• Tidak ada hasil yang ditemukan

Roemah Kebaya Anne Avantie (Arsitektur Metafora)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Roemah Kebaya Anne Avantie (Arsitektur Metafora)"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ROEMAH KEBAYA ANNE AVANTIE (ARSITEKTUR METAFORA)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 - TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012 / 2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

HERDINI AMLIA 090406008

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ROEMAH KEBAYA ANNE AVANTIE (ARSITEKTUR METAFORA)

Oleh:

HERDINI AMLIA 090406008

Medan, Juli 2013

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., PhD NIP. 19520927 198303 1003

Devin Defriza, ST., MT NIP. 19750810 199802 1001

Ketua Departemen Arsitektur

(3)

SURAT HASIL PENILAIAN TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Herdini Amlia

NIM : 090406008

Judul Proyek Tugas Akhir : Roemah Kebaya Anne Avantie

Tema : Arsitektur Metafora

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

No. Status

3 Perbaikan Tanpa Sidang

4 Perbaikan Dengan Sidang

5 Tidak Lulus

Medan, Juli 2013

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TKA-490

Ir. N. Vinky Rahman, MT. NIP 196606221997021001

(4)

KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang berjudul Roemah Kebaya Anne Avantie.

Saya menyadari bahwa tulisan dan karya ini jauh dari sempurna baik isi maupun bahasa, namun demikian saya berharap bahwa tulisan ini dapat menjadi salah satu sumber kepustakaan. Saya akan menerima semua kritik dan saran dari para ahli dan pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.

Dengan telah berakhirnya masa pendidikan, saya menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Ir. Muhammad Nawawy Loebis, M. Phil, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Devin Defriza, ST, MT, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan nasehat-nasehat kepada penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Ir. Novrial M. Eng dan Ibu Andalucia, ST, M. Sc, selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, penilaian dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT sebagai Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf, MLA sebagai Sekretaris Departemen Arsitektur.

5. Ibu Ir. Basaria Talarosa, MT selaku koordinator Tugas Akhir, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen staf pengajar Fakultas Teknik khususnya Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara yang telah memberi ilmu dan nasehat kepada penulis.

(5)

8. Kepada orang terdekat saya, Azhari Maulana, S. Ked yang telah banyak membantu penulis mengerjakan Tugas Akhir ini hingga selesai serta memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis selama masa pendidikan.

9. Sahabat-sahabat terbaik Elida Fitri Afriani Pane, Fabiani Novita Sari, Fitri Aprilia, Haffidz Irfansyah, Indra Kesuma, Muhammad Adib Widhianto, Nurul Auni Iskandar, Tengku Muni Fahtu Zahra dan Zulvita Amanda yang selalu memberikan semangat, motivasi dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

10.Wira Juanda Pranata, S. Ked yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

11.Seluruh teman-teman stambuk 2009 Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara yang telah bersama-sama menjalani pendidikan di Departemen Arsitektur.

12.Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya izinkan saya mohon maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan dan kekurangan selama saya mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, bimbingan, motivasi dan kerjasama yang diberikan pada saya selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ··· ··· ··· i

Abstrak BAB I PENDAHULUAN · · · 1

1.1Latar Belakang Kasus Proyek ··· ··· 1

1.1.1 Perkembangan kebaya pada awal mulanya ··· 3

1.1.2 Perkembangan kebaya di pertengahan ··· 3

1.1.3 Perkembangan kebaya sekarang ··· 3

1.2Tinjauan Proyek ··· ··· 4

1.3Fungsi Proyek ··· ··· 5

1.4Manfaat Proyek ··· ··· 5

1.5Sasaran Proyek ··· ··· 5

1.6Permasalahan dan Ruang Lingkup Proyek ··· 6

1.7Metode Pengumpulan Data··· ··· 7

1.8Pendekatan Perancangan ··· ··· 8

1.9Kerangka Berpikir ··· ··· 9

1.10Sistematika Penulisan Laporan ··· ··· 11

BAB II DESKRIPSI PROYEK · · · 12

2.1Terminologi Judul ··· ··· 12

2.2Tinjauan Lokasi Proyek ··· ··· 15

2.2.1 Kondisi lingkungan ··· ··· 15

2.2.2 Persyaratan dan kriteria lokasi ··· ·· 17

2.2.3 Pemilihan lokasi proyek ··· ··· 18

(7)

2.3Studi Banding Fungsi Sejenis ··· ··· 24

2.3.1 Prada ··· ··· 24

2.3.2 Roemah Penganten by Anne Avantie ··· 26

BAB 3 ELABORASI TEMA · · · 29

3.1 Pengertian Arsitektur ··· ··· 29

3.2 Pengertian Metafora ··· ··· 30

3.3 Pengertian Arsitektur Metafora ··· ··· 31

3.4 Interpretasi Tema ··· ··· 35

3.5 Sejarah Kristal Swarovski ··· ··· 36

3.6 Studi Banding Tema Sejenis ··· ··· 39

3.6.1 Museum of fruit ··· ··· 39

3.6.2 Sydney opera house ··· ··· 41

3.6.3 Notre dame du haut – le corbusier ··· 44

BAB 4 ANALISA· · · 47

4.1 Program Kegiatan ··· ··· 47

4.2 Kebutuhan Ruang ··· ··· 52

4.3 Perhitungan Jumlah Pengunjung Pagelaran dan Pelanggan ··· 52

4.4 Program Ruang ··· ··· 55

4.5 Analisa Eksisting ··· ··· 65

4.5.1 Analisa lokasi ··· ··· 65

4.5.2 Kondisi eksisting lahan ··· ··· 66

4.5.3 Tata guna lahan/ peruntukan lahan ··· 67

4.5.4 Bulk (ketebalan bangunan) ··· ··· 70

4.5.5 Sarana dan prasarana ··· ··· 71

4.5.6 Skyline ··· ··· 72

4.5.7 Eksisting bangunan sekitar site ··· · 73

(8)

4.6.1 Analisa sirkulasi ··· ··· 75

4.6.2 Analisa pencapaian ··· ··· 78

4.6.3 Analisa view ··· ··· 80

4.6.4 Analisa vegetasi dan matahari ··· ·· 83

4.7 Analisa Tapak ··· ··· 85

4.7.1 Sirkulasi ··· ··· 85

4.7.2 Penzoningan ··· ··· 85

BAB 5 KONSEP · · · 86

5.1 Konsep Ruang Luar ··· ··· 86

5.2 Konsep Ruang Dalam ··· ··· 87

5.3 Konsep Bentukan Massa ··· ··· 89

5.4 Konsep Pengalaman Ruang Luar dan Interior ··· 90

BAB 6 HASIL PERANCANGAN · · · 93

6.1 Gambar 3D Eksterior ··· ··· 93

6.2 Gambar 3D Interior ··· ··· 95

6.3 Gambar Maket ··· ··· 97

6.4 Gambar Kerja Hasil Perancangan ··· ··· 100

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Peruntukan Lahan... 16

2.2 Kriteria Pemilihan Lokasi ... 20

4.1 Kegiatan Pengunjung ... 50

4.2 Perhitungan Luas Entrance Hall dan Public Area ... 55

4.3 Perhitungan Luas Galeri/ Display dan Area Pameran Proses pembuatan Kebaya ... 56

4.4 Perhitungan Luas Area Perancangan dan Pembuatan Kebaya ... 56

4.5 Perhitungan Luas Fashion Cafe ... 57

4.6 Perhitungan Luas Kantor Pengelola ... 59

4.7 Perhitungan Luas Area Pagelaran ... 60

4.8 Perhitungan Luas Beauty Salon ... 61

4.9 Perhitungan Luas Mekanikal Elektrikal ... 62

4.10 Rekapitulasi Besaran Ruang ... 63

4.11 Batasan-batasan Site ... 67

4.12 Gambaran Eksisting Bangunan Sekitar Site ... 74

4.13 Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 76

4.14 Kriteria Setiap Jalan Di Sekitar Site ... 79

4.15 View Keluar Site ... 81

4.16 Vegetasi Sekitar Site ... 84

(10)

