KELAS VIII DI SMP NEGERI 03 TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Sri Fatmawati NIM: 106011000184
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN AKHLAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI O3
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
SRI FATMAWATI 106011000184
Di bawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi Tanenji, MA
NIP : 19690206 199503 2 001 NIP : 19720712 19980 1 004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi Sri Fatmawati (106011000184) yang berjudul “Hubungan antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Akhlak Siswa Di SMP
Negeri 03 Tangerang Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 22 Maret 2011 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.i) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 22 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Jurusan PAI
Bahrissalim, M.Ag ……… ..………..
NIP. 19680307 199803 1 002
Sekretaris Jurusan PAI
Drs. Sapiudin Sidiq, MA ..…………. ..………..
NIP. 19670328 200003 1 001
Penguji I
Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag .……… ………... NIP. 19580918198701 2 001
Penguji II
Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi ……… ……….. NIP. 19530813198003 2 001
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Fatmawati
Tempat / Tgl Lahir : Bekasi / 24 Desember 1986
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Hubungan antara Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan Akhlak Siswa kelas VIII SMP Negeri
03 Tangerang Selatan
Dosen Pembimbing : 1. Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi
2. Tanenji, MA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 2 Maret 2011
SRI FATMAWATI
i
Agama Islam dengan Akhlak Siswa (Studi Penelitian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 03 Tangerang Selatan). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Akhlak bagi para remaja khususnya siswa SMP merupakan permasalahan yang harus ditangani secara serius. Anak yang tidak memiliki dasar agama atau aqidah Islam sejak kecil mudah terjerumus pada perbuatan dosa dan maksiat. Keadaan semacam ini juga dapat menjadi penyebab utama kemerosotan moral, pergaulan bebas, penggunaan obat-obat terlarang, pemerkosaan, pembunuhan dan berbagai bentuk kejahatan yang kebanyakan dilakukan oleh generasi yang kurang pemahamannya tentang isi ajaran Al-Qur’an, kurangnya pendidikan agama serta pembinaan akhlak. Untuk mengembalikan citra remaja menjadi lebih baik maka salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pembinaan dalam pembentukkan akhlak remaja. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat membatasi masalah yaitu Pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi: Keimanan, Fiqh, Akhlak dan Sejarah/Tarikh. Akhlak siswa terdiri dari beberapa indikator, yaitu: Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama, akhlak terhadap orang tua dan akhlak terhadap lingkungan. Rumusan masalah yaitu apakah ada hubungan yang signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan akhlak siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan. Tekhnik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tekhnik angket (Questionnaire) bentuk skala Likert. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 40 siswa. Variabel penelitian terdiri dari 2 kategori yaitu pembelajaran pendidikan agama Islam dan akhlak, yang mana variabel tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk mengetahui derajat hubungan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan akhlak siswa. Berdasarkan hasil analisa data dengan korelasi Pearson Product Moment diperoleh hasil nilai r hitung = 0,810, r tabel = 0,304 dengan df = 40 dan dengan perhitungan Coefficient of Determination diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 66 % dan hasil t hitung = 14,51. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan akhlak siswa kelas VIII SMP Negeri 03 Tangerang Selatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akhlak yang terdapat dalam diri siswa dapat ditingkatkan dengan adanya pelatihan dan pengembangan pembentukan akhlak.
ii
KATA PENGANTAR
ِمــــْسِب
ِهــّللا
ِنــَمْحَّلا
ِمــــيِحَّلا
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Kiranya tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain
Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah sebagai manifestasi rasa syukur kita kehadirat
Illahi Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu mahal harganya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Hubungan antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Akhlak Siswa (Studi Penelitian
siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan”. Shalawat salam semoga senantiasa tercurah pada baginda Nabi Muhammad saw yang dengan kecerdasan
dan kesabarannya mampu mendobrak kejahiliyahan manusia.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak.
Ucapan terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Bapak Drs.
Sapiudin Shidiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah diberikan untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa.
3. Ibu Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi selaku pembimbing I. Terima kasih tak
terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu dan waktu, berbagi pengalaman
hidup sehingga penulis dapat mengambil hikmah dari semuanya.
4. Bapak Tanenji, M.A selaku pembimbing II. Terima kasih telah menjadi
pembimbing dalam berbagi ilmu kepada penulis. Semoga semuanya
iii
memberikan arahan dan bimbingan hidup kepada penulis.
6. Kepada Bapak (H. Saman), Ema (Aliyah). Terima kasih atas
pengorbanan baik dari segi moril maupun materil yang telah engkau
berikan kepada anakmu ini, tanpa kalian aku bukan apa-apa.
7. Kakak serta adik-adikku tercinta (Maman Fathurrahman beserta istri,
Nur Latifah, Muhammad Kahfi, Fifih Lutfiyah, Ahmad Hafidz dan
keponakan ku M. Ezza Fathurrahman) yang selalu memberikan motivasi
bagi penulis untuk dapat menghadapi segala cobaan dengan hati yang
lapang dan yang selalu menghibur dikala sedih.
