• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Tentang Korupsi di Daerah BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Tentang Korupsi di Daerah BANTEN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

Sering kita mendengar kata yang satu ini, yaitu “KORUPSI”, korupsi ada di sekeliling kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi bisa terjadi dirumah, sekolah, masyarakat, maupun di instansi tertinggi dan dalam pemerintahan. Mereka yang melakukan korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu. Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dinyatakan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka dalam dua kasus dugaan korupsi yakni sengketa Pilkada Kabupaten Lebak serta kasus Pengadaan Alat Kesehatan di Provinsi Banten.

Atut sudah beberapa kali diperiksa penyidik KPK dalam kasus dugaan suap yang menyeret mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar pada sengketa Pemilihan Kepala Daerah Lebak, Banten. Adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, sudah lebih dahulu dinyatakan sebagai tersangka dalam dugaan suap tersebut. "Telah ditemukan lebih dari dua alat bukti untuk meningkatkan dan menetapkan status dalam kasus ini," kata Ketua KPK Abraham Samad saat mengumumkan kemajuan kasus ini, Selasa (17/12) siang. Dalam kasus yang saat ini ditangani KPK, ia dikenai pasal 6 ayat 1a UU Tipikor,juncto pasal 55 ayat 1 KUHP.

Kondisi birokrasi dalam Pemerintahan Provinsi Banten ini lebih dekat dengan perspektif Marx dalam memandang birokrasi. Marx pesimis dengan birokrasi karena instrumen negara ini hanya dijadikan alat untuk meneguhkan kekuatan kapitalisme dan akhirnya jauh dari harapan dan keinginan masyarakat. Kenyataan yang terjadi, birokrasi memang hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk mewujudkan kepentingan apa yang ingin dicapai. Atau dengan birokrasi pejabat pemerintahan ingin mencari keuntungan lewat birokrasi, yang mana hal ini tentu saja wajar jika birokrasi pemerintahan saat ini lebih cenderung untuk korup. Seperti halnya dalam kasus ini, dimana semua unsur birokrasi dan pemerintahan dikuasai secara ‘absolut’ oleh suatu dinasti, mendorong dinasti ini untuk cenderung bersifat korup demi kepentingan pribadi dinasti tersebut.

Hal ini sangat menghawatirkan, sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi dibangun dari korupsi akan dapat merusaknya. Dari kenyataan diatas dapat ditarik dua kemungkinan melakukan korupsi, yaitu ;

1. Metode yang digunakan oleh pendidik belum sesuai dengan kenyataannya, sehingga pelajaran yang diajarkan tidak dapat dicerna secara optimal oleh anak didik.

(2)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Perilaku yang koruptif yang terbentuk sejak dini dan tumbuh secara perlahan seperti: tidak disiplin, tidak tepat waktu, dan berpikir pendek.

2. Kurangnya transparan sistem pengelolaan sumberdaya dan adminstrasi pemerintahan, perusahaan, dan organisasi

3. Pemerintahan di provinsi Banten hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk mewujudkan kepentingan apa yang ingin dicapai. Atau dengan birokrasi pejabat pemerintahan ingin mencari keuntungan lewat birokrasi.

C. RUMUSAN MASALAH  Apa itu korupsi ?

 Fenomena Politik atau Korupsi di Daerah Banten  Sebab-sebab terjadinya korupsi

 Penjatuhan pidana kepada koruptor  Z

(3)

BAB II

TINJAUWAN PUSTAKA A. Pengertian Korupsi

Pengertian korupsi menurut masyarakat awam khususnya adalah suatu tindakan mengambil uang negara agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri. Akan tetapi menurut buku yang menjadi reverensi bagi penulis pengertian korupsi sendiri yang juga dikutip dari kamus besar bahasa indonesia pengertian korupsi sebagai berikut : ”penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan, dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain)”. 21 Akan tetapi korupsi juga mempunyai beberapa macam jenis, menurut Beveniste dalam Suyatno korupsi didefenisikan dalam 4 jenis yaitu sebagai berikut:

1. Discretionery corupption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam menentukan kebijakan, sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para anggota organisasi.

2. llegal corupption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi hukum.

3. Mercenery corruption, ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang dan 22 kekuasaan.

4. Ideologi corruption, ialah jenis korupsi ilegal maupun discretionery yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.

B. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Pengertian Tindak Pidana Korupsi sendiri adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok dimana kegiatan tersebut melanggar hukum karena telah merugikan bangsa dan negara. Dari sudut pandang hukum, kejahatan tindak pidana korupsi mencakup unsur-unsur sebagai. berikut :

 Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, dan sarana  memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi  merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK,Sinar Grafika, Jakarta, hal -23 23 Ini adalah sebagian kecil contoh-contoh tindak pidana korupsi yang sering terjadi, dan ada juga beberapa prilaku atau tindakan korupsi lainnya:

 Memberi atau menerima hadiah (Penyuapan)  penggelapan dan pemerasan dalam jabatan

(4)

Melihat dalam arti yang luas, korupsi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri agar memperoleh suatu keuntungan baik pribadi maupun golongannya. Kegiatan memperkaya diri dengan menggunakan jabatan, dimana orang tersebut merupakan orang yang menjabat di departemen swasta maupun departeman pemerintahan. Korupsi sendiri dapat muncul dimana-mana dan tidak terbatas dalam hal ini saja, maka dari itu untuk mempelajari dan membuat solusinya kita harus dapat membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan.

C. unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi

Tindak pidana korupsi atau yang disebut juga suatu perbuatan memperkaya diri sendiri atau suatu golongan merupakan suatu tindakan yang sangat merugikan orang lain, bangsa dan negara. Adapun unsur-unsur tindak pidana korupsi bila dilihat pada ketentuan pasal 2 ayat (1) undang-undang No.31 tahun 1999 selanjutnya dikaitkan dengan tindak pidana korupsi, yaitu:

pasal 2 ayat (1) UU Tindak Pidana Korupsi “TPK” yang menyatakan bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah “setiap orang yang melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah ) dan paling banyak Rp.1.000.000.000 ( satu milyar rupiah).

”Pasal 2 ayat (2) UU Pidana Korupsi menyatakan bahwa dalam hal tindak pidana korupsi Sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat Dijatuhkan. Yang dimaksud dengan “keadaaan tertentu” dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana tersebut dilakukan terhadap dana dana yang diperuntukan bagi penanggulangan keadaan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi Ada 3 unsur tindak pidana korupsi, antara lain:

1. Setiap orang adalah orang atau perseorangan atau termasukkorporasi. Dimana korporasi tersebut artinya adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum, terdapat pada ketentua umum Undang-undang No.31 tahun1999 pasal 1 ayat (1).

2. Melawan hukum, yang dimaksud melawan hukum adalah suatu tindakan dimana tindakan tersebut bertentangan dengan perturan perundang-undangan yang berlaku. Karena di dalam KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) Buku kesatu, aturan umum Bab 1 (satu). Batas-batas berlakunya aturan pidana dalam perundang-undangan pasal 1 ayat (1) suatu perbuatan tidak dapat 25 dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undanganpidana yang telah ada.

(5)

pidana penjara paling singkat 1 (satu)tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan/ atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dalam ketentuan ini menyatakan bahwa keterangan tentang tindakan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi dengan cara melakukan tindak pidana korupsi merupakan suatu tindakan yang sangat jelas merugikan Negara.

D. Pelaku Tindak Pidana Korupsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pelaku adalah orang yang melakukan suatu perbuatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pelaku Tindak Pidana adalah orang yang melakukan perbuatan atau rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana. 26 Menurut KUHP, macam pelaku yang dapat dipidana terdapat pada pasal 55 dan 56 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Pasal 55 KUHP Dipidana sebagai pembuat sesuatu perbuatan pidana:

a. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan.

b. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

c. Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja yang dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

2. Pasal 56 KUHP. Dipidana sebagai pembantu sesuatu kejahatan : Mereka yang dengan sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan.Mereka yang dengan sengaja memberi kesempatan, sarana, atau keterangan untuk melakukan kejahatan.Pada ketentuan Pasal 55 KUHP disebutkan perbuatan pidana, jadi baik kejahatan maupun pelanggaran yang di hukum sebagai orang yang melakukan disini dapat dibagi atas 4 macam, yaitu :

1. Pleger Orang ini ialah seorang yang sendirian telah mewujudkan segala elemen dari peristiwa pidana.

2. Doen plegen Disini sedikitnya ada dua orang, doen plegen dan pleger. Jadi bukan orang itu sendiri yang melakukan peristiwa pidana, akan tetapi ia menyuruh orang lain, meskipun demikian ia dipandang dan dihukum sebagai orang yang melakukan sendiri peristiwa pidana.

