• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Antena Mikrostrip Susun 2 Elemen Patch Segiempat dengan Defected Ground Structure Berbentuk Segiempat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Antena Mikrostrip Susun 2 Elemen Patch Segiempat dengan Defected Ground Structure Berbentuk Segiempat"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

Pada Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Telekomunikasi

Disusun oleh

Rinesia Citra Amalia Bangun (120422032)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

ABSTRAK

Pada tugas akhir ini dilakukan perancangan antena mikrostrip susun 2

elemen pa tch segiempa t denga n defected ground structure berbentuk segiempa t

yang bekerja diantara rentang frekuensi 3,3 GHz - 3,4 GHz dengan frekuensi

tengah 3,35 GHz. Pada perancangan ini akan dirancang dua buah antena

mikrostrip yang disusun paralel pada sebuah substrat dan dengan penambahan

teknik defected ground structure yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja

antena. Hal ini terukur melalui perbaikan nilai VSWR dan return loss,

peningkatan gain dan penekanan efek mutual coupling. Perancangan dilakukan

dengan menggunakan simulator AWR Microwave 2004. Adapun perancangan

antena optimal yang didesain dengan DGS berukuran (26x26) mm dan posisi

DGS (Y-4 mm). Hasil simulasi menunjukkan bahwa penggunaan DGS pada

antena mikrostrip 2 elemen memperbaiki nilai VSWR hingga 1,096 dan nilai

return loss berkisar -26,8 dB sedangkan antena tanpa DGS memiliki nilai VSWR

dan return loss masing-masing sebesar 1,371 dan -16,12 dB. Hal ini menunjukkan

penggunaan DGS memperbaiki kinerja antena.

Kata kunci : Antena Mikrostrip, Gelombang Permukaan, Defected Ground

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

baik dan tepat waktu.

Tugas Akhir ini berjudul ”ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND

STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT”. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis tidak terlepas dari

perhatian dan dukungan keluarga oleh karena itupenulis mempersembahkan

Tugas Akhir ini kepada kedua orang tua tersayang Drs.Alexander Bangun, Almh.

Emsyahwati br Sitepu, Sulastri br Sitepu, K. Surbakti sebagai nenek serta kedua

abang Rizki A Roy Bangun, SE., Robert R Bangun, SE., adik -adik tercinta Rora

Ria S Bangun dan Rio Andhika Bangun. Dalam kesempatan ini juga penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ali Hanafiah Rambe, ST, MT selaku dosen pembimbing Tugas

Akhir atas bimbingan, dukungan dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Ir. Raja Harahap,MT selaku Dosen Pembimbing Akademik selama

mengikuti perkuliahan.

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Arman Sani, MT selaku dosen pembanding yang membantu

dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Emerson P. Sinulingga, ST, M.Sc, PhD selaku dosen pembanding

yang membantu dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

7. Seluruh staf pengajar di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

(5)

8. Seluruh karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro

Universitas Sumatera Utara.

9. Indra Gunawan Fiandi Mirza, S.Ked selaku pendamping yang setia

membantu dan menyemangati dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini.

10. Teman – teman Ekstensi Teknik Telekomunikasi angkatan 2012, Syarifah Assyura, Meinarty Sinurat, Debora Sinaga, Ummu Handasah dan semua

teman buat kebersamaan dalam mengikuti pendidikan, serta untuk semua

senior dan junior Ekstensi Teknik Telekomunikasi USU.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, yang

selalu membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari sempurna,

baik dari segi materi maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, penulis

menerima saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan Tugas Akhir ini.Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Akhir ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Medan, Maret 2015

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metodologi Penulisan ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Antena... 5

2.2 Antena Mikrostrip ...5

2.2.1 Pengertian Antena Mikrostrip ... 6

2.3 Parameter Antena Mikrostrip... 8

(7)

2.3.2 Frekuensi Resonansi ... 9

2.3.12 Kelebihan dan Kekurangan Antena Mikrostrip ... 19

2.4 Jenis – Jenis Patch Antena Mikrostrip ... 19

2.4.1 Antena mikrostrip Patch Segiempat ... 21

2.5 Teknik Pencatuan Microstrip Line ... 21

2.5.1 Karakteristrik Saluran Mikrostrip W/h<1 ... 22

2.5.2 Karakteristrik Saluran Mikrostrip W/h>2 ... 22

2.6 Antena Array ... 23

2.6.1 Dua Elemen Array ... 24

2.7 Sistem Komunikasi Broadband 3,3 GHz – 3,4 GHz ... 25

2.7.1 Broadband Wireless Access ... 25

2.8 Gelombang Permukaan ... 26

2.9 Mutua l Coupling ... 27

2.10 Defected Ground Structure... 28

(8)

2.11.1 Proses Pencarian Solusi Simulator AWR ... 30

2.11.2 Spesifikasi Settingan Parameter SImulasi ... 30

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN ANTENA DENGAN DAN TANPA DGS 3.1 Umum ... 34

3.2 Diagram Alir Perancangan Antena ... 36

3.3 Antena Mikrostrip 2 Elemen Tanpa DGS ... 37

3.4 Perancangan Antena………... 38

3.5 Perancangan DGS Segiempat Pada Antena Mikrostrip... 45

3.θ Variabel Yang Dianalisis ……….………..…….... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum ...48

4.2 Analisis AntenaTanpa DGS ...48

4.3 Analisis Antena Dengan DGS ………...η0 4.3.1 Analisis Antena dengan DGS Berukuran (10x10) mm...50

4.3.2 Analisis Perbandingan Antena Tanpa dan Dengan DGS 10x10 mm2…………...………..η2 4.3.3 Analisis Antena Perubahan Ukuran DGS ...56

4.3.4 Analisis Antena Perubahan Posisi DGS ...59

(9)

4.4.1 VSWR ...62

4.4.2 Return Loss ...63

4.4.3 Gain ...64

4.4.4 Impedansi ………....θ5

4.5 Analisis Perbandingan Antena Dengan atau Tanpa DGS Optimal ...66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...,72

5.2 Saran ...73

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Antena Mikrostrip ... 6

Gambar 2.2 Rentang Frekuensi Mencari Bandwidth ………...………...….11

Gambar 2.3 Polarisasi Melingkar……...………..15

Gambar 2.4 Pola Radiasi Antena……….………...……...17

Gambar 2.5 Jenis – Jenis Patch Antena Mikrostrip ………...…...….20

Gambar 2.6 Antena Mikrostrip Patch Segiempat ……….……….…………21

Gambar 2.7 Geometri Saluran Mikrostrip …………...……….…..…..22

Gambar 2.8 Antena Array………...………23

Gambar 2.9 Gelombang Permukaan………..………...26

Gambar 2.10 Rangkaian RLC DGS……….………...……….28

Gambar 2.11 Tampilan Awal Simulator AWR……..…..……..…...….…....…..30

Gambar 2.12 Settingan Nilai Frekuensi Pada Simulator .………...…..31

Gambar 2.13 Settingan Pada Harmonic Balance …...………...…..32

Gambar 2.14 SettingContoh Model Simulasi Pada Spesifikasi Low Mesh.…....32

Gambar 2.15 Contoh Model Simulasi dengan Spesifikasi Normal Mesh…..…..33

Gambar 2.16 Contoh Model Simulasi dengan Spesifikasi High Mesh..………..33

(11)

Gambar 3.2 Rancangan Antena Mikrostrip 2 Elemen Tanpa DGS ..……...37

Gambar 3.3 Pembuatan EM Structure Pada Simulator ………....….38

Gambar 3.4 Pengisian Enclosure Pada Simulator……...……..………....……...38

Gambar 3.5 Pengisian Dielectric Layers Pada Simulator…………...……….…39

Gambar 3.6 Pengisian Boundaries Pada Simulator ………...…………..39

Gambar 3.7 Pembuatan Patch Antena Pada Saluran Pencatu……….….….…...40

Gambar 3.8 Pengisian Port Eksitasi ……..………..………....40

Gambar 3.9 Pengisian Frekuensi Kerja………..……….………....……41

Gambar 3.10 Pengisian Spesifikasi Mesh...………....……...41

Gambar 3.11Pembuatan Grafik Keluaran………..,……...42

Gambar 3.12 Pembuatan Grafik Keluaran VSWR…….………….….….……..42

Gambar 3.13 Pembuatan Grafik Keluaran Return Loss...…………..….…..…..43

Gambar 3.14 Pembuatan Grafik Keluaran Gain……..……..…………..…..…..43

Gambar 3.15 Visualisasi 3D Antena Mikrostrip 2 Elemen Tanpa DGS...…....44

Gambar 3.16 Antena Mikrostrip 2 Elemen Dengan DGS…….………...44

Gambar 3.17 Visualisasi 3D Antena Mikrostrip 2 Elemen Dengan DGS……..45

Gambar 3.18 Antena Mikrostrip 2 Elemen Segiempat Dengan DGS....…...46

(12)

