PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK
MENURUT ADAT SUNDA
( Studi di Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat )
Oleh:
NUR FAIZAH
NIM. 103044128039
KONSENTRASI AHWAL AL-SYAKHSIYAH
PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
KATA PENGANTAR
Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis panjatkan segala puji
dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam. Yang Maha Pandai lagi
Maha Menguasai, yang selalu memberikan perlindungan kepada seluruh hamba-Nya
dengan kasih dan sayang-Nya yang Maha Luas. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada pemimpin suri tauladan terbaik sepanjang zaman. Nabi besar
Muhammad SAW, semoga kita termasuk dalam umat yang mendapat syafaatnya
kelak di hari kiamat, amin.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis begitu banyak mendapatkan
dukungan, motivasi, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah
membantu dan memudahkan proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH.,MA.,MM Dekan Fakultas Syariah dan.
Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag pembantu dekan I bagian akademik. Untuk Ibu
Afidah Wahyuni dosen pembimbing akademik, beserta para staf akademik
lainnya yang dengan ketulusan dan kesabarannya telah membantu kelancaran
2. Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag, yang dengan sabar dan ikhlas telah bersedia
meluangkan waktu serta ilmunya untuk mengarahkan dan membimbing
penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ucapan cinta dan sayang yang teramat, ditujukan kepada orang tua penulis
Bpk. H. Djamal Abdul Nasser dan Ibu Suryanah Djamal, atas doa dan kasih
sayang yang tak terhingga. Terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang
sangat berharga, yang hanya penulis dapatkan dari keluarga yang dipimpin
oleh orang tua sehebat kalian. Semoga Allah SWT memuliakan mereka
didunia dan akhirat. Amin.
4. Untuk kakakku Nur Fauziah Gamal dan adik-adikku ( Nur Afriani Aziziah,
Muhammad Husein Tabrani, Abdul Wahab, dan Abdul Majid ), terimakasih
atas semua doa, dukungan dan senyumannya hingga penulis akhirnya dapat
tersenyum dan menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman - teman di Fakultas Syariah angkatan 2003, kelas A dan B, terutama
tim KKN. Sahabat-sahabat terbaikku yang tak pernah membiarkanku sendiri :
Dede Ibnu Yusipa, Muhammad Yaseer Arafat, Nur Laila Sari, Rahmat,
Firman, Jati, Fa’i, Farhan dan Syifa Solahuddin, terimakasih atas
bantuan,semangat dan persahabatan terindah yang kalian berikan.
Jakarta, Rabiul Awal 1431 Maret 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah... 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metode dan Teknik Penelitian... 7
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II PERNIKAHAN MENURUT BAHASA, HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Pengertian Pernikahan... 11
B. Dasar Hukum Pernikahan... 15
C. Rukun dan Syarat Pernikahan ... 19
D. Tujuan Pernikahan ... 27
E. Hikmah Pernikahan... 31
B. Tata Cara Pernikahan Masyarakat Desa Cijurey Sukabumi
Jawa Barat ... 36
BAB IV PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK MENURUT ADAT SUNDA A. Definisi Pernikahan Melangkahi Kakak ... 47
B. Adat Istiadat ... 47
C. Pernikahan Melangkahi Kakak Dilihat Dalam Sudut Pandang Hukum Adat dan Hukum Islam ... 52
D. Pandangan Masyarakat Desa Cijurey tentang Pernikahan Melangkahi Kakak ... 57
E. Analisis Penulis ... 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 63
B. Saran-Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
6.
7. Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag, yang dengan sabar dan ikhlas telah bersedia
meluangkan waktu serta ilmunya untuk mengarahkan dan membimbing
penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ucapan cinta dan sayang yang teramat, ditujukan kepada orang tua penulis
Bpk. H. Djamal Abdul Nasser dan Ibu Suryanah Djamal, atas doa dan kasih
sayang yang tak terhingga. Terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang
sangat berharga, yang hanya penulis dapatkan dari keluarga yang dipimpin
oleh orang tua sehebat kalian. Semoga Allah SWT memuliakan mereka
didunia dan akhirat. Amin.
9. Untuk kakakku Nur Fauziah Gamal dan adik-adikku ( Nur Afriani Aziziah,
Muhammad Husein Tabrani, Abdul Wahab, dan Abdul Majid ), terimakasih
atas semua doa, dukungan dan senyumannya hingga penulis akhirnya dapat
tersenyum dan menyelesaikan skripsi ini.
10.Teman - teman di Fakultas Syariah angkatan 2003, kelas A dan B, terutama
tim KKN. Sahabat-sahabat terbaikku yang tak pernah membiarkanku sendiri :
Dede Ibnu Yusipa, Muhammad Yaseer Arafat, Nur Laila Sari, Rahmat,
Firman, Jati, Fa’i, Farhan dan Syifa Solahuddin, terimakasih atas
bantuan,semangat dan persahabatan terindah yang kalian berikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah... 1
G. Pembatasan Dan Perumusan Masalah... 6
H. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6
I. Metode dan Teknik Penelitian... 7
J. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II PERNIKAHAN MENURUT BAHASA, HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF F. Pengertian Pernikahan... 11
G. Dasar Hukum Pernikahan... 15
H. Rukun dan Syarat Pernikahan ... 19
I. Tujuan Pernikahan ... 27
BAB III DESKRIPSI UMUM TENTANG DESA CIJUREY SUKABUMI JAWA BARAT
C. Kondisi Geografis dan Sosial ... 35
D. Tata Cara Pernikahan Masyarakat Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat ... 36
BAB IV PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK MENURUT ADAT SUNDA F. Definisi Pernikahan Melangkahi Kakak ... 47
G. Adat Istiadat ... 47
H. Pernikahan Melangkahi Kakak Dilihat Dalam Sudut Pandang Hukum Adat dan Hukum Islam ... 52
I. Pandangan Masyarakat Desa Cijurey tentang Pernikahan Melangkahi Kakak ... 57
J. Analisis Penulis ... 59
BAB V PENUTUP C. Kesimpulan... 63
D. Saran-Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK
MENURUT ADAT SUNDA
( Studi di Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah
Oleh: NUR FAIZAH NIM:103044128039
Di Bawah Bimbingan
Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag NIP. 19711212 199503 1 001
KONSENTRASI AHWAL AL-SYAKHSIYAH
PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
KATA PENGANTAR
Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis panjatkan segala puji
dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam. Yang Maha Pandai lagi
Maha Menguasai, yang selalu memberikan perlindungan kepada seluruh hamba-Nya
dengan kasih dan sayang-Nya yang Maha Luas. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada pemimpin suri tauladan terbaik sepanjang zaman. Nabi besar
Muhammad SAW, semoga kita termasuk dalam umat yang mendapat syafaatnya
kelak di hari kiamat, amin.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis begitu banyak mendapatkan
dukungan, motivasi, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah
membantu dan memudahkan proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada :
11.Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH.,MA.,MM Dekan Fakultas Syariah dan.
Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag pembantu dekan I bagian akademik. Untuk Ibu
Afidah Wahyuni dosen pembimbing akademik, beserta para staf akademik
lainnya yang dengan ketulusan dan kesabarannya telah membantu kelancaran
12.Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag, yang dengan sabar dan ikhlas telah bersedia
meluangkan waktu serta ilmunya untuk mengarahkan dan membimbing
penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13.Ucapan cinta dan sayang yang teramat, ditujukan kepada orang tua penulis
Bpk. H. Djamal Abdul Nasser dan Ibu Suryanah Djamal, atas doa dan kasih
sayang yang tak terhingga. Terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang
sangat berharga, yang hanya penulis dapatkan dari keluarga yang dipimpin
oleh orang tua sehebat kalian. Semoga Allah SWT memuliakan mereka
didunia dan akhirat. Amin.
