terima-kasih kepada civitas akademika lain yang ikut berperan selama kolokium yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Terima kasih saya ucapkan kepada ibunda tercinta, Liana Alm. yang telah memberikan motivasi dan semangat serta berkorban menyekolahkan saya dengan menjual semua perhiasan yang dipunyai untuk biaya sekolah saya.

Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Koesmanto Setyonegoro Sp.KJ. yang telah memberi semangat kepada saya, dalam kata sambutannya pada pelepasan Spesialis Jiwa, dengan menyebut “Yongky kamu harus melanjutkan sekolah S3”, tetapi saya juga meminta maaf kepada beliau, karena saya tidak mengambil S3 dengan disiplin ilmu yang sama dengan beliau.

Terima-kasih juga saya ucapkan kepada isteri saya bidan Hermien Hendrawati S.Si.T. yang tidak pernah menuntut saya praktek seperti dokter yang sesungguhnya, tidak pernah melarang dan tidak pernah menyuruh kepada saya untuk meneruskan sekolah sampai tingkat yang terakhir ini, hanya mengingatkan untuk mendahulukan biaya sekolah anak-anak saya yang sangat mahal.

(9)

ucapkan banyak terima-kasih, sebetulnya dari dialah saya mendapat inspisrasi untuk melanjutkan sekolah ini. Pada waktu saya mendaftarkan dia di Fakultas Ilmu Pangan IPB.

Kepada dr. Amir Hussein Anwar Sp.KJ., alm, sebagai mantan Direktur Rumah Sakit Marzuki Mahdi, saya ucapkan banyak terima-kasih atas ijin yang diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan S3 ini, karena pada waktu pertama kali wawancara dengan Ketua Program Studi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan M.S.yang ditanyakan adalah surat izin dari atasan langsung. Kepada Ir. Suyedi Riswan, MM, staf pada UPF Elektromedik RS Marzuki Mahdi Bogor, yang pada waktu ini masih mahasiswa Program S3 di Program Studi Ilmu Kelautan IPB, mengajak saya kuliah di IPB dan sekaligus mendaftarkan saya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ali Rahman, Ph.D, Direktur Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Indonusa Esa Unggul, Dr. Izzurdin, dan Dr. Ir. Son Diamar MSc., yang merekomendasikan saya untuk kuliah di IPB.

Bapak dr. Hasmoro, Sp.An, MM, MHA, Direktur RSIA Hermina yang memberi tempat untuk penelitian disertasi ini, Bapak Yulizar, SE, MARS, yang membantu proses penelitian di RSIA Hermina, saya ucapkan terima kasih. Kepada Kepala Puskesmas dan seluruh staf Puskesmas di Jakarta Timur dan Bekasi tempat penelitian dilakukan, juga saya ucapkan terima kasih.

Kepada Dr. dr. A.J. Hukom Sp.KJ, Alm. terima kasih kepada beliau yang tak henti-hentinya memberi semangat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI.

Kepada Dr. dr. Edith Humris Pleyte Sp.KJ, terima kasih kepada beliau yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk mengerjakan Validasi, Child Depression Inventory, sehingga timbul semangat saya untuk lebih cepat untuk menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI.

Kepada semua staf dosen di FEMA IPB yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang ikut mendidik, memberi ilmu kepada saya, selama dalam mengikuti kuliah dan seminar-seminar, saya ucapkan banyak-banyak terima-kasih.

Kepada teman-teman saya seangkatan, yang telah lulus lebih dahulu, Dr. Intje Picauly S.Pi, M.Si, dan Dr. Ir. Albiner Siagian M.Si., yang membantu saya dalam menyajikan tugas makalah-makalah yang sangat banyak, sehingga pekerjaan kami sebagai Pegawai Negeri Sipil tak terganggu, kami ucapkan banyak terima-kasih. Kepada semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu kami dalam menyelesaikan studi ini, kami ucapkan banyak terima-kasih, Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas budi baik Bapak/Ibu/Sdr/i semuanya.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti pada pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Maret 2007

(10)

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 27 Mei 1945, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Hardi Hartono dan Liana. Penulis menikah dengan M. Hermien Hendrawati, S.Si.T. yang saat ini juga sedang mengikuti program S2 bidang Kesehatan Masyarakat Reproduksi Universitas Indonesia, dan dikaruniai tiga orang putra, yaitu Hans Tindo, S.Kom, Erwin Josh Tindo, S.Ked, dan Donny R.Tindo, S.Ked.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar (SD) di Surabaya tahun 1957, menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP II Negeri, Surabaya tahun 1960, melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMAK Petra, Surabaya tahun 1963. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana masuk 1965-1976. penulis melanjutkan pendidikan Magister di Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun 1985-1990. Penulis juga menempuh pendidikan Magister Manajemen angkatan ke-VII di Univ. Indonusa Esa Unggul tahun 1997-1999.(Jurusan Pemasaran) serta Magister Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia, tahun 2001 – 2004. Pendidikan Ilmu Perilaku

Sampai sat ini penulis telah mengikuti berbagai pelatihan, seminar dan kursus baik di dalam maupun di luar negeri. Penulis juga pernah dianugerahi penghargaan antara lain Piagam Tanda Penghargaan Bakti Karya Husada Tri Windu dari Menkes dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 th.dari Presiden RI Megawati Soekarnoputri.

(11)

i

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 4

Manfaat ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Konsepsi ... 5

Tanda- tanda Kehamilan ... 7

Tahapan Pertumbuhan Janin ... 9

Penilaian Umur Kehamilan pada Bayi yang Baru Dilahirkan ... 17

Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan ... 18

Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan ... 19

Anemia penyebab dan pencegahannya... 21

Gizi dan kehamilan ... 24

Pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan... 26

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ... 31

Pertumbuhan Janin Terhambat (Intra Uterine Growth Restriction) ... 37

Dioksin dan kesehatan….………..………... 47

KERANGKA PIKIR ... 53

METODE Desain, lokasi dan waktu ... 55

Contoh dan Penetapan Contoh ... 55

Metode dan Cara Pengumpulan Data ... 58

Pengolahan dan analisis data ... 61

Definisi Operasional ... 65

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ibu Hamil ... 68

Karakteristik Suami ... 69

Status Gizi dan Konsumsi Gizi ... 70

Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan IMT ... 70

Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan LILA ... 72

Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan kadar Hb dan Ht darah .... 73

Konsumsi gizi ... 75

Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil ... 78

(12)

ii

Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan ... 88

Pengetahuan Gizi ... 88

Perilaku Kesehatan ... 91

Antropometri dan Masalah Gizi Bayi ... 95

Antropometri Bayi ... 95

Prevalensi PJT... 98

Prevalensi BBLR dan PBLP ... 100

Nilai Ballard Bayi ... 101

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan Ukuran Antropometrik Bayi ... 104

Hubungan Status Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil dengan Ukuran Antropometrik Bayi ... 106

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Ibu Selama Kehamilan dengan Ukuran Antropometrik Bayi ... 108

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan ... 109

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir... 110

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Panjang Bayi Lahir ... 111

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkar Kepala Bayi Lahir ... 111

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 113

Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN ... 124

(13)

iii

Halaman

1. Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber….... 15

2. Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus uteri…. 15 3. Umur kehamilan menurut Spiegelberg……….. 17

4. Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut Indeks Masa Tubuh……….…. . 20

5. Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan…..…….. 21

6. Jumlah zat besi pada wanita hamil.………... 22

7. Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui..……… 24

8. Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan…..…….. 26

9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin ... 27

10. Kriteria inklusi contoh awal kehamilan dan setelah melahirkan …..…… 58

11. Jumlah sampel ibu hamil menurut status sosial ekonomi ... 58

12. Data dan sumber data ... 60

13. Karakteristik ibu hamil menurut status sosial ekonomi ... 68

14. Karakteristik suami menurut kategori status sosial ekonomi ... 69

15. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi ... 71

16. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ... 74

17. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi ... 75

18. Tingkat kecukupan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi 76 19. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ... 77

20. Tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ... 78

21. Pertambahan berat badan selama kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi... 79

22. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status sosial ekonomi... 83

(14)

iv

kategori status sosial ekonomi ... 88 27. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori

status sosial ekonomi ... 89 28. Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut

kategori status gizi ... 90 29. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori

status gizi... 91 30. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut status kategori

sosial ekonomi... 92 31. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut kategori status

gizi ... 94 32. Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status sosial

ekonomi ... 96 33. Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status gizi ... 97 34. Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status sosial ekonomi 98 35. Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status sosial

ekonomi ... 99 36. 36 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori

status gizi ... 99 37. Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status gizi ... 100 38. Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status

sosial ekonomi ... 102 39. Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status gizi ... 103 40. Hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan ukuran

antropometrik bayi ... 105 41. Hubungan status gizi ibu hamil dengan ukuran antropometrik bayi ... 107 42. Keeratan hubungan (r) antara tinggi fundus dengan berat bayi lahir ... 108 43. Hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan merokok ibu selama kehamilan

(15)

v

(16)

vi

Halaman

1. Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu ... 16

2. Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal ... 19

3. Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan ... 20

4. Distribusi BBLR dari tahun 1987-2000 ... 35

5. Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu ... 39

6. Skema mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang malnutrisi... 41

7. Ultrasonografi, mengukur diameter biparietal, lingkaran kepala, lingkaran abdominal panjang femur ... 42

8. Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan .... 45

9. Skema pemantauan dan penanganan PJT ... 47

10. Intik dioksin per hari di Amerika Utara menurut jenis pangan ... 49

11. TEQ dioksin didalam berbagai makanan…...………. 49

12. Siklus Dioksin ... 52

13. Kerangka pemikiran ... 54

14. Skema pengambilan contoh ... 57

15. Kurva tinggi fundus menurut usia kehamilan ibu ... 81

(17)

vii

Halaman

1. Informed Consent... 124

2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status sosial ekonomi ... 125

3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status gizi ibu ... 125

4. Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan ... 125

5. Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan ... 126

6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard ... 126

7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode Stepwise)... 129

6. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir (Metode Stepwise) ... 129

7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan panjang bayi lahir (Metode Stepwise) ... 130

8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan lingkar kepala bayi lahir (Metode Stepwise) ... 131

(18)

1

Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu proses tumbuh kembang janin, dengan tujuan ibu dan anak sehat. Dalam konteks kesehatan masyarakat, kehamilan akan membawa berbagai konsekuensi kesehatan dan sosial ekonomi bagi ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Menurut Cunningham et al. (1995), kehamilan yang tak sehat dapat menyebabkan kematian bayi dan ibu melahirkan serta bayi cacat fisik dan mental.

Gizi ibu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tumbuh kembang janin mulai konsepsi sampai lahir. Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian. Ibu hamil yang berstatus gizi kurang akan berisiko melahirkan BBLR 2.4 kali dibandingkan dengan hamil dengan gizi yang baik (Manuaba 2001). Berbagai studi yang ditelaah oleh Hardinsyah (2000) menunjukkan bahwa BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik bayi, disamping dampak buruk pada pertumbuhannya.

Disamping itu bayi yang dilahirkan dalam kondisi BBLR berisiko mengalami anemia dan infeksi, bahkan keguguran dan kematian janin atau bayi (Soetjiningsih 1998). Bayi yang dilahirkan BBLR memiliki risiko kematian sebelum usia satu tahun 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir dengan berat normal (Samil 1989 diacu dalam Depkes 2003). Lebih lanjut kejadian BBLR juga terkait dengan peningkatan risiko beberapa penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan stroke pada masa dewasa (Barker 1998; Aminullah 2004). Risiko kematian neonatal bayi PJT jauh lebih besar dibanding bayi BBLR sehingga kejadian PJT berdampak jauh lebih buruk dibanding kejadian BBLR (Institut Of Medicine 1990).

(19)

berulang dari generasi kegenerasi selama kemiskinan dan kurang gizi tersebut tidak ditanggulangi. Keadaan ini akan berdampak buruk bagi kualitas sumberdaya manusia dan perekonomian suatu bangsa (Gani 2003).

Secara antropometrik indikator sederhana status gizi ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA), tinggi fundus dan pertambahan berat badan. Hasil penelitian di Bogor dan Purworejo menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan sebaiknya tidak kurang dari 9 kg agar terhindar dari kemungkinan melahirkan bayi BBLR (Husaini 1986; Winkvist et al. 2002). Kenaikan berat badan selama kehamilan berbeda menurut tinggi badan ibu hamil, status gizi dan kesehatan ibu selama hamil (IOM, Institute of Medicine 1990).

Status gizi ibu hamil yang diukur dari pertambahan berat badan selama kehamilan berhubungan positif dengan tingkat konsumsi energi ibu hamil (Kusin dan Kardjati 1994). Penelitian lain juga menunjukkan hubungan positif antar protein dan zat-zat gizi mikro terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan (Soetjiningsih 1998; Hardinsyah et al. 2000; Manuaba 2001; Ines 2003). Menurut Ines 2003, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT, Intra Uterine Growth Restriction). Jadi salah satu faktor yang menyebabkan PJT adalah faktor ibu yang mengalami gangguan gizi.

Selain karena gangguan gizi, PJT dan BBLR dapat disebabkan oleh: 1) faktor janin, misalnya: kelainan kromosom, kelainan bawaan (malformasi) dan kehamilan ganda; 2) faktor plasenta, misalnya: invasi trofoblas, infark plasenta multipel, anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat abnormal (vilamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata, korioangiomata; 3) faktor kesehatan ibu, misalnya: hipoksia, vaskular, kelainan ginjal, antibodi antifosfolipid, lingkungan dan obat-obatan, riwayat obstetri buruk, dan pre-eklampsia (Endjun 2004).

(20)

Dari uraian diatas jelas bahwa masalah pertambahan berat badan ibu hamil menentukan pertumbuhan janin dan berat lahir. Namun pertambahan berat badan ibu hamil di tiga daerah penelitian di Indonesia bervariasi. Pertambahan berat badan ibu di Madura, Jawa Timur sekitar 6.8 kg (Kusin & Karjati. 1994), di Purworejo, Jawa Tengah, 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al. 2002), di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2000) dan di Ghana, Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995).

Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan status sosial ekonomi, tinggi badan, status gizi awal kehamilan dan faktor lainnya seperti pengetahuan gizi dan paparan terhadap rokok dan zat lainnya. yang memungkinkan, yaitu penyakit ibu dan janin. Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti apakah ada perbedaan pertambahan berat badan ibu hamil yang secara implisit mencerminkan pertumbuhan janin dan BBLR pada ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda, bila dikontrol dengan peubah tinggi badan. Disamping itu apakah juga kejadian PJT dan BBLR berbeda pada ibu hamil dari kelompok status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda?.Penelitian dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pertambahan berat badan ibu selama hamil dari berbagai status sosial ekonomi dan status gizi terhadap berat bayi lahir.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis prevalensi Pertumbuhan Janin Terhambat dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

(21)

3. Menganalisis hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal kehamilan dengan ukuran antropometri bayi lahir.

4. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama kehamilan.

5. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi baru lahir.

Hipotesis

1. Prevalensi pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan BBLR lebih tinggi pada kelompok ibu dengan sosial ekonomi rendah dibandingkan kelompok sosial ekonomi tinggi.

2. Pertambahan berat badan ibu hamil diduga berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu pada awal kehamilan.

3. Berat bayi lahir berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu hamil.

Manfaat

1. Memperoleh informasi tentang prevalensi bayi yang mengalami pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

2. Memperoleh informasi tentang besar pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi normal (tidak BBLR, lahir dengan berat badan >2500g) dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

(22)

5 Konsepsi

Setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum

oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tersebut (Wiknjosastro 1991).

Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur (Ovum) dari indung telur

(Ovarium), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk kedalam saluran telur. Pada waktu bersanggama, cairan semen masuk kedalam vagina dan

berjuta-juta sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur.

Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang menggembung

dari tuba Falopii (Pars ampulla). Pada sekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan enzim untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.

Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel sperma

dan kemudian bersatu dengan sel telur, yang disebut sebagai peristiwa pembuahan

atau fertilisasi (konsepsi).

Beberapa jam setelah terjadi konsepsi, maka terjadi pembelahan zigot. Hal

ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam

amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka

pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan terus dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok

sel-sel yang sama besarnya yang disebut morula. Energi pada pembelahan ini

diperoleh dari vitellus, sehingga volume vitellus makin berkurang dan terisi

seluruhnya oleh sel morula. Zona Pellusida tetap utuh dengan perkataan lain, sel

hasil konsepsi besarnya sama (Wiknjosastro 1991). Pada ukuran yang sama hasil

konsepsi ini bergerak kearah rahim melalui pars ismika dan pars interstisialis tuba, bagian-bagian yang sempit dari saluran tuba. Pergerakan tersebut dibantu oleh bulu getar (silia) dan kontraksi dari tuba dan mencapai kavum uteri hasil konsepsi tersebut dalam stadium blastula dan akhirnya melekat pada mukosa

rahim untuk selanjutnya menetap tertanam diruang rahim, peristiwa ini disebut

nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6 -

7 hari (Mochtar & Lutan 1998).

Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil membentuk dinding

(23)

suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini mempunyai kemampuan

menghancurkan dan mencairkan jaringan setelah sel ini menemukan endometrium

dalam masa sekresi dengan sel desidua (sel desidua adalah sel pada

endometrium). Sel desidua ini besar-besar, mengandung banyak glikogen dan

dengan mudah dihancurkan oleh sel trofoblas. Blastula dengan bagian yang

mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk kedalam lapisan desidua dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Pada saat nidasi ini

kadang-kadang terjadi perdarahan pada desidua yang luka tersebut tanda dari Hartman.

Dengan nidasi ini maka dimulai suatu kehamilan.

Pada kehamilan tersebut janin mengalami suatu proses tumbuh kembang

yang berlangsung pada sel, organ dan tubuh yang terjadi dari tiga tahapan yaitu:

hiperplasia, yang terjadi ialah bertambah banyak jumlah sel, proliferasi sel,

hiperplasia yang diikuti oleh hipertrofi/membesarnya sel dan bertambah banyak

jumlah sel dan hipertrofi saja, peningkatan dalam besar dan kematangan sel.

Selanjutnya setiap organ dan keseluruhan tubuh mengikuti pola pertumbuhan

yang berbeda dalam masa berlangsungnya tahapan tadi. Terdapat saat-saat rawan

gizi bagi anak oleh karena pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor

utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang optimal sesuai dengan potensi

genetik (Solihin 1993).

Fase pertumbuhan lambat terjadi pada awal pertumbuhan, berupa hasil

sintesis enzimatik awal dan perubahan faal dalam sel. Panjang pendeknya fase ini

sangat tergantung pada masukan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

keadaan faal sel-sel dalam tubuh. Pada fase peningkatan jumlah sel yang berlipat

ganda dalam setiap proliferasi. Keadaan ini terjadi bila masukan gizi optimal dan

tidak ada faktor lain yang mengganggu. Fase pertumbuhan yang tetap/stationer

terjadi akibat pembatasan-pembatasan yang ada termasuk kemungkinan

keterbatasan masukan zat gizi dan adanya gangguan lain (Satoto 1990)

Pertumbuhan dibatasi oleh faktor genetik yang diturunkan. Kekurangan gizi akan

(24)

Tanda-tanda Kehamilan

Kehamilan mempunyai tanda-tanda yang tidak pasti, tanda-tanda hamil

muda dan tanda-tanda pasti kehamilan. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Tanda-tanda kehamilan yang tidak pasti:

- Amenorheae, tidak datang haid, perlu diketahui oleh ibu-ibu tanggal hari

pertama haid terakhir, agar dapat diperkirakan umur kehamilan, dengan

menggunakan rumus Naegele. Perkiraan hari persalinan berdasarkan

rumus Naegele yaitu hari pertama haid terakhir ditambah 7 dan bulan haid

terakhir dikurangi 3.

- Mual dan muntah (nausea and vomiting), terjadi umumnya pada trimester pertama. Sering terjadi pada pagi hari maka disebut morning sickness, dan bila mual muntah berlebihan disebut hiperemesis gravidarum.

- Mengidam, menginginkan makanan tertentu terutama pada bulan-bulan

trimester I dan akan menghilang sejalan dengan tuanya kehamilan.

Mengidam ini termasuk pika, yaitu ibu yang hamil mengingin makan

tanah liat atau batu merah.

- Sering merasa lelah (fatique) kadangpingsan, sering dijumpai pada tempat yang ramai. Disarankan jangan mengunjungi tempat-tempat yang ramai

pada bulan-bulan pertama kehamilan dan hilang sesudah kehamilan 16

minggu.

- Tidak suka suatu bau-bauan, misalnya tidak suka bau dari suaminya.

- Tidak ada nafsu makan (anoreksia), biasanya terjadi pada trimester

pertama, kemudian pulih kembali nafsu makannya.

- Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, karena pengaruh hormon

estrogen dan progresteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

Kelenjar sekitar puting susu (Montgomery) terlihat membesar dan

warnanya lebih hitam, pada puting susu cairan susu.

- Miksi, sering buang air kecil, karena kandung kemih tertekan oleh rahim

yang membesar. Pada trimester II gejala ini menghilang dan kembali pada

akhir trimester III terutama, bila kepala bayi sudah masuk kepintu atas

(25)

- Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun akibat pengaruh

hormone steroid.

- Perubahan pigmentasi kulit karena hormon kortikosteroid plasenta, pada

kulit wajah disebut chloasma gravidarum, perubahan areola payudara, kulit leher dan dinding perut disebut linea nigra atau grisea.

- Hipertrofi pada papila gusi yang disebut epulis.

- Varises, pelebaran pembuluh darah vena yang berkelok-kelok terutama

pada trimester III, pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan

betis.

- Pembesaran perut, karena membesarnya rahim.

b. Tanda-tanda kehamilan muda:

- Rahim membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan

konsistensinya.

- Tanda Hegar, pelunakan segmen bawah rahim.

- Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan unilateral pada tempat

implantasi.

- Tanda Chadwick, perubahan pada vagina dan vulva hipervakuler sehingga

tampak lebih merah kebiru-biruan (livide), akibat hormon estrogen.

- Kontraksi Braxton-Hicks, terjadi kontraksi-kontraksi kecil bila rahim

dirangsang.

- Teraba ballottement.

- Tes kehamilan positif.

c. Tanda-tanda kehamilan pasti:

- Gerakan janin yang dapat dirasa, diraba bagian-bagian dari janin, bahkan

dilihat dengan alat tertentu.

- Terdengar denyut jantung janin, dengan stetoskop monoaurikuler Laennec,

didengar dengan alat pengeras suara dari Doppler, dicatat dengan

feto-elektro kardiogram, dan dilihat dengan alat ultrasonografi.

- Pada foto rontgen abdomen, terlihat kerangka janin.

Kehamilan harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang dalam

(26)

a. Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria), terjadi pada seseorang yang ingin sekali hamil. Dapat terjadi amenorhoe, perut membesar, mual muntah

bahkan dirasakan gerakan anak, pada hal itu hanya gerakan usus. Rahim tidak

membesar dan tes kehamilan negatif.

b. Kista ovarii, perut membesar bahkan bertambah besar, pada periksa dalam,

rahim teraba biasa tidak membesar. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda

kehamilan yang lain tidak ada.

c. Mioma Uteri, perut dan rahim membesar, namun pada perabaan, rahim terasa

padat kadang-kadang berbenjol-benjol. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda

kehamilan yang lain tidak ada.

d. Kandung kemih penuh terjadi pada retensi urinae, pada pemasangan kateter,

air seni keluar banyak.

e. Hematometra, rahim membesar karena terisi darah yang disebabkan oleh

himen imperforata, stenosis vagina atau serviks.

Tahapan Pertumbuhan Janin

Pertumbuhan janin pada kehamilan berlangsung cepat dan dapat dibedakan

dalam minggu atau bulan. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) yaitu,

kehamilan trimester pertama antara 0 – 12 minggu, kehamilan trimester kedua

antara 12 – 28 minggu dan kehamilan trimester III antara 28 – 40 minggu. Berikut

ini dibahas pertumbuhan janin bulan demi bulan.

Satu bulan atau empat minggu

Mulai terbentuk embrio, tampak sedikit melengkung, perlahan muncul

kepala dan leher, mulai ada mata yang letaknya berjauhan dan ditengah-tengahnya

muncul benjolan hidung. Kepala besarnya 1/3 dari seluruh embrio. Organ-organ

mata, telinga dan hidung masih dalam keadaan rudimenter. Saluran yang akan

menjadi jantung terbentuk dan sudah berdenyut. Dasar-dasar dari traktus

digestivus sudah tampak, cikal bakal kaki dan tangan berbentuk tonjolan. Panjang

embrio 7.5 - 10 mm (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Di awal minggu keempat panjang embrio diperkirakan sekitar 2 mm. Pada

minggu ini sistem peredaran darah sudah mulai terbentuk dan jantung sudah mulai

(27)

berkembang dalam rongga perikardium di bawah usus depan. Pada stadium

sebelumnya, sepanjang aorta dan pada tangkai penghubung, lempeng dan

jonjot-jonjot korion telah terjalin anyaman-anyaman pembuluh rambut/kapiler yang

dilapisi endotel yang belum matang. Baru pada saat jantung berdenyut,

terbentuklah lintas-lintas alir yang saling berhubungan antara anyaman-anyaman

pembuluh rambut tadi dengan jantung.

Pada minggu keempat ini juga, dalam rongga amnion terdapat

gelembung-gelembung otak yang merupakan cikal-bakal otak yang sudah dapat dibedakan

menjadi tiga bagian utama. Prosensefalon (berkembang dari bagian depan saluran saraf embrio), esensefalon (otak tengah) dan rombensefalon. Saraf-saraf spinal yang kelak akan berkembang menjadi saraf tulang belakang juga sudah mulai

mengalami penebalan.

Plasenta juga terbentuk pada minggu keempat setelah pembuahan.

Plasenta berfungsi untuk menyediakan hormon-hormon yang diperlukan untuk

tumbuh kembang dan proses pembedaan sesuai dengan jenis kelamin janin,

mensuplai nutrisi, dan sebagai alat pernafasan dan pembuangan sisa metabolisme

janin.

Dua bulan atau delapan minggu

Kantung gestasi telah berdiameter 30 mm Bentuk embrio dapat dilihat lebih

jelas, bagian wajah sudah jelas berbentuk hidung, telinga dan sudah mempunyai

lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki, jari jemari mulai terbentuk.

Kepala menekuk kearah dada ( Mochtar & Lutan 1998). Pada akhir 2 bulan, alat

kelamin sudah nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjang

embrio 2.5 cm (Sastrawinata 1983).

Pada akhir minggu kedelapan, ukuran bayi berkisar antara 27-31 mm

dengan taksiran berat sekitar 5 gram. Bentuknya sudah menyerupai manusia.

Kepalanya tampak besar bila dibandingkan dengan tubuhnya yang relatif masih

kecil. Daun telinganya mulai terbentuk dengan struktur simpai yang paling menonjol dibandingkan indra lainnya. Simpai ini merupakan cikal-bakal telinga bagian dalam dengan rumah siput dan pipa-pipa setengah lingkaran yang

(28)

Lekuk matapun semakin jelas terlihat. Bahkan kelopak mata sudah

terbentuk walaupun masih dalam kondisi menutup hingga sampai usia kehamilan

24 minggu. Sementara dalam simpai hidung terdapat cekungan yang merupakan

cikal-bakal tulang rawan bagi pembentukan kerangka hidung. Rongga mulut

mengalami perkembangan dengan terbentuknya langit-langit mulut. Poros usus

yang semula menyatu sebagai kloaka kini telah berubah dan memisahkan disi

menjadi sinus-sinus urogenital dan uretra.

Sistem pencernaan dan ginjal mulai berfungsi. Tonjolan kaki dan tangan

sudah dilengkapi dengan jari-jari dan tumit yang mengarah ke luar. Meski masih

lemah, cikal-bakal rangka tubuh secara keseluruhan sudah rampung dan lengkap

terbentuk. Pada minggu ini semua organ tubuh juga mulai bekerja meskipun

belum sempurna. Misalnya, otak mulai mengirim sinyal/perintah ke organ-organ

tubuh atau hati untuk memproduksi sel-sel darah. Tubuh janin sudah mulai bisa

bergerak secara tidak teratur (rata-rata 60 kali gerakan per jam).

Tiga bulan atau 12 minggu

Pada minggu keduabelas sistem rangka tubuh memiliki pusat

penulangan/osifikasi pada sebahagian besar tulangnya. Terbentuklah kerangka

tulang rawan dan pusat-pusat penulangan. Dasar tengkorak terdiri atas asal mula

tulang kepala belakang, simpai telinga, tulang baji, dan simpai hidung. Lengkung

ruas tulang belakang leher dan pinggang masih terbuka. Sementara rongga dada

masih berbentuk seperti corong yang terisi oleh paru-paru dan kubah diafragma.

