RANCANG BANGUN APLIKASI PENJADWALAN
PRODUKSI DI PT. TIMUR JAYA PANEL DENGAN
MENGGUNAKAN METODE MRP
KERJA PRAKTIK
Program Studi S1 Sistem Informasi
Oleh:
NICO PRASETYO 11410100004
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI……….. iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI………. viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Tujuan……… 3
1.5 Manfaat ………..4
1.6 Sikstematika Penulisan ... 4
2. GAMBARAN UMUM INSTANSI ... 6
2.1 Rumusan Masalah ... 6
2.1.1 Visi ... 6
2.1.2 Misi ... 6
2.2 PT. Timur Jaya Panel ... 7
2.2.1 Sejarah PT. Timur Jaya Panel ... 7
2.2.2 Struktur Organisasi PT. Timur Jaya Panel ... 9
2.2.3 Definisi dan Tugas Pokok Setiap Bagian ... 10
3. LANDASAN TEORI ... 27
3.1 Konsep Dasar Sistem ... 27
3.2 Konsep Dasar Informasi ... 27
3.3 Pengertian Sistem Informasi... 29
3.4 Konsep Dasar MRP ... 31
3.4.1 Latar Belakang... 31
3.4.2 Pengertian dan Perkembangan MRP ... 33
3.4.3 Fungsi MRP ... 35
3.4.4 Karakteristik MRP ... 35
ix
3.4.6 Input MRP ... 37
3.4.7 Proses MRP ... 39
3.4.8 Output MRP... 43
3.4.9 Faktor-Faktor Kesulitan Dalam MRP ... 44
3.4.10 Keuntungan-keuntungan digunakannya MRP ... 46
3.4.11 Pengendalian Persediaan dengan metode MRP ... 46
3.4.12 Kelebihan MRP ... 48
3.4.13 Kelemahan MRP ... 49
3.4.14 Cara Kerja Perencanaan Kebutuhan Material ... 50
3.5 Pengertian Perancangan Sistem ... 52
3.6 Pengertian Persediaan ... 54
3.5 Perencanaan Kebutuhan Kapasistas (CRP) ... 54
4. DESKRIPSI PEKERJAAN ... 55
4.1 Analisis Sistem ... 55
4.2 Perancangan Sistem ... 55
4.2.1 System Flow ... 56
4.2.2 Data Flow Diagram ... 73
4.2.3 Perancangan Database ... 86
4.2.4 Struktur Basis Data dan Tabel ... 88
4.2.5 Desain Input atau Output ... 99
4.3 Implementasi Sistem ... 109
5. PENUTUP……… 116
5.1 Kesimpulan ... 116
5.2 Saran.………..…………... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 118
LAMPIRAN………. 119
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Agar memenuhi order dari konsumen, maka perusahaan perlu
meningkatkan kinerjanya dalam perencanaan produksi. Salah satu bentuk
perencanaan produksi adalah dengan melakukan penjadwalan produksi yang
berfokus pada pengadaan bahan baku/bahan mentah agar dapat menghasilkan
barang baru/bahan jadi. Dengan melakukan perencanaan produksi diharapkan stok
yang ada di gudang tidak mengalami penumpukan ataupun kekurangan.
Metode MRP (Material Requirement Planning) adalah sistem yang
dirancang secara khusus untuk menangani pemesanan yang
bergelombang/dependent yang memiliki periode tertentu. Dengan periode tersebut,
maka sistem kerja sistem MRP akan lebih efektif dan efisien karena dapat
menjamin material/komponen/item apa sja yang dibutuhkan untuk memenuhi
penjadwalan produksi. Dengan Metode MRP, pengguna aplikasi dapat terus
menjaga batas tingkat persediaan pada kondisi minimum maupun maksimum.
PT. Timur Jaya Panel merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang
memproduksi laminasi Partical Board (PB) dan Medium Density Fibreboard
(MDF). Produksi adalah aktivitas utama bagi perusahaan manufaktur yang pasti
tidak terlepas dari masalah persediaan produksi bahan baku. Oleh sebab itu bagian
produksi harus memiliki sistem penjadwalan pengadaan bahan baku yang tepat agar
Berdasarkan kondisi dan permasalahan diatas, maka disarankan sebuah
solusi, yaitu merancang dan membangun sebuah aplikasi yang dapat membantu
proses penjadwalan, pencatatan, pemesanan, dan pengecekan produksi. Dengan
adanya aplikasi ini diharapkan mampu menjadi sesuatu yang dibutuhkan oleh
bagian pemesanan, bagian HRD dan penjualan, dan pemimpin (manajer
pemesanan) dalam proses produksi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat sebuah sistem penjadwalan pengadaan bahan baku
menggunakan metode MRP yang dapat membantu proses produksi.
2. Apakah sistem yang dibuat mampu memenuhi kebutuhan konsumen.
3. Apakah sistem yang dibuat mampu memenuhi kebutuhan manajemen.
4. Apakah sistem yang dibuat mampu meningkatkan kualitas proses bisnis.
1.3 Batasan Masalah
Implementasi Kerja Praktik ini dalam pembuatan Rancang Bangun Aplikasi
Penjadwalan Produksi ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Aplikasi ini hanya dapat diakses oleh bagian pemesanan, bagian HRD dan
penjualan, dan pemimpin (manajer pemesanan) yang bekerja di PT. Timur Jaya
Panel.
2. Dalam penulisan laporan KP ini hanya akan membahas tentang pengendalian
3
3. Tidak menangani retur penjualan jika ada barang cacat.
4. Pengiriman bahan baku dari supplier tidak mengalami kendala keterlambatan
dan bahan baku dikirim seluruhnya sesuai jumlah bahan yg dipesan.
5. Pembuatan sistem ini tidak melibatkan pembelian/penjualan suatu produk.
6. Jadwal produksi untuk setiap produk diakumulasikan setiap bulan, dikarenakan
dalam program ini tidak menggunakan jadwal produksi setiap hari.
7. Banyaknya jumlah minggu pada form MRP adalah 4 minggu.
8. Desain input output menggunakan GUI Design Studio, program interface
menggunakan Microsoft Visual Basic 2012, dan database menggunakan SQL
Server 2008.
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut:
1. Merancang sebuah sistem penjadwalan pengadaan bahan baku menggunakan
MRP yang dapat membantu proses produksi.
2. Sistem mampu memenuhi kebutuhan konsumen sehingga mendapatkan suatu
kepuasan.
3. Sistem mampu memenuhi kebutuhan manajemen sehingga informasi dapat
segera diperoleh.
4. Sistem mampu meningkatkan kualitas proses bisnis.
1.5 Manfaat
Diharapkan setelah proyek Kerja Praktik ini selesai, maka proses
penjadwalan produksi diperusahaan dapat berjalan lebih cepat, efektif, efisien, dan
terkontrol melalui interface desktop yang telah dirancang. Selain itu dengan adanya
aplikasi ini, semua data maupun informasi yang dihasilkan dapat mendukung
kinerja khususnya bagian pemesanan, bagian HRD dan penjualan, serta pemimpin
(manajer pemesanan) untuk melakukan penjadwalan, pencatatan, pemesanan, dan
pengecekan produksi.
1.6 Sistematika Penulisan
Didalam penulisan laporan Kerja Praktik ini secara sistematika diatur dan
disusun dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab. Adapun
urutan dari bab pertama sampai bab terakhir, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah yang ada, perumusan maslah berdasarkan
tujuan, batasan masalah yang akan dibahas, tujuan dari pembuatan
aplikasi, serta sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI
Berisi sejarah instansi, visi dan misi, struktur organisasi yang ada pada
5
BAB III LANDASAN TEORI
Berisi teori-teori pendukung yang digunakan dalam pembuatan aplikasi.
BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN
Berisi uraian tentang tugas-tugas yang dikerjakan pada saat Kerja
Praktik, yaitu dari metodologi penelitian, analisa sistem, pembahasan
masalah berupa sistem flow, data flow diagram, entity relentionship
diagram, struktur table, dan implementasi sistem berupa capture dari
setiap tampilan program.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dari pembahasan implementasi sistem yang dibuat
sedangkan saran untuk perbaikan dan harapan-harapan untung
6
2.1 Visi dan Misi PT. Timur Jaya Panel 2.1.1 Visi
Sesuai dengan kegiatan perusahaan ini maka visi perusahaan adalah sebagai
berikut:
1. Mendukung kelancaran produksi mabel.
2. Mengatasi ketergantungan dari bahan baku kayu yang pada saat ini sulit melakukan
pengadaannya.
3. Membantu program pemerintah dalam hal pengangguran tenaga kerja.
4. Mendorong devisa dalam meningkatkan export furniture.
5. Meningkatkan perindustrian skala menengah dalam kehidupan masyarakat.
6. Menjadi salah satu perusahaan manufaktur yang terbesar dan terpercaya di
Indonesia yang terus berkembang dengan mempertahankan dan meningkatkan
kualitas produk serta membuat inovasi produk lebih baik lagi di masa yang akan
datang agar dapat selalu bersaing dalam pasar global.
2.1.2 Misi
Sesuai dengan kegiatan perusahaan ini maka misi perusahaan adalah sebagai
berikut:
1. Bahan terhindar dari karat.
7
3. Fleksibel dan memunculkan berbagai perubahan inovasi bentuk.
4. Terhindar dari rayap.
5. Sebagai isolator panas/listrik lebih baik.
6. Memenuhi kebutuhan pelanggan dalam bidang pemesanan Partical Board dan
Medium Density Fibreboard dengan laminasi 1 sisi maupun laiminasi 2 sisi.
7. Meningkatkan nilai usaha untuk kemakmuran pemegang saham dan keryawan.
8. Mengembangkan SDM yang professional.
9. Mengembangkan indursti berwawasan lingkungan.
2.2 PT. Timur Jaya Panel
PT. Timur Jaya Panel beroperasi di Tambak Osowilangon dengan aktivitas
kegiatan adalah trading bahan Partical Board dan Medium Density Fibreboard dan
juga melakukan produksi laminasi Partical Board dan Medium Density Fibreboard
baik satu sisi maupun dua sisi. Produksi ini didasarkan oleh Job Order dari Buyer.
Kegiatan bisnis di PT. Timur Jaya Panel mengutamakan melayani kebutuhan pabrik
yang bergerak dalam furniture perum dan perkantoran yang berorientasi lokal.
2.2.1 Sejarah PT. Timur Jaya Panel
Sebelum berdirinya PT. Timur Jaya Panel, perusahaan ini merupakan UD.
Timur Jaya milik Bapak Ludy Susanto. Unit Daerah tersebut mulai beroperasi pada
tanggal 08 Januari 1998 sesuai dengan Akte Notaris Iwan Suhardi S. H., MKn. Pada
UD. Timur Jaya beroperasi sebagai Unit Daerah bersifat manufaktur dalam
penjualan bahan material Prtical Board dan Medium Density Fibreboard. Ruang
lingkup berada di kawasan Provinsi Jawa Timur, Jakarta, dan sumber lainnya yang
dapat ditetapkan sebagai tempat perdagangan pada umumnya. Bahan yang
diperdagangkan pada umumnya didatangkan dari luar negeri (import) dan untuk
menanggulangi kebutuhan pasar maka ada beberapa bahan yang dibeli dari dalam
negeri sesuai kebutuhan dan kualitas yang diinginkan.
Pada tahun 2008 UD. Timur Jaya Panel mulai mengembangkan usahanya terus
menerus hingga mengalami perubahan status menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas
dengan nama PT. Timur Jaya Panel. PT. Timur Jaya Panel ditetapkan sesuai dengan
Akte Notaris No. 10 tanggal 24 April 2008 oleh Notaris Iiwan Suhardi S. H., MKn dan
disahkan oleh Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Republik Indonesia pada tanggal
29 Mei 2008 pada No. AHU-28780.AH.01.01. Tahun 2008. Domisili hukum pada
mulanya berada di jalan Rembang No. 67, Surabaya. Namun sejak tahun 2013 domisili
hukum pindah di jalan Raya Tambak Osowilangon No. 234, Surabaya. Jabatan yang
ada pada PT. Timur Jaya Panel adalah sebagai berikut:
1. Direktur: Ludy Susanto.
2. Komisaris: Linda Effendi.
PT. Timur Jaya Panel mengalami perubahan domisili tertera pada Akte Notaris
No. 10 tanggal 3 April 2013 oleh Notaris Sri Wahyu Jatmikowati S. H., MH dan sesuai
dengan Kementerian Hukum Dan Hak Asi Republik Indonesia pada No.
9
2.2.2 Struktur Organisasi PT. Timur Jaya Panel
Direktur
Komisaris
Bagian Pembelian Bagian Accounting Bagian Keuangan Bagian Penjualan
Bagian Produksi Bagian Marketing
Bagian Logistik
Bagian Quality Control Produksi
Bagian Operator
Bagian Mekanik
Bagian Mekanik Mesin Bagian Mekanik
Kendaraan
Bagian Perpajakan Bagian Administrasi Keuangan Bagian Administrasi
Pembelian Bagian Keamanan Bagian Personalia
Bagian Administrasi Penjualan
2.2.3 Definisi dan Tugas Pokok Setiap Bagian 1. Direktur
Direktur adalah struktur organisasi perusahaan manufaktur yang tertinggi.
Bagian ini merupakah pihak yang bertanggung jawab terhadap segala bentuk
operasional atau berjalannya roda perusahaan. Tugas direktur adalah memimpin
bagian khusus dalam perusahaan serta melakukan koordinasi antar divisi dan
memberikan laporan kepada general manajer. Setiap bagian, tidak memiliki garis
komando lintas divisi sehingga hanya bisa mengambil kebijakan pada
masing-masing divisi. Seperti pada divisi marketing, tidak bisa memberikan intervensi
kepada divisi keuangan. Direktur hanya bisa memberikan informasi dan masukan
yang dibutuhkan pada bagian lain.
Direktur memiliki tugas yang sangat terarah sehingga tanggung jawab yang
diembannya pun harus mampu ditransparasikan kepada general manager dan divisi
lain, hali itu sebagai bukti adanya satu kesatuan visi dan misi dalam struktur
organisasi perusahaan.
Tugas pokok direktur adalah:
a. Menentukan kebijakan tertinggi perusahaan.
b. Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian perusahaan.
c. Mengangkat dan memberhentikan karyawan perusahaan.
d. Memelihara dan mengawasi kekayaan peseroaan terbatas.
e. Bertanggung jawab dalam memimpin dan membina perusahaan secara efektif
dan efesien.
f. Mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian-perjanjian, merencanakan dan
11
g. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum pabrik sesuai dengan kebijakan
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
h. Menetapkan besarnya deviden perusahaan.
2. Komisaris
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan khusus berhubungan dengan anggaran dasar. Tugas utama
komisaris adalah wajib melakukan pengawasan terhadap kebijakan direktur dalam
menjalankan perseroan, selain itu juga memberi nasihat direktur.
Fungsi pengawasan dapat dilakukan oleh masing-masing anggota komisaris
namun keputusan pemberian nasihat dilakukan atas nama komisaris secara kolektif
(sebagai board). Fungsi pengawasan ini adalah proses yang berkelanjutan, oleh
karena itu komisaris wajib berkomitmen tinggi untuk menyediakan waktu dan
melaksanakan seluruh tugas komisaris secara bertanggungjawab.
