HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN USIA
MENARCHE
PADA SISWI SMP DAN SMA AHMAD YANI BINJAI
TAHUN AJARAN 2010-2011
Oleh :
ROVENY
070100055
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN USIA
MENARCHE
PADA SISWI SMP DAN SMA AHMAD YANI BINJAI
TAHUN AJARAN 2010-2011
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
ROVENY
070100055
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche pada Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010-2011
Nama : Roveny
NIM : 070100055
Pembimbing Penguji I
dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH NIP. 197712142008121001 NIP. 197407302001122003
Penguji II
dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes NIP. 197008191999032001
Medan, 11 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche mengalami penurunan sedangkan status nutrisi terus mengalami perbaikan. Beberapa penelitian
menunjukkan ada keterkaitan antara status nutrisi dan usia menarche. Pengetahuan mengenai usia menarche beserta faktor yang mempengaruhinya juga penting untuk memprediksi dampak yang mungkin muncul akibat menarche dini atau pun menarche
terlambat. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang dengan tujuan menganalisis
hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche.
Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat analitik. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta
mengisi kuesioner untuk penilaian status nutrisi dan penentuan usia menarche. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat.
Status nutrisi yang diperoleh melalui pengisian kuesioner terhadap 90 orang
yaitu sebanyak 24 orang (26,7%) memiliki status nutrisi kurang, 35 orang (38,9%)
dengan status nutrisi normal, dan 31 orang (34,4%) dengan status nutrisi lebih.
Rata-rata usia menarche siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai adalah 12,3 tahun (SD 1,3), yang mana 37 orang (41,1%) mengalami menarche dini, 26 orang (28,9%) mengalami menarche normal dan 27 orang (30,0%) mengalami menarche terlambat. Hasil uji kai kuadrat antara status nutrisi dan usia menarche memberikan nilai p value < 0,001.
Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa status nutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi usia menarche.
ABSTRACT
Along with time expansion, the ages of menarche shown in an earlier lifetime, when nutrition states keep on improve. Some research shows that there are connection between nutrition state and the age of menarche. Knowledge about the age of menarche with the influent factor was important to predict the impact which might happen as effect of early or late menarche. The purpose of this research is to analyze the correlation between nutrition state and the age of menarche.
The design of research is cross sectional study which tends to be analytic. Respondent that sign the agreement letter after receive an explanation were ask to fill a questioner to classify the nutrition state and to determine the age of menarche. Collected data were analyzed with chi square method.
Nutrition state of 90 person who fill the questioner show that 24 people (26,7%) with lack on nutrition state, 35 people (38,9%) with normal average nutrition state, and 31 people (34,4%) with above average of nutritional state. The average age of menarche in junior and senior high school of Ahmad Yani Binjai School is 12,3
±
1,3 years old, showing 37 people (41,1%) with early age of menarche, 26 person (28,9%) with normal age of menarche, and 27 people (30,0%) with late age of menarche. Chi square of cross tabulation between nutrition state and the age of menarche results p value < 0,001.The research conclude that nutrition state were include as a factor that determine the age of menarche.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas
rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini,
sebagai salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Kedokteran dari Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Selama pengerjaan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Status Nutrisi dan Usia Menarche pada Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai, penulis menerima banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam ruang ini
penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan tertinggi kepada:
1. Kedua orang tua penulis beserta seluruh keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan dan dorongan moril maupun materil
2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
3. Bapak dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG selaku dosen pembimbing yang
senantiasa membantu, memberikan masukan serta arahan kepada penulis
dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah
4. Bapak dr.Zulham, M.Biomed, Ibu dr. Nurfida Khairani Arrasyid, M.Kes, serta
Ibu dr. Dewi Masyitah Darlan, DAP&E, MPH selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat berarti dalam
membuat Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik
5. Bapak dr.Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ selaku penasihat akademik
6. Ibu Dra. Nuraini selaku Koordinator Yayasan Pendidikan Ahmad Yani Binjai,
Bapak Drs. Samin Surbakti selaku Kepala SMP Ahmad Yani Binjai, Bapak
Drs. Ngulihi Sembiring selaku Kepala SMA Ahmad Yani Binjai atas izin
penelitian dan berbagai kemudahan yang diberikan kepada penulis selama
7. Bapak Drs. Ahmad Zulian Nasution selaku guru senior di Yayasan
Pendidikan Ahmad Yani Binjai atas berbagai informasi yang menunjang
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
8. Adik-adik siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai selaku responden dalam
penelitian yang telah bersedia bekerjasama dengan memberikan informasi
yang benar dan jujur
9. Seluruh staf Yayasan Pendidikan Ahmad Yani Binjai yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis selama proses pengumpulan data
penelitian
10. Melyana Yusuf, dr.Delken Kuswanto, Mirzal Fuadi, Andika Pradana,
Adrianie Maricella, Lea Willsen dan rekan-rekan penulis harian Analisa lain, beserta seluruh teman, kerabat, dan sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu
Kiranya Tuhan Yang Mahakuasa akan memberikan balasan atas segala bantuan dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
Sangat penulis sadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak akan penulis terima
dengan senang hati dan tangan terbuka. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
membawa manfaat bagi kita semua.
Medan, Nopember 2010
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN……… i
ABSTRAK……… ii
ABSTRACT……… iii
KATA PENGANTAR……….… iv
DAFTAR ISI……… vi
DAFTAR TABEL……… ix
DAFTAR GAMBAR……… x
DAFTAR LAMPIRAN……… xi
BAB 1 PENDAHULUAN……… 1
1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Rumusan Masalah……… 3
1.3. Tujuan Penelitian……… 3
1.4. Manfaat Penelitian……… 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 4
2.1. Status Nutrisi……… 4
2.1.1. Definisi Status Nutrisi……… 4
2.1.2. Tingkatan Status Nutrisi……… 4
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Status Nutrisi……… 5
2.1.4. Menilai Status Nutrisi……… 7
2.2. Menarche ……… 9
2.2.1. Definisi Menarche……… 9
2.2.2. Perubahan Hormonal……… 9
2.2.3. Fisiologi Menarche……… 10
2.3. Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche……… 14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…………. 15
3.1. Kerangka Konsep Penelitian……… 15
3.2. Definisi Operasional……… 15
3.3. Hipotesis……… 17
BAB 4 METODE PENELITIAN………. 18
4.1. Rancangan Penelitian……… 18
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 18
4.2.1. Lokasi Penelitian……… 18
4.2.2. Waktu Penelitian……… 18
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 18
4.3.1. Populasi Penelitian……… 18
4.3.2. Sampel Penelitian……… 19
4.4. Metode Pengumpulan Data……… 20
4.4.1. Data Primer……… 20
4.4.2. Data Sekunder……… 21
4.4.3. Uji Validitas Kuesioner………... 21
4.5. Metode Analisis Data……… 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 24
5.1. Hasil Penelitian……… 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 24
5.1.1.1. SMP Ahmad Yani Binjai……… 24
5.1.1.2. SMA Ahmad Yani Binjai……… 25
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………26
5.1.3. Hasil Analisis Data……… 32
Status Nutrisi……… 32
5.1.3.2. Distribusi Silang Usia Menarche Terhadap Kelompok Tahun Kelahiran……… 33
5.1.3.3. Distribusi Silang Usia Menarche Terhadap Status Nutrisi……… 34
5.2. Pembahasan………35
5.2.1. Pembahasan Tentang Perbaikan Status Nutrisi……… 35
5.2.2. Pembahasan Pergeseran Usia Menarche Menjadi Lebih Dini……… …….. 36
5.2.3. Hubungan Status Nutrisi dan Usia Menarche………..…… 37
. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 39
6.1. Kesimpulan……… 39
6.2. Saran ………. 39
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
Tabel 4.1 Validasi Isi dengan Menggunakan Kisi-Kisi Kuesioner 21
Tabel 5.1 Distribusi Siswa-Siswi SMP Ahmad Yani Binjai Tahun
Ajaran 2010/2011
25
Tabel 5.2 Distribusi Siswa-Siswi SMP Ahmad Yani Binjai Tahun
Ajaran 2010/2011
26
Tabel 5.3 Distribusii Karakteristik Responden 26
Tabel 5.4 Karakteristik Jawaban Responden Terhadap pertanyaan pada
Kuesioner
29
Tabel 5.5 Distribusi Silang Berat Badan Terhadap Status Nutrisi 33
Tabel 5.6 Distribusi Silang Usia Menarche Responden Berdasarkan Kelompok Tahun Kelahiran
33
Tabel 5.7 Distribusi Silang Status Nutrisi Terhadap Usia Menarche 34 Tabel 5.8 Rata-Rata Usia Menarche Berdasarkan Katagori Status
Nutrisi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian……… 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Lembar Persetujuan Lampiran 4 Ethical Clearance
Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 6 Master Data
ABSTRAK
Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche mengalami penurunan sedangkan status nutrisi terus mengalami perbaikan. Beberapa penelitian
menunjukkan ada keterkaitan antara status nutrisi dan usia menarche. Pengetahuan mengenai usia menarche beserta faktor yang mempengaruhinya juga penting untuk memprediksi dampak yang mungkin muncul akibat menarche dini atau pun menarche
terlambat. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang dengan tujuan menganalisis
hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche.
Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat analitik. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta
mengisi kuesioner untuk penilaian status nutrisi dan penentuan usia menarche. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat.
Status nutrisi yang diperoleh melalui pengisian kuesioner terhadap 90 orang
yaitu sebanyak 24 orang (26,7%) memiliki status nutrisi kurang, 35 orang (38,9%)
dengan status nutrisi normal, dan 31 orang (34,4%) dengan status nutrisi lebih.
Rata-rata usia menarche siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai adalah 12,3 tahun (SD 1,3), yang mana 37 orang (41,1%) mengalami menarche dini, 26 orang (28,9%) mengalami menarche normal dan 27 orang (30,0%) mengalami menarche terlambat. Hasil uji kai kuadrat antara status nutrisi dan usia menarche memberikan nilai p value < 0,001.
Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa status nutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi usia menarche.
ABSTRACT
Along with time expansion, the ages of menarche shown in an earlier lifetime, when nutrition states keep on improve. Some research shows that there are connection between nutrition state and the age of menarche. Knowledge about the age of menarche with the influent factor was important to predict the impact which might happen as effect of early or late menarche. The purpose of this research is to analyze the correlation between nutrition state and the age of menarche.
The design of research is cross sectional study which tends to be analytic. Respondent that sign the agreement letter after receive an explanation were ask to fill a questioner to classify the nutrition state and to determine the age of menarche. Collected data were analyzed with chi square method.
Nutrition state of 90 person who fill the questioner show that 24 people (26,7%) with lack on nutrition state, 35 people (38,9%) with normal average nutrition state, and 31 people (34,4%) with above average of nutritional state. The average age of menarche in junior and senior high school of Ahmad Yani Binjai School is 12,3
±
1,3 years old, showing 37 people (41,1%) with early age of menarche, 26 person (28,9%) with normal age of menarche, and 27 people (30,0%) with late age of menarche. Chi square of cross tabulation between nutrition state and the age of menarche results p value < 0,001.The research conclude that nutrition state were include as a factor that determine the age of menarche.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche turut mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari rata-rata 14 tahun menjadi 12,8 tahun (Silva,
2005). Bahkan, sebuah penelitian pada awal tahun 80-an menunjukkan fakta bahwa
rata-rata usia menarche adalah 16,2 ± 1,1 tahun (Beall, 1981). Modernisasi dan instanisasi gaya hidup diyakini sebagai faktor yang memegang andil cukup besar
dalam penurunan rerata usia menarche. Hal ini dikarenakan kemajuan peradaban diikuti pula dengan perubahan-perubahan pada manusia, mulai dari perubahan pola
makan sampai perubahan pola hidup.
Data epidemiologi dunia menunjukkan bahwa 29,9% gadis berusia 10-17
tahun mengalami masalah kelebihan nutrisi (Roditis dkk., 2009). Menurut Abudayya
dkk. (2009), sebuah penelitian di Amerika menunjukkan hasil bahwa lebih dari 90%
remaja selalu makan camilan yang sebagian besar kandungannya adalah lemak di
antara setiap waktu makan.
Menurut Acharya dkk. (2006), perbaikan nutrisi akan berdampak kepada
penurunan usia menstruasi pertama. Menarche dini lebih cenderung ditemui pada wanita dengan status nutrisi yang baik. Hal ini dikarenakan status nutrisi
mempengaruhi maturitas sistem endokrin (Uche-Nwachi dkk., 2007).
Pada sebuah penelitian di pulau Jawa, didapatkan data bahwa pada tahun
1937 usia menarche rata-rata adalah 14,08 tahun dan pada tahun 1996 sudah menurun menjadi 13,22 (Dewi, 2008). Menurut Winkjosastro (2006) dalam Dewi (2008), usia
menarche memang bervariasi tetapi semakin lama usia menarche semakin cepat. Salah satu penyebab hal tersebut adalah perbaikan status nutrisi. Namun, menurut
Paath (2005), di Indonesia belum ada penelitian yang menganalisis seberapa jauh
Di Sumatera Utara, khususnya Medan, dijumpai perbedaan usia menarche
yang cukup bermakna antara populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas
dan populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Rata-rata usia
menarche pada remaja putri dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas adalah 11,45 tahun dengan Standard Deviasi (SD) 0,92. Sementara itu, usia menarche pada kelompok dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah adalah 12,19 tahun
dengan SD 0,98 (Pulungan, 2009).
Di sisi lain, menarche terlampau dini dikaitkan dengan faktor risiko beberapa penyakit keganasan. Menurut Helm (2009), usia menarche dini merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Di samping itu, percepatan usia menarche juga memperbesar peluang terjadinya hiperplasia endometrium (Chiang, 2008). Menurut
Hebra (2008), kolesistitis juga berkaitan dengan usia menarche yang lebih cepat. Belakangan, insiden kanker uterus dan kanker payudara juga dihubungkan dengan
usia menarche (Chiang, 2009; Swart, 2010) oleh alasan hormonal, yang dalam hal ini lebih didominasi oleh estrogen.
Kecenderungan usia menarche yang semakin dini juga berimplikasi pada risiko terjadinya kehamilan pada usia yang lebih muda (Silva, 2005; Rah dkk., 2009)
dan perpanjangan waktu persalinan (MacKibben, 2003). Usia menarche yang terlalu cepat pada sebagian remaja putri dapat menimbulkan keresahan karena secara mental
mereka belum siap. Menstruasi juga berarti pengeluaran zat besi, yang mana pada
setiap siklus menstruasi sekitar 4 mg zat besi dikeluarkan. Apabila seorang remaja
putri mengalami menarche 1 tahun lebih awal maka dia akan kehilangan zat besi sebanyak 48 mg lebih banyak (MacKibben, 2003).
Informasi mengenai kecenderungan usia menarche juga merupakan parameter yang penting untuk memprediksi jumlah populasi dalam beberapa tahun ke depan,
memperkirakan faktor risiko keganasan organ reproduksi, termasuk pula kejadian
osteoporosis (Matkovic dkk., 1997).
pubertas prekoks (lebih cepat dari normal) apabila menarche terjadi di bawah usia 8 tahun dan mengalami pubertas tarda (terlambat) bila menarche terjadi di atas usia 18 tahun. Kedua keadaan tersebut merupakan keadaan patologis akibat gangguan aksis
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Seiring dengan usia menarche yang terus menurun, bisa jadi patokan usia untuk pubertas patologis juga perlu mengalami
penyesuaian (Uche-Nwachi dkk., 2007).
