UJI JARAK SILINDER PENGEPRESS TERHADAP
KUALITAS EMPING MELINJO PADA ALAT PENCETAK
KERIPIK BIJI-BIJIAN
SKRIPSI
OLEH :
RIO BARUNA SIRAIT
100308064
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UJI JARAK SILINDER PENGEPRESS TERHADAP
KUALITAS EMPING MELINJO PADA ALAT PENCETAK
KERIPIK BIJI-BIJIAN
SKRIPSI
OLEH :
RIO BARUNA SIRAIT
100308064
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Menyelesaikan Studi Di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ainun Rohanah, STP, M. Si) (Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si)
Ketua Anggota
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
Rio Baruna Sirait (100308064) dengan judul skrispsi “Uji Jarak Silinder Pengepress Terhadap Kualitas Emping Melinjo Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian ”. Dibimbing oleh Ibu Ainun Rohanah, STP, M. Si dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji jarak silinder pengepress terhadap kualitas emping pada alat pencetak keripik biji-bijian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa emping melinjo yang dihasilkan dikategorikan pada kualitas 2, yaitu bentuk tidak seragam, berwarna putih tetapi tidak bening, ketebalan seragam, dan bisa langsung digoreng setelah selesai dicetak. Rendemen tertinggi dihasilkan pada perlakuan R3yaitu sebesar 83% dan terendah pada perlakuan R1yaitu sebesar 78,2%.Kapasitas olah tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 yaitu sebesar 3,01 kg/jam dan terendah pada perlakuan R1yaitu sebesar 2,61 kg/jam.
RIWAYAT HIDUP
Rio Baruna Sirait (100308064) lahir di Limapuluh pada 10 Oktober1993, anak keempat dari Ayah F.H Sirait dan Ibu M.Sinaga.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis sebagai berikut:
1. Tahun1997,masuk Taman Kanak-kanak dan lulus pada tahun 1998 dari Taman
Kanak-kanak Darma Bangsa Limapuluh.
2. Tahun 1998,masuk Sekolah Dasar dan lulus pada tahun 2004 dari SDN 010185
Limapuluh.
3.Tahun 2004, masuk sekolah Menegah Pertama dan lulus pada tahun 2007 dari
SMP RK Abdi Sejati Perdagangan.
4. Tahun 2007,masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus pada tahun 2010 dari
SMA NEGERI 1Limapuluh.
5. Tahun 2010, diterima di Universitas Sumatera Utara ,Fakultas Pertanian,
Program Studi Keteknikan Pertanian melalui jalur SNMPTN.
6. Bulan Juli hingga Agustus 2013, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Desa Matapao,Kec.Matapao,Kab.Deli Serdang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Jarak Silinder Pengepress Terhadap Kualitas Emping Melinjo pada
Alat Pencetak Keripik Biji-bijian”. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Studi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Orangtua penulis, Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua
komisi pembimbing dan BapakIr. Saipul Bahri Daulay, M.Si, selaku anggota
komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan bantuan yang tak
ternilai harganya selama penulisan skripsi ini berlangsung.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Agustus 2015
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Melinjo ... 3
Akar... 4
Batang ... 4
Daun ... 4
Bunga ... 4
Varietas ... 5
Syarat Tumbuh ... 6
Panen ... 6
Pascapanen... 7
Emping Melinjo ... 7
Kualitas Emping Melinjo... 9
Pembuatan Emping Melinjo ... 10
Prinsip Kerja Alat Pencetak Keripik Biji-bijian ... 11
Komponen Alat Pencetak Keripik Biji-bijian... 12
Kerangka Alat... 12
Saluran Pemasukan Bahan... 12
Motor Listrik ... 12
Poros ... 13
Bantalan (bearing) ... 13
Puli (pulley) ... 13
V-belt (Sabuk V) ... 14
Speed reducer ... 15
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian ... 15
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 16
Alat dan Bahan Penelitian ... 16
Metode Penelitian ... 16
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Persiapan Alat ... 17
Prosedur Penelitian ... 17
Parameter Penelitian ... 17
Uji Organoleptik Keripik Biji-bijian ... 24 KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Hasil survey berdasarkan tua mudanya biji melinjo, jika dijadikan
emping akan mengalami penyusutan ... 8
2. Uji organoleptik warna keripik biji-bijian ... 18
3. Uji organoleptik kerenyahan keripik biji-bijian ... 19
4. Uji organoleptik rasa keripik biji-bijian ... 19
5. Pengaruh jarak silinder terhadap rendemen, kapasitas olah dan uji organoleptik emping melinjo ... 20
6. Uji DMRT pengaruh jarak silinder pengepressan terhadap Nilai rendemen (%) ... 21
7. Uji DMRT pengaruh jarak silinder pengepressan terhadap nilai kapasitas olah (kg/jam) ... 23
8. Uji Organoleptik Keripik biji melinjo (emping melinjo) pada jarak silinder pengepressan 1 mm ... 24
9. Uji Organoleptik Keripik biji melinjo (emping melinjo) pada jarak silinder pengepressan 1,5 mm ... 25
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Hubungan jarak silinder pengepressan terhadap nilai rendemen ... 22
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. FlowChart Pelaksanaan Penelitian ... 32
2. Analisis jarak silinder terhadap rendemen emping melinjo ... 33
3. Analisis jarak silinder terhadap kapasitas olah emping melinjo ... 34
4. Perhitungan rendemen (%) ... 35
5. Perhitungan Kapasitas Olah (Kg/Jam)... 38
6. Gambar Melinjo ... 42
7. Gambar Alat ... 44
ABSTRAK
Rio Baruna Sirait (100308064) dengan judul skrispsi “Uji Jarak Silinder Pengepress Terhadap Kualitas Emping Melinjo Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian ”. Dibimbing oleh Ibu Ainun Rohanah, STP, M. Si dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji jarak silinder pengepress terhadap kualitas emping pada alat pencetak keripik biji-bijian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa emping melinjo yang dihasilkan dikategorikan pada kualitas 2, yaitu bentuk tidak seragam, berwarna putih tetapi tidak bening, ketebalan seragam, dan bisa langsung digoreng setelah selesai dicetak. Rendemen tertinggi dihasilkan pada perlakuan R3yaitu sebesar 83% dan terendah pada perlakuan R1yaitu sebesar 78,2%.Kapasitas olah tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 yaitu sebesar 3,01 kg/jam dan terendah pada perlakuan R1yaitu sebesar 2,61 kg/jam.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik, maka
produk pertanian harus memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan
pasca panen dilakukan dengan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang
diizinkan. Jika penanganan yang dilakukan tidak baik, maka akan memberikan
dampak buruk bagi produk tersebut seperti kualitas produk menjadi buruk
sehingga harga jualnya rendah serta dapat menimbulkan kerugian bagi para
petani.Hal ini menimbulkan ide-ide dalam mengembangkan pengolahan bahan
hasil pertanian menjadi produk olahan lebih lanjut.
Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu, keahlian dan
keterampilan tersendiri. Teknik dalam mengolahnya juga berbeda-beda. Beberapa
teknik pengolahan pangan yang sering dilakukan adalah menghilangkan lapisan
luar yang tidak diinginkan (mengupas), memotong, memarut, pembagian dan
pelunakan, pemerasan, emulsifikasi, fermentasi, pemasakan (perebusan,
pendidihan, penggorengan, pengukusan, pemanggangan, penyangraian),
pengpresan, pengeringan semprot, pengepakan dan pasteurisasi.
Melinjo merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang
mempunyai banyak kegunaan. Hampir seluruh bagian tanaman melinjo dapat
dimanfaatkan, baik daunnya, tangkil, bahkan kulit bijinya bisa dimanfaatkan.
Buah melinjo yang sudah tua merupakan bahan baku emping melinjo yang
memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan mudah memasarkannya untuk
pula ke beberapa negara di Asia, Eropa dan Amerika. Namun selama ini
melinjobanyak ditanam oleh masyarakat di tanah-tanah pekarangan tanpa
perawatan dan bercampur dengan tanaman-tanaman jenis lainnya sehingga
hasilnya kurang memuaskan. Oleh karena itulah Pemerintah berusaha
meningkatkan produksi melinjo untuk dikembangkan menjadi salah satu komoditi
ekspor non-migas yang menghasilkan devisa negara dan sekaligus sebagai usaha
meningkatkan pendapatan petani (Sunanto, 1991).
Penelitian sebelumnya tentang pembuatan emping yaitu dilakukan secara
manual yaitu dengan menyangrai biji melinjo dengan pasir dan selanjutnya
dipukul-pukul sampai tipis lalu dijemur. Selain itu pembuatan emping juga sudah
dilakukan dengan menggunakan alat pencetak keripik biji-bijian dengan hasil
emping yang sudah baik, akan tetapi belum dilakukan pengujian jarak silinder
pengepres untuk mendapatkan emping dengan ketebalan yang lebih baik lagi.
Tujuan Penelitian
Menguji jarak silinder pengepress terhadap kualitas emping pada alat
pencetak keripik biji-bijian.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang
merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi
Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai alat pencetak keripik biji-bijian.
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
TINJAUAN PUSTAKA
Melinjo
Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman lokal Indonesia yang belum
dimanfaatkan secara luas. Umumnya melinjo dikonsumsi sebagai komponen
dalam pembuatan sayur ataupun dalam pembuatan kue kering yang dikenal
dengan emping. Di Indonesia, area penyebaran tanaman ini yaitu di sekitar pulau
Danaman, pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di pulau Sumatera, produksi melinjo
lebih dari 20.000 granules (biji) per tahun. Hal ini merupakan pertumbuhan yang
spontan untuk satu spesies tanaman di hutan dan melinjo juga biasa ditanam di
kebun ataupun di halaman sebagai hiasan (Parhusip dan Sitanggang, 2011).
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi yang
dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Divisi ini dibagi dalam dua
subdivisi: Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Angiospermae
(tumbuhan berbiji tertutup). Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo dalam
dunia tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Gymnospermae
Kelas : Gnetinae
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon (melinjo)
Akar
Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang,
seperti halnya tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo
yang tumbuh dari hasil perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek,
tidak berakar tunggang.
Batang
Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter.
Bentuk percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang
pertumbuhannya tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok
selalu tampak lebih jelas. Sistem percabangan yang demikian ini membuat
perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut.
Daun
Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm
serta lebarnya 2-10 cm dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi
rata. Jenis daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan.
Bunga
Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua,
yaitu pohon melinjo jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan,
pohon betina hanya memiliki bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu
pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina sekaligus.
Biji melinjo panjangnya 2-2,5 cm dengan bentuk ellipse, ujung meruncing
pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta.
Sarcotesta (kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah
berwarna cokelat dan keras apabila biji telah tua. Kulit yang keras dan kedap air
ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan biji. Sedangkan
endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji
melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji
masak dan jatuh dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama,
bisa mencapai setahun atau lebih. Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah
(Tim Penulis PS, 2002).