3. Medpleger Turut melakukan dalam arti kata bersama-sama melakukan, sedikitdikitnya harus ada dua orang, ialah pleger dan medpleger. Disini diminta, bahwa kedua orang tersebut semuanya melakukan perbuatan pelaksanaan, jadi melakukan elemen dari peristiwa pidana itu. Tidak boleh hanya melakukan perbuatan persiapan saja, sebab jika demikian, maka orang yang menolong itu tidak masuk medpleger, akan tetapi dihukum sebagai medeplichtige.

(6)

56 KUHP dapat dijelaskan bahwa seseorang adalah medeplichtig, jika ia sengaja memberikan bantuan tersebut, pada waktu sebelum 19 R. Soesilo, KUHP Serta Komentar lengkap pasal demi pasal, Politeia, Bogor, 1973, hal 63 28 kejahatan itu dilakukan. Bila bantuan itu diberikan sesudah kejahatan itu dilakukan, maka orang tersebut bersekongkol atau heling sehingga dapat dikenakan Pasal 480 atau Pasal 221 KUHP.Elemen sengaja harus ada, sehingga orang yang secara kebetulan dengan tidak mengetahui telah memberikan kesempatan, daya upaya atau keterangan itu, jika niatnya itu timbul dari orang yang memberi bantuan sendiri, maka orang itu melakukan uitlokking. Bantuan yang diberikan itu dapat berupa apa saja, baik moril maupun materiel, tetapi sifatnya harus hanya membantu saja, tidak boleh demikian besarnya, sehingga orang itu dapat dianggap melakukan suatu elemen dari peristiwa pidana, sebab jika demikian, maka hal ini masuk golongan medplegen dalam Pasal 55 KUHP.

E. Pengertian Budaya Korupsi Indonesia

(7)

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Korupsi

Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya. Sementara itu, Syed Hussen Alatas memberi batasan bahwa korupsi merupakan suatu transaksi yang tidak jujur yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu, dan tenaga dari pihak lain. Korupsi dapat berupa penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan nepotisme. Disitu ada istilah penyuapan,yaitu suatu tindakan melanggar hukum, melalui tindakan tersebut si penyuap berharap mendapat perlakuan khusus dari pihak yang disuap.

Adapun ciri-ciri korupsi, antara lain:

1. Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin dilakukan sendiri, pasti melibatkan lebih dari satu orang.Bahkan, pada perkembangannya banyak sekali dilakukan secara bersama-sama untuk menyulitkan pengusutan.

2. Serba kerahasiaan. Meski dilakukan bersama-sama, korupsi dilakukan dalam koridor kerahasiaan yang sangat ketat. Masing-masing pihak yang terlibat akan berusaha semaksimal mungkin menutupi apa yang telah dilakukan.

3. Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang dimaksud elemen perizinan adalah bidang strategis yang dikuasai oleh Negara menyangkut pengembangan usaha tertentu. Misalnya izin mendirikan bangunan, izin perusahaan,dan lain-lain.

4. Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan/maksud tertentu dibalik kebenaran. 5. Koruptor menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan memiliki pengaruh.

Senantiasa berusaha mempengaruhi pengambil kebijakan agar berpihak padanya. Mengutamakan kepentingannya dan melindungi segala apa yang diinginkan.

6. Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh badan hukum publik dan masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksud suatu lembaga yang bergerak dalam pelayanan publik atau penyedia barang dan jasa kepentingan public.

7. Setiap tindak korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan. Ketika seseorang berjuang meraih kedudukan tertentu, dia pasti berjanji akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan semua pihak. Tetapi setelah mendapat kepercayaan kedudukan tidak pernah melakukan apa yang telah dijanjikan.

