• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche pada Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010-2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche pada Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010-2011."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN USIA

MENARCHE

PADA SISWI SMP DAN SMA AHMAD YANI BINJAI

TAHUN AJARAN 2010-2011

Oleh :

ROVENY

070100055

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN USIA

MENARCHE

PADA SISWI SMP DAN SMA AHMAD YANI BINJAI

TAHUN AJARAN 2010-2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ROVENY

070100055

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche pada Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010-2011

Nama : Roveny

NIM : 070100055

Pembimbing Penguji I

dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH NIP. 197712142008121001 NIP. 197407302001122003

Penguji II

dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes NIP. 197008191999032001

Medan, 11 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche mengalami penurunan sedangkan status nutrisi terus mengalami perbaikan. Beberapa penelitian

menunjukkan ada keterkaitan antara status nutrisi dan usia menarche. Pengetahuan mengenai usia menarche beserta faktor yang mempengaruhinya juga penting untuk memprediksi dampak yang mungkin muncul akibat menarche dini atau pun menarche

terlambat. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang dengan tujuan menganalisis

hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche.

Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat analitik. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta

mengisi kuesioner untuk penilaian status nutrisi dan penentuan usia menarche. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat.

Status nutrisi yang diperoleh melalui pengisian kuesioner terhadap 90 orang

yaitu sebanyak 24 orang (26,7%) memiliki status nutrisi kurang, 35 orang (38,9%)

dengan status nutrisi normal, dan 31 orang (34,4%) dengan status nutrisi lebih.

Rata-rata usia menarche siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai adalah 12,3 tahun (SD 1,3), yang mana 37 orang (41,1%) mengalami menarche dini, 26 orang (28,9%) mengalami menarche normal dan 27 orang (30,0%) mengalami menarche terlambat. Hasil uji kai kuadrat antara status nutrisi dan usia menarche memberikan nilai p value < 0,001.

Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa status nutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi usia menarche.

(5)

ABSTRACT

Along with time expansion, the ages of menarche shown in an earlier lifetime, when nutrition states keep on improve. Some research shows that there are connection between nutrition state and the age of menarche. Knowledge about the age of menarche with the influent factor was important to predict the impact which might happen as effect of early or late menarche. The purpose of this research is to analyze the correlation between nutrition state and the age of menarche.

The design of research is cross sectional study which tends to be analytic. Respondent that sign the agreement letter after receive an explanation were ask to fill a questioner to classify the nutrition state and to determine the age of menarche. Collected data were analyzed with chi square method.

Nutrition state of 90 person who fill the questioner show that 24 people (26,7%) with lack on nutrition state, 35 people (38,9%) with normal average nutrition state, and 31 people (34,4%) with above average of nutritional state. The average age of menarche in junior and senior high school of Ahmad Yani Binjai School is 12,3

±

1,3 years old, showing 37 people (41,1%) with early age of menarche, 26 person (28,9%) with normal age of menarche, and 27 people (30,0%) with late age of menarche. Chi square of cross tabulation between nutrition state and the age of menarche results p value < 0,001.

The research conclude that nutrition state were include as a factor that determine the age of menarche.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas

rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini,

sebagai salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Kedokteran dari Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama pengerjaan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Status Nutrisi dan Usia Menarche pada Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai, penulis menerima banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam ruang ini

penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan tertinggi kepada:

1. Kedua orang tua penulis beserta seluruh keluarga besar yang selalu

memberikan dukungan dan dorongan moril maupun materil

2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3. Bapak dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG selaku dosen pembimbing yang

senantiasa membantu, memberikan masukan serta arahan kepada penulis

dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah

4. Bapak dr.Zulham, M.Biomed, Ibu dr. Nurfida Khairani Arrasyid, M.Kes, serta

Ibu dr. Dewi Masyitah Darlan, DAP&E, MPH selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat berarti dalam

membuat Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik

5. Bapak dr.Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ selaku penasihat akademik

6. Ibu Dra. Nuraini selaku Koordinator Yayasan Pendidikan Ahmad Yani Binjai,

Bapak Drs. Samin Surbakti selaku Kepala SMP Ahmad Yani Binjai, Bapak

Drs. Ngulihi Sembiring selaku Kepala SMA Ahmad Yani Binjai atas izin

penelitian dan berbagai kemudahan yang diberikan kepada penulis selama

(7)

7. Bapak Drs. Ahmad Zulian Nasution selaku guru senior di Yayasan

Pendidikan Ahmad Yani Binjai atas berbagai informasi yang menunjang

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

8. Adik-adik siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai selaku responden dalam

penelitian yang telah bersedia bekerjasama dengan memberikan informasi

yang benar dan jujur

9. Seluruh staf Yayasan Pendidikan Ahmad Yani Binjai yang telah memberikan

dukungan dan bantuan kepada penulis selama proses pengumpulan data

penelitian

10. Melyana Yusuf, dr.Delken Kuswanto, Mirzal Fuadi, Andika Pradana,

Adrianie Maricella, Lea Willsen dan rekan-rekan penulis harian Analisa lain, beserta seluruh teman, kerabat, dan sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu

Kiranya Tuhan Yang Mahakuasa akan memberikan balasan atas segala bantuan dan

dukungan yang diberikan kepada penulis.

Sangat penulis sadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak akan penulis terima

dengan senang hati dan tangan terbuka. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

membawa manfaat bagi kita semua.

Medan, Nopember 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……… i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT……… iii

KATA PENGANTAR……….… iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Rumusan Masalah……… 3

1.3. Tujuan Penelitian……… 3

1.4. Manfaat Penelitian……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 4

2.1. Status Nutrisi……… 4

2.1.1. Definisi Status Nutrisi……… 4

2.1.2. Tingkatan Status Nutrisi……… 4

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Status Nutrisi……… 5

2.1.4. Menilai Status Nutrisi……… 7

2.2. Menarche ……… 9

2.2.1. Definisi Menarche……… 9

2.2.2. Perubahan Hormonal……… 9

2.2.3. Fisiologi Menarche……… 10

(9)

2.3. Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche……… 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…………. 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian……… 15

3.2. Definisi Operasional……… 15

3.3. Hipotesis……… 17

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 18

4.1. Rancangan Penelitian……… 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 18

4.2.1. Lokasi Penelitian……… 18

4.2.2. Waktu Penelitian……… 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 18

4.3.1. Populasi Penelitian……… 18

4.3.2. Sampel Penelitian……… 19

4.4. Metode Pengumpulan Data……… 20

4.4.1. Data Primer……… 20

4.4.2. Data Sekunder……… 21

4.4.3. Uji Validitas Kuesioner………... 21

4.5. Metode Analisis Data……… 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 24

5.1. Hasil Penelitian……… 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 24

5.1.1.1. SMP Ahmad Yani Binjai……… 24

5.1.1.2. SMA Ahmad Yani Binjai……… 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………26

5.1.3. Hasil Analisis Data……… 32

(10)

Status Nutrisi……… 32

5.1.3.2. Distribusi Silang Usia Menarche Terhadap Kelompok Tahun Kelahiran……… 33

5.1.3.3. Distribusi Silang Usia Menarche Terhadap Status Nutrisi……… 34

5.2. Pembahasan………35

5.2.1. Pembahasan Tentang Perbaikan Status Nutrisi……… 35

5.2.2. Pembahasan Pergeseran Usia Menarche Menjadi Lebih Dini……… …….. 36

5.2.3. Hubungan Status Nutrisi dan Usia Menarche………..…… 37

. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 39

6.1. Kesimpulan……… 39

6.2. Saran ………. 39

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

Tabel 4.1 Validasi Isi dengan Menggunakan Kisi-Kisi Kuesioner 21

Tabel 5.1 Distribusi Siswa-Siswi SMP Ahmad Yani Binjai Tahun

Ajaran 2010/2011

25

Tabel 5.2 Distribusi Siswa-Siswi SMP Ahmad Yani Binjai Tahun

Ajaran 2010/2011

26

Tabel 5.3 Distribusii Karakteristik Responden 26

Tabel 5.4 Karakteristik Jawaban Responden Terhadap pertanyaan pada

Kuesioner

29

Tabel 5.5 Distribusi Silang Berat Badan Terhadap Status Nutrisi 33

Tabel 5.6 Distribusi Silang Usia Menarche Responden Berdasarkan Kelompok Tahun Kelahiran

33

Tabel 5.7 Distribusi Silang Status Nutrisi Terhadap Usia Menarche 34 Tabel 5.8 Rata-Rata Usia Menarche Berdasarkan Katagori Status

Nutrisi

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian……… 15

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Lembar Persetujuan Lampiran 4 Ethical Clearance

Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 6 Master Data

(14)

ABSTRAK

Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche mengalami penurunan sedangkan status nutrisi terus mengalami perbaikan. Beberapa penelitian

menunjukkan ada keterkaitan antara status nutrisi dan usia menarche. Pengetahuan mengenai usia menarche beserta faktor yang mempengaruhinya juga penting untuk memprediksi dampak yang mungkin muncul akibat menarche dini atau pun menarche

terlambat. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang dengan tujuan menganalisis

hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche.

Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat analitik. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta

mengisi kuesioner untuk penilaian status nutrisi dan penentuan usia menarche. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat.

Status nutrisi yang diperoleh melalui pengisian kuesioner terhadap 90 orang

yaitu sebanyak 24 orang (26,7%) memiliki status nutrisi kurang, 35 orang (38,9%)

dengan status nutrisi normal, dan 31 orang (34,4%) dengan status nutrisi lebih.

Rata-rata usia menarche siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai adalah 12,3 tahun (SD 1,3), yang mana 37 orang (41,1%) mengalami menarche dini, 26 orang (28,9%) mengalami menarche normal dan 27 orang (30,0%) mengalami menarche terlambat. Hasil uji kai kuadrat antara status nutrisi dan usia menarche memberikan nilai p value < 0,001.

Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa status nutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi usia menarche.

(15)

ABSTRACT

Along with time expansion, the ages of menarche shown in an earlier lifetime, when nutrition states keep on improve. Some research shows that there are connection between nutrition state and the age of menarche. Knowledge about the age of menarche with the influent factor was important to predict the impact which might happen as effect of early or late menarche. The purpose of this research is to analyze the correlation between nutrition state and the age of menarche.

The design of research is cross sectional study which tends to be analytic. Respondent that sign the agreement letter after receive an explanation were ask to fill a questioner to classify the nutrition state and to determine the age of menarche. Collected data were analyzed with chi square method.

Nutrition state of 90 person who fill the questioner show that 24 people (26,7%) with lack on nutrition state, 35 people (38,9%) with normal average nutrition state, and 31 people (34,4%) with above average of nutritional state. The average age of menarche in junior and senior high school of Ahmad Yani Binjai School is 12,3

±

1,3 years old, showing 37 people (41,1%) with early age of menarche, 26 person (28,9%) with normal age of menarche, and 27 people (30,0%) with late age of menarche. Chi square of cross tabulation between nutrition state and the age of menarche results p value < 0,001.

The research conclude that nutrition state were include as a factor that determine the age of menarche.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche turut mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari rata-rata 14 tahun menjadi 12,8 tahun (Silva,

2005). Bahkan, sebuah penelitian pada awal tahun 80-an menunjukkan fakta bahwa

rata-rata usia menarche adalah 16,2 ± 1,1 tahun (Beall, 1981). Modernisasi dan instanisasi gaya hidup diyakini sebagai faktor yang memegang andil cukup besar

dalam penurunan rerata usia menarche. Hal ini dikarenakan kemajuan peradaban diikuti pula dengan perubahan-perubahan pada manusia, mulai dari perubahan pola

makan sampai perubahan pola hidup.

Data epidemiologi dunia menunjukkan bahwa 29,9% gadis berusia 10-17

tahun mengalami masalah kelebihan nutrisi (Roditis dkk., 2009). Menurut Abudayya

dkk. (2009), sebuah penelitian di Amerika menunjukkan hasil bahwa lebih dari 90%

remaja selalu makan camilan yang sebagian besar kandungannya adalah lemak di

antara setiap waktu makan.

Menurut Acharya dkk. (2006), perbaikan nutrisi akan berdampak kepada

penurunan usia menstruasi pertama. Menarche dini lebih cenderung ditemui pada wanita dengan status nutrisi yang baik. Hal ini dikarenakan status nutrisi

mempengaruhi maturitas sistem endokrin (Uche-Nwachi dkk., 2007).

Pada sebuah penelitian di pulau Jawa, didapatkan data bahwa pada tahun

1937 usia menarche rata-rata adalah 14,08 tahun dan pada tahun 1996 sudah menurun menjadi 13,22 (Dewi, 2008). Menurut Winkjosastro (2006) dalam Dewi (2008), usia

menarche memang bervariasi tetapi semakin lama usia menarche semakin cepat. Salah satu penyebab hal tersebut adalah perbaikan status nutrisi. Namun, menurut

Paath (2005), di Indonesia belum ada penelitian yang menganalisis seberapa jauh

(17)

Di Sumatera Utara, khususnya Medan, dijumpai perbedaan usia menarche

yang cukup bermakna antara populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas

dan populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Rata-rata usia

menarche pada remaja putri dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas adalah 11,45 tahun dengan Standard Deviasi (SD) 0,92. Sementara itu, usia menarche pada kelompok dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah adalah 12,19 tahun

dengan SD 0,98 (Pulungan, 2009).

Di sisi lain, menarche terlampau dini dikaitkan dengan faktor risiko beberapa penyakit keganasan. Menurut Helm (2009), usia menarche dini merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Di samping itu, percepatan usia menarche juga memperbesar peluang terjadinya hiperplasia endometrium (Chiang, 2008). Menurut

Hebra (2008), kolesistitis juga berkaitan dengan usia menarche yang lebih cepat. Belakangan, insiden kanker uterus dan kanker payudara juga dihubungkan dengan

usia menarche (Chiang, 2009; Swart, 2010) oleh alasan hormonal, yang dalam hal ini lebih didominasi oleh estrogen.

Kecenderungan usia menarche yang semakin dini juga berimplikasi pada risiko terjadinya kehamilan pada usia yang lebih muda (Silva, 2005; Rah dkk., 2009)

dan perpanjangan waktu persalinan (MacKibben, 2003). Usia menarche yang terlalu cepat pada sebagian remaja putri dapat menimbulkan keresahan karena secara mental

mereka belum siap. Menstruasi juga berarti pengeluaran zat besi, yang mana pada

setiap siklus menstruasi sekitar 4 mg zat besi dikeluarkan. Apabila seorang remaja

putri mengalami menarche 1 tahun lebih awal maka dia akan kehilangan zat besi sebanyak 48 mg lebih banyak (MacKibben, 2003).

Informasi mengenai kecenderungan usia menarche juga merupakan parameter yang penting untuk memprediksi jumlah populasi dalam beberapa tahun ke depan,

memperkirakan faktor risiko keganasan organ reproduksi, termasuk pula kejadian

osteoporosis (Matkovic dkk., 1997).

(18)

pubertas prekoks (lebih cepat dari normal) apabila menarche terjadi di bawah usia 8 tahun dan mengalami pubertas tarda (terlambat) bila menarche terjadi di atas usia 18 tahun. Kedua keadaan tersebut merupakan keadaan patologis akibat gangguan aksis

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Seiring dengan usia menarche yang terus menurun, bisa jadi patokan usia untuk pubertas patologis juga perlu mengalami

penyesuaian (Uche-Nwachi dkk., 2007).

1.2. Rumusan Masalah

Uraian dalam latar belakang memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan

pertanyaan: apakah terdapat hubungan antara status nutrisi dua tahun sebelum

menarche dengan usia menarche?