Daun telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai berbentuk

(Mochtar & Lutan 1998). Pada kehamilan 9 minggu bentuk embrio makin

bertambah jelas. Periode embrio/mudigah berlangsung dari umur kehamilan 5 –

10 minggu, setelah 10 minggu disebut janin atau fetus (Karsono 2002). Rongga

amnion makin membesar, mendesak korion, sehingga pada kehamilan 12 minggu

rongga korion dan kantong kuning telur tidak terlihat lagi. Pusat-pusat

pembentukan tulang mulai tampak didaerah mandibula, maksila, klavikula,

humerus, femur, ilium dan tulang-tulang iga. Dapat diukur panjang janin lebih

akurat. Tempat pertumbuhan plasenta lebih jelas (Karsono 2002). Panjang janin 7

(29)

dirasakan oleh ibunya. Pada akhir bulan 3 ginjal sudah terbentuk dan membentuk

sedikit air seni (Sastrawinata 1983).

Empat bulan atau 16 minggu

Pada minggu keenambelas ini panjang janin sekitar 12 cm dengan berat

kira-kira 100 gram. Rahim sendiri sudah berbobot 250 gram, mudah diraba, dan

terletak kira-kira pertengahan pusar dan tulang kemaluan. Tungkai kaki yang di

awal pembentukannya muncul belakangan, kini sudah berkembang pesat.

Panjangnya sudah melebihi panjang lengan. Sistem peredaran darah kian

berkembang. Sistem pencernaan mulai melaksanakan fungsinya. Dalam waktu 24

jam janin akan menelan air ketuban sebanyak 450-500 ml. Hati yang berfungsi

membentuk darah, sudah melakukan metabolisme hemoglobin dan bilirubin,

kemudian mengubahnya menjadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai

bahan sisa metabolisme.

Genetalia eksternal terbentuk dan dapat dikenal, kulit berlanugo tipis dan

berwarna merah. Pada akhir 4 bulan, pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh

ibu. Panjang janin 10 – 18 cm dan beratnya 100 g (Sastrawinata 1983; Mochtar &

Lutan 1998).

5 bulan atau 20 minggu

Panjang bayi sudah mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat sekitar 260

gram. Kulitnya tipis karena belum ada jaringan lemak di bawah kulit. Kulit yang

menutupi janin mulai bertumbuh dari dua lapisan. Epidermis, yaitu lapisan yang

berada dipermukaan dan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis inilah

yang membentuk pola-pola pada ujung jari, telapak tangan, dan telapak kaki.

Sedangkan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf, dan

sejumlah lemak. Kepala janin mulai ditumbuhi rambut yang lebih rapat dan

berwarna lebih pekat daripada rambut pada permukaan tubuh. Sementara bakat

apakah rambutnya lebat, keriting, atau lurus ditentukan oleh gen ayah dan ibu

yang diturunkan kepadanya. Dengan peralatan sederhana, stetoskop Laennec,

denyut jantung janin sudah bisa didengar. Bahkan dengan USG bisa dilihat

bagaimana jantung berdenyut. Berbeda dengan jantung ibu yang berdenyut 60-80

(30)

Rambut mulai tumbuh dikepala dan rambut halus/lanugo tumbuh dikulit. Bunyi

jantung sudah dapat didengar dan kalau lahir sudah berusaha untuk bernafas.

(Sastrawinata. 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Enam bulan atau 24 minggu

Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau sekitar 24 cm di atassimfisis

pubis. Pendengaran janin sudah berfungsi penuh. Sehingga janin akan memberi

respon khas apabila mendengarkan suara-suara bising atau suara keras dari luar yang tidak disukainya. Cairan ketuban yang berfungsi untuk melindungi janin ⎯ memungkinkannya bergerak bebas ⎯ mengalami peningkatan volume dengan

cepat. Dari sekitar 50 ml pada usia kehamilan 12 minggu meningkat menjadi 400

ml pada minggu ke-24. Komposisinya pun mengalami perubahan hingga pada

pertengahan usia kehamilan, komposisinya hampir sama dengan komposisi

plasma ibu.

Kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata serta kulit keriput dan lemak mulai

tertimbun dibawah kulit. Kulit tertutup oleh verniks kaseosa yang fungsinya

melindungi kulit. Kepala besar apabila lahir dapat bernapas tetapi hanya bertahan

hidup beberapa jam saja. Panjang janin 28 – 34 cm dan beratnya 600 g.

(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Tujuh bulan atau 28 minggu

Puncak rahim berada kira-kira 3 jari di atas pusar. Gerakan bayi semakin

kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun

makin kuat dan jelas terdengar. Jumlah jaringan otak pada usia kehamilan ini

sudah meningkat. Begitu juga rambut kepala terus bertumbuh. Alis dan kelopak

mata sudah terbentuk sempurna.

Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa. Bila lahir dapat bernafas

menangis dengan nada perlahan dan lemah, dapat hidup didunia luar (viable life)

walaupun kemungkinan untuk hidup masih kecil. Panjang janin 35 – 38 cm dan

berat janin ± 1000g, disebut bayi imatur (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan

(31)

Delapan bulan atau 32 minggu

Berat janin telah mencapai 1800 – 2000 g, dengan panjang 40 - 43 cm.

Hemodilusi atau pencairan darah mengalami puncaknya pada minggu ini. Oleh

karena itu ibu hamil dengan kelainan jantung, hipertensi, dan preeklamsia agar

ekstra hati-hati. Sebab dengan volume darah yang semakin meningkat, beban

kerja jantung akan semakin berat.

Kulit merah dan keriput, apabila lahir tampak seperti orang tua kecil. (little oldman) (Sastrawinata 1983; Mochtar& Lutan 1998).

Sembilan bulan atau 36 minggu

Berat janin pada minggu ini telah mencapai 2500 g. Panjangnya 46 cm

Mulai minggu ini pemeriksaan kehamilan rutin dilakukan seminggu sekali.

Tujuannya adalah untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi, mengingat

penyebab terbanyak kematian ibu melahirkan (maternal mortality rate) di Indonesia adalah pendarahan, infeksi, dan preeklamsia.

Wajah janin tampak berseri tidak keriput, karena sudah ada lapisan lemak

dibawah kulit maka dari kelihatan kulit tidak keriput lagi, disebut bayi prematur

(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Sepuluh bulan atau 40 minggu

Berat badan janin mencapai 3300 g dengan panjang berkisar antara 45-55

cm. Pada saat ini janin siap untuk dilahirkan. Sebelum lahir, bilirubin yang

merupakan produk sisa dari sel darah merah janin dapat dengan mudah diangkut

dari janin ke dalam peredaran darah ibu melalui plasenta. Namun, begitu

dilahirkan, bayi harus berjuang sendiri untuk membuang bilirubin yang

dihasilkannya. Ketidakmampuan bayi untuk membuang bilirubin menimbulkan

gangguan hiperbilirubin atau yang lebih dikenal neonatus ikterus atau kulit kuning

pada bayi lahir.