DAFTAR DIAGRAM

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir ... 10

4.1 Struktur Organisasi Pengelola ... 47

4.2 Pola Aktifitas Kariawan ... 49

4.3 Pola Aktifitas Pengunjung Pameran dan Desain ... 51

(11)

DAFTAR GAMBAR

2.10 Pagelaran kebaya Anne Avantie ... 28

3.1 Daniel Swarovski ... 36

3.2 Kristal Swarovski Dengan Bias Pelangi ... 38

3.3 Logo baru Swarovski Berbentuk Angsa ... 38

3.4 Siteplan Museum of Fruit ... 39

3.5 Konsep Peletakan Massa Menyerupai Biji-bijian ... 40

3.6 Denah-denah Museum of Fruit ... 41

3.7 Sydney Opera House ... 41

3.8 Denah Sydney Opera House ... 42

3.9 Detail Atap Sydney Opera House ... 43

3.10 Notre Dame du Haut – Le Corbusier ... 44

3.11 Tampak Utara dan Selatan Notre Dame du Haut – Le Corbusier ... 44

3.12 Potongan Notre Dame du Haut – Le Corbusier ... 45

3.13 Berbagai Macam Interpretasi Terhadap Notre Dame du Haut – Le Corbusier ... 45

3.14 Denah Notre Dame du Haut – Le Corbusier ... 46

(12)

Lingkungan) ... 65

4.11 Jembatan Penyebrangan di Depan Site ... 77

4.12 Analisa Pencapaian ... 78

4.13 Kriteria Setiap Jalan di Sekitar Site ... 79

4.14 Analisa View Ke Luar ... 80

4.15 Analisa View Ke Dalam ... 82

4.16 View Antara Pengamat Dengan Tinggi Bangunan ... 82

4.17 Analisa Vegetasi dan Matahari ... 83

5.9 Konsep Bentukan Massa Pada Massa Sisi Selatan ... 90

5.10 Konsep Pengalaman Ruang Luar ... 90

5.11 Konsep Pengalaman Ruang Luar ... 91

5.12 Konsep Pengalaman Interior ... 91

5.13 Konsep Pengalaman Interior ... 92

(13)

6.1 3D Eksterior ... 93

6.2 3D Interior ... 95

6.2.1 Interior Hall Pagelaran ... 95

6.2.2 Interior Lobby... 95

6.2.3 Interior Ruang Pagelaran ... 96

6.2.4 Interior Galeri... 96

6.2.5 Interior Ruang Tunggu ... 97

6.3 Maket ... 97

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

Abstrak

Abstract : This project is a kebaya fashion house. It is chosen because the lack of fashion house that provides cloth making services , material supplier and facility of fashion show from a designer are the major fashion problems in Medan, especially for kebaya. Based on simple research, As many as 58 % respondents chose Anne Avantie as the most wanted kebaya designer in Medan. Metaphor of architecture is used in this project. This building will be designed by metaphore of Swarovski crystal. Anne Avantie is one of kebaya designers that constantly using Swarovski in her designs. This crystal is luxury, glamour, and refracts a rainbow spectrum. . Therefor, these analogies of Swarovski will reinforce the building

image as something that has strong correlation with Anne Avantie’s designs.

Specifically, the kind of metaphor in this building is combine metaphor. This building will be designed by analogies of formations and characteristics of Swarovski. This builing is expected to be able to apply maximal metaphor in design, thus, create a total building in theme approachment.

Keywords : metaphor of architecture, kebaya, fashion house, anne avantie, swarovski crystal

Abstrak : Kasus proyek yang merupakan sebuah rumah mode khusus kebaya ini dipilih dengan landasan kurangnya jumlah rumah mode yang menyediakan layanan pembuatan busana, penyedia bahan dan pameran busana dari seorang desainer kebaya yang merupakan masalah fashion yang utama di kota Medan. Dan dari sekian banyak desainer kebaya di Indonesia, sebanyak 58 % responden memilih Anne Avantie sebagai desainer kebaya yang mereka inginkan untuk hadir di kota Medan. Proyek ini menggunakan pendekatan arsitektur metafora, dengan menganalogikan salah satu elemen karya Anne Avantie, yaitu kristal Swarovski. Anne Avantie merupakan salah satu desainer kebaya yang selalu menggunakan kristal Swarovski yang merupakan kristal berciri khas mewah, glamour dan membiaskan spektrum pelangi dalam setiap rancangannya (Avantie, 2011). Oleh karena itu, metafora kristal ini akan menguatkan citra bangunan akan sesuatu yang memiliki korelasi kuat dengan busana kebaya karya Anne Avantie. Secara khusus arsitektur metafora yang diterapkan pada bangunan ini adalah combine metaphor. Bangunan akan dirancang dengan menganalogikan bentuk dan sifat-sifat kristal Swarovski. Bangunan ini diharapkan mampu menerapkan pendekatan metafora secara maksimal dalam rancangannya sehingga menghasilkan suatu bangunan yang total dalam pendekatan tema.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latarbelakang Kasus Proyek

Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan kebudayaan itu manusia mampu menciptakan berbagai peralatan hidup yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Busana atau pakaian merupakan salah satu wujud perlengkapan yang telah diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari sengatan matahari, udara dingin dan binatang buas. Kemudian berkembang tidak sekedar sebagai pelindung tubuh, melainkan juga sebagai kebutuhan budaya.

Busana di Indonesia terbentuk melalui beberapa perubahan disetiap masanya, yaitu:  Busana pada masa prasejarah

Busana hanya berbentuk cawat yang terbuat dari daun dan kulit binatang hasil buruan yang dipakai oleh manusia zaman prasejarah.

 Busana pada masa Hindu

Selanjutnya busana semakin berkembang bukan hanya sekedar pelindung tubuh semata, yang hanya terbuat dari kain yang dililitkan ke tubuh (kemben) melainkan sudah menunjukkan simbol status setelah dilengkapi dengan perhiasan dan perlengkapan busana lainnya.

 Busana pada masa Islam

Pada saat bangsa bangsa arab masuk untuk menyiarkan agama islam di wilayah Indonesia bangsa Arab mempunyai sebutan habaya yaitu pakaian dengan belahan di depan. Kemudian bentuk busana mengalami perkembangan lagi. Busana yang pada awalnya terbuka pada bagian dada dibuat hampir menutupi seluruh tubuh, khususnya busana wanita.

 Busana pada masa pemerintahan Belanda

(17)

seperti bahan brocade dan bludru, tetapi wanita biasa atau rakyat jelata bahan kebaya hanya menggunakan kain biasa.

 Busana pada masa kemerdekaan.

Setelah masa itu, dewasa ini busana lebih berfungsi untuk memperindah diri. Kemudian muncul dengan berbagai macam model yang lebih dikenal dengan sebutan kebaya tradisional. Sejalan dengan perubahan pada unsur-unsur kebudayaan, maka perubahan pada busana pun tidak terelakkan.

a. Busana Lokal

Busana sebagai salah satu unsur budaya, pemakaian busana di daerah-daerah di Indonesia sangat beragam sesuai dengan konsep berpikir masyarakat yang majemuk.

Busana sebagai kebutuhan budaya, mendorong manusia untuk menciptakan busana sesuai dengan nilai-nilai dan adat istiadat yang hidup dan berkembang pada masyarakatnya.

Busana lokal atau pakaian adat merupakan bentuk kebudayaan perwakilan dari setiap daerah yang berbeda-beda tetapi dari perbedaan-perbedaan tersebut memiliki benang merah yaitu busana yang sejenis atau setipe, busana tersebut masuk pada golongan busana bukaan depan atau busana tutup deepan. Busana jenis ini dapat ditemui hampir di setiap daerah Nusantara. Busana tersebut dikenal dengan nama kebaya.

b. Busana Nasional Indonesia

Busana nasional pada dasarnya busana daerah yang telah disepakati, diterima dan dikenakan oleh sebagian besar lapisan masyarakat untuk dijadikan sebagai simbol budaya nasional. Oleh karena itu, busana nasional dapat dikenakan berdasarkan aturan-aturan yang diikuti secara ketat dan selalu berulang untuk suatu peristiwa tertentu.