1.3. Tujuan Penelitian a. Umum

Menganalisis hubungan antara status nutrisi dua tahun sebelum menarche

dengan usia menarche pada siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011

b. Khusus

1. Mengetahui gambaran status nutrisi melalui pola diet rutin siswi SMP

dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 pada masa dua

tahun sebelum menarche

2. Mengetahui gambaran usia menarche siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Departemen Kesehatan: sebagai bahan masukan mengenai hubungan

antara status nutrisi dan usia menarche

2. Bagi pihak sekolah: sebagai pedoman untuk menentukan saat yang tepat

(19)

3. Bagi siswi: sebagai bahan informasi mengenai gambaran usia menarche dan gambaran status gizi sehingga dapat direncanakan langkah-langkah

antisipasi terhadap dampak buruk yang mungkin timbul akibat keadaan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Nutrisi

2.1.1. Definisi Status Nutrisi

Menurut Supariasa dkk. (2002), status nutrisi merupakan ekspresi dari

keadaan keseimbangan nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Sedangkan menurut

Dwyer (2002) status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

2.1.2. Tingkatan Status Gizi

Menurut Suyatno (2009), sekurang-kurangnya dikenal dua macam status

nutrisi, yakni.

1. Status nutrisi normal, merupakan keadaan tubuh yang mencerminkan

keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh, keduanya

berlangsung dengan adekuat.

2. Malnutrisi, merupakan keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan dari

satu atau lebih zat gizi secara relatif maupun absolut. Ada empat bentuk

malnutrisi, yaitu.

a. undernutrion: kekurangan konsumsi pangan untuk periode tertentu

b. spesific deficiency: kekurangan konsumsi pangan yang mengakibatkan defisiensi zat gizi tertentu

c. overnutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu

d. imbalance: keadaan disproporsi konsumsi pangan yang menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi.

Berdasarkan baku harvard, status gizi dapat dibagi menjadi empat (Supariasa dkk., 2000).

(21)

3. gizi kurang atau underweight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calorie Malnutrition)

4. gizi buruk atau severe Protein Calorie Malnutrition (PCM), termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dan kwasiokor.

Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan batasan-batasan yang

disebut ambang batas. Ambang batas ini berbeda-beda, tergantung kesepakatan ahli

gizi. Oleh karena itulah, dikenal pula klasifikasi Gomez, Wellcome Trust, Waterlow,

Jelliffe, Bengoa, dan lain sebagainya (Supariasa dkk., 2002).

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Status Nutrisi

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi status nutrisi, di antaranya

(Alimul dan Uliyah, 2008; Sediaoetama, 2006; Supariasa dkk., 2002).

a. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dari individu maupun orang yang mempersiapkan makanan

untuk individu yang bersangkutan akan mempengaruhi status nutrisi.

Pengetahuan dan informasi yang kurang berimbas pada pengertian yang salah

mengenai kebutuhan nutrisi. Alhasil, status nutrisi optimal tidak tercapai atau

justru terjadi kelebihan nutrisi.

b. Prasangka

Prasangka terhadap bahan-bahan makanan akan mempengaruhi status nutrisi.

Hal ini mencakup prasangka buruk terhadap bahan makanan bergizi tinggi atau

sebaliknya. Sebagai contoh, karena merupakan panganan yang murah, di

beberapa daerah tempe dianggap sebagai makanan yang tidak layak. Padahal,

tempe mengandung protein nabati yang cukup tinggi.

c. Kebiasaan

Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan terhadap makanan tertentu

juga dapat mempengaruhi status nutrisi. Misalnya, larangan mengkonsumsi ikan

karena dianggap dapat menyebabkan penyakit cacingan. Padahal, ikan

(22)

d. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan mengakibatkan

kurangnya variasi makanan. Hal ini tentu saja bukan sesuatu yang baik

mengingat tidak ada satu bahan makanan pun yang mengandung semua nutrien

yang diperlukan tubuh. Saat ini, remaja lebih menyukai minuman bersoda dan

makanan cepat saji, seperti pizza, hamburger, maupun fried chicken. Padahal, makanan sejenis ini mengandung banyak lemak, garam, dan gula yang tentu saja

kurang bagus untuk kestabilan status nutrisi.

e. Ekonomi

Untuk menyediakan makanan dibutuhkan pendanaan. Oleh karena itu, umumnya

masyarakat dengan kehidupan ekonomi menengah ke atas lebih mampu

mencukupi kebutuhan nutrisinya.

f. Status kesehatan

Status kesehatan mempengaruhi pola makan. Nafsu makan akan menurun pada

keadaan di mana terdapat kelainan organik maupun psikis. Di samping itu,

adanya penyakit pola makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa juga

turut mempengaruhi status nutrisi.

g. Alkohol dan obat

Penggunaan alkohol dan obat-obat tertentu menyebabkan defisiensi nutrisi.

Mekanisme yang berlangsung bisa beragam, mulai dari hambatan absorbsi

sampai hambatan sintesis nutrien. Obat seperti steroid dan preparat estrogen

menimbulkan akumulasi lemak dalam tubuh.

h. Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi motivasi individu untuk makan makanan seimbang

dan persepsi individu mengenai diet harian. Bagi sebagian orang, makanan

memiliki nilai simbolik. Contohnya, minum susu dikaitkan dengan kelemahan.

Menurut Dwyer (2005), beberapa faktor yang bisa mengubah status nutrisi

seseorang yaitu.

(23)

Masa pertumbuhan, aktivitas fisik yang berlebihan, kehamilan, dan laktasi

meningkatkan kebutuhan terhadap energi dan nutrien esensial lain. Apabila tidak

dilakukan penyesuaian asupan nutrisi pada masa-masa tersebut, maka akan

terjadi penurunan status nutrisi. Berbeda dengan hal tersebut, kebutuhan nutrisi

pada geriatri justru cenderung lebih kecil dibandingkan kelompok dewasa.

b. Komposisi diet

Komposisi diet mempengaruhi availabilitas dan penggunaan nutrien. Sebagai

contoh, absorbsi besi mungkin akan terganggu oleh makanan kaya kalsium atau

kadar asam askorbat yang rendah. Akibatnya, orang yang bersangkutan akan

mengalami defisiensi besi meskipun asupan besi adekuat.

2.1.4. Menilai Status Nutrisi

Beberapa fungsi penilaian status nutrisi menurut Dwyer (2005), yaitu.

1. skrining malnutrisi

2. menilai diet dan data-data lain untuk menentukan ada tidaknya malnutrisi serta

mengidentifikasi penyebab malnutrisi

3. perencanaan terapi nutrisi

Menurut WHO, beberapa metode yang bisa dipakai untuk mengetahui

keadaan gizi suatu kelompok, yaitu (Bardosono, 2009).

1. Survei: digunakan untuk menentukan data dasar gizi dan/atau menentukan

status gizi kelompok populasi tertentu atau menyeluruh, dengan metode cross sectional.

2. Surveilans: dengan pemantauan berkelanjutan dari status gizi populasi tertentu.

Data dikumpulkan, dianalisis, digunakan untuk jangka waktu yang panjang

sehingga dapat diketahui penyebab malnutrisi.

3. Penapisan: untuk mengidentifikasi individu malnutrisi yang memerlukan

intervensi, dengan cara membandingkan hasil pengukuran individu berdasarkan

(24)

Penilaian status gizi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Metode langsung lebih terfokus kepada individu dan kriteria objektif sedangkan

metode tidak langsung cenderung dipakai di komunitas untuk merefleksikan keadaan

nutrisi. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu

antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sementara itu, penilaian status gizi secara

tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi

(Supariasa dkk., 2002).

Antropometri meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan,

lingkar kepala (pada bayi dan balita). Untuk mengukur status gizi secara adekuat,

sejumlah penilaian spesifik juga diperlukan, misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT),

rasio Lingkar Pinggang Pinggul (LPP), Berat Badan Relatif (BBR). Pengukuran

seperti lipatan triseps juga dapat dipakai guna mengkalkulasi lemak atau protein

tubuh (Supariasa dkk., 2002).

