UMBUHAN
PAKU
REOFIT DI BEBE
ABSTRAK
t-J dG W ? g
g
g g
3
s c a m 2
(0 s s " " 3 1 i j x x a ~
, s s z r Linda Oktavia Ningsih. Taksonomi Turnbuhan Paku Reofit di Jawa Barat.
=
Dibimbing oleh Prof Dr. Ir. Edi Guhardja, MSG. dan Dr. Dedy Damaedi, MSc!as:;
3 a: g. PeneIitian Tumbuhan Paku Reofit di beberapa sungai di Jawa Barat telah
. dilakukan dari bulan Januari sampai Agustus 200 1. Penelitian didasarkan pada 60
Q cn. a a nomor koleksi di Herbarium dan 30 koleksi di lapangan. Tumbuhan paku reofit
9
~
~
3
5
a y a w terdapat di Jawa Barat terdiri atas 6 jenis, 2 varietas dari 5 famili, yaitu :
8 9
5
~ @ n o s ~ o r a calcarafa (Thelypteridaceae),Depnrin
confluens (Woodsiaceae), (Dennstaedtiaceae), Micru.sorium javanicum var. javanicrrm dansumaIranu17~ (Hymenophyllaceae). Kunci dan varietas juga ditampilkan.
menunjukkan tumbuhan paku reofit terdapat di yang belum tercemar. Data anatomi menunjukkan bentuk berkas turnbuhan paku reofit berbeda. Tipe stomata yang
P
3
3 umnm ditemukan antara lain polocytic, copolocytic dan pseudopolocytic. Bentuk5 b J
5 J 8 daepermukaan luar spora dari rnasing-masing paku reofit juga berbeda. Data
sit&@
menunjukkan
terdapat 2 tingkat plaidi yaitu : triploid (3x) 2n = 120 dan0
$
tet+plploid (4x) 2n = 160 yang ditemukan pada Deparia confluens dari dua lokasi=
y a g berbeda tetapi tidak berbeda bentuk morfologinya. Hal ini dapat diasumsikan-.
:
5
9
b a w a terdapat hubungan autoploid pada jenis tersebut. Bentuk diploid terdapat8
p a b Trigonosporn calcarnta dan Microsorim p f e ~ ~ o p t ~ s dengan jurnlah rnasing-n
7 3
p
g
m*ng kromosorn 2n = 72, sedangkan pada Cephnlonmnes ditemukan individu2
derrgan jurnlah kromosorn dasar yaitu n = 36 dan menunjukkan bahwa jenis ini5
s g
a merupakan reofit yang sesungguhnya baik habitat maupun morfologinya.
Q Z E
x
;g
I!!
B
9
3
-
x
g
-.g.
=
-
'0
g
"
z
"
a
8
s[A
g
0
a.
n CQ
s
0
9 1
E
3
CQ>
3 1.
8 0
B
3 C
-
F
ABSTRACT
Linda Oktavia Ningsih. Fern Rheophytes in some rivers in West Java. Supervised by : Prof Dr. Ir. Edi Guhardja,MSc and Dr. Dedy Darnaedi, MSc.
A biological study of Fern Rheophytes in some rivers in West Java has been carried out between January
-
August 200l.Six spesies and two varieties 11ave been identified beionsing to five families i.e. Trigonosyura calcarara (T ly p teridaceae), Depni-ia confl11en.s (Woodsiaceae) , A.sp/erfi~m tinilate rail-' andL'
&
saea ctilt~~ufct (Dennstaedtiaceae), Micr.clsor*irtm pierTopl/s (Polypodiaceae),Ce#hcr/ommes jjnvnniczinr var. javnrticltm and Cepkalon~a~~es javanicirnt vnr.
sri@n/ranum
-.
(HymenophyIIaceae).Ecology and distribution of those spesies show that fern rheophytes always
fo d in natural environment
1
and the anatomy of vascular bundles are different in other. The identified stomata within those spesies are polocytic,copolocytic$
pseudopolocytic. Depariu con=uala which is identified from two different1 dllities, are triploid (3x) 2n = 120 and tetraploid (4xj 2n = 160. T ~ ' ~ ~ O I W I . ~ U I * C ~
1:
c Carafu and Microsorim pferopzis are diploid with the number of 2n = 72. In
Stion
Cephniomanes
has n = 36 and show true rheophytic.S U M T PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
TUMBUHAN PAKU REOFIT DI
BEBERAPA
SUNGAI Dl[ JAWA BARATAdalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jeIas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Februari 2002
LINDA OKTAVIA NINGSIH
TUMBUHAN PAKU REOFIT D l BEBERAPA
SUNGAI
DI
JAWA BARAT
LINDA OKTAVIA NXNGSIH
99722
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Biologi
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
n
o Judul Tesis
0 3 1
9 $ Nama
0
2
c!
NRP*
s
2 Program StudiQ
$
P
e. y 3 Q
e
J
2
g.-.
9
E 3
C Q
I
:
P,a'? k
c 2.
s
z
R Q
L;
3
".
-.3.
-
-.
k
-
'CI m A J%
CTS,
Dr.Zr.
Edi Guha~J
m Ketua
% 0
0- 0
C
rr
a V
3
".
5
0-
J
: Tumbuhan Paku Reofit di beberapa sungai di Jawa Barat
: Linda Oktavia Ningsih
: 99722
: BioIogi
Menyetujui,
1. Icornisi Pembimbing
2. ICetua Program Studi BioIogi
-. Dedv Duryadi Solihin
n
C
Dr. Dedv Darnaedi. MS.c
Anggota
Mengetahui
Lulus : 2 1 Februari 2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis diiahirkan di Padang pada tanggal 5 Oktober 1973 dari Ayah Nurman (aZm) dan Ibu Asni Nurmalini. Penulis mempakan putri keempat dari Iima bersaudara.
Tahun 1992 penuiis lulus dari SMAN 6 Padang dan pada tahun yang sama diterima di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ~ e r s i t a s Andalas melalui jalur PMDK tahun 1992 dan rnenyelesaikan
pedidikan tahun 1997.
P)
x Tahun 1993 sampai tahun 1998 menjadi tenaga pendamping proyek ~ e b t a n a n dalam Proyek Fernbangunan Hutan Kemasyarakatan melalui LSM
~ n g a l a s
Bumi
Lestari di daerah Sawahlunto/Sijunjung propinsi Sumatera Barat.3.
Melanjutkan Program Pasca Sarjana di Julusan Biologi Institut Pertanian r atas biaya dari DTSE melalui program Karya Siswa tahun 1999. Desember sampai sekarang tercatat sebagai staf Dosen Jurusan Biologi Fakultas @man IImu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman Samarinda.F
%
rCPRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan dengan baik. Penulis yakin tesis ini tidak akan terselesaikan dengan lancar tanpa kehendak dan rencananya yang begitu besar.
Penelitian dengan judul Tumbuhan Paku Reofit di beberapa sungai di Jawa
w tdilakukan selama kurang lebih satu tahun sejak bulan Januari 2001.
Tidak lupa penulis rnengucapkan terima kasih kepada Prof Dr. Ir. Edi ~$ardja, MS.c dan Dr. Dedy Damaedi, MS.c, atas bimbingan, arahan dan docppngan selama ini. Juga kepada Dr. Ir. Dedy ~ u r y a d i ' Solibin, MS.c., selaku k&a program studi Biologi, Bapak Prof. Dr. Mien A. Rifai, MS.c selaku ketua
SUB
program Taksanomi Tumbuhan dan DUE Project serta Yayasan Van ~ G e n t c r Maas atas kepercayaan, kesempatan dan bantuan dana beasiswa yang teI@ diberikan..=: Kepada teman-teman BIO (Taksonomi Tumbuhan) 99 : Bapak A.A.K
~ G r n a d i , Ibu Asma, Ibu Meri, Ibu Wiwi, Nia, Ye1 dan Eni. Terimakasih atas d@ngan, nasehat dan bantuamya selama ini, semoga kebersamaan kita akan seblu kita kenang. Juga kepada mbak Rina, Bapak Tiyono serta bapak-bapak dan ib%ibu di perpustakaan serta staf peneliti di Herbarium Boyoriense. Bapak dan Ibg.di Kebun Pembibitan Kebun Raya Bogor.