8. Sahabat-sahabat ku tercinta MIQISYA (Suhaimi, Siti Marqiyah n
Syaidah) Sahabat Sejati yang selalu menemaniku di setiap suka maupun
duka. Kehadiran kalian selama ini telah mewarnai hidupku.
9. Teman seperjuangan PAI E yang tidak disebutkan satu persatu. Terima
kasih atas bantuan dan keakraban selama masa perkuliahan yang kita
lalui selama ini.
10. Teman kosan (Aniah, Maryam n Yolan) terima kasih atas doa dan
dukungannya.
Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang
berguna bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 26 Februari 2011
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ...7
D. Perumusan Masalah ...7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian... 7
2. Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran ... 8
2. Tekhnik Pembelajaran ... 9
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 12
4. Ruang lingkup ... 13
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 14
6. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 16
7. Standar kompetensi lulusan (SKL) ... 17
8. Materi-materi Pendidikan Agama Islam ... 19
B.Akhlak 1. Pengertian Akhlak ... 21
v
5. Metode Pembinaan Akhlak ... 29
6. Manfaat Akhlak Yang Mulia ... 31
C. Kerangka Berfikir ... 32
D. Pengajuan Hipotesis ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
B. Metode Penelitian ... 35
C. Variabel Penelitian ... 36
D. Populasi dan Sampel ... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ... 37
F. Teknik Pengolahan ... 39
G. Analisa Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Hasil Data Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 44
2. Hasil Data Akhlak Siswa ... 47
3. Deskripsi Data Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Akhlak Siswa ... 50
4. Interpretasi Data ... 51
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
vi
[image:10.595.118.527.80.472.2]DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Penilaian Angket ... 38
Tabel 2. Kisi-Kisi Quisioner ... 39
Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai “r” ... 42
Tabel 4. Deskripsi Data Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 44
Tabel 5. Penggolongan Tingkat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa ... 46
Tabel 6. Skor Skala Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 46
Tabel 7. Deskripsi Data Akhlak Siswa ... 48
Tabel 8. Penggolongan Tingkat Kualitas Akhlak Siswa ... 49
Tabel 9. Skor Skala Akhlak Siswa ... 49
vii
Gambar 1. Skor Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa ... 47
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu agenda penting nasional dalam rangka
penciptaan dan peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas yang terus
menerus dilaksanakan. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional
perlu dilakukan pembenahan dalam unsur yang terkait dengan pendidikan, di
antaranya penyediaan buku-buku pelajaran, sarana dan prasarana, pembinaan
tenaga guru yang profesional, serta perbaikan kurikulum sekolah.
Mutu pendidikan sangat penting dalam rangka peningkatan peradaban
dan pembangunan bangsa di masa depan seperti tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1, yang berbunyi:
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu
mewujudkan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, serta mampu
1
menciptakan program pendidikan yang dapat meningkatkan prestasi para
peserta didik.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang melatih siswa untuk
membangun manusia menjadi insan kamil, sehingga perilaku mereka dalam
kehidupan, langkah-langkah dan keputusan mereka diatur oleh nilai-nilai etika
Islam yang sangat dalam dirasakan.
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah suatu proses yang
mengarah terhadap pembentukkan akhlak atau kepribadian yang mulia
berdasarkan nilai dan norma-norma agama, untuk mencapai hidup seorang
muslim yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah swt.
Pendidikan agama Islam mempunyai andil besar dalam mewujudkan
sebagian dari tujuan pendidikan nasional pasal 2 dan 3 undang-undang sistem
pendidikan nasional yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”2
Akhlak merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
islami. Akhlak merupakan aset seseorang dalam berinteraksi dengan
sesamanya, akhlak juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang ada
dalam kehidupan ini, ia juga mengatur hubungan manusia dengan khalik-Nya.
Umar Muhammad Al-Thoumy dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam”, menerangkan bahwa akhlak menurut pengertian Islam adalah satu dari hasil Iman dan ibadah. Iman dan ibadah manusia tersebut tidak sempurna
3
kecuali timbul dari akhlak yang mulia dan muamalah yang baik terhadap
Allah swt dan makhluknya.3
Masalah akhlak dan pembinaannya dalam kemajuan tekhnologi modern
ini semakin penting dan mendesak untuk dikaji dan diperlukan kumpulan
fakta-fakta yang menunjukkan bahwa kemajuan tekhnologi tersebut membawa
dampak negatif disamping membawa dampak positif terhadap peradaban
manusia.
Dengan kata lain, apabila seseorang akhlaknya baik maka akan baik pula
sifat dan perilakunya, sebaliknya jika rusak akhlaknya maka akan rusak pula
sikap dan perilakunya. Akhlak buruk menjadi musuh Islam yang utama karena
misi Islam pertama-tama untuk membimbing manusia agar berakhlak mulia.
Untuk itu Islam sangat memerangi akhlak yang buruk. Dan kedudukan akhlak
dalam kehidupan manusia mempunyai posisi yang sangat penting, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, jatuh bangunnya suatu
bangsa tergantung pada keadaan akhlak masyarakat atau warga negaranya,
dan juga sebaliknya jika akhlaknya buruk, maka rusaklah negara tersebut.