Metode biokimiawi atau biofisik digunakan untuk mengetahui terjadinya

defisiensi berupa pengurangan derajat penyimpanan zat gizi dalam jaringan atau

cairan tubuh atau pengukuran fungsi fisiologis yang berkaitan dengan zat gizi

tertentu. Metode klinis digunakan untuk mendeteksi tanda klinis dan anatomis yang

merupakan manifestasi dari malnutrisi. Metode ini bisa dilakukan dengan menilai

riwayat medis atau pemeriksaan fisik (Supariasa dkk., 2002).

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data

seperti ini berguna untuk memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi

pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan

dan kekurangan zat gizi. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, survei konsumsi

dibagi menjadi metode kuantitatif dan metode kualitatif. Proses penimbangan dan

recall merupakan contoh dari metode kuantitatif sedangkan riwayat dan frekuensi makan merupakan contoh metode kualitatif (Supariasa dkk., 2002).

Metode statistik vital mengidentifikasi hasil (morbiditas dan mortalitas) yang

(25)

faktor ekologi mengidentifikasi faktor nongizi yang dapat mempengaruhi status gizi

masyarakat, meliputi kondisi fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Supariasa dkk.,

2002).

2.2. Menarche

2.2.1. Defenisi Menarche

Menarche merupakan periode menstruasi yang terjadi untuk pertama kali.

Menarche adalah kejadian akhir dari manifestasi fisik selama perkembangan gonad (Uche-Nwachi dkk., 2007). Sementara itu, menstruasi merupakan peristiwa keluarnya

darah dari vagina seorang wanita akibat luruhnya lapisan endometrium. Menstruasi

terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon-hormon reproduksi, seperti

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH),

Luteinizing Hormone (LH), estrogen, danprogesteron.

Peranan menarche dalam sebuah siklus tidak menyatakan kemampuan reproduksi seseorang. Namun, secara umum menarche mendahului kesuburan dalam waktu yang relatif singkat (Silva, 2005). Kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan

fakta bahwa sampai beberapa saat setelah menarche, siklus yang terjadi adalah siklus anovulasi (MacKibben, 2003).

2.2.2. Perubahan Hormonal

Pada kehamilan 10 minggu, GnRH sudah dihasilkan oleh hipotalamus. LH

serta FSH juga telah dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Baik pada fetus pria maupun

wanita, level GnRH sama-sama meningkat. Pada saat kelahiran, level GnRH dan

hormon seks steroid tetap tinggi. Konsentrasi hormon tersebut menurun pada

beberapa minggu pertama kelahiran dan tetap rendah selama masa prepubertas. Unit

hipotalamus-hipofisis ditekan oleh level steroid gonadal yang sangat rendah (Rebar,

2002).

Pada awal masa pubertas, terjadi peningkatan sensitivitas LH terhadap

(26)

disusul dengan kenaikan estradiol pada keesokan harinya. Penundaan sekresi estrogen

dikarenakan adanya jalur sintesis tambahan untuk estrogen, yaitu aromatisasi dari

androgen. Estron yang sebagian disekresikan oleh ovarium dan sebagian lainnya

dihasilkan dari konversi estradiol serta androgen juga meningkat pada awal pubertas

hingga pertengahan masa pubertas. Sejalan dengan tanjakan masa pubertas, estrogen

yang dihasilkan oleh ovarium akan menjadi lebih dominan (lebih penting) daripada

estrogen yang dihasilkan dari aromatisasi androgen (Rebar, 2002).

2.2.3. Fisiologi Menarche

Terjadinya menarche didukung penuh oleh kematangan hormon reproduksi pada tubuh seorang wanita (Goldman, 2000). Menarche adalah hasil dari proliferasi endometrium sebagai respon terhadap sekresi hormon reproduksi di ovarium (Silva,

2005). Sekresi hormon di ovarium terjadi akibat hormon yang dilepas oleh hipofisis

anterior, yaitu FSH dan LH. Sementara itu, sekresi hormon hipofisis anterior

dikontrol oleh pelepasan GnRH dari hipotalamus. Menarche muncul pada masa pubertas, yakni peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pubertas berarti dimulainya

kehidupan seksual. Sementara menarche berarti dimulainya menstruasi. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh hipofisis yang

terjadi secara perlahan dan telah dimulai pada tahun ke-8 kehidupan (Guyton dan

Hall, 1997). Puncak pubertas yakni saat menarche, pada usia 11 sampai 16 tahun. Selama masa fetus, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium distimulasi dengan

sangat minimal oleh hormon plasenta. Efek dari stimulasi ini bermanifestasi sangat

minimal pula selama bayi (Uche-Nwachi dkk., 2007). Pada masa kanak-kanak,

hipotalamus mensekresikan GnRH tetapi dalam jumlah yang tidak bermakna.

Sejumlah eksperimen menunjukkan bahwa sesungguhnya hipotalamus mampu

mensekresikan GnRH. Hanya saja, pada masa kanak-kanak tidak ada sinyal dari

bagian tertentu di otak yang dikirim ke hipotalamus. Oleh karena itu, belakangan

(27)

berlangsung di mana pun di daerah otak selain hipotalamus, bisa jadi di sistem

limbik. (Guyton dan Hall, 1997).

Hipotesis lain menyatakan bahwa rendahnya kadar GnRH merupakan akibat

dari unsur intrinsik penghambat susunan saraf pusat yang memiliki kemampuan

menekan pulsasi GnRH melalui neurotransmitter GABA (Uche-Nwachi, 2007). Pusat

penghambat tersebut terletak di daerah otak yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi menarche, seperti gaya hidup dan status nutrisi bekerja untuk memodulasi pusat penghambat ini (Silva, 2005).

Karakteristik seks sekunder muncul pada anak gadis mulai usia 8 tahun. Hal

ini terealisasi pada pertumbuhan payudara, bulu pada aksila dan kemaluan, serta

akumulasi lemak tubuh. Perubahan ini menandakan dimulainya sekresi GnRH.

Parameter aktivasi GnRH yang bisa diperiksa yaitu hormon hipofisis LH yang

disekresikan secara pulsatil dan mencapai puncak pada malam hari (MacKibben,

2003).

Menurut Rebar (2002) menarche terjadi karena proses kompleks di susunan saraf pusat, khususnya otak yang menjelaskan perubahan pada aksis

hipotalamus-hipofisis. Perubahan yang pertama adalah penurunan sensitivitas terhadap efek

inhibisi oleh kadar steroid seks yang rendah. Kedua, pada akhir masa pubertas terjadi

maturasi dari respon stimulasi positif hormon gonadotropin terhadap estrogen.

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Menarche

Menurut Adair (2001), ada tiga faktor yang mempengaruhi menarche yaitu: 1. Faktor keturunan

Menarche juga ditentukan oleh pola genetik dalam keluarga, sebagaimana menurut Silva (2005) bahwa usia menarche dari ibu turut memberikan kontribusi terhadap usia menarche anak. Namun, hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung cenderung lebih erat daripada antara ibu dan anak

(28)

2. Keadaan gizi

Semakin baik keadaan nutrisi maka semakin cepat usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih

cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus. 3. Kesehatan umum

Badan yang lemah atau penyakit yang diderita seorang anak gadis seperti penyakit

kronis, terutama yang mempengaruhi masukkan makanan dan oksigenasi jaringan

dapat memperlambat menarche.

Menurut Rebar (2002), menarche dipengaruhi oleh faktor genetik, status nutrisi, kesehatan secara umum, letak geografis, paparan terhadap cahaya, serta status

psikologis. Remaja putri yang hidup di perkotaan atau tinggal dekat dengan

khatulistiwa cenderung mengalami menarche pada usia yang lebih dini.

Menurut MacKibben (2003), ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi

menarche, yaitu.

1.Faktor ras atau suku bangsa

Sebagai contoh, di Amerika Serikat usia menarche paling cepat pada ras Hispanics, lebih lambat pada kulit hitam dan paling lambat pada Caucasian.

2. Faktor iklim

Menarche timbul lebih lambat di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan.

Menarche lebih cepat di daerah dataran rendah. 3.Cara hidup

Olahraga atau latihan fisik yang berat dapat memperlambat menarche dan mengganggu fungsi menstruasi.