14.Untuk kakakku Nur Fauziah Gamal dan adik-adikku ( Nur Afriani Aziziah,
Muhammad Husein Tabrani, Abdul Wahab, dan Abdul Majid ), terimakasih
atas semua doa, dukungan dan senyumannya hingga penulis akhirnya dapat
tersenyum dan menyelesaikan skripsi ini.
15.Teman - teman di Fakultas Syariah angkatan 2003, kelas A dan B, terutama
tim KKN. Sahabat-sahabat terbaikku yang tak pernah membiarkanku sendiri :
Dede Ibnu Yusipa, Muhammad Yaseer Arafat, Nur Laila Sari, Rahmat,
Firman, Jati, Fa’i, Farhan dan Syifa Solahuddin, terimakasih atas
bantuan,semangat dan persahabatan terindah yang kalian berikan.
Jakarta, Rabiul Awal 1431 Maret 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN K. Latar Belakang Masalah... 1
L. Pembatasan Dan Perumusan Masalah... 6
M. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6
N. Metode dan Teknik Penelitian... 7
O. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II PERNIKAHAN MENURUT BAHASA, HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF K. Pengertian Pernikahan... 11
L. Dasar Hukum Pernikahan... 15
M. Rukun dan Syarat Pernikahan ... 19
N. Tujuan Pernikahan ... 27
O. Hikmah Pernikahan... 31
F. Tata Cara Pernikahan Masyarakat Desa Cijurey Sukabumi
Jawa Barat ... 36
BAB IV PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK MENURUT ADAT SUNDA K. Definisi Pernikahan Melangkahi Kakak ... 47
L. Adat Istiadat ... 47
M. Pernikahan Melangkahi Kakak Dilihat Dalam Sudut Pandang Hukum Adat dan Hukum Islam ... 52
N. Pandangan Masyarakat Desa Cijurey tentang Pernikahan Melangkahi Kakak ... 57
O. Analisis Penulis ... 59
BAB V PENUTUP E. Kesimpulan... 63
F. Saran-Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK
MENURUT ADAT SUNDA
( Studi di Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah
Oleh: NUR FAIZAH NIM:103044128039
Di Bawah Bimbingan
Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag NIP. 19711212 199503 1 001
KONSENTRASI AHWAL AL-SYAKHSIYAH
PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN P. Latar Belakang Masalah... 1
Q. Pembatasan Dan Perumusan Masalah... 6
R. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6
S. Metode dan Teknik Penelitian... 7
T. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II PERNIKAHAN MENURUT BAHASA, HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF P. Pengertian Pernikahan... 11
Q. Dasar Hukum Pernikahan... 15
R. Rukun dan Syarat Pernikahan ... 19
S. Tujuan Pernikahan ... 27
T. Hikmah Pernikahan... 31
H. Tata Cara Pernikahan Masyarakat Desa Cijurey Sukabumi
Jawa Barat ... 36
BAB IV PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK MENURUT ADAT SUNDA P. Definisi Pernikahan Melangkahi Kakak ... 47
Q. Adat Istiadat ... 47
R. Pernikahan Melangkahi Kakak Dilihat Dalam Sudut Pandang Hukum Adat dan Hukum Islam ... 52
S. Pandangan Masyarakat Desa Cijurey tentang Pernikahan Melangkahi Kakak ... 57
T. Analisis Penulis ... 59
BAB V PENUTUP G. Kesimpulan... 63
H. Saran-Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
BAB I PENDAHULUAN
U. Latar Belakang Masalah
Di muka bumi ini Allah SWT menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya mereka saling mengenal, banyak cara yang terjadi di dalam
prosesnya dan pernikahan adalah salah satu media manusia untuk bisa
berinteraksi dengan manusia lainnya yang tidak mereka kenal sebelumnya.
Peristiwa saling mengenal ( ta’aruf ) tersebut seperti tercantum dalam surat
Al-Hujuuraat ayat 13 :
ﻥ
ﻥ
!" #
$% &'
"() *
+++
,
-. /
0
12
3
45
6
Artinya: “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal…” (QS.Al-Hujuraat/49:13)
Pada dasarnya pernikahan merupakan Sunnah Rasulullah yang di syariatkan
Allah SWT kepada hamba-hambanya, karena pernikahan itu tidak hanya sebagai
kebutuhan biologis semata namun juga sebuah institusi untuk menciptakan suatu
rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmah baik di dunia maupun di
akhirat.
Pernikahan dapat ditinjau dari berbagai segi: Ditinjau dari segi Hukum,
lembaga yang suci dan upacara pernikahan adalah suatu cara yang membantu
proses kesakralan perjanjian tersebut tanpa meninggalkan nama Allah di
dalamnya. Dan yang terakhir adalah dari segi Sosial, yaitu bahwa orang yang
berkeluarga ( menikah ) atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan yang
lebih dihargai dari pada orang yang tidak berkeluarga.
Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan kepada laki-laki atau
perempuan yang telah memiliki kesiapan lahir dan bathin untuk segera
melangsungkan pernikahan, selain untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh
agama, menikah juga dapat memberikan jaminan rezeki kepada orang yang
melakukan pernikahan tersebut, apabila orang yang akan menikah takut akan
berkurangnya harta mereka, atau kepada orang yang tidak mampu ( miskin)
namun ingin melangsungkan pernikahan. Sebagaimana Firman Allah SWT :
"-7ﻥ
8
7
9- :
; &<
7%
=
"ﻥ"7
> (
?
@
@ A(
@
BCD
B9 <
,
)"
0
E1
3
5E
6
Artinya; “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak ( berkahwin ) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Maha Luas ( pemberian- Nya ) lagi Maha Mengetahui.” ( Q.S.An-Nur/24-32 )
Dari ayat diatas dapat memberikan gambaran bahwa hendaknya pernikahan
itu tidak ditunda-tunda atau bahkan dilarang dengan alasan di luar syar’i,
maksudnya dilarang adalah ada salah satu daerah di Indonesia yang mempunyai
pernikahan apabila kakaknya belum menikah, padahal adik tersebut telah siap
lahir dan bathin untuk melakukan suatu pernikahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu proses pernikahan juga tidak akan
pernah lepas dari adat istiadat yang berlaku di suatu daerah, karena pernikahan
merupakan suatu budaya yang juga mengikuti perkembangan budaya manusia itu
sendiri, yang pastinya masih berada dalam lingkup kemasyarakatan.
Seperti yang berlaku dalam adat istiadat pernikahan masyarakat sunda, ada
salah satu daerah sunda yang mempunyai tradisi atau adat istiadat yang seakan
telah berada diluar ketentuan agama, seperti tradisi peraturan pernikahan, upacara
pernikahan, dan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku dan menjadi hukum dan
adat istiadat pernikahan yang harus diikuti oleh masyarakat sunda.
Hukum adat dalam pernikahan yang dimaksud disini adalah hukum
masyarakat (hukum rakyat) yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan
negara yang mengatur tata tertib perkawinan. Apabila terjadi pelanggaran
terhadap hukum adat maka yang mengadili adalah peradilan adat ( peradilan
masyarakat, keluarga atau kerabat ) yang bersangkutan.1
Bahkan mereka mempunyai spesifikasi sendiri tentang suatu pernikahan,
yang pernikahan itu sendiri oleh mereka di bagi menjadi dua bagian :
1. Pernikahan Biasa
1
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di negara ini.
2. Pernikahan Diam-diam
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan adat istiadat atau
tradisi yang berlaku di daerah ini. Dalam pernikahan ini terbagi menjadi
beberapa macam, yaitu: Kawin Gantung, Kawin Pendok ( keris ), Kawin
Sembunyi, Kawin dengan Pria Pendatang, Ditarik Kawin, Kawin Kias, Kawin
Panyela, Kawin Tua Sama Tua, Nyalindung Kagelung, Manggih Kaya, Turun
Karanjang dan Kawin Unggah Karanjang.2 Untuk pengertiannya akan
dijabarkan pada bab II.