Kemerosotan akhlak tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, akan
tetapi pada anak-anak sampai tingkat remaja yang kemudian diharapkan dapat
menjadi penerus bangsa, pembela tanah air dan negaranya. Belakangan ini
banyak mendengar keluhan orang tua, ahli pendidikan, serta orang-orang yang
berkecimpung didalam dunia pendidikan agama dan sosial, tentang
kemerosotan akhlak anak didik.
Begitu pentingnya akhlak dalam Islam, sehingga masalah akhlak ini
dibahas begitu banyak dalam Al-Qur’an, baik dari segi teori maupun praktis, dan diantaranya ayat yang mengatur dan membicarakan tentang akhlak adalah
terdapat dalam surat Al-Lukman ayat 19 yang berbunyi :
ِدِصْقاَو
يِف
َكِيِشَم
ِضُضْغاَو
ِنِم
َكِتِوَص
َِّإ
َرَكِنَأ
ِتاَوِصَأْلا
ُتِوَصَل
ِرِمَحْلا
3
Artinya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
Rasulullah saw adalah orang yang sangat mulia akhlaknya, sehingga
Allah memujinya di dalam firman-Nya yang terdapat dalam surat al-Qolam
ayat 4 yang berbunyi :
ٍ
Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Ayat di atas relevan sekali dengan misi Nabi Muhammad saw diutus
Allah ke dunia. Sebagaimana sabda Nabi :
Artinya : “Dari Muhammad bin Ijlal dan Qo’qo bin Hakim dari Abi Shaleh
dari Abi Hurairah r.a berkata : Sesungguhnya aku diutus ke dunia ini adalah
untuk menyempurnakan akhlak manusia”. (H.R Ahmad)4
Hadis Nabi tersebut menggambarkan tentang pentingnya posisi akhlak
dalam agama Islam. Sehingga tidak aneh jika Fazlur Rahman seorang
cendekiawan muslim Pakistan mengatakan bahwa : Islam pada dasarnya
adalah agama akhlak (moral) sebelum kemudian menjadi agama fiqih (hukum)
dan agama lainnya.5
Pembahasan akhlak ini juga menjadi pembahasan penting dalam
pendidikan Islam, karena perubahan hasil belajar bukan hanya aspek
pengetahuan atau kognitif saja, melainkan juga aspek moral atau akhlak
(afektif). Perubahan yang dipandang sebagai unsur yang bersifat positif dalam
4
Imam Akhmad, Musnad Imam Akhmad, jilid II(Beirut : Dar al-Fikr, tth), h. 381
5
5
dunia pendidikan.6 Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku
manusia meliputi bentuk kemampuan yang menurut Taksonomi Bloom dan
kawan-kawannya diklasifikasikan kedalam tiga domain yaitu :(1). Domain
kognitif, (2). Domain afektif (3). Domain psikomotorik.
Dalam sumber hukum Islam Al-Qur’an dan Hadist banyak disebutkan tentang urgensi dan signifikansi pendidikan seperti firman Allah swt dalam
surat al-Mujadilah 58 : 11.7
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Demikian pentingnya kedua bidang tersebut sehingga dapat dikatakan
bahwa pendidikan akhlak merupakan inti dari pendidikan dalam pandangan
Islam. Hal ini bisa diketahui dari pendapat al-Abrasy pakar pendidikan Islam
tentang tujuan umum pendidikan Islam, yang menyimpulkan lima tujuan
umum pendidikan Islam diantaranya : menempatkan pembentukan akhlak
yang mulia terdapat pada urutan pertama dari tujuan tersebut. Pandangan
serupa dikemukakan oleh Nur Uhbiyati bahwa pendidikan akhlak adalah inti
6
pendidikan Islam, dan mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan
pendidikan Islam yang sebenarnya.8
Melihat fenomena saat ini banyak sekali remaja yang bertindak anarkis
dan tidak disiplin seperti adanya tawuran, aksi corat-coret dinding, merokok,
dan lain sebagainya. Hal tersebut sangat memperihatinkan, oleh karenanya
sekolah sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap anak didik perlu
adanya penanganan yang serius dengan memberikan nilai-nilai agama,
menyadarkan mereka bahwa pendidikan agama penting untuk masa depan
menjadi lebih baik.
Para guru pendidikan yang profesional dan secara implisit telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab orang tua siswa. Hal
ini dimaklumi karena di saat orang tua mengerahkan anak-anaknya ke sekolah
berarti sekaligus melimpahkan sebagian tanggung jawabnya ke sekolah.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk lebih jauh meneliti
sejauhmana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat Berhubungan dengan
Akhlak Siswa, oleh karena itu peneliti mengambil tema “Hubungan Antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Akhlak Siswa (Studi Penelitian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 03 Tangerang Selatan”).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah, di antaranya sebagai berikut:
1. Pembelajaran pendidikan agama Islam belum terkait dengan pembentukan
akhlak siswa.
2. Pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa
belum sepenuhnya diterapkan oleh pendidik dalam lingkungan sekolah.
8
7
3. Kurang diperhatikannya akhlak siswa dalam bermasyarakat di lingkungan
sekolah, seperti tidak membiasakan berperilaku sopan santun terhadap
guru.
4. Sebagian pendidik belum memberikan pembinaan yang lebih serius
terhadap akhlak siswa di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Setelah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang ada, maka penulis
membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi : Keimanan, Fiqh, Akhlak
dan Sejarah/Tarikh.
2. Akhlak siswa terdiri dari beberapa indikator, yaitu: Akhlak terhadap Allah
swt, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama, akhlak terhadap
orang tua, dan akhlak terhadap lingkungan.
D. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diidentifikasi dan
dibatasi di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah ada Hubungan yang Signifikan antara Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan Akhlak Siswa?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan akhlak siswa.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan akhlak siswa
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang.
b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan.
c. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak sekolah dalam upaya
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan
mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Belajar adalah mengalami. Mengalami berarti menghayati
sesuatu yang actual. Penghayatan akan menimbulkan respon-respon
tertentu dari pihak peserta didik. Pengalaman yang berupa pelajaran akan
menghasilkan perubahan (pematangan, pendewasaan) pada tingkah laku,
perubahan di dalam sistem nilai, di dalam pembendaharaan konsep-konsep
(pengertian), serta di dalam kekayaan informasi.1 Sebagaimana hal yang
disebutkan oleh Nababan bahwasannya arti pembelajaran adalah
nominalisasi proses untuk membelajarkan. Seharusnya pembelajaran
bermakna proses membuat atau menyebabkan orang lain belajar.
Adapun menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
1
mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam
sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materi
meliputi buku-buku, papan tulis dan lainnya. Fasilitas dan perlengkapan
terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya.2
Pembelajaran disebut juga sebagai proses prilaku dengan arah positif
untuk memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang
ditemui oleh individu, kelompok dan komunitas.3
Dari definisi-definisi yang ada, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses belajar mengajar
yang melibatkan banyak komponen baik dari segi material, sumber daya
manusia, fasilitas-fasilitas yang mendukung dan lingkungan untuk
mencapai sebuah tujuan yaitu perubahan tingkah laku positif untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada baik bersifat personal,
ekonomi atau bidang-bidang lainnya, karena belajar adalah sebuah
pengalaman yang dialami secara langsung atau tidak langsung oleh
seorang individu.
2. Tekhnik Pembelajaran
Tekhnik penyajian pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang
cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru yang dikuasai guru untuk
mengajar atau penyajian bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
agar pelajaran tersebut dapat dipahami, ditangkap, dan digunakan oleh
siswa dengan baik.
a. Appersepsi
Memancing perhatian ini dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan berbagai uraian dan penjelasan yang diberikan
oleh guru dengan latar belakang kehidupan para siswa. Berbagai
pengalaman yang mereka alami ini dapat dihubungkan dengan
pelajaran yang diberikan, sehingga pelajaran yang diberikan itu
2
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 57
3
11
akan mendapat tanggapan dan umpan balik yang menarik.
Pengalaman peserta didik mengenai bahan pelajaran yang telah
diberikan merupakan bahan appersepsi yang dimiliki anak didik.
b. Menggunakan Media dan Alat Pengajaran yang Cocok
Untuk mengatasi keadaan yang demikian dapat dilakukan
antara lain dengan menggunakan alat bantu media dan alat
pengajar yang cocok. Berbagai macam media dan alat pengajar
dengan berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam
memilih media dan peralatan pengajaran, maka suasana
pembelajaran akan lebih aktif, menggairahkan, dan menyenangkan.
c. Penggunaan Bentuk Motivasi
Motivasi akan terus diupayakan sehingga kondisi belajar
mengajar berada dalam kondisi stabil.
d. Memberikan Nilai
Pemberian nilai atau angka pada setiap hasil pengajaran
adalah merupakan salah satu alat untuk menumbuhkan umpan
balik belajar yang baik.
Angka yang diberikan oleh guru kepada para siswa
sebagaimana tertuang dalam raport adalah merupakan gambaran
dari hasil kerja keras yang dilakukan oleh peserta didik. Oleh
karena itu, pemberian angka harus dilakukan secara adil, objektif
dan bijaksana, sehingga para siswa tidak merasa dirugikan dengan
angka yang diberikan itu. Keadaan siswa yang tidak jujur, dalam
mendapatkan angka-angka tersebut harus ditertibkan dan ditindak
secara adil dan bijaksana, sehingga tidak merugikan mereka yang
mendapatkan angka atas hasil kerja keras, serta tidak menurunkan
gairah belajar mereka yang tekun dan rajin.
e. Pemberian Hadiah
Hadiah yang diberikan harus benar-benar dapat mendukung
penciptaan suasana belajar mengajar yang menggairahkan. itu,
beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1). Dilakukan secara
obyektif, yakni benar-benar diberikan kepada orang yang berhak
dan layak menerimanya yang didasarkan pada prestasi dan nilai
yang dicapai secara obyektif; 2). Tidak menimbulkan dampak
psikologis yang tidak baik, seperti mau belajar karena adanya
hadiah, dan tidak mau belajar karena tidak adanya hadiah; 3).