Gambar 3.20 Perubahan Posisi DGS………...…...47

Gambar 4.1 Nilai VSWR Tanpa DGS………...48

Gambar 4.2 Nilai Return Loss Tanpa DGS………...…...49

Gambar 4.3 Nilai Gain Tanpa DGS………...……..49

Gambar 4.4 Nilai Impedansi Tanpa DGS……...………...…...η0

Gambar 4.5 Nilai Simulasi VSWR DGS (10x10) mm ….………...η1

Gambar 4.6 Nilai Simulasi Return Loss DGS (10x10) mm ….………...η1

Gambar 4.7 Nilai Simulasi Gain DGS (10x10) mm ….……...…...…...η2

Gambar 4.8 Nilai Simulasi impedansi DGS (10x10) mm ….………...52

Gambar 4.9 Nilai VSWR Antena Tanpa dan Dengan DGS (10x10) mm …...η3

Gambar 4.10 Nilai Return Loss Antena Tanpa dan Dengan DGS (10x10) mm..54

Gambar 4.11 Nilai Gain Antena Tanpa dan Dengan DGS (10x10) mm …...η4

Gambar 4.12 Nilai Impedansi Antena Tanpa dan Dengan DGS (10x10) mm...55

Gambar 4.13 Nilai VSWR Hasil Simulasi Pengubahan Ukuran DGS….…...η7

Gambar 4.14 Nilai Return Loss Hasil Simulasi Pengubahan Ukuran DGS...57

Gambar 4.15 Nilai Gain Hasil Simulasi Pengubahan Ukuran DGS……..…...η8

Gambar 4.16 Nilai Impedansi Hasil Simulasi Pengubahan Ukuran DGS.…...η8

Gambar 4.17 Nilai VSWR Hasil Simulasi Pengubahan Posisi DGS..…...θ0

Gambar 4.18 Nilai Return Loss Hasil Simulasi Pengubahan Posisi DGS.…...θ0

(13)

Gambar 4.20 Nilai Impedansi Hasil Simulasi Pengubahan Posisi DGS….…...θ1

Gambar 4.21 Antena Dengan Posisi DGS Optimal ………...θ2

Gambar 4.22 Nilai VSWR Hasil Simulasi DGS Optimal ...………...θ3

Gambar 4.23 Nilai Return Loss Hasil Simulasi DGS Optimal ………..…...θ4

Gambar 4.24 Nilai Gain Hasil Simulasi DGS Optimal ………..…….…..…...θ5

Gambar 4.25 Nilai Impedansi Hasil Simulasi DGS Optimal ………..……...65

Gambar 4.26 Perbandingan Nilai VSWR Antena Tanpa DGS dan Dengan

DGS Optimal ...66

Gambar 4.27 Perbandingan Nilai RL Antena Tanpa DGS dan Dengan

DGS Optimal ...67

Gambar 4.28 Perbandingan Nilai Gain Antena Tanpa DGS dan Dengan

DGS Optimal..……….………..……...…...θ8

Gambar 4.29 Perbandingan Nilai Impedansi Antena Tanpa DGS dan

Dengan DGS Optimal ……….…...………..69

Gambar 4.30 Perbandingan Nilai Mutual Coupling Antena Tanpa DGS dan

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi Substrate………..………..34

Tabel 3.2 Dimensi Antena………...………37

Tabel 4.1 Hasil Simulasi Antena dengan Mengubah Ukuran DGS………..…η6

Tabel 4.2 Hasil Simulasi Antena dengan Mengubah Posisi DGS……….59

Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Parameter Antena Tanpa DGS Dan

Dengan DGS Optimal ….………..…...71

(15)

ABSTRAK

Pada tugas akhir ini dilakukan perancangan antena mikrostrip susun 2

elemen pa tch segiempa t denga n defected ground structure berbentuk segiempa t

yang bekerja diantara rentang frekuensi 3,3 GHz - 3,4 GHz dengan frekuensi

tengah 3,35 GHz. Pada perancangan ini akan dirancang dua buah antena

mikrostrip yang disusun paralel pada sebuah substrat dan dengan penambahan

teknik defected ground structure yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja

antena. Hal ini terukur melalui perbaikan nilai VSWR dan return loss,

peningkatan gain dan penekanan efek mutual coupling. Perancangan dilakukan

dengan menggunakan simulator AWR Microwave 2004. Adapun perancangan

antena optimal yang didesain dengan DGS berukuran (26x26) mm dan posisi

DGS (Y-4 mm). Hasil simulasi menunjukkan bahwa penggunaan DGS pada

antena mikrostrip 2 elemen memperbaiki nilai VSWR hingga 1,096 dan nilai

return loss berkisar -26,8 dB sedangkan antena tanpa DGS memiliki nilai VSWR

dan return loss masing-masing sebesar 1,371 dan -16,12 dB. Hal ini menunjukkan

penggunaan DGS memperbaiki kinerja antena.

Kata kunci : Antena Mikrostrip, Gelombang Permukaan, Defected Ground

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Antena sangat dibutuhkan dalam teknologi nirkabel baik untuk

komunikasi suara maupun untuk transmisi data. Antena adalah suatu alat yang

mengubah gelombang terbimbing dari saluran transmisi menjadi gelombang bebas

di udara, dan sebaliknya. Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena

sebagai pelepas energi elektromagnetik dari dan ke udara atau ruang bebas.

Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai antena mikrostrip. Struktur dari

antena mikrostrip terdiri atas 3 bagian, yaitu elemen peradiasi atau patch antena,

substrat dan ground plane. Semakin tebal substrat, maka bandwidth akan

meningkat, tetapi berpengaruh terhadap timbulnya gelombang permukaan [1].

Gelombang permukaan adalah gelombang yang disebabkan adanya gelombang

yang terjebak di dalam substrat [1]. Gelombang permukaan pada antena

mikrostrip merupakan efek yang merugikan karena akan mengurangi sebagian

daya yang seharusnya dapat digunakan untuk meradiasikan gelombang

elektromagnetik ke arah yang diinginkan serta dapat menimbulkan efek mutual

coupling yang terjadi pada antena susun atau dua antena yang berdekatan [1].

Mutua l coupling adalah suatu fenomena yang terjadi pada array (susun)

dimana energi suatu antena bocor menuju antena lain sehingga mempengaruhi

kinerja antena. Efek mutual coupling ini berdampak negatif bagi antena karena

sebagian energi datang pada satu atau kedua elemen antena dapat dihamburkan

kembali ke arah yang berbeda seolah menjadi sebuah transmitter yang baru [2].

Selain itu efek mutual coupling berpengaruh terhadap parameter antena yang

diinginkan seperti Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), return loss, gain,

impedansi antena ,dan bandwidth pada antena susun atau dua antena yang

(17)

Oleh karena itu, untuk mengatasi efek mutual coupling ini adalah dengan

menggunakan teknik Defected Ground Structure (DGS). DGS adalah suatu cara

menekan gelombang permukaan dengan cara menghilangkan (etching) sebagian

bidang ground.

Pada Tugas Akhir ini akan dianalisis antena menggunakan DGS berbentuk

segi empat pada antena mikrostrip susun 2 elemen yang bekerja diantara rentang

frekuensi 3,3 GHz – 3,4 GHz dengan frekuensi tengah 3,35 GHz. Antena dengan DGS ini dirancang untuk menekan gelombang permukaan agar dapat mengurangi

efek mutual coupling yang terjadi antara elemen antena susun sehingga kinerja

antena dapat meningkat [3].

1.2

Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka pada tugas akhir ini

ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut :

1 Pengaruh mutual coupling terhadap kinerja antena mikrostrip susun 2 elemen

pa tch segi empat yang bekerja diantara rentang frekuensi 3,3 GHz – 3.4 GHz dengan frekuensi tengah 3,35 GHz.

2 Teknik Defected Ground Structure (DGS) mengatasi pengaruh mutual

coupling pada antena mikrostrip 2 elemen patch segiempat yang bekerja

diantara rentang frekuensi 3,3 GHz – 3.4 GHz dengan frekuensi tengah 3,35 GHz.

3 Analisis parameter-parameter antena mikrostrip susun 2 elemen patch

segiempat tanpa atau dengan DGS juga berbentuk segiempat yang telah

didesain.