Varietas
Berdasarkan pengamatan di lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk
pohon, variasi bentuk dan ukuran buah atau biji pada melinjo, terdapat beberapa
varietas melinjo. Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo
2. Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil
ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh
cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo
ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku
3. Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di
hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di pulau
Nusakambangan.
Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo
bercangkang keras, perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh,
bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya yaitu
varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani, 2011).
Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas,
yaitu varietas kerikil (buah bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar
dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan varietas gentong (buah paling besar
diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga jenis melinjo tersebut,
varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk dijadikan
emping melinjo.
Syarat Tumbuh
Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus,
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/ lempung, berpasir, dan berkapur.
Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu
tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo
didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan
pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah
pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban
tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim
kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di
daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut
daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto, 1991).
Panen
Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah
dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5 -6 tahun. Masa
panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Dalam hal ini, dikenal ada
istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar bulan
Mei-Juli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya
disimpan tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan
mempengaruhi kualitas empingnya (Tim Penulis PS, 2002).
Pascapanen
Langkah awal perlakuan setelah panen adalah sortasi atau pemilihan. Buah
melinjo tua dipisahkan dari buah yang masih muda, demikian pula daun dan
bunganya. Buah melinjo yang sudah tua biasanya dicirikan dengan kulit luar yang
berwarna kuning kemerahan atau merah dan bijinya keras. Sedangkan buah yang
masih muda berkulit hijau dan bijinya lebih lunak. Namun buah yang sudah tua,
kulit luarnya lebih lunak dari buah yang masih muda.
Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan
emping. Namun adakalanya petani mengupas kulit buah melinjo tua. Kulitnya
dijual bersama daun dan bunganya untuk sayuran, sedangkan biji yang tidak
berkulit (klatak) dijual ke pengrajin emping (Tim Penulis PS, 2002).
Emping Melinjo
Pengolahan hasil pertanian adalah berbagai cara pengubahan hasil
pertanian baik bahan nabati maupun hewani oleh budidaya manusia baik secara
fisik, kimiawi atau biokimiawi menjadi produk-produk guna memenuhi
kebutuhannya. Pengolahan hasil pertanian umumnya dimulai setelah hasil
Emping melinjo merupakan salah satu bahan makanan ringan, selain
bernilai gizi tinggi juga memiliki cita rasa yang banyak disukai masyarakat.
Emping melinjo merupakan makanan istimewa dalam pola makanan rakyat
Indonesia. Kandungan gizi dan vitamin yang terdapat dalam makanan yang
berasal dari emping melinjo meliputi: kalori, karbohidrat, protein, lemak, kalsium,
fospor, besi, vitamin B dan lemak siklopropene (Cyclopropenefattyacid).
Berdasarkan kualifikasi tersebut dan didukung dengan pengrajin yang intensif
dapat menjamin ketersediaan emping tanpa dipengaruhi oleh waktu sehingga
kebutuhan konsumen dapat terpenuhi setiap saat (Aliudin dan Anggraeni, 2014).
Emping melinjo adalah jenis makanan ringan yang bentuknya pipih bulat
dibuat dari biji melinjo yang sudah tua. Harga emping melinjo di pasaran cukup
stabil, artinya belum pernah mengalami kemerosotan harga, lebih-lebih sekarang
Indonesia mulai mengekspor emping melinjo ke beberapa negara. Kualitas
melinjo sangat menentukan kualitas empingnya. Biji melinjo yang kualitasnya
[image:19.595.105.512.525.598.2]paling baik adalah biji melinjo yang ukurannya terbesar dan sudah tua benar.
Tabel 1. Hasil survey berdasarkan tua mudanya biji melinjo, jika dijadikan emping akan mengalami penyusutan.
Jenis biji Berat biji berkulit keras
Berat setelah jadi emping kering
Penyusutan
1 Tua benar 1 kg 0,65 kg 0,35 kg
2 Kurang tua 1 kg 0,60 kg 0,40 kg
3 Agak muda 1 kg 0,50 kg 0,50 kg
Biji melinjo yang sudah benar-benar tua itu kadar airnya kecil, sehingga
bila menjadi emping tidak mengalami penyusutan berat yang terlalu besar.
Berdasarkan jenis/ kualitas emping yang dihasilkan, tiap tenaga kerja
pembuat emping dalam sehari mampu memipihkan biji-biji melinjo sekitar :
2. 6 kg untuk kualitas 2
3. 10 kg untuk emping klutuk
(Sunanto, 1991).
Satu pohon melinjo yang sudah berumur diatas 5 tahun dan terawat baik
dapat menghasilkan biji melinjo sebanyak 50 kg per pohon per tahun dengan
harga Rp. 5000 per kg. Harga melinjo terkadang mengalami kenaikan dan
penurunan, tingginya harga melinjo disebabkan musim panen raya melinjo. Harga
melinjo jika mengalami kenaikan bisa mencapai Rp. 13000 – Rp. 15000 per kg.
Dan jika harga melinjo mengalami kenaikan maka harga emping juga melonjak
mencapai Rp. 32000 – Rp. 34000 per kg (Sujatmiko, 2013).
Kualitas Emping Melinjo
Dalam pemasarannya, ada klasifikasi emping melinjo yang didasarkan
pada kualitasnya, semakin tinggi kualitasnya akan semakin tinggi harganya.