Ada suatu istilah pernikahan yang sering digunakan oleh masyarakat sunda
khususnya di desa Cijurey yaitu “Karunghal” atau lebih dikenal dengan istilah
pernikahan melangkahi kakak kandung. Artinya adalah suatu pernikahan yang
tidak diizinkan terjadi apabila pengantin yang akan menikah melangkahi kakak
perempuannya yang belum menikah, karena menurut adat tersebut itu merupakan
suatu hal yang tidak baik yang bisa juga dianggap melanggar larangan adat itu
sendiri karena pengantin menikah melangkahi orang yang lebih tua diatasnya
yaitu kakak perempuan yang belum menikah.
Efek yang terjadi dengan adanya ketentuan di atas adalah terhalangnya
pernikahan adik karena kakaknya belum menikah, karena pernikahannya tidak
akan diizinkan oleh kakak atau orang tua pengantin. Sekalipun itu bisa terjadi
2
mereka harus memberikan uang pelangkah kepada kakaknya yang belum
menikah, yang secara tidak langsung hal ini dapat menimbulkan beban kepada
mereka yang mengakibatkan tertundanya atau bahkan batalnya pernikahan
tersebut.
Dari pemaparan di atas terjadi perbedaan pendapat yang timbul di kalangan
masyarakat sunda sendiri, ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung
dengan adat atau tradisi tersebut, bagi yang mendukung mereka berpendapat akan
sangat tidak baik bagi seorang adik menikah melangkahi kakaknya yang belum
menikah karena menurut mereka hal itu sangatlah buruk karena harusnya sang
adik bersabar sampai kakaknya menikah, sehingga tidak menyakiti perasaan
kakaknya atau bahkan yang terburuk kakaknya dapat mengalami gangguan
psikologis karena masalah tersebut, sedangkan bagi mereka yang tidak setuju
mereka mengkhwatirkan akan adanya perbuatan zina karena pengantin sudah siap
menikah namun harus ditunda atau dampak negatif yang timbul dan cenderung
mempersulit proses perkawinan yang akan terjadi akibat dari tertundanya
pernikahan itu sendiri.
Oleh karena adanya perbedaan pendapat seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis tertarik untuk membahas tentang kasus tersebut ke
dalam judul skripsi penulis. Adapun judul dari skripsi tersebut adalah :
“PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK MENURUT ADAT SUNDA” (Studi Kasus DesaCijurey Sukabumi Jawa Barat)
1. Pembatasan Masalah
Agar lingkup bahasannya tidak terlalu luas, maka penulis membatasi
penelitian hanya sekitar pernikahan melangkahi kakak, menurut hukum islam
dan adat sunda itu sendiri, serta akan membahas tentang uang pelangkah yang
ada dalam syarat apabila ingin menikah melangkahi kakaknya yang terjadi di
Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan uraian di atas maka penulis akan mengemasnya ke dalam
bentuk pertanyaan di bawah ini :
a. Bagaimana tradisi pernikahan adat sunda Desa Cijurey Sukabumi Jawa
Barat ?
b. Bagaimana pandangan masyarakat Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat
terhadap pernikahan melangkahi kakak ?
W.Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui tradisi pernikahan adat Sunda Desa Cijurey Sukabumi Jawa
Barat.
b. Mengetahui latar belakang berlakunya tradisi pernikahan adat Sunda
tersebut, khususnya yang berlaku pada Desa Cijurey Sukabumi Jawa
c. Mengetahui pandangan masyarakat Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat
terhadap tradisi yang berlaku pada pernikahan mereka.
d. Mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap tradisi pernikahan adat
Sunda.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis. Mengaplikasikan disiplin ilmu sesuai dengan program
studi penulis, tambahan refrensi guna penelitian lanjutan serta kontribusi
untuk data perpustakaan.
b. Secara Praktis. Kontribusi hasanah bagi masyarakat Islam dan golongan
education pada umumnya. Lebih khusus terhadap lembaga-lembaga yang
menangani masalah perkawinan agar lebih merujuk pada aturan – aturan
yang ditetapkan.
X. Metode dan Tekhnik Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini berupa metode
kualitatif, yang merupakan metode penelitian yang berukur pada data-data
berupa pandangan-pandangan tentang study etnografi ( etnis ) dalam
perkawinan adat sunda ditinjau dari perspektif Hukum Islam. Dan metode
Hukum yang digunakan bersifat Doktriner ( normatif ), yaitu penelitian
berdasarkan data-data yang ada sesuai dengan ketentuan Hukum Fiqh dan
Yang dimaksud fiqh adalah pendapat ulama yang bersumber dari
Al-qur’an, Al-hadits, ijma’ dan qiyas. Yang dimaksud Hukum Positif dalam
penelitian ini ialah Peraturan Perundang-undangan bidang Perkawinan yakni :
Undang-Undang No.1 tahun 1974 dan Instruksi Presiden Republik
Indonesia N0.1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
2. Sumber Penelitian
a. Sumber Primer
Sumber data primer diperoleh dari wawancara dengan tokoh
masyarakat dan penduduk desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat. Al-qur’an,
Al-hadits serta Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Serta buku-buku, dan data lainnya yang memuat keterangan dan
penjelasan seputar tema dan pokok penjelasan.
b. Sumber Sekunder
Di dalam penelitian Hukum, digunakan pula data sekunder yang
memiliki kekuatan mengikat ke dalam,
1) Bahan Hukum sekunder, berupa buku-buku, makalah seminar,
jurnal-jurnal, laporan penelitian, artikel,majalah dan Koran.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan di
perpustakaan (Library Research) guna memperoleh data primer maupun
sekunder, yang ada korelasinya dengan pembahasan ini.
Dalam proses analisa data penulis menggunakan metode analisis
eksploratif berupa metode deskriptif yang berdasarkan pendekatan rasional
dan logis secara induktif dan deduktif terhadap susunan penelitian.
Mengenai tekhnik penulisan, penulis menggunakan buku pedoman
penulisan skripsi fakultas Syari’ah dan Hukum yang diterbitkan oleh fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Press 2007 cetakan ke 1, dengan pengecualian sebagai berikut :
a. Al-qur’an tidak diberi footnote, tetapi langsung disebut surat dan ayatnya
dengan di beri syakal serta diterjemahkan.
b. Ayat –ayat Al-qur’an dan Al-hadits di tulis dengan satu spasi.
Y. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Dengan memuat Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode
dan Tekhnik Penelitian dan yang terakhir adalah Sistematika
Penulisan.
BAB II Pernikahan Menurut Bahasa, Hukum Islam dan Hukum Positif.
Pada bab ini penulis akan mengulas secara umum tentang
Pengertian Pernikahan, Syarat dan Rukun Pernikahan, Tujuan
BAB III Deskripsi Umum Tentang Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat,
Membahas Tentang Kondisi Geografis dan Sosial, Adat Istiadat,
serta Tata Cara Pernikahan Yang Berlaku di Desa Cijurey Sukabumi
Jawa Barat
BAB IV Pernikahan Melangkahi Kakak Menurut Adat Sunda (Studi Kasus
Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat). Membahas Tentang Definisi
Melangkahi, Melangkahi dari Sudut Pandang Adat dan Hukum
Islam, serta Analisis Penulis tentang Ketiganya.