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari skripsi ini adalah untuk menghasilkan

desain antena yang optimum. Adapun parameter yang dianalisis untuk desain

(18)

1.4

Batasan Masalah

Penulisan Tugas Akhir ini memiliki batasan masalah dan ruang lingkup

sebagai berikut :

a. Antena yang akan dibentuk pada tugas akhir ini adalah antena mikrostrip

pa tch segi empat dua elemen dengan defected ground structure (DGS)

berbentuk segi empat.

b. Simulator yang digunakan adalah simulator Applied Wave Research (AWR)

Microwa ve Office 2004.

c. Substrat yang digunakan dalam perancangan antena ini adalah epoxy fR4

(εr = 4,4) dengan ketebalan h= 1,6 mm.

1.5 Metodologi Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Studi Literatur : membahas pengertian dan pengaplikasian DGS atau Defected

Ground Structure dalam menangani gelombang permukaan dan menekan

mutua l coupling pada antena mikrostrip dengan resensi dari beberapa

buku-buku yang terkait.

b. Desain DGS : Merancang antena mikrostrip susun 2 elemen patch segiempat

yang bekerja pada frekuensi 3,3 GHz – 3,4 GHz dengan dan tanpa DGS berbentuk segiempat.

c. Simulasi : simulasi dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter antena

mikrostip tanpa dan dengan DGS dengan simulator AWR. Pengukuran yang

dilakukan meliputi, pengukuran VSWR, gain, return loss, impedansi antena,

dan bandwidth.

d. Analisis : Membandingkan kelebihan yang didapat untuk antena dua elemen

menggunakan DGS segiempat terhadap antena tanpa DGS.

e. Optimasi desain berdasarkan perubahan ukuran DGS dan perubahan posisi

(19)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai tugas akhir ini, secara singkat

penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan

masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan dari

Tugas Akhir ini.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini berisi penjelasan tentang antena secara umum dan

penjelasan mengenai antena Mikrostrip, Wifi dan Teknik DGS

dalam memperbaiki kinerja antena mikrostrip.

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN ANTENA DENGAN DAN

TANPA DGS

Bab ini membahas perancangan antena tanpa DGS dan antena

dengan DGS dengan simulator AWR Microwave Office 2004

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil dari perancangan antena

mikrostrip susun dua elemen patch segiempat tanpa atau dengan

teknik DGS berbentuk segiempat dan parameter – parameter hasil

simulasi antena mikrostrip tanpa atau dengan teknik DGS.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan Tugas

(20)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Antena

Antena merupakan perangkat yang digunakan untuk merubah besaran

listrik dari saluran transmisi menjadi suatu gelombang elektromagnetik untuk

diradiasikan ke udara bebas. Sebaliknya antenna juga dapat menangkap

gelombang elektromagnetik dari udara bebas untuk kemudian dijadikan besaran

listrik kembali melalui saluran transmisi. Pemancaran merupakan satu proses

perpindahan gelombang radio atau elektromagnetik dari saluran transmisi ke

ruang bebas melalui antenna pemancar. Sedangkan penerimaan adalah satu proses

penerimaan gelombang radio atau elektromagnetik dari ruang bebas melalui

antena penerima. Karena merupakan perangkat perantara antara saluran transmisi

dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan

saluran pencatunya.

Pada saat proses transmisi, gelombang elektromagnetik akan

ditransmisikan sepanjang jalur transmisi dan menyebar ke udara. Jalur transmisi

ini dapat berupa kabel koaksial, terkadang juga ditambahkan dengan pipa untuk

memperluas jalur transmisi dan dikenal sebagai gelombang terbimbing

(waveguide) [4]. Perkembangan teknologi komunikasi yang saat ini berkembang

pesat menyebabkan pengembangan dan penelitian antena juga semakin pesat

seiring dengan kebutuhan teknologi saat ini.

2.2 Antena Mikrostrip

Antena mikrostrip diusulkan pertama kalinya oleh Deschamps pada awal

tahun 1950 dan baru dibuat pada sekitar tahun 1970 oleh Munson dan Howell, dan

merupakan salah satu antenna gelombang mikro yang digunakan sebagai radiator

pada sejumlah sistem telekomunikasi modern saat ini seperti : Personal

Communica tion System (PCS), Mobile Satelite Communications, Direct

Broa dca st Television (DBS), Radio Detection And Ranging (Radar) dan Global

(21)

kemampuan beroperasi antena mikrostrip diatur terutama oleh bentuk geometri

dari elemen peradiasi (patch) dari karakteristik material substrat [3].

2.2.1 Pengertian Antena Mikrostrip

Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri dari dua kata, yaitu mikro

(sangat kecil/tipis) dan strip (bilah/potongan). Antena mikrostrip dapat

didefenisikan sebagai salah satu antena yang berbentuk potongan atau bilah

dengan ukuran yang sangat kecil. Secara garis besar struktur dari antenna

mikrostrip atas 3 bagian, yaitu elemen peradiasi atau patch antena, substrat dan

ground pla ne. Pa tch terletak diatas subtrat dan ground plane terletak paling

bawah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 [3].

Gambar 2.1 Struktur Dasar Antena Mikrostrip [3]

Pada susunan ini, lapisan konduktor atas atau “patch” berfungsi sebagai

sumber radiasi dimana energi elektromagnetik menyusur tepian dan sisi patch ke

dalam substrat. Lapisan konduktor bawah bertindak sebagai bidang ground

pemantulan sempurna yang kemudian mengembalikan energi kembali melalui

substrat menuju udara bebas. Lapisan konduktor bawah dicetak pada satu atau

lebih dielektrik substrat. Patch (elemen peradiasi) terbuat dari bahan konduktor

tipis seperti tembaga atau emas yang mempunyai bentuk bermacam-macam.

(22)

segitiga, ataupun cincin. Patch berfungsi untuk meradiasikan gelombang

elektromagnetik ke udara.

Substrat berfungsi sebagai bahan dialektrik dari antena mikrostrip yang

membatasi elemen peradiasi dengan elemen pertanahan. Bagian ini memiliki nilai konstanta dielektrik εr dimana nilai dari konstanta dielektrik ini mempengaruhi frekuensi kerja, efisiensi, dan juga bandwidth dari antena. Karakteristik substrat

sangat berpengaruh pada besar parameter-parameter antena. Pengaruh ketebalan

substrat dielektrik terhadap parameter antena adalah pada bandwidth. Penambahan

ketebalan substrat akan memperbesar bandwidth. Elemen ini memiliki jenis yang

bervariasi yang dapat digolongkan berdasarkan nilai konstanta dialektrik dan

ketebalannya. Ketebalan substrat jauh lebih besar daripada ketebalan konduktor

metal peradiasi. Semakin tebal substart maka bandwidth akan semakin meningkat,

tetapi berpengaruh terhadap timbulnya gelombang permukaan (surface wave).

Gelombang permukaan pada antena mikrostrip merupakan efek yang merugikan

sebagian daya yang seharusnya dapat digunakan untuk meradiasikan gelombang

elektromagnetik kearah yang diinginkan.

Material substrat yang tersedia dapat digunakan untuk frekuensi-frekuensi

RF dan microwave. Pemilihannya berdasarkan karakteristik material yang

diinginkan untuk daya yang optimal pada suatu jarak frekuensi tertentu.

Spesifikasi umum termasuk nilai konstanta dielektrik, dielektrik loss tangent, dan

ketebalan. Nilai konstanta dielektrik antara 2,2 < εr< 12 digunakan untuk frekuensi operasi dari 1 hingga 100 GHz [3]. Konstanta dielektrik adalah

perbandingan energi listrik yang tersimpan pada suatu bahan substrat jika diberi

sebuah potensial, relatif terhadap ruang hampa [5]. Dielektrik loss tangent

merupakan rugi-rugi dielektrik.

Ketebalan substrat penting untuk diperhatikan ketika akan mendesain

antena mikrostrip. Kebanyakan substrat yang diinginkan untuk kehandalan suatu

antena dipilih yang tebal dengan konstanta dielektrik yang rendah. Hal ini

cenderung menghasilkan antenna dengan bandwith yang lebar dan efisiensi yang

tinggi akibat bebas dari loncatan medan tepi yang berasal dari patch dan

(23)

menjadi besar dan meningkatkan kemungkinan pembentukan gelombang

permukaan. Akan tetapi dengan substrat yang tipis dengan konstanta dielektrik

yang tinggi mengurangi ukuran antena. Namun akibat adanya disipasi faktor yang

lebih tinggi, menyebabkan efisiensinya menjadi rendah dan bandwith yang kecil

[3]. Oleh karena itu terdapat timbal balik yang menjadi dasar dalam pembuatan

antena mikrostrip yang harus diperhatikan.