Tugas pokok komisaris adalah:
a. Mewakili pemegang saham dalam mengawasi jalanya perusahaan dan
memberikan nasehat kepada direktur dalam mengambil kebijakan.
b. Mengangkat dan memberhentikan direktur.
c. Pelaksanaan rapat secara berkala satu bulan sekali.
d. Pemberian nasihat, tanggapan atau persetujuan secara tepat waktu dan
berdasarkan pertimbangan yang memadai.
e. Pemberdayaan komite-komite yang dimiliki komisaris. Contohnya komite
audit, komite nominasi, dan lain lain.
3. Bagian Produksi
Divisi ini biasanya dimiliki oleh perusahaan manufaktur. Tugasnya adalah
membeli bahan baku produksi. Selain itu divisi ini juga bertugas menjalin
kerjasama dengan pihak supplier bahan baku guna menjamin kelangsungan proses
produksi perusahaan.
Divisi inilah yang bertanggung jawab terhadap proses praproduksi
perusahaan agar bisa menghasilkan produk barang atau jasa yang baik sesuai
dengan visi dan misi perusahaan.
Tugas pokok bagian produksi adalah:
a. Membuat tujuan jangka pendekyang berkenaan dengan kegiatan produksi.
b. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap volume dan kualitas
produk.
c. Membuat rencana pengadaan dan pemakaian bahan baku dan bahan-bahan
pembantu lainnya.
d. Mengatur jam kerja karyawan dan mesin produksi.
e. Membuat jadwal perawatan mesin dan peralatan produksi lainya.
f. Menentukan standar kualitas bahan baku yang akan digunakan.
g. Membuat laporan produksi dan menyampaikannya kepada direktur
h. Bekerja sama dengan bagian pemasaran dalam merencanakan produk yang akan
dibuat dan pendistribusiannya.
4. Bagian Logistik
Bagian ini menangani pengelolaan, pemindahan atau penyimpanan barang,
13
yaitu menyalurkan barang dari produsen melalui supplier agar sampai ke tangan
konsumen.
Tugas pokok bagian logistik adalah:
a. Melakukan order barang.
b. Menerima barang dari supplier.
c. Membuat invoice.
d. Mendistribusikan barang ke bagian produksi yang memerlukan.
e. Mengawasi dan mengontrol barang.
5. Bagian Mekanik
Bagian mekanik merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan
manufaktur yang cukup penting peranannya. Tugasnya adalah menyediakan serta
memelihara keawetan alat atau mesin yang digunakan untuk melakukan proses
produksi. Selain itu bagian ini bertanggung jawab bila ada alat produksi yang
mengalami kerusakan atau gangguan. Bagian Mekanisme dibagi menjadi 2 bagian
dengan tugas pokok yang berbeda, yaitu:
a. Bagian mekanik mesin, tugasnya memelihara dan memperbaiki mesin produksi.
b. Bagian mekanik kendaraan, tugasnya memelihara dan memperbaiki mesin
kendaraan dimana kendaraan ini berfungsi untuk mengangkut bahan baku dan
bahan jadi.
6. Bagian Operator
Tugas umum operator produksi adalah memproses atau mengelola suatu
Tugas pokok bagian operator adalah:
a. Melaksanakan kebijakan dan rencana produksi.
b. Melaksanakan proses produksi dan prosedur kualitas sesuai dengan ketentuan
suatu perusahaan, mengoperasikan mesin dan mengontrol proses produksi.
c. Mengatur dan mengontrol bahan baku proses produksi.
d. Memahami kerja dengan standar keamanan, kesehatan dan keselamatan dalam
bekerja.
7. Bagian Quality Control Produksi
Divisi ini bertugas untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan
perusahaan sebelum dipasarkan ke tengah masyarakat. Produk yang tidak sesuai
standar, akan dipisahkan dan kemudian dikelompokkan ke dalam golongan produk
gagal.
Tugas pokok Quality Control produksi adalah:
a. Melakukan pemantauan pengawasan mutu hasil produksi.
b. Melakukan pemantauan pelaksanaan proses produksi.
c. Menilai efektifitas kinerja pada divisi quality.
d. Melakukan penilaian terhadap keluhan yang terjadi pada teknis pelaksanaan
ataupun hasil produksi.
e. Membuat perencanaan corective & preventive action.
15
8. Bagian Marketing
Divisi marketing merupakan divisi ujung tombak perusahaan, karena
tugasnya divisi ini adalah memasarkan semua produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan jika
produk yang mereka hasilkan bisa laku di pasaran.
Perusahaan dengan divisi marketing yang baik akan mendapatkan hasil
yang baik pula. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang mencari pegawai untuk
posisi marketing dengan syarat pandai berkomunikasi dan menarik penampilannya
karena kedua hal tersebut mampu meningkatkan daya tarik klien terhadap produk
perusahaan tersebut.
Tugas pokok bagian marketing adalah:
a. Membuat tujuan jangka pendek yang berkaitan dengan pemasaran produk
b. Melakukan market survey untuk pengembangan produk dan pasarnya.
c. Menciptakan hubungan baik dengan pelanggan melalui pelayanan dan after
sales service.
d. Membuat laporan kegiatan pemasaran dan menyampaikan kepada direktur.
e. Bekerja sama dengan bagian keuangan dalam penagihan piutang.
9. Bagian Penjualan
Meski tidak ikut dalam proses produksi, namun bagian dari struktur
organisasi perusahaan manufaktur ini juga punya pengaruh yang besar terhadap
kemajuan perusahaan. Karena dari bagian inilah hasil produksi perusahaan bisa
Tugas pokok bagian penjualan adalah:
a. Mencapai volume penjualan tertentu.
b. Mendapat laba tertentu.
c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.
d. Melakukan persiapan yang matang sebelum melakukan transaksi penjualan.
e. Menentuan lokasi mana yang memiliki tingkat potensial konsumen terbanyak.
f. Harus dapat mengidentifikasi beberapa cara pendekatan yang efektif dan efisien
ke calon konsumen.
g. Melakukan penjualan sesuai dengan prosedur yang berlaku di perusahaan.
h. Memberikan kesan yang baik dalam pelayanan pada saat melakukan penjualan.
10.Bagian Pembelian
Tugas bagian pembelian adalah membeli bahan baku produksi. Selain itu
divisi ini juga bertugas menjalin kerjasama dengan pihak supplier bahan baku guna
menjamin kelangsungan proses produksi perusahaan.
Divisi ini bertanggung jawab terhadap proses praproduksi perusahaan agar
bisa menghasilkan produk barang atau jasa yang baik sesuai dengan visi dan misi
perusahaan.
Tugas pokok bagian pembelian adalah:
a. Melakukan pembelian bahan-bahan secara bersaing.
b. Membantu melakukan pemilihan bahan-bahan.
c. Mempengaruhi tingkat persediaan yang terendah.
17
e. Melakukan kerjasama atau koordinasi yang efektif dengan fungsi-fungsi
lainnya dalam perusahaan.
f. Melakukan penelitian tentang keadaan perdagangan di pasar.
g. Melakukan pembelian seluruh bahan-bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan
perusahaan.
11.Bagian Accounting
Merupakan departemen yang bertugas untuk mencatat dan mengatur
masalah keuangan perusahaan. Divisi ini juga bertugas untuk mengadakan audit
atas kinerja yang sudah dilakukan divisi lain, gunanya untuk menghindari
terjadinya penyalahgunaan khususnya di bidang keuangan, termasuk mengontrol
keseimbangan keuangan perusahaan.
Pada bagian ini, pegawai yang ditunjuk haruslah bersikap jujur dan teliti
karena jika tidak, maka perusahaan akan kehilangan berbagai aset yang berpotensi
memajukan perusahaan.