Terima kasih terutama untuk Mama, Uni Eni dan Uni Rina, Susi, Bob serta k "Yusra Efendi" atas dukunsan, kepercayaan, kasih sayang dan doa yang
putus-putusnya sehingga penulis dapat berhasil.
Semoga karya penelitian ini dapat berguna bagi kita selnua
Bogar, Februari 2002
n
...-... ...*.
AFTAR IS1
:.
... AFTAR TABEL
...
AFTAR GAMBAR
...
AFTAR LAMTIRAN
ENDAHU3LUAN ... i..
...
...
AELAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
...
...
...
Bahan dan Metode. .:.
... ...
Ekologi dan Distribusi
.;.
...
Morfologi...
Palinologi ... AnatomiTangkai daun.. ...
.:.
...
Daun ... 1.. ...
Sitologi ...
..
.,
... .: ......
HASL
DAN
PEMBMASANEkologi dan Distribusi ...
...
Morfologi
Palinologi ...
...
Anatomi
Tangkai daun
...
Daun
...-....-...
DAFTAR IS1
...
Sitologi...
Taksonorni...
...
Kunci identifikasi paku reofit 1..
...
1. Trigmospora calcarata..
...
2. Depurin confluens.
viii
ix
X
.
3 Cepkalonranes javanicunz ...
Kunci identifikasi varietas ...
4. Lindsaea cultruta ...
5. Microsorium pteropus ... .'. ...
P d
CJpn O
g g g z
= * * z
*
s s" " 3 1
3 ~ ~ , Q
S Q Q ~
*
a 3 0S r r 3 5 0
!
gsa.3
ryn s Q
B 3 . p p
9 3 3 g 7
g e . r a g g g ,
=Gg.
s m Z &
g l a ~ g W E . n C
n a 3 3 =
:nraaP
8;
g 2 sg 9 E 2 g
cr*
zr;
8 ~ ~ : :
s.
2.
3 9 3 s
!%+Da
f "EX
9 3
5 b J 5 2 8
?
J
g g
2
9 g
rr
g q a
-.
v. = a
g:
z
9 P;$
n
i
ia'g
P
< 5r
z
E
j
3 3a Ecr
2
3 5
El
3
3 =
x
g
-.g.
&B
9
"
g
s. r
8
s s. 2.f
9 E$
3 BE
3 [image:80.579.72.487.4.777.2]DAFTAR
TABEL
Tabel 1. Keterdapatan jenis tumbuhan paku
0
reofit di beberapa sungai di Jawa Barat ..
. . . ..
F o u Q
' Q s s
" " 3 1
; s s m Q
, O Q S
" , s s " , n-
C C S S O
zgLj5.9
"'S i% Qg a s " ,
5 3 s g g
-
2 ' F E . Y Q = . a sp
3 $ K O
; ~ < K P
3 m z i %5
w $ 5 r p
p g
2 QQ z s 5 s a'?
Z c ' n P n c
&s
2
,
,
n R
Q0-0 s
4.
g
g.,
€ -9E
2.*
- 2 s8 5 0 3
,
"ZX
E
.g
2
5 w s
5- 2 8
g
g z
9 3
"
= g
=
$ 3"'
'Sg
-.
3. -3 Q
i.
2
4 Q3
jlg
3 s a
5
5 0a s s
Q Z E
'0 Q
;g.
":8 "
s
93
-
x
z
DAmAR GAMBAR
Halaman
lambar 1. Habitat reofit ... 8
lambar 2. Peta tokasi penelitian ... 12
;ambar 3. Sisik pada bagian bawah tangkai daun.
a.
Microsorium pteropus b. Trigonospora calcarafac. Deparia confluens. ... 14
3.
Barnbar 4. Rambut pada bagian bawah tangkai daun
-
-a. Cephalomanes jav var. sumatranunz b. Lindsaea cultrata
...
-.
c. Aspleniunz unilaferale d Cephalomanes jav varjavanic&r~z.. 1 5&ambar 5. Spora dari paku reofit.
a. Trigonospora calcarata b. Cephalomanes jav
var.
sunzafranunz c. MicrosoriuPn pteropus d. Aspleniunz unilaterake. Lindsaea cultrata
f.
Deparia confluens...
g.
Cephnlonzanes jav var. javanicu~1t 17Sambar 6. Penampang lintang tangkai daun dekat lamina. V
a. fiigonospura calcarata b. Deparia confluens
C. Cephalunlanes jav var.javanicumd. Cephalonzanes jav var.sun~atranunz
e. Linckaea cultrata f. Aspleniunz unilaterale
...
g Microsoriunr pteropus 19
iambar 7. Penampans lintang daun paku reofit.
a. Trigonasporn calcarata b. Deparia confluens
c. Cephalomanes var. javanicunz d. Cephalonzanes var. szrnzatranunz e. Microsoriunz pteropus f. Lindsaea czrltrata
...
0
g.
Asplenium unilaterale 2 1ul
0
7 iarnbar 8. Stomata paku reofit.
a. Trigonospora calcarata b. Deparia confluens
Ca
c. Lindaea czdtrafa d. Aspleniunz unilaterale....
;I
e. Microsoriuin pteropzrsE
Cephalomanes javanicunz 23 %ambar 9. Kromosom paku reofit.a.
Deparia confluens 2n = I20 b. Deparia conflniens 2n = 1 60c. Trigonospora calcarata d. Microsori~mz pteropus
....
e. C. javanicunz var. jmanicunz f
C.
Javanicunz var. sumatkmun? 27Bogor Agricultural University
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutiwn tidak merugikan kewntingan yang wajar IPB.
PENDAHULUAN
I~ldotlesia detlgan tipe hujan tropisnya, saat ini dikenal n~e~niliki
keanekaragaman jenis tumbuhan paling tinggi di dutlia ( Whitmore, 1980). Dari
semua jenis tumbuhan yang terdapat di dunia, tumbuhan paku diketahui
mempunyai jumlah jenis yang cukup banyak (Holttum, 1966). Tumbuhan paku
diperkirakan meliputi 13.000 jenis dan 1250 jenis diantaranya terdapat di
Indonesia (Ministfy of National Development PlanningINDPA, 1993).
Tumbuhan paku yang menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
tertentu seperti yang tumbuh di atas permukaan batu-batuan di pinggir sungai,
seringkali ditemukan di Malaya (Holttum, 1966). Sebagian besar sungai-sungai di
Malaya selalu mengalami banjir dan air akan melimpah n~e~lutupi batu-batuan di
pingginlya. Kelompok tumbuhan paku yang tumbuh di pitlggir sungai dalam
daerah aliran banjir dikenal sebagai tumbuhan paku reofit.
Reofit adalah jenis-jenis tumbuhan yang tumbub berbatasan dengan
pitlggir sungai atau arus, yang secara tetap mengalami banjir dan tulnbuh di atas
permukaan aliran sungai tetapi tidak melebihi dari jangkauan aliran yang terjadi
secara tiba-tiba (Van Steenis, 1981). Di daerah tropis, dasar sungai umumnya
setelah hujan deras menjadi habitat khusus bagi tumbuh-tumbuhan reofit.
Umumnya tumbuh-tumhuhan di darat tidak terdapat di daerah reofit.
Anggota reofit diketahui termasuk Cryptogamae (Alga, Bryophyta,
Pteridophyta) dan termasuk organisme tumbuhan tingkat rendah (Val Steenis,
1981). Beccari (1904) menyatakan reofit meliputi sekitar 60 famili tumbuhan
: Acanthaceae, Araceae, Moraceae (termasuk Ficus), Myrtaceae, Euphorbiaceae,
Compositae dan Rubiaceae.
Tumbuhan paku reofit rnerniliki bentuk rnorfologi yang tahan arus dengan
ciri morfologi khusus yaitu: tegak, sistem akar serabut, rizorn tegak atau lnenjalar
yang melekat kuat pada substrat, tangkai daun yang lentur serta lembaran daun
yang kecil-kecil. Menun~t Beccari (1904) bentuk daun yang kecil bergabung
dengan kelenturan dan kekerasan batang. Bentuk daun yang besar akan mudah
sobek tetapi daun yang kecil seringkali lebih tahan terhadap air (Ridley, 1893).