1.2. Rumusan Masalah
Uraian dalam latar belakang memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan
pertanyaan: apakah terdapat hubungan antara status nutrisi dua tahun sebelum
menarche dengan usia menarche?
1.3. Tujuan Penelitian a. Umum
Menganalisis hubungan antara status nutrisi dua tahun sebelum menarche
dengan usia menarche pada siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011
b. Khusus
1. Mengetahui gambaran status nutrisi melalui pola diet rutin siswi SMP
dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 pada masa dua
tahun sebelum menarche
2. Mengetahui gambaran usia menarche siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Departemen Kesehatan: sebagai bahan masukan mengenai hubungan
antara status nutrisi dan usia menarche
2. Bagi pihak sekolah: sebagai pedoman untuk menentukan saat yang tepat
3. Bagi siswi: sebagai bahan informasi mengenai gambaran usia menarche dan gambaran status gizi sehingga dapat direncanakan langkah-langkah
antisipasi terhadap dampak buruk yang mungkin timbul akibat keadaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Nutrisi
2.1.1. Definisi Status Nutrisi
Menurut Supariasa dkk. (2002), status nutrisi merupakan ekspresi dari
keadaan keseimbangan nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Sedangkan menurut
Dwyer (2002) status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
2.1.2. Tingkatan Status Gizi
Menurut Suyatno (2009), sekurang-kurangnya dikenal dua macam status
nutrisi, yakni.
1. Status nutrisi normal, merupakan keadaan tubuh yang mencerminkan
keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh, keduanya
berlangsung dengan adekuat.
2. Malnutrisi, merupakan keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan dari
satu atau lebih zat gizi secara relatif maupun absolut. Ada empat bentuk
malnutrisi, yaitu.
a. undernutrion: kekurangan konsumsi pangan untuk periode tertentu
b. spesific deficiency: kekurangan konsumsi pangan yang mengakibatkan defisiensi zat gizi tertentu
c. overnutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
d. imbalance: keadaan disproporsi konsumsi pangan yang menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi.
Berdasarkan baku harvard, status gizi dapat dibagi menjadi empat (Supariasa dkk., 2000).
3. gizi kurang atau underweight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calorie Malnutrition)
4. gizi buruk atau severe Protein Calorie Malnutrition (PCM), termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dan kwasiokor.
Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan batasan-batasan yang
disebut ambang batas. Ambang batas ini berbeda-beda, tergantung kesepakatan ahli
gizi. Oleh karena itulah, dikenal pula klasifikasi Gomez, Wellcome Trust, Waterlow,
Jelliffe, Bengoa, dan lain sebagainya (Supariasa dkk., 2002).
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Status Nutrisi
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi status nutrisi, di antaranya
(Alimul dan Uliyah, 2008; Sediaoetama, 2006; Supariasa dkk., 2002).
a. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dari individu maupun orang yang mempersiapkan makanan
untuk individu yang bersangkutan akan mempengaruhi status nutrisi.
Pengetahuan dan informasi yang kurang berimbas pada pengertian yang salah
mengenai kebutuhan nutrisi. Alhasil, status nutrisi optimal tidak tercapai atau
justru terjadi kelebihan nutrisi.
b. Prasangka
Prasangka terhadap bahan-bahan makanan akan mempengaruhi status nutrisi.
Hal ini mencakup prasangka buruk terhadap bahan makanan bergizi tinggi atau
sebaliknya. Sebagai contoh, karena merupakan panganan yang murah, di
beberapa daerah tempe dianggap sebagai makanan yang tidak layak. Padahal,
tempe mengandung protein nabati yang cukup tinggi.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan terhadap makanan tertentu
juga dapat mempengaruhi status nutrisi. Misalnya, larangan mengkonsumsi ikan
karena dianggap dapat menyebabkan penyakit cacingan. Padahal, ikan
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan mengakibatkan
kurangnya variasi makanan. Hal ini tentu saja bukan sesuatu yang baik
mengingat tidak ada satu bahan makanan pun yang mengandung semua nutrien
yang diperlukan tubuh. Saat ini, remaja lebih menyukai minuman bersoda dan
makanan cepat saji, seperti pizza, hamburger, maupun fried chicken. Padahal, makanan sejenis ini mengandung banyak lemak, garam, dan gula yang tentu saja
kurang bagus untuk kestabilan status nutrisi.
e. Ekonomi
Untuk menyediakan makanan dibutuhkan pendanaan. Oleh karena itu, umumnya
masyarakat dengan kehidupan ekonomi menengah ke atas lebih mampu
mencukupi kebutuhan nutrisinya.
f. Status kesehatan
Status kesehatan mempengaruhi pola makan. Nafsu makan akan menurun pada
keadaan di mana terdapat kelainan organik maupun psikis. Di samping itu,
adanya penyakit pola makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa juga
turut mempengaruhi status nutrisi.
g. Alkohol dan obat
Penggunaan alkohol dan obat-obat tertentu menyebabkan defisiensi nutrisi.
Mekanisme yang berlangsung bisa beragam, mulai dari hambatan absorbsi
sampai hambatan sintesis nutrien. Obat seperti steroid dan preparat estrogen
menimbulkan akumulasi lemak dalam tubuh.
h. Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi motivasi individu untuk makan makanan seimbang
dan persepsi individu mengenai diet harian. Bagi sebagian orang, makanan
memiliki nilai simbolik. Contohnya, minum susu dikaitkan dengan kelemahan.
Menurut Dwyer (2005), beberapa faktor yang bisa mengubah status nutrisi
seseorang yaitu.
Masa pertumbuhan, aktivitas fisik yang berlebihan, kehamilan, dan laktasi
meningkatkan kebutuhan terhadap energi dan nutrien esensial lain. Apabila tidak
dilakukan penyesuaian asupan nutrisi pada masa-masa tersebut, maka akan
terjadi penurunan status nutrisi. Berbeda dengan hal tersebut, kebutuhan nutrisi
pada geriatri justru cenderung lebih kecil dibandingkan kelompok dewasa.
b. Komposisi diet
Komposisi diet mempengaruhi availabilitas dan penggunaan nutrien. Sebagai
contoh, absorbsi besi mungkin akan terganggu oleh makanan kaya kalsium atau
kadar asam askorbat yang rendah. Akibatnya, orang yang bersangkutan akan
mengalami defisiensi besi meskipun asupan besi adekuat.
2.1.4. Menilai Status Nutrisi
Beberapa fungsi penilaian status nutrisi menurut Dwyer (2005), yaitu.
1. skrining malnutrisi
2. menilai diet dan data-data lain untuk menentukan ada tidaknya malnutrisi serta
mengidentifikasi penyebab malnutrisi
3. perencanaan terapi nutrisi
Menurut WHO, beberapa metode yang bisa dipakai untuk mengetahui
keadaan gizi suatu kelompok, yaitu (Bardosono, 2009).
1. Survei: digunakan untuk menentukan data dasar gizi dan/atau menentukan
status gizi kelompok populasi tertentu atau menyeluruh, dengan metode cross sectional.
2. Surveilans: dengan pemantauan berkelanjutan dari status gizi populasi tertentu.
Data dikumpulkan, dianalisis, digunakan untuk jangka waktu yang panjang
sehingga dapat diketahui penyebab malnutrisi.
3. Penapisan: untuk mengidentifikasi individu malnutrisi yang memerlukan
intervensi, dengan cara membandingkan hasil pengukuran individu berdasarkan
Penilaian status gizi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Metode langsung lebih terfokus kepada individu dan kriteria objektif sedangkan
metode tidak langsung cenderung dipakai di komunitas untuk merefleksikan keadaan
nutrisi. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sementara itu, penilaian status gizi secara
tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi
(Supariasa dkk., 2002).
