• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Lahan “Aldo Leopold” Di Bidang Kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Etika Lahan “Aldo Leopold” Di Bidang Kehutanan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULI S

ETIKA LAHAN “ALDO LEOPOLD” DI BIDANG KEHUTANAN

MUHDI, S.HUT., M.SI NIP. 132296512

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadlirat Allah SW yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Karya tulis yang berjudul : ”Etika Lahan ”Aldo Leopold” di Bidang Kehutanan”, yang merupakan intisari sejarah hidup dan pandangan Aldo Leopold tentang etika lahan terutama di bidang kehutanan dan lingkungan

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis inisangat penulis harapkan.

Medan, Juni 2008

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...ii

PENDAHULUAN ...1

ETIKA LAHAN...3

Urutan Etika ...3

Konsep Komunitas...4

Hati Nurani Ekologi...7

Piramida Lahan ...8

Kesehatan Lahan dan Perpecahan A-B...11

(4)

PENDAHULUAN

Aldo Leopold telah memberikan satu loncatan tentang kosep di bidang etika kehutanan saat ia merumuskan ‘etika lahan’ nya yang terkenal, melalui filosofis ini memperluas pandangan etika di luar manusia dan ‘mamalia yang lebih tinggi’ sampai pada unsur-unsur dari bumi dan hutan, tidak hanya itu untuk penggunaan di bidang ekonomi kita atau nilai estetika kepada kita. Leopold menerapkan etika lahannya secara langsung pada bidang pertanian dan ilmu sumberdaya seperti kehutanan, dan pada masalah-masalah konservasi sepertinya dia datang untuk memahaminya dan dia mencoba satu keharmonisan yang lebih besar antara manusia dan lahan daripada dia eksis sekarang.

Leopold lahir pada tahun 1882. Bersekolah di Lawrenceville School yang ekslusive di New Jersey, melanjutkan ke Yale tahun 1905 untuk menyelesaikan Sarjana, kemudian tahun 1909 menyelesaikan Master di bidang kehutanan di Yale School of Forestry, pada tahun 1933 dia mempublikasikan sebuah essai yang dikenal dan telah didiskusikan secara luas, ‘The Conservation Ethic’, pada The Journal of Forestry. Esai ini sebagai dasar ide sebagai pelopor penting menuju terbitnya A Sand County Almanac, sebagai karyanya yang paling terkenal, penting dan popular.

(5)

lahan, begitu istilah ‘ekologi’ bagi Leopold mempunyai arti mencoba bersama dan memahami praktek-praktek penggunaan lahan oleh manusia.

Saat Leopold mengeluarkan satu alternative untuk konsepsi pertanian dari kehutanan yang dianjurkan Pinchot, yang List sebut sebagai ‘biotic forestry’. Ia menciptakan suatu konsep yang lebih luas dan ide sederhana dari hutan sebagai ilmu dan seni yang ekologis yang mengadopsi sedikit antoposentris dan sikap bermanfaat hutan dalam kebaikan yang lebih ke pandangan dan hasil filosofi biocentrism. Kehutanan, dalam benaknya, bisa bebas dari terbatasnya konservasi sumberdaya dan akar ‘kayu yang dulu’ menjadi sebuah pemahaman pada pengembangan kesehatan lahan dan memahami nilai non ekonomi dari alam. Etika lahan bisa membantu pra rimbawan bekerja menuju bentuk baru dari konservasi hutan yang memandang pohon-pohon dan ekosistem lain dan komponen-komponen lain sebagai bagian integral dari satu system energi yang rumit meliputi bumi dan langit. Model kehutanannya membuatnya suatu ekologi terapan dan disiplin estetika, di atas itu semua, dengan hutan yang sehat sebagai tujuannya dan nilai ekonomi diletakkan di belakang. Ia setuju bahwa hutan harus digunakan sebagai produk ekonomi dan bahwa kemampuan ekonomi dapat menset beberapa keterbatasan atas apa yang bisa dan tidak bisa kita lsayakan pada lahan. Tetapi ia juga mengungkapkan bahwa kapasitas yang bersifat ekologis pada keterbatasan lahan apa yang manusia dapat lsayakan untuk itu, dan pada banyak kasus bahwa hutan juga melayani suatu rangkaian utuh bagi fungsi-fungsi non ekonomis. Hutan menyediakan habitat kehidupan liar, peluang-peluang yang berkenaan dengan rekreasi, jasa-jasa DAS, nilai-nilai hutan/alam liar,penghargaan akan nilai estetika dan pengetahuan dan kebijakan yang bersifat ekologis, dan lain sebagainya. Integritas hutan-hutan sebagai system yang bersifat ekologis dan estetika akan mendapat hak yang lebih tinggi dari hasil kayu dan ‘serat’. Leopold telah memberikan pondasi bagi apa yang disebut sebagai ‘manajemen ekosistem’ dalam bidang kehutanan, sebuah konsep yang telah diterapkan sekarang ini di manajemen hutan federal.