(18)

Kebaya tidak lagi mengacu pada etnis tertentu, melainkan sudah dikenakan dan diterima masyarakat luas sebagai busana sehari-hari atau busana resmi. Selain itu ada bermacam variasi busana untuk kesempatan yang lebih luas diluar acara sangat resmi.

Busana-busana ini bisa diangkat dari khasanah busana Nusantara namun pemakaiannya telah diatur dalam tata krama tertentu sesuai peristiwa, waktu dan tempatnya kemudian dimodifikasi. Busana ini disebut busana modifikasi nasional.

Busana Nasional Indonesia untuk wanita terdiri dari: 1. Kebaya tradisional

2. Kebaya modifikasi (kebaya modern)

1. 1. 1. Perkembangan kebaya pada awal mulanya

Mulai dikenal sejak awal tahun 1890-an dimana kebaya digolongkan terhadap dua pengguna, yaitu kebaya untuk kalangan ningrat yang biasanya terbuat dari sutra, brocade ataupun beludru. Kemudian kebaya untuk kalangan rakyat jelata yaitu kebaya yang terbuat dari bahan sederhan.

1. 1. 2. Perkembangan kebaya di pertengahan

Pada tahun 1960-an kebaya diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin sebagai Busana Nsional dengan aturan-aturan yang mengharuskan kebaya bersifat resmi namun tetap indah.

Kemudian pada tahun 1970-an dan 1990-an kelompok wanita yang memiliki pengaruh kuat yaitu Ratna Busana mencetuskan Kebaya Modern, dimana kebaya tidak harus bersifat resmi, tetapi juga dapat santai tetapi tetap indah dilihat.

1.1.3. Perkembangan kebaya sekarang

(19)

terkenal melalui berbagai koleksi kebaya hasil karyanya. Kebaya hasil karyanya telah dikenal di skala internasional.

Lalu apa hubungannya dengan proyek rumah mode yang berlokasi di Medan ini? Berdasarkan penelitian sederhana yang dilakukan penulis, sebanyak 84% responden di kota Medan merasa tertarik dengan kebaya. Namun menurut responden, kurangnya jumlah rumah mode yang menyediakan layanan pembuatan busana, penyedia bahan dan pameran busana dari seorang desainer merupakan masalah fashion yang utama di kota Medan. Dan dari sekian banyak desainer kebaya di Indonesia, sebanyak 58 % responden memilih Anne Avantie sebagai desainer kebaya yang mereka inginkan untuk hadir di kota Medan.

Rumah mode yang bernama Roemah Kebaya Anne Avantie ini merupakan rumah mode kebaya yang menyediakan layanan jasa perancangan dan pembuatan kebaya serta penyediaan bahan. Selain itu, rumah mode ini juga akan menyediakan fasilitas pameran proses pembuatan kebaya serta pameran dan pagelaran kebaya hasil rancangan Anne Avantie.

Berbicara mengenai tema perancangan, penulis akan mengangkat karakter dan ciri khas dari kebaya hasil rancangan Anne Avantie. Anne avantie merupakan desainer kebaya yang dikenal dengan karya yang identik dengan desain yang anggun, cantik dan elegan. Karya-karyanya memadukan antara kontemporer dan etnik sehingga menghasilkan kebaya modern yang luar biasa. Ia piawai mengolah dan memodifikasi kebaya menjadi busana yang elegan, eksotis, dan glamor, merancang dengan begitu berani. Paduan warna tak lazim namun serasi hingga padu padan kain dan aksesori yang sangat total adalah ciri khas karya Anne Avantie. Dan pada akhirnya rumah mode ini akan menjadi sesuatu yang benar-benar mencerminkan ciri khas dan jati diri dari karya-karya sang desainer.

1.2. Tujuan Proyek

Tujuan perancangan Roemah Kebaya Anne Avantie ini adalah:

 Menciptakan suatu bangunan yang berfungsi komersil, rekreasi dan edukasi maupun inspiratif dengan pertimbangan untuk semakin menarik minat masyarakat untuk menggunakan dan menghargai busana nasional kebaya.

(20)

 Menyediakan sebuah rumah mode penyedia jasa desain dan pembuatan kebaya bagi kota Medan.

 Menjadikan sebagai sarana untuk pelestarian salah satu warisan fashion nusantara bagi Indonesia khususnya kota Medan.

1.3. Fungsi Proyek

Fungsi perancangan Roemah Kebaya Anne Avantie di kota Medan adalah :

 Sebagai sarana informasi untuk memperluas wawasan mengenai kreasi kebaya.  Memberikan wadah bagi masyarakat yang ingin melihat dari dekat proses

pembuatan kebaya karya Anne Avantie.

 Memperkenalkan mode-mode kebaya modern hasil rancangan Anne Avantie.  Media untuk menikmati karya manusia, khusunya seni busana kebaya.

 Menumbuhkan sikap untuk lebih menghargai dan mencintai busana nasional Indonesia.

1.4. Manfaat Proyek

Manfaat perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah :

 Menjadi pusat informasi dan pengetahuan akan mode kebaya modern karya anne Avantie.

 Membantu pemerintah dalam sektor perekonomian, karena rumah mode ini memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat kota Medan.

 Mempopulerkan pembuatan kebaya modern untuk memperkaya seni tata busana Indonesia.

 Menjadi salah satu tempat penyedia layanan jasa perancangan dan pembuatan kebaya bagi masyarakat kota Medan.

 Membantu pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi tenaga-tenaga terampil.

1.5. Sasaran Proyek

(21)

status sosial menengah keatas dengan kemampuan finansial dan daya beli tinggi yang memerlukan kebaya khususnya untuk pernikahan. Diarahkan pada perempuan yang memiliki kesadaran sosial lebih terhadap lambang feminitas dan aset nasional Indonesia.

1.6. Permasalahan dan Ruang Lingkup Proyek

Permasalahan yang dihadapi pada perancangan Roemah Kebaya Anne Avantie adalah :  Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuain

dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.

 Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur.

 Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi.

Ruang lingkup perancangan Roemah Kebaya Anne Avantie di kota Medan adalah:

 Perancangan sarana di bidang jasa fashion dan pameran yang hanya mencakup kegiatan kunjungan, pameran, pagelaran, perancangan dan pembuatan busana kebaya.

 Merupakan rumah mode dengan fungsi utama di bidang komersil serta menyediakan layanan rekreasi dan edukasi melalui pameran kebaya dan proses pembuatannya.

(22)

 Perencanaan dan perancangan proyek ini serta pelaksanaannya dianggap menyeluruh secara total, bukan secara bertahap dan segala perencanaan dan perancangan proyek ini diproyeksikan pada perkembangan jauh ke depan.

 Yang ditekankan dalam proyek ini adalah dari segi lingkup bidang arsitektur dengan penekanan pada ide dan pengolahan perancangan dan syarat yang ditentukan dan peraturan yang berlaku saat ini dengan tidak meninggalkan nilai-nilai estetika.

1.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada kasus proyek Roemah Kebaya Anne Avantie adalah sebagai berikut:

 Studi Literatur

Studi pengenalan dan pengumpulan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan proyek baik dari majalah, jurnal, buku yang relevan, kamus maupun melalui media internet untuk memperoleh informasi mengenai proyek-proyek sejenis.

 Survey Lapangan

Pengamatan langsung ke lokasi atau site yang dipilih dengan tujuan untuk mengetahui secara langsung keadaan lahan yang sebenarnya, mengenal potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan dan permasalahan-permasalahan apa saja yang harus dipecahakan. Serta kendala-kendala yang ada, baik yang dapat dimanfaatkan maupun yang harus dihindari.