Bayi cukup bulan mempunyai ciri-ciri, yaitu: kulit licin, halus, lanugo

hampir tidak ada lagi, verniks kaseosa banyak, rambut pada kepala baik, organ-

organ sempurna. Pada pria, testes sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada

wanita, labia mayora berkembang baik. Tulang-tulang kepala sudah mengalami

(32)

proksimal. Kuku telah melebihi ujung jari, disebut janin cukup bulan matur/aterm

(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Panjang badan dan berat badan berdasarkan umur janin menurut Haase dan

Struber, seperti pada Tabel 1 berikut ini. Hubungan umur kehamilan, besar rahim

dan tinggi fundus, menurut Mochtar dan Lutan (1998) dapat dilihat pada Tabel 2

di bawah ini. Tinggi fundus berdasarkan umur kehamilan menurut Wignjosastro

(2002) dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1 Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber

Umur (bulan) Panjang Badan (cm) Berat Badan (gram)

1

(33)

Gambar 1 Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu (Wiknjosastro, 2002)

Pengukuran diatas biasanya digunakan untuk menentukan perkiraaan umur

kehamilan dalam praktek sehari-hari. Ada cara lain untuk menentukan umur

kehamilan dan berat badan janin didalam kandungan yaitu dengan cara:

a. dihitung dari tanggal haid terakhir.

b. 4.5 bulan pada saat ibu merasa gerakan janin yang pertama “feeling life”(quickening).

c. menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis,

maka diperoleh seperti pada Tabel 3.

d. menurut Mac Donald: adalah modifikasi dari Spiegelberg, yaitu jarak fundus –

simfisis dalam cm dibagi 3.5 merupakan umur kehamilan dalam bulan.

e. menurut Ahlfeld: Ukuran kepala bokong = 0.5 panjang anak sebenarnya. Bila

diukur jarak kepala – bokong janin adalah 20 cm, maka umur kehamilan

adalah 8 bulan

36 mg 40 mg 34 mg 32 mg 28 mg 24 mg 20 mg 16 mg 12 mg

(34)

Tabel 3 Umur kehamilan menurut Spiegelberg

Umur kehamilan (minggu)

Tinggi fundus diatas simfisis (cm)

22 – 28 28 30 - 32

34 36 38 40

24 – 25 26,7 29,5 - -30

31 32 33 37,7 Sumber : Mochtar dan Lutan (1998)

f. rumus Johnson – Tausak: BB = (mD – 12) X 155

BB = berat badan dalam gram, mD = jarak simfisis – fundus uteri,dalam cm.

g. Kalkulasi Johnson:

Berat Janin dalam gram = tf (dalam cm) – n X 155

n = 12 bila verteks diatas spina isiadika, n = 11 bila verteks dibawa spina

isiadika, tf = tinggi fundus diukur dari simfisis.

Pada penelitian ini dipakai cara untuk menentukan tinggi fundus dengan

mengukur memakai alat ukur sentimeter antara jarak simfisis dengan batas atas

fundus dengan cara palpasi dari dinding luar abdomen.

Penilaian Umur Kehamilan Pada Bayi yang Baru Dilahirkan

Penilaian pertama dilakukan oleh Dubowitz dan Golberg yang dimuat

didalam jurnal pediatrik 77:1 tahun 1970, yang meliputi karateristik keadaan fisik

dan neuromuskuler, kemudian disempurnakan oleh Ballard yang dimuat pada

jurnal pediatrik 95:769 tahun 1979 (Sellers 1993), selanjutnya dikenal sebagai

New Ballard Scale (NBS) yang dapat menilai bayi lahir prematur pada umur kehamilan 20 minggu. NBS ini dapat menilai secara akurat selama 2 minggu. Yang dinilai adalah Posture, bentuk tubuh, lebarnya fleksi dari tangan, lipatan lengan dan supinasi lengan, sudut dari popliteal antara pelvis dan tungkai. Tanda

dari Scarf, lengan bayi pada posisi supinasi dapat meliwati leher dan bahu.

Gerakan tumit sampai ketelinga. Untuk penilaian kematangan fisik dilihat pada

punggung banyaknya lanugo. Palpasi dari pinna telinga adanya tulang rawan,

palpasi dan inspeksi pada jaringan payudara, melihat mata/telinga dan alat

(35)

Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan

Beberapa studi yang tersebar di seluruh dunia menunjukkan bahwa

pertambahan berat total badan ibu selama kehamilan (gestational weight gain)

berada pada rentang 8 – 14 kg. Lebarnya rentang pertambahan berat badan total

ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu (misal, tinggi badan, kondisi sosio

ekonomi, tingkat konsumsi pangan). Anjuran pertambahan berat badan selama

kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso& Lederman 1982). Sementara Subcommitee on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrition Board

1990 menganjurkan 11 kg untuk pertambahan berat badan total ibu selama

kehamilan. Pertambahan berat badan ibu hamil di Madura, Jawa Timur 6.8 kg

(Kusin & Karjati 1994), di Purworejo, Jawa Tengah 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al.

2002), dikabupaten Bogor, Jawa Barat 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2002), di Ghana, Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995) sedangkan Husaini (1986)

menyarankan pertambahan berat badan ibu hamil tidak kurang dari 9 kg.

Komponen pertambahan berat badan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan maternal (ibu). Produk konsepsi

mencakup fetus (janin), plasenta, dan cairan amnion. Secara rata-rata janin

mewakili 25% pertambahan berat badan total ibu, plasenta 5%, dan cairan amnion

6% (Hytten 1980 diacu dalam FNB 1990).

Jaringan maternal mencakup uterus, jaringan mammae, darah, cairan

ekstraseluler, dan cadangan (simpanan) lemak. Ekspansi jaringan maternal

mencapai 2/3 dari pertambahan berat badan total ibu. Pertambahan uterus dan

jaringan mammae mewakili 10%, volume darah 10% dari pertambahan berat

badan total, cairan ekstraseluler 10.4%, dan lemak 32%. Komponen pertambahan

berat badan ibu hamil menurut Pitkin (1976), Boyle dan Morris (1999) dapat

(36)

Gambar 2 Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal (Pitkin 1976; Boyle & Morris1999)

Tingkat Kejadian Abnormal dan Peningkatan Berat Kehamilan Tingkat kejadian abnormal termasuk berat badan lahir rendah (BBLR) dan

peningkatan berat kehamilan pada 33809 wanita hamil dengan berat normal, pada

kenaikan berat badan ibu hamil diatas 18 kg, terjadi peningkatan BBLR.

Penelitian tahun1990 - 1991 (Abrahams et al. 2000).

Proporsi BBLR pada tahun 1999 - 2000, berbagai sumber menunjukkan

BBRL berkisar 2 - 17% pada tahun tersebut. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari

total penduduk, maka diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi dengan

BBRL. Dinegara maju berkisar antara 3.6 – 10.8%, sedang dinegara yang sedang

berkembang berkisar antara 10.-.43%. Rasio antara negara maju dan negara

berkembang adalah 1.: 4. Peningkatan berat badan pada kehamilan tidak selalu

berakibat baik terhadap janin, pada peningkatan berat badan ibu hamil yang

melebihi 18 kg, terdapat kejadian abnormal pada bayi, hal ini ditunjukkan pada

Gambar 3.

Ib

(37)

Gambar 3 Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan (Abrahams et al. 2000)

Anjuran pertambahan berat badan menurut Indeks Masa Tubuh, yang dimuat

dalam National Academy Press (1990) dapat dilihat pada Tabel 4. Komposisi pertambahan berat badan total ibu hamil pada minggu ke-10 sampai pada minggu

ke- 40, menurut Heytten dan Leitch (1971) dapat ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut Indeks Masa Tubuh.