Berdasarkan bentuk rnorfologi vegetatif yang berkernbang sesuai dengan
habitatnya, Van Steenis (1981) rnernbagi reofit menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Reofit hidrofit (hydrophytic rheophytes) : rnerupakan reofit yang
secara tetap berada di bawah permukaan air.
b. Reofit antara (torrenticolous rheophytes) : merupakan reofit yang
terdapat di bawah permukaan air pada tingltat vegetatif dan berbunga
secara tetap pada waktu air rendah.
c. Reofit dataran ltering (rheophytic landplants) : merupakan reofit yang
berbentuk semak atau herba, bebera~a diantaranya mempunyai akar
serabut pada batu-batuan.
Haslam (1978) dalam Van Steenis (1981) menyatakan distribusi jellis
reofit berkolerasi dengan kecepatan arus, tipe substrat, topografi, daya tahan
terhadap arus, kerentanan terhadap erosi, kedalaman akar, intensitas cahaya dan
tingkat nutrisi.
Tumbuh-tumbuban reofit yang sangat melimpah terdapat di daerah tropis
Borneo y a ~ g merupakan salah satu kepulauan pusat persebaran bagi tumbuhan
reofit, baik tumbuhan paku ataupun tumbuhan berbiji di hutan hujan tropis (Kato
er.al, 1991).
Van Steenis (1981) melaporkan 12 jenis tumbuhan paku reofit berasal dari
Borneo seinentara Iwatsulci dan Kato (1984) menemukan lebih dari 10 jenis.
Menurut Kato, et a1 (1991) jumlah tumbuhan paku reofit yang berasal dari Borneo
adalah 43 jenis yang tergabung ke dalam 16 famili. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dinyatakan oleh Van Steenis (1981) bahwa Borneo adalah
kepulauan yang paling kaya di dunia dalam ha1 jumlah jenis reofit, tidak hanya
tumbuhan berbunga tapi juga tumbuhan paku yang meliputi 4% dari tumbuhan
paku Borneo.
Pulau Jawa dibandingkan dengan Malaya dan Borneo me~niliki jumlah
jenis tumbuhan reofit yang sedikit. Hal ini berdasarkan perkiraan bahwa ju~nlah
total floranya sedikit dalam ratio yang sama d a l tidak ada yang menun~ukkan
perkembangan genera endemik di hutan hujannya (Van Steenis, 1981). Menurut
Backer dan Posthumus (1939) sulit diketahui tumbuhan paku yang berasal dari
pulau Jawa yang merupakan reofit, sehingga perlu dilakukan suatu penelitiall
untuk mengetahui jenis tumbuha~l paku reofit yang terdapat di pulau ini.
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keaneltaragaman jenis,ciri ithas,
persebaran dan taksonomi tumbuhan paku reofit di Jawa Barat melalui pendekatan
Manfaat Penelitian :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah d m melengkapi data
mengenai tumbuhan paku terutama tumbuhan paku reofit yang terdapat di Jawa
Barat. Data ekologi, morfologi, matomi,sitologi diharapkan dapat memberiltan
nilai tamball bagi kenanekaragaman hayati beserta nilai ekonomi dan upaya
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sarnpai Agustus 2001.
Pengambilan contoh tumbuhan berdasarkan informasi dari literatur dan herbarium
dilakukan sepanjang aliran sungai antara lain : Ciapus, Cisadane, Ciliwung,
Cinangneng dan Cikundul. Identifikasi jenis, pengamatan spora, anatomi, dan
sitologi dilakukan di Herbarium Bogoriense.
Bahan dan Metode
Bahan penelitian yang digunakan meliputi lebih kurang 60 spesimen
herbarium yang tersimpan di Herbarium Bogoriense dan 30 hasil koleksi hidup
dari lapangan.
Ekologi dan Distribusi : Pengamatan dilakukan terhadap kondisi
lingkungan tempat hidup tumbuhan paku reofit, bentuk hidup, distribusi jenis,
lokasi dan ketinggiail tempat.
Morfologi : Pengamatan morfologi dilakukan terhadap spesimen kering di
herbarium dan pengamatan langsung pada koleksi hidup yang ada di lapangan.
Karakter morfologi yang diamati meliputi bentuk sisik, rambut, tangkai daun,
helaian daun, anak daun dan akar.
Untuk pengamatan terhadap sisik, sisik pada rimpang dirontokltan dengan
larutan deterjen pekat di dalarn air supaya sisik tidak robek. Setelah dicuci dengan
air sisik diletakkan di atas gelas objek dengan media gliserin dan ditutup dengal
Palinologi : Pengamatan dilakukan terhadap bentuk dan ukuran spora.
Spora direndam di dalam alkohol 96% dan dipindahkan pada objek gelas dengan
media gliserin untuk diamati di bawah mikroskop cahaya.
Anatomi : Pengamatan anatomi dilakukan terhadap tangkai daun dan
helaian daun, berasal dari sayatan melintang tangkai daun, sayatan melintang dan
paradermal daun. Daun yang diamati adalah daun dewasa steril. Karakter anatomi
yang diamati adalah bentuk, ukuran, kerapatan stomata, bentuk penampang
lintang tangkai daun dan penampang lintang daun.
Tangkai daun
Pembuatan sayatan melintang tangkai daun dilakukan dengall
menyayatnya dengan mikrotom beku. Sayatan diwarnai dengan Methyl green.
Preparat diamari di bawah mikroskop cahaya dengan media gliserin.
Pembuatan sayatan melintang daun dilakukan dengan metode parafin
(preparat permanen) dengan menggunakan pewarnaan Safranin dan Fast Green.
Pembuatan preparat sayatan paradermal dimulai dengan menyayat lapisall
epidermis dari daun segar dengan bantuan silet atau pinset. Sayatan diwarnai
dengan Methyl Green dan dengan media gliserin preparat diamati di bawah
miltroskop cahaya.
Sitologi : Pengamatan sitologi dilakukan terhadap akar tumbuhan paku
reofit yang ditanam di Kebun Raya Bogor dan Herbarium Bogoriense. Pembuatan
preparat didasarkan pada 30 koleksi hidup. Pembuatan preparat sitologi mengikuti
Ujung akar yang aktif dicuci dengan air kemudian dimasukkan ke dalam
botol tidak tembus cahaya yang berisi 0,8 hydroxyquinolin, disimpan selama 3-5
jam pada suhu 20°C. Kemudian akar dicuci dengan air bersih, tudung akar
dibuang kemudian dimasukkan ke dalam asam asetat 45% selama 10 menit. Akar
diangkat dan dimasukkan ke dalam campuran asam asetat 45% dan HCI I N
perbandingan 1 : 3 pada suhu 60°C. Dibiarkan selama 2-3 menit (tergantung
besarnya akar), kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam orcein yang sudah
disiapkan dan dibiarkan beberapa detik. Akar dipindahkan pada gelas preparat
yang berisi orcein. Ujung akar dipotong sepanjang 1-2 mm. Orcein dimasukkan
lagi secukupnya dan gelas penutup dipasang dan kemudian dipukul-pukul halus
dengan pensil berkaret dan dipanaskan sedikit. Setelah preparat tersebut ditekan
HASIL DAN PEMBAHASAN
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI
Berdasarkan hasil penelitian dan koleltsi di lapangan diketahui bahwa
jellis tulnbuhan paku reofit yang umum terdapat di beberapa sungai Jawa Barat
adalah reofit darat (rheophytic landplants) yaitu 5 jenis dan hanya satu jellis yang
merupaltan reofit hidrofit (rheophytic hydrophytic). Menurut Van Steenis ( 1981)
berdasarkan bentuk lnorfologi vegetatif yang berkembang sesuai dengan
habitatnya, reofit dibagi menjadi tiga kelo~npok utama yaitu : reofit hidrofit, reofit
alltara dail reofit darat. Jenis reofit darat seluruh atau sebagian dari bagian
tunlbuhan ini tenggelanl atau berada di bawah permukaan air pada waktu sungai
melimpah (banjir) dan kebanyakan ditemukan berbeiltuk herba atau semak serta
lllemiliki akar serabut yang kkuat menempel pada batu-batuan dan t a ~ ~ a h liat yang
terdapat di pinggir-pinggir sungai (Gambar 1). Jenis ini antara lain : Trigonospora
calcarata, Deparia contuens, Cephalonzanes javanicunz var. javanicum,
Cephalomanes javanicunz var. sumatranunz, Lindsaea cultrata, Asplenizlnz
unilaterale sedangkan reofit hidrofit adalah : Microsorium pteropus yang
ditemukan di aliran sungai atau selalu terkena arus.