Antropometri meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan,
lingkar kepala (pada bayi dan balita). Untuk mengukur status gizi secara adekuat,
sejumlah penilaian spesifik juga diperlukan, misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT),
rasio Lingkar Pinggang Pinggul (LPP), Berat Badan Relatif (BBR). Pengukuran
seperti lipatan triseps juga dapat dipakai guna mengkalkulasi lemak atau protein
tubuh (Supariasa dkk., 2002).
Metode biokimiawi atau biofisik digunakan untuk mengetahui terjadinya
defisiensi berupa pengurangan derajat penyimpanan zat gizi dalam jaringan atau
cairan tubuh atau pengukuran fungsi fisiologis yang berkaitan dengan zat gizi
tertentu. Metode klinis digunakan untuk mendeteksi tanda klinis dan anatomis yang
merupakan manifestasi dari malnutrisi. Metode ini bisa dilakukan dengan menilai
riwayat medis atau pemeriksaan fisik (Supariasa dkk., 2002).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data
seperti ini berguna untuk memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan
dan kekurangan zat gizi. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, survei konsumsi
dibagi menjadi metode kuantitatif dan metode kualitatif. Proses penimbangan dan
recall merupakan contoh dari metode kuantitatif sedangkan riwayat dan frekuensi makan merupakan contoh metode kualitatif (Supariasa dkk., 2002).
Metode statistik vital mengidentifikasi hasil (morbiditas dan mortalitas) yang
faktor ekologi mengidentifikasi faktor nongizi yang dapat mempengaruhi status gizi
masyarakat, meliputi kondisi fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Supariasa dkk.,
2002).
2.2. Menarche
2.2.1. Defenisi Menarche
Menarche merupakan periode menstruasi yang terjadi untuk pertama kali.
Menarche adalah kejadian akhir dari manifestasi fisik selama perkembangan gonad (Uche-Nwachi dkk., 2007). Sementara itu, menstruasi merupakan peristiwa keluarnya
darah dari vagina seorang wanita akibat luruhnya lapisan endometrium. Menstruasi
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon-hormon reproduksi, seperti
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH),
Luteinizing Hormone (LH), estrogen, danprogesteron.
Peranan menarche dalam sebuah siklus tidak menyatakan kemampuan reproduksi seseorang. Namun, secara umum menarche mendahului kesuburan dalam waktu yang relatif singkat (Silva, 2005). Kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan
fakta bahwa sampai beberapa saat setelah menarche, siklus yang terjadi adalah siklus anovulasi (MacKibben, 2003).
2.2.2. Perubahan Hormonal
Pada kehamilan 10 minggu, GnRH sudah dihasilkan oleh hipotalamus. LH
serta FSH juga telah dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Baik pada fetus pria maupun
wanita, level GnRH sama-sama meningkat. Pada saat kelahiran, level GnRH dan
hormon seks steroid tetap tinggi. Konsentrasi hormon tersebut menurun pada
beberapa minggu pertama kelahiran dan tetap rendah selama masa prepubertas. Unit
hipotalamus-hipofisis ditekan oleh level steroid gonadal yang sangat rendah (Rebar,
2002).
Pada awal masa pubertas, terjadi peningkatan sensitivitas LH terhadap
disusul dengan kenaikan estradiol pada keesokan harinya. Penundaan sekresi estrogen
dikarenakan adanya jalur sintesis tambahan untuk estrogen, yaitu aromatisasi dari
androgen. Estron yang sebagian disekresikan oleh ovarium dan sebagian lainnya
dihasilkan dari konversi estradiol serta androgen juga meningkat pada awal pubertas
hingga pertengahan masa pubertas. Sejalan dengan tanjakan masa pubertas, estrogen
yang dihasilkan oleh ovarium akan menjadi lebih dominan (lebih penting) daripada
estrogen yang dihasilkan dari aromatisasi androgen (Rebar, 2002).
2.2.3. Fisiologi Menarche
Terjadinya menarche didukung penuh oleh kematangan hormon reproduksi pada tubuh seorang wanita (Goldman, 2000). Menarche adalah hasil dari proliferasi endometrium sebagai respon terhadap sekresi hormon reproduksi di ovarium (Silva,
2005). Sekresi hormon di ovarium terjadi akibat hormon yang dilepas oleh hipofisis
anterior, yaitu FSH dan LH. Sementara itu, sekresi hormon hipofisis anterior
dikontrol oleh pelepasan GnRH dari hipotalamus. Menarche muncul pada masa pubertas, yakni peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pubertas berarti dimulainya
kehidupan seksual. Sementara menarche berarti dimulainya menstruasi. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh hipofisis yang
terjadi secara perlahan dan telah dimulai pada tahun ke-8 kehidupan (Guyton dan
Hall, 1997). Puncak pubertas yakni saat menarche, pada usia 11 sampai 16 tahun. Selama masa fetus, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium distimulasi dengan
sangat minimal oleh hormon plasenta. Efek dari stimulasi ini bermanifestasi sangat
minimal pula selama bayi (Uche-Nwachi dkk., 2007). Pada masa kanak-kanak,
hipotalamus mensekresikan GnRH tetapi dalam jumlah yang tidak bermakna.
Sejumlah eksperimen menunjukkan bahwa sesungguhnya hipotalamus mampu
mensekresikan GnRH. Hanya saja, pada masa kanak-kanak tidak ada sinyal dari
bagian tertentu di otak yang dikirim ke hipotalamus. Oleh karena itu, belakangan
berlangsung di mana pun di daerah otak selain hipotalamus, bisa jadi di sistem
limbik. (Guyton dan Hall, 1997).
Hipotesis lain menyatakan bahwa rendahnya kadar GnRH merupakan akibat
dari unsur intrinsik penghambat susunan saraf pusat yang memiliki kemampuan
menekan pulsasi GnRH melalui neurotransmitter GABA (Uche-Nwachi, 2007). Pusat
penghambat tersebut terletak di daerah otak yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi menarche, seperti gaya hidup dan status nutrisi bekerja untuk memodulasi pusat penghambat ini (Silva, 2005).
Karakteristik seks sekunder muncul pada anak gadis mulai usia 8 tahun. Hal
ini terealisasi pada pertumbuhan payudara, bulu pada aksila dan kemaluan, serta
akumulasi lemak tubuh. Perubahan ini menandakan dimulainya sekresi GnRH.
Parameter aktivasi GnRH yang bisa diperiksa yaitu hormon hipofisis LH yang
disekresikan secara pulsatil dan mencapai puncak pada malam hari (MacKibben,
2003).
Menurut Rebar (2002) menarche terjadi karena proses kompleks di susunan saraf pusat, khususnya otak yang menjelaskan perubahan pada aksis
hipotalamus-hipofisis. Perubahan yang pertama adalah penurunan sensitivitas terhadap efek
inhibisi oleh kadar steroid seks yang rendah. Kedua, pada akhir masa pubertas terjadi
maturasi dari respon stimulasi positif hormon gonadotropin terhadap estrogen.
2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Menarche
Menurut Adair (2001), ada tiga faktor yang mempengaruhi menarche yaitu: 1. Faktor keturunan
Menarche juga ditentukan oleh pola genetik dalam keluarga, sebagaimana menurut Silva (2005) bahwa usia menarche dari ibu turut memberikan kontribusi terhadap usia menarche anak. Namun, hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung cenderung lebih erat daripada antara ibu dan anak
2. Keadaan gizi
Semakin baik keadaan nutrisi maka semakin cepat usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih
cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus. 3. Kesehatan umum
Badan yang lemah atau penyakit yang diderita seorang anak gadis seperti penyakit
kronis, terutama yang mempengaruhi masukkan makanan dan oksigenasi jaringan
dapat memperlambat menarche.