4. Lingkungan

Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya film seks, buku dan majalah

tentang seks, godaan serta rangsangan dari kaum pria atau pengamatan secara

langsung terhadap perbuatan seksual akan masuk ke pusat pancaindera. Kemudian

diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor.

(29)

hipofisis pars anterior, melalui sistem portal. Hipofisis anterior mengeluarkan

hormon yang merangsang ovarium untuk mensekresikan hormon spesifik berupa

estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini akan memberikan umpan balik yang

mengakibatkan pengeluaran hormon menjadi berfluktuasi. Pengeluaran hormon

tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi.

Menurut Silva (2005), gaya hidup juga memiliki pengaruh dalam induksi

menarche. Remaja dengan gaya hidup modern, misalnya mereka yang sering menonton televisi dan jarang beraktivitas mengalami menarche yang lebih dini. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap gadis remaja di India, didapatkan beberapa

faktor yang mempengaruhi usia menarche, antara lain (Bagga dan Kulkarni, 2000). 1. Sosioekonomi

Remaja putri dari keluarga dengan tingkat ekonomi kurang akan mendapatkan

menarche 12 bulan lebih lambat daripada mereka yang berasal dari keluarga berkehidupan menengah ke atas. Namun, hasil ini dinilai kurang signifikan karena

dipengaruhi oleh konsumsi protein, yang mana semakin banyak mengkonsumsi

protein maka semakin dini usia menarche (Lemeshow, 2008). 2. Pola makan

Nutrisi merupakan faktor utama yang berperan. Penelitian menunjukkan bahwa

gadis vegetarian mengalami menarche 6 bulan lebih lambat daripada nonvegetarian.

3. Aktivitas fisik

Remaja putri dengan aktivitas fisik yang berlebihan, misalnya atlet cenderung

mengalami menarche di atas usia 12-13 tahun. Hal ini disinyalir berhubungan dengan inhibisi hormon reproduksi yang menginduksi menstruasi.

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Sebagian besar remaja dengan usia menarche dini (9-11 tahun) memiliki kelebihan berat badan sebesar 5 kg dibanding dengan rata-rata berat badan remaja

(30)

sebesar 4,5 kg. Penelitian menunjukkan pula bahwa tinggi badan memiliki

asosiasi positif terhadap usia menarche dini.

Sebuah penelitian analitik di Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa status

gizi serta tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan yang bermakna dengan usia

menarche yang terjadi lebih dini. Dalam hal ini, tingkat pendidikan ibu memberikan pengaruh tidak langsung terhadap status nutrisi, yakni dihubungkan dengan ragam

makanan harian yang disiapkan. Sementara itu, variabel independen lainnya seperti

tingkat pendidikan ayah, usia menarche ibu, dan tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna (Widada, 2002).

2.3. Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche

Nutrisi memiliki peran penting dalam proses menarche (Goldman, 2000).

Menarche terjadi lebih dini pada remaja dengan status nutrisi yang baik (Acharya dkk., 2006). Menurut Buyken dkk. (2009), nutrisi yang baik tidak menginisiasi proses

pubertas. Proses pubertas terjadi akibat rangsang hormonal dan dimulai tanpa

pengaruh dari nutrisi. Nutrisi yang baik hanya akan mempercepat proses tersebut.

Sebuah hipotesis mengungkapkan bahwa seorang remaja putri harus

mencapai berat badan sekurang-kurangnya 47,8 kg untuk bisa mengalami menarche. Selain itu, lemak tubuh harus meningkat hingga 23,5% dari lemak saat prepubertas.

Kedua hal ini dikaitkan dengan status nutrisi. Namun, pada wanita obesitas dengan

penyakit seperti diabetes, menarche akan terjadi lebih lambat. Hal ini dikarenakan penggunaan nutrien yang tidak sempurna (Rebar, 2002).

Pada remaja dengan kelebihan nutrisi (kelebihan berat badan), menarche juga terjadi lebih dini. Hal ini diasosiasikan dengan kadar leptin yang disekresikan oleh

kelenjar adiposa. Peningkatan kronik dari konsentrasi leptin di perifer turut memacu

peningkatan serum Luteinizing Hormone (LH), baik pada siang maupun malam hari. Menurut Wilson dkk. (2003) dalam Uche-Nwachi dkk. (2007), LH merupakan

hormon yang dihasilkan di hipofisis anterior dan dapat dijadikan parameter menilai

(31)

berimbas kepada peningkatan serum estradiol yang kemudian berakhir dengan

(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep yang dibuat yaitu mengenai hubungan antara

status nutrisi dengan usia menarche.

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1. Kerangka konsep hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche

3.2. Definisi Operasional

Status nutrisi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi dua tahun sebelum menarche. Sementara itu, berat badan merupakan katagori indeks massa tubuh perkiraan dua tahun sebelum mengalami

menarche. Pengukuran status nutrisi siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai dinilai berdasarkan jawaban yang diberikan responden terhadap instrumen berupa kuesioner

riwayat makan. Penggunaan kuesioner adalah untuk menilai status nutrisi dua tahun

sebelum menarche secara kualitatif. Riwayat makan yang dimaksudkan adalah riwayat makan secara umum dalam dua tahun terakhir sebelum menarche dan tidak dititikberatkan pada keadaan tertentu.

Kuesioner terdiri dari 22 butir pertanyaan tertutup, dengan 3 pilihan jawaban.

Jawaban yang mengarah ke status gizi kurang diberi nilai 0, jawaban yang mengarah

ke status gizi baik diberi nilai 1, dan jawaban yang mengarah ke status gizi lebih

diberi nilai 2.

Penarikan kesimpulan terhadap kuesioner riwayat makan harus dianalisis oleh

pengaplikasi (Supariasa dkk., 2002). Oleh karena itu, penilaian dilakukan oleh

peneliti dengan menggunakan sistem skoring dengan skala sebagai berikut:

(33)

1. status gizi lebih, bila nilai dari jawaban > 60% dari total nilai kuesioner status

nutrisi

2. status gizi normal, bila nilai dari jawaban responden antara 40-60% dari total nilai

kuesioner status nutrisi

3. status gizi kurang, bila nilai dari jawaban responden <40% dari total nilai

kuesioner status nutrisi.

Dengan demikian, hasil status nutrisi responden adalah data ordinal.

Berdasarkan sistem skoring dapat disimpulkan menjadi

0-18 Æ gizi kurang

19-26 Æ gizi normal

27-44 Æ gizi lebih

Usia menarche merupakan usia di mana seseorang mengalami periode menstruasi untuk pertama kali. Pengukuran usia menarche dilakukan dengan teknik wawancara memakai instrumen berupa kuesioner. Responden diminta untuk mengisi

tanggal lahir yang terdiri dari komponen bulan dan tahun serta tanggal menarche

yang juga terdiri dari komponen bulan dan tahun. Usia menarche didapatkan dengan mengurangkan tanggal menarche dengan tanggal lahir.

Usia menarche digolongkan berdasarkan pemikiran bahwa usia menarche

rata-rata dalam berbagai penelitian berada di interval 12,1-12,9 tahun. Oleh karena

itu, didapatkan batasan.

<8,0 tahun Æ pubertas prekoks (eksklusi)

8,0-12,0 tahun Æmenarche dini 12,1-12,9 tahun Æmenarche normal 13,0-18,0 tahun Æmenarche terlambat >18,0 tahun Æ pubertas tarda (eksklusi)

(34)

Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai yaitu perempuan berusia 11-18

tahun yang mengalami menarche maksimal dua tahun yang lalu terhitung sejak saat penelitian dilakukan.