BAB V Penutup. Berisi tentang Kesimpulan dan Saran-saran
BAB II
PERNIKAHAN MENURUT BAHASA, HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
U. Pengertian Pernikahan 1. Menurut Bahasa
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia asal kata dari Perkawinan
adalah“ kawin “ yang menurut arti bahasanya adalah membentuk keluarga
dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.3 Kata “nikah” sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan ( coitus ), juga
untuk arti akad nikah.4
Di dalam literatur fiqh yang berbahasa arab Perkawinan atau Pernikahan
disebut dengan dua kata, yaitu nikah ( ) dan zawaj ( ). Kata-kata
tersebut sangat erat sekali dengan kehidupan sehari-hari dari orang Arab dan
juga banyak terdapat dalam Al-qur’an dan hadits nabi.5 Sedangkan kata
na-ka-ha banyak terdapat dalam Al-qur’an dengan arti kawin, seperti dalam
surat An-Nisa ayat 3 :
3
Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1994 ), cet.ke-3, edisi kedua, h.456
4
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adilatuh, ( Beirut : Dar al-Fikr,1989 ),cet ke-3, h. 29
5
> FG
7 H I
"-7ﻥ (
*9 J( "KF ﺕ
*M =
7ﻥ N O7
PQﺡ "( " Q ﺕ
*M =S( T !) U ﺙ
ﺕ
ﻥ; W
" "
,
> F
0
535
6
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat orang, dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup satu orang” ( QS.An-Nisa’/3:3 )
Karena arti kata nikah berarti “ bergabung” ( ), “hubungan
kelamin” (
ﺱ
) dan juga berarti “akad” jadi adanya dua kemungkinanarti ini karena kata nikah yang terdapat dalam Al-Qur’an memang
mengandung dua arti tersebut6. Seperti kata nikah yang terdapat dalam surat
An-Nur ayat 32:
"ﻥ"7 = 7%
; &<
9- :
7
8 "-7ﻥ
B9 < BCD @
@ A(
@
? > (
,
)"
0
E1
3
5E
6
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak ( berkahwin ) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan....” (Q.S. An-Nur/24:32 )
2. Menurut Hukum Islam
Sedangkan dalam Hukum Islam, para ulama fiqh masing-masing
mempunyai pendapatnya sendiri, antara lain sebagai berikut:
6
a. Imam Abu Hanifah :
G
Q9M BQ < @ﻥ8! X 7
Q:' Y *N W
7
Artinya : “Nikah adalah suatu akad dengan tujuan memiliki kesenangan secara sengaja.”.
b. Imam Maliki:
; /
< BQ < @ﻥ8! X 7G
*N9' Z "
9[ Y9 ; ! \ * Y *
@ &' Y 9&!
9[
8
Artinya: “Nikah adalah suatu akad yang mengandung ketentuan hukum semata-mata untuk membolehkan watha’,bersenang-senang dan menikmati apa saja yang ada pada diri seorang perempuan yang boleh dinikahinya ”.
c. Imam Syafi’i :
X 7G
ﻥ8!
@
N]
^_ `ﺕ
^X 7ﻥ aM ! ^>b W
NA* BQ <
9
Artinya : “Nikah adalah suatu akad yang mengandung pemilikan ”wathi” dengan menggunakan kata menikahkan atau mengawinkan atau kata lain yang menjadi sinonimnya ”.
d. Imam Hambali :
X 7G
T *N*Dc Y M
< ^_ `ﺕ
^X 7ﻥ aM ! BQ < "]
10
Artinya : “ Nikah adalah suatu akad dengan menggunakan lafdz-lafadz inkah atau tazwij untuk manfaat (menikmati) kesenangan ”.
Dilihat dari beberapa pengertian yang telah diberikan oleh para
Imam diatas, dapat disimpulkan bahwa nikah adalah diizinkannya
seorang suami bersenang-senang atau memanfaatkan apa yang ada pada
7
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Fiqh Al-Mazahib Al-Arba’ah, Mishr : tp, t.th, h.2
8
Ibid., h.2
9
Ibid, h.3
10
diri istrinya, karena sudah menjadi halal baginya kehormatan dan
keseluruhan dari apapun yang dimiliki oleh seorang istri untuk suaminya
dan begitupun sebaliknya, karena hal tersebut sudah sesuai dengan Syara’
atau ketentuan yang berlaku, hal ini dapat terjadi tidak terlepas dari sudah
adanya suatu aqad atau ikatan legal baik menurut hukum agama ataupun
hukum negara yang telah mereka lakukan.
3. Menurut Hukum Positif
Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974, pasal 1; “Pernikahan adalah
ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan
membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Adapun pengertian menurut Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) adalah
sebagai berikut, “Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu
akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah”.11
V. Dasar Hukum Pernikahan
Menurut para jumhur ulama hukum pernikahan atau perkawinan itu adalah
sunnah, hal ini didasari dari banyaknya perintah allah dalam Al-Qur’an dan juga
11
hadits-hadits nabi yang beberapa diantaranya berisi anjuran untuk melangsungkan
pernikahan.12
Seperti firman Allah berikut ini :
> ( "ﻥ"7 = 7%
; &<
9- :
7
8 "-7ﻥ
@ A(
@
?
, +++
)"
0
E1
3
5E
6
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak ( untuk kawin ) di antara hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberikan
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya ( Q.S. An-Nur/24:32 )
Sedangkan kenapa nikah menurut Rasul adalah sunnah, karena beliau
sendiri sudah melaksanakan hal tersebut, dan beliau menginginkan para umatnya
menjalankan apa yang beliau sendiri telah jalani dan beliau lakukan. Seperti salah
satu hadits rasulullah :
d ' D @9 < e $ﺹ J& = @ < e Jﺽ) W
! <
3
ﻥ 7
h9 ( * D < Z[) N( > FG i `ﺕ
K( j"ﺹ j ﻥ
Gﺹ
G
,
F j )
6
Artinya: “Dari Anas bin Malik ra., bahwasanya nabi SAW memuji Allah dan menyanjung-Nya, beliau berkata ; Akan tetapi aku sholat, aku tidur, aku berpuasa, aku makan dan aku mengawini perempuan ; barang siapa yang tidak suka dengan perbuatanku, maka bukanlah dia dari golonganku ”. ( H. R. Muslilm )
Sedangkan asal hukum nikah itu sendiri adalah Mubah.13 Hukum tersebut
bisa berubah sesuai dengan keadaan seseorang yang akan melakukan pernikahan,
12
hukum itu bisa menjadi wajib, sunnah, haram atau makruh.14 Berikut adalah
definisinya :
1. Wajib
Apabila seseorang sudah mampu untuk menikah, kebutuhan
biologisnya sudah mendesak dan dia takut atau khawatir akan menuju ke hal
yang diharamkan oleh agama ( berzina ) maka diwajibkanlah untuk orang
yang seperti itu menikah, karena untuk menjauhkan diri dari hal yang haram
adalah suatu hal yang wajib, dan tidak ada jalan lain kecuali menikah.15
Seperti firman Allah berikut :
@
9 ?
*ﺡ ﺡ 7ﻥ = Q/
\ kM *F9
@ A(
+++
,
)"
0
E1
3
55
6
Artinya: “ Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah mereka menjaga kesucian ( diri ) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia- Nya... “ .( Q.S. An-Nur/24:33 )
2. Sunnah
Seseorang yang telah di sunnnatkan untuk menikah adalah seseorang
yang sudah mempunyai kesanggupan untuk menikah dan sudah mampu untuk
memelihara diri sendiri dari segala perbuatan yang terlarang. Karena sudah
13
H. Abdul Fatah Idris dan H. Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1994), h. 198.
14
Ibid h.5
15
jelas, pernikahan adalah suatu hal yang bagus dan baik bagi dirinya, dan juga
Rasulullah melarang seseorang hidup sendirian tanpa menikah.16
Sesuai dengan sabdanya :
d ' @ﻥ ^H # ! <
3
! Q D CND @ﻥ Z9lN
! Q9 D ﻥ &
$*&* = =" A
! = N < ; ) d" ^m '
!