Menurut Rebar (2002), menarche dipengaruhi oleh faktor genetik, status nutrisi, kesehatan secara umum, letak geografis, paparan terhadap cahaya, serta status
psikologis. Remaja putri yang hidup di perkotaan atau tinggal dekat dengan
khatulistiwa cenderung mengalami menarche pada usia yang lebih dini.
Menurut MacKibben (2003), ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi
menarche, yaitu.
1.Faktor ras atau suku bangsa
Sebagai contoh, di Amerika Serikat usia menarche paling cepat pada ras Hispanics, lebih lambat pada kulit hitam dan paling lambat pada Caucasian.
2. Faktor iklim
Menarche timbul lebih lambat di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan.
Menarche lebih cepat di daerah dataran rendah. 3.Cara hidup
Olahraga atau latihan fisik yang berat dapat memperlambat menarche dan mengganggu fungsi menstruasi.
4. Lingkungan
Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya film seks, buku dan majalah
tentang seks, godaan serta rangsangan dari kaum pria atau pengamatan secara
langsung terhadap perbuatan seksual akan masuk ke pusat pancaindera. Kemudian
diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor.
hipofisis pars anterior, melalui sistem portal. Hipofisis anterior mengeluarkan
hormon yang merangsang ovarium untuk mensekresikan hormon spesifik berupa
estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini akan memberikan umpan balik yang
mengakibatkan pengeluaran hormon menjadi berfluktuasi. Pengeluaran hormon
tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi.
Menurut Silva (2005), gaya hidup juga memiliki pengaruh dalam induksi
menarche. Remaja dengan gaya hidup modern, misalnya mereka yang sering menonton televisi dan jarang beraktivitas mengalami menarche yang lebih dini. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap gadis remaja di India, didapatkan beberapa
faktor yang mempengaruhi usia menarche, antara lain (Bagga dan Kulkarni, 2000). 1. Sosioekonomi
Remaja putri dari keluarga dengan tingkat ekonomi kurang akan mendapatkan
menarche 12 bulan lebih lambat daripada mereka yang berasal dari keluarga berkehidupan menengah ke atas. Namun, hasil ini dinilai kurang signifikan karena
dipengaruhi oleh konsumsi protein, yang mana semakin banyak mengkonsumsi
protein maka semakin dini usia menarche (Lemeshow, 2008). 2. Pola makan
Nutrisi merupakan faktor utama yang berperan. Penelitian menunjukkan bahwa
gadis vegetarian mengalami menarche 6 bulan lebih lambat daripada nonvegetarian.
3. Aktivitas fisik
Remaja putri dengan aktivitas fisik yang berlebihan, misalnya atlet cenderung
mengalami menarche di atas usia 12-13 tahun. Hal ini disinyalir berhubungan dengan inhibisi hormon reproduksi yang menginduksi menstruasi.
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Sebagian besar remaja dengan usia menarche dini (9-11 tahun) memiliki kelebihan berat badan sebesar 5 kg dibanding dengan rata-rata berat badan remaja
sebesar 4,5 kg. Penelitian menunjukkan pula bahwa tinggi badan memiliki
asosiasi positif terhadap usia menarche dini.
Sebuah penelitian analitik di Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa status
gizi serta tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan yang bermakna dengan usia
menarche yang terjadi lebih dini. Dalam hal ini, tingkat pendidikan ibu memberikan pengaruh tidak langsung terhadap status nutrisi, yakni dihubungkan dengan ragam
makanan harian yang disiapkan. Sementara itu, variabel independen lainnya seperti
tingkat pendidikan ayah, usia menarche ibu, dan tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna (Widada, 2002).
2.3. Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche
Nutrisi memiliki peran penting dalam proses menarche (Goldman, 2000).
Menarche terjadi lebih dini pada remaja dengan status nutrisi yang baik (Acharya dkk., 2006). Menurut Buyken dkk. (2009), nutrisi yang baik tidak menginisiasi proses
pubertas. Proses pubertas terjadi akibat rangsang hormonal dan dimulai tanpa
pengaruh dari nutrisi. Nutrisi yang baik hanya akan mempercepat proses tersebut.
Sebuah hipotesis mengungkapkan bahwa seorang remaja putri harus
mencapai berat badan sekurang-kurangnya 47,8 kg untuk bisa mengalami menarche. Selain itu, lemak tubuh harus meningkat hingga 23,5% dari lemak saat prepubertas.
Kedua hal ini dikaitkan dengan status nutrisi. Namun, pada wanita obesitas dengan
penyakit seperti diabetes, menarche akan terjadi lebih lambat. Hal ini dikarenakan penggunaan nutrien yang tidak sempurna (Rebar, 2002).
Pada remaja dengan kelebihan nutrisi (kelebihan berat badan), menarche juga terjadi lebih dini. Hal ini diasosiasikan dengan kadar leptin yang disekresikan oleh
kelenjar adiposa. Peningkatan kronik dari konsentrasi leptin di perifer turut memacu
peningkatan serum Luteinizing Hormone (LH), baik pada siang maupun malam hari. Menurut Wilson dkk. (2003) dalam Uche-Nwachi dkk. (2007), LH merupakan
hormon yang dihasilkan di hipofisis anterior dan dapat dijadikan parameter menilai
berimbas kepada peningkatan serum estradiol yang kemudian berakhir dengan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, kerangka konsep yang dibuat yaitu mengenai hubungan antara
status nutrisi dengan usia menarche.
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.1. Kerangka konsep hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche
3.2. Definisi Operasional
Status nutrisi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi dua tahun sebelum menarche. Sementara itu, berat badan merupakan katagori indeks massa tubuh perkiraan dua tahun sebelum mengalami
menarche. Pengukuran status nutrisi siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai dinilai berdasarkan jawaban yang diberikan responden terhadap instrumen berupa kuesioner
riwayat makan. Penggunaan kuesioner adalah untuk menilai status nutrisi dua tahun
sebelum menarche secara kualitatif. Riwayat makan yang dimaksudkan adalah riwayat makan secara umum dalam dua tahun terakhir sebelum menarche dan tidak dititikberatkan pada keadaan tertentu.
Kuesioner terdiri dari 22 butir pertanyaan tertutup, dengan 3 pilihan jawaban.
Jawaban yang mengarah ke status gizi kurang diberi nilai 0, jawaban yang mengarah
ke status gizi baik diberi nilai 1, dan jawaban yang mengarah ke status gizi lebih
diberi nilai 2.
Penarikan kesimpulan terhadap kuesioner riwayat makan harus dianalisis oleh
pengaplikasi (Supariasa dkk., 2002). Oleh karena itu, penilaian dilakukan oleh
peneliti dengan menggunakan sistem skoring dengan skala sebagai berikut:
1. status gizi lebih, bila nilai dari jawaban > 60% dari total nilai kuesioner status
nutrisi
2. status gizi normal, bila nilai dari jawaban responden antara 40-60% dari total nilai
kuesioner status nutrisi
3. status gizi kurang, bila nilai dari jawaban responden <40% dari total nilai
kuesioner status nutrisi.
Dengan demikian, hasil status nutrisi responden adalah data ordinal.
Berdasarkan sistem skoring dapat disimpulkan menjadi
0-18 Æ gizi kurang
19-26 Æ gizi normal
27-44 Æ gizi lebih
Usia menarche merupakan usia di mana seseorang mengalami periode menstruasi untuk pertama kali. Pengukuran usia menarche dilakukan dengan teknik wawancara memakai instrumen berupa kuesioner. Responden diminta untuk mengisi
tanggal lahir yang terdiri dari komponen bulan dan tahun serta tanggal menarche
yang juga terdiri dari komponen bulan dan tahun. Usia menarche didapatkan dengan mengurangkan tanggal menarche dengan tanggal lahir.
Usia menarche digolongkan berdasarkan pemikiran bahwa usia menarche
rata-rata dalam berbagai penelitian berada di interval 12,1-12,9 tahun. Oleh karena
itu, didapatkan batasan.