Klasifikasi emping melinjo adalah sebagai berikut :
1. Kualitas nomor 1
Sering disebut emping super, yang tanda-tandanya adalah :
a. Lempengannya sangat tipis merata
b. Berwarna agak putih dan bening atau transparan
c. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam
d. Langsung bisa digoreng tanpa dijemur lebih dahulu
2. Kualitas nomor 2
Emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tandanya, antara lain:
b. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening
c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam
d. Bila akan digoreng harus dalam keadaan kering agar hasil gorengannya
baik
3. Kualitas nomor 3
Emping kualitas ini memiliki tanda-tanda:
a. Lempengannya agak tebal
b. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak bening
c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya bermacam-macam, sehingga garis tengahnya juga
bermacam-macam
d. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering, agar hasil
gorengannya baik
(Sunanto, 1991).
Pembuatan Emping Melinjo
Menurut Sunanto (1991), untuk membuat emping secara manual
diperlukan beberapa peralatan, yaitu:
1. Tungku api atau kompor minyak
2. Wajan dari tanah (kuali) atau dari aluminium
3. Batu berpermukaan lebar dan rata atau balok kayu untuk telenan atau alas
pemukulan
4. Alat pemukul dari besi atau batu gandik yang permukaannya licin atau
5. Irus atau sendok dari tempurung kelapa untuk membalik-balikkan biji
melinjo yang digoreng sangan
6. Anjang dari anyaman bambu untuk mengangin-anginkan atau menjemur
lempengan emping melinjo
7. Pasir sedikit untuk membantu proses penggorengan sangan
8. Lembaran seng yang tipis dan berukuran kecil untuk mengambil
lempengan emping yang melekat pada batu atau kayu telenan
Sebenarnya ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping
melinjo, yakni biji-biji melinjo sebelum dipipihkan itu dipanaskan dahulu dengan
cara digoreng sangan atau dengan cara direbus.
Menurut Sunanto (1991), pada umumnya proses pembuatan emping
melinjo itu menggunakan cara menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir,
maka biji-biji melinjo yang akan digoreng sangan akan dapat masak secara
merata, karena pasir sifatnya cepat menerima panas dan dengan mencampurkan
biji-biji melinjo berbaur dengan pasir yang panas sambil dibolak-balik, maka
kemasakan biji melinjo dapat merata. Dengan cara menggoreng sangan, aroma
dan zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo itu tidak hilang, sehingga akan
diperoleh emping melinjo yang rasanya lezat. Lain halnya bila direbus, aroma dan
zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo akan larut dalam air rebusan.
Akibatnya, rasa empingnya kurang lezat dan aromanya yang khas itu banyak
berkurang.
Prinsip Kerja Alat Pencetak Keripik Biji-bijian
Alat ini mempunyai ukuran panjang 40 cm, lebar 45 cm dan tinggi 105
Prinsip kerja alat ini yaitubekerja dengan menggunakan dua silinder
pengepres yang berputar berlawanan arah dimana biji masuk ke dalam
hopperyang selanjutnya akan dipres (dicetak) oleh dua buah silinder pengepres
yang digerakkan oleh elektromotor dan selanjutnya menuju ke wadah
penampungan bahan (Lubis, 2014).
Komponen Alat Pencetak Keripik Biji-bijian Kerangka alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya yang
terbuat dari besi.
Saluran pemasukan bahan (Hopper)
Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan dengan proses pengepresan bahan.
Motor Listrik
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut dinamo atau generator. Motor listrik dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot
debu.
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap (Soenarta dan Furuhama, 2002).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin,
hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi ini dipegang oleh poros.
Bantalan (bearing)
Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros
serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik.
Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:
1. Gerakan bantalan terhadap poros
-Bantalan luncur
-Bantalan gelinding
2. Beban terhadap poros
-Bantalan radial
-Bantalan aksial
-Bantalan gelinding khusus
(Sularso dan Suga, 2002).
Puli (Pulley)
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk
konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).
Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran
transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda
transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.
SD a = SDya a a ... (1)
dimana,
S = Kecepatan putar puli (rpm)
D = Diameter puli (mm)
(Smith dan Wilkes, 1990).
V-Belt (Sabuk V)
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk
V dibelitkan di sekitar alur pulleyyang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang
bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah
harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan
putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya
slip antara sabuk dan pulleysehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau
perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).
Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya
menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat
sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:
L = C + , D + d + − 2 ... (2)
dimana:
C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm)
D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)
d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)
Speed Reducer
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara
bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (outputspeed).
Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini
perbdaningan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.
i = ... (3)
dimana:
i = Perbandingan reduksi
N1 = Input putaran (rpm)
N2 = Output putaran (rpm)
(Niemann, 1982).
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinisikan sebagai kemampuan
alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk per satuan waktu. Dari satuan
kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila
alat atau mesin itu menggunakan daya pengerak motor. Persamaan matematisnya
yaitu sebagai berikut:
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan mulai dilaksanakan pada bulan
Oktober 2014 sampai Desember 2014.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji
melinjo,gas LPG dan air.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencetak
keripik biji-bijian, speed reducer, alat tulis, jangka sorong, komputer, kompor,
timbangan digital, kamera dan Kunci Pas.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengamatan pada alat pencetak keripik biji-bijian yang telah dicetak sebelumnya
dan studi literatur kepustakaan. Kemudian dilakukan pengujian dan pengamatan
parameter. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL)
non faktorial yang terdiri dari satu faktor yaitu kecepatan putaran alat pencetak
keripik biji-bijian dengan tiga kali ulangan pada tiap perlakuan. Adapun Jarak
silinder Pengepress yang akan diuji yaitu:
R1 = 1 mm
R2 = 1.5 mm
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Alat
1. Dibersihkan alat dari kotoran yang menempel.
2. Diperiksa alat pada bagian mur dan baut yang mengalami pengenduran.
3. Dipasang v-belt dan pulley.
4. Dinyalakan alat, hal ini dilakukan untuk mempersiapkan alat dalam
keadaan dapat dioperasikan dengan baik.