+
e d"D) n (
W @ o
"
D @9 < e
ﺹ
p
9:* q
,
) r& n )
6
“ Bersumber dari Ibnu Syihab, sesungguhnya dia berkata : “ Sa’id bin Al Musyyab bercerita kepadaku, bahwa dia pernah mendengar Sa’ad bin Abu
Waqqashmengatakan : “ Ustman bin Madh’un bermaksud akan membujang
terus, namun kemudian Rasulullah SAW melarangnya. Seandainya beliau merestuinya niscaya kami akan melakukan pengkibirian”. (HR. Bukhori)17
3. Makruh
Seseorang yang dianggap makruh untuk melakukan pernikahan adalah
Seseorang yang belum pantas untuk menikah, belum mempunyai keinginan
untuk menikah, serta belum mempunyai bekal untuk melangsungkan
pernikahan. Namun ada juga orang yang telah mempunyai bekal untuk
menikah, namun fisiknya mengalami cacat, seperti impoten, usia lanjut
berpenyakit tetap, dan kekurangan fisik lainnya18
.
4. Haram19
16
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993 ), h.16
17
Al-Imam Muslim dan Imam Nawawi, Shahih Muslim, Muslim Abu Husein, ( Beirut Dar al-Fikr, 1983 )
18
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Pernikahan Islam di Indonesia. Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, ( Jakarta: Kencana, 2006 ) h.43-44
19
Seseorang diharamkan untuk menikah, alasannya adalah orang
tersebut sebenarnya mempunyai kesanggupan untuk menikah akan tetapi
apabila ia melakukan pernikahan ia akan menimbulkan atau memberikan
kemudharatan kepada pasangannya, seperti contoh, orang gila, orang yang
suka membunuh, atau mempunyai sifat-sifat yang dapat membahayakan
pasangannya ataupun orang-orang di sekitarnya, atau juga orang yang tidak
mampu memenuhi nafkah lahir batin pasangannya, serta kebutuhan
biologisnya tidak mendesak, maka orang tersebut haram untuk menikah.20
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa suatu hukum pernikahan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan
keadaan orang yang akan melakukan pernikahan tersebut, sesuai dengan
penjelasan sebelumnya. Apabila dia sudah memenuhi kriteria dengan
beberapa hukum di atas, maka dia harus melaksanakannya, karena dalam
islam, pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dan juga merupakan suatu
bentuk pengamalan ibadah kita kepada Allah SWT.
W.Rukun dan Syarat Pernikahan 1. Menurut Hukum Positif
Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 2
ayat 1 menyatakan : “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
Hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu ”
20
Dalam pasal lain Undang-Undang Perkawinan menetapkan beberapa
syarat, yaitu dalam pasal 6 disebutkan :
a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
b. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21
( dua puluh satu ) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
c. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau
dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup di peroleh dari orang tua yang masih
hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
d. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan
tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin di peroleh dari
wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan
darah dalam garis keturunan, lurus ke atas selama mereka masih hidup dan
dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.
e. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam
ayat (2),(3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka
tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum
tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas
permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu
Selanjutnya dalam pasal 7 disebutkan : Perkawinan hanya diizinkan
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
Dalam Kompilasi Hukum Islam bab IV pasal 14, yang berisi tentang
rukun dan syarat perkawinan adalah sebagai berikut :21
a. Calon Suami;
b. Calon Istri;
c. Wali Nikah;
d. Dua Orang Saksi;
e. Ijab dan Kabul.
Selanjutnya dalam Kompilasi Hukum Islam BAB II pasal 5 dan pasal
6 yang berisikan tentang dasar-dasar perkawinan adalah sebagai berikut:
Pasal 5
(1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap
perkawinan harus dicatat.
(2) Pencatatan perkawinan tersebut apada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai
Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No.22
Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32 Tahun 1954.
Pasal 6
21
(1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus
dilangsungkan dihadapkan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat
Nikah.
(2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah
tidak mempunyai kekuatan Hukum.22
2. Menurut Hukum Islam
Dalam Islam, rukun dan syarat merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena kebanyakan dari setiap aktivitas
ibadah yang ada dalam agama islam, senantiasa ada yang namanya rukun dan
syarat, sehingga bisa dibedakan dari pengertian keduanya adalah syarat yang
merupakan suatu hal yang harus ada dan terpenuhi sebelum melakukan suatu
perbuatan, sedangkan rukun merupakan suatu hal yang harus ada atau
terpenuhi pada saat perbuatan dilaksanakan. Kaitannya dengan perkawinan
adalah bahwa rukun perkawinan merupakan sebagian dari hakikat
perkawinan, seperti harus adanya calon pengantin laki-laki dan perempuan,
wali, akad nikah dan saksi. Semua itu adalah sebagian dari hakikat
perkawinan dan tidak dapat terjadi suatu perkawinan kalau tidak ada salah
22
satu dari rukun perkawinan di atas. Maka yang demikian itu dinamakan
Perkawinan.23
Adapun Syarat merupakan suatu yang mesti ada dalam perkawinan
dan merupakan salah satu bagian hakikat perkawinan tersebut, misalnya saja
syarat bahwa wali itu laki-laki, baligh, berakal ( tidak gila ), seorang muslim,
tidak sedang ihram, dan harus adil, ini menjadi penting karena disini selain
menjadi saksi pernikahan, wali mempunyai posisi atau hak penuh untuk
mengizinkan kedua mempelai itu boleh menikah atau tidak
Para ulama sepakat bahwa rukun dan syarat perkawinan itu terdiri dari
beberapa bagian, seperti:
a. Rukun Pernikahan
1) Adanya calon suami
2) Adanya calon isteri
Seperti yang sudah penulis utarakan sebelumnya bahwa sudah menjadi
ketetapan Allah bahwa manusia diciptakan di dunia ini
berpasang-pasangan, maksudnya adalah sebagai makhluk sosial, manusia jelas
membutuhkan teman hidup dalam masyarakat yang diawali dengan
membentuk keluarga sebagai unsur masyarakat terkecil. Seperti fiman
Allah SWT dalam surat Adz Dzariyat 51:49 yang berbunyi :
=
\ﺕ 7
9 o
^>J# G$
,
. ) \
0
123s4
6
23
Artinya : “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah “(QS. Adz Dzariyat/51: 49)
3) Adanya wali dari pihak calon perempuan
Aqad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang
akan menikahkan sang mempelai, karena wali mempunyai peranan
penting dalam pernikahan tersebut.
4) Adanya dua orang saksi
Pelaksanaan aqad nikah akan sah apabila ada dua orang yang
menyaksikan aqad nikah tersebut, sebagaimana Hadits Rasulullah
S.A.W, yang diriwayatkan oleh ad Daruquthny dari ‘ Aisyah, bahwa
Rasulullah S.A.W bersabda :
tQ] # GJ "! q X 7ﻥq
dQ<
,
K') Q n )
6
24
Artinya : “Tidak sah perkawinan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil”(HR.Daruquthny)
5) Sighat akad nikah, yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau
wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin pria.
Ini menunjukkan betapa penting dan berartinya kehadiran seorang
wali atau wakilnya, karena tanpa adanya wali atau wakilnya maka
tidak akan bisa berlangsung suatu pernikahan.