Kategori Indeks Massa Tubuh* Pertambahan Berat Badan Total yang dianjurkan (kg)

Kurang (IMT < 19.8) 12.5 – 18

Normal (IMT 19.8 – 26.0) 11.5 – 16

Lebih (IMT 26.0 – 29) 7 – 11

*IMT ibu hamil( National Academiy Press,1990)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama

kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil (prepregnancy nutritional status),

konsumsi zat gizi selama kehamilan, tinggi badan ibu, asal etnis, umur dan

paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi, dan kebiasaan-kebiasaan selama

(38)

Tabel 5 Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan

Pertambahan Berat (gram) pada Minggu

Anemia, Penyebab dan Pencegahannya

Salah satu masalah gizi utama yang prevalensinya cukup tinggi pada ibu

hamil adalah anemia, untuk mengkaji anemia dari pengaruh berbagai zat gizi dan

cara mengatasi adalah sebagai berikut, zat besi pada kehamilan diperlukan 30 -

44 mg elemen besi setiap hari, dapat berbentuk 150 mg besi sulfat, 300 mg besi

glukonat atau 100 mg besi fumarat. Zat besi nonhem terdapat pada sebagian besar

diet besi, teh kopi dan susu dapat mengurangi absorbsi zat besi nonhem, zat besi

paling baik dikonsumsi diantara waktu makan bersama dengan jus jeruk (Varney

et al. 2002).

Asam Folat dibutuhkan 300 µg per hari untuk mencegah anemia

megaloblastik, dikonsumsi bersama dengan zat besi. Disamping itu asam folat

dapat mengurangi risiko efek tabung neural, jika dikonsumsi sebelum konsepsi

dan selama 6 minggu pada pertama kehamilan (WNPG 1998).Vitamin C diminum

sebanyak 250 mg per hari bersama dengan makanan dapat meningkatkan absorpsi

besi nonhem dan dapat meningkatkan absorpsi suplemen besi dan sebagai

(39)

Vitamin B12 mencegah anemia megaloblastik, untuk wanita hamil AKG 1,3

µg (WNPG 1998) terdapat pada hati sapi dan hati ayam, merupakan faktor

ekstrinsik dan faktor instrinsik yang diisolasi dari cairan lambung berupa

glikoprotein. Dapat disintesis oleh bakteri didalam usus. Diperlukan untuk

mengubah asam folat menjadi bentuk aktif dalam metabolisme semua sel terutama

sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan saraf (Almatsier 2002).

Pemeriksaan dasar seperti, pemeriksaan Hb dapat dilakukan untuk

mengetahui adanya bumil yang anemia. Anemia pada kehamilan di Indonesia

cukup tinggi sekitar 67% dari semua bumil dengan variasi tergantung pada daerah

masing-masing. Sekitar 10 - 15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan

mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim. Sebagian besar anemia bumil

tergolong kekurangan zat gizi.

Melalui pendidikan, anemia dapat diturunkan dengan jalan: menjarangkan

kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan, melakukan antenatal

intensif sambil memberikan tambahan vitamin dan preparat ferrum. Pada kasus

anemia berat diberikan secara langsung Fe intra venous atau intramuskular.

Sebagian gambaran upaya penanggulangan anemia menurut Manuaba (2001)

adalah sebagai berikut (Tabel 6)

Tabel 6 Jumlah zat besi pada wanita hamil

Komponen pada ibu hamil Jumlah Fe (mgr) Peningkatan sel darah merah ibu

Terdapat dalam plasenta Untuk penambahan darah janin

500 300 100

Total kebutuhan 900

Sumber : Manuaba ( 2001)

Puskesmas, pernah dicanangkan pemberian preparat Fe, dengan bantuan

WHO, tetapi preparat tersebut berbau besi dan tampak karatan, sehingga ditolak

oleh masyarakat. Inilah satu contoh, bahwa pemerintah asal menerima bantuan,

mungkin membeli dengan harga murah, tetapi tidak diterima masyarakat.

Kenyataan ini merugikan kedua belah pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat

yang tidak menerimanya. Preparat yang mubasir ini, akhirnya sebagian besar

(40)

a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan: (1) Dapat terjadi abortus; (2) Persalinan prematuritas; (3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim;

(4) Mudah terjadi infeksi; (5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb< 6gr%); (6)

Mola hidatidosa; (7) Hiperemesis Gravidarum; (8) Perdarahan antepartum; (9)

Ketuban pecah dini (KPD).

b. Bahaya saat persalinan: (1) gangguan his-kekuatan mengejan; (2) kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar; (3) kala dua

berlangsung lama sehingga dapat melakukan dan sering memerlukan tindakan

operasi kebidanan; (4) kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan

postpartum karena atonia uteri; (5) kala empat dapat terjadi perdarahan

postpartum sekunder dan atonia uteri.

c. Pada kala nifas: (1) terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan

postpartum; (2) memudahkan infeksi puerperium; (3) pengeluaran ASI berkurang; (4) terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan; (5)

anemia kala nifas; (6) mudah terjadi infeksi pada payudara (Manuaba 2001).

d. Bahaya terhadap janin:Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan

dalam bentuk : (1) abortus; (2) terjadi kematian intrauterine; (3) persalinan

prematuritas tinggi; (4) berat badan lahir rendah; (5) kelahiran dengan anemia;

(6) dapat terjadi cacat bawaan; (7) bayi mudah mendapat infeksi sampai

kematian perinatal; (8) inteligensia rendah.

Anemia pada ibu hamil, berdasarkan penelitian di Indonesia, prevalensi

anemia adalah berkisar antara 50 – 70% dengan patokan Hb < 11 g/dl (Ratna et al.

1986) menemukan bahwa 73.7% angka prevalensi anemia pada ibu hamil.

Suwandono et al. (1992) menemukan prevalensi Anemia pada ibu hamil 55.1%. Herman dan Muhilal (1993) menemukan bahwa ibu hamil dengan anemia berat,

seperlimanya berada pada kehamilan aterm. Anemia berat cenderung sebagai

(41)

ibu hamil dengan anemia, mempunyai status gizi defisiensi energi kronis dengan

indeks masa tubuh < 18.5 kg/m2 (Suwandono 1992).

Gizi dan Kehamilan

Pertambahan berat badan dan berbagai proses yang terjadi selama kehamilan

memerlukan zat gizi termasuk air. Pada dasarnya jumlah zat gizi yang diperlukan

selama kehamilan lebih tinggi dibandingkan tidak hamil. Jumlah gizi harus

ditambah 10 - 15% dari nilai gizi normal. Sebagai gambaran gizi normal, ibu

hamil dan menyusui disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui

Kebutuhan Tidak hamil

Hamil Menyusui

Kalori 2.200 + 285 + (500 – 700)

Protein (g) 48 + 12 + (12 – 16)

Kalsium (mg) 500 + 400 + 400

Ferrum (mg) 24 + 20 + 20

Vit. A (RE) 500 + 200 + (300 – 350)

Vit. B1 (mg) 1,0 + 0,2 + 0,3

Riboflavin (mg) 1,2 + 0,2 + (0,3 – 0,4)

Piridoksin (mg) 1,6 2,2 2,1

Vit. B12 (mg) 1,0 + 0,3 + 0,3

As. Nikotinat (mg) 9 + 0,1 + 3

Asam folat (µg) 150 + 150 + (40 – 50)

Vit. C (mg) 60 + 10 + (10 – 25)

Vit. D (µg) 5 10 10

Vit. E (mg) 8 10 (10 – 12)

Vit. K (mg) 65 65 65

Fosfor (mg) 450 + 200 + (200- 300)

Seng (mg) 15 + 5 + 10

Yodium(µg) 150 + 25 + 50

Selenium (µg) 55 + 15 + (20 – 25)

Sumber : Muhilal, Jalal dan Hardinsyah (1998)

Dalam memberikan gizi harus adekuat, artinya sesuai dengan kebutuhan

sehingga badan mencapai kesehatan optimal, artinya sesuai dengan kebutuhan

sehingga badan mencapai kesehatan optimal. Didalam perhitungan berat badan

ideal orang dewasa, makanan yang dikonsumsi haruslah seimbang mengandung

semua unsur yang diperlukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk

(42)

sehari-hari. Sumber energi utama berturut-turut ialah glukosa, lemak, dan protein.