Ground pla ne terbuat dari bahan konduktor. Ukurannya selebar dan

sepanjang substrat. Ground plane berfungsi sebagai ground antena (pembumian)

yang memantulkan sinyal yang tidak diinginkan.

2.3 Parameter – Parameter Antena Mikrostrip

Ada beberapa parameter dari antena mikrostrip yang biasanya digunakan

dalam simulasi maupun pengukuran untuk mengetahui spesifikasi standar dari

antena yang dirancang. Parameter antena tersebut antara lain yaitu dimensi antena,

frekuensi resonansi, VSWR, bandwidth, axial ratio, gain antena, return

loss,pola risa si, impedansi masukan, pola radiasi, dan keterarahan (directivity).

2.3.1 Dimensi Antena Mikrostrip

Untuk mencari dimensi antena, yaitu lebar (W) dan panjang (L) maka

harus diketahui terlebih dahulu parameter bahan yang digunakan, yaitu tebal

dialektrik (h), konstanta dialektrik (εr), tebal konduktor (t) dan rugi – rugi bahan. Panjang antena mikrostrip antena (L) harus disesuaikan, karena apabila terlalu

pendek maka bandwidth akan sempit sedangkan apabila terlalu panjang bandwidth

akan menjadi lebih lebar tetapi efisiensi radiasi akan menjadi kecil. Dengan

mengatur lebar dari antena mikrostrip (W) impedansi input juga akan berubah.

Pendekatan yang digunakan untuk mencari panjang dan lebar antena mikrostrip

dapat menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut [2] :

W= c

√ � + (2.1)

dimana :

W : lebar konduktor (mm)

(24)

c : kecepatan elektromagnetik diruang bebas (3 x 108 ) (m/s2)

fo : frekuensi kerja antena (Hz)

Sedangkan untuk menentukan panjang patch (L) diperlukan parameter ΔL yang merupakan pertambahan panjang L akibat adanya fringing effect. Pertambahan

panjang dari L (ΔL) tersebut dirumuskan dengan persamaan (2.2) sebagai berikut

dimana h merupakan tinggi substrat atau tebal substrat dan adalah konstanta

dielektrik relatif yang dirumuskan pada persamaan (2.3) berikut [2] :

= � + +� − (

√ + ℎ⁄ ) (2.3)

Panjang patch (L) dirumuskan pada persamaan (2.4) berikut [2] :

= − ∆ (2.4)

Frekuensi resonansi adalah frekuensi kerja dari suatu antena. Rentang

frekuensi kerja dari suatu antena dapat dilihat dari grafik VSWR dan grafik return

loss, sebagai contoh ketika nilai VSWR – nya lebih kecil atau sama dengan 2 dan ketika nilai return loss nya bernilai sama dengan – 9,54 dB [1]. Dengan frekuensi resonansi yang dirumuskan pada persamaan (2.6) :

= √� [ + ] / (2.6)

dengan m dan n adalah indeks mode pada arah x dan y, W dan L adalah lebar dan

(25)

sisinya, c adalah kecepatan cahaya 3x108 m/s2, dan εr adalah konstanta dielektrik relatif.

2.3.3 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) merupakan perbandingan antara

amplitudo gelombang berdiri maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min) [6].

Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan

yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Gelombang berdiri

terjadi akibat interferensi antara V0+ dan V0- .

Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan tegangan yang

dikirimkan disebut koefisien refleksi yang dinyatakan dengan simbol Г [7]. Harga koefisien pantul dapat bervariasi antar 0 sampai 1. Jika bernilai 0, artinya tidak

ada pantulan dan jika bernilai 1 artinya sinyal yang datang ke beban seluruhnya

dipantulkan kembali ke sumbernya. Dapat dinyatakan dengan persamaan (2.7)

sebagai berikut [8] :

Γ= −+ (2.7)

Hubungan antara koefisien refleksi, impedansi karakteristik dan impedansi beban

dapat dinyatakan seperti persamaan (2.8) berikut [8] :

Γ = −+= �−

�+ (2.8)

dimana :

 ZL : impedansi beban (load)

 Zo : impedansi saluran lossess

Koefisien refleksi tegangan memiliki nilai kompleks, untuk beberapa

(26)

Gelombang berdiri memiliki tegangan maksimum dan minimum dalam

saluran yang besarnya tergantung pada tegangan maupun arus pantul. Secara

sederhana rumus untuk menentukan VSWR [8].

Kondisi VSWR yang ideal adalah bernilai 1, yang berarti tidak ada refleksi

atau pantulan ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Nilai dari VSWR

menjadi salah satu acuan untuk melihat, apakah antena sudah dapat bekerja pada

frekuensi yang diharapkan. Semakin besar nilai VSWR menunjukkan daya yang

dipantulkan semakin besar. Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR

bernilai 1, yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaa n matching

sempurna [8]. Adapun rumusnya dapat dilihat pada persamaan (2.9).

= | | �

| | = +|Г|

−|Г| (2.9)

2.3.4 Bandwidth

Ba ndwidth suatu antena merupakan besar rentang frekuensi kerja dari

suatu antena dimana kinerjanya berhubungan dengan beberapa karakteristik

(seperti impedansi masukan, pola, bandwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR,

return loss, a xia l ra tio) memenuhi spesifikasi standar [8]. Nilai bandwidth dapat

diketahui apabila nilai frekuensi bawah dan frekuensi atas dari suatu antena sudah

diketahui, seperti yang terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Rentang Frekuensi Mencari Bandwidth [4]

Frekuensi bawah adalah nilai frekuensi awal dari frekuensi kerja antena,

sedangkan frekuensi atas merupakan nilai frekuensi akhir dari frekuensi kerja

antena.

Pada persamaan 2.10 berikut adalah rumus mencari nilai bandwidth [8] :

(27)

= − % (2.10)

Adapun beberapa jenis dari bandwidth yang berkaitan dengan antena

mikrostrip adalah sebagai berikut [8] :

a) Impeda nce bandwidth : yaitu rentang frekuensi dimana patch antena

berada pada keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi

karena impedansi dari elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari

nilai frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat dari return loss dan

VSWR. Pada umumnya nilai return loss dan VSWR yang masih dianggap

baik masing – masing adalah kurang dari -9.54 dB dan 2.

b) Pa ttern ba ndwidth : yaitu rentang frekuensi dimana bandwidth, sidelobe,

atau gain,yang bervariasi menurut freekuensi memenuhi nilai tertentu.

Nilai tersebut harus ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai

ba ndwidth dapat dicari.

c) Pola riza tion atau axial ratio bandwidth adalah rentang frekuensi dimana

polarisasi (linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk

polarisasi melingkar adalah kurang dari 3 dB.

2.3.5 Axial Ratio

Axia l ra tio (AR) merupakan perbandingan sumbu mayor terhadap sumbu

minor dalam suatu bentuk polarisasi, baik itu polarisasi melingkar atau elips.

Adapun rumus AR terlihat pada persamaan (2.11) [1] berikut :

= = ; ≤ ≤ (2.11) Dimana:

(28)

= [ {⃗⃗⃗⃗⃗⃗ + ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ − (⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ + ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ cos ∆∅ ) / }] / (2.13)

Nilai axial ratio yang ideal adalah ≤ dB. Nilai 3 dB merupakan beda

atau selisih antara medan E dan medan H dari gelombang yang dipancarkan oleh

antena. Ini berarti antena tersebut memiliki polarisasi yang melingkar [1].

2.3.6 Gain Antena

Ga in antena atau penguatan adalah perbandingan antara intensitas radiasi

dari suatu antena pada suatu arah utama dengan intensitas radiasi dari antena

isotropik yang menggunakan sumber daya masukan yang sama Satuan yang

digunakan untuk gain, adalah besar suatu gain antena yang merupakan besaran

relatif terhadap acuan gain antena yang mudah dihitung. Dimana gain dapat

dirumuskan seperti persamaan (2.14) [2] berikut :

G = D . η (2.14) D adalah direktivitas dan adalah efisiensi antena. Ga in memiliki 2 jenis parameter, yaitu absolute gain dan relative gain. Absolute gain adalah

perbandingan antara intensitas pada arah tertentu dengan intensitas radiasi yang

diperoleh jika daya yang diterima oleh antena (Pin) teradiasi secara isotropik. Gain

juga dapat dicari seperti persamaan (2.15) sebagai berikut [2]:

� = �� � � � � � (2.15)

Sedangkan relatif gain adalah sebagai perbandingan antara perolehan daya pada

sebuah arah dengan perolehan daya pada antena referensi pada arah yang

direferensikan juga. Daya masukan harus sama diantara kedua antena tersebut

yang dirumuskan seperti persamaan (2.16) berikut [2] :

� = � �,� (2.16)