Prosedur Penelitian
1. Disiapkan biji melinjo.
2. Ditimbang bahan yang akan dicetak.
3. Dipasang pulley dan v-belt.
4. Diatur jarak silinder Pengepress pada jarak R1 = 1 mm, R2 = 1.5 mm,
R3 = 2 mm
5. Dihidupkan alat pencetak keripik biji-bijian.
6. Dimasukkan biji melinjo ke dalam hopper.
7. Ditunggu sampai bahan diolah menjadi emping.
8. Ditampung emping yang telah dicetak.
9. Dihitung rendemen yang diperoleh.
10.Dilakukan pengamatan parameter.
Parameter yang diamati
Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rendemen
Rendemen menunjukkan persentase perbandingan berat bahan akhir
berikut, bahan ditimbang sebelum percobaan, bahan setelah percobaan
ditimbang kembali, kemudian dihitung dengan rumus:
� = ���� ℎ�� ����� �� � � % ... (1)
2. Kapasitas olah (Kg/jam)
Kapasitas olah dilakukan untuk membagi berat awal melinjo terhadap
waktu yang dibutuhkan untuk mencetak melinjo.
�� = � ... (2)
dimana:
KO = kapasitas olah (kg/jam)
BB = berat emping sesudah dicetak (kg)
T = waktu (jam)
3. Uji organoleptik keripik biji-bijian dilakukan dengan mengamati ketebalan
keripik yang dihasilkan dan rasa keripik biji yang sudah diolah. Uji
organoleptik dilakukan dengan mengambil beberapa sampel secara acak
dan diberikan kepada 10 panelis yang merupakan mahasiswa dari
lingkungan keteknikan pertanian dan sekitarnya untuk diamati dengan
kode tertentu. Parameter yang diamati adalah warna dan rasa keripik
[image:29.595.135.511.610.694.2]biji-bijian hasil cetakan.
Tabel 2. Uji organoleptik warna keripik biji-bijian
Skala Kategori
1 Sangat suka
2 Suka
3 Kurang suka
4 Tidak suka
Tabel 3. Uji organoleptik kerenyahan keripik biji-bijian
Skala Kategori
1 Sangat suka
2 Suka
3 Kurang suka
4 Tidak suka
5 Sangat tidak suka
Tabel 4. Uji organoleptik rasa keripik biji-bijian
Skala Kategori
1 Sangat suka
2 Suka
3 Kurang suka
4 Tidak suka
[image:30.595.127.514.227.317.2]HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa jarak silinder
pengepressan berpengaruh terhadap rendemen, kapasitas olah dan uji
[image:31.595.110.515.246.334.2]organoleptik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Pengaruh jarak silinder terhadap rendemen, kapasitas olah dan uji organoleptik emping melinjo.
Perlakuan Rendemen (%)
Kapasitas olah (kg/jam)
Uji Organoleptik Warna Kerenyahan Rasa
R1 78,2 2,61 1,7 1,5 1,7
R2 80,3 2,73 1,7 1,9 2,2
R3 83 3,01 1,9 3,2 2,7
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi diperoleh pada
perlakuan R3yaitu sebesar 83% dan terendah pada perlakuan R1 yaitu sebesar
78,2%. Kapasitas olah tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 yaitu sebesar 3,01
kg/jam dan terendah pada perlakuan R1 yaitu sebesar 2,61 kg/jam. Nilai uji
organoleptik warnasecara keseluruhan tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 yaitu
sebesar 1,9 (disukai) dan terendah pada perlakuan R1 yaitu sebesar 1,7 (disukai).
Nilai uji organoleptik kerenyahan secara keseluruhan tertinggi diperoleh pada
perlakuan R3 yaitu sebesar 3,2 (kurang disukai) dan terendah pada perlakuan R1
yaitu sebesar 1,5 (disukai).Nilai uji organoleptik rasa secara keseluruhan tertinggi
diperoleh pada perlakuan R3 yaitu sebesar 2,7 (kurang disukai) dan terendah pada
perlakuan R1 yaitu sebesar 1,7 (disukai).
Pada penelitian ini emping melinjo yang dihasilkan mempunyai bentuk yang
tidak seragam, karena satu emping melinjo hanya berasal dari satu biji melinjo
dihasilkan seragam yaitu 0,1 mm, 0,2 mm dan 0,3 mm. Kualitas emping melinjo
pada perlakuan R1 adalah nomor 2 yaitu ketebalannya seragam, berwarna putih
tetapi tidak bening, bentuknya beragam, bisa langsung digoreng tetapi untuk
penyimpanan harus dikeringkan (kering angin) terlebih dahulu. Sedangkan
kualitas emping melinjo pada perlakuan R2 dan R3 adalah nomor 3 yaitu
ketebalannya lebih tebal dari kualitas nomor 2, berwarna kekuning-kuningan, bisa
langsung digoreng tetapi untuk penyimpanan harus dikeringkan (kering angin)
terlebih dahulu hal ini sesuai dengan literatur Sunanto (1991).