<8,0 tahun Æ pubertas prekoks (eksklusi)
8,0-12,0 tahun Æmenarche dini 12,1-12,9 tahun Æmenarche normal 13,0-18,0 tahun Æmenarche terlambat >18,0 tahun Æ pubertas tarda (eksklusi)
Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai yaitu perempuan berusia 11-18
tahun yang mengalami menarche maksimal dua tahun yang lalu terhitung sejak saat penelitian dilakukan.
3.4. Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian cross sectional yang bersifat analitik.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Yayasan Perguruan Ahmad Yani Binjai
yang bertempat di jalan Ade Irma Suryani No. 38 A, kota Binjai. Yayasan Perguruan
Ahmad Yani dipilih dengan alasan sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah
terbesar di kota Binjai. Ditambah lagi, sekolah tersebut menyediakan jenjang
pendidikan SMP dan SMA sehingga diharapkan bisa menjaring sampel dengan
rentang umur yang lebih beragam.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data dilakukan selama 1 minggu dan berlangsung sejak
tanggal 15 hingga 22 Juli 2010. Proses penelitian sendiri berlangsung selama 10
bulan, dimulai sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal, mengumpulkan
data hingga seminar hasil, yang berlangsung sejak bulan Februari 2010 hingga
November 2010.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran
2010-2011 yang mengalami menarche kurang dari dua tahun terhitung saat penelitian dilakukan. Jumlah siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai pada April 2010 adalah
SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 yang mengalami menarche kurang dari dua tahun dihitung dengan rumus
x' = (1/f)x
x’ = jumlah katagori dalam variabel
f = n/N
n = banyaknya sampel
N = besarnya populasi
x = jumlah hasil katagori yang ingin diketahui jumlahnya
(Budiarto, 2002)
Dari survei terhadap 50 siswi kelas X SMA Ahmad Yani Binjai, 11 di
antaranya mengalami menarche kurang dari dua tahun (survei primer, 2010). Oleh karena itu, estimasi jumlah populasi menjadi.
x’ = 1: (50/421) x 11
= 92,6 (dibulatkan menjadi 93 orang)
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari siswi SMP dan SMA Ahmad Yani
Binjai tahun ajaran 2010-2011 yang telah mengalami menarche pada saat penelitian dilakukan. Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus
penarikan sampel pada populasi terbatas, yaitu (Wahyuni, 2007)
n = jumlah sampel minimum
Z 1-α/2 = nilai distribusi normal baku untuk α tertentu = 1,96
p = proporsi dalam populasi n =
d = kesalahan yang dapat ditoleransi
N = jumlah di populasi
Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini menjadi.
n = 75,03 (dibulatkan menjadi 76 orang)
Jumlah sampel minimum yang diperoleh sekitar 76 orang dengan tingkat
kepercayaan yang diinginkan 95%. Proporsi di populasi dianggap 0,5 untuk
menghasilkan jumlah sampel terbesar (Sastroasmoro dkk., 2010). Untuk
meningkatkan keakuratan dalam pengumpulan dan analisis data, maka jumlah sampel
dalam penelitian ini dibuat menjadi 90 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak
(probability samples) yaitu teknik Stratified Random Sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai
tahun ajaran 2010-2011. Kemudian hasilnya akan digabungkan menjadi satu sampel
yang terbebas dari variasi untuk setiap strata.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah.
1. siswi yang telah mengalami menarche
2. siswi dengan pola makan yang relatif konstan (tidak menunjukkan perbedaan
ekstrim) selama dua tahun sebelum menarche
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah.
1. siswi yang mengalami pubertas prekoks ( < 8 tahun)
2. siswi yang mengalami pubertas tarda ( > 18 tahun)
3. siswi yang sama sekali tidak mengingat kapan ia mendapat menarche dan tidak dapat memastikan pola makan sebelum menarche
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari sampel
penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan
instrumen kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disesuaikan
dengan variabel yang akan dinilai.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak Yayasan Perguruan
Ahmad Yani Binjai yang berhubungan dengan jumlah siswi SMP dan SMA pada
tahun 2010.
4.4.3. Uji Validitas Kuesioner
Data untuk menentukan katagori status nutrisi didapatkan dari instrumen
kuesioner riwayat makan. Kuesioner tersebut disadur langsung dari Adolescent Nutrition Questionnaire yang dipublikasikan oleh organisasi Nutrition Specialists
dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kondisi remaja Indonesia.
Dikarenakan kuesioner ini merupakan kuesioner untuk menilai tindakan, maka uji
validasi yang dilakukan adalah uji validasi isi. Adapun teknik yang digunakan yaitu
analisis validitas kuesioner dengan menggunakan kisi-kisi kuesioner seperti yang
tertera dalam tabel 4.1. di bawah ini.
Tabel 4.1. Validasi Isi dengan Menggunakan Kisi-Kisi Kuesioner No Variabel Indikator Pertanyaan
1 Status
gizi
Nafsu makan 1. Dalam keadaan sehat (tidak sedang
menderita penyakit/sangat lelah/stres),
selera makan Anda sehari-hari secara
1. Berapa kali Anda makan (makanan
utama) dalam satu hari?
2. Berapa kali Anda makan
(snack/camilan) di antara waktu makan
utama?
3. Berapa kali Anda melewatkan sarapan
dalam seminggu?
4. Berapa kali Anda melewatkan makan
siang dalam seminggu?
5. Berapa kali Anda melewatkan makan
malam dalam seminggu?
6. Berapa kali Anda makan makanan
cepat/siap saji dalam seminggu?
7. Berapa kali Anda minum minuman
bersoda dalam seminggu?
8. Berapa kali Anda minum minuman yang
mengandung gula (seperti teh manis,
sirup) dalam sehari?
9. Dalam seminggu, berapa kali Anda
makan ikan?
10. Seberapa sering Anda mengkonsumsi
suplemen makanan dalam seminggu?
Status
gizi
Ragam
makanan
1. Apa yang paling sering Anda makan
untuk sarapan?
2. Diet apa yang sedang Anda jalankan
sebelum menarche?
3. Tanpa memerhatikan alasan, apakah ada
makanan tertentu yang Anda hindari?
4. Dari makanan di bawah ini, manakah
yang paling Anda gemari dan paling
sering Anda makan?
Status
gizi
Jumlah
makanan
1. Bagaimana porsi makan siang Anda
secara umum?
2. Bagaimana Anda menilai porsi makan
malam Anda secara umum?
3. Berapa porsi makanan kaya karbohidrat
(seperti nasi, mie roti, umbi-umbian)
dalam makanan harian Anda?
4. Apakah dalam sehari Anda selalu
makan makanan kaya protein (seperti
tempe, tahu, ikan, telur,
kacang-kacangan)?
5. Berapa proporsi makanan kaya lemak
(seperti daging, makanan berminyak,
makanan bersantan) dalam makanan
harian Anda?
Status
gizi
Berat badan
(IMT)
1. Bagaimana Anda mendeskripsikan tubuh
Anda pada saat sebelum mendapatkan
menstruasi pertama?
Status
gizi
Faktor
komorbiditas
1. Apakah Anda menderita penyakit yang
bersifat menahun?
4.5. Metode Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul akan dianalisis menggunakan metode pengujian
kai kuadrat dengan bantuan program komputer yaitu SPSS 16,0. Uji kai kuadrat
dipilih dengan pertimbangan bahwa dalam penelitian dipakai variabel bebas berupa
status gizi yang merupakan data ordinal. Sementara itu, variabel terikat berupa usia
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses pengambilan data penelitian berlangsung selama 1 minggu, tepatnya
pada tanggal 15 Juli 2010 hingga tanggal 22 Juli 2010 di SMP dan SMA Ahmad Yani
Binjai. Sebanyak 90 orang siswi SMP dan SMA yang memenuhi kriteria sebagai
sampel penelitian diberikan penjelasan lisan dan tertulis untuk kemudian
menandatangani lembar informed consent.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dengan judul “Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche
pada Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010-2011” dilakukan
di SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai. Adapun kedua sekolah tersebut bernanung
dalam satu perguruan yakni Yayasan Pendidikan Ahmad Yani Binjai.