Tumbuhan reofit secara taksonomi tidak saling berhubungan satu sama
lain tetapi menunjdckan adaptasi dan spesialisasi yang sama terhadap tipe ekologi
yang terbatas tersebut. Tumbuhan lain yang ditemukan di tempat tumbuhan paku
reofit ini antara lain Furtadoa sumatraensis.
Menurut Van Steenis (1981) ada beberapa relung ekologi reofit,
diantaranya : air terjun kecil Cjeram), jurang, dasar sungai berbatu, batu-batuan,
kerikil, pasir dan habitat riparian.Tetapi diantara bentuk-bentuk relung ekologi
tersebut terdapat bentuk antara misalnya : jurang dengan dasar berbatu, batu-
batuan dimana dasar sungai juga berpasir dan berkerikil. Tumbuhan paku reofit di
beberapa sungai Jawa Barat umumnya menempati atau terdapat pada bentuk
antara dari relung ekologi ini. Microsorium pteropus ditemukan pada relung
sungai yang berbatu-batu besar dan betu kerikil, jenis ini tumbuh diatas batu-
batuan yang besar tersebut. Jenis tumbuhan paku reofit lainnya ditemukan pada
bentuk relung ekologi riparian habitat. Relung ini merupakan bagian dari sungai
yang setelah hujan deras akan digenangi oleh aliran air yang melimpah dan di
Malaya, relung ini sangat umum. Tumbuhan paku reofit yang terdapat di riparian
habitat, umumnya tergolong tumbuhan paku reofit darat dan memiliki sistem
perakaran yang luas untuk melekat.
Tumbuhan paku reofit yang ditemukan umumnya terdapat di ketinggian
500-1000 m dpl yaitu di enam lokasi dan ketinggian 1000-1450 m dpl yaitu satu
lokasi, serta tidak ditemukan diatas 1450 m dpl (Tabel 1). Menurut Van Steenis
10
Tabel 1.Keterdapatan jenis tumbuhan paku reofit di beberapa sungai di Jawa Barat
S. Lontar f 2 2 0 m
Jasinga
berkurang dengan bertambahnya ketinggian serta diatas ketinggian 2000 m dpl
reofit praktis tidak ditemukan. Disamping itu persebaran dari tumbuhan paku
reofit tidak merata di berbagai wilayah geografi. Menurut Kato (1984) tumbuhan
paku reofit ini berasal dari jenis-jenis yang tnmbuh di darat dimana Deparia
merupakan contoh yang sangat umum.
Pada penelitian di lapangan tidak ditemukan reofit di bawah ketinggian
500 m dpl, berdasarkan penelitian di lapangan ha1 tersebut mungkin disebabkan
karena di bawah ketinggian ini, sungai-sungai tersebut digunakan oleh penduduk
untuk keperluan sehari-hari sehingga habitat tumbuhan reofit ini menjadi
terganggu. Menurut Van Steenis (1981) reofit sulit ditemukan di lokasi yang
sudah bercampur atau tercemar tetapi kebanyakan ditemukan di daerah yang
masih bersih dan bebas dari pencemaran. Sungai-sungai seringkali mengalami
banjir setelah hujan tetapi tidak diseluruh sungai terdapat aliran yang deras,
sehingga tumbuhan paku reofit juga tidak ditemukan di daerah tersebut (Gambar
2). Ketinggian air pada waktu banjir pada masing-masing sungai juga berbeda,
biasanya 2-5 meter. Substrat tumbuhan paku reofit yang umum ditemukan adalah
batu-batuan dan tanah liat.
Menurut Van Steenis (1981) sama halnya dengan Angiospermae, sejumlah
tumbuhan paku reofit ditemukan tidak tetap di habitat reofit misalnya :
Thelypteris, jika ha1 ini terjadi pada sebagian jenis maka mereka disebut fakultatif
reofit. Dalam penelitian juga ditemukan Asplenium unilaterale yang merupakan
fakultatif reofit yaitu sejumlah jenis tumbuhan yang tidak merupakan reofit
MORFOLOGI
Tumbuhan paku reofit di beberapa sungai di Jawa Barat secara umum
menunjukkan bentuk habit yang hampir sama, yaitu berupa herba dan semak,
daun kecil, akar yang keras dan kuat menempel pada substrat serta anak daun
sederhana kecuali pada Microsorium pteropus yang tidak memiliki pina darl
hanya terdiri dari helaian daun. Helaian daun berbentuk oblong-lanset, permukaan
licin, tekstur daun yang agak tebal terdapat pada Cephalomanes. Tangkai daun
umumnya memiliki bentuk yang bulat panjang, kokoh, keras dan lentur. Bentuk
morfologi ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Van Steenis (1981) yaitu
bentuk morfologi tumbuhan paku reofit kecil, tangkai daun keras dan lentur,
bentuk daun kecil dan biasanya ditemukan sisa-sisa sampah atau tanah pada daun
tersebut yang melekat pada waktu banjir.
Bentuk sisik pada tumbuhan paku reofit ini umumnya berbentuk oblong-
lanset yang terdapat pada : Trigonospora calcarata, Deparia conjuens,
~Izcrosorium pteropus (Gambar 3), sedangkan pada Aspleniunz unilaterale,
Llndsaea cultrata, Cephalomanes javanicum var. javanicum dan Ceplzalonzanes
lavanicurlz var. surnatranum sisik tidak ditemukan tetapi tangkai daun ditutupi
oleh ranlbut yang berbentuk linier. Menurut Holttum (1940) karakter sisik ini
penting untuk mempelajari dan mengetahui batasan jenis. Pada tingkat varietas
bentuk rambut ini sulit untuk dibedakan seperti pada C. javanicum var. javanicunl
dan C. javanicum var szlnztranum (Ganlbar 4).
Sisik urnumnya berwarna coklat kekuningan sampai hitam. Struktur sisik
Gambar 3. Sisik pada bagia~i bawah tangkai claun a. Mio.o.\uriuri~ j.'lerojms, b.Trigor7os[~orn ctrlccrrtrla, c. De[~trriCI cor?flzier7s. Bar
Ciambar 4. l i a m b u l lpacia hagian b;~c\.ah i;~ligl<ai dauli a. ( ' C / I / I L I / O I I I ~ ~ / ~ L ~ . \ j ~ ~ ~ i c \titi.. i i i ~. s i ~ i i i ( i l i ~ ( ~ ~ i i i i ~ . h. / , i i i i l . s ~ i ~ ~ c i i. i i l / i ~ c i i l i . C.
sisik ulnunlnya rata dan pinggir yang bergigi dite~nukan pada Trigonospora
calcarata yang kadang-kadang juga ditemukan pinggir yang me~niliki kelenjar.
PALINOLOGI
U~numnya bentuk spora yang ditemukan pada tumbuhan paku reofit ini
adalah anisopolar, dimana pada bidang ekuatorial terbagi menjadi bentuk yang
tidak sama. Bentuk spora yang monolete, bilateral si~netri ditemukan pada
Deparia confluens, Microsorium pteropus dan Asplenium unilaterale, sedangkan
bentuk trilete terdapat padaa Trigonospora calcarata dan Cephalonzunes
javanicurn. Bentuk trilete, radio simetri terdapat pada Lindsaea cultrata.Ulturan
masing-masing spora bervariasi antara 17,2 pm sampai 43 prn pada bidang polar
dan 25,8 pm sanpai 62,35 pm pada bidang ekuatorial. Diantara tu~nbuhan paku
reofit tersebut ukuran spora paling kecil terdapat pada Microsoriurn pteropus dan
yang paling besar terdapat pada Lindsaea clrllrata. Perrnukaan luar masing-
masing spora juga bervariasi. Bentuk permukaan yang licin (psilate) ditemukan
pada spora Aspleniurn unilaterale, Lindasaea cultrata, Trigonospora calcarata,
Cephalomanes juvanicunz. Per~nultaan spora yang berdur~ (echinate) ditemultan
Gambar 5. Bentuk spora paku reofit a. Trigonospora calcarata, b. Cephalontaes ,javaniclmt var. sumatrmiim, c. Microsorirun pieropzts, d . Aspleniz~m zmilaterale, e. Lindsaea czrltmia, f.