3.4. Hipotesis

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian cross sectional yang bersifat analitik.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Yayasan Perguruan Ahmad Yani Binjai

yang bertempat di jalan Ade Irma Suryani No. 38 A, kota Binjai. Yayasan Perguruan

Ahmad Yani dipilih dengan alasan sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah

terbesar di kota Binjai. Ditambah lagi, sekolah tersebut menyediakan jenjang

pendidikan SMP dan SMA sehingga diharapkan bisa menjaring sampel dengan

rentang umur yang lebih beragam.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan data dilakukan selama 1 minggu dan berlangsung sejak

tanggal 15 hingga 22 Juli 2010. Proses penelitian sendiri berlangsung selama 10

bulan, dimulai sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal, mengumpulkan

data hingga seminar hasil, yang berlangsung sejak bulan Februari 2010 hingga

November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran

2010-2011 yang mengalami menarche kurang dari dua tahun terhitung saat penelitian dilakukan. Jumlah siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai pada April 2010 adalah

(36)

SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 yang mengalami menarche kurang dari dua tahun dihitung dengan rumus

x' = (1/f)x

x’ = jumlah katagori dalam variabel

f = n/N

n = banyaknya sampel

N = besarnya populasi

x = jumlah hasil katagori yang ingin diketahui jumlahnya

(Budiarto, 2002)

Dari survei terhadap 50 siswi kelas X SMA Ahmad Yani Binjai, 11 di

antaranya mengalami menarche kurang dari dua tahun (survei primer, 2010). Oleh karena itu, estimasi jumlah populasi menjadi.

x’ = 1: (50/421) x 11

= 92,6 (dibulatkan menjadi 93 orang)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari siswi SMP dan SMA Ahmad Yani

Binjai tahun ajaran 2010-2011 yang telah mengalami menarche pada saat penelitian dilakukan. Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus

penarikan sampel pada populasi terbatas, yaitu (Wahyuni, 2007)

n = jumlah sampel minimum

Z 1-α/2 = nilai distribusi normal baku untuk α tertentu = 1,96

p = proporsi dalam populasi n =

(37)

d = kesalahan yang dapat ditoleransi

N = jumlah di populasi

Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini menjadi.

n = 75,03 (dibulatkan menjadi 76 orang)

Jumlah sampel minimum yang diperoleh sekitar 76 orang dengan tingkat

kepercayaan yang diinginkan 95%. Proporsi di populasi dianggap 0,5 untuk

menghasilkan jumlah sampel terbesar (Sastroasmoro dkk., 2010). Untuk

meningkatkan keakuratan dalam pengumpulan dan analisis data, maka jumlah sampel

dalam penelitian ini dibuat menjadi 90 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak

(probability samples) yaitu teknik Stratified Random Sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai

tahun ajaran 2010-2011. Kemudian hasilnya akan digabungkan menjadi satu sampel

yang terbebas dari variasi untuk setiap strata.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah.

1. siswi yang telah mengalami menarche

2. siswi dengan pola makan yang relatif konstan (tidak menunjukkan perbedaan

ekstrim) selama dua tahun sebelum menarche

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah.

1. siswi yang mengalami pubertas prekoks ( < 8 tahun)

2. siswi yang mengalami pubertas tarda ( > 18 tahun)

3. siswi yang sama sekali tidak mengingat kapan ia mendapat menarche dan tidak dapat memastikan pola makan sebelum menarche

(38)

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari sampel

penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan

instrumen kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disesuaikan

dengan variabel yang akan dinilai.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak Yayasan Perguruan

Ahmad Yani Binjai yang berhubungan dengan jumlah siswi SMP dan SMA pada

tahun 2010.

4.4.3. Uji Validitas Kuesioner

Data untuk menentukan katagori status nutrisi didapatkan dari instrumen

kuesioner riwayat makan. Kuesioner tersebut disadur langsung dari Adolescent Nutrition Questionnaire yang dipublikasikan oleh organisasi Nutrition Specialists

dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kondisi remaja Indonesia.

Dikarenakan kuesioner ini merupakan kuesioner untuk menilai tindakan, maka uji

validasi yang dilakukan adalah uji validasi isi. Adapun teknik yang digunakan yaitu

analisis validitas kuesioner dengan menggunakan kisi-kisi kuesioner seperti yang

tertera dalam tabel 4.1. di bawah ini.

Tabel 4.1. Validasi Isi dengan Menggunakan Kisi-Kisi Kuesioner No Variabel Indikator Pertanyaan

1 Status

gizi

Nafsu makan 1. Dalam keadaan sehat (tidak sedang

menderita penyakit/sangat lelah/stres),

(39)

selera makan Anda sehari-hari secara

1. Berapa kali Anda makan (makanan

utama) dalam satu hari?

2. Berapa kali Anda makan

(snack/camilan) di antara waktu makan

utama?

3. Berapa kali Anda melewatkan sarapan

dalam seminggu?

4. Berapa kali Anda melewatkan makan

siang dalam seminggu?

5. Berapa kali Anda melewatkan makan

malam dalam seminggu?

6. Berapa kali Anda makan makanan

cepat/siap saji dalam seminggu?

7. Berapa kali Anda minum minuman

bersoda dalam seminggu?

8. Berapa kali Anda minum minuman yang

mengandung gula (seperti teh manis,

sirup) dalam sehari?

9. Dalam seminggu, berapa kali Anda

makan ikan?

10. Seberapa sering Anda mengkonsumsi

suplemen makanan dalam seminggu?

Status

gizi

Ragam

makanan

1. Apa yang paling sering Anda makan

untuk sarapan?

2. Diet apa yang sedang Anda jalankan

sebelum menarche?

(40)

3. Tanpa memerhatikan alasan, apakah ada

makanan tertentu yang Anda hindari?

4. Dari makanan di bawah ini, manakah

yang paling Anda gemari dan paling

sering Anda makan?

Status

gizi

Jumlah

makanan

1. Bagaimana porsi makan siang Anda

secara umum?

2. Bagaimana Anda menilai porsi makan

malam Anda secara umum?

3. Berapa porsi makanan kaya karbohidrat

(seperti nasi, mie roti, umbi-umbian)

dalam makanan harian Anda?

4. Apakah dalam sehari Anda selalu

makan makanan kaya protein (seperti

tempe, tahu, ikan, telur,

kacang-kacangan)?

5. Berapa proporsi makanan kaya lemak

(seperti daging, makanan berminyak,

makanan bersantan) dalam makanan

harian Anda?

Status

gizi

Berat badan

(IMT)

1. Bagaimana Anda mendeskripsikan tubuh

Anda pada saat sebelum mendapatkan

menstruasi pertama?

Status

gizi

Faktor

komorbiditas

1. Apakah Anda menderita penyakit yang

bersifat menahun?

(41)

4.5. Metode Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul akan dianalisis menggunakan metode pengujian

kai kuadrat dengan bantuan program komputer yaitu SPSS 16,0. Uji kai kuadrat

dipilih dengan pertimbangan bahwa dalam penelitian dipakai variabel bebas berupa

status gizi yang merupakan data ordinal. Sementara itu, variabel terikat berupa usia

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan data penelitian berlangsung selama 1 minggu, tepatnya

pada tanggal 15 Juli 2010 hingga tanggal 22 Juli 2010 di SMP dan SMA Ahmad Yani

Binjai. Sebanyak 90 orang siswi SMP dan SMA yang memenuhi kriteria sebagai

sampel penelitian diberikan penjelasan lisan dan tertulis untuk kemudian

menandatangani lembar informed consent.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Hubungan Status Nutrisi dengan Usia Menarche

pada Siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010-2011” dilakukan

di SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai. Adapun kedua sekolah tersebut bernanung

dalam satu perguruan yakni Yayasan Pendidikan Ahmad Yani Binjai.

5.1.1.1 SMP Ahmad Yani Binjai

SMP Ahmad Yani Binjai berdiri pada tahun 1974 dan berstatus sekolah

swasta. Sebelum tahun 1974, sekolah ini bernama Perguruan Nasional yang

kemudian berganti nama menjadi Yayasan Tunggal Ika pada tanggal 1 Maret 1970

dan pada bulan Juli 1971, nama Yayasan Tunggal Ika kembali ditukar menjadi

Sekolah Pembinaan Budi. Adapun sekolah yang dibina oleh Bapak Fusta Subroto,

MBA ini telah terakreditasi dengan predikat A.