(8)

B. Fenomena Politik atau Korupsi di Daerah Banten Hj. Ratu Atut Chosiyah, S.E.

Lahir di Ciomas, Serang, Banten, 16 Mei 1962; umur 52 tahun) adalah Gubernur Banten saat ini. Ia adalah Gubernur Wanita Indonesia pertama. Pada 4 Januari 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengirim radiogram tentang keputusan presiden (keppres) penetapan gubernur melalui Depdagri. Radiogram No 121.36/04/SJ tertanggal 4 Januari 2007 ditanda tangani Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman. Radiogram berisi permintaan kepada ketua DPRD Banten agar mengadendakan dan menetapkan jadwal rapat paripurna istimewa DPRD dalam rangka pelantikan gubernur dan wakil gubernur terpilih. Bersama wakil gubernur terpilih, Mohammad Masduki, ia dilantik pada 11 Januari 2007 dalam Sidang Paripurna Istimewa di Cipocok Jaya. Pelantikannya dipimpin oleh Ketua DPRD Banten, Ady Surya Dharma. Pelantikan yang dilakukan oleh Mendagri Muhammad Ma'ruf dihadiri sekitar 2700 undangan. Selain Gubernur Jakarta Sutiyoso, hadir juga Ketua DPR-RI Agung Laksono dan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad serta bupati/wali kota se-Provinsi Banten dan sejumlah tokoh nasional lain.

Sidang paripurna mendapat pengamanan sedikitnya 2500 anggota kepolisian, Tentara Nasional Indonesia, Satuan Polisi Pamong Praja, serta petugas Dinas Perhubungan di sekitar Gedung DPRD dan sepanjang jalan menuju lokasi pelantikan. Sebelumnya, Ratu Atut terpilih sebagai wagub berpasangan dengan Djoko Munandar pada 11 Januari 2002. Ketika Djoko Munandar dicopot dari jabatannya karena terkait kasus korupsi, ia ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Banten. Ia adalah wanita pertama yang menjabat sebagai gubernur sebuah Provinsi di Indonesia.

Tersandung Kasus Suap

(9)

C. Persepsi Mayarakat tentang Korupsi

Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh be-berapa oknum pejabat lokal, maupun nasional.

Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan de-monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para korup-tor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.

Peran Serta Mayarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia:

Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :

1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana korupsi.

2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum

3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi.

4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada penegak hukum waktu paling lama 30 hari.

5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum. 6. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat. D. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa:

1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.

2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.

4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

E. Sebab-sebab Terjadinya Korupsi

(10)

Mengutip teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :

 Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.

 Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.

 Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

 Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.

Faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor) korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi (victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.

Menurut Arya Maheka, Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya Korupsi adalah:

1. Penegakan hukum tidak konsisten : penegakan huku hanya sebagai meke-up politik, bersifat sementara dan sellalu berubah tiap pergantian pemerintahan.

2. Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh bila tidak menggunakan kesempatan. kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan.

6. Budaya member upeti, imbalan jasa dan hadiah.

7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi : saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan hukumannya. Rumus: Keuntungan korupsi > kerugian bila tertangkap. 8. Budaya permisif/serba membolehkan; tidakmau tahu : menganggap biasa bila ada

korupsi, karena sering terjadi. Tidak perduli orang lain, asal kepentingannya sendiri terlindungi.

(11)

menganggap agama hanya berkutat pada masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama nyaris tidak berfungsi dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz, sebenarnya agama bisa memainkan peran yang besar dibandingkan insttusi lainnya. Karena adanya ikatan emosional antara agama dan pemeluk agama tersebut jadi agama bisa menyadarkan umatnya bahwa korupsi dapat memberikan dampak yang sangat buruk baik bagi dirinya maupun orang lain.

F. Penjatuhan pidana terhadap koruptor

Hukuman terhadap orang yang melakukan tindak pidana korupsi: a. Pidana mati

Dapat dipidanakan mati kepada orang yang melawan hukum atau merugikan Negara ( perekonomian).

b. Pidana penjara

Seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun. c. Pidana tambahan

Perampasan barang bergerak atau tidak bergerak yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