Deparia co??fltiens, g. Cephalomanes javanicum var.
ANATOMI
Tangkai daun
Studi anatomi dan morfologi tangkai daun dapat digunakan sebagai
metoda yang bermanfaat dalam menyelesaikan masalah taksono~ni paltu-pakuan.
Secara umum struktur anatomi tangkai daun sana dengan rizome. Memiliki
lapisan epidermis yang memanjang secara longitudinal, kortek endoderinis dan
stele. Endodermis terlihat mengelilingi masing-masing berkas pembuluh dan stele.
Berkas pembuluh berbentuk konsentris, amphikibral. Struktur ini terdiri atas
rangkaian berkas pembuluh xilem yang dikelilingi oleh phloem. Istila11 meristele
seringkali digunakan untuk menggambarkan rangkaian konsentris berkas
peinbuluh (Foster dan Gifford, 1959). Menurut Bower (1923) salah satu parameter
yang paling penting dalam pengelompolcan paku-pakuan adalah tipe stele. Hal ini
disebabkan karena stele merupakan struktur yang paling permanen dan sering
ditemukan pada fosil paku-pakuan sehingga dapat digunalcan sebagai dasar
peinbanding antara paltu primitif dan paku modern.
Bentuk berkas pembuluh pada tumbuhan paltu reoiit adalah bentulc \ 1, X
dail V pada penampang lintang. Bentuk "\ /" terdapat pada Deparia confluens,
Trlgonospora calcarata dan Lindsaea cultrata yang masing-masingnya terdiri
atas dua meristele sedangkan bentuk "V" ditemultan pada Cephalonzane.,
javanicum var javanzcunz, Cephalomanes javanicunt var. sumatranunz dan
Microsorium pteropus. Bentuk berkas pembuluh seperti huruf " X ditemultail
pada Asplerzium unilaterale, bentuk ini disebabkan karena berkas pembuluh
Gambar 6. Penampang lintang tangkai daun dekat helaian daun
a.
pe~llbuluh tangkai daun menunjukkan tipe-tipe yang bervariasi dan sangat spesifik
tergantung pada jenis, sehingga pada Diplazium dapat digunalcan untuk
pembatasan jenis.
Lapisan epidermis terdiri atas satu sampai dua lapis sel yang berbentuk
bujur sangkar sampai persegi panjang dan tebal. Lapisan kortek endodermis terdiri
atas jaringall kolenkim yang berdinding tebal dan mengandung lignin. Hal
tersebut dapat dipahami karena tangkai daun dengan sel epidermis yang tebal
sangat diperlukan untuk menghadapi aliran air dan arus yang kuat pada waktu
banjir. Menurut Van Sleenis (1981) bentuk yang kuat dan kaku dari tangkai daun
tumbuhan paku reofit mungkin disebabkan struktur bagian dalam (misalnya
mikrofibril) atau komposisi kandungan sel yang berbeda-beda walaupun struktur
anatomi turnbuhan ini secara keseluruhan sama dengan struktur anatomi
tumbuhan yang terdapat di darat yang jenisnya sama. Disamping itu proporsi serat
dan ketebalan dinding sel juga mempengaruhi kekuatan tangkai daun ini.
Daun
Dilihat dari penampang melintang, struktur anatomi daun pada tumbuhan
paku reofit sama seperti struktur anatomi daun pada tumbuhan paku yang bukan
reofit yaitu terdiri atas selapis jaringan epidermis dan jaringan mesofil. Bentuk sel
pada jaringan epidermis seperti bujursangkar sampai persegi panjang. Jaringall
mesofil terdiri atas satu lapis jaringan palisade dan beberapa lapis jaringan sponge
yang hanya berkembang sedikit atau tidak berkembang sama sekali (Gambar 7)
Pada Microsorium pteropus dan Lindsaea cultrata, jaringan ~nesofil hanya
Gambar 7. Penampang melintang daun paku reofit a. Pigonospora calcarata, b. Deparia conjlrens, c. Cephalomanes~jnvanict~m
var. ,javmicunz, d. Cephalomaes javanic~in~ var. sumatranunl,
[image:103.568.73.492.41.729.2]pada daun sama sekali tidak terdiferensiasi. Ruang antar sel pada jaringan mesofil
umumnya kecil tetapi menjadi lebih besar pada bagian bawah. Bentuk jaringall
daun yang tidak terdiferensiasi pada Cephalomanes disebabkan karena tidak
adanya pembelahan sel apek secara periklinal (Bower, 1923). Menurut Kato dan
Imaichi (1992) pada reofit terdapat hubungan yang erat antara morfologl dan
anatomi daun, misalnya bentuk daun yang kecil dan perkembangan sel mesofil
yang lambat terutanla jaringan palisade sehingga menghasilkan ruang antar sel
yang sedikit.
Struktur anatomi daun tumbuhan paku reofit secara umum tidak berbeda
dengan struktur anatomi tumbuhan paku yang bukan merupakan reofit, kecuali
ruang antar sel yang lebih kecil pada tumbuhan paku reofit. Menurut Hiyama et
a1 (1992) sebagian besar tumbuhan paku reofit di daerah tropis memiliki bentuk
anatomi yang sama dengan tumbuhan paku di darat. Struktur anatomi daun yang
tidak begitu berbeda dengan tumbuhan paku di darat mungkin disebabkan karena
tumbuhan paku reofit diturunkan dan berasal dari jenis-jenis tumbuhan paku di
darat yang jenisnya sama.
Bentuk stomata tnasing-masing tumbuhan paku reofil juga berbeda Pada
jenis Cephalonzanes javanicum tidak ditemukan stomata pada penampang
paradermal daun. Menurut Holttum (1966) pada beberapa paku-pakuan terdapat
anak-anak tulang daun palsu dimana garisnya terdapat sepanjang permukaan sel
yang kadang-kadang di permultaan daun tersebut stomata sama sekal~ tidak
ditemukan misalnya pada : Angiopleris, Trichornanes. Iwatsuki (1980)
Gambar 8. Stomata paku reofit a. Deparia coi?flzren,s, b. 'lrigmzosporn cnlcnuaia, c. Liizdsnen czrllmln, d . Asplenium unilntemle var.
stomata umumnya terdapat pada daun tetapi kadang-kadang juga terdapat pada
epidermis di bagian permukaan lain tumbuhan yang bersentuhan dengan udara.
Pada lembaran daun yang tebal umumnya stomata terdapat di sepanjang anak
tulang daun (Sen & De,1992) (Gambar 9). Stomata umunya ditenlukan di bagian
abaksial atau di permukaan bawah daun. Bentuk dan tipe stomata ini antara lain :
pseudopolocytic, polocytic dan copolocytic. Ukuran dan kerapatana stomata pada
masing-masing jenis juga bervariasi. Panjang stomata berkisar antara 29,04 pm
sampai 68,s pm, lebar berkisar antara 15,05 pm sampai 36,3 pm. Diantara
tumbuhan paku reofit tersebut indeks stomata paling besar ditemukan pada
Deparia confluens yaitu 34% sedangkan indeks stomata paling kecil ditemultan
pada Asplenium unilaterale yaitu 14%. Hal ini mungkin disebabkan karena
Asplenium unilatemle merupakan jenis fakultatif reofit yang memiliki hubungan
lebih dekat dengan jenis tumbuhan paku di darat, sedangkan Deparia confluens
merupakan tumbuhan paltu reofit yang sesungguhnya dan memiliki ciri anatomi
antara lain indeks sto~natanya yang bernilai tinggi. Menurut Kato dan Imaichi
(1992) frekuensi stomata yang tinggi adalah ciri khas dari karakter anatomi daun
tumbuhan paku reofit.