Tugas pokok bagian accounting adalah:
a. Mencari sumber dana yang murah untuk membelanjai kegiatan perusahaan.
b. Membuat rencana yang berkenaan dengan alokasi penggunaan dana.
c. Melakukan pengendalian terhadap budget dan realisasinya.
d. Mengawasi tagihan dan penerimaan kas lainya serta pengeluaran kas melaui
laporan arus kas (cash flow) perusahaan.
e. Melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi perusahan dan menyajikan
f. Bekerjasama dengan bagian lain dalam menyusun anggaran, membuat proposal
usaha, pembelian dan kegiatan lain yang berpengaruh terhadap keuangan
perusahaan.
g. Membuat laporan ketenagakerjaan dan menyampaikan kepada direktur.
12.Bagian Perpajakan
Jabatan bagian perpajakan sangat berpengaruh terhadap proses berjalannya
suatu kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepala bagian
perpajakan bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan keuangan
beserta administrasinya, penyusunan laporan keuangan, penyusunan anggaran
tahunan (RKAP), bahan penyusunan laporan manajemen dan pembinaan PUKK.
Laporan perpajakan yang dibuat oleh kepala bagian perpajakan akan berguna untuk
mengetahui kemajuan perusahaan.
Tugas pokok bagian perpajakan adalah:
a. Melakukan perhitungan, pelaporan, serta pembayaran pajak yang harus dibayar
perusahaan, khususnya pajak penghasilan yang diperoleh perusahaan.
b. Melakukan rekonsiliasi atau perhitungan kembali pajak penghasilan pada akhir
tahun.
c. Melakukan sosialisasi mengenai Undang-Undangn Pajak terbaru bila ada.
d. Melaksanakan kegiatan rutin dan pengembangan di divisi keuangan dan pajak.
e. Melaksanakan sistem akuntansi penerimaan/pengeluaran kas dan bank.
f. Menyusun catatan harian (manual) mengenai penerimaan-pengeluaran kas dan
19
g. Menyusun daftar gaji, honorarium, pengeluaran dana pajak, dana pensiun, THR
dan atau potongan lain.
h. Menyusun dan melaksanakan prosedur/mekanisme kerja divisi keuangan dan
pajak meliputi prosedur pembayaran, penerimaan dan pelaporannya.
i. Memproses dan memelihara database keuangan dan perpajakan.
j. Menyimpan, mengamankan, mempersiapkan pengeluaran dana dengan cek dan
mengadministrasikannya.
k. Menyimpan dan mengamankan surat-surat berharga (deposito, surat obligasi,
surat saham, buku tabungan).
l. Mencocokkan saldo kas menurut catatan dan fisik.
m. Mengimplementasikan sistem manajemen mutu di divisi keuangan dan pajak.
n. Melaporkan seluruh aktivitas divisi keuangan dan pajak kepada direktur
keuangan dan anggaran.
13.Bagian Keuangan
Bagian keuangan bertanggung jawab terhadap operasional keuangan perusahaan.
Tugasnya adalah mengatur manajemen keuangan mulai dari belanja rutin untuk
produksi dan keperluan perusahaan yang lain.
Tugas pokok bagian keuangan adalah:
a. Menetapkan struktur keuangan entitas.
b. Mengalokasikan dana seefisiensi mungkin atau profitabilitas yang optimal.
14.Bagian IT
Divisi IT sangat berguna bagi suatu perusahaan, karena bisa membantu
Divisi lain untuk bekerja secara maksimal. Tugas utama devisi ini adalah menjaga
kestabilan komputer dan kelancaran pertukaran informasi antar divisi melalui
jaringan. Selain itu tugas lainnya adalah membuat aplikasi yang berguna di
tiap-tiap divisi sehingga bisa membantu atau mempermudah dalam melakukan
pekerjaannya.
Tugas pokok bagian IT adalah:
a. Fungsi divisi IT pada marketing, tugasnya membuat program atau aplikasi
untuk menampung data-data client yang dimiliki oleh divisi marketing.
b. Fungsi Divisi IT pada keuangan, tugasnya memasang sejumlah aplikasi yang
mumpuni agar terhindar dari bahaya atau ancaman dari luar.
c. Fungsi Divisi IT pada HRD, tugasnya membuat aplikasi yang bisa menampung
database para pelamar kerja.
15.Bagian Umum
Bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas pokok penyusunan
rencana kegiatan, pengkoordinasian, pembinaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan teknis di bidang pengelolaan administrasi umum,
perelengkapan/perbekalan, dokumentasi, perpustakaan dan kearsipan serta
pengelolaan administrasi kepegawaian di perusahaan.
Tugas pokok bagian umum adalah:
21
b. Menjabarkan perintah, disposisi atasan dan petunjuk pelaksanaan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Memberikan petunjuk, arahan dan membagi tugas kepada bawahan sesuai
dengan bidang tugasnya, secara lisan maupun tertulis.
d. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian dan sub bidang di lingkungan
badan.
e. Menyiapkan konsep pedoman naskah dinas bidang adiministrasi perkantoran
dan kepegawaian.
f. Menyiapkan bahan pelayanan administrasi perkantoran, pengurusan
kerumahtanggaan, perlengkapan/perbekalan, dokumentasi, perpustakaan dan
kearsipan, serta pengelolaan administrasi kepegawaian BKD.
g. Membuat laporan rutin tentang peremajaan pegawai, Daftar Urut Kepangkatan
(DUK), nominatif pegawai, dan laporan kepegawaian lingkup BKD.
h. Memproses usulan kenaikan pangkat, mutasi, gaji berkala, diklat pegawai, dan
pengusulan data kebutuhan kepegawaian lainnya di lingkungan BKD.
i. Merencanakan dan melaksanakan pengadaan barang untuk keperluan rumah
tangga Badan sesuai dengan kebutuhan, anggaran dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai dasar pengadaan barang.
j. Melaksanakan inventarisasi dan pemeliharaan barang kekayaan/iventaris
Badan.
k. Melaksanakan pengawasan, mengevaluasi dan menilai prestasi kerja
pelaksanaan tugas bawahan secara berkala.
m. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris BKD baik secara
lisan maupun tertulis.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan sekretaris sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi sub bagian umum dan kepegawaian.
16.Bagian Keamanan
Bagian ini memiliki tujuan, yaitu menyelenggarakan, mengatur dan
mengorganisasikan seluruh kegiatan teknis operasional lapangan. Selain itu bagian
keamanan juga memiliki beberapa tanggungjawab diantaranya adalah memastikan
bahwa pengelolaan, penyelenggaraan dan pengorganisasian kegiatan operasional
berjalan sesuai dengan peraturan dan mempertanggungjawabkan tugasnya secara
langsung kepada area manajer, serta secara tidak langsung kepada operasional
manajer.
Tugas pokok bagian keamanan adalah:
a. Bertanggung jawab kepada managemen perusahaan dan kilen atas keamanan
dan ketertiban.
b. Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Srandard Operation Prosedure (SOP).
c. Melakukan koordinasi dengan manajer operasional dan divisi/bagian terkait
dilingkungan Management pengelola.