Rendemen
Dari analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa jarak silinder
pengepressan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen.Hasil
pengujian menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test)menunjukkan
pengaruh jarak silinder pengepressan terhadap rendemen untuk tiap perlakuan
[image:32.595.112.514.491.573.2]dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Uji DMRT pengaruh jarak silinder pengepressan terhadap nilai rendemen (%)
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - R1 78.26 a A
2 1.466443 2.222127 R2 80.33 b A
3 1.519845 2.305197 R3 83 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan memiliki perbedaan
yang nyata terhadap perlakuan lainnya.Perlakuan R1 berbeda nyata terhadap
Hubungan antara jarak silinder pengepressan dan nilai rendemen dapat
[image:33.595.141.499.146.320.2]dilihat pada Gambar 1 berikut :
Gambar 1. Hubungan jarak silinder pengepressan terhadap nilai rendemen
Dari Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa semakin keciljarak silinder
pengepressan maka semakin kecil juga nilai rendemen yang dihasilkan dan
semakin besar jarak silindernya maka semakin besar juganilai rendemen yang
dihasilkan.Hal ini disebabkan oleh adanya bahan serta cairan yang tinggal pada
silinder pengepress semakin banyak.
Dalam proses pencetakan dapat disimpulkan bahwa semakin keciljarak
silinder dalam proses pencetakan ini maka rendemen yang dihasilkan semakin
kecil disebabkan oleh banyaknya massa air yang tinggal pada alat pencetak dan
sebaliknya semakin besar jarak silinder dalam proses pencetakan ini maka
rendemen yang dihasilkan semakin besar disebabkan oleh sedikitnya massa air
yang tinggal pada alat semakin kecil sehingga berat bahan semakin besar.
Kapasitas olah
Dari analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jarak silinder
pengepressan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas olah. Hasil ŷ= -60.8x + 149.8
r² = -0.724
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
R ende m m en (% )
pengaruh jarak silinder pengepressan terhadap kapasitas olah untuk tiap perlakuan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Uji DMRT pengaruh jarak silinder pengepressan terhadap nilai kapasitas olah (kg/jam)
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - R1 2.61 a A
2 0.105074 0.15922 R2 2.73 b A
3 0.1089 0.165172 R3 3.01 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan memiliki perbedaan
yang nyata terhadap perlakuan lainnya.Perlakuan R1 berbeda nyata terhadap
semua perlakuan dan perlakuan R2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan R3.
Hubungan antara jarak silinder pengepressan dan Kapasitas olah dapat
[image:34.595.113.512.167.260.2]dilihat pada Gambar 2 berikut :
Gambar 2. Hubungan jarak silinder pengepressan terhadap kapasitas olah
Dari Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa semakin keciljarak silinder
pengepressan maka semakin kecil juga nilai kapasitas olah yang dihasilkan dan
semakin besar jarak silindernya maka semakin besar juga nilai kapasitas olah
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang tinggal pada silinder ŷ = 0.4x + 2.183
r² = 0.949
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
K apa si ta s ol ah ( kg /j am )
[image:34.595.126.495.446.605.2]pengepress sedikit sehingga berat bahan yang dihasilkan semakin besar sehingga
mempengaruhi kapassitas olah.
Dalam proses pencetakan dapat disimpulkan bahwa semakin keciljarak
silinder dalam proses pencetakan ini maka nilai kapasitas olah yang dihasilkan
semakin kecil disebabkan oleh banyaknya massa air yang tinggal pada alat
pencetak dan sebaliknya semakin besar jarak silinder dalam proses pencetakan ini
maka kapasitas olah yang dihasilkan semakin besar disebabkan oleh sedikitnya
massa air yang tinggal pada alat semakin kecil sehingga berat bahan semakin
besar.
Uji Organoleptik Keripik Biji-bijian
Uji organoleptik keripik biji-bijian dilakukan dengan mengamatiwarna,
kerenyahan dan rasa keripik biji-bijian yang dihasilkan. Pada uji organoleptik
dilakukan pengambilan beberapa sampel secara acak dari beberapa perlakuan
jarak silinder pengepressan dan diberikan kepada 10 orang panelis untuk diamati
[image:35.595.110.510.529.702.2]organoleptik keripik biji-bijian.
Tabel 8. Uji Organoleptik Keripik biji melinjo (emping melinjo) pada jarak silinder pengepressan 1 mm
No Nama Panelis Warna Kerenyahan Rasa
1 Rizky A. Lubis 2 2 2
2 Andri Fernando 2 1 2
3 Geri F L. Tobing 2 1 2
4 Alvario K. 1 2 2
5 Kasta Efrata 2 2 1
6 Sera Pitaloka 1 1 1
7 Ayu Febrina 2 2 2
8 Hamjah Dalimunthe 2 1 1
9 Ginta M 1 1 2
10 Yoga Purnama 2 2 2
Kategori
1 = Sangat suka
2 = Suka
3 = Kurang suka
4 = Tidak suka
5 = Sangat tidak suka
Dari rata-rata hasil uji organoleptik yang diberikan kepada 10 orang
panelis, diperoleh organoleptik warna yaitu 1,7~2 (warna emping melinjo yang
dihasilkan disukai), organoleptik ketebalan yaitu 1,5 ~ 1 (kerenyahan emping
melinjo yang dihasilkan sangat disukai) dan untuk organoleptik rasa yaitu 1,7 ~ 2
(rasa emping melinjo yang dihasilkan disukai).