Untuk menentukan dimensi elemen peradiasi, maka terlebih dahulu harus

ditentukan frekuensi kerja ( ) yang digunakan, untuk mencari panjang

(29)

� = (2.17)

Setelah nilai � diperoleh, maka � dapat dihitung. Dimana � merupakan

panjang gelombang pada bahan dielektrik yang besarnya dapat dihitung dengan

persamaan (2.18) [2] :

� = √�� (2.18)

Ga in dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (2.19) [1] :

� = �

� ∙ (2.19)

dimana :

G = gain antena

� = panjang gelombang bahan dielektrik ∙ = Luas patch segiempat

2.3.7 Return Loss

Return loss merupakan perbandingan antara amplitude dari gelombang

yang direfleksikan terhadap amplitude gelombang yang dikirim. Retur n loss

digambarkan sebagai peningkatan amplitude dari gelombang yang direflesikan

(V0-) sebanding dengan gelombang yang dikirim (V0+). Return loss dapat terjadi

akibat adanya diskontinuitas diantara saluran transmisi dengan impedansi masukan

beban. Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas

(misma tched), besarnya return loss bervariasi tergantung pada frekuensi dengan

menggunakan persamaan (2.20) [8] :

= log|Γ| (2.20)

Nilai return loss yang baik adalah dibawah -9.54 dB, sehingga dapat

dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan

dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain saluran transmisi sudah

matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan apakah antena sudah bekerja

(30)

S11 pada saat melakukan simulasi. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan simulasi

terhadap return loss yang digunakan hanya 1 port saja pada antena array.

2.3.8 Polarisasi Lingkaran

Polarisasi antena adalah polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan oleh

antena. Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada arah

gain maksimum [1]. Polarisasi dari gelombang yang teradiasi didefenisikan sebagai

suatu keadaan gelombang elektromagnet yang menggambarkan arah dan magnitudo

vektor medan electric yang bervariasi menurut waktu. Selain itu, polarisasi juga dapat

didefenisikan sebagai gelombang yang diradiasikan dan diterima oleh antena pada

suatu arah tertentu. Polarisasi yang terdapat pada antena mikrostrip dapat

diklasifikasikan sebagai polarisasi linear, polarisasi circular (melingkar), dan

polarisasi elliptical (elips).

Polarisasi melingkar terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut

waktu pada suatu titik memiliki vektor medan elektrik(atau magnet) pada titik

tersebut berada pada jalur lingkaran sebagai fungsi waktu. Polarisasi melingkar

terlihat seperti Gambar 2.3 berikut [1].

Gambar 2.3 Polarisasi Melingkar [9]

Untuk membangkitkan polarisasi melingkar pada antena mikrostrip dapat

dilakukan dengan 2 metode, yaitu pencatuan ganda (dual feed) dan pencatuan tunggal

(single feed). Polarisasi melingkar dapat dihasilkan dengan menggunakan pencatuan

(31)

diantara yang satu dengan yang lainnya. Untuk mendapatkannya dilakukan dengan

berbagai cara, seperti quadrature hybrid atau phase shifter. Selain itu, untuk dapat

memperoleh beda fasa sebesar 900 dapat dilakukan dengan cara mengatur saluran

catu sehingga selisihnya sebesar λ/4.

Selain dengan pencatuan ganda, polarisasi melingkar juga dapat dibangkitkan

dengan menggunakan pencatuan tunggal. Pada umumnya patch dengan saluran

tunggal akan menghasilkan polarisasi linier. Untuk menghasilkan polarisasi

melingkar maka perlu dibangkitkan dua mode arus yang tegak lurus dengan

amplitude yang sama dan berbeda phase 900, maka polarisasi melingkar akan di dapat

[8].

2.3.9 Impedansi Masukan

Impedansi masukan adalah perbandigan tegangan terhadap arus pada terminal

atau perbandingan dari komponen-komponen bersesuaian dari medan elektrik

terhadap medan magnetic pada suatu titik [10]. Impedansi masukan biasanya

dipengaruhi oleh antena lain atau objek yang ada disekitarnya, tetapi pada umumnya

sebuah antena diasumsikan sudah terisolasi. Secara matematis impedansi masukan

dapat dirumuskan pada persamaan (2.21) sebagai berikut [1] :

Zin = (Rin + j Xin) Ω (2.21)

dimana :

Zin = impedansi masukan

Rin = tahanan terminal antena

Xin = reaktansi masukan

Dari persamaan Zin tersebut, komponen yang diharapkan adalah daya real

(Rin) yang menggambarkan banyaknya daya yang hilang melalui panas atau

radiasi. Komponen imajiner (Xin) mewakili reaktansi dari antena dan daya yang

tersimpan pada medan dekat antena. Adapun Zin untuk antena mikrostrip patch

(32)

Pola radiasi merupakan fungsi matematika atau representasi grafik dari

sifat radiasi antena sebagai fungsi ruang. Sifat radiasi tersebut meliputi kerapatan

fluks, intensitas radiasi, kuat medan, atau polarisasi. Pola radiasi biasanya

digambarkan dalam daerah medan jauh dan ditunjukkan sebuah fungsi koordinat

direksional. Parameter pola radiasi biasanya digambarkan dalam daerah medan

jauh dan ditunjukkan sebuah fungsi koordinat direksional. Parameter pola radiasi

terdiri dari main lobe, side lobe, HPBW (Half Power Beamwidth), FNBW ( First

Null Bea mwidth ), SLL (Side Lobe Level), dan FBR ( Front to Back Ratio) seperti

terlihat pada Gambar 2.4 dibawah ini [1].

Gambar 2.4 Pola Radiasi Antena [11]

Defenisi dari istilah – istilah parameter pola radiasi adalah sebagai berikut [1] : a) Ma jor Lobe

Ma jor lobe disebut juga main lobe didefenisikan sebagai radiation lobe

yang berisi arah radiasi maksimum. Ma jor lobe merupakan daerah

pancaran terbesar sehingga dapat menentukan arah radiasi dan mempunyai

daya yang besar.

b) Side Lobe

Side Lobe terdiri dari :

1. first side lobe yaitu minor lobe yang posisinya paling dekat dengan

(33)

2. second side lobe yaitu minor lobe yang posisinya setelah first side

lobe.

3. ba ck lobe yaitu minor lobe yang posisinya berlawanan dengan main

lobe.

c) Ha lf Power Bea mwidth ( HPBW)

Ha lf Power Bea mwidth adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titik titik ½

daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama.

d) First Null Bea mwidth (FNBW)

First Null Bea mwidth adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada

ma in lobe yang intensitas radiasinya nol.

e) Side Lobe Level (SLL)

Side Lobe Level adalah perbandingan antara first lobe dan main lobe. Side

Lobe Level menyatakan besar dari side lobe.

f) Front to Ba ck Ra tio (FBR)

Front to Ba ck Ra tio adalah perbandingan antara main lobe terhadap back

lobe.

Semakin besar sudut yang membentuk main lobe-nya maka keterarahan

antena semakin kecil, sedangkan lobe-lobe kecil didekat main lobe yang disebut

minor lobe merupakan berkas radiasi yang tidak terarah dan sebenarnya tidak

dibutuhkan [1].

2.3.11 Keterarahan (Directivity)

Pengarahan (directivity) merupakan perbandingan antara intensitas radiasi

sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata pada semua

arah. Intensitas radiasi rata-rata sama dengan jumlah daya yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4π. Directivity dapat dirumuskan seperti pada Persamaan (2.23) berikut [1] :

= = �

� (2.23)

Jika arah tidak ditentukan, keterarahan terjadi pada intensitas radiasi

maksimum yang dapat dicari menggunakan Persamaan (2.24) berikut [1] :

= = � = � �

(34)

dimana :

D = keterarahan (directivity)

D0 = keteraharan maksimum

U = intensitas radiasi

Umax = intensitas radiasi maksimum

U0 = intensitas radiasi pada sumber isotropik

Prad = daya total radiasi

2.3.12 Kelebihan dan Kekurangan Antena Mikrostrip

Antena Mikrostrip mengalami kenaikan popularitas khususnya pada

aplikasi wireless dikarenakan bentuknya yang kecil, mudah dibawa, sederhana,

dan proses pembuatannya tidak membutuhkan biaya yang sangat mahal. Selain

itu, antena ini juga kompatibel dan dapat diintegrasikan langsung dengan sirkuit

utamanya, seperti telepon genggam, missile, dan peralatan lainnya.

Beberapa keuntungan dari antena mikrostrip antara lain [1] :

a) Dimensi antena yang kecil

b) Bentuknya sederhana memudahkan dalam proses perakitan

c) Dapat bekerja dalam dual-frequency dan triple frequency

d) Dapat diintegrasikan pada Microwa ve Integrated Circuit (MIC)

e) Tidak membutuhkan biaya yang sangat besar dalam proses pembuatannya.