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas pengamanan.
e. Melakukan pembinaan dan pelatihan serta meningkatkan kedisiplinan seluruh
Anggota Security yang dipimpinnya.
f. Merencanakan dan menyusun kegiatan keamanan dan pengamanan secara
23
g. Mengorganisir dan mengendalikan seluruh anggota security melalui asst chief
serta komandan regu masing-masing.
h. Memberikan laporan berkala (mingguan/bulanan) kepada management
pengelola mengenai pelaksanaan tugas-tugas pengamanan, pembinaan
personel, pengawasan dan pengendalian anggota security.
i. Melakukan evaluasi kinerja masing-masing asst chief security, komandan regu
serta seluruh anggota security yang dipimpinnya.
j. Memberikan masukan/saran kepada management dalam rangka
mengembangkan sistem pengamanan sesuai dengan visi dan misi perusahaan
yang telah ditetapkan.
k. Mendelegasikan tugas dan wewenang kepada asst chief security dan komandan
regu dalam pelaksanaan tugas sehari-hari maupun tugas khusus.
l. Sebagai jembatan informasi dan instruksi yang datang dari management
pengelola untuk seluruh anggota security.
m. Melakukan koordinasi dengan aparat pengamanan wilayah
(polsek/polres/koramil) dan tokoh masyarakat sekitar.
n. Mengevaluasi dan mengoreksi usulan susunan jadwal jaga dan menyetujui.
o. Mengambil langkah-langkah awal dalam mengatasi masalah yang terjadi
dilapangan.
p. Melakukan investigasi, memproses dan membuat berita acara pemeriksaan bila
terjadi tindak pidana atau kejahatan lain.
q. Memberikan teguran dan tindakan administrative kepada anggota security yang
17.Bagian Personalia
Seperti pada perusahaan yang lain, bagian struktur organisasi perusahaan
manufaktur ini bertugas memanajemen atau mengatur para tenaga kerja, yaitu
menempatkan karyawan sesuai dengan keahlian yang dikuasai atau dimiliki. Selain
itu divisi ini memiliki tugas menjaga kualitas sumber daya manusia perusahaan,
mulai dari masa perekrutan, penggantian jabatan, promosi dan mutasi karyawan,
penilaian kinerja, pemberian penghargaan serta menjaga kinerja karyawan. Pada
proses perekrutan pegawai baru, pihak inilah yang berfungsi secara khusus untuk
memilih dan mendapatkan pegawai sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Tugas pokok bagian personalia adalah:
a. Membuat rencana jangka pendek yang berkaitan dengan pendayagunaan
sumber daya manusia.
b. Melakukan rekrutmen, pelatihan, orientasi dan evaluasi kinerja karyawan.
c. Menganalisis beban tugas dan balas jasa jabatan.
d. Memberikan motivasi dan dukungan semangat kepada karyawan supaya
bekerja lebih baik.
e. Membuat jenjang karier yang jelas serta persyaratan jabatan yang harus
dipenuhi oleh karyawan.
f. Membuat peraturan tenaga kerja besama dengan serikat pekerja.
25
18.Bagian Administrasi
Administrasi kepegawaian bertugas menyiapkan bahan perumusan
kebijakan dan koordinasi, melaksanakan kegiatan administrasi, pengawasan,
evaluasi di bidang tata usaha, dan telekomunikasi, dan administrasi kepegawaian.
Tugas pokok bagian administrasi adalah:
a. Mencatat transaksi pembelian/penjualan/keuangan.
b. Menyusun rencana kegiatan sub bagian tata usaha dan administrasi
kepegawaian.
c. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan dan koordinasi di bidang tata usaha,
persandian dan telekomunikasi, serta administrasi kepegawaian.
d. Menyusun kebijakan teknis bidang tata usaha, persandian dan telekomunikasi,
serta administrasi kepegawaian.
e. Menyiapkan bahan pelaksanaan kegiatan di bidang tata usaha, persandian dan
telekomunikasi, serta administrasi kepegawaian.
f. Menyusun rencana operasional bidang tata usaha, persandian dan
telekomunikasi, serta administrasi kepegawaian.
g. Menyusun rencana kinerja dan penetapan kinerja bidang tata usaha, persandian
dan telekomunikasi, serta administrasi kepegawaian.
h. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang tata
usaha, persandian dan telekomunikasi, serta administrasi kepegawaian.
i. Menyiapkan bahan pengendalian dan pelaksanaan norma, standar, pedoman,
dan petunjuk operasional koordinasi di bidang tata usaha, persandian dan
j. Melaksanakan pengawasan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan sub bagian tata
usaha dan administrasi kepegawaian.
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai lingkup tugas dan
27
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Konsep Dasar Sistem
Berdasarkan objek yang diteliti, ada banyak pendapat tentang definisi
sistem yang dijelaskan oleh para ahli. Salah satunya definisi sistem adalah
kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sistem mempunyai sifat atau karakteristik sebagai berikut:
1. Terdiri dari subsistem/elemen-elemen.
2. Setiap subsistem tersebut saling berinteraksi.
3. Adanya sesuatu yang mengikat antara subsistem/elemen menjadi satu kesatuan
(penghubung sistem).
4. Adanya batasan yang nyata antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau
dengan lingkungan luarnya.
5. Adanya masukan, proses dan keluaran dalam suatu sistem.
6. Mempunyai tujuan dan sasaran sebagi hasil akhir.
3.2 Konsep Dasar Informasi
Informasi ibarat darah yang mengalir dalam tubuh suatu organisasi,
sehingga informasi ini sangat penting di dalam suatu organisasi. Suatu sistem yang
kurang informasi akan menjadi luruh, kerdil dan akhirnya mati. Adapun definisi
1. ‘Informasi adalah data yang telah diolah/diproses sedemikian rupa sehingga
meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut’
(McFadden, 1999).
2. ‘Informasi adalah pengurangan jumlah ketidakpastian ketika pesan diterima’ (Shannon & Weaver, 1992).
3. ‘Informasi adalah adat yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau masa
yang akan datang’ (Davis, 1999).
Dua hal yang menjadi hal dasar dalam menentukan seberapa bagus dan
berpengaruhnya informasi di jaman sekarang adalah:
a. Kualitas Informasi
Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal utama yang saling
berkaitan satu sama lainnya, yaitu:
1. Informasi harus akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan
dan informasi harus mencerminkan maksudnya.
2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh
terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi.
3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.
b. Nilai Informasi
Nilai dari suatu informasi ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya
mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif
dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Sebagian besar informasi tidak dapat
29
efektivitasnya. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis
cost effectiveness atau cost benefit.
3.3 Pengertian Sistem Informasi
Banyak ahli yang mengungkapkan definisi sistem informasi, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. ‘Sistem Informasi adalah sistem buatan tangan menusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengolah data serta menyediakan
informasi kepada para pemakai’ (Oram, Gelinas, & Wiggins, 1991)
2. ‘Sistem Informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang dan
teknologi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah
organisasi’ (Alter, 1992)
3. ‘Sistem informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumberdaya untuk mengubah input menjadi output yang berguna untuk mencapai sasaran
perusahaan’ (Wilkinson, 1992)
4. ‘Sistem Informasi adalah kumpulan hardware dan software yang dirancang untuk mentransformasi data menjadi informasi yang bermanfaat’ (Bodnar &
Hopwood, 1993)
5. ‘Sistem Informasi bertujuan mengumpulkan, memproses, menyimpan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu’ (Turban,
6. ‘Sistem Informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal tempat data
diklasifikasi, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai’
(Hall, 2001)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi merupakan suatu kegiatan
dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana diimplementasikan akan
menyediakan informasi untuk mendukung pengambil keputusan dan pengendalian
didalam organisasi. Berdasarkan tingkat kegunaannya, sistem informasi dapat
dibagi sebagai berikut:
a. Level 1 Sistem Informasi sebagai
Sistem Pemrosesan Data (Data Procesing System)
1. Memproses sejumlah besar data untuk transaksi bisnis rutin.
2. Terdapat data entry ke sistem dan laporan transaksi dengan sedikit
membutuhkan keputusan.
b. Level 2 Sistem Informasi sebagai
Sistem Informasi Manajemen (Management Information System)
1. Menyusun laporan secara periodik untuk kontrol, perencanaan, dan membuat
keputusan.
2. Merupakan interaksi antar orang, software, tidak dapat menggantikan sistem
pemrosesan data karena merupakan bagiannya.
3. Tidak sekedar memproses data namun termasuk analisis keputusan dan
membuat keputusan.
31
c. Level 3 Sistem Informasi sebagai
Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)
1. Mendukung pengambil keputusan dengan menyusun informasi pada kebutuhan
tertentu.