Tabel 9. Uji Organoleptik Keripik biji melinjo (emping melinjo) pada jarak silinder pengepressan 1,5 mm
No Nama Panelis Warna Kerenyahan Rasa
1 Rizky A. Lubis 2 2 2
2 Andri Fernando 2 2 2
3 Geri F L. Tobing 2 1 2
4 Alvario K. 1 2 2
5 Kasta Efrata 2 2 2
6 Sera Pitaloka 1 2 3
7 Ayu Febrina 2 2 3
8 Hamjah Dalimunthe 2 2 2
9 Ginta M 1 2 2
10 Yoga Purnama 2 2 2
Rata-rata 1,7 1,9 2,2
Kategori
1 = Sangat suka
2 = Suka
3 = Kurang suka
[image:36.595.111.511.414.586.2]5 = Sangat tidak suka
Dari rata-rata hasil uji organoleptik yang diberikan kepada 10 orang
panelis, diperoleh organoleptik warna yaitu 1,7 ~ 2 (warna emping melinjo yang
dihasilkan disukai), organoleptik kerenyahan yaitu 1,9 ~ 2 (kerenyahan emping
melinjo yang dihasilkandisukai) dan untuk organoleptik rasa yaitu 2,2 ~ 2 (rasa
emping melinjo yang dihasilkan disukai).
Tabel 10. Uji Organoleptik Keripik biji melinjo (emping melinjo) pada jarak silinder pengepressan 2 mm
No Nama Panelis Warna Kerenyahan Rasa
1 Rizky A. Lubis 2 3 3
2 Andri Fernando 2 3 2
3 Geri F L. Tobing 2 3 3
4 Alvario K. 2 3 2
5 Kasta Efrata 2 4 2
6 Sera Pitaloka 2 3 3
7 Ayu Febrina 2 3 3
8 Hamjah Dalimunthe 2 3 3
9 Ginta M 1 4 3
10 Yoga Purnama 2 3 3
Rata-rata 1,9 3,2 2,7
Kategori
1 = Sangat suka
2 = Suka
3 = Kurang suka
4 = Tidak suka
5 = Sangat tidak suka
Dari rata-rata hasil uji organoleptik yang diberikan kepada 10 orang
panelis, diperoleh organoleptik warna yaitu 1,9 ~ 2 (warna emping melinjo yang
dihasilkan disukai), organoleptik kerenyahan yaitu 3,2 ~ 3 (kerenyahan emping
[image:37.595.110.511.277.447.2]KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Alat pencetak keripik biji-bijian berfungsi untuk mencetak biji-bijian yang
mengandung pati menjadi keripik dengan cara mengepres.
2. Sebelum dilakukan pengepresan, biji harus melalui proses penyangraian, untuk
biji melinjo dibutuhkan waktu 10 menit untuk proses penyangraian.
3. Rendemen tertinggi dihasilkan pada perlakuan R3yaitu sebesar 83% dan
terendah pada perlakuan R1yaitu sebesar 78,2%.
4. Kapasitas olah tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 yaitu sebesar 3,01 kg/jam
dan terendah pada perlakuan R1yaitu sebesar 2,61 kg/jam
5. Emping melinjo yang dihasilkan dikategorikan pada kualitas 2, yaitu bentuk
tidak seragam, berwarna putih tetapi tidak bening, ketebalan seragam, dan bisa
langsung digoreng setelah selesai dicetak.
6.
Nilai uji organoleptik warna tertinggi pada perlakuan R3 yaitu sebesar 1,9(disukai) dan terendah pada perlakuan R1 yaitu sebesar 1,7 (disukai).
7.
Nilai uji organoleptik kerenyahan tertinggi pada perlakuan R3 yaitu sebesar 3,2(kurang disukai) dan terendah pada perlakuan R1 yaitu sebesar 1,5 (disukai).
8.
Nilai uji organoleptik rasa tertinggi pada perlakuan R3 yaitu sebesar 2,7Saran
1. Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk meningkatkan kapasitas kerja alat
dan kesempurnaan alat pencetak keripik biji-bijian.
2. Diharapkan ada penelitian tentang alat untuk mengupas kulit ari biji melinjo
DAFTAR PUSTAKA
Aliudin dan D. Anggraeni, 2014. Nilai Tambah Emping melinjo melaluiTeknologi produksi Konvensional di Desa Menes Kecamatan MenesKabupaten Pandegelang. Download.portalgaruda.org. [Diakses pada 15 Maret 2014].
Christiani, C. A., 2011. Perbanyakan Melinjo (Gnetum gnemon) dengan Teknik Cangkok di Kebun Benih Holtikultura Tejomantri Woonorejo Polokarto Sukoharjo. eprints.uns.ac.id. [Diakses pada: 18 Maret 2014].
Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.
Daryanto, 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.
Heddy, S., W. H. Susanto dan M. Kurniati., 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.
Kusumanto, I., 2014. Net present value (NPV) &internal rate of return (IRR).Kuliah-ft.umm.ac.id. [diakses pada : 01 September 2014].
Lubis, P. C. A., 2014. Rancang Bangun Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2014. Tanaman Perkebunan. http://www.ristek.go.id. [Diakses pada: 18 Maret 2014].
Nieman, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo, Erlangga, Jakarta.
Parhusip, A. J. N. dan A. B. Sitanggang. 2011. Antimicrobial Activity of Melinjo Seed dan peel Extract (Gnetum gnemon) Against Selected PathogenicBacteria. Boing.lipan.staff.ipb.ac.id. [Diakses pada 15 Maret 2014].
Smith, H. P. dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Mesin. Penerjemah Hdanersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Sujatmiko, T., 2013. Harga Melinjo. Krjogja.com. [Diakses pada 27 Maret 2014].
Sularso dan K. Suga., 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.Pradnya Paramita, Jakarta.
Tim Penulis PS, 2002. Budidaya dan Pengolahan Melinjo. Penebar Swadaya,Jakarta.