 Studi Banding

(23)

1.8. Pendekatan Perancangan

(24)

1.9. Kerangka Berpikir

Latar Belakang

 Kurangnya jumlah rumah mode yang menyediakan layanan pembuatan busana, penyedia bahan dan pameran busana dari seorang desainer merupakan masalah fashion

yang utama di kota Medan.Banyaknya desainer profesional di Indonesia semakin mendukung perkembangan dunia fashion khususnya kebaya.

 Di Anne Avantie adalah salah satu perancang busana Indonesia yang terkenal melalui berbagai koleksi kebaya hasil karyanya.Kebaya hasil karyanya telah dikenal di skala

internasional

 sebanyak 84% responden di kota Medan merasa tertarik dengan kebaya

Maksud Dan Tujuan

Maksud:

a) Memberikan sebuah rumah mode penyedia jasa desain dan pembuatan kebaya bagi kota Medan.

b) Menjadikan sebagai salah satu sarana untuk pelestarian salah satu warisan fashion nusantara bagi Indonesia khususnya kota Medan.

c) Memberikan suatu wadah rekreasi dan edukasi di bidang mode kebaya melalui pameran dan pagelaran busana karya sang desainer.

Tujuan:

d) Menciptakan suatu bangunan yang berfungsi komersil, rekreasi dan edukasi yang berwawasan lingkungan, berfungsi sebagaimana mestinya dengan pertimbangan untuk semakin menarik minat masyarakat untuk menggunakan kebaya.

e) Menambah penyedia jasa desain kebaya bagi masyarakat.

f) Menarik minat masyarakat untuk lebih mengenal warisan fashion Indonesia khususnya kebaya.

Ide/Gagasan : Roemah Kebaya Anne Avantie

(25)

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir Masalah Perancangan:

 Bagaimana menampilkan sebuah bangunan yang mencerminkan fasilitas mode.

 Bagaimana menciptakan suatu gedung yang dapat membuat nyaman pengunjung yang datang.

 Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman serta mengintegrasikan keduanya sehingga pengunjung dapat dengan mudah mengakses ruang dalam dan ruang luar tanpa merasa bosan dan kesulitan.

 Bagaimana merancang bangunan yang nyaman dan aman mengingat bangunan yang akan dirancang nantinya akan ramai dikunjungi.

 Bagaimana menginterpretasikan karakter mode kedalam desain ruang.

Analisa

 Analisa kondisi tapak

 Analisa Fungsional

 Analisa Teknologi

 Prinsip tema dalam desain

Pra Perancangan

 Penzoningan

 Pendekatan teori arsitektur

Ide/Gagasan : Roemah Kebaya Anne Avantie

Tema Perancangan : Arsitektur Metafora Pengumpulan Data

Surfei lokasi:

 Pemilihan lahan yang sesuai

 Kondisi lahan yang ada

Surfei literatur:

 Data RUTRK

 Data arsitek

(26)

1.10. Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :  Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang proyek, tujuan dan manfaat proyek,

fungsi proyek, manfaat proyek, sasaran proyek, permasalahan dan ruang lingkup proyek, metode pengumpulan data, pendekatan perancangan, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan laporan.

 Bab 2 Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tinjauan umum, tinjauan lokasi proyek, dan studi banding fungsi sejenis.

 Bab 3 Elaborasi Tema, berisi tentang pengertian arsitektur, pengertian metafora, pengertian arsitektur metafora, interpretasi tema, sejarah kristal Swarovski dan studi banding tema sejenis.

 Bab 4 Analisa, berisi tentang analisa fisik, analisa non-fisik, dan program ruang.

 Bab 5 Konsep, berisi tentang konsep ruang luar, konsep ruang dalam, konsep bentukan massa, dan interior.

 Bab 6 Hasil Perancangan, berisi gambar-gambar kerja, gambar 3D, dan foto maket.

(27)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK 2.1. Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah Roemah Kebaya Anne Avantie. Berikut adalah penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut :

Roemah/ rumah

Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.

Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding dan atap. Rumah memiliki jalan masuk berupa pintu dengan tambahan berjendela. Lantai rumah biasanya berupa tanah, ubin, babut, keramik, atau bahan material lainnya. Rumah bergaya modern biasanya memiliki unsur-unsur ini. Ruangan di dalam rumah terbagi menjadi beberapa ruang yang berfungsi secara spesifik, seperti kamar tidur, kamar mandi, WC, ruang makan, dapur, ruang keluarga, ruang tamu, garasi, gudang, teras dan pekarangan.

Rumah dapat berfungsi sebagai: tempat untuk menikmati kehidupan yang nyaman, tempat untuk beristirahat, tempat berkumpulnya keluarga dan tempat untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat.

Rumah pada umum adalah sebagai tempat berlindung untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan , terhindar dari cuaca yang tidak menentu, hewan buas, serta beristirahat. Tapi pengertian rumah sudah melebar sesuai dengan perkembangan jaman.

(28)

Kebaya dikenal dengan sebutan kebaya encim. Kebaya digagaskan sebagai busana khas Indonesia dan menjadi Busana Nasional Indonesia berdasarkan hasil kajian penyebaran di seluruh Nusantara, terdapat busana bukaaan depan yang dimiliki dan dipakai oleh berbagai etnis di tanah air sejak lama. Busana dengan bukaan depan itu kemudian dikenal dengan sebutan kebaya (Hutabarat, 2000).

Dalam perkembangannya dikemudian hari, busana ini tidak lagi berfungsi sebagai busana daerah semata dan juga tidak hanya mewakili etnis tertentu saja. Hingga saat ini, kebaya telah dipakai dan dimiliki oleh masyarakat luas di Indonesia secara nasional.

Harmoni berkebaya merupakan keserasian, proporsi, komposisi, penyajian dan efek-efek penambahan cantik, yang diracik agar nyaman dipakai. Secara keseluruhan berkaitan erat dengan komposisi warna, yang tidak harus senada, tetapi yang terpenting berimbang satu sama lain dan sesuai dengan karakter dan kepribadian si pemakai, yang tetap berpenampilan etnik namun elegan dan kosmopolitan. Banyak wanita yang membeli gaun mahal hanya untuk mengejar gengsi dan mengikuti mode, tanpa memahami nilai motif yang dikandung dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatannya (Hutabarat, 2000).

Anne Avantie

(29)

dari ibunya, Ny. Amie Indriati yang sejak muda berkecimpung dalam dunia fashion dan kecantikan.

Selanjutnya darah seni yang sama dialirkan Anne kepada anak perempuan satu – satunya, Intan Avantie, yang juga dikenal sebagai desainer muda berbakat. Itu sebabnya, Amie Indriati, Anne Avantie dan Intan Avantie dikenal sebagia 3 generasi kebanggaan Indonesia di dunia fashion. Ia memulai kariernya sebagai desainer dari rumah kontrakan dengan modal dua mesin jahit pada tahun 1989. Bengkel jahit sederhana itu dia bernama Griya Busana Permatasari.

Saat itu ia banyak berkreasi dalam pembuatan kostum menari dan busana malam bercirikan permainan manik-manik itulah cikal–bakal kreatifitas Anne Avantie. Melalui proses yang panjang dan berliku saat ini Anne Avantie dikenal sebagai salah satu Desainer kebaya terbaik yang kreasinya telah diakui di tingkat nasional, bahkan internasional. Keunikan dan keelokan tangan ajaibnya, telah mengantarkan Anne Avantie menjadi salah satu barometer perancang kebaya pilihan yang keindahan dan pesona kebaya rancangannya menembus batas teritori, negara dan bangsa. Anne avantie merupakan desainer kebaya yang dikenal dengan karya yang identik dengan desain yang anggun, cantik dan elegan (Avantie, 2012). Karya-karyanya memadukan antara kontemporer dan etnik sehingga menghasilkan kebaya modern yang luar biasa. Ia piawai mengolah dan memodifikasi kebaya menjadi busana yang elegan, eksotis, dan glamor, merancang dengan begitu berani. Paduan warna tak lazim namun serasi hingga padu padan kain dan aksesori yang sangat total adalah ciri khas karya Anne Avantie (Avantie, 2011).