24
Kaitannya dengan pernyataan diatas, penulis ingin memaparkan
tentang adanya beberapa definisi wali yang ada dan fungsi dari wali-wali
tersebut :
1) Wali Mujbir
Merupakan wali yang dapat memaksakan suatu pernikahan kepada
anaknya, karena wali mujbir merupakan ayah,kakek atau seterusnya
yang masih berhubungan satu garis darah dengan pengantin wanita
2) Wali Nasab
Merupakan seorang pria yang masih mempunyai hubungan keluarga
dengan pengantin wanita yang masih satu garis darah dengan ayah dari
pengantin wanita (saudara laki-laki sebapak beserta keturunannya
yang laki-laki dan paman (kandung/sebapak) beserta keturunannya)
3) Wali Hakim
Merupakan orang yang ditunjuk untuk menjadi wali dengan
persetujuan dari kedua belah pihak, bisa dari KUA ataupun yang
lainnya, selama itu sudah disetujui oleh kedua belah pihak
b. Syarat – Syarat Pernikahan
Selain adanya lima rukun nikah yang sudah dijabarkan oleh
penulis, perkawinan juga mempunyai syarat yang harus dipenuhi oleh
kedua calon mempelai agar perkawinan itu sah dan tidak ada pihak yang
merasa dirugikan.
1) Syarat bagi mempelai laki-laki
a) Calon istrinya ini bukan mahramnya baik karena pertalian darah (
nasab ) maupun karena sepersusuan dan kekeluargaan.
b) Tidak beristeri empat;
c) Tidak dipaksa ( dengan kemauannya sendiri );
d) Tertentu orangnya baik laki-laki ataupun yang perempuan
e) Jelas ia seorang laki-laki ( tidak banci );
f) Mengetahui siapa calonnya isterinya;
g) Ia sedang tidak melaksanakan ihram;
h) Seorang muslim.25
2) Syarat bagi mempelai wanita
a) Calon suaminya itu bukan mahramnya baik karena sepertalian
darah (nasab) maupun karena sepersusuan dan hubungan
kekeluargaan.
b) Tidak atau bukan isteri orang lain;
c) Tidak dalam masa iddah dari suaminya;
d) Tidak dipaksa ( kemauan sendiri );
e) Seorang muslimah atau seorang ahli kitab ( perempuan Nasrani
atau yahudi );
f) Jelas ia seorang perempuan;
g) Tertentu orangnya;
h) Ia sedang tidak mengerjakan ihram;26
25
3) Syarat bagi wali nikah
a) Baligh;
b) Berakal ( tidak gila );
c) Laki-laki;
d) Seorang muslim;
e) Ia tidak sedang ihram;
f) Harus adil.27
4) Syarat-syarat saksi
a) Baligh;
b) Seorang muslim;
c) Laki-laki;
d) Merdeka;
e) Adil;
f) Tidak tuli;
g) Tidak buta;
h) Tidak bisu;
i) Mengerti maksud ijab qabul;
j) Tidak ghafil ( pikun);
k) Berakal baik ( tidak gila );
l) Tidak ditentukan jadi wali;28
26
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, ( Jakarta : PT. Dian Karya, 1986 ), h.32
27
Berikut firman Allah tentang betapa pentingnya kehadiran seorang
saksi dalam sebuah perkawinan :
=S( 7 )
Q9 # Q l*D dQ ! @9 $ N9 ( "]
> Q l
="ﺽ ﺕ
N = ﺕ
B$ (
9 ) ﻥ"7
,
P &
0
E
3
EuE
6
Artinya: “Dan adakanlah dua orang saksi dari saksi laki-laki kalanganmu, jika tidak ada dua orang laki-laki, maka cukup seorang laki-laki dan dua orang perempuan yang kamu sukai untuk menjadi saksi”. ( Q.S. Al-Baqarah/2:282 ).
X. Tujuan Pernikahan
Tujuan dari sebuah perkawinan atau pernikahan adalah terciptanya suatu
keadaan bersatunya dua insan yang berbeda yang tidak pernah mengenal satu
sama lainnya namun dapat bertemu dan bersatu dalam sebuah ikatan yang disebut
pernikahan, yang tentunya sesuai dengan perintah Allah yaitu untuk membina
sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah warrahmah serta dapat melahirkan
putra atau putri yang shalih atau shalihah dan berguna bagi bangsa dan
agamanya, serta mendapatkan rizqi yang berlimpah, karena sesuai dengan firman
Allah SWT :
. " l Zﺡ
Go
P K N
9I
9 &
> FG
, ++
d
= N<
0
5
3
41
6
Artinya: “Dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinggini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak...” ( Q.S. Ali Imran/3:14 )
28
Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 bahwa tujuan dari perkawinan
adalah untuk membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum
Islam ( KHI ), tujuan dari perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
Tujuan lain dari perkawinan dalam Islam ialah untuk memenuhi tuntutan
hajat tabiat kemanusiaan yaitu berhubungannya antara laki-laki dan wanita dalam
rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan rasa cinta kasih sayang
untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti
ketentuan syara’29
Ada beberapa tujuan dari disyariatkannya perkawinan atas umat Islam.
Diantaranya adalah :
1. Beribadah kepada Allah SWT
2. Melahirkan atau mendapatkan keturunan-keturunan yang sah yang mampu
melahirkan generasi yang akan datang yang mampu berguna bagi bangsa dan
agamanya.30 Hal ini tercantum dalam surat Al-Nisa ayat 1:
v
^PQﺡ
^hMﻥ
7
w\
7!) " ﺕ
9
) N
x!
o
> Fﻥ
, +++
> F
0
431
6
29
Moh.Idris Romulya, Hukum Perkawinan Islam : Suatu Analisis dari Undang-Undang no.1 tahun 1974 dan KHI, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1996 ), cet ke 1. h.27
30
Artinya : “ Wahai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan mu yang menjadikan kamu dari diri yang satu dari pada Allah menjadikan istri-istri dari keduanya Allah menjadikan anak keturunan yang banyak, laki-laki dan perempuan”. (QS. Al-Nisa/4:1)
Keinginan untuk melanjutkan keturunan merupakan naluri atau
garizah umat manusia bahkan juga garizah bagi makhluk hidup yang
diciptakan Allah. Untuk maksud itu Allah menciptakan bagi manusia nafsu
Syahwat yang dapat mendorongnya untuk mencari pasangan hidupnya untuk
menyalurkan nafsu syahwat tersebut. Dan untuk menyalurkan nafsu syahwat
tersebut secara sah dan legal adalah melalui lembaga perkawinan, karena
Allah akan sangat membenci apabila ada manusia yang melakukan penyaluran
syahwatnya secara tidak legal atau tidak sah baik menurut agama maupun
negara, atau yang biasa disebut atau dikenal dengan nama zina atau berzina.
3. Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup dan
rasa kasih sayang, serta menjadi keluarga yang sakinah mawaddah
warrahmah, baik itu di dunia maupun di akhirat
4. Untuk menjaga diri dari pandangan mata dari segala sesuatu yang berbau
maksiat dan sebagainya, juga mencegah terjadinya perzinahan yang sangat
dibenci oleh Allah SWT.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim :
D @9 < e $ﺹ e d"D)
d ' ;" F
! e Q&< <
3
H &l
l
P> & 7 T K*D
:ﺡ
B>
@ @ﻥS( j": ! @9 ( CK*F
i M
,
n )
F t) r&
6
31
Artinya : “Dari Abdullah bin Masud r.a ia berkata : Rasulullah bersabda kepada kami : “ hai kaum pemuda, apabila diantara kaum kuasa untuk kawin, hendaklah ia kawin, sebab kawin itu lebih kuasa untuk menjaga mata dan kemaluan : dan barang siapa tidak kuasa hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu penjaga baginya.
(HR.Bukhori dan Muslim)
Sedangkan menurut M.Yunus, yang menjadi tujuan dari sebuah
perkawinan adalah menuruti perintah Allah untuk memperoleh ketentraman yang
sah dalam masyarakat dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.32
Y. Hikmah Pernikahan
Sayyid Sabiq menyatakan ada beberapa hikmah yang bisa di dapatkan dari
sebuah pernikahan, antara lain sebagai berikut : 33
1. Menikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi
mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta
memelihara nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan
2. Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana
hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan ramah, cinta dan
31
Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, terj. H. Moh. Rifai dan Al-Quasasy Misbah, ( Semarang: Wicaksono, 1989 ), h. 356
32
M.Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, ( Jakarta : CV. Al-Hidayah, 1964), h.48
33
sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan
seseorang.
3. Menimbulkan rasa tanggung jawab di antara suami isteri, baik sebagai
pasangan ataupun sebagai orang tua.
4. Mempererat tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta di
antara keluarga
5. Naluri seks merupakan naluri yang paling kuat yang selamanya menuntut
jalan keluar. Bilamana jalan keluar tidak dapat memuaskannya maka
banyaklah manusia yang mengalami goncangan dan kekacauan serta
mengambil jalan pintas ( kejahatan ). Dengan menikah merupakan jalan
terbaik untuk melampiaskan naluri tersebut, dan membuat diri memiliki
pribadi yang baik, jiwa yang tenang, mata terpelihara, dan perasaan tenang.
Sedangkan Ali Ahmad Al-Jurjawi mempunyai pendapat bahwa
sebenarnya hikmah-hikmah perkawinan itu banyak sekali, diantaranya sebagai
berikut :34.
1. Untuk memperoleh ketentraman dan ketertiban hidup.
2. Untuk memberi kehidupan yang lebih layak, lebih makmur pada kehidupan
masing-masing, karena laki-laki dan perempuan adalah dua sekutu yang
berfungsi memakmurkan dunia masing-masing dengan ciri khasnya berbuat
dengan berbagai macam pekerjaan.
34
3. Sesuai dengan tabiatnya, manusia itu cenderung mengasihi orang yang
dikasihi. Adanya istri bisa menghilangkan kesedihan dan ketakutan. Istri
berfungsi sebagai teman dalam suka dan penolong dalam mengatur
kehidupan. Istri berfungsi untuk mengatur rumah tangga yang merupakan
sendi penting bagi kesejahteraannya. Seperti firman Allah dalam surat
al-A’raf ayat 189:
9
7F9
o
$
^PQﺡ ^hMﻥ
7
w\ "]
+++
,
{ <q
0
4u23|
6
Artinya : “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang
kepadanya….”(QS. Al-A’raf/7:189)
Dari firman Allah tersebut, membenarkan firman atau ayat-ayat dari yang
telah penulis uraikan sebelumnya, bahwa memang benar sudah menjadi ketetapan
Allah kepada manusia atau para umatnya bahwa di bumi ini mereka memang
diciptakan secara berpasang-pasangan, ini dibuktikan dengan diciptakannya Siti
Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam yang mengartikan bahwa pasangan suami
istri bukan hanya untuk melengkapi satu sama lain namun juga merupakan
pasangan jiwa yang kekal dan abadi, walaupun kadang ada yang sudah menikah
bertahun-tahun namun pada akhirnya mereka bercerai, banyak hal yang dapat
menyebabkan sebuah perceraian, mulai dari sudah tidak adanya kecocokan antar
pasangan, atau ada juga pasangan yang mengatakan bahwa jodoh mereka sudah
habis, alasan tersebut masuk diakal karena seperti yang sudah kita ketahui
hanyalah Allah semata, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan sebuah landasan
dibolehkannya sebuah perceraian, karena Allah sendiri sangat membenci
perceraian.
Kesimpulannya adalah kesadaran untuk menjaga sebuah pernikahan tidak
hanya bergantung dengan istilah yang mengatakan bahwa si pasangan adalah
jodoh saya atau jodohnya sudah habis, karena selain campur tangan Allah yang
mempertemukan mereka, dibutuhkan kesadaran penuh pada diri
pasangan-pasangan tersebut bahwa dengan dipertemukannya mereka ada rencana indah
Allah untuk menyatukan mereka dan mereka wajib untuk menjaga rencana indah
tersebut dengan segenap hati dan jiwa mereka hingga mereka bisa membangun
keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah sampai akhir hayat, dan dapat
memberikan atau melahirkan putra dan putri yang shalih dan shalihah, yang
dapat mensyiarkan agama Allah kepada generasi-generasi yang akan datang,
menjadi suri tauladan yang baik, dan dapat berguna bagi bangsa dan terutama
BAB III
DESKRIPSI UMUM TENTANG DESA CIJUREY SUKABUMI JAWA BARAT
I. Kondisi Geografis dan Sosial
Desa Cijurey berada di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, yang memiliki
landskap lereng dan berada di punggung bukit dengan topografi yang datar.
Jumlah penduduk keseluruhan adalah + 101.100 jiwa, dengan perincian laki-laki
dewasa sebanyak + 45495 jiwa, perempuan dewasa berjumlah + 50550 jiwa dan
anak-anak berjumlah + 15165 jiwa.
Berada di lereng bukit, masyarakat didesa ini mayoritas adalah petani
sebanyak + 45495 ( 45 % ) dan pedagang + 20220 ( 20 % ), sisanya merupakan
pengangguran atau dengan pekerjaan tidak tetap, serta masih dalam tahap
pendidikan.35
Masyarakat desa Cijurey terdiri dari berbagai etnis. Mayoritas adalah etnis
Sunda + 6066 jiwa ( 60 % ), etnis-etnis lain sebagai minoritas terdiri dari etnis
Jawa + 1011 jiwa ( 10 % ), Melayu + 2022 jiwa ( 20 % ) dan kumpulan etnis yang
berasal dari wilayah Indonesia Timur + 1011 jiwa ( 10 % ).
Dari segi pendidikan, masyarakat desa Cijurey sudah memiliki kesadaran
untuk menempuh jenjang pendidikan yang tinggi atau sekurang-kurangya sampai
35
dengan tingkat menengah atas. Berdasarkan data yang penulis dapat bahwa +
15165 jiwa ( 15 % ) penduduk sudah memiliki ijazah S1, sementara + 40440 ( 40
% ) sudah atau sedang menempuh pendidikan tingkat menengah atas ( SLTA ).
Sedangkan sisanya masih dalam tahap pendidikan tingkat menengah pertama
( SLTP ), sedangkan sisanya Sekolah Dasar dan juga yang tidak sekolah sama
sekali.
Dari segi Agama, mayoritas penduduk di desa Cijurey adalah Agama
Islam + 70770 jiwa ( 70 % ), Kristen + 20220 jiwa ( 20 %) dan Hindu-Budha
+10110 jiwa ( 10 % ). Meski begitu, walaupun penduduk ddesa Cijurey mayoritas
beragama Islam dan sudah mempunyai latar belakang pendidikan yang bagus,
namun para penduduk di desa ini masih cenderung percaya kepada adat istiadat
atau ajaran dari leluhur dan nenek moyang mereka tentang agama kepercayaan
atau adat istiadat yang ada pada zaman leluhur atau nenek moyang mereka. Hal
inilah yang melandasi banyaknya praktik atas nama tradisi yang dianggap syar’i
oleh masyarakat luas khususnya oleh penganut Agama Islam di desa tersebut.