5.1.1.1 SMP Ahmad Yani Binjai
SMP Ahmad Yani Binjai berdiri pada tahun 1974 dan berstatus sekolah
swasta. Sebelum tahun 1974, sekolah ini bernama Perguruan Nasional yang
kemudian berganti nama menjadi Yayasan Tunggal Ika pada tanggal 1 Maret 1970
dan pada bulan Juli 1971, nama Yayasan Tunggal Ika kembali ditukar menjadi
Sekolah Pembinaan Budi. Adapun sekolah yang dibina oleh Bapak Fusta Subroto,
MBA ini telah terakreditasi dengan predikat A.
Secara demografi SMP Ahmad Yani Binjai terletak di pusat kota Binjai, yaitu di
Jalan Ade Irma Suryani No. 38 A. Status tanah SMP Ahmad Yani Binjai adalah akte
jual beli, dengan luas lahan 19.102 m2 dan luas tanah terbangun yaitu 3.927 m2.
Pada bulan Juli 2011 terdapat 475 orang siswa yang sedang menempuh
pendidikan di SMP yang dipimpin oleh Drs. Samin Surbakti ini. Ada pun rincian
Tabel 5.1. Distribusi Siswa-Siswi SMP Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010/2011
Jumlah Siswa
Kelas Putra Putri Total Siswa
VII 67 89 156
VIII 73 82 155
IX 81 83 164
Total Siswa 221 254 475
SMP Ahmad Yani Binjai memiliki 30 orang tenaga pendidik dan 24 orang
tenaga pendukung (seperti pegawai tata usaha, laboran, teknisi, tenaga perpustakaan,
dan lain sebagainya).
SMP Ahmad Yani Binjai memiliki 12 ruang belajar, 1 lapangan olahraga, 1
lapangan upacara, 1 ruang perpustakaan, 2 ruang laboratorium IPA, 1 ruang
multimedia, 1 ruang kesenian, 1 ruang laboratorium bahasa, 1 ruang laboratorium
komputer, dan 1 ruang serbaguna atau aula. Di samping itu, SMP Ahmad Yani Binjai
juga memiliki 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 2 ruang guru, 1
ruang tamu, 1 ruang tata usaha, dan sejumlah ruang penunjang lain (seperti gudang,
dapur, kantin, ruang ibadah, ruang OSIS, koperasi, dan sebagainya).
5.1.1.2. SMA Ahmad Yani Binjai
SMA Swasta Ahmad Yani Binjai berdiri pada tahun 1984 dan terletak di
Jalan Ade Irma Suryani Kelurahan Pekan Binjai, Kecamatan Binjai Kota, Provinsi
Sumatera Utara. Saat ini SMA Ahmad Yani Binjai dipimpin oleh Bapak Drs. Ngulihi
Tanah sekolah sepenuhnya milik sekolah dengan luas areal 5770 m2. Sekitar
sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 360 m. SMA Ahmad Yani Binjai memiliki 1
ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang guru, 12 ruang kelas, 1
laboratorium IPA, 1 laboratorium bahasa, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang serbaguna, 1
ruang musholla, 1 ruang OSIS, dan 1 ruang olahraga yang semuanya dalam keadaan
baik. Sementara itu, jumlah seluruh personil sekolah ada 39 orang terdiri atas guru 34
orang guru, 3 orang karyawan tata usaha dan 2 orang kurir.
Pada bulan Juli 2010 sebanyak 372 orang siswa menempuh pendidikan di
SMA Ahmad Yani Binjai, seperti yang terinci dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Siswa-Siswi SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010/2011
Kelas jumlah siswa Total siswa
putra putri
X 63 76 138
XI 52 71 123
XII 59 52 111
Total Siswa 174 199 372
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian memiliki berbagai karakteristik. Tabel 5.3.
menunjukkan keragaman karakteristik responden berdasarkan komponen usia, status
Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
1 Usia Responden
15-17 tahun 12 13,3
13-14 tahun 37 41,2
11-12 tahun 41 45,5
Total 90 100
2 Status Nutrisi
Status nutrisi kurang 24 26,7
Status nutrisi normal 35 38,9
Status nutrisi lebih 31 34,4
Total 90 100
3 Perkiraan Berat Badan
Berat badan kurang 24 26,7
Berat badan ideal 38 42,2
Berat badan lebih 28 31,1
Total 90 100,0
4 Katagori Usia Menarche
menarche dini 37 41,1
menarche normal 26 28,9
menarche terlambat 27 30,0
Total 90 100.0
Berdasarkan karakteristik umur, sampel terbanyak pada penelitian ini adalah
mana usia minimum adalah 11 tahun dan usia maksimum adalah 17 tahun. Median
usia responden adalah 14 tahun.
Berdasarkan status nutrisi yang diperoleh melalui pengisian kuesioner, status
nutrisi yang terbanyak adalah status nutrisi normal, yakni sebanyak 35 orang.
Sementara itu, status nutrisi yang paling sedikit yaitu status nutrisi kurang. Namun,
perbedaan di antara ketiga kelompok status nutrisi tidak terlalu signifikan, dengan
selisih persentase antarkelompok hanya 4,5% sampai 12,2%.
Kepada responden, dijelaskan mengenai pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Setelah responden menghitung IMT
perkiraan 1-2 tahun sebelum mereka mengalami menarche, didapatkan hasil bahwa berat badan dominan selama dua tahun sebelum menarche adalah berat badan ideal. Sedangkan katagori berat badan dengan frekuensi terkecil adalah berat badan kurang.
Namun, selisih frekuensi di antara setiap katagori berat badan juga tidak terlalu
mencolok, yaitu berkisar antara 4,4% sampai 15,5%.