(30)

Secara umum, Roemah Kebaya Anne Avantie memiliki pengertian bangunan komersil yang mewadahi layanan perancangan dan pembuatan kebaya serta menyediakan fasilitas pameran dan pagelaran busana kebaya hasil rancangan Anne Avantie. Selain bersifat komersil, bangunan ini juga menjadi wadah rekreasi, inspirasi dan edukasi bagi masyarakat kota Medan sehingga menambah wawasan tentang mode dan cara pembuatan kebaya modern karya Anne Avantie.

2.2. Tinjauan Lokasi Proyek 2.2.1. Kondisi lingkungan

Lokasi proyek terletak di Kota Medan yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Letak geografiis Kota Medan berada pada 2o27’-2o47’ lintang utara dan 98o35’ -98o44’ bujur timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas permukaan laut. Topografi site datar (tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara 23.3oC-24.4oC dan suhu maksimum antara 30.7oC-33.2oC.

(31)
(32)

M. Baru

2.2.2. Persyaratan dan kriteria lokasi

Untuk memilih lokasi site yang sesuai, maka harus mempertimbangkan beberapa kriteria sehingga diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya:

 Akses menuju lokasi (hubungannya dengan sarana transportasi)

a. Pencapaian harus relatif mudah dan dekat dengan jalan utama serta transportasi yang mudah diakses.

(33)

 Luas Lahan

Harus memadai dan cukup untuk menampung seluruh fasilitas yang telah direncanakan dan harus mencukupi untuk program fungsional dan ruang pengembangan masa mendatang, biasanya dilakukan untuk mengantisipasi perluasan gedung parkiran. (> 1 ha).

 Kelengkapan sarana dan prasarana kawasan yang meliputi : a. Infra struktur

b. Utilitas kawasan harus bisa memenuhi semua kebutuhan yang ada pada fasilitas yang ada di dalam ruangan.

 Persyaratan lain

Lokasi harus cocok digunakan sebagai tempat komersil yaitu pusat bisnis dan perdagangan yang ramai dikunjungi.

2.2.3 Pemilihan lokasi proyek Terdapat 3 alternatif lokasi site, yaitu :

 Alternatif 1

a. Terdapat di Jl. Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Persiapan Perintis, Kecamatan Medan Perjuangan, Medan

b. Luas Site : ± 3.2 ha c. Batas Site antara lain :

– Utara : Jl. Perintis Kemerdekaan – Timur : Jl. Timor

(34)

Gambar 2.1. Alternatif Lokasi 1  Alternatif 2

a. Terdapat di Jl. Gatot Subroto, Kecamatan Medan Petisah, Medan

b. Luas Site : ±3.2 ha

c. Batas Site antara lain :

– Utara : Jl. Kompleks Ruko

– Timur : Jl. Medan Fair Plaza – Selatan : Jl. Gatot Subroto – Barat : Jl. Iskandar Muda Baru

Gambar 2.2. Alternatif Lokasi 2  Alternatif 3

a. Terdapat di Jl. Kejaksaan, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan.

b. Luas Site : ± 3.0 ha c. Batas Site antara lain :

(35)

– Timur : Jl. Candi Mendut – Selatan : Jl. Kejaksaan – Barat : Jl. Candi Borobudur

Gambar 2.3. Alternatif Lokasi 3

Tabel 2.2. Kriteria Pemilihan Lokasi

KRITERIA LOKASI

(36)
(37)

Fungsi pendidikan

Sirkulasi Kendaraan Arus kendaraan cukup lancar dan padat dimana pada jam tertentu volume kendaraan yang lewat tinggi dan adanya lebar jalan 1 arah yang cukup besar.

Fungsi Eksisting Lahan Kosong & Hunian

Kondisi Jalan Baik

(4)

Cukup Baik (5)

(38)

Keterangan :

5: Baik sekali 3 : Cukup 1 : Buruk 4 : Baik 2 : Kurang

Dari penilaian beberapa kriteria-kriteria dan di atas serta memenuhi persyaratan maka terpilih site alternatif 2 yaitu Jl. Gatot Subroto, Kecamatan Medan Petisah, Medan.

2.2.4. Deskripsi lokasi sebagai tapak rancangan

 Kasus Proyek : Roemah Kebaya Anne Avantie

 Status Proyek : Fiktif

 Pemilik Proyek : Anne Avantie

 Lokasi Tapak : Jln. Jend. Gatot Subroto, Kecamatan Medan Petisah kotamadya Medan

(39)

a. Terletak dipusat kota

b. Berada pada kawasan segitiga emas perdagangan kota Medan c. Transportasi lancar dan baik

d. Luas site mendukung ±1.3 Ha e. Memiliki jalur utilitas yang baik

2.3. Studi Banding Fungsi Sejenis 2.3.1. Prada

Prada adalah fashion label Italia yang fokus pada penyediaan barang-barang fashion mewah untuk pria dan wanita. Didirikan oleh Mario Prada pada tahun 1913. Ia memulai bisnis ini dengan saudara laki-lakinya Fratelli Prada di Milan, Italia. Mario prada tidak menyukai wanita memiliki andil dalam bisnis, oleh karena itu, dia mencegah wanita anggota keluarganya untuk masuk ke perusahaannya. Ironisnya, putra Mario tidak tertarik pada bisnis ini sehingga putrinya Luisa Prada yang mewarisinya sebagai penerus kesuksesan Mario dan menjalankannya hampir selama 20 tahun. Putri Luisa, Miuccia Prada, bergabung dengan perusahaan pada tahun 1970 dan pada akhirnya mengambil alihnya dari sang ibu pada tahun 1978. Miuccia mulai mendesain ransel tahan air yang disebut poccono. Miuccia dikenal sebagai salah satu fashion designer paling berbakat dan berpengaruh.

(40)

Ia bertemu Patrizio Bertelli pada tahun 1977, yang merupakan lelaki Italia yang telah memulai usaha barang-barang kulitnya sendiri sejak usia 17 tahun. Kemudian tak lama kemudian ia bergabung dengan Prada. Ia menyarankan Miuccia untuk berhenti untuk mengimpor barang-barang dari inggris dan lebih fokus pada gaya yang telah ada. Prada mengubah perusahaan sepenuhnya, dan membuatnya menjadi sebuah barang mewah dan rumah mode. Prada dianggap sebagai salah satu label nama mode paling berpengaruh. Memiliki item Prada, seperti Prada tas atau pakaian renang Prada adalah simbol status, mengatakan kepada dunia bahwa seseorang berhasil, dan tahu bagaimana menikmati hal-hal

baik dalam hidup (Prada, 2012).

Pada tahun 1983, Keluarga Prada membuka toko baru di kawasan elit Via della Spiga di Milan. Toko tersebut hadir dengan tampilan baru dengan menggabungkan element tradisional dengan arsitektur modern dan merepresentasikan sebuah revolusi sebagai retail mewah.

(41)

Gambar 2.6. Interior Rumah Mode Prada Di Prancis

Gambar 2.7. Prada Fashion Week

Pada tahun 1986, toko-toko baru dibuka di New York dan Madrid, diikuti dengan London, Paris dan Tokyo. Prada menggelar pagelaran fashion pakaian wanita pertama di Milan pada tahun 1988 (Prada, 2012).

2.3.2. Roemah Penganten by Anne Avantie

Anne Avantie memulai kariernya sebagai desainer dari rumah kontrakan dengan modal dua mesin jahit pada tahun 1989. Bengkel jahit sederhana itu dia

bernama GRIYA BUSANA PERMATASARI.

(42)

Melalui proses yang panjang dan berliku saat ini Anne Avantie dikenal sebagai salah satu Desainer Kebaya terbaik yang kreasinya telah diakui di tingat nasional, bahkan internasional. Keunikan dan keelokan tangan ajaibnya, telah mengantarkan Anne Avantie menjadi salah satu barometer perancang kebaya pilihan yang keindahan dan pesona kebaya rancangannya menembus batas teritori negara.