Disamping itu, masih diperlukan mineral dan vitamin yang fungsinya sebagian

katalisator dalam bentuk enzim, hormonal, sehingga metabolisme tubuh dapat

berjalan lancar.

Protein merupakan bahan pokok tubuh utama yang menjadi hayat hidup sel

dalam bentuk struktur sel, intra dan ekstraseluler dan penggerak metabolisme.

Protein menjadi sumber tumbuh kembangnya tubuh, sumber hormonal dan juga

merupakan elemen untuk kromosom yang akan menjadi pembawa tanda

keturunan. Sumber protein terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan yang

seharusnya seimbang. Protein terdiri dari mata rantai asam amino sedangkan yang

tidak dapat dibentuk harus didapatkan dari luar secara utuh dan disebut “asam

amino esensial”, diantaranya: Lisin, Leusin, Isoleusin, Valin, Threonin,

Phenilalanine, Triptofan, untuk anak-anak ditambah : Histidin dan Arginin

(Manuaba 2001). Bila terdapat kelebihan protein, sebagian besar tersimpan

sebagai cadangan dalam darah, otot, dan hati. Cadangan ini sebagian akan segera

dapat dipergunakan untuk metabolisme.

Lemak tidak terlibat secara langsung dalam metabolisme, apabila kalori

sudah dapat terpenuhi dari glukosa. Kelebihan lemak akan tersimpan di bawah

kulit atau ditempat lainnya sesuai dengan patrun tubuh. Pada laki-laki tersimpan

diperut sedangkan pada wanita dibokong, perut atau tempat lainnya. Makan

banyak menyebabkan timbunan lemak terlalu besar sehingga dapat

membahayakan tubuh sendiri. Timbunan lemak yang berlebihan dapat

menimbulkan berbagai penyakit yang terkait seperti tekanan darah tinggi, diabetes

melitus, jantung dan ginjal.

Mineral dalam tubuh manusia sangat penting untuk mengisi bahan padat

yang tidak dapat dimusnahkan, bila dilakukan pembakaran atau tidak dapat

menjadi zat yang menguap. Mineral terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang

relatif besar atau kecil sehingga digolongkan sebagai berikut :

1. Makroelemen, jumlahnya besar dalam tubuh dan keberadaannya sangat vital,

seperti Na, K, Ca, P, S, dan C1.

2. Mikroelemen, jumlahnya kecil tetapi penting dikelompokkan sebagai berikut:

(43)

b. Mikroelemen non-esensial, terdapat dalam tubuh ada kemungkinan bila

terlalu besar malah membahayakan termasuk golongan ini ialah Pb, Cd,

Si, Sr, Va, dan Br.

3. Trace element, termasuk mikroelemen tetapi diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil lagi. Contohnya Co, Cu dan Zn. Mikroelemen ini berperan sebagai,

bahan aktif pada enzim, cairan tubuh, pengisi jaringan padat, zat yang

berkaitan dengan hormon seperti yodium dan sebagai penjaga keseimbangan

elektrolit dalam tubuh, sehingga terjadi pertukaran yang relatif tinggi. Sebagai

gambaran dapat dikemukakan kekurangan beberapa elemen atau vitamin dapat

menimbulkan kelainan seperti pada Tabel 8.

Tabel 8 Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan

Bahan Kekurangan, penyulitnya Kelebihan

Asam folat Neural tube defect, Anemia BBLR, Prematuritas, Kematian prenatal tinggi

Yodium Kerdil, Abortus, IQ rendah, Kelainan congenital

Vitamin B Kelainan jantung. Beri-beri Vitamin A IUGR, Gangguan

penglihatan,Teratogenik

Vitamin D Hipokalsemia tetania Retardasi mental, fisik hiperkalsemia Sumber : Manuaba ( 2001)

Pemeriksaan antenatal sudah mulai mendapat perhatian sehingga banyak

pemeriksaan diri ke dokter, bidan, puskesmas dan rumah sakit swasta. Pelayanan

antenatal yang dianjurkan dan dianggap sudah memenuhi kriteria bumil cukup 4

kali selama hamil. Pada pemeriksaan antenatal jangan lupa lakukan pemeriksaan

laboratorium dasar seperti: darah lengkap, urine lengkap, dan gula darah

(Manuaba 2001).

Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Selama Kehamilan

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

(44)

Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh kembang janin. Melalui intruksi genetik yang terkandung didalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.

ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan

terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal

dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau ras bangsa.

Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan

lingkungan, secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan

pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini.

Sedangkan dinegara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain

diakibatkan oleh faktor genetik, juga oleh faktor lingkungan yang kurang

memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini

dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita.

Tabel 9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin

Kembar Kelipatan 89

Gmelli 2 Triplet 3 Quadruplet 4 Quintuplet 5 Sextuplet 6

1 : 89 1 : 892 1 : 893 1 : 894 1 : 895

Sumber:Mochtar dan Lutan (1998)

Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan

kromosom, seperti sindrom Down, sindrom Turner dan lain-lain. Jadi faktor

genetik herediter-konstitusional ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.

Jadi potensial anak tersebut yang menjadi ciri-ciri khas yang biasanya

ditemurunkan dari orang tuanya. Kehamilan Ganda/Gmelli merupakan faktor

genetik yang diturunkan, selain itu obat obatan yang diminum dapat menginduksi

Ovulasi (Mochtar & Lutan. 1998). Frekwensi, menurut hukum Hellin antara

Gambar

Gambar 1  Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu (Wiknjosastro, 2002)
Gambar 2  Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal (Pitkin 1976; Boyle & Morris1999)
Gambar 5  Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu
Gambar 9  Skema pemantauan dan penanganan PJT (Wiknjosastro 1993).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwa penerapan standar akuntansi pemerintah dan pengetahuan pengelola berpengaruh terhadap kualitas laporan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh peran ganda, stres kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan perempuan di PT Phapros tbk kota

Strategi pengembangan yang dapat dilakuukan adalah mempertahankan posisi sebagai temapat wisata yang memiliki SDA yang sangat potensial untuk objek wisata yang

dengan anak kecil yang masih belum banyak di Semarang adalah jasa potong rambut anak dan fasilitas bermain anak yang bersih dan dapat dipercaya sehingga saat ini jasa

Dengan adanya program ini, akan memudahkan pengerjaan yang sebelumnya masih menggunakan sistem manual menjadi sistem komputerisasi, sehingga dapat memberikan

Salah satu yang melatar belakangi penggunaan wireless sebagai media untuk jaringan komputer adalah kemudahan, dan letak geografis yang tidak memungkinkan menggunakan kabel, karena

Hasil serupa juga ditunjukkan dari penelitian Nunung Nurhayati (2015) yaitu pengetahuan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak yang berarti bahwa pengetahuan

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS XI AKUNTANSI 2i. SEKOLAH MENENGAH