Gambar 5.1. Histogram Kurva Normal Usia Menarche
Setelah usia menarche dalam bentuk data numerik diubah ke data kategori, didapatkan kesimpulan bahwa lebih banyak responden yang mengalami menarche
pada usia dini. Data rincian karakteristik usia menarche bisa dilihat dalam Tabel 5.3 Dalam mengisi kuesioner, masing-masing responden memberikan jawaban
yang beragam. Adapun pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner bertujuan untuk
mengetahui perkiraan tindakan konsumsi pangan para siswi secara umum dalam
Tabel 5.4. Karakteristik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan pada Kuesioner
No Pertanyaan n %
1 Selera makan sehari-hari secara umum
sangat baik
2 Frekuensi makan makanan utama
< 3 kali (0)
3 Frekuensi makan camilan/snack
2 kali
4 Frekuensi melewatkan sarapan dalam seminggu
tidak pernah
5 Frekuensi melewatkan makan siang dalam seminggu
tidak pernah
6 Frekuensi melewatkan makan malam dalam seminggu
7 Makanan yang paling sering dimakan untuk sarapan
sepiring nasi dengan lauk/mie
roti/susu/sereal
8 Porsi makan siang secara umum
Satu piring ukuran standard selalu dipenuhi dengan makanan
Satu piring ukuran standard yang penuh dengan makanan tidak cukup
mengenyangkan. Biasanya saya makan lebih dari satu piring
Hanya setengah piring ukuran standard yang terisi makanan
52
9 Porsi makan malam secara umum
Satu piring ukuran standard selalu dipenuhi dengan makanan
Satu piring ukuran standard yang penuh dengan makanan tidak cukup
mengenyangkan. Biasanya saya makan lebih dari satu piring
Hanya setengah piring ukuran standard yang terisi makanan
52
10 Frekuensi makan makanan cepat/siap saji dalam seminggu
tidak pernah
11 Frekuensi minum minuman bersoda dalam seminggu
tidak pernah
12 Frekuensi minum minuman yang mengandung gula (seperti teh
manis, sirup) dalam sehari
> 3 kali
2-3 kali
1 kali atau tidak pernah
25
13 Diet dua tahun sebelum menarche
Diet makanan seimbang
tinggi karbohidrat/tinggi lemak/tinggi protein
vegetarian, restriksi protein/lemak/karbohidrat
55
14 Makanan yang dihindari
tidak ada, saya memakan semua jenis makanan
makanan sejenis tinggi lemak
ikan, daging, sayuran, makanan yang sebenarnya bergizi
34
15 Perkiraan indeks massa tubuh dua tahun sebelum menarche
ideal
16 Porsi makanan kaya karbohidrat
Hampir tidak ada
Sangat besar, saya sering makan sepiring penuh nasi dengan lauk
berupa mie goreng/kentang goring, bisa menghabiskan lebih dari tiga
porsi nasi dalam sehari
Saya makan dua sampai tiga porsi nasi/makanan kaya karbohidrat lain
setiap hari
17 Porsi makanan kaya protein
Ya, selalu, dalam jumlah yang cukup dan bervariasi
Tidak
Selalu, saya memakan makanan kaya protein dalam jumlah yang
sangat banyak
18 Porsi makanan kaya lemak
Hampir tidak ada
Selalu ada setiap harinya tetapi dalam jumlah terbatas
Setiap hari saya pasti akan makan banyak makanan berlemak
15
19 Frekuensi makan ikan dalam seminggu
lebih dari 3 kali
tidak pernah atau 1 kali
2-3 kali
20 Frekuensi konsumsi suplemen
> 5 kali dalam seminggu
Kadang-kadang jika dibutuhkan
Tidak pernah
21 Makanan yang paling digemari dan yang paling sering disantap
daging, gorengan, gulai, rendang dan sejenisnya
sayuran, kadang daging, tempe dan sejenisnya
mentimun, selada, salad dan sejenisnya
39
22 Menderita penyakit menahun
tidak ada
ada, seperti anemia, diabetes, penyakit ginjal, tekanan darah rendah,
atau penyakit menahun lain
gangguan binge eating (makan sangat banyak)
77
5.1.3. Hasil Analisis Data
5.1.3.1. Distribusi Silang Berat Badan Terhadap Status Nutrisi
Status nutrisi memiliki kaitan yang erat dengan berat badan. Konsumsi nutrisi
yang berlebihan menyebabkan akumulasi lemak dalam tubuh. Kelebihan glukosa
(karbohidrat), asam amino (protein), serta asam lemak (lemak) akan dikonversi
menjadi cadangan jaringan adiposa.
Hal ini dibuktikan dengan tabel distribusi silang pada Tabel 5.5. antara berat
badan dan status nutrisi. Dari 24 orang yang memiliki berat badan kurang, 13 orang
di antaranya berada pada keadaan status nutrisi kurang, delapan orang dengan status
nutrisi normal, dan tiga orang sisanya pada status nutrisi lebih. Sementara itu, dari 38
orang dengan berat badan ideal, tujuh di antaranya memiliki status nutrisi kurang, 23 Lanjutan Tabel 5.4. Karakteristik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan
orang memiliki status nutrisi normal, dan delapan orang dengan status nutrisi lebih.
Dari 28 orang dengan berat badan lebih, empat orang memiliki status nutrisi kurang,
35 orang dengan status nutrisi normal, dan 31 orang dengan status nutrisi lebih.
Tabel 5.5. Distribusi Silang Berat Badan Terhadap Status Nutrisi
Katagori status nutrisi
Kurang normal lebih
Total Kelompok
berat badan
n % n % n % N %
Kurang 13 14,4 8 8,9 3 3,3 24 26,7
Ideal 7 7,8 23 25,6 8 8,9 38 42,2
Lebih 4 4,4 4 4,4 20 22,2 31 31,1
Total 24 26,7 35 38,9 31 34,4 90 100
5.1.3.2. Distribusi Silang Usia Menarche Terhadap Kelompok Tahun Kelahiran Pada kelompok tahun kelahiran 1993-1994, rata-rata usia menarche adalah 13,2 tahun. Pada kelompok kelahiran tahun 1995-1996, rerata usia menarche adalah 12,6 tahun. Sementara itu, rata-rata usia menarche kelompok tahun kelahiran 1997-1999 adalah 11,9 tahun. Dari 12 orang responden yang lahir pada tahun 1993-1994,
hanya satu orang (1,1%) yang mengalami menarche dini, tiga orang (3,3%) mengalami menarche normal, dan delapan orang (8,9%) mengalami menarche
terlambat. Dari 37 orang yang lahir di tahun 195-1996, sebanyak 10 orang (11,1%)
mengalami menarche dini, 10 orang (11,1%) mengalami menarche normal, dan 17 orang mengalami menarche terlambat (18,9%). Dari 41 orang yang lahir pada tahun 1997-1999, sebanyak 26 orang (28,9%) mengalami menarche dini, 13 orang (14,4%) mengalami menarche normal, dan hanya dua orang (2,2%) yang mengalami
Tabel 5.6. Distribusi Silang Usia Menarche Responden Berdasarkan Kelompok Tahun Kelahiran
Katagori Usia Menarche
Dini Normal Terlambat Jumlah Total
Kelompok Tahun
Kelahiran n % n % n % N %
1993-1994 1 1,1 3 3,3 8 8,9 12 13,3
1995-1996 10 11,1 10 11,1 17 18,9 37 41,1
1997-1999 26 28,9 13 14,4 2 2,2 41 45,6
Total 37 41,1 26 28,9 27 30,0 90 100,0
5.1.3.3. Distribusi Silang Usia Menarche Terhadap Status Nutrisi
Dalam tabel 5.7. tampak hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche
yang disajikan dalam tabel tabulasi silang. Tabel 5.7. menjelaskan bahwa dari 24
orang dengan status nutrisi kurang, lima orang di antaranya mengalami menarche
dini, lima orang mengalami menarche normal, dan 14 orang mengalami menarche
terlambat. Sementara itu, dari 35 orang yang memiliki status nutrisi normal, 12 orang
mengalami menarche dini, 16 orang mengalami menarche normal, dan sisanya sebanyak tujuh orang mengalami menarche terlambat. Untuk katagori status nutrisi lebih, dari 31 orang dengan status nutrisi lebih, 20 orang mengalami menarche dini, lima orang mengalami menarche normal, dan hanya enam orang yang mengalami
Tabel 5.7. Distribusi Silang Status Nutrisi Terhadap Usia Menarche
Katagori Usia Menarche
Dini Normal Terlambat
Total Katagori
Status
Nutrisi n % n % n % N %
Kurang 5 5,6 5 5,6 14 15,6 24 26,7
Normal 12 13,3 16 17,8 7 7,8 35 38,9
Lebih 20 22,2 5 5,6 6 6,7 31 34,4
Total 37 41,1 26 28,9 27 30,0 90 100
χ2
= 21,404 df = 4 p value < 0,001
Tabel 5.8 menggambarkan rata-rata usia menarche berdasarkan kelompok status nutrisi. Rata-rata usia menarche terbesar yaitu pada kelompok dengan status nutrisi kurang, disusul dengan kelompok status nutrisi normal, dan yang terkecil pada
kelompok status nutrisi lebih.
Tabel 5.8. Rata-rata usia menarche berdasarkan katagori status nutrisi
Katagori Status Nutrisi Rata-rata usia menarche
Kurang 13,13
Normal 12,28
Lebih 11,74
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pembahasan Tentang Perbaikan Status Nutrisi
Hasil pada tabel 5.5. menunjukkan bahwa sebagian besar siswi dengan berat
badan berlebih memiliki status nutrisi lebih dan demikian pula sebaliknya. Tabel