Gambar 2.8. Roemah Penganten by Anne Avantie

Sejak muncul di kancah dunia fashion nasional dengan bergabuang di Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Tengah dan belakangan menjadi anggota APPMI Jakarta, proses kreatif kebaya Anne Avantie telah memberi angin segar bagi perkembangan dunia fashion Indonesia. Trend Kebaya Anne Avantie juga merupakan tonggak baru eksplorasi garis rancang dan siluet kebaya.

(43)

Gambar 2.10. Pagelaran kebaya Anne Avantie

(44)

BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keselurhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk pada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Arsitektur menurut kamus Oxford : art and science of building; design or style of building(s) adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Pameo mengatakan: Architecture is silent language (arsitektur adalah bahasa yang tidak terucapkan), namun dapat dimengerti para pemakainya. Buku De Architecture merupakan karya tulis rujukan paling tua yang ditulis Vitruvius, dalam buku itu diungkapkan bahwa bangunan yang baik haruslah memiliki aspek:

 Keindahan / Estetika (Venusitas)  Kekuatan (Firmitas)

 Keguanaan / Fungsi (Utilitas)

(45)

Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, strukturalisme, post-strukturalisme dan fenomenologi adalah beberapa pengaruh filsafat terhadap arsitektur.

3.2. Pengertian Metafora

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian metafora secara bahasa kiasan adalah “kiasan, perumpamaan, suatu bentuk pengandaian atau menyatakan sesuatu dengan nama atau istilah lain”. Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Metafora berasal dari bahasa latin yaitu Methapherein yang terdiri dari 2 buah kata yaitu metha yang berarti setelah atau melewati dan pherein yang berarti membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan.

Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam Poethic of Architecture, metafora adalah suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu subyek lain. Menurut James C. Sayder dan Anthoony J. Cattanese dalam Introduction of Architecture , metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal. Menurut Charles Jenks, dalam The Language of Post Modern Architecture, metafora yang sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan. Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku Design in Architecture, transforming: figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya, metafora dalam arsitektur adalah salah satu metode kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang. Pengertian metafora secara umum berdasarkan Oxford Learners Dictionary:

(46)

 A figure of speech in which a term is transferred from the object it ordinarily designates to on object it may designated only by implicit comparison or analogies.

 A figure of speech in which a name or quality is attributed to something to which it is not literally applicable.

 The use of words to indicate something different from the literal meaning.

3.3. Pengertian Arsitektur Metafora

Pada awal tahun 1970, muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa, menurut Charles Jenks dalam bukunya The Language of Post Modern dimana arsitektur dikaitkan dengan gaya bahasa, antara lain dengan cara metafora. Pengertian metafora dalam arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya (Jenks, 1986).

Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip metafora, pada umumnya dipakai ketika mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain, mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain, serta mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru). Terdapat 3 katagori metafora dalam arsitektur:

Intangible metaphor (metafora abstrak)

Yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya). Rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan, misalnya: sosial, budaya, kondisi manusia. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah Nagoya City Art Museum karya Kisho Kurokawa yang membawa unsur sejarah dan budaya didalamnya.

Tangible metaphor (metafora konkrit)

(47)

Combined metaphor (penggabungan antara keduanya)

Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar. Rancangan arsitektur yang memiliki metafora abstrak dan konkrit didalamnya. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah EX Plaza Indonesia karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya kinetik pada sebuah mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi gaya kinetik mobil, kolom-kolom penyangganya sebagai ban mobil.

Metafora atau kiasan pada dasarnya mirip dengan konsep analogi dalam arsitektur, yaitu menghubungkan di antara benda-benda. Tetapi hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata yang biasanya terdapat dalam metode analogi bentuk. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata senada dengan “bagaikan” atau “seperti” untuk mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar. Charles Moore, dalam suatu pembahasan tentang hal menarik hatinya, mengemukakan bahwa ia ingin agar bangunan-bangunan menyerupai batu alam. Metafora itu dikembangkannya dalam suatu skenario singkat:

Di Pulau St. Simon, Georgia, Kondominium-kondominium dekat pantai melakukan sesuatu untuk menanggapi citra (bagai batu alam) ini. Dalam hal ini terjadi dialog antara konteks lingkungan dengan bangunan yang dibangun. Rupanya ini adalah sebuah perkebunan Georgia tua, tapi sangat besar, di bagian dalam maupun luarnya terdiri dari sekumpulan tembok yang berwarna cerah dan meriah yang sangat dekoratif dalam sebuah ruang interior. Batu alam adalah metafora konseptual yang mengemukakan bagaimana bangunan dapat mempunyai dua citra sekaligus. Bila dipandang dari luar, bangunan tersebut memiliki citra yang mungkin senada dengan alam sekitar. Ia dapat mempunyai citra yang berlainan di dalam bangunan. Bagaikan suatu lingkungan yang menghibur, eaterikal, dan dramatis yang cocok untuk daerah peristirahatan.

(48)

Hal ini dibuktikan oleh beberapa arsitek dalam merancang karyanya. Sebut saja Mario Botta, Daniel Libeskind, dan Jean Nouvel. Kalau dalam negeri kita mengenal M. Ridwan Kamil dan Adi Purnomo yang pernah menggunakan metafora dalam perancangan karya arsitekturnya.

Mario Botta dalam karyanya The Botta Berg Oase, Arosa-Switzerland menunjukkan metafora tentang tubuh dan semesta. Bangunan ini adalah sebuah spa center yang terletak di sebuah kawasan pegunungan di Switzerland. Di sekelilingnya adalah hutan pinus dan cemara. Ia membuat sedemikian rupa bangunannya sehingga terlihat seakan-akan menyatu dengan hutan pinus dan cemara di sekitarnya. Permainan material kaca dan baja, lalu diramu seperti “daun” menjadi bahasa metaforis untuk menjawab dari satu sisi manusia costumer service. Di tempat itu manusia seakan-akan diberi kesempatan untuk mengenali tubuhnya sendiri, menikmati teknologi dan menikmati alam pegunungan yang indah.

Pada kasus lainnya dapat kita lihat pada Jewish Museum di Berlin yang dirancang oleh Daniel Libeskind. Dalam perancangannya sang arsitek menekankan filosofi “Yang terpenting dari segala hal adalah bagaimana kau mendapatkan pengalaman dari ruang itu sendiri. Ini membuat orang untuk memunculkan segala macam intepretasi.” Libeskind menginginkan pengunjung mendapatkan pengalaman baru saat memasuki museum layaknya sebuah petualangan. Perjalanan di dalam museum dikiaskan menjadi sebuah petualangan yang mengesankan. Semua itu ditransformasikan ke dalam konfigurasi ruangan yang berbentuk zig-zag. Ini dimaksudkan agar pengunjung tersesat dan mengalami sensai petualangan yang sama ketika bangsa Yahudi diusir dan kehilangan arah tujuan saat terjadinya peristiwa Holocaust oleh Nazi Jerman. Inovasi si Arsitek yang mendesain sirkulasi denah yang extra-ordinary mengakibatkan museum ini kehilangan tipologinya dari segi sirkulasi. Pengunjung yang datang tidak akan dapat merasakan suasana layaknya museum saat berada di dalam ruangan, akan tetapi pengunjung akan mendapatkan nuansa pengalaman baru dengan keunikan museum tersebut.

(49)

lebih ditekankan pada aspek sirkulasi ataupun penataan barang yang akan di-display, Jean Nouvel membuat sebuah terobosan baru dengan menciptakan ruang yang metaforis dan puitis agar tercipta suasana yang “khusyuk” dalam menikmati kunjungan di dalam museum.

Di Indonesia sendiri, penggunaan metode metafora pernah digunakan M.Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah Rumoh Aceh as a ascape hill. Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang dapat menyelamatkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi Tsunami.