2. Sama dengan MIS keduanya tergantung pada database sebagai sumber data.
3. Program yang dibuat khusus untuk orang tertentu atau grup tertentu pengambil
keputusan.
d. Level 4 Sistem Informasi sebagai
Expert System dan Artificial Inteligent System
1. Menangkap keahlian tiruan dari pembuat keputusan dalam menyelesaikan
masalah.
2. Expert system menggunakan pendekatan Artificial Inteligent yaitu membuat
mesin seakan-akan punya kepandaian untuk menyelesaikan masalah secara
beralasan sesuai dengan pemikiran manusia.
3.4 Konsep Dasar MRP 3.4.1 Latar Belakang
Sebelum tahun 1960 tidak satupun terdapat metode yang memuaskan dalam
proses pengendalian persediaan terhadap item permintaan yang saling
bergantungan. Sistem persediaan formal dalam suatu perusahaan masih didasarkan
pada sistem order point dengan menerapkan metode tradisional yang tidak formal
dan simpang siur khususnya dalam menangani material yang sifatnya saling
Sekitar tahun 1960 komputer mulai dipakai dalam bidang manajemen
persediaan. Dengan demikian maka komputerisasi pengendalian persediaan telah
mengawali bidang manajemen persediaan yang lebih baik dan efisien.
Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi dalam pelaksanaan manajemen persediaan
tradisional telah teratasi dengan dikenalnya suatu pendekatan sistem persediaan
yang terperinci dan lebih baik, yang dikenal dengan Material Requirment Planning
(MRP), yang ditemukan oleh Joseph Orlicky dari J.I Case Company. Sistem MRP
telah memiliki popularitas dalam bidang Industri yang memanfaatkan kemampuan
komputer melaksanakan perencanaan dan pengendalian persediaan dengan
memperhatikan hubungan antara item persediaan, sehingga pengelolahannya dapat
lebih efisien dalam menentukan kebutuhan material secara cepat dan tepat.
Komputerisasi MRP mula-mula dikembangkan dilingkungan APICS (American
Production and Inventory System Society) dalam suatu pengembangan program
yang profesional.
Manajemen pengendalian bahan pada dasarnya adalah merupakan suatu
masalah yang penting dalam komunikasi indiustri. Kerumitan yang sering timbul
dalam proses pengendalian bahan ini berbanding langsung dengan jumlah barang
dalam persediaan dan dengan jumlah transaksi yang harus dicatat untuk mengikuti
gerakan bahan (tetap menjaga derajat pengendalian yang dibutuhkan untuk
memenuhi sasaran). Sistem persediaan dalam suatu operasi atau lingkungan
manufaktur memiliki beberapa karakteristik tertentu yang sangat mempengaruhi
terhadap kebijaksanaan dalam perencanaan material. Pertanyaan mendasar yang
sering timbul dalam situasi kebijaksanaan persediaan tersebut adalah berapa jumlah
33
dengan perencanaan dalam MPS. Jawaban pertanyaan tersebut tergantung dari sifat
demand dari persediaan. Suatu demand dikatakan independent apabila sesuai
dengan pengalaman, dimana demand terhadap permintaan barang tersebut tidak
bergantungan dengan barang-barang lain. Demikian sebaliknya suatu demand
dikatakan dependent apabila barang tersebut merupakan bagian yang terpadu dari
barang yang lain (ada hubungan fisik).
Sistem MRP diproses untuk memenuhi akan kebutuhan yang sifatnya
dependent. Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa MRP dapat lebih
banyak digunakan dilingkungan manufaktur yang melibatkan suatu proses
assembling, dimana kebanyakan permintaan terhadap barang bersifat bergantungan, sehingga tidak diperlukan peramalan pada tingkat barang
(komponen) ini. Pertanyaan yang pertama dari hal diatas dapat terpenuhi jika kita
mengetahui saat kebutuhan hari terpenuhi sesuai dengan MPS dan LeadTime.
Sedangkan pertanyaan kedua dipenuhi dengan teknik lot yang sesuai dengan
kondisi yang diproses dalam perhitungan MRP. Secara global hasil informasi yang
diperoleh dalam proses MRP sangat menunjang dalam perencanaan CRP (Capacity
Requirment Planning) untuk tercapainya suatu sistem pengendalian aktifitas
produksi yang lebih baik.
3.4.2 Pengertian dan Perkembangan MRP
MRP selalu berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi
dan tuntutan terhadap sistem perusahaan maka sampai saat ini MRP dibagi menjadi
4 bagian dan tidak tertutup kemungkinan untuk masa yang akan datang. Keempat
1. Material Requirment Planning (MRP) dapat didefenisikan sebagai suatu teknik
atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam
proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen
permintaan yang saling bergantungan. (Dependent demand items).
2. Material Requirment Planning II (MRPII), Oliver Wight dan George Plossl,
partner konsultan, diakui oleh orang yang melakukan perluasan konsep MRP
atas area manufactur, sehingga MRP dapat mencakup area-area perusahaan lain.
Hasil perluasan konsep tersebut dinamakan MRP II, dan arti dari singkatan
tersebut berubah menjadi Manufacturing resource planning (Perencanaan
Sumber Manufactur).
3. Material Requirment Planning III (MRPIII), proses ini diperluas didalam
tingkat akurasi peramalan permintaan, penggunaan secara tepat dan baik
peramalan permintaan (forecast Demand), akan dapat secara otomatis dan tepat
melakukan perubahan terhadap Master Production Schedule. Dan apabila juga
Master Production Schedule telah penuh atau tidak dapat lagi melakukan Work Order maka sistem MRPIII ini dapat melakukan rekomendasi terhadap
permintaan.
4. Material Requirment Planning 9000 (MRP9000), MRP9000 sudah merupakan
tawaran yang benar-benar merupakan sistem yang lengkap dan terintegrasi
dengan sistem management manufacturing. Kemampuan sistem MRP9000
didalam manufacturing, termasuk juga inventory, penjualan, perencanaan,
Pembuatan, dan Pembelian dengan mengunakan General Ledger, dan sebuah
Administrasi, dan Executive Information System (EIS) secara graphical dalam
35
3.4.3 Fungsi MRP
Terdapat tiga fungsi yang terkait langsung dengan metode Material
Requirment Planning, yaitu:
1. Pengendalian persediaan, yaitu menjaga agar tingkat persediaan berada pada
batasan minimum.
2. Penjadwalan produksi, yaitu menentukan jadwal pembuatan/pengerjaan
part-part untuk membentuk produk akhir berdasarkan jadwal induk produksi.
3. Pembelian, yaitu menentukan jadwal pembelian part yang selanjutnya akan
diproses untuk membentuk produk akhir.
3.4.4 Karakteristik MRP
Terdapat 4 karakteristik perencanaan kebutuhan material, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. MRP berorientasi produk yaitu menggunakan BOM sebagai dasar perhitungan
kebutuhan komponen dan sub assembly.
2. MRP berorientasi masa depan yaitu menggunakan informasi JPI untuk
menghitung komponen dimasa yang akan datang.
3. MRP meliputi manajeman waktu, kapan suatu komponen dibutuhkan
berdasarkan perhitungan ekspektasi waktu siklus atau lead time.
4. MRP meliputi perencanaan prioritas, yang menghasilkan apa saja yang
3.4.5 Tujuan MRP
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan dari MRP adalah menghasilkan
informasi persediaan yang mampu digunakan untuk mendukung melakukan
tindakan secara tepat dalam berproduksi. Sehingga sistem MRP pada dasarnya
bertujuan untuk merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi
untuk mendukung aksi yang tepat baik berupa pembatalan pesanan, pesan ulang,
atau penjadwalan ulang. Aksi ini sekaligus merupakan suatu pegangan untuk
melakukan pembelian dan/atau produksi.
Ada 4 macam yang menjadi ciri utama MRP, yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, kapan suatu pekerjaan
akan selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi permintaan produk yang
dijadwalkan berdasarkan MPS yang direncanakan.