Diupayakan tidak menjadi sesuatu yang bersifat rutin, melainkan
bersifat kejutan, karena sesuatu yang sudah berlangsung secara
rutin menyebabkan sesuatu itu tidak menarik lagi.
f. Pemberian Pujian
Pemberian pujian juga merupakan salah satu bagian dari
alat yang digunakan untuk menumbuhkan minat dan gairah belajar.
Namun demikian, pujian tersebut jangan menyebabkan anak
tersebut menjadi sombong, merasa lebih istimewa dibanding
peserta pelajar lainnya, dan dilakukan dengan cara-cara yang tepat
dan tidak mengesankan kurang profesional, seperti pemberian
pujian yang berlebih-lebihan dan sebagainya.
g. Pemberian Tugas
Pemberian tugas merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan gairah dan minat belajar siswa.
Tugas tersebut diberikan harus disesuaikan dengan kadar
kesanggupan peserta didik, waktu yang tersedia, serta harus
dilakukan pemeriksaan dan penilaian atas tugas-tugas tersebut.
h. Pemberian Hukuman
Pemberian hukuman adalah merupakan salah satu bentuk
dari upaya untuk menumbuhkan semangat dan gairah belajar
sehingga dapat meningkatkan minatnya untuk berprestasi.4
Sebagian telah dikemukakan pada uraian terdahulu, bahwa setiap
manusia senantiasa dihinggapi oleh perasaan jenuh, bosan, dan tidak
4
13
puas. Keadaan tersebut terjadi, sebagai akibat dari kehidupan yang
dihadapi secara monoton dan menjenuhkan.
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan
terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan.5
Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto MK dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktek” ia menyebutkan, “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan”.6
Hal ini dapat dilihat dari firman Allah swt ;
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S
Al-Imron: 104)
Artinya: “Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami
kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.(Q.S Al-Baqarah: 151)
5
Lihat Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam, Sekolah Umum dan Dasar, Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama, Tth. h. 3
6
Melihat dua ayat di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam adalah suatu sistem untuk membimbing dan
mengarahkan anak didik dengan cara yang baik, agar terbentuk jiwa yang
suci, memahami dan memiliki ilmu pengetahuan serta dapat mengamalkan
ilmu yang telah dimiliki.
Pendidikan agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah memiliki peran yang sangat strategis didalam
membina dan membimbing sikap kepribadian siswa yang sedang
berkembang didalam masa pancaroba, dimana pada masa ini diri pribadi
siswa sedang mengalami proses mencari jati dirinya masing-masing yang
perlu diberi landasan agama yang kuat.
Pendidikan agama Islam di sekolah dilaksanakan melalui suatu
proses yang sistematis. Proses sistematika pendidikan agama Islam
dilaksanakan melalui langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dan
mengawasi perilaku siswa.
Sementara pemahaman diungkap dengan kata متيامكيلعولتيdankata
yang dalam Tafsir diartikan menyampaikan informasi tentang nilai-nilai
Al-Qur’an dan makna yang terkandung didalamnya. Hal ini menunjukkan
pada makna bahwa “Dengan informasi itu dapat melahirkan pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan”. Penghayatan diungkap dengan kata مكيكزيو dan pengamalan diungkap dengan kata
ةمكحلو
. Menurut TafsirJalalain, kata “Hikmah” adalah “al-Sunnah” yang merupakan realisasi bentuk penghayatan dan pengamalan ilmu pengetahuan sekaligus.7
4. Ruang lingkup
Pendidikan agama Islam mencakup usaha untuk mewujudkan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara :
a. Hubungan manusia dengan Allah swt
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
7
15
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya
Bahan pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi 5 (lima)
unsur pokok yaitu :
a. Al-qur’an
a) Menerapkan Hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al”Qomariyah b. Keimanan
a) Meningkatkan keimanan kepada Allah swt melalui pemahaman sifat-sifatNya
b) Memahami asmaul husna c. Ibadah
a) Memahami ketentuan-ketentuan thaharah (bersuci) b) Memahami tata cara shalat
c) Memahami tata cara shalat jamaah dan munfarid (sendiri) d. Akhlak
a) Membiasakan prilaku terpuji e. Tarikh8
a) Memahami sejarah Muhammad saw
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan merupakan hal yang sangat dominan dalam suatu
proses pendidikan. Berbicara mengenai Pendidikan Agama Islam (PAI),
baik pengertiannya maupun tujuannya haruslah mengacu kepada
penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial
atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai
keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian
akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.