Di dalamnya juga menceritakan dan mengajak kita untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan pintu masuk yang “menekan” perasaan pengunjung dengan luasan yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut yang amat dalam. Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang memuat data-data tentang Tsunami. Ruangan ini terletak di bawah reflecting pool dari public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini. Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung seakan-akan berada benar-benar di dasar laut. Dengan penggunaan langit-langit kaca membuat cahaya temaram dari atas yaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis pada ruang ini. Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan yang menampilkan nama-nama korban Tsunami yang ditulis pada dinding yang berebntuk silinder yang menjulang ke atas. Pada puncaknya terdapat kaligrafi Allah yang berpendar dan ini ditujukan untuk menambah kesan sakral. Ini bermakna bahwa akhir perjalanan manusia berada pada tangan Tuhan dan tidak ada yang dapat menghindar dari kematian.

(50)

arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai sebuah bahasa yang dapat mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan imaji tidak mampu lagi menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa metafora menjawabnya dengan bentuk, ruang dan fungsi.

3.4. Interpretasi Tema

Interpretasi dari suatu karya bertema Metafora dapat berbeda-beda pada setiap individu atau kelompok. Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang sedang terkembang. Dan ada pula yang berpendapat, bagaikan bunga yang sedang mekar.

(51)

3.5. Sejarah Kristal Swarovski

Penemunya adalah Daniel Swarovski, seorang pembuat kristal Bohemian yang pindah ke Austria lebih dari seabad lalu. Daniel memiliki kemampuan teknik inovatif memotong kristal. Ia ingin mengamankan penemuan visionarinya dan menggunakannya untuk bertahan dalam kompetisi dengan para pembuat kristal Bohemian lainnya. Maka ia pindah ke kota Tyrolean Alpstown di Wattens pada tahun 1895, dimana ia membuat kerajaan kristalnya bersama keluarga dan pengrajin lokal. Menurut Swarovski, perusahaan ini sekarang memiliki 20.000 karyawan dan dijalankan oleh generasi ke 4 dari para anggota keluarganya. Pada tahun 2006 pendapatan dunia mereka sejumlah 2,33 milyar Euros. Dua divisi utama perusahaan ini terdiri dari pabrik pembuatan kristal Swarovski lepasan dan kedua adalah divisi penjualan produk yang telah selesai didesain.

Gambar 3.1. Daniel Swarovski

Merek-merek industri Swarovski lainnya terkait dengan instrumental optikal, secara khusus yang dapat dicatat adalah merek Signity dari permata buatan laboratorium dan batuan permata asli. Produk-produk merk Swarovski seperti tempat lilin kristal, baik modern ataupun tradisional, sangat dikagumi dunia.

(52)

tetap superior melawan perusahaan-perusahaan saingan mereka dari Cekoslovakia dan China.

Di kalangan pencinta kristal, nama Swarovski tidaklah asing. Kecantikan desainnya memikat dunia. Kisahnya bermula dari sosok Daniel Swarovski. Bersama keluarganya, pemuda asal Bohemia ini pindah ke desa kecil Waffens di kawasan Tyrol, Austria.

Di tempat itu ia menemukan sebuah mesin untuk memotong batu kristal secara tepat dan konsisten yang digerakkan oleh air. Itulah awal petualangan sepanjang hayat demi mewujudkan kristal yang kemilau.

Pada tahun 1895 itulah sejarah kristal Swarovski bermula dan perusahaan keluarga lahir. Berkat kualitas dan kuantitas potongan sempurna batu kristal Swarovski, industri perhiasan dan busana pun mengalami revolusi.

Karya mekanis kecil dari Tyrol itu berkembang dan mewarnai sepanjang dekade itu. Dunia pun seketika menoleh. Geliat Swarovski cepat meluas, berkembang dengan ide-ide baru dan melemparkan kemilau kristal yang semakin menawan.

Setelah dua tahun melakukan riset dan pengembangan, Swarovski mulai memasarkan alat pemotong batu kristalnya sendiri. Merek dagang yang dipakai adalah Tyrolit.

Pada 1931, Swarovsky muncul dengan kristal perhiasannya yang memberikan pencerahan bagi dunia mode. Enam tahun kemudian mereka meluncurkan pemantul kaca untuk keamanan jalan dan rel kereta api. Pada tahun 1950 produk tersebut dinamakan Swareflex.

Pada 1948 Optik Swarovski didirikan. Wilhelm Swarovski, putra tertua sang pendiri, memproduksi prototipe pertama sepasang teropong pada 1935. Pada 1955 Swarovski bekerja sama dengan Christian Dior, menghadirkan inovasi yang membuat terperanjat seluruh dunia, Aurora Borealis, batu kristal yang berkilau dengan warna pelangi.

(53)

Gambar 3.2. Kristal Swarovski Dengan Bias Pelangi

Pada tahun 1967 Swarovski memutuskan untuk memakai keahlian dan pengalamannya dalam memotong kristal pada permata asli dan sintetis. Ini yang dilakukannya pada cubic zirconia, imitasi berlian paling sukses. Swarrovski merupakan orang pertama yang berhasil memotong cubic zirconia dengan metode mekanis.

Pada tahun 1976 sebuah tikus kristal menandai era baru dunia perkristalan. Karena, tikus menjadi binatang pertama yang masuk dalam jajaran kristal binatang Swarovski. Loncatan kreativitas dan teknis ini pula yang menandai langkah besar perusahaan tersebut dikancah pasar konsumen.

Pada tahun 1988 perusahaan memutuskan untuk mengubah logo Edelweiss menjadi identitas visual baru, yakni angsa. Inilah lambang kesucian, elegan dan metamorfosis yang kini terkenal seantero dunia.

(54)

Ini juga sekaligus lambang dedikasi kesempurnaan Swarovski. Pada 1995 sejarah kristal Swarovski mencapai puncak tatkala merayakan 100 tahun berdirinya perusahaan tersebut (Desi, 2008).

Di Indonesia kristal ini banyak dipakai pada berbagai benda, salah satunya adalah kebaya. Penggunaan swarovski pada kebaya membuat tampilan busana ini menjadi semakin gemerlap dan mewah.

3.6. Studi Banding Tema Sejenis 3.6.1. Museum of fruit

Salah satu perancang yang menggunakan metafora sebagai konsep rancangannya adalah Itsuko Hazegawa. Tema ini tampak pada salah satu karyanya yaitu Museum of Fruit yang berlokasi di Jepang tepatnya di kota Yamanshi. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan material baja dan kaca (www.greatbuildings.com).

Berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Fuji, Museum of Fruit berada pada salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia. Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.

Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang berbentuk pipa. Dimensi typical adalah 40 meter dengan bentang 20 meter (www.arup.com).

(55)

Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu: Fruit Plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar di sebuah lahan.

Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora dan bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum buah- buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan.

Gambar 3.5. Konsep Peletakan Massa Menyerupai Biji-bijian

(56)

dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam. Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village”.

Gambar 3.6. Denah-denah Museum of Fruit

3.6.2. Sydney opera house

Gambar 10. Sydney Opera House Gambar 3.7. Sydney Opera House

(57)

Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang sedang terkembang. Dan ada pula yang berpendapat, bagaikan bunga yang sedang mekar.

Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air, berdampingan dengan pelabuhan di kawasan Benellong Point diatas teluk Sydney yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn Utzon diubah menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.

Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur cangkang ( shell system ) selaras dan seolah – olah seperti echo dari pelengkung jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana dalam hal ini dinding tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan lingkungan, yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang sangat luas terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental.