SITOLOGI
Dari hasil penelitian pada kromosom somatik tunlbuhan paku reofit
menunjukkan bahwa jumlah kromosom pada tiga jenis yaitu : Trigono.s11oru
calcarata, Microsorium pteropus dan Cephalomanes javanicum sama yaitu n = 36
dan 211= 72, tetapi berasal dari marga yang berbeda. Menurut Stace (1980)
merupakan salah satu tanda paling konstan, karena semua individu dalam satu
jenis, biasanya mempunyai jurnlah kromosom yang sama, walaupun ada beberapa
pengecualian.
Berdasarkan analisa sitologi pada jenis Deparia conjluens yang ditemukan
di dua lokasi yang berbeda, terdapat dua bentuk tingkat ploidi yaitu triploid (3x)
2n = 120 dan tetraploid (4x) 2n = 160. Bentuk triploid ditemukan di sungai
Cinangneng sedangkan bentuk tetraploid ditemukan di sungai Ciapus. Menurut
Kato (1984) jumlah kromosom dasar Deparia adalah 40 dan jarang yang 41.
Penelitian jumlah kromosom Deparia baru terbatas pada jenis Deparia okubuana
2n = 120 (3x) dan Deparia petersenii 2n = 160 (4x1 yang terdapat di Jepang
(Nakato et.al, 1995) sehingga untuk jenis Deparia conzuens adalah penelitian
terbaru yang didapatkan di Indonesia terutama daerah Jawa Barat. Menurut
Manton (1955) dalam Darnaedi et. al (1989) informasi sitologi dari jenis-jenis
tumbuhan paku yang terdapat di Asia Tenggara serta pusat distribusi jenis tersebut
masih sangat kurang kecuali untuk daerah Malay Peninsula.
Berdasarkan bentuk habit kedua tumbuhan di dua lokasi tersebut tidak
berbeda sehingga dapat diasumsikan bahwa tumbuhan ini memiliki hubungan
autoploid. Menurut Walker (1984) data sitologi dari banyak tempat di dunia
menunjukkan bahwa terdapatnya poliploid pada tumbuhan paku-pakuan lokal
tergantung pada geografi, ekologi dan kondisi iklim.
Jumlah kromosom yang merupakan kelipatan jumlah kromosom dasar dan
terdapatnya bentuk tingkat ploidi yang berbeda-beda menunjukkau bahwa
kemungkinan Deparia pada awalnya berasal dari darat dan kemudian mengalami
terspesialisasi di lingkungan reofit ini. Hal tersebut dicirikan dengan terdapatnya
bermacam tingkat ploidi yang berbeda. Menurut Kato (1984) tu~nbuhan paku
reofit berasal dari jenis-jenis yang tumbuh di darat dirnana Deparia merupakan
contoh yang sangat umum.
Pada Trigonospora calcarata dari keseluruhan individu yang diteliti yang
berasal dari tiga lokasi yaitu : Bodogol, sungai Ciapus dan sungai Cinangneng
ditemukan bentuk diploid yaitu 2n = 72 sedangkan jumlah kromosom dasarnya
adalah n = 36. Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa jenis ini memiliki nenelc
moyang yang berasal atau terdapat di darat sehingga bentuk diploid ini hanya
ditemukan di habitat reofit. Menurut Holttum (1982) Trigonospora yang terdapat
di Malaya umumnya merupakan bentuk diploid.
Pada Microsorium pteropus juga ditemukan bentuk diploid yaitu 2n = 72,
sedangkan pada Cephalornanes javanium tidak ditemukan bentuk diploid tetapi
hanya terdapat individu dengan kromosom n = 36. Pada Cephalomanes ha1 ini
menggambarkan bahwa jenis tersebut sejak awalnya rnerupakan reofit yang
sesungguhnya dan dicirikan dengan individu yang ditemukan memiliki ju~nlah
luomosom dasar yang sama. Menurut Iwatsuki (1985) Cephalornanes rnerupakan
Gambar 9. Kromosom paku reofit a. Depnrin coiz$zlens 2n = 120, b. Depnrin co~Eflz~er~s 2n = 160, c. Trigonosporn cnlcnrnfn 2n
= 72 d. Microsoritrm pteropzts 2n = 72, e.
C.
jnvnnictlm var. [image:109.568.79.421.50.763.2]TAKSONOMI
Kunci identifikasi tumbuhan paku reofit di Jatva Barat
1. a. Rizome panjang menjalar
...
2b. Rizome pendek tegak
...
32. a. Anak daun sederhana
...
4b. Tidak ada anak d a m
...
Microsoriunz3. a. Sori bulat terdapat pada median anak tulang daun
...
Trigonosporab. Sori tubular terdapat pada ujung anak daun
...
Cephalomanes4. a. Anak daun berlobus-lobus
...
5b. Anak daun tidak berlobus-lobus, pinggir pina
. .
berger~g~
...
Aspleniunz5. a. Anak daun berlobus dalam.Lobus dasar pada sisi acroscopic
bercuping
...
Depariab. Anak daun berlobus dangkal
...
Lindsaea1. Trigorzosporn calcnrntn (Bl.)Holtt.
Trigonospora calcarata (Bl.) Holttum, Reindwardtia 8 (1974) 506 -
Aspidium calcaratum B1. Enum.Pl. Jav. (1828) 159 ; Racib. F1. Btzg 1 (1898) 170
- Thelypteris calcarata (BI.) Ching. Bull. Fan. Mem. Inst. Biol. Bot. 6 (1936) 288.
Type : Blume, Java (L).
Riiome pendek, tegak, muncul lembaran-lembaran daun dan akar tebal
yang berwarna hitam. Tangltai daun kokoh, panjang sampai 15 cm, diameter 0,2
cm, coklat kehitaman, ditutupi oleh sisik kecoklatan. Sisik terdapat pada bagian
lmm, tebal dengan pinggir bergigi. Helaian daun benvarna hijau pada waktu
hidup, panjang sampai I5 cm, lebar 5 cm. Anak daun sederhana, oval dengan
ujung membulat, anak daun 15-20 pasang, sesil, berhadapaan pada bagian bawah
dan berangsur-angsur menjadi berselingan menuju bagian atas. Anak daun bagian
paling ujung tereduksi, ujung meruncing, berlobus dalam, pinggir rata. Anak daun
bagian bawah paling besar panjang sampai 3 cm, lebar 1 cm, oblong-oval, ujung
meruncing-membulat, dasar terpotong sampai sedikit miring, pinggir daun
berlobus-lobus menuju tulang daun. Lobus sampai 8 pasang, oblong-lanset,
panjang 0,4 cm, lebar 0,2 mm, falcatus, sedikit miring, ujung sedikit meruncing-
membulat. Tulang daun sedikit muncul di bagian atas da11 bawah, rata di bagian
atas bulat di bagian bawah. Anak tulang daun sampai 5 pasang, mencapai
pinggir, pada lobus terminal anak daun seringkali bercabang satu. Sori sampai 6
pasang, terdapat pada tiap lobus, median pada anak tulang daun, coklat, bulat,
diameter sampai 0,l cm.
SPORA : trilete, simetri bilateral, an isopolar, psilate.
I?
: 32 (39) 43+
4,41pm, P : 28 (31) 36
+
3 5 9 pm.ANATOMI : Potongan melintang tangkai daun dekat helaian daun, bentuk
berkas pembuluh sepe~fi huruf "\ /", stele terdiri alas dua bagian. Stomata tipe
pseudopolocytic dan polocytic. Panjang 29 (34) 39
rt
1,79 pm, lebar 17 (22) 26+
4,53 pm. Indek stomata 30%.
KROMOSOM : n = 36 (Holttum, 1982), 2n = 72 (LON cn,, cnb, cl,, clb,
clc)
DISTRIBUSI : India kecuali daerah Utara, Burma sampai Kwantu~lg dan
Malesia : Malaya daerah utara, Sumatra Utara, Sumatra Selatan dan Jawa,
Sulawesi Utara, sekitar 8 jenis dan belum seluruhnya dideskripsikan. Jawa : Batu
Raden, Gunung Slamet (Banyutnas), G. Salak (C. Luhur, C. Nangka).