G. Analisis Kasus Korupsi Dinasti Ratu Atut

Pada akhir tahun 2013 perhatian masyarakat Indonesia dijejali dengan pemberitaan korupsi Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah Chasan. Yang menarik dari kasus ini ialah adanya tindakan korupsi yang dilakukan oleh sebuah dinasti pemerintahan yang dikuasai oleh keluarga Ratu Atut. Kasus korupsi ini tidak hanya dilakukan oleh seorang kepala daerah (Ratu Atut) saja, akan tetapi juga melibatkan pejabat-pejabat pemerintahan yang ternyata memiliki ikatan keluarga dengan Ratu Atut. Menurut artikel yang dilansir media online, kasus ini bermula ketika KPK berhasil menangkap tangan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar pada 3 Oktober 2013 lalu. Akil Mochtar ditangkap tangan penyidik KPK dalam upaya menerima suap bernilai hingga 3 milliar rupiah dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Chairun Nisa dan pengusaha Cornellis Nalau. Penangkapan ini berbuntut pada penangkapan adik Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Tubagus Chairi Wardana, dan pengacaranya, Susi Tur Andayani yang kedapatan membawa uang Rp 1 miliar yang diduga akan diberikan kepada Akil.

(12)

Selain dua kasus diatas, Dinasti Ratu Atut juga terkait dalam dugaan beberapa kasus korupsi lain. Berikut beberapa dugaan kasus korupsi yang dilakukan Dinasti Ratu Atut Chosiyah, seperti dikutip dari Merdeka.com: Ratu Atut Chosiyah diduga melakukan penyelewengan dana APBD Banten khusus untuk dana hibah dan bantuan sosial tahun 2011, wawan juga dikenal sebagai calo PNS, dan kejanggalan pelelangan proyek rumah dinas Gubernur Banten.

ANALISIS

Dalam kasus korupsi Ratu Atut ini kita dapat melihat adanya oligarkhi yang berupa sebuah dinasti politik pemerintahan di kota Banten. Ratu Atut berperan sebagai seorang ratu yang mencengkeramkan akar politik dinasti di Banten dengan menggunakan Partai Golkar sebagai kendaraan politiknya. Ia menanamkan keluarga dan kerabat dekatnya menduduki jabatan penting pemerintahan. Seperti mendiang suami Ratu Atut, Hikmat Tomet, yang menjadi anggota Komisi V DPR, anak pertama Atut, Andhika Hazrumy, menjadi anggota DPD dari Provinsi Banten, Istri Andhika, Ade Rosi Khairunnisa, menjadi Wakil Ketua DPRD Kota Serang. Selain itu anak kedua Atut, Andiara Aprilia, dan suaminya, Tanto Warsono Arban adalah calon anggota DPR. Ibu Tiri Atut, Heryani, menjadi Wakil Bupati Pandeglang. Adik kandung Atut, Ratu Tatu Chassanah, menjadi Wakil Bupati Serang. Bahkan, adik tiri Atut, Tubagus Chaerul Jaman, menjadi Wali Kota Serang dan iparnya atau istri Chaeri Wardana, Airin Rachmi Diany menjadi Wali Kota Tangerang Selatan. Fenomena dinasti politik, dimana lingkaran politik pemerintahan tidak terlepas dari ikatan keluarga ini bertentangan dengan konsepsi birokrasi tipe ideal (Ideal Type) Max Weber. Menurut Max Weber tipe ideal birokrasi itu melekat dalam struktur organisasi rasional dengan prinsip rasionalitas, yang bercirikan pembagian kerja, pelimpahan wewenang secara hierarkhis, impersonalitas, kualifikasi teknis, dan efisiensi. Karakteristik dari konsepsi birokrasi Weber: jelas, setiap posisi melaporkan pada posisi lain yang lebih tinggi.

3. Aturan dan prosedur formal.

(13)

Birokrasi Weber berparadigma netral (bebas nilai) dan apolitis. Birokrasi netral dan atau apolitis merupaka hasil dari perspektif old classical public administration yang memisahkan antara politik dan birokrasi. Akan tetapi, jika melihat kasus Dinasti Politik Ratu Atut kehadiran birokrat dalam politik tidak dapat dihindarkan. Adik ratu atut, Wawan, yang seorang pengusaha memainkan peranan penting dalam lingkaran pemerintahan Banten yang dikuasai Dinasti keluarganya. Wawan memiliki kekuasaan untuk memonopoli proyek-proyek APBD dan APBN yang digelontorkan untuk provinsi Banten, Wawan juga memiliki kemampuan untuk mengintervensi kebijakan di internal Birokrasi provinsi Banten. Yangmana ini menunjukkan bahwa birokrasi dalam pemerintahan provinsi Banten tidak lah netral, karena bisa dengan mudah diintervensi oleh pihak swasta yang memiliki akses terhadap kekusaan politik di Banten.