Namun demikian, antena mikrostrip juga memiliki kekurangan seperti [1] :

a) Efisiensi yang rendah

b) Gain yang rendah

c) Memiliki daya (power) yang rendah

d) Radiasi yang berlebih pada proses pencatuan

e) Ba ndwidth yang sempit

2.4 Jenis – Jenis Patch Antena Mikrostrip

Antena mikrostrip memiliki beberapa bentuk patch seperti : bentuk

(35)

pa tch antena tersebut menggunakan metode cavity (modal rongga). Model cavity

adalah suatu model dimana geometri antena dikelilingi oleh medan radiasi dan

dinding-dinding medan radiasi tersebut memiliki kondisi batas tertentu. Medan

listrik dalam substrat hanya mempunyai arah komponen z, dan arah medan magnet memiliki arah x dan y. Karena ketebalan substrat dielektrik (h) << λ0 (wa velength), maka medan listrik tidak bervariasi sepanjang arah z, dan medan

dapat diasumsikan sebagai Transverse Magnetic (TM). Komponen arus yang

normal terhadap tepi antenna mikrostrip mendekati nol pada tepi tersebut, dan ini

menunjukkan bahwa komponen tangensial dari medan magnet pada tepi adalah

sangat kecil sehingga dapat diabaikan [1].

Antena mikrostrip memiliki beberapa bentuk patch, diantaranya:

1. Pa tch persegi (Square)

2. Pa tch segitiga (Triangular)

3. Pa tch lingkaran (Circular)

4. Pa tch persegi panjang (Rectangular)

5. Pa tch elips (Elliptical)

6. Pa tch cincin melingkar (Circular Ring)

7. Pa tch garis tipis (Dipole)

Bentuk patch antena mikrostrip ditunjukkan pada Gambar 2.5 berikut [1]:

(36)

2.4.1 Antena Mirkrostrip Patch Segiempat (Rectangular)

Pada skripsi ini akan dirancang antena mikrostrip patch segiempat yang

memiliki dimensi elemen peradiasi yang terdiri atas parameter lebar (W) dan

panjang (L). Antena mikrostrip patch segiempat ditunjukkan seperti Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Antena mikrostrip patch segiempat [11]

Dimana L adalah panjang dari patch antena dan W adalah lebar dari patch

antena.

2.5 Teknik Pencatuan Microstrip Line

Teknik pencatuan microstrip line merupakan metode yang paling mudah

digunakan. Saluran transmisi mikrostrip tersusun dari dua konduktor, yaitu sebuah

garis (strip) dengan lebar W dan bidang pentanahan, keduanya dipisahkan oleh suatu substrat yang memiliki permitivitas relatif εr dengan tinggi h seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7. Parameter utama yang penting untuk diketahui

pada suatu saluran transmisi adalah impedansi karakteristik Z0. Impedansi

karakterisik Z0 dari saluran mikrostrip ditentukan oleh lebar strip (W) dan tinggi

substrat (h).

Pada teknik pencatuan microstrip line saluran pencatu berada pada lapisan

yang sama dengan elemen peradiasi. Saluran pencatu berada pada lapisan yang

sama dengan elemen peradiasi dan pada umumnya pencatu memiliki lebar yang

sempit dibandingkan elemen peradiasi. Keuntungan dari pencatuan microstr ip line

ini antara lain mudah untuk difabrikasi, matching mudah dilakukan hanya dengan

(37)

pencatuan ini juga menghemat bahan karena hanya menggunakan substrat saja,

yaitu substrat yang sama dengan substrat digunakan untuk meletakkan patch

dibandingkan dengan teknik pencatuan lain. Sedangkan kekurangan dari teknik

pencatuan ini adalah semakin tebal substrat yang digunakan maka akan

memperbesar radiasi dari saluran catu yang efeknya akan membatasi bandwidth

antena (2-5%) [1].

Gambar 2.7 Geometri Saluran Mikrostrip [11]

2.5.1 Karakteristik Saluran Mikrostrip (microstrip line) untuk W/h<1 Konstanta dielektrik efektif (εeff) dirumuskan pada persamaan (2.25) [1]:

= � + +� − [√ + ℎ/ + . − ] (2.25)

dan Karakteristik Impedansi dapat dirumuskan seperti persamaan (2.26) [1]:

=√� ln ℎ+ (2.26)

2.5.2 Karakteristik Saluran Mikrostrip (microstrip line) untuk W/h > 1 Konstanta dielektrik efektif (εeff) dirumuskan pada persamaan (2.27) [1]:

= � + +� − [

√ + ℎ/ ] (2.27)

dan karakteristik impedansi dirumuskan pada persamaan (2.28) [1]:

=� � /√� ℎ+ . + ln�ℎ+ .

(38)

2.6 Antena Array

Antena array (antena susun) adalah antena yang terdiri dari beberapa

elemen yang saling berhubungan dan diatur dalam struktur yang teratur untuk

dibentuk menjadi suatu antena. Antena array merupakan susunan dari beberapa

antena identik. Dalam antena mikrostrip patch, yang disusun secara array adalah

pada bagian patch. Gambar antena array terlihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Antena Array 4 Elemen [12]

Medan total dari antena array ditentukan oleh penjumlahan vektor dari

medan yang diradiasikan oleh elemen tunggal. Untuk membentuk pola yang

memiliki keterarahan tertentu, diperlukan medan dari setiap elemen array

berinterferensi secara konstruktif pada arah yang diinginkan dan berinterferensi

secara dekstruktif pada arah yang lain. Terdapat 5 kontrol yang dapat digunakan

untuk membentuk pola antena, yaitu [2]:

a. Konfigurasi geometri (linear, melingkar, rectangular, spherical, dll)

b. Pemindahan relatif antara elemen

c. Amplitudo eksitasi dari setiap elemen

d. Fasa eksitasi dari setiap elemen

e. Pola relatif dari setiap elemen

Ada beberapa macam konfigurasi antena array, diantaranya : linear,

(39)

linear array memiliki kelebihan dalam perhitungan yang tidak terlalu rumit,

sedangkan planar array memiliki kelebihan dalam pengaturan dan pengendali

arah pola radiasi. Pada penelitian ini dirancang antena linear array.

Pada antena array terdapat Array Factor (AF) yang merupakan vektor

pengali dari medan elektrik dari elemen tunggal. Array factor inilah yang

menentukan bagaimana pola radiasi dan seberapa besar tingkat daya yang

diradiasikan oleh antena tersebut.

2.6.1 Dua Elemen Array

Antena susun dimisalkan sebagai susunan dari dipole horizontal

yang sangat kecil, adapun medan total (Et) yang diradiasikan oleh kedua elemen

tersebut terlihat pada Persamaan (2.29) berikut [2]:

Et = E1 + E2 = ̂ �

� {

− [ −(�)]

+ − [ −(�)] } (2.29)

Dimana β adalah perbedaan eksitasi fasa diantara elemen, k = 2π/λ , r1 dan r2 adalah jarak observasi. Magnitudo eksitasi pada radiator adalah identik. Jika

ditinjau dari sudut pandang medan jauh, maka :

θ1 = θ1 = θ1 r1 = r – d/2 cos θ r2 = r + d/2 cos θ

r1 ≈ r2 ≈ r

Sehingga persamaan (2.29) menjadi [2] :

Et = ̂ � −

Dari persamaan (2.30) terlihat bahwa medan total dari array adalah sama

dengan medan dari elemen tunggal dikalikan dengan faktor yang disebut sebagai

faktor array (AF). Untuk 2 elemen array, nilai array factor adalah [2]:

AF = [ cos + � ] (2.31)

Dan dinormalisasi menjadi :

(40)

Dengan d adalah jarak pisah antar elemen. Sehingga untuk mencari sudut null ( n), yaitu pada saat medan listrik total Et = 0, nilai AF diset menjadi nol, terlihat pada Persamaan (2.33) berikut [2]:

[ + � ] = ⟹ + � = ± ( + ) �

⟹ = − �

� [−� ± + �] (2.33)

n = 0,1,2,….

2.7 Sistem Komunikasi Broadband 3,3 GHz – 3,4 GHz

Frekuensi merupakan sumber daya (resource) yang sangat penting pada

Telekomunikasi nirkabel. Oleh karena itu, penggunaan frekuensi perlu ditata agar

dapat bermanfaat secara lebih efisien dan optimal. Adapun perangkat yang bekerja

pada rentang frekuensi 3,3 GHz – 3,4 GHz adalah wimax.