EKOLOGI : Tumbuh pada batu-batuan di dasar sungai atau di pinggir-
pinggir sungai yang mengalir deras. Terdapat pada ketinggian
+
500-1000 n~ dpl.SPESIMEN YANG DIPERIKSA : LON 1 , 2 , 9 , 10 ; W.F. Winckel 1707B
; BJ A 0 6141 ; DR. Posthumus 4050 ; Buwalda 3622, M.A. Donk P 11 ; A.G.L
Adelbert 306 ; Dr. C.G.G.J Van Steenis 11513, 10448.
CATATAN : Tumbuhan paku reofit yang khusus untuk daerah Malaya
memiliki bentuk diploid dengan kromosom 2n = 72. Menurut Holttum (1982)
Tvigonospora di Malaya adalah bentuk diploid.
2. Depnrin coizjluens (Kunze) M. Kato.
Deparia confluens (Kunze) M . Kato. Journ. Fac. Sci of Tokyo; 111 : 13 ;
375-429 - Aspleniunz confluens Kunze, Bot. Zeit. 6 : 174, 1848. Tipe : Java,
Banyuwangi, Zollinger 2925 (isotype BO).
Rizome panjang menjalar, diameter sampai 0,5 cm,secara random
bercabang, ditutupi oleh sisik. Tangkai daun lunak dan lemah, panjang salnpai
12 cm, coklat kehitaman, diameter 0,2 cm, bawah bulat, atas berlekuk-leltuk,
ditutupi ole11 sisik. Sisik warna kekuning-kuningan, bentuk oblong dengall ujung
meruncing, panjang 4 mm, lebar 1-2 mm, pinggir rata. Helaian daun berwarna
hijau, lanset, panjang sampai 18 cm, lebar sanpai 4 cm. Anak daun sederhana
dengan ujung meruncing-caudatus, sekitar 15 pasang, sesil, berhadapa~l pada
bagian bawah dan berangsur-angsur menjadi berselingan lnenuju bagian atas.
ujullg meruncing, dasar cuneatus, pinggir anak daun berlobus dalam sampai
tulang daun pada anak daun bagian bawah, dalam lobus sampai 3 mm,bergerigl
pada pasangan anak daun bagian ujung. Lobus oblong, panjang sampai 0,5 cm,
lebar 0,3 cm, sedikit miring, ujung sedikit meruncing, anak daun bagian bawah
pada lobus bagian dasar bertelinga di bagian acroscopic dan cuneatus menyempit
di bagian sisi basiscopic. Tulang daun jelas di bagian atas dan bawah, membulat
di bagian bawab, berlekuk-lekuk di bagian atas. Anak tulang daun jelas pada
bagian atas dan bawah sampai daerah pinggir daun. Tangkai, tulang daun dan
anak tulang daun ditutupi oleh rambut-rambut halus. Sori terdapat mendekati
bagian tengah anak tulang daun, linear, terdapat diantara lobus, satu atau
seringkali dua, panjang sampai 4 mm, lebar sampai
1,s
mm, indusia berwarna coltlat padawaktu kering.SPORA : monolete, simetri bilateral, anisopolar, echinate. E : 39 (40) 43 f
1,79 pm, P : 21 (26) 30
+
3 3 3 pm.ANATOMI : Potongan melintang tangkai daun dekat helaian daun, bentuk
berkas pembuluh seperti huruf "\ /", stele terdiri alas dua bagian. Stoinata tipe
copolocytic, pseudopolocytic dan polocytic. Panjang 36 (40) 43 f. 2,76 pm, lebar
27 (29) 36 f 3,97 pm. Indek stomata 34%.
KROMOSOM : 11 = 40 (Kato, 1984) 2n = 120, 160 (LON cn,, cnb, cl,, clb,
clc, cld)
DISTRIBUSI : Philipina, Borneo, Jawa, Bali, Sumbawa, Ternate, Celebes,
EKOLOGI : Ditemukan pada batu-batuan dan tanah berhumus di pinggir
sungai yang ternaungi. Di Malaya seringkali terdapat pada batu-batuan atau tanah
kosong dekat aliran air. Terdapat pada ketinggian _+ 500-800 rn dpl.
SPESIMEN YANG DIPERIKSA : LON 3, 4, 11 ; BO-0030334; BO-
0030335; BO-0030336.
CATATAN : Tumbuhan paku reofit yang umum terdapat di Indonesia. Di
Jawa Barat memiliki dua bentuk tingkat ploidi, yaitu triploid (3x) 2n = 120 dan
tetraploid (4x) 2n = 160.
3. Cepltalomanes j a v a ~ ~ i c ~ r m (Blune) V.d.B.
Cephalomanes javanicum (Blurne) v.d.B Hymen. Jav. 30. t 22, 1861 ;
Copel., Phil. J. Sci 67 : 67, 1938 ; H. Ito, Fil. Jap 111. P1. 480, 1944; Ching, F1.
Reip. Pop. Sin. 2 : 189, pl. 14. f. 1-4, 1959 ; Tagawa & k. Iwatsuki., F1. Thil. 3 :
96, 1979. - Trichomanes javanicum Blume, Enurn. P1.Jav. 224, 1828; Bedd.,
Ferns. Br. Ind.Pl. 180, 1866 ; Yabe, Bot. Mag. Tokyo 19 : 34, 1905 ; Phil. J. Sci.
51 : 246. pl. 52. f. 1, 1933. Tipe : Java, BIume (L)
Cephalomanes sumatranunz (v.A.v.R) Copel., Phil. J. Sci. 67 : 67, 1938.
Ching, F1. Reip. Pop. Sin 2 ; 188, 1959. Tipe : Sumatra, Burck 87 (BO).
Kunci Identifikasi Varietas
1. a. Sori menempati pinggir bagian acroscopic anak daun dan tidak terdapat
di bagian basiscopic anak daun
. . .
...
. .. . .
.
. . . .. .
C. javanicun? var.javanicum.
b. Sori menempati bagian ujung dari anak daun, berukurana sampai 0,5 cm
Cephalornancs javarzicum Blume var. javanicum
Rizome tegak, muncul akar-aka yang tebal dan berwarna hitam. Tangkai
daun kokoh, panjang sampai 5 cm, diameter 1 mm, coklat kehitaman, ditutupi
oleh sisik berwarna gelap. Sisik bentuk linier, hitam kemerahan, pinggir rata,
panjang 1-2 mm, lebar 0,25-0,5 mm. Helaian daun berwarna hijau tua pada
waktu hidup, panjang sampai 15 cm, lebar 4 cm. Anak daun sederhana, oblong
dengan ujung meruncing, anak daun sampai 25 pasang, sesil, berselingan, daun
bagian atas tereduksi menjadi berkurang panjangnya, oblong dengan dasar
cuneatus yang miring, ujung meruncing, pinggir d a m seringkali bergigi pada
ujung dari masing-masing anak tulang daun. Anak tulang daun banyak, jelas di
bagian atas dan bawah, pendek, miring dan satu atau dua menggarpu. Tulang
daun tidak jelas. Sori 1-4 seringkali terdapat pada anak daun bagian atas, terdapat
pada bagian acroscopic anak tulang daun dan tidak terdapat pada bagian
bassiscopic, menempati sinus, di bawah garis pinggir anak daun. Indusia tubular
dengan mulut terpotong, tekstur tebal, tangkai dari sori yang tua panjangnya
nlenonjol sampai 3 mm.
SPORA : trilete, radio simetri , an isopolar, psilate. E : 32 (37) 43 ?c 4,95
p n , P : 24 (27) 32 k 2,65 p111.
ANATOMI : Potongan melintang tangkai daun dekat helaian daun, bentuk
berkas pembuluh seperti huruf "V", stele terdiri atas dua bagian. Stomata tidak
ditemukan pada daun. Menurut Holttum (1966) pada beberapa paltu-pakuan
terdapat anak tulang daun palsu dimana garisnya sepanjang permukaan sel yang
kurang lebih dan kadang-kadang tanpa atau tidak punya stomata sama sekali
KROMOSOM : n = 36 (LON cia, cib)
DISTRIBUSI : Burma bagian selatan dan bagian timur sepanja~g
Malaysia. Malaya dan Borneo, Sumatra. Jawa : Pasuruan, Jawa Barat ( Citiis,
Lido, C. Nangka).