(58)

Gambar 3.9. Detail Atap Sydney Opera House

Sydney Opera House memiliki lebih dari 1000 ruang yang diantaranya adalah: – Concert Hall, merupakan ruang utama terbesar dengan kapasitas 2679 orang – Opera Theatre, teridir dari 1547 kursi

– Drama theatre, dengan kapasitas 544 orang

– Playhouse, Studio, reception Hall, Foyer, digunakan untuk seminar, kuliah, dengan kapasitas 398 orang

(59)

3.6.3. Notre dame du haut – le corbusier

Gambar 3.10 Notre Dame du Haut – Le Corbusier

Notre Dame du Haut merupakan master piece dari Le Corbusier yang dibangun pada tahun 1955 dengan langgam ekspresionis modern. Bangunan ini berupa kapel yang dibuat tanpa mementingkan prinsip kebebasan, melainkan mementingkan kemurnian alam. Kapel ini terletak di atas kaki bukit di pegunungan Vosges. Secara keseluruhan, bentuk bangunan ini sederhana tetapi juga rumit. Dikatakan sederhana karena bangunan terbentuk dari bidang atap dan dinding massif dari beton kasar sehingga memberikan citra berani tetapi sederhana. Dikatakan rumit karena bangunan tidak seperti kapel pada umumnya, pertemuan bidang dinding dan atap tersusun secara diagonal membentuk perbedaan yang sangat kontras.

Gambar 3.11. Tampak Utara dan Selatan Notre Dame du Haut – Le Corbusier

(60)

pada bagian belakang, dinding utara dan barat berbentuk melengkung hingga ke menara tanpa atap. Antara utara dan barat dipersatukan dengan sebuah pintu di antara dinding yang melengkung. Sedangkan pada bagian dalam, ruangan berbentuk segi empat yang tidak teratur memanjang ke tenggara sampai ke altar. Pada rancangan kapelnya, Le Corbusier memadukan potensi-potensi alam pada daerah tersebut dengan makna-makna religious Kristiani sehingga bentuknya mengandung banyak arti dan symbol bermacam-macam symbol.

Gambar 3.12. Potongan Notre Dame du Haut – Le Corbusier

Gambar 3.13. Berbagai Macam Interpretasi Terhadap Notre Dame du Haut – Le Corbusier

(61)

ini menggunakan sistem struktur dinding pemikul dan atapnya merupakan suatu struktur rongga yang ditopang sebagian kolomnya dan sebagian lagi menopang pada blok di puncak dinding.

Gambar 3.14. Denah Notre Dame du Haut – Le Corbusier

Pada bagian interior kapel, dinding, atap dan lantainya membentuk kurva menuju altar, mengikuti bentuk alami dari lembah. Bentuk kompleksnyabermula dari tema parabola yang terdapat pada dinding timur untuk memantulkan suara dari luar altar kembali ke lembah. Bentuk geometri dari bangunan ini didapat dari gaya bangunan Le Corbusier terdahulu yaitu fractal dan bentuk-bentuk alami yang membuat Ronchamp menjadi bangunan post modern pertama (Yohana, 2011).

(62)

BAB IV ANALISA 4.1. Program Kegiatan

Analisis aktifitas pengguna  Struktur Organisasi Pengelola

Diagram 4.1. Struktur Organisasi Pengelola Deskripsi kegiatan pengelola:

 Direktur Utama

a. Pengawas umum dalam setiap kegiatan dalam rumah mode b. Menerima pertanggungjawaban dari setiap kepala bagian  Divisi Pagelaran

a. Kepala bagian pagelaran

Direktur Utama

Staff Jahit Staff Pola Staff Humas Staff adm. dan Marketing

Staff Personalia

Karyawan Pemeliharaan Kepala Bagian

Pagelaran

Staff Kepala Bagian

(63)

b. Mengatur jadwal pagelaran dan segala sesuatu yang dibutuhkan mulai perencanaan sampai pelaksanaan

c. Staff

d. Melayani pengunjung yang hadir dengan menunjukkan tempat dan mengatur segala aktivitas di dalamnya

 Divisi Proyek Lepas

a. Kepala Bagian Divisi Proyek Lepas

- Berhubungan langsung dengan klien dalam hal pemesanan dan perancangan busana.

- Menjadi penghubung antara klien dengan desainer. b. Staff

- Melayani pengunjung yang ingin mencari informasi ataupun mencari desain busana yang cocok.

 Divisi bagian administrasi dan marketing a. Kepala bagian administrasi dan marketing

- Mengawasi pekerjaan/pelaksanaan tugas karyawan. - Membuat kebijakan dalam analisis biaya.

- Melaporkan pendapatan dan pengeluaran yang diterima. - Menerima dan menganalisis laporan bawahan.

b. Staff administrasi dan marketing

- Membantu kepala bagian dalam hal keuangan.

- Menerima laporan pemasukan harian, mingguan dan bulanan dari masing-masing staff yang berhubungan dengan administrasi dan merketing.

c. Staff humas

- Mencari informasi keadaan minat masyarakat berhubungan dengan bidang perancangan busana.

- Menyampaikan laporan harian/bulanan sesuai kebutuhan. d. Staff personalia

- Memberikan laporan kepada pengunjung.

- Membuat laporan pemasukan harian kepada kepala administrasi.  Divisi Salon

a. Kepala bagian salon

(64)

- Melaporkan pendapatan dan pengeluaran kepada divisi administrasi dan marketing.

b. Staff salon

Melayani pelanggan dalam hal pelayanan jasa kecantikan (make up & hair do)

 Divisi Fashion Cafe a. Kepala bagian cafe

- Mengawasi pekerjaan/pelaksanaan tugas karyawan cafe.

- Melaporkan pendapatan dan pengeluaran kepada divisi administrasi dan marketing.

b. Staff cafe

- Melayani pelanggan dan menjalankan pekerjaan dalam lingkup pelayanan cafe.

 Pola Aktifitas Karyawan

Diagram 4.2. Pola Aktifitas Karyawan Datang

Locker Time Keeper

(65)

Tabel 4.1. Kegiatan Pengunjung

No. Jenis Kegiatan Nama Ruang Kriteria Ruang

1.

Melihat proses pembuatan kebaya

Pengukuran dan pengepasan kebaya

Berbelanja

Berdandan

Mengambil uang

Beribadah

Parkir, entrance hall/ lobby

(66)

 Pola Aktifitas Pengunjung Pameran & Desain

Diagram 4.3.Pola Aktifitas Pengunjung Pameran & Desain

 Pola Aktifitas Pengunjung pagelaran

(67)

4.2. Kebutuhan Ruang

Fasilitas yang direncanakan untuk proyek Roemah Kebaya Anne Avantie ini adalah:  Lobby dan Entrance Hall

 Galeri/ display

 Ruang pameran proses pembuatan kebaya  Ruang Bahan

 Ruang konsultasi desain  Ruang desain

 Ruang Mekanikal Elektrikal  Musholla

 Toilet  ATM

4.3. Perhitungan Jumlah Pengunjung Pagelaran dan Pelanggan

Hasil survei Litbang Kompas yang dilakukan Maret-April 2012 di enam kota besar salah satunya Medan menunjukkan kisaran jumlah yang sama. Kelas menengah berjumlah 50,3 persen dan kelas menengah atas 3,6 persen, sisanya merupakan kelas atas (1 persen), bawah (39,6 persen), dan sangat bawah atau kelas yang betul-betul miskin (5,6 persen). Penduduk Medan berjumlah 2.712.236 Jiwa (Invest Medan, 2012).

Berdasarkan data di atas, dapat dihitung bahwa:

Penduduk kelas menengah atas: 2.712.236 x 3,6% = 81.367 jiwa

Gambar

Tabel 2.1. Peruntukan Lahan (Badan Pusat Statistik Medan, 2012)
Gambar 2.2. Alternatif Lokasi 2
Gambar 2.3. Alternatif Lokasi 3
Gambar 2.4. Rumah Mode Prada Di Milan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan perkotaan yang kian melejit di zaman modern dewasa ini, membuat banyaknya bangunan kota menjadi semakin kehilangan identitas, ini di karenakan oleh keegoisan

Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber sekarang ini menuntut adanya

Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang pesat.Dengan perkembangan teknologi itu pasti akan berpengaruh terhadap kehidupan di muka