2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item, dengan menentukan secara tepat
sistem penjadwalan.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, dengan memberikan indikasi
kapan pemesanan atau pembatalan suatu pesanan harus dilakukan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah
direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan
yang dijadwalkan pada waktu yang dikehendaki, maka MRP dapat memberikan
indikasi untuk melaksanakan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin)
dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis. Seandaniya penjadwalan
ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka
37
5. Meminimalkan persediaan. Dengan MRP, pengadaan (pembelian) atas
komponen-komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat
dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya
persediaan.
6. Mengurangi resiko keterlambatan produksi atau pengiriman. MRP
mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan dengan
jumlah dan waktu yang tepat sesuai dengan jadwal produksi maupun
pengadaan/pembelian komponen, sehingga dapat memperkecil resiko tidak
tersedianya bahan yang akan diproses.
7. Komitmen yang realistik. Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat
dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen pengiriman barang lebih
realistik. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen.
8. Meningkatkan efisiensi. Hal ini karena jumlah persedian, waktu produksi, dan
waktu pengiriman barang dapat direncanakan dengan lebih baik sesuai dengan
jadwal produksi induk.
3.4.6 Input MRP
Ada 3 Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP yaitu:
1. Jadwal Induk Produksi (Master production schedule)
2. Struktur Produk (Product structure Record & Bill of Material)
Jadwal Induk Produksi (MPS)
Merupakan suatu rencana produksi yang menggambarkan hubungan antara
kuantitas setiap jenis produk akhir yang diinginkan dengan waktu penyediaannya.
Secara garis besar pembuatan suatu MPS biasanya dilakukan atas tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Identifikasi sumber permintaan dan jumlahnya, sehingga dapat diketahui
besarnya permintaan produk akhir setiap periodanya.
2. Menentukan besarnya kapasitas produksi dan kecepatan operasi yang
diperlukan untuk memenuhi permintaan yang telah diidentifikasikan,
perencanaan ini biasanya dilakukan pada tingkat agregat, sehingga masih
merupakan perencanaan global.
3. Menyusun rencana rinci dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Tahap ini
merupakan penjabaran dari rencana agregat (global) sehingga akan didapat
rencana produksi setiap produk akhir yang dibuat dan perioda waktu
pembuatannya.
Hal penting yang diperhatikan dalam menyusun MPS adalah menentukan
panjang horison waktu perencanaan (Planning Horison), yaitu banyaknya perioda
waktu yang ingin diliput dalam penjadwalan.
Stuktur Produk (Bill of Material (BOM))
BOM merupakan daftar komponen yang diperlukan untuk membuat atau
merakit satu unit produk jadi. BOM file berisi penjelasan yang lengkap atas produk,
tidak hanya mencantumkan data mengenai bahan baku dan komponen tetapi juga
39
sebagai struktur pohon produk (product structure tree) karena menunjukan
bagaimana sebuah produk itu dibentuk oleh komponen-komponen. Struktur produk
ini menunujukan berapa banyak setiap komponen dan bagian produk yang akan
diperlukan, urutan perakitan bila struktur produk dimasukkan kedalam master
BOM, yang memperinci semua nama komponen, nomor identitas, nomor gambar,
dan sumber bahan baik yang dibuat dalam perusahaan ataupun yang dibeli dari
pihak luar. Permintaan daftar komponen ini akan dirakit, sehingga master BOM
juga merupakan suatu bentuk pemrosesan.
Catatan Daftar Persediaan (Infentory Records File)
Catatan daftar persediaan merupakan catatan tentang persediaan komponen
yang ada digudang dan sudah dipesan tapi belum diterima. Catatan ini digunakan
bila diperlukan dalam produksi. Isi catatan ini adalah nomor identifikasi, kuantitas
yang tersedia, tingkat stok pengaman (safety stock), kuantitas yang telah
direncanakan untuk dan waktu tunggu pengadaan (procurement leadtime) untuk
tiap item. Catatan ini harus selalu baru dengan cara melakukan pencatatan atas
transaksi-transaksi yang terjadi seperti penerimaan, pengeluaran, produk gagal, dan
pemesanan, untuk adanya kekeliruan dalam perencanaan.
3.4.7 Proses MRP
Langkah - Langkah dasar dalam penyusunan proses MRP, yaitu:
1. Netting (kebutuhan bersih): Proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap
bersih dengan mengurangi kebutuhan kotor dengan inventori yang ada
(Quantity on Hand)
2. Lotting (kuantitas pesanan): Proses penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan
yang optimal untuk sebuah item, berdasarkan kebutuhan bersih yan dihasilkan.
Atau dapat pula diartikan suatu proses menentukan ukuran lot
produksi/pembelian berdasarkan kriteria yang ditetapkan perusahaan (biasanya
kriteria biaya minimal).
Beberapa metode untuk menentukan ukuran lot yang optimal adalah:
a. Fixed Order Quantity
Ukuran lot pemesanan ditentukan oleh pihak supplier disesuaikan
dengan kapasitas yang dimiliki oleh supplier. Pendekatan yang digunakan
untuk lotting ini adalah dengan konsep jumlah pemesanan tetap karena
keterbatasan akan fasilitas. Misalnya kemampuan gudang, transportasi,
kemampuan supplier dan pabrik. Jadi dalam menentukan ukuran lot
berdasarkan intuisi atau pengalaman sebelumnya.
b. Economic Order Quantity
Pendekatan metode ini menggunakan konsep minimasi ongkos simpan
dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap, berasarkan hitungan minimasi tersebut.
c. Lot for Lot
Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan diskrit dengan
pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang dipesan sama dengan
41
d. Least Unit Cost
Ukuran lot pemesanan berdasarkan biaya per unit yang paling kecil.
Dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi.
Keputusan untuk pemesanan didasarkan pada:
Ongkos unit terkecil = ongkos pesan per unit + ongkos simpan per unit
e. Least Total Cost
Ukuran lot pemesanan berdasarkan biaya total yang paling kecil.
Apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanaan sama besarnya, hal
ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan per
unitnya hampir sama dengan ongkos pengadaan per unitnya.
Ongkos total = ongkos simpan + ongkos pengadaan
f. Part Period Balancing
Pendekatan metode ini menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila
ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos simpannya.
g. The Period Order Quantity
Pemesanan dilakukan pada periode-periode tertentu yang telah
ditentukan oleh pihak supplier. Pendekatan menggunakan konsep jumlah
pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan
diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar
jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanan adalah
setahun.
h. Metode Silver Meal
Metode ini menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat
menimumkan ongkos total perperiode dimana ukuran lot didapatkan dengan
cara menjumlakan kebutuhan beberapa periode sebagai ukuran lot yang tentatif
(bersifat sementara), penjumlahan dilakukan terus sampai ongkos totalnya
dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran
lot tentatif tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang sebenarnya adalah
ukuran tentatif terakhir yang ongkos total periodenya masih menurun.
i. Algoritma Wagner-Within
Pendekatan metode ini dengan mengguankan konsep ukuran lot dengan
prosedur optimasi program linier, bersifat matematis. Pada prakteknya hal ini
sulit diterapkan dalam MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit.
Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah melakukan minimasi
penggabungan ongkos total dari ongkos setup dan ongkos simpan tersebut
mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan.
j. Fixed Periode Requirement (FPR)
Pendekatan metode ini menggunakan konsep interval pemesan yang
kosntan, sedangkan ukuran kuantitas pemesanannya (lot size) dapat bervariasi.
43
bersih (Rt) dari setiap periode yang tercakup dalam interval pemesanan yang
telah di tetapkan, penetapan intervalnya secara sembarang atau intuitif. Pada
metode ini jika saat pemesanan jatuh pada periode yang kebutuhan bersihnya
sama dengan nol maka pemesanan dilaksanakan pula pada periode berikutnya.