Wawan juga diberikan wewenang oleh Gubernur (Ratu Atut) untuk menentukan pejabat yang dianggap pantas untuk menjadi kepala dinas di hampir semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov Banten. Hal ini tentu saja berseberangan dengan karakteristik impersonal birokrasi tipe ideal Max Weber. Dalam konsepsi Max Weber, birokrasi tidak boleh memasukkan unsur subyektivitas dalam pelaksanaan birokrasi, karena sifatnya impersonalitas: melepaskan baju individu dengan ragam kepentingan yang ada di dalamnya. Hal ini tentu saja kontradiktif dengan realitas yang disajikan oleh fenomena dinasti politik Ratu Atut, dimana pejabat-pejabat yang menjadi kepala dinas di hampir semua SKPD di Pemprov Banten dipilih atau ditentukan oleh Wawan. Penentuan ini tentu saja sangat berdasar pada kedekatan personal pejabat (kepala dinas atau terpilih) dengan Wawan. Kewenangan Wawan ini memungkinkan adanya proses rekruitmen yang tidak melalui jenjang karir yang jelas ataupun proses seleksi berdasar kualitas ataupun prestasi kerja seseorang, melainkan berdasar kedekatan personal atau penilaian subyektif seorang Wawan. Berbeda dengan konsepsi birokrasi tipe ideal Max weber yang seharusnya menerapkan merit system atau proses seleksi/rekruitmen menurut prestasi dan kualifikasi teknis yang dimiliki oleh seorang pegawai.

(14)

BAB III PENUTUPKesimpulan

Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest(ketidakjujuran).Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemim-pinan dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi. Rakyat kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi

Dari uraian diatas jelaslah sudah bahwa penanggulangan kasus-kasus korupsi tidaklah mudah, untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak yang tentunya dilandasi dengan kesadaran hukum disetiap warga negara, baik posisinya sebagai warga sipil maupun pejabat negara yang tentunya semua itu berpulang pada individu masing-masing yang berketuhanan YME. Tanggung jawab kita bukan hanya kepada pribadi, keluarga dan masyarakat melainkan juga kepada Tuhan.

Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran). Dan korupsi akan berdampak pada masarakat luas serta akan merugikan negara

.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan pada bab penutupini, yang menyatakan tentng bahwa kasus korupsi tidaklah mudah untuk di berantas di perlukan kerjasama dari berbgai pihak

 Menurut Agus, bagi pelaku korupsi apapun bentuknya supaya diberikan sanksi yang tegas dan diberikan hukuman yang seberat-beratnya agar tidak terjadi lagi korupsi di Negara kita ini. Agar Negara kita ini menjadi Negara yang sejahtera adil dan makmur.  Kepada seluruh Elemen masyarakat diharapkan kerjasamanya untuk memberantas

korupsi.

(15)

DAFTAR FUSTAKA

1. http://www.academia.edu/4897834/Politik_Dinasti_di_Daerah 2. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ratu_Atut_Chosiyah

3. http://smkn3-denpasar.sch.I’d/pak/?page_id=19 4. http://www.beritabanten.com

Referensi

Dokumen terkait

besar dari petakan label yang dibuat Rapikan hasil. penempelan sehingga nomor panggil

Catatan : Agar membawa dokumen penawaran asli sesuai yang di-upload lewat aplikasi SPSE.. Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya disampaikan

[r]

Peserta seleksi yang memasukkan penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada POKJA 4 ULP

[r]

A cooperation  between the  Institute of  Ecology, Indonesian State Electric Company  (IOE  UNPAD­PLN),  Bandung,  Indonesia; and the  International Center  for 

Prosa pada awalnya merupakan sebuah karya sastra yang tidak tertulis, mereka hanyalah kisah-kisah yang diceritakan oleh orang tua kepada anak-anaknya.. Namun, setelah

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.. Maksud dari indikator ini adalah siswa ikut serta selama dalam proses pembelajaran seperti datang tepat waktu,