Apa yang kita saksikan selama ini, entah karena kegagalan
pembentukan individu atau karena yang lain, nilai-nilai yang mempunyai
implikasi sosial (moralitas sosial, krisis akhlak) hampir tidak pernah
mendapat perhatian serius. Padahal penekanan terpenting dari ajaran Islam
pada dasarnya yaitu hubungan antar sesama manusia (mu’amalah bayina
al-nas) yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas
8
sosial tersebut. Dari gambaran di atas dapat dikatakan bahwa pada
hakikatnya tujuan dari Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah
Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.9
Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk
“meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam dan ajaran yang terkandung di
dalamnya, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat”.10
Dari penjabaran tujuan di atas dapat ditarik beberapa dimensi yang
hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan Pendidikan Agama Islam
(PAI), yakni:
a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam, dan
d. Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta mengaktualisasi dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah manusia yang baik,
Al-Atas (1979:1), Marimba (197:15) berpendapat bahwa tujuan
9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 135.
10
17
pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim.
Secara khusus, pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh pasal 3
Bab 11 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
agama Islam sehingga menjadi muslim yang bertaqwa kepada Allah swt
serta berakhlak yang mulia dalam kehidupan pribadi; bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.11
6. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Secara umum, fungsi pendidikan agama Islam adalah sebagai
berikut:12
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimana dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam
lingkungan keluarga.
2) Penanaman nilai ajaran Islam, sebagai pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama Islam secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang pendidikan agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal.
11
Lihat Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam, Sekolah Umum dan Dasar. Jakarta; op.cit., h. 4
12
7. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.13 Standar
kompetensi lulusan mencakup Standar Kompetensi Lulusan Satuan
Pendidikan (SKL-SP), Standar Kompetensi Lulusan Kelompok Mata
Pelajaran (SKL-KMP) dan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (SKL-MP).
a. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan tingkat SMP/Mts
(SKL-SP) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam penentuan lulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.
b) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c) Menunjukan sikap percaya diri.
d) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.
e) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.
f) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis dan kreatif.
g) Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif.
h) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
i) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
j) Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.
k) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
13
19
l) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
m) Menghargai karya seni dan budaya nasional.
n) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.
o) Menerapkan hidup bersih, sehar, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang.
p) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
q) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.
r) Menghargai adanya perbedaan pendapat.
s) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.
t) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris sederhana.
u) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.14
b. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
memiliki beberapa kompetensi dasar, di antaranya :
1) Menerapkan tata cara membaca Al-Qur’an menurut tajwid, mulai dari cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf.
2) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek
rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman
pada qadha dan qadar serta asmaul husna.
3) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan
tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah,
hasad, ghadab dan namimah.
14
4) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan
jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat.
5) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para
shahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya
Islam di nusantara.15
Adapun hubungan antara Standar Kompetensi Lulusan Agama
dengan ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) saling menguatkan
isi dari kurikulum Pendidikan Agama Islam itu sendiri yaitu lebih
menekankan penagamalan ajaran agama sesuai dengan perkembangan
remaja, menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan.
8. Materi-Materi Pendidikan Agama Islam
Menurut Zuhairini dkk yang dinamakan dengan materi Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah
Keseluruhan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang umumnya diajarkan di sekolah yang mencakup tujuh unsur pokok;
Al-Qur’an-Hadits, keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak dan tarikh (sejarah Islam) dimana ketujuh unsur ini sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk hidup lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas).16
Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan materi
Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi peserta didik, maka ketujuh unsur
pokok seperti yang disebutkan oleh Zuhairini dkk dipadatkan menjadi lima
unsur pokok yang mencakup Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah, tarikh atau sejarah yang lebih menekankan kepada
perkembangan ajaran Islam, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dari
uraian di atas mengenai unsur-unsur pokok yang terdapat dalam materi
Pendidikan Agama Islam (PAI), berikut akan dijelaskan mengenai
15
http://bangkok.org/news/download/kurikulum/skl-smp.pdf
16
21
kedudukan dan kaitan erat antara unsur-unsur pokok materi Pendidikan
Agama Islam (PAI) tersebut.
Akidah bersifat I’tikad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
Syariah merupakan sistem norma (aturan) yang negatur hubungan
manusia dengan Allah swt, dengan sesama manusia dan dengan makhluk
lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah swt diatur dalam ibadah dalam
arti khas (thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji) dan dalam hubungannya
dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti
luas.
Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia,
dalam arti bagaiman sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah swt (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan
manusia lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian
hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi,
sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan atau seni, iptek, olahraga
atau kesehatan dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh.
Ketiga inti ajaran pokok ini dijabarkan dalam bentuk rukun iman,
rukun Islam, dan akhlak. Dari ketiganya lahirnya ilmu tauhid, ilmu fiqh
dan ilmu akhlak.
Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan
pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan hadits serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (Tarikh) sehingga secara berurutan: Ilmu
Tauhid, ilmu fiqh, Al-Qur’an, al-Hadits, akhlak dan tarikh Islam.17
Agar seluruh materi Pendidikan Agama Islam (PAI) ini dapat dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik dan mereka dapat merealisasikannya dalam
lingkungan masyarakat, maka sudah sepatutnya tugas guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah berusaha secara sadar untuk membimbing,
mengajar dan/atau melatih siswa agar dapat:
17
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
c. Mampu memahami, mengilmui pengetahuan agama Islam secara menyeluruh sesuai dengan daya serap siswa dan keterbatasan waktu yang tersedia.
d. Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
e. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran agama Islam. f. Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham
atau budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan keyakinan siswa.
g. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman serta pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.18
B. AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata
قلخ
yang asal katanyaقلخ
yangberarti perangai, tabiat, adat atau
قلخ
yang berarti kejadian, buatan, ciptaan.Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku
yang dibuat.19
Sedangkan menurut Rachmat Djatnika dalam bukunya Sistem Ethika
Islami akhlaq yaitu ”budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia”.20
Ada beberapa pengertian tentang akhlak yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh, diantaranya:
18
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan …., h. 83.
19
Zakiah Daradjat, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253.
20
23
a. Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa
yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak
menghajatkan pikiran.21
b. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
”Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.22
c. Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam
Keluarga dan Sekolah menyatakan bahwa “Akhlak merupakan kelakuan
yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, perasaan,
bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian” .23
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ”akhlak adalah
suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan
lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan
sudah menjadi kebiasaan ”.24
2. Sumber dan Nilai-nilai Akhlak
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak
bagi seorang muslim adalah Al-Qur’an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baik/buruk, patut atau tidak, secara utuh diukur dengan Al-Qur’an dan as -Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak
bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah swt. dan
Rasul-Nya.25
21
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami..., h. 27.
22
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)Cet. 5,. h. 3.
23
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. 2, h. 10.
24
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. 2, h. 30.
25
Dengan demikian dalam proses pembentukan akhlak perlu diperhatikan
nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah agar tidak terjadi penyimpangan terhadap akhlak tersebut. Nilai-nilai yang terdapat dalam
sumber akhlak yaitu akhlak al-karimah seperti jujur, bertanggung jawab,
amanah, menepati janji, tasamuh, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya
apabila terjadi penyimpangan dari sumber akhlak maka akan terbentuk akhlak
al-madzmumah (akhlak tercela) seperti dusta, khianat, penipu, berlaku kasar,
ghibah, dan lain sebagainya.
3. Macam-macam Akhlak
Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak al-karimah dan akhlak
al-madzmumah.
1) Akhlak al-Karimah
Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia, akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara
lain:
a. Akhlak Terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa manusia
harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal
sebagai berikut:
Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya.
Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani, dan naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada kejayaannya.
25
binatang, dan sebagainya. Semua itu tunduk kepada manusia, atau siap untuk dimanfaatkan.26
Adapun akhlak kepada Allah diantaranya yaitu sebagai berikut:
Mentauhidkannya.
Mencintai-Nya di atas segalanya dengan cara menaati perintah, menjauhi larangan dan mendahulukan/mengutamakan-Nya.
Bertakwa.
Selalu mengingat-Nya (zikrullah) baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan dan ucapan.
Berdoa; hanya berharap dan meminta kepada-Nya, dll.27
b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan
sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah
Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.28
Beberapa contoh akhlak al-karimah terhadap diri sendiri yaitu:
Sabar (tegar, konsisten, kerja keras dalam kebenaran).
Syukur dalam bentuk aktualisasi potensi diri.
Rendah hati; tidak sombong, angkuh (egoistik).
Jujur terhadap hati nurani dan pikiran sendiri.
Menjaga kesucian, kebersihan dan kerapian diri.
Berperilaku halus, yaitu ramah, santun dan tidak emosional.
Dapat dipercaya, tidak curang atau khianat.
Ksatria; berani karena benar, bertanggung jawab.
Tidak ambisius yaitu tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan.29
c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya
secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain.
Untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan
26
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak...,h. 49-52.
27
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Grafika Karya Utama, 2001), Cet. 2 , h. 209.
28
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 55.
29
orang lain.30 Bentuk akhlak terhadap sesama diantaranya yaitu kepada
orang tua, kaum kerabat, teman, dan masyarakat. Adapun
contoh-contohnya yaitu sebagai berikut.
Akhlak kepada orang tua:
Harus menaati kedua orang tua dalam urusan apapun selagi didalamnya tidak terkandung kedurhakaan,
Berbicara dihadapan kedua orang tua dengan cara yang lembut dan tidak berbicara keras dihadapan keduanya,
Menyimak perintah keduanya dengan penuh perhatian,
Tidak bermuka masam dihadapan keduanya dengan alasan apapun,
Tidak memotong perkataan keduanya tatkala sedang berbicara, dll.
Akhlak kepada kaum kerabat:
Saling mengunjungi dari satu waktu ke lain waktu;
Memprioritaskan pemberian bantuan kepada mereka jika membutuhkan;
Melibatkan mereka dalam berbagai acara khusus, asalkan tidak bertentangan dengan syariat, dan saling memberikan hadiah pada saat itu;
Menjenguk orang yang sakit diantara mereka, dll.