3. Offsetting (rencana pemesanan): Bertujuan untuk menentukan kuantitas
pesanan yang dihasilakan proses lotting. Penentuan rencana saat pemesanan ini
diperoleh dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih yang harus tersedia
dengan waktu ancang-ancang (lead time). Lebih sederhananya adalah proses
menentukan lamanya waktu yang diperlukan untuk mengadakan suatu part
(diproduksi atau dibeli) agar dapat menjadi acuan saat mulai pengerjaan part
tahap berikutnya.
4. Exploding: Merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat
(level) yang lebih bawah dalam suatu struktur produk, serta didasarkan atas
rencana pemesanan. Tahapannya adalah penjabaran kebutuhan material ke level
yang lebih rendah hingga akhir level.
Hasil yang diperoleh dari perencanaan kebutuhan material adalah komponen
yang diperlukan (jenis, jumlah, dan saat) untuk memenuhi permintaan.
3.4.8 Output MRP
Keluaran MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP, yaitu:
1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) adalah penentuan jumlah
kebutuhan meterial serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan datang.
2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli
bagi manajer manufaktur, yang akan digunakan untuk mengontrol proses
produksi.
3. Changes to planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah
direncanakan) adalah yang merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan
pesanan, pengubahan jumlah pesanan.
4. Performance Report (Laporan Penampilan) suatu tampilan yang menunjukkan
sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stock dan ukuran
yang lain.
3.4.9 Faktor-Faktor Kesulitan Dalam MRP
Terdapat 5 faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam MRP yaitu:
1. Struktur Produk
Pada dasarnya struktur produk yang kompleks dapat menyebabkan
terjadinya proses MRP seperti Net, Lot, Offset, dan Explode yang berulang-ulang,
yang dilakukukan satu persatu dari atas sampai kebawah berdasarkan tingkatannya
dalam suatu struktur produk tersebut. Kesulitan tersebut sering banyak ditemukan
dalam proses lot sizing, dimana penentuan lot size pada tingkat yang lebih bawah
perlu membutuhkan teknik yang sangat sulit (multi level lot sizing tecnique)
2. Lot Sizing.
Dalam suatu proses MRP, terdapat berbagai macam penentuan teknik lot
sizing yang diterapkan, sebab proses lotting ini merupakan salah satu fundamen
yang penting dalam suatu sistem rencana kebutuhan bahan. Pemakaian serta
pemilihan teknik-teknik lot sizing yang tepat sesuai dengan situasi perusahaan akan
45
sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Hingga kini telah banyak
dikembangkan oleh para ahli mengenai teknik-teknik penetapan ukuran lot. Sampai
saat ini teknik ukuran lot dapat dibagi menjadi 4 bagian besar, yaitu :
1. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas tak terbatas.
2. Teknik ukuran lot satu tingkat dengan kapasitas terbatas.
3. Teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas tak terbatas.
4. Teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas terbatas.
Dilihat dari cara pendekatan pemecahan masalah, juga terdapat dua aliran,
yaitu pendekatan level by level dan period by period. Nampak jelas dalam hal ini
bahwa teknik lot sizing masih dalam tehap perkembangan, khususnya untuk kasus
multi level. 3. Lead Time
Suatu proses perakitan tidak dapat dilakukan apabila item-item yang
diperlukan dalam proses perakitan tersebut tidak tersedia dilokasi perakitan pada
saat diperlukan. Dalam proses tersebut perlu diperhitungkan masalah network yang
dilakukan berdasarkan lintasan kritis, saat paling awal, atau saat paling lambat, atau
suatu item dapat selesai. Persoalan yang penting dari masalah ini bukan hanya
penentuan ukuran lot size pada setiap level akan tetapi perlu mempertimbangkan
masalah lead time serta network yang ada.
4. Kebutuhan yang Berubah
Salah satu keunggulan MRP dibanding dengan teknik laiinya adalah mampu
merancang suatu sistem yang peka terhadap perubahan-perubhan, baik yang
datangnya dari luar maupun dari dalam perusahaan itu sendiri. Kepekaan ini bukan
akhir tidak hanya mempengaruhi kebutuhan akan jumlah penentuan jumlah
kebutuhan yang diinginkan, akan tetapi juga tempo pemesanan yang ada.
5. Komponen Umum
Komponen umum yang dimaksudkan dalam hal ini adalah komponen yang
dibutuhkan oleh lebih dari satu induknya. Komponen umum tersebut dapat
menimbulkan suatu kesulitan dalam proses perencanaan kebutuhan bahan
khususnya dalam proses netting dan lot sizing. Kesulitan-kesulitan tersebut akan
semakin terasa apabila komponen umum tersebut ada pada level yang berbeda.
3.4.10 Keuntungan-keuntungan digunakannya MRP
Beberapa keuntungan digunakannya MRP yang diungkapkan oleh Drs.
Pangestu Subagyo, (Manajemen Operasi, 2000), antara lain sebagai berikut:
1. Mengurangi kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan barang, karena
kebutuhan barang didasarkan atas rencana jumlah produksi.
2. Menyajikan informasi untuk perencanaan kapasitas pabrik.
3. Dengan sendirinya akan selalu memperbaiki jumlah persediaan dan jumlah
pemesanan material.
3.4.11 Pengendalian Persediaan dengan metode MRP
Pengendalian persediaan merupakan langkah penting dalam manajemen
persediaan untuk melakukan perhitungan berupa jumlah optimal tingkat persediaan
yang harus ada serta waktu pemesanan kembali. Pengaturan dan pengawasan
terhadap material barang dalam proses dan barang jadi merupakan bagian penting
47
MRP adalah salah satu terobosan besar bagi dunia industri dalam mengatur
bahan-bahan material yang dibutuhkan untuk proses produksi. Karena dengan MRP
perusahaan dapat mengefisiensikan gudang dan sekaligus mencegah kemungkinan
kehabisan bahan material. Semua proses pengaturan untuk bahan material yang
dibutuhkan hanya dengan memasukkan data yang dibutuhkan dan software MRP
yang akan memproses semuanya. Fasilitas yang disediakan adalah proses pengisian
dan pemesanan data dealer penjualan dan supplier material. Konsep MRP adalah
mempermudah pengaturan bahan material. Oleh karena itu direncanakan software
dengan konsep user friendly dan fasilitas yang benar-benar mempermudah dan
mampu meningkatkan efisiensi para pengguna.
Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal dengan Material
Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi
untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal
produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan
meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP yaitu lead time,
dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan.
Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau persediaan
sesuai dengan jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang walaupun
persediaan telah berada pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi
masalah-masalah kompleks dalam persediaan yang memproduksi banyak produk. Masalah
yang ditimbulkannya antara lain kebingungan inefisiensi, pelayanan yang tidak
memuaskan konsumen.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses produksi akan
menggunakan metode MRP untuk melakukan penjadwalan produksi, maka
perusahaan akan menentukan secara tepat perencanaan tanggal penyelesaian
pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji kepada
konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat dikurangi.
3.4.12 Kelebihan MRP
Dibawah ini adalah kumpulan beberapa kelebihan menggunakan metode
MRP, yaitu:
1. Kemampuan memberi harga lebih kompetitif.
2. Mengurangi harga penjualan.
3. Mengurangi inventori.
4. Pelayanan pelanggan yang lebih baik.
5. Respon terhadap permintaan pasar lebih baik.
6. Kemampuan mengubah jadwal induk.
7. Mengurangi biaya setup.
8. Mengurangi waktu menganggur.
9. Memberi catatan kemajuan sehingga manager dapat merencanakan order
sebelum pesanan aktual dirilis.
10.Memberitahu kapan memperlambat akan sebaik mempercepat.
11.Menunda atau membatalkan pesanan.
12.Mengubah kuantitas pesanan.
13.Memajukan atau menunda batas waktu pesanan.