Secara demografi SMP Ahmad Yani Binjai terletak di pusat kota Binjai, yaitu di

Jalan Ade Irma Suryani No. 38 A. Status tanah SMP Ahmad Yani Binjai adalah akte

jual beli, dengan luas lahan 19.102 m2 dan luas tanah terbangun yaitu 3.927 m2.

Pada bulan Juli 2011 terdapat 475 orang siswa yang sedang menempuh

pendidikan di SMP yang dipimpin oleh Drs. Samin Surbakti ini. Ada pun rincian

(43)

Tabel 5.1. Distribusi Siswa-Siswi SMP Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010/2011

Jumlah Siswa

Kelas Putra Putri Total Siswa

VII 67 89 156

VIII 73 82 155

IX 81 83 164

Total Siswa 221 254 475

SMP Ahmad Yani Binjai memiliki 30 orang tenaga pendidik dan 24 orang

tenaga pendukung (seperti pegawai tata usaha, laboran, teknisi, tenaga perpustakaan,

dan lain sebagainya).

SMP Ahmad Yani Binjai memiliki 12 ruang belajar, 1 lapangan olahraga, 1

lapangan upacara, 1 ruang perpustakaan, 2 ruang laboratorium IPA, 1 ruang

multimedia, 1 ruang kesenian, 1 ruang laboratorium bahasa, 1 ruang laboratorium

komputer, dan 1 ruang serbaguna atau aula. Di samping itu, SMP Ahmad Yani Binjai

juga memiliki 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 2 ruang guru, 1

ruang tamu, 1 ruang tata usaha, dan sejumlah ruang penunjang lain (seperti gudang,

dapur, kantin, ruang ibadah, ruang OSIS, koperasi, dan sebagainya).

5.1.1.2. SMA Ahmad Yani Binjai

SMA Swasta Ahmad Yani Binjai berdiri pada tahun 1984 dan terletak di

Jalan Ade Irma Suryani Kelurahan Pekan Binjai, Kecamatan Binjai Kota, Provinsi

Sumatera Utara. Saat ini SMA Ahmad Yani Binjai dipimpin oleh Bapak Drs. Ngulihi

(44)

Tanah sekolah sepenuhnya milik sekolah dengan luas areal 5770 m2. Sekitar

sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 360 m. SMA Ahmad Yani Binjai memiliki 1

ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang guru, 12 ruang kelas, 1

laboratorium IPA, 1 laboratorium bahasa, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang serbaguna, 1

ruang musholla, 1 ruang OSIS, dan 1 ruang olahraga yang semuanya dalam keadaan

baik. Sementara itu, jumlah seluruh personil sekolah ada 39 orang terdiri atas guru 34

orang guru, 3 orang karyawan tata usaha dan 2 orang kurir.

Pada bulan Juli 2010 sebanyak 372 orang siswa menempuh pendidikan di

SMA Ahmad Yani Binjai, seperti yang terinci dalam Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Siswa-Siswi SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010/2011

Kelas jumlah siswa Total siswa

putra putri

X 63 76 138

XI 52 71 123

XII 59 52 111

Total Siswa 174 199 372

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian memiliki berbagai karakteristik. Tabel 5.3.

menunjukkan keragaman karakteristik responden berdasarkan komponen usia, status

(45)

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

1 Usia Responden

15-17 tahun 12 13,3

13-14 tahun 37 41,2

11-12 tahun 41 45,5

Total 90 100

2 Status Nutrisi

Status nutrisi kurang 24 26,7

Status nutrisi normal 35 38,9

Status nutrisi lebih 31 34,4

Total 90 100

3 Perkiraan Berat Badan

Berat badan kurang 24 26,7

Berat badan ideal 38 42,2

Berat badan lebih 28 31,1

Total 90 100,0

4 Katagori Usia Menarche

menarche dini 37 41,1

menarche normal 26 28,9

menarche terlambat 27 30,0

Total 90 100.0

Berdasarkan karakteristik umur, sampel terbanyak pada penelitian ini adalah

(46)

mana usia minimum adalah 11 tahun dan usia maksimum adalah 17 tahun. Median

usia responden adalah 14 tahun.

Berdasarkan status nutrisi yang diperoleh melalui pengisian kuesioner, status

nutrisi yang terbanyak adalah status nutrisi normal, yakni sebanyak 35 orang.

Sementara itu, status nutrisi yang paling sedikit yaitu status nutrisi kurang. Namun,

perbedaan di antara ketiga kelompok status nutrisi tidak terlalu signifikan, dengan

selisih persentase antarkelompok hanya 4,5% sampai 12,2%.

Kepada responden, dijelaskan mengenai pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Setelah responden menghitung IMT

perkiraan 1-2 tahun sebelum mereka mengalami menarche, didapatkan hasil bahwa berat badan dominan selama dua tahun sebelum menarche adalah berat badan ideal. Sedangkan katagori berat badan dengan frekuensi terkecil adalah berat badan kurang.

Namun, selisih frekuensi di antara setiap katagori berat badan juga tidak terlalu

mencolok, yaitu berkisar antara 4,4% sampai 15,5%.

(47)

Gambar 5.1. Histogram Kurva Normal Usia Menarche

Setelah usia menarche dalam bentuk data numerik diubah ke data kategori, didapatkan kesimpulan bahwa lebih banyak responden yang mengalami menarche

pada usia dini. Data rincian karakteristik usia menarche bisa dilihat dalam Tabel 5.3 Dalam mengisi kuesioner, masing-masing responden memberikan jawaban

yang beragam. Adapun pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner bertujuan untuk

mengetahui perkiraan tindakan konsumsi pangan para siswi secara umum dalam

(48)

Tabel 5.4. Karakteristik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan pada Kuesioner

No Pertanyaan n %

1 Selera makan sehari-hari secara umum

sangat baik

2 Frekuensi makan makanan utama

< 3 kali (0)

3 Frekuensi makan camilan/snack

2 kali

4 Frekuensi melewatkan sarapan dalam seminggu

tidak pernah

5 Frekuensi melewatkan makan siang dalam seminggu

tidak pernah

6 Frekuensi melewatkan makan malam dalam seminggu

(49)

7 Makanan yang paling sering dimakan untuk sarapan

sepiring nasi dengan lauk/mie

roti/susu/sereal

8 Porsi makan siang secara umum

Satu piring ukuran standard selalu dipenuhi dengan makanan

Satu piring ukuran standard yang penuh dengan makanan tidak cukup

mengenyangkan. Biasanya saya makan lebih dari satu piring

Hanya setengah piring ukuran standard yang terisi makanan

52

9 Porsi makan malam secara umum

Satu piring ukuran standard selalu dipenuhi dengan makanan

Satu piring ukuran standard yang penuh dengan makanan tidak cukup

mengenyangkan. Biasanya saya makan lebih dari satu piring

Hanya setengah piring ukuran standard yang terisi makanan

52

10 Frekuensi makan makanan cepat/siap saji dalam seminggu

tidak pernah

11 Frekuensi minum minuman bersoda dalam seminggu

tidak pernah

12 Frekuensi minum minuman yang mengandung gula (seperti teh

manis, sirup) dalam sehari

> 3 kali

2-3 kali

1 kali atau tidak pernah

25

13 Diet dua tahun sebelum menarche

(50)