EKOLOGI : Seringkali tumbuh di dekat sungai di hutan sepanjang daratan
rendah. Tumbuh pada batu-batu di pinggir dasar sungai atau pada tumpukan-
tu~npukan tanah atau teresterial di hutan dekat sungai. Terdapat pada ketinggian
600-800 111 dpl.
SPESIMEN YANG DIPERIKSA : LON 22,23,24, A.G.L Adelbert 510 ;
M.A. Donk 8, 19, P 302 ; R. C. Bakhuizen v. d. B. 797,4197; P. Buwalda 2704 ;
C. A. Backer 22942 ; DR. Posthumus 13
Cepltalonznrrzes javanicum Blume var. sun~atranum
Rizome tegak, muncul akar-akar tebal dan berwarna hitam. Tangltai daun
kokoh, panjang sampai 3 cm, diameter 0,l cm, coklat kehitaman, ditutupi oleh
rambut berwarna gelap. Sisik bentuk linier, hitam, pinggir rata, ujung runcing,
panjang 1-2 mm, lebar 0,25-0,5 mm. Helaian daun berwarna hijau pada waktu
hidup, panjang sampai 9 cm, lebar sampai 3 cm. Anak daun sederhana, oblong
dengan ujung meruncing, anak daun sampai 15 pasang, sesil, berselingan, daun
bagian atas tereduksi menjadi tangkai-tangkai sori. Anak daun paling besar
panjang sampai 2 cm, lebar 0,5 cm pinggir seringkali bergigi dengan 1 salnpai 3
lobus, dasar cuneatus yang miring. Analt tulang daun jelas di bagian atas dan
bawah. Anak daun seringkali fertil secara keseluruhan di bagian bawah dengall
dengan mulut terpotong, terdapat pada garis pada pinggir anak daun, tangkai sori
yang tua panjangnya sarnpai 0,5 cm.
SPORA : trilete, radio simetri
,
an isopolar, psilate. E : 26 (34) 43 ri- 6,79pm, P : 21 (22) 26 5- 2,45 pin.
ANATOMI : Potongan melintang tangkai daun dekat helaian daun, bentuk
berkas pembuluh seperti huruf "V", stele terdiri atas dua bagian. Stomata tidak
ditemukan pada kedua permukaan daun.
KROMOSOM : n = 36 (LON cn,, cnb, cn,)
DISTRIBUSI : Sumatra, Borneo dan Jawa. Jawa : Jawa Barat ( C. Luhur,
C. Nangka, C. Ngumpet, C. Cigarnea, C. seribu) Jasinga.
EKOLOGI : Tumbuh diatas tmah dan diatas batu-batuan di pinggir
sungai. Terdapat pada ketinggan 500-1000 m dpl.
SPESIMEN YANG DIPERIKSA : LON 5,6,7, 8 ; R. C. Bakhuizen 7737
; C.G.G.J Van Steenis 2731,11199
CATATAN : Secara keseluruhan sub genus Cephalomanes ini merupakan
reofit yang sesungguhnya baik dalam bentuk maupun habitat.
4. Lindcnea culirata (WILLD) Sw.
Lindsaea cultrata (WILLD) Swartz. Syn. Fil(1806) 119 ; Kramer, Blumea
15 (1968) ; 565. Tipe : coll? Malabaria (B. Willdenow).
Lindsaea nitens Blume, En. P1. Jav (1828) 217 - Schizoloma nitens
(Blume) Bedd. Fern. Ind. E d 2. corr. (1873). Tipe Blume s.n Java (L)
Rizome pendek, menjalar, diameter 0,2 cm, bagian yang muda ditutupi
oleh rambut seperti sisik. Tangkai daun berpencar-pencar, panjang sampai 15
berlekuk-lekuk di bagian atas. Sisik berwarna merah kecoklatan, linier, panjang
1-2 mm, lebar 0,25-0,5mm, pinggir rata. Helaian daun linier-lanset, panjang
sampai 10 cm, anak daun sederhana, warna hijau kekuningan, licin di bagian
bawah dan atas, tekstur berair, tipis tapi kuat. Analc daun sampai 20 pasang,
berselingan, anak daun bagian atas secara berangsur-angsur tereduksi, bagian
ujung menjadi sangat kecil. Anak daun bagian bawah paling besar, panjang
sampai 1,5 cm, lebar sampai 0,5 cm, bentuk hampir triangular, ujung runcing,
dasar terpotong, sejajar dengan tangkai helaian daun, pinggir bagian bawah licin,
pinggir bagian atas berlobus dangkal, lobus seringkali 3 sampai 4. Anak tulang
daun tidak jelas di bagian atas dan bawah. Sori terdapat sepanjang pinggir
masing-masing lobus.
SPORA : monolete, radio simetri , an isopolar, psilate. E : 56 (59) 62 f
2,43 pm, P : 34 (39) 43 f 3,S5 pm.
ANATOMI : Potongan melintang tangkai daun dekat helaian daun, bentuk
berkas pembuluh seperti huruf '4 /", stele terdiri alas dua bagian. Stomata tipe
copolocytic dan pseudopolocytic. Panjang 39 (46) 53
+
5,25 pm, lebar 17 (20) 24f 2,76 pm. Indelc stomata 1 S%.
ROMOSOM : n = 153, 150 (Manickam dan Irudayaraj, 1991)
DISTRIBUSI : India Selatan, Ceylon, Thailand Selatan, Jepang dan
Australia. Malesia : Malay Peninsula, Singapura, kepulauan Riau, kepulauan di
laut Cina Selatan, Sumatra, Kepulauan Mentawai, Banglca, Borneo, Celebes,
Philipina, kepulauan Solomon (Holttum, 1966). Jawa : Pasuruan, Jawa Barat (C.
EKOLOGI : Terdapat di permukaan tanah dan batu-batuan berlu~nut di
pinggir sungai. Tumbuhan ini seringkali di bawah permukaan aliran air pada
waktu banjir (Holttum, 1966). Terdapat pada ketinggan 5 800 m dpl.
SPESIMEN YANG DIPERIKSA : LON IS, 25 ; C. A. Backer & 0 .
Postl~umus 506 ; C. A. Backer 9993 ; C.G.G.J. Van Steenis 4082.
CATATAN : Menurut Holttum (1966) seringkali terdapat di bawah allran
air pada waktu banjir bersamaan dengan Athyriurn macrocarpurn.
5. Microsoririr?z pteropus (Blume) Copel
Micvosoriunl pteropus (Blume) Copel Univ. Calif. Publ. Bot 16 : 112
(1929). - Backer & Psth, Varenfl Java (1939) 224. Kaulina pteropus B. Nayar,
Taxon 13 (1964) 67.
-
Colysispteropus Bosman Leiden. Bot. Ser 14 (1991) 112.Lectotipe : Blume s.11 (L). Java.
Rizome panjang, menjalar, bulat, diameter 0,5 cm, ditutupi ole11 sisikyang
rapat. Sisik lanset, coklat kekuningan, panjang 2-2,5 mm, lebar 1-1,5 mm, ujung
runcing-meruncing, pinggir rata. Tangkai daun kokoh, panjang sampai 3 cm,
diameter 2 mm, hijau tua, ditutupi rambut-ranbut halus. Heiaian daun sederhana,
oblong-lanset, teltstur tipis, panjang sampai 10 cln, lebar sarnpai 4 cm,ujung
meruncing, pinggir rata. Anak tulang daun jelas di bagian atas dan bawah, bulat
di bagian bawah, datar di bagian atas. Anak tulang daun utama me~nbentuk sudut
yang luas terhadap garis pinggir, bergabung untuk membentulc dua ranglaian
areole yang lebih besar sepanjang garis tengah dan areole yang lebih kecil
sepanjang pinggir, terlihat sampai tiga perempat bagian melluju pinggir,
melnbentuk rangkaian dari areoleh utanla yang berbentuk oblong, anak tulang
bulat terdapat diantara bagian tengah dan pinggir anak tuIang dam, satu per areole
yang besar.
SPORA : monolete, bilateral simetri
,
an is