J. Tata Cara Pernikahan Masyarakat Desa Cijurey
Seperti yang telah penulis utarakan di atas bahwa para penduduk desa
Cijurey atau masyarakat sunda masih sangat kental dalam menjalankan tradisi
yang ada di desa mereka, khususnya dalam hal Pernikahan. Bahkan mereka
uraikan pada bab sebelumnya, Pernikahan dalam adat sunda di bagi menjadi dua,
diantaranya sebagai berikut :
a. Pernikahan Biasa
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di negara ini.
b. Pernikahan Diam-Diam
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan adat istiadat atau
tradisi yang berlaku di daerah tersebut. Dalam pernikahan ini terbagi menjadi
beberapa macam jenis pernikahan atau perkawinan, yaitu: 36
a. Kawin Gantung
Kawin yang ditangguhkan, baik itu kawinnya itu ditangguhkan maupun
cara bergaulnya. Maksudnya disini adalah, adanya kesepakatan dari kedua
orang tua dari dua orang anak kecil yang berlainan jenis ( laki-laki dan
perempuan ) yang mana kedua orang tua tersebut mempunyai rencana
apabila dua orang anak kecil tersebut ( laki-laki dan perempuan ) sudah
dewasa, mereka akan menyatukan kedua anak kecil tersebut kedalam
sebuah ikatan pernikahan, kesepakatan ini dilakukan ketika kedua anak
kecil tersebut masih kecil dan belum mengerti akan arti dari sebuah
pernikahan, kesepakatan ini hanya dilaksanakan oleh kedua orang tua dari
anak kecil tersebut dan disaksikan oleh sanak saudara dari kedua belah
36
pihak yang diikuti oleh acara selamatan sekedarnya saja, tanpa perlu
dihadiri oleh petugas dari KUA.
b. Kawin Ngarah Gawe
Perkawinan yang dilakukan antara anak perempuan yang belum dewasa
dan belum akil balig dengan seorang lelaki dewasa, yang sesudah
perkawinan dilangsungkan pengantin wanita wajib mondok atau tinggal di
rumah mertuanya. Karena pengantin perempuannya belum balig, maka
tidak dibolehkan adanya hubungan suami istri antara pengantin
perempuan dan pengantin laki-laki. Tujuan sebenarnya dari adanya
perkawinan ini adalah sang mertua menjadikan sang menantu sebagai
tenaga pembantu ( Ngarah Gawe ) baik itu untuk membantu dirumah
ataupun di kebun, karena tujuan awal dari diadakannya perkawinan ini
adalah agar sang mertua mempunyai tenaga pembantu baik untuk dirumah
ataupun di kebun, tanpa harus memberikan upah atau gaji kepada
menantunya.
c. Kawin Pendok ( Keris )
Perkawinan yang dilakukan oleh orang yang sudah beristri. Maksudya
adalah, seorang suami yang ingin mempunyai istri lagi tapi tidak mau
diketahui oleh istri pertamanya, cara yang dilakukan agar tidak diketahui
oleh istri pertamanya adalah, laki-laki tersebut tidak datang sendiri
ketempat calon istrinya dan melangsungkan akad nikah bersama,
membawa sebuah pendok (keris) milik dari laki-laki tersebut, jadi yang
melakukan ijab qabul di depan penghulu atau KUA adalah sang wakil
namun dengan membawa pendok (keris) tersebut, ini sebagai tanda bahwa
dia hanya mewakili pernikahan tersebut. Ada 2 alasan kenapa bisa terjadi
perkawinan semacam ini, Pertama ; Karena mempelai pria menjaga
martabatnya ( gengsi ) karena harus menikah dengan wanita yang tidak
selevel dengannya, Kedua; Menjaga agar jangan sampai pernikahan
tersebut diketahui baik oleh istri, keluarga ataupun orang banyak.
d. Kawin Sembunyi
Perkawinan yang dilangsungkan oleh suami yang sudah beristri, namun
ingin menikah lagi tanpa diketahui oleh istri sebelumnya, ini sama dengan
perkawinan pendok ( keris ) hanya bedanya pengantin pria datang sendiri
untuk melangsungkan perkawinan tanpa harus menggunakan wakil.
e. Kawin dengan Pria Pendatang
Perkawinan yang dilangsungkan oleh orang tua sang gadis kepada pria
pendatang, tamu atau perantau dari daerah lain.
f. Ditarik Kawin
Khusus Untuk Ditarik Kawin ada 2 Persepsi:
1) Ditarik Kawin I
Perkawinan yang dilakukan karena dorongan atau adanya desakan dari
kedua orang tua calon pengantin, khususnya orang tua pengantin
yang terjalin sudah cukup lama namun belum juga diresmikan, apabila
sang pengantin pria atau orang tuanya belum mampu secara materi,
maka orang tua dari pengantin wanita siap menganggung semua biaya
pernikahan dan segala resikonya asalkan pernikahan tersebut bisa
segera dilangsungkan.
2) Ditarik Kawin II
Perkawinan yang dilangsungkan karena sudah terjadi kehamilan
sebelum menikah, akibat dari sudah terlalu lama bergaul atau
berhubungannya kedua pasangan tapi belum juga menikah, pernikahan
ini diminta oleh orang tua perempuan kepada orang tua laki-laki
sebagai bentuk tanggung jawab. Perkawinan ini biasanya dilakukan
tanpa adanya resepsi atau berlangsung biasa-biasa saja karena orang
tua dari kedua pengantin malu.
g. Kawin Kias
Menurut adat perkawinan ini juga disebut kawin tamba karunghal.
Digunakan istilah kawin kias karena kawinnya itu merupakan kiasan agar
adiknya tida kawin mendahului kakaknya.
h. Kawin Panyela
Perkawinan yang menggunakan orang ketiga. Perkawinan ini dilakukan
oleh suami yang telah mentalak istriinya dengan talak tiga, namun ingin
rujuk kembali dengan istrinya, oleh karena itu sang istri harus menikah
tersebut harus menceraikan sang wanita, agar dapat menikah lagi dengan
suaminya, oleh karena itu orang lain tersebut adalah orang dari suruhan
suami. Untuk seluruh biaya perkawinan, orang lain tersebut yang
membayar, namun orang lain tersebut mendapatkan upah atau bayaran
dari sang suami, jadi setelah habis masa iddahnya sang suami bisa
langsung menikah lagi dengan mantan istrinya
i. Kawin Tua Sama Tua
Perkawinan yang dilakukan oleh duda yang sudah tua dengan janda yang
sudah tua pula.
j. Nyalindung Ka Gelung
Perkawinan Nyalindung Ka Gelung yang menurut bahasa Indonesia
adalah berlindung di ( bawah ) sanggul. Artinya adalah seorang suami
yang menikahi istrinya, namun sang istri lebih kaya dan mempunyai
kemampuan lebih daripada suaminya, oleh karena itu di pribahasakan
berlindung di bawah sanggul ( istrinya )
k. Manggih Kaya
Perkawinan ini adalah kebalikan dari Nyalindung Ka Gelung, yaitu
Perkawinan antara lelaki yang kaya dengan perempuan yang miskin, bagi
perkawinan ini juga tidak ada syarat yang nyata, ini hanya pendapat
dilingkungan hukum yang berlaku disana, bila perkawinan dapat disebut
demikian.
Maksudnya adalah Perkawinan yang terjadi apabila sang pengantin
menikah dengan bekas adik istrinya atau adik bekas suaminya
m. Kawin Unggah Karanjang
Ini kebalikan dari Kawin Turun Karanjang, yaitu Perkawinan yang terjadi
apabila sang pengantin menikah dengan kakak mantan istrinya atau kakak
mantan suaminya.
Tidak hanya ada pengspesifikasian terhadap Pernikahan, namun ada juga
beberapa upacara kebudayaan yang mewarnai pernikahan kedua calon mempelai,
rangkaian demi rangkaian upacara adat ini harus dilakukan bagi kedua mempelai
baik dilakukan sebelum ataupun dalam proses pernikahan mereka. Berikut adalah
Tata Caranya :37
2. Nendeun Omong.
Pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting
seorang gadis.
2. Lamaran
Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai
seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara
3. Tunangan.
Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna
pelangi atau polos kepada si gadis.
4. Seserahan ( 3-7 hari sebelum pernikahan )
37
Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot
dapur, makanan, dan lain-lain.
5. Ngeuyeuk Seureuh.
Dilakukan sebelum melakukan seserahan ,diserahkan 3-7 hari sebelum
pernikahan, apabila tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat
sebelum akad nikah.
6. Membuat Lungkun.
Dua lembar daun sirih bertangkai saling dih