Diet makanan seimbang

tinggi karbohidrat/tinggi lemak/tinggi protein

vegetarian, restriksi protein/lemak/karbohidrat

55

14 Makanan yang dihindari

tidak ada, saya memakan semua jenis makanan

makanan sejenis tinggi lemak

ikan, daging, sayuran, makanan yang sebenarnya bergizi

34

15 Perkiraan indeks massa tubuh dua tahun sebelum menarche

ideal

16 Porsi makanan kaya karbohidrat

Hampir tidak ada

Sangat besar, saya sering makan sepiring penuh nasi dengan lauk

berupa mie goreng/kentang goring, bisa menghabiskan lebih dari tiga

porsi nasi dalam sehari

Saya makan dua sampai tiga porsi nasi/makanan kaya karbohidrat lain

setiap hari

17 Porsi makanan kaya protein

Ya, selalu, dalam jumlah yang cukup dan bervariasi

Tidak

Selalu, saya memakan makanan kaya protein dalam jumlah yang

sangat banyak

18 Porsi makanan kaya lemak

Hampir tidak ada

Selalu ada setiap harinya tetapi dalam jumlah terbatas

Setiap hari saya pasti akan makan banyak makanan berlemak

15

19 Frekuensi makan ikan dalam seminggu

(51)

lebih dari 3 kali

tidak pernah atau 1 kali

2-3 kali

20 Frekuensi konsumsi suplemen

> 5 kali dalam seminggu

Kadang-kadang jika dibutuhkan

Tidak pernah

21 Makanan yang paling digemari dan yang paling sering disantap

daging, gorengan, gulai, rendang dan sejenisnya

sayuran, kadang daging, tempe dan sejenisnya

mentimun, selada, salad dan sejenisnya

39

22 Menderita penyakit menahun

tidak ada

ada, seperti anemia, diabetes, penyakit ginjal, tekanan darah rendah,

atau penyakit menahun lain

gangguan binge eating (makan sangat banyak)

77

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Distribusi Silang Berat Badan Terhadap Status Nutrisi

Status nutrisi memiliki kaitan yang erat dengan berat badan. Konsumsi nutrisi

yang berlebihan menyebabkan akumulasi lemak dalam tubuh. Kelebihan glukosa

(karbohidrat), asam amino (protein), serta asam lemak (lemak) akan dikonversi

menjadi cadangan jaringan adiposa.

Hal ini dibuktikan dengan tabel distribusi silang pada Tabel 5.5. antara berat

badan dan status nutrisi. Dari 24 orang yang memiliki berat badan kurang, 13 orang

di antaranya berada pada keadaan status nutrisi kurang, delapan orang dengan status

nutrisi normal, dan tiga orang sisanya pada status nutrisi lebih. Sementara itu, dari 38

orang dengan berat badan ideal, tujuh di antaranya memiliki status nutrisi kurang, 23 Lanjutan Tabel 5.4. Karakteristik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan

(52)

orang memiliki status nutrisi normal, dan delapan orang dengan status nutrisi lebih.

Dari 28 orang dengan berat badan lebih, empat orang memiliki status nutrisi kurang,

35 orang dengan status nutrisi normal, dan 31 orang dengan status nutrisi lebih.

Tabel 5.5. Distribusi Silang Berat Badan Terhadap Status Nutrisi

Katagori status nutrisi

Kurang normal lebih

Total Kelompok

berat badan

n % n % n % N %

Kurang 13 14,4 8 8,9 3 3,3 24 26,7

Ideal 7 7,8 23 25,6 8 8,9 38 42,2

Lebih 4 4,4 4 4,4 20 22,2 31 31,1

Total 24 26,7 35 38,9 31 34,4 90 100

5.1.3.2. Distribusi Silang Usia Menarche Terhadap Kelompok Tahun Kelahiran Pada kelompok tahun kelahiran 1993-1994, rata-rata usia menarche adalah 13,2 tahun. Pada kelompok kelahiran tahun 1995-1996, rerata usia menarche adalah 12,6 tahun. Sementara itu, rata-rata usia menarche kelompok tahun kelahiran 1997-1999 adalah 11,9 tahun. Dari 12 orang responden yang lahir pada tahun 1993-1994,

hanya satu orang (1,1%) yang mengalami menarche dini, tiga orang (3,3%) mengalami menarche normal, dan delapan orang (8,9%) mengalami menarche

terlambat. Dari 37 orang yang lahir di tahun 195-1996, sebanyak 10 orang (11,1%)

mengalami menarche dini, 10 orang (11,1%) mengalami menarche normal, dan 17 orang mengalami menarche terlambat (18,9%). Dari 41 orang yang lahir pada tahun 1997-1999, sebanyak 26 orang (28,9%) mengalami menarche dini, 13 orang (14,4%) mengalami menarche normal, dan hanya dua orang (2,2%) yang mengalami

(53)

Tabel 5.6. Distribusi Silang Usia Menarche Responden Berdasarkan Kelompok Tahun Kelahiran

Katagori Usia Menarche

Dini Normal Terlambat Jumlah Total

Kelompok Tahun

Kelahiran n % n % n % N %

1993-1994 1 1,1 3 3,3 8 8,9 12 13,3

1995-1996 10 11,1 10 11,1 17 18,9 37 41,1

1997-1999 26 28,9 13 14,4 2 2,2 41 45,6

Total 37 41,1 26 28,9 27 30,0 90 100,0

5.1.3.3. Distribusi Silang Usia Menarche Terhadap Status Nutrisi

Dalam tabel 5.7. tampak hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche

yang disajikan dalam tabel tabulasi silang. Tabel 5.7. menjelaskan bahwa dari 24

orang dengan status nutrisi kurang, lima orang di antaranya mengalami menarche

dini, lima orang mengalami menarche normal, dan 14 orang mengalami menarche

terlambat. Sementara itu, dari 35 orang yang memiliki status nutrisi normal, 12 orang

mengalami menarche dini, 16 orang mengalami menarche normal, dan sisanya sebanyak tujuh orang mengalami menarche terlambat. Untuk katagori status nutrisi lebih, dari 31 orang dengan status nutrisi lebih, 20 orang mengalami menarche dini, lima orang mengalami menarche normal, dan hanya enam orang yang mengalami

(54)

Tabel 5.7. Distribusi Silang Status Nutrisi Terhadap Usia Menarche

Katagori Usia Menarche

Dini Normal Terlambat

Total Katagori

Status

Nutrisi n % n % n % N %

Kurang 5 5,6 5 5,6 14 15,6 24 26,7

Normal 12 13,3 16 17,8 7 7,8 35 38,9

Lebih 20 22,2 5 5,6 6 6,7 31 34,4

Total 37 41,1 26 28,9 27 30,0 90 100

χ2

= 21,404 df = 4 p value < 0,001

Tabel 5.8 menggambarkan rata-rata usia menarche berdasarkan kelompok status nutrisi. Rata-rata usia menarche terbesar yaitu pada kelompok dengan status nutrisi kurang, disusul dengan kelompok status nutrisi normal, dan yang terkecil pada

kelompok status nutrisi lebih.

Tabel 5.8. Rata-rata usia menarche berdasarkan katagori status nutrisi

Katagori Status Nutrisi Rata-rata usia menarche

Kurang 13,13

Normal 12,28

Lebih 11,74

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pembahasan Tentang Perbaikan Status Nutrisi

Hasil pada tabel 5.5. menunjukkan bahwa sebagian besar siswi dengan berat

badan berlebih memiliki status nutrisi lebih dan demikian pula sebaliknya. Tabel

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka konsep hubungan antara status nutrisi dengan usia menarche
Tabel 4.1. Validasi Isi dengan Menggunakan Kisi-Kisi Kuesioner
Tabel 5.1. Distribusi Siswa-Siswi SMP Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran
Tabel 5.2. Distribusi Siswa-Siswi SMA Ahmad Yani Binjai Tahun Ajaran 2010/2011
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintah tidak berhenti pada diberlakukannya NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain

Selain itu, kegiatan pelatihan yang seharusnya perlu dilakukan oleh PT X dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh karyawan sehingga bermanfaat

Demikian Pengumuman Ini disampaikan untuk diketahui dan dipergunakan

[r]

Burung Kepodang cukup dikenal dalam budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah, selain hanya karena Burung Kepodang merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah, Burung Kepodang juga

§ 319. Pengaruh terhadap pandangan dan silcap hidup rakjat   Indonesia a.  Pengaruh dari luar : 1.  Pengaruh kedatangan agama Hindu, Budha, Islam dan  Kristen,

Secara kognitif pembelajaran dengan menggunakan mental imagery akan meningkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran, (2) Mampu mengembangkan materi

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan,