• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

Oleh:

DEKA BAGUS BINARSA NIM: 07020002

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

Diajukan Kepada

Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh :

DEKA BAGUS BINARSA NIM. 07020002

FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

Telah disetujui sebagai hasil penelitian untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang

Tanggal 11 Maret 2011

Pembimbing I

Dr. Fathiyah Syafithri, M.Kes NIP

Pembimbing II

Dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP NIP

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

(5)

LEMBAR PENGUJIAN KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

Oleh Deka Bagus Binarsa (07020002) Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal 11 Maret 2011

Tim Penguji

………, Ketua dr. Fathiyah Syafithri, M.Kes

………, Anggota dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir ini dengan bantuan dari berbagai pihak. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan pada junjungan rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari zaman gelap menuju jalan yang terang berderang yakni agama islam.

Karya Tulis Akhir dengan judul “Pengaruh Lendir Bekicot (Achatina fulica) Topikal Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar” ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mentelesaikan program sarjana Fakultas Kedokteran.

Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Irma Suswati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

2. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran.

3. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran dan Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan mengoreksi demi mengoreksi demi kesempurnaan penelitian ini.

4. dr. Thontowi Djauhari NS, M.Kes, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran. 5. dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya

untuk memberi informasi dalam penyelesaian penelitian ini.

6. dr. Mochammad Aleq Sander, M.Kes., Sp.B, selaku penguji yang telah memberi tambahan ilmu dan kritik demi kesempurnaan penelitian ini.

7. dr. Kusuma Andriana, Sp.OG selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dari semester awal hingga akhir.

(7)

Malang, Maret 2011

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

(8)

1. Allah SWT, terima kasih Kau telah memberikan rahmat dan hidayahMu, memberikan petunjuk, kemudahan dan kekuatan untukku sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini. Terima kasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan selama ini.

2. Rasulullah Muhammad SAW, rahmat semesta alam, yang telah membawa kami dari kegelapan menuju cahaya Islam. Sehingga kami, umat muslim, bisa merasakan nikmatnya cahaya iman.

3. Ibu, Dra Sukarti, yang selalu memberikan kasih sayang dan mendorong anak-anaknya untuk maju. Makasih banyak ma. Deka sayang mama…

4. Ayah, Drs. Slamet Arianto S, terima kasih atas kasih sayangmu, motivasi, doa dan nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat bagi Deka. Terimakasih ya pa, nasihat papa selalu di hati Deka...

5. Adikku Devani Bagus Aprinda yang selalu mendukung aku dimanapun berada. Kritik saranmu benar-benar mengena di hati. Semoga cita-citamu kayak mas Ka tercapai ya Njul… Amien.

6. Kartikawati, makasih ya lek atas bantuannya yang tak terhingga selama ini, jadi pengganti papa sama mama selama di malang dan seluruh keluarga besar Klaten, Malang, dan Banyuwangi yang tidak bisa Deka sebut satu-persatu.

7. Artikasari Suhartono yang selalu di hati. Terimakasih banyak sayangku. Bunda sudah mendorong abi sampai bisa lulus di sini. Semoga “cita-cita” kita terlaksana dengan diberi kemudahan… Amien.

(9)

9. Kepada keluarga Bapak DR. IR. H. Tonny Suhartono, MSA beserta Ibu, terimakasih atas semangat dan dukungannya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

10.dr. Fathiyah Syafithri, M.Kes, dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP, dan dr. Mochamad Aleq Sander, M.Kes., Sp.B yang selama ini sudah menjadi pembimbing dan penguji dalam proses pembuatan skripsi ini, terima kasih atas semua ilmu, saran, dan kritik yang telah diberikan, sehingga terselesaikan karya tulis ini.

11.dr. Kusuma Andriana, Sp.OG, terima kasih selama ini sudah menjadi dosen wali yang selalu memberikan saran, motivasi, masukkan yang sangat membangun dan bermanfaat.

12.Jajaran Dekanat dan seluruh staf pengajar FK UMM atas bimbingan dan ilmu yang diberikan.

13.Mas Ariesandy dari Lab Biokimia Kampus 3 UMM yang dengan sabar membimbing saya, mengarahkan, memberi motivasi, dan menjadi tempat bercerita yang seru. Semoga sukses selalu ya mas.

14.Seluruh staf Tata Usaha FK UMM (Mas Jamil, Pak Yon, dan Bu Rom). Terima kasih atas banyak bantuan yang diberikan kepada kami.

(10)

16.Kepada para sekutu: Santi, Yudhis, Nug, dan Windhut atas bantuan, dorongan, doa, dan semangat yang dikobarkan yang tidak pernah padam. Tengkyu abstrak inggrisnya ya nug. Alhamdulillah ga banyak revisi.

17.Kepada teman-teman seperjuanganku di Lab, Ariya dan Liling. Juga di kampus, Erna, Angga dan Mas Didik. Semoga sukses ya teman. Tetep semangat and jangan menyerah.

18.Terimakasih banyak juga kepada para sahabat di FK angkatan 2007. Kalian adalah orang-orang hebat. Terus maju ya kawan. Tidak terasa kemarin kita pesmaba bareng. Sekarang sudah hampir koas semua. Sebagai Komting pertama aku turut bangga kawan.

19.Terima kasih semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran kami harapkan demi penyempurnaan, serta kami harapkan agar penelitian ini dapat berguna bagi kita semua.

Malang, 11 Maret 2011

(11)

ABSTRAK

Binarsa, Deka Bagus. 2011. Pengaruh Lendir Bekicot (Achatina fulica) Topikal Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (I) dr. Fathiyah Syafithri, M.Kes (II) dr Ruby Riana Asparini, Sp.BP

Latar Belakang: Secara tradisional, bekicot digunakan oleh masyarakat sebagai obat penyembuh luka. Lendir bekicot yang kaya akan GAG (Acharan sulfate), telah terbukti membantu meningkatkan penyembuhan luka . Acharan sulfate berguna sebagai aktivator biologis untuk menyingkirkan jaringan yang mati dan memperbaharui sel yang sehat. Hal ini dapat memperpendek fase penyembuhan luka sehingga proses penyembuhan luka semakin cepat. Tujuan: Membuktikan pengaruh lendir bekicot (Achatina fulica) topikal terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar, yang ditandai dengan penurunan luas luka dan peningkatan kontraksi luka.

Metode Penelitian: Experimental dengan rancangan penelitian posttest control group design dengan sampel tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar sebanyak 24 ekor yang bulunya dicukur kemudian kulitnya dipanaskan menggunakan besi panas selama 1 detik. Kemudian tikus dibagi menjadi 4 kelompok (kontrol, pemberian 1 kali/hari, 2 kali/hari, dan 3 kali/hari). Bahan penelitian ini adalah lendir bekicot segar yang diambil sesaat sebelum pemberian perlakuan. Hasil Penelitian dan Diskusi: Dengan uji MANOVA didapatkan adanya perbedaan antara kelompok perlakuan sampai hari ke-7 (sig 0,000 lebih kecil dari p(0,05)), yang berarti terdapat perbedaan signifikan antar kelompok perlakuan terhadap nilai penurunan luas luka dan peningkatan kontraksi luka sampai hari ke-7. Sedangkan pada uji korelasi antara frekuensi pemberian dan penurunan luas luka didapatkan -0,293 yang berarti semakin besar frekuensi pemberian lendir bekicot maka semakin menurunkan luas luka. Untuk uji korelasi antara frekuensi pemberian dan kontraksi luka didapatkan 0,697 yang berarti semakin besar pemberian lendir bekicot maka akan semakin meningkatkan kontraksi luka,

Kesimpulan: Pemberian lendir bekicot berpengaruh dalam meningkatkan proses penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar.

(12)

ABSTRACT

Binarsa, Deka Bagus. 2011. Effect of Mucus Snail (Achatina fulica) Topical On Healing Speed of IIA Degree Burns on White Rat (Rattus norvegicus) Wistar Strains. Medical Faculty, Muhammadiyah Malang University. Advisors: (I) dr. Fathiyah Syafithri, M.Kes (II) dr Ruby Riana Asparini, Sp.BP

Background: Traditionally, Snails were used by society as cure for wounds. Snail's mucous which is rich of GAG (Acharan sulfate), has proved in helping to increase the wound healing. Acharan sulfate is beneficial as biological activator for removing dead tissue and renewing healthy cells. This could shorten the wound healing phase so the wound healing process could be faster.

Objective: To prove the effect of mucus snail (Achatina fulica) topical on healing speed of IIA degree burns on white rat (Rattus norvegicus) wistar strains, marked by the decrease of wound's width and the increase of wound contraction meassured using area meter.

Research Method: research method used was experimental with posttest control group design with experiment subject used were 24 white mouses (Rattus norvegicus) strain wistar who it's fur be shaven then it's skin was heated using heated iron for 1 second. Then mouses divided into 4 groups (control, 1 times/day, 2 times/day, and 3 times/day). Substance was used in this experiment was fresh snail's mucous which was taken a moment before treatment.

Results and Discussions: By MANOVA test it was acquired that there was difference between groups of treatment until day-7 (sig 0,000 smaller that p(0,05)), which means there was significant effect on treatment to the decrease of wound width value and the increase of wound contraction until day-7. By Pearson correlation test it was acquired that there was correlation value (-0,293) for wound width and correlation value (0,697)for wound contraction.

Conclussion: Provision of snail slime influence to enhance the healing process IIA degree burns, in this case is extensive wounds and wound contraction.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

(14)

1.4.2 Manfaat Klinis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kulit ... 5

2.1.1 Epidermis ... 6

2.1.2 Dermis ... 8

2.1.3 Jaringan Subkutan ... 9

2.2 Luka Bakar ... 10

2.2.1 Definisi ... 10

2.2.2 Patofisiologi Luka Bakar Superfisial ... 11

2.2.3 Etiologi Luka Bakar ... 11

2.2.4 Klasifikasi Luka Bakar ... 12

2.2.4.1 Berdasarkan Dalamnya Luka Bakar ... 12

2.2.4.2 Berdasarkan Luasnya Luka Bakar ... 14

2.2.4.3 Berdasarkan Berat Ringannya Luka Bakar ... 15

2.3 Penyembuhan Luka ... 16

2.3.1 Klasifikasi Penyembuhan Luka ... 16

2.3.2 Fase Penyembuhan Luka ... 17

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 21

2.4 Achatina Fulica ... 26

2.4.1 Asal Usul ... 26

2.4.2 Klasifikasi Achatina Fulica ... 26

2.4.3 Morfologi ... 27

(15)

2.4.5 Peran Lendir Bekicot (Achatina fulica) dalam Fase Penyembuhan Luka 31 BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep ... 33

3.2 Hipotesis Penelitian ... 35

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 36

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.3 Populasi dan Sampel ... 36

4.3.1 Populasi ... 36

4.3.2 Sampel ... 37

4.3.3 Replikasi ... 37

4.3.4 Variabel Penelitian ... 38

4.3.4.1 Variabel Bebas ... 38

4.3.4.2 Variabel Tergantung ... 38

4.3.5 Definisi Operasional Variabel ... 38

4.4 Alat dan Bahan Penelitian ... 38

4.4.1 Pemeliharaan Tikus ... 38

4.4.2 Pembuatan Lendir Bekicot (Achatina Fulica) ... 39

4.4.3 Perawatan Luka ... 39

4.4.4 Alat Observasi Luka ... 40

4.5 Prosedur Penelitian ... 40

4.5.1 Proses Adaptasi ... 40

(16)

4.5.3 Pembuatan Luka Bakar derajat IIA... 41

4.5.4 Perawatan Luka Bakar derajat IIA ... 41

4.5.5 Pengukuran Luas Luka Bakar Derajat IIA ... 42

4.6 Alur Kerja ... 42

4.7 Analisis Data ... 47

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Hasil penelitian ... 48

5.2 Analisis Data ... 50

5.2.1 Uji MANOVA ... 50

5.2.1.1 Uji MANOVA Luas Luka Bakar Derajat IIA... 51

5.2.1.2 Uji MANOVA Kontraksi Luka Bakar Derajat IIA ... 52

5.2.2 Uji Korelasi ... 54

5.2.2.1 Uji Korelasi dari Hubungan Antara Frekuensi Pemberian dan Luas Luka ... 54

5.2.2.2 Uji Korelasi dari Hubungan Antara Frekuensi Pemberian dan Kontraksi Luka ... 54

BAB 6 PEMBAHASAN ... 56

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 60

7.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(17)

DAFTAR SINGKATAN

(18)
(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lapisan Kulit ... 7

Gambar 2.2 Derajat Luka Bakar ... 14

Gambar 2.3 Rule of Nine ... 15

Gambar 2.4 Bekicot ... 28

Gambar 2.5 Anatomi Bekicot ... 28

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 33

Gambar 4.1 Alur Kerja Penelitian Pendahuluan ... 44

Gambar 4.2 Alur Kerja Penelitian ... 45

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pembagian Luas Luka Bakar Berdasarkan Rule of Nine ... 14

Tabel 4.1 Waktu Pemberian Lendir Bekicot Topikal ... 16

Tabel 5.1 Rata-rata Luas Luka dari Pengamatan Harian ... 48

Tabel 5.2 Rata-rata Kontraksi Luka dari Pengamatan Harian ... 49

Tabel 5.3 Uji Normalitas Saphiro-Wilk Luas Luka ... 51

Tabel 5.4 Uji Homogenity of Variance Luas Luka ... 51

Tabel 5.5 Multivariate Test Luas Luka ... 51

Tabel 5.6 Uji MANOVA Luas Luka ... 52

Tabel 5.7 Uji Normalitas Saphiro-Wilk Kontraksi Luka ... 52

Tabel 5.8 Uji Homogenity of Variance Kontraksi Luka ... 53

Tabel 5.9 Multivariate Test Kontraksi Luka ... 53

Tabel 5.10 Uji MANOVA Kontraksi Luka ... 54

Tabel 5.11 Uji Korelasi antara Frekuensi Pemberian dan Luas Luka ... 54

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Analisis Data ... 65

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Adikwu MU, Ikejiuba, CC. (2005). Some Physicochemical and Wound Healing Properties of Snail Mucin, Nsukka: Bolletino Chimico Farmceutico University of Nigeria.

Asa K, 1999, Budidaya Bekicot - Cetakan IV, Jakarta: Penebit Bhratara. Anto, 2007, Luka Bakar [online], cited 30 September 2008, available from

<http://averastore.com/site/1641666/page/769725>.

Astrawinata DAW, 2002, Faktor Prognostik Luka Bakar Derajat Sedang dan Berat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta Tahun 1998 - Mei 2001 [online], cited 30 Juni.2009, available from

<http://sms.unikom.ac.id/gdl142/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-2002-dalima-759-luka&q=Rumah>.

Bisono, Halimun EM, 2005, Kulit, In: Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

Bloom, Fawcett, 2002, Buku Ajar Histologi, Jakarta: EGC.

Cohen IK, Diegelmann RF, Yager DR. 1999. Wound Care and Wound Healing, In: Schwartz SI, Principle of Surgery, McGraw Hill, USA.

Cotran RS, Kumar V, Collins T, 1999, Robbins Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Darmansjah, 2004, Dasar Toksikologi: Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta: FKUI.

Ernawati I, 1994, Pemisahan Lendir Bekicot Serta Uji Mikrobiologi Fraksi Hasil Pemisahan Terhadap Eschercia coli, Strepcocus haemolitycus dan Candida albicans secara in Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta.

Eun Ji, 2005, Necleolin: Acharan Sulfate Binding Protein on the Surface of Cancer Cell, Glycobiology vol. 15 no. 1, 2005.

Fuchino O, Watanabe Y, Hirakawa C, et al .1992. Bactericidal Action of a Glycoprotein from the Body Surface Mucus of Giant African Snail. Comp. Biochem. Physiol.

(23)

Glade, MJ. (1990). Polysulpahted Glycosaminoglycans Accelerates Net Synthesis Collagen and Glycosaminoglycans by Arthritic Equine Cartilage Tissues and Chondrocytes. American Journal of Veterinary Research.

Harris N, Christen A, 1991, Primary Preventive Dentistry, New York: 3rd Appletton and Lange. Hermawan, 2008, Proses Penyembuhan Luka [online], cited 18 Juni 2009, available from

<www.hermawan.net>.

Hidayat AAA, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.

Ibrahim F, Azizahwati, Kusmaryani H, 1997, E M Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daging Bekicot (Achatina fulica Fer.) Terhadap PenyembuhanLuka Terbuka Pada Tikus Putih, Bogor: Proseding Simposium Penelitian Bahan Alami VIII. Perhimpunan Penelitian Bahan Alami.

Ismail, 2009, Luka dan Perawatannya [online], cited 10 Agustus 2009, available from

<http://images.mailmkes.multiply.com/attachment0/R-Dd@AoKCEMAADk5LMI1/Merawat%20luka.pdf?nmid=88915450>.

Kaneko T, Hashimoto NV, Tezuka M. 2006. Effect of a New Wound Dressing Material SG-01 In an Experimental Rat Skin Burn and Decubitus Ulcer Model, In: Journal of health Science 52(4)459-464(2006), Departement of Health Science, College of Pharmacy, Nihon University, Japan.

Karyn. 2009, Eukaryotes Genomes – Rattus norvegicus [online], cited 18 Juni 2009, available from <http://www.eb.ac.uk/2can/genomes/eukaryotes/Rattus_norvegicus.html>.

Kim YS, Chang IM., Toida T, et al. (1996). A new glycosaminoglycan from the giant African snail Achatina fulica. .Journal of Biological Chemistry.

Kimball, 1999, Biologi Jilid I, Jakarta: Erlangga.

Marzoeki D, 2006, Overview Luka Bakar, In: Perdanakusumah DS, Saputro ID, Noer MS, Penanganan Luka Bakar Akut, Airlangga University Press, Surabaya.

Mercandetti M, Cohen AJ, 2008, Wound Healing-Healing and Repair [online], cited 11 Agustus 2009, available from <http://www.eMedicine_plastic_surgery.wound.healing.html.>. Moenadjat, Yefta, 2001, Pengetahuan Klinis Praktis, Luka Bakar, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Musfirah, 2006, Perbedaan Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Deraat II antara Perawatan

(24)

Nicholas, J.S. 1971. Experimental Methode and Rat Embryos: The Rat in Laboratory Investigation. New York : Hafner Publishing Company.

Noer MS, 2006, Penanganan Luka Bakar Akut, In: Perdanakusumah DS, Saputro ID, Noer MS, Penanganan Luka Bakar Akut, Airlangga University Press, Surabaya.

Notoatmodjo S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nugroho TS, 2005, Pengaruh Infiltrasi Levobupivakain 0,25% Terhadap Kuantitas Angiogenesis Tikus Wistar pada Proses Penyembuhan Luka Insisi Hari ke Lima, Karya Akhir, Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.

Pierce AG, Neil RB, 2007, At a Glance Ilmu Bedah, Jakarta: EGC.

Pusponegoro AD, 2005, Luka, In: Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

Rush, 2009, Anatomy of the Skin [online], cited 30 November 2008, available from <http//www.rush.edu/rumc/page-P01336.html>.

Sadhori N, 1997, Teknik Budidaya Bekicot, PT Balai Pustaka (Persero), Jakarta.

Sartika R, 1991, Pemanfaatan Lendir Bekicot (Achatina fulica Fer.) Sebagai Obat Luka, Jurusan Farmasi-FMIPAUI, Jakarta.

Sastroasmoro S, Ismael S, 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Bagian Ilmu Kesehatan Anak-FKUI, Jakarta.

Sideras J, 2007,Thermal Burns Patients: Initial Assessments and Management Tips, diakses pada 5 Pebruari 2011, <http://www.firerescue1.com/fire-ems/articles/399723-Thermal-Burns-Patients-Initial-Assessments-and-Management-Tips/>.

Suckow MA, Danneman P, Brayton C, 2000, The Laboratory Mouse, CRC Press LLC, USA. Sudjari, 1996, Tikus Wistar Sebagai Hewan Coba Untuk Penelitian Dengan Toksoid Tetanus,

Malang : Majalah Kedokteran UNIBRAW Vol: XII No. 3.

Sunari S, 1994, Uji Mikro Fraksi-fraksi Hasil Pemisahan Lendir Bekicot Terhadap Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicans, Skripsi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta.

(25)

Tripurnomorini DS, Rita S. Imono AD, 2000, Daya Antiinflamasi Lendir Bekicot Pada Mencit, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendari, N. S., Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

(26)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat, 2001). Luka bakar karena api atau akibat tak langsung dari api misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Pusponegoro, 2005). Pada sebuah penelitian tentang prognosis luka bakar dengan subyek penderita luka bakar rawat inap di RSCM Januari 1998 – Mei 2001, ditemukan luka bakar terbanyak derajat II (76,9%) (Astrawinata, 2002).

Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dibagi tiga tingkat atau derajat, yaitu sebagai berikut, derajat I, kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), derajat II, kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis. Luka bakar derajat II dibedakan atas 2 subbagian yaitu; derajat II dangkal (superficial partial thickness) (IIA) dimana kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari korium atau dermis, dan derajat II dalam (deep partial thickness) (IIB) dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Pada derajat III, kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot, dan tulang (Moenadjat, 2001; Noer, 2006).

(27)

biaya pengobatan. Semakin cepat waktu penyembuhan luka bakar tentunya akan semakin meringankan biaya pengobatan (Moenadjat, 2001).

Pergerakan lapisan epitel merupakan hal yang penting dalam proses penyembuhan luka, termasuk luka bakar derajat IIA. Secara klinis proses epitelialisasi ini ditingkatkan dengan menjaga permukaan luka tetap lembab (Mercandetti, 2008).

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia memakai bahan alam sebagai obat tidak hanya dari tanaman tetapi juga dari hewan. Bahan alam tersebut antara lain adalah lendir bekicot (Voigt, 1994).

Secara tradisional, bekicot digunakan oleh masyarakat sebagai obat penyembuh luka (Adikwu & Ikejiuba, 2005). Lendir bekicot yang kaya akan glycosaminoglycan yang telah terbukti membantu meningkatkan penyembuhan luka (Glade, 1990). Sebagai aktivator biologis untuk menyingkirkan jaringan yang mati dan memperbaharui dengan sel yang sehat (Kim, 1996). Lendir bekicot yang memiliki kandungan air disinyalir dapat menjaga kelembaban kulit bila dioleskan pada luka (Ibrahim, 1997). Pernah dilakukan penelitian tentang kemampuan lendir bekicot sebagai antimikroba Escherichia coli, Streptococcus Haemoliticus, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida Albicans. Hasilnya telah terbukti bahwa lendir bekicot dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri tersebut (Ernawati & Sunari, 1994).

(28)

Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh lendir bekicot (Achatina fullica) topikal terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah lendir bekicot (Achatina fulica) topikal berpengaruh terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan pengaruh lendir bekicot (Achatina fulica) topikal terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membuktikan pemberian lendir bekicot pada luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar dapat meningkatkan epitelialisasi.

2. Membuktikan pemberian lendir bekicot pada luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar dapat meningkatkan kontraksi luka.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh lendir bekicot (Achatina fulica) topikal terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih

(Rattus Norvegicus) Strain Wistar. 1.4.2 Manfaat Klinis

(29)

lendir Bekicot (Achatina fulica).

2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai obat tradisional yang mempunyai efek penyembuh luka, yaitu lendir bekicot (Achatina fulica).

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria inklusi pasien adalah pasien dengan penyakit lain yang juga mendapat diagnosis dislipidemia, dirawat di instalasi rawat inap rumah sakit Dr.. Moewardi pada

Siklus pertama perencanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan adalah observasi pembelajaran di kelas, sesuai dengan temuan masalah

Upaya yang dilakukan Kepolisian Resort Kota Pekanbaru dalam menangani tindak pidana asusila yang dilakukan orang dewasa terhadap anak dapat dilihat melalui:

dengan kedua tabung polos dan tabung sirip desain multitubular, baffle perifer mungkin diperlukan untuk memblokir area kebocoran antara bundel dan shell

Pada penelitian ini yang diteliti adalah kulit buah dari jeruk kesturi (Citrus microcarpa Bunge), jeruk lemon (Citrus limon (L.) Osbeck), jeruk purut (Citrus hystrix DC.), dan

Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang

301 Berapa pengeluaran balas jasa tenaga kerja tetap dan kontrak WNI selama tahun 2019?. Tenaga kerja tetap Tenaga

Mengembalikan data kepada setiap Kanwil Kemenag Provinsi untuk diperbaiki, apabila data yang diterima dari Kanwil Kemenag Provinsi tersebut dinilai belum benar, lengkap