2.7.1 Broadband Wireless Access (BWA)

Broadband wireless access adalah sistem komunikasi yang bekerja pada

3,3 GHz – 3,4 GHz serta memiliki kemampuan transmisi nirkabel pada pita lebar, kapabilitas multi-layanan diferensiasi perlakuan sesuai prioritas trafik, jalinan

QoS dan mekanisme keamanan. Adapun contoh aplikasi BWA adalah WIMAX.

Kemampuan layanan sistem BWA ini mendukung jenis layanan-layanan

sebagai berikut :

a. Layanan real time : layanan yang membutuhkan jaminan delay minimal

dan jaminan jaminan kesediaan alokasi sumber daya tertentu VoIP, audio,

dan video streaming.

b. Layanan non-real time : Layanan yang tidak membutuhkan jaminan delay

minimal namun membutuhkan jaminan ketersediaan alokasi sumber daya

agar layanan dapat berjalan dengan baik (FTP dengan bandwidth yang

besar)

c. Layanan Best Effort : Layanan yang tidak membutuhkan jaminan delay

minimal maupun jaminan ketersediaaan alokasi sumber daya agar layanan

(41)

2.8 Gelombang Permukaan (Surface Wave)

Gelombang permukaan dibangkitkan pada antena mikrostrip ketika substrat memiliki konstanta dielektrik sebesar εr > 1. Selain radiasi end-fire, gelombang permukaan juga meningkatkan kopling diantara beberapa susunan

elemen [9]. Gelombang permukaan dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Gelombang Permukaan [3]

Ketika patch peradiasi dari antena mikrostrip meradiasikan gelombang ke

udara, maka juga ada gelombang yang terjebak di dalam substrat.

Gelombang-gelombang ini membentuk Gelombang-gelombang permukaan. Gelombang permukaan ini masuk ke substrat pada sudut elevasi c (yang besarnya c = Arc sin (1√ )) [13] lalu timbul pada bidang pentanahan kemudian direfleksikan ke perbatasan

udara-dielektrik yang juga kemudian merefleksikan gelombang itu. Jalur yang ditempuh

oleh gelombang permukaan ini menyerupai bentuk zigzag, dan akhirnya mencapai

batas dari struktur mikrostrip sehingga gelombang tersebut direfleksikan dan

dibelokkan kembali oleh ujung dan menyebabkan meningkatnya radiasi end-fire.

Jika terdapat antena yang dekat dengan antena ini (seperti antena susun), maka

gelombang permukaan ini membentuk gandengan (coupling). Karena gelombang

permukaan menurun sebanding dengan /√ , maka gandengan (coupling) juga

menurun ketika titik eksitasi semakin jauh [13].

Gelombang permukaan dikatakan sangat merugikan bagi antena mikrostrip

karena dapat mereduksi efisiensi ga in, membatasi bandwidth, meningkatkan

(42)

meningkatkan mutual coupling pada antena array, serta menurunkan efisiensi

antena[2]. Adapun rumus efisiensi antena [2] seperti yang terlihat pada Persamaan

2.34 :

Psw = daya dari gelombang permukaan

2.9 Mutual Coupling

Mutua l coupling adalah suatu efek yang menyebabkan terjadinya penurunan

kualitas parameter antena karena adanya interferensi elektromagnetik dari dua

antena atau lebih yang jaraknya terlalu berdekatan. Sebagian dari energi datang

pada satu atau kedua elemen antena array yang dapat dihamburkan kembali pada

arah yang berbeda seperti suatu transmiter yang baru[2]. Efek mutual coupling

berpengaruh terhadap meningkatnya standing wave, dan koefisien refleksi yang

otomatis menganggu kinerja parameter antena seperti VSWR dan return loss [2].

Besaran nilai efek mutual coupling biasanya diukur dari nilai S12 yang

terjadi pada antena array. Adapun S parameter dapat dilihat dari Persamaan (2.35)

[2] matriks :

= | | (2.35)

dimana :

S11 = return loss dari port 1

S22 = return loss dari port 2

S21 = mutual coupling dari port 1 ke port 2

S12 = mutual coupling dari port 2 ke port 1

(43)

b = mewakili amplitude tegangan gelombang reverse (mundur)

Mutua l coupling ini dapat merubah besaran arus, fase dan distribusi pada

tiap elemen sehingga pola radiasi keseluruhan antena berbeda dibandingkan yang

tidak mengalami coupling. Besar kecilnya dampak mutual coupling terhadap

performansi antena susun tergantung pada:

a. jenis antena dan parameter desainnya seperti impedansi elemen dan

koefisien refleksi

b. letak posisi elemen-elemen pada antena susunnya

c. pencatu dari antena susun.

2.10Defected Ground Structure (DGS)

DGS merupakan bentuk pola tersketsa pada bidang ground. Struktur DGS

biasanya digunakan pada rangkaian filter dalam microstrip line yang akan

menolak suatu frekuensi tertentu atau bandgap. Gangguan ini dapat mengubah

karakteristik transmisi mikrostrip karena unit DGS dapat direpresentasikan

dengan rangkaian ekivalen kapasitansi dan induktansi (LC) [3]. Dimensi fisik dari

unit DGS dapat mempengaruhi parameter-parameter ekivalen sirkit. Rangkaian

ekivalen slot DGS dapat diartikan sebagai berikut : R diartikan sebagai efek dari

radiasi, L atau induktansi diartikan sebagai fluks magnetic yang melewati

groundpla ne, sedangkan kapasitansi atau C, dapat diartikan sebagai besarnya gap

kapasitansi [3]. Adapun rangkaian ekivalen R, L, dan C dapat dilihat pada Gambar

2.10.

(44)

Metode DGS bersifat Electromagnetic Bandgap (EBG), dimana EBG

yang diaplikasikan pada DGS untuk menekan radiasi cross-polarized dari patch

antena [14] dan menekan harmonisasi [15].

Pada teknik DGS segiempat ini, dilakukan dengan cara meng-etch bagian ground

yang akan memberi beban pada substrat secara periodik sehingga pancaran

gelombang permukaan membentuk rentang frekuensi terlarang di sekitar frekuensi

operasi antena [13]. Oleh karena itu gelombang permukaan tidak dapat

berpropagasi disepanjang substrat, sejumlah besar daya yang teradiasi saling

menggandeng ke udara begitu juga dengan gelombang permukaan lain seperti

mutua l coupling antara elemen array juga berkurang [13]. Pola yang di etching

juga akan menganggu distribusi arus dan merubah impedansi antena.

2.11Applied Wave Research (AWR) Microwave 2004

Microwa ve office merupakan solusi perangkat lunak yang paling

komprehensif dalam merancang berbagai jenis rangkaian microwave dan Radio

Frekuensi (RF). Microwave office terkenal karena memiliki user interface yang

intutitif. Keunikan dari arsitekturnya membuat perangakat ini dapat berintegrasi

dengan produk AWR yamg lain, perangkat-perangkat terbaru, perangkat lunak

dengan aplikasi khusus dari perusahaan mitra dengan tujuan untuk memudahkan

dan mempercepat dalam menyelesaikan rancangan-rancangan pada frekuensi

tinggi. Adapun kemampuan dan aplikasi dari Microwave Office adalah sebagai

berikut :

1. Perancangan schematic/layout.

2. Simulasi rangkaian linier dan non linier.

3. Analisa EM

4. Sintesis, optimasi, dan analisis hasil

5. DRC/L vs skematik

6. Process designskits (PDKs) digunakan oleh berbagai perancangan aplikasi

yaitu :

a. Microwa ve Integra ted Circuits (MIC).

(45)

c. Rakitan microwave terpadu.

Adapun tampilan dari AWR Microwave 2004 terlihat pada Gambar 2.11 berikut:

Gambar 2.11 Tampilan Dekstop Simulator AWR Microwave 2004

2.11.1 Proses Pencarian Solusi Simulator AWR Microwave Office

AWR Microwa ve Office dapat mensimulasikan struktur berupa 3D planar

yang berbahan metal dan lapisan dielektrik. Simulator ini menggunakan metode

Galerkin moments (MoM) dalam domain spectral, metode yang sangat akurat

untuk menganalisa mikrostrip, stripline, struktur coplanar serta media yang

lainnya.

Berdasarkan proses pemberhentiannya, simulasi dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu : terminating simulation dan non terminating simulation. Pada

simulasi ini sistem pemberhentian simulasi menggunakan nonterminating

simula tion. Simulasi ini akan berhenti berdasarkan absolute error dan r elative

error. Simulasi akan berhenti apabila error telah berada dibawah absolute error

dan relative error yang telah ditetapkan. Adapun besar dari absolute error dan

rela tive error adalah masing-masing sebesar 1 − dan 1 − (default).