Akhlak kepada teman:
Rendah hati dan tidak sombong;
Saling kasih mengasihi;
Memberi perhatian terhadap keadaan sahabat;
Selalu membantu keperluan teman;
Menjaga teman dari gangguan orang lain;
Memberi nasihat;
Mendamaikan bila berselisih;
Doakan dengan kebaikan.31
Akhlak kepada masyarakat:
Persaudaraan, baik seagama, sebangsa, setanah air, kemanusiaan.
Tolong menolong.
Toleransi dan berlaku adil.
Pemurah.
Penyantun (menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda).
Pemaaf.
30
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 57.
31
27
Menepati janji.
Musyawarah.
Saling berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran, dll.32
d. Akhlak terhadap lingkungan dan alam
Prinsip umum akhlak al-karimah yang mulia terhadap lingkungan dan
alam diantaranya yaitu; memikirkan penciptaan dan
hukum-hukumnya, melestarikannya, dan memanfaatkannya. Adapun
contoh-contoh akhlak yang baik terhadap lingkungan dan alam yaitu:
Memperhatikan, meneliti, dan merenungkan penciptaannya.
Mempelajari hukum-hukum Allah di dalam alam.
Memanfaatkannya dengan tidak boros/mubazir, tidak kikir.
Melestarikan agar senantiasa indah dan lebih bermanfaat.33
2) Akhlak al-Madzmumah
Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari akhlak al-Karimah yaitu
akhlak yang tercela dan harus dihindari. Adapun contoh akhlak
al-Madzmumah yaitu sebagai berikut:
a. Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik.
b. Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Perbuatan dalam bentuk kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim.
c. Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi.34
32
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210.
33
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 211.
34
4. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya akhlak tasawuf faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan akhlak terbagi menjadi 3, yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.
2) Aliran Empirisme
Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
3) Aliran Konvergensi
Aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.35
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan
ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini:
”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl: 78)36
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk
dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut
harus disyukuri dengan cara mengisinya melalui pendidikan dan pengajaran
terutama tentang nilai-nilai yang telah disyariatkan agama.
Adapun hadits Nabi yang sejalan dengan teori tersebut adalah:
35
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,…, h. 166-167.
36
29
,
,
,
.
,
,
...
“tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah (kesucian) maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, keluar dari pada suatu binatang melata yang seluruhnya merayap, apakah kamu merasa mengetahui yang ada di dalamnya yaitu dipotong hidungnya, kemudian Abu Hurairah berkata: Allah mensucikan manusia yang telah disucikan atasnya, tidaklah menggantikan segala apa yang diciptakan Allah, yang
demikian itu agama yang lurus” (HR. Bukhari).37
Ayat dan hadits tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori
konvergensi juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam
pendidikan adalah kedua orang tua.38
Sedangkan menurut Novi Hardian dalam bukunya Super Mentoring:
Panduan Keislaman Untuk Remaja, mengatakan bahwa faktor-faktor
pembentuk akhlak terbagi menjadi empat diantaranya:
1) Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara
cenderung berbicara ”keras”, tetapi hal ini bukan melegitimasi untuk
berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya.
2) Al-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir.
3) Syariah Ijtima’iyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.
4) Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan
37
Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), h. 118.
38
refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhoan Allah.39
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akhlak
terbentuk dari 2 segi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukkan karakjter dan sifat atau
akhlak seseorang.
5. Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.
Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw.
yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah
satu haditsnya beliau menegaskan:
تْثعب
ال
َّ ت
اكم
ر
م
اْل
اْخ
ق
,
ر
او
ه
ْبا
اَّح
ْ
”Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
(HR. Ibnu Hibban)40
Dalam pembinaan akhlak perlu diketahui tentang perbedaan psikologis
setiap individu antara anak-anak, remaja dan dewasa. Sehingga dalam proses
pembinaan akhlak dapat diberikan metode yang tepat.
Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam proses pembinaan
akhlak diantaranya:
1) Pembiasaan secara kontinyu
Pembiasaan ini hendaknya dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara
kontinyu. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa
kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha
pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia berbuat jahat, maka ia akan
menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak
diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku
39
Novi Hardian ,Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman…, h. 157.
40
31
yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia
harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah.
2) Paksaan
Jika ingin melakukan suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan
sebelumnya, maka metode paksaan cukup tepat. Setelah melakukan
terus-menerus maka perbuatan tersebut sudah tidak lagi terasa seperti dipaksa dan
telah menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, seseorang yang ingin menulis dan
mengatakan kata-kata yang bagus pada mulanya ia harus memaksakan tangan
dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf-huruf yang
bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung, maka paksaan tersebut
sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.
3) Keteladanan
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi,
dan larangan saja. Misalnya dalam menanamkan sopan santun memerlukan
pendidikan yang panjang dan harus ada pendidikan yang lestari. Pendidikan
itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh
teladan yang baik dan ny