Lampiran 1. FlowChart pelaksanaan penelitian.
Mulai
Dipersiapkan alat dan bahan
Diatur silinder pada jarak 1 mm; 1,5 mm dan 2 mm
Dihidupkan alat pencetak keripik biji-bijian
Dimasukkan bahan ke dalam hopper
Ditampung emping yang keluar dari lubang pengeluaran
Dilakukan pengamatan parameter
- Kapasitas alat - Organoleptik
- Ketebalan - Rendemen
Dilakukan pengolahan data
Lampiran 2.Analisis jarak silinder terhadap rendemen emping melinjo
Data analisis rendemen emping melinjo
Perlakuan Berat Awal (kg) Berat Akhir (kg) Rendemen (%)
R1 0,5 0,389 77,8
R1 0,5 0,39 78
R1 0,5 0,395 79
R2 0,5 0,402 80,5
R2 0,5 0,4 80
R2 0,5 0,398 79,6
R3 0,5 0,41 82
R3 0,5 0,42 84
R3 0,5 0,415 83
Data rendemen emping melinjo
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
R1 77,8 78 79 234,8 78,26
R2 80,5 80 79,6 240,1 80,03
R3 82 84 83 249 83
Analisa sidik ragam rendemen emping melinjo
SK Db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 2 34,32667 13,16333 31,84948 ** 5,143252 10,92477 Galat 6 3,23333 0,53889
Total 8 37,56
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
Lampiran 3.Analisis jarak silinder terhadap kapasitas olah emping melinjo
Data analisis kapasitas olah emping melinjo
Perlakuan Berat Awal (kg)
Berat Akhir
(kg) Waktu (jam)
Kapasitas Olah (kg/jam)
R1 0,5 0,389 0,151 2,67
R1 0,5 0,39 0,153 2,55
R1 0,5 0,395 0,150 2,63
R2 0,5 0,402 0,143 2,72
R2 0,5 0,4 0,146 2,74
R2 0,5 0,398 0,142 2,74
R3 0,5 0,41 0,139 2,94
R3 0,5 0,42 0,137 3,06
R3 0,5 0,415 0,136 3,05
Data kapasitas olah emping melinjo
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
R1 2,67 2,55 2,63 7,85 2,61
R2 2,72 2,74 2,74 8,2 2,73
R3 2,94 3,06 3,05 9,05 3,01
Analisa sidik ragam kapasitas olah emping melinjo
SK Db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 2 0.25388 0.12694 45.88353 ** 5.143253 10.92477 Galat 6 0.0166 0.00276
Total 8 0.270489
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen (%)
R1 = 1 mm
Ulangan I
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,389
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
Rendemen = 77,8 %
Ulangan II
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,390
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
Rendemen = 78 %
Ulangan III
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,395
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
R2 =1,5 mm
Ulangan I
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,402
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
Rendemen = 80,5%
Ulangan II
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,4
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
Rendemen = 80%
Ulangan III
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,398
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
Rendemen = 79,6%
Ulangan I
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,41
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
Rendemen = 82%
Ulangan II
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,42
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
Rendemen = 84%
Ulangan III
Berat Awal (kg) = 0,5
Berat Akhir (kg) = 0,415
Rendemen = ���� ℎ�� �
���� �� �
�
%
Rendemen = ,
,
�
%
Lampiran 5. Perhitungan Kapasitas Olah (Kg/Jam)
R1 = 1 mm
Ulangan I
Berat Akhir (kg) / BB = 0,389
Waktu (jam) / T = 0,151
�� = �� �
�� = ,,
�� = 2,67 �⁄�
Ulangan II
Berat Akhir (kg) / BB = 0,39
Waktu (jam) / T = 0,153
�� = ���
�� = ,,
�� = 2,55 �⁄�
Ulangan III
Berat Akhir (kg) / BB = 0,395
Waktu (jam) / T = 0,15
�� = ���
�� = 2,63 �⁄�
R2 = 1,5 mm
Ulangan I
Berat Akhir (kg) / BB = 0,402
Waktu (jam) / T = 0,143
�� = ���
�� = ,,
�� = 2,72 �⁄�
Ulangan II
Berat Akhir (kg) / BB = 0,4
Waktu (jam) / T = 0,146
�� = ���
�� = , ,
�� = 2,74 �⁄�
Ulangan III
Berat Akhir (kg) / BB = 0,398
Waktu (jam) / T = 0,142
�� = �� �
�� = 2,74 �⁄�
R3 = 2 mm
Ulangan I
Berat Akhir (kg) / BB = 0,41
Waktu (jam) / T = 0,139
�� = ���
�� = ,,
�� = 2,94 �⁄�
Ulangan II
Berat Akhir (kg) / BB = 0,42
Waktu (jam) / T = 0,137
�� = ���
�� = ,,
Ulangan III
Berat Akhir (kg) / BB = 0,415
Waktu (jam) / T = 0,136
�� = �� �
�� = ,,
Lampiran 6. Gambar Melinjo
Gambar 1. Biji Melinjo Tua
Gambar 2. Biji Melinjo tanpa kulit luar
Gambar 4. Emping Melinjo 1 mm
Gambar 5. Emping Melinjo 1,5 mm
[image:53.595.195.472.522.714.2]Lampiran 7. Gambar Alat
Gambar 6. Alat Pencetak Keripik Biji-bijian
[image:54.595.176.449.454.660.2]Gambar 8. Tampak atas dengan hopper
[image:55.595.223.400.327.633.2]Gambar 10. Tampak samping kiri
[image:56.595.232.392.405.649.2]