2.11.2 Spesifikasi Setting Parameter Simulasi Untuk Pengambilan Data

Dalam menggunakan simulator diperlukan beberapa setting parameter

yang bertujuan untuk mendapatkan hasil simulasi yang mendekati hasil dari

pengukuran secara langsung. Adapun setting simulator yang digunakan dalam

(46)

1. Rentang frekuensi simulasi adalah 3,3 – 3,4 GHz dengan frekuensi resonansinya 3.35 GHz. Adapun cara untuk settingan nilai frekuensi

dijelaskan pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Settingan nilai frekuensi pada simulator

Untuk mendapatkan tab seperti pada Gambar 2.12 dapat dilakukan dengan

cara memilih Option>Project Option atau bisa juga dengan cara memilih

langsung dari Project Option. Dari Gambar 2.12 dapat diketahui bahwa

frekuensi pada simulasi dimulai pada 3,2 GHz dan berakhir pada 3,5 GHz

dengan frekuensi tingkatan 0.015 GHz.

2. Menggunakan fitur Harmonic Balance yang merupakan salah satu fitur pada

AWR Microwa ve Office yang berfungsi untuk meningkatkan akurasi dari hasil

simulasi yang diinginkan. Untuk mendapatkan settingan Harmonic Balance

dapat dilakukan dengan memilih Option>Default Circuit Option. Adapun cara

untuk melakukan settingan pada Harmonic Balance dijelaskan pada Gambar

(47)

Gambar 2.13 Settingan pada Harmonic Balance

Dari Gambar 2.13 dapat diketahui bahwa nilai default yang digunakan pada

a bsolute error dan relative error adalah masing-masing sebesar 1 − dan 1 − dengan jumlah maksimum dari iterasinya adalah sebesar 25.

3. Dalam simulator AWR Microwave Office 2004 terdapat 3 spesifikasi mesh

yang ditawarkan dalam perancangan, yaitu : low, normal dan high. Spesifikasi

tersebut akan mempengaruhi keakuratan hasil simulasi yang didapatkan.

Gambar 2.13 menunjukkan contoh model simulasi dengan menggunakan

spesifikasi low mesh.

Gambar 2.14 Contoh Model Simulasi dengan Spesifikasi Low Mesh

Pada Gambar 2.14 dapat diketahui bahwa sebuah model simulasi yang

menggunakan spesifikasi low dalam perancangan akan akan memiliki ukuran

jaring yang lebih besar dan akan memiliki nilai akurasi yang lebih rendah.

Gambar 2.15 menunjukkan contoh model simulasi dengan menggunakan

(48)

Gambar 2.15 Contoh Model Simulasi dengan Spesifikasi Normal Mesh

Dari Gambar 2.15 dapat dilihat bahwa sebuah model simulasi yang menggunakan

spesifikasi normal memiliki ukuran jaring yang lebih kecil dibandingkan dengan

spesifikasi low. Sedangkan hasil yang diperoleh akan memiliki nilai keakuratan

yang lebih baik dibandingkan dengan spesifikasi low mesh. Gambar 2.16

menunjukkan suatu model simulasi yang menggunakan spesifikasi high. Dari

gambar dapat dilihat bahwa sebuah model simulasi yang menggunakan spesifikasi

high memiliki ukuran jaring yang paling kecil dibandingkan dengan spesifikasi

low dan normal.

Gambar 2.16 Contoh Model Simulasi dengan Spesifikasi High Mesh

Pada perancangan ini, mesh yang digunakan (dipilih) adalah yang bertipe

high. Hal ini dikarenakan hasil simulasi yang diperoleh dengan menggunakan

spesifikasi high memiliki tingkat keakuratan yang paling baik dibandingkan

(49)

BAB III

METODOLOGI PERANCANGAN

3.1 Umum

Pada umumnya perkembangan teknologi saat ini sudah berkembang pesat

sehingga kebutuhan akan antena juga semakin meningkat. Oleh karena itu,

pengembangan terhadap antena juga terus dilakukan dari segi bentuk dan ukuran.

Contohnya seperti antena mikrostrip yang juga terus berkembang. Pada skripsi ini

akan membahas antena mikrostrip patch segiempat 2 elemen yang dilengkapi

dengan teknik defected ground structure berbentuk segiempat. Adapun alasan

utama perancangan antena mikrostrip susun ini adalah untuk membandingkan

beberapa nilai parameter, seperti VSWR, return loss, gain, impedansi dan

ba ndwidth antena mikrostrip tanpa dan dengan DGS guna memperoleh antena

mikrostrip yang lebih baik untuk sistem komunikasi yang bekerja diantara rentang

frekuensi 3,3 GHz - 3,4 GHz dengan frekuensi tengah 3,35 GHz.

Untuk menghasilkan antena mikrostrip susun 2 elemen patch segiempat

yang baik, maka terlebih dahulu kita mereduksi gelombang permukaan yang

menjadi penyebab menurunnya efisiensi antena serta timbulnya efek mutual

coupling dengan cara menggunakan teknik DGS. Namun, untuk membuktikan

teknik DGS mampu mereduksi gelombang permukaan, dilakukan simulasi

terhadap beberapa parameter antena. Adapun ukuran-ukuran antena mikrostrip

pa tch segiempat 2 elemen tanpa DGS diperoleh dari sebuah rancangan yang telah

ada berdasarkan penelitian Achmad Yustandi [12]. Dengan karakteristik substrat

yang digunakan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Spesifikasi Substrat

Jenis substrat FR-4 epoxy

Konstanta Dielektrik relative ( ) 4,4

Dielektrik Loss Tangent ( tan ) 0,002

(50)

Adapun perangkat lunak yang membantu dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah:

a. Perangkat lunak AWR Microwave Office 2004, perangkat yang digunakan

untuk mensimulasikan parameter - paramaeter antena.

b. TXLine 2003, digunakan untuk menentukan dimensi dari saluran pencatu

antena mikrostrip.

Sebelum perancangan antena, maka ditentukan terlebih dahulu spesifikasi

antena yang diinginkan. Antena mikrostrip patch segiempat pada frekuensi 3,3

GHz – 3,4 GHz yang akan dirancang memiliki spesifikasi teknik sebagai berikut :

 Frekuensi kerja : 3,3 GHz – 3,4 GHz

 VSWR : ≤ 1,η

 return loss : < -15 dB

 Impedansi terminal : η0 Ω

 Ga in : ≥ 5 dBi

(51)

3.2 Diagram Alir Perancangan Antena

Dalam perancangan antena diperlukan tahap-tahap untuk membantu dalam

proses perancangan tersebut. Adapun perancangannya seperti yang terlihat pada

Gambar 3.1.

(52)

3.3 Antena Mikrostrip 2 Elemen Tanpa DGS

Pada tugas akhir ini, akan digunakan perancangan antena mikrostrippatch

segiempat 2 elemen yang sudah dilakukan oleh Achmad Yustandi [12]. Dimensi

dari rancangan tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Dimensi Antena

Adapun geometri dari rancangan antena tersebut diperlihatkan pada

Gambar 3.2.

Gambar

Gambar 2.3 Polarisasi Melingkar [9]
Gambar 3.9 Pengisian Frekuensi Kerja
Gambar 3.11 Pembuatan Grafik Keluaran
Gambar 3.13 Pembuatan Grafik Keluaran Return Loss
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Renstra SKPD memuat visi, misi tujuan, strategi, kebijakan program dan kegiatan yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat

Jumlah penduduk Yang menderita stroke di kabupaten sleman Angka penderita stroke yang ada di Yogyakarta, di kabupaten sleman khususnya memiliki angka tertinggi begitu juga

Pengujian ini menggunakan metode falling head permeability test namun alat yang digunakan dalam penilitian ini adalah alat modifikasi yang kami ciptakan sendiri untuk

In this paper we have presented an automatic (parametric) approach for robust façade reconstruction using TomoSAR point clouds for large areas. The approach

Setelah menempuh satu semester pembelajaran mk Biolgi Dasar, mahasiswa akan dapat menguraikan konsep-konsep dasar metoda biologi, struktur dan fungsi sel, konsep hereditas,

Berdasar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti bahwa Bauran pemasaran di Wisma Anisa dalam pemasaran batik Tanjung Bumi sangat berpengaruh terhadap

Dia juga menyatakan, penjajahan Israel serta prakteknya adalah ilegal.Dewan HAM PBB, berbagai organisasi HAM, dan lembaga swadaya masyarakat sedang membahas, selama beberapa

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah adanya sistem refrigerasi unit kecil yang dilengkapi dengan secondary refrigerant yang hemat energi dan memiliki