Karangan pilihan berikut memberikan gambaran yang jelas dari ide-ide Leopold tentang dimensi dari etika ekologi baru ini. ‘Etika Lahan’ adalah bagian terakhir dari A Sand County Almanac yang dipublikasikan dalam edisi original pada tahun 1949. Di sini

(6)

bersifat etika yang pentingnya, seperti ide ‘key-log’ nya dimana ‘ sesuatu adalah benar ketika ia cenderung untuk memelihara integritas, stabilitas, dan keindahan dari komunitas biotic. Ia juga merumuskan pandangannya tentang bagaimana kehutanan dan etika kehutanan akan dikonsep ulang di dalam eika lahan nya. Pemisahan bidang yang bersifat teknis dibagi ke dalam dua kelompok. Pada satu sisi adalah seperti halnya Pinchot yang melihat kehutanan sebagai sebuah bentuk agronomi; dan di sisi lain adalah hal yang menekankan pada karakter biotiknya. Konsepsi yang terakhir ini adalah satu konsep yang disukai Leopold karena hal itu berwujud sebuah ‘hati nurani yang ekologis’. Dengan begitu, sebuah etika dalam kehutanan harus menjadi sebuah etika yang ekologis; hal ini harus mengembangkan pengelolaan hutan-hutan untuk lebih dari sekedar bersifat keuntungan-keuntungan ekonomis, menekankan pada nilai-nilai non materi, dan maksud dari tujuan dari kesehatan lahan. Dalam hal ini ‘biotic forestry’ para rimbawan akan menumpahkan suatu mentalitas yang menaklukkan menjadi lebih sederhana, komunitas biotic.

ETIKA LAHAN

Urutan Etika

Perkembangan etika, sejauh ini dipelajari hanya oleh para ahli filosofi, adalah benar-benar suatu proses evolusi ekologis. Urutannya mungkin digambarkan dalam bentuk ekologis sebaik dalam terminologi filosofi. Etika, secara ekologis, adalah suatu pembatasan dari kebebasan bertindak dalam berjuang untuk eksis. Etika, secara filosofis, adalah suatu pembedaan hunbungan social dan anti social. Ini adalah dua defenisi dari satu hal. Hal itu yang mempunyai aslinya dalam kecenderungan saling tergantung antar individu- individu atau kelompok-kelompok untuk meningkatkan gaya kerjasama. Para ahli ekologi menyebut hal ini sebagai simbiosis. Politik dan ekonomi adalah simbiosis lanjutan dimana yang asli berkompetisi bebas telah digantikan, pada sebagian, oleh mekanisme kooperatif melalui sebuah isi etika.

(7)

untuk mendefenisikan anti social menggunakan tongkat-tongkat dan bebatuan pada hari-hari dari mastodon dari pada peluru dan papan iklan di zaman mesin.

Etika pertama yang dihadapkan dengan hubungan antara individu-individu, Mosaic Decalogue-Kesepuluh Mosaik Perintah Allah, adalah sebuah contoh. Kemudian bertambah menjadi hubungan antara individu dengan masyarakat. Golden Rule – Kaidah Kencana, mencoba untuk mengintegrasikan individu dengan masyarakat, demokrasi untuk mengintegrasikan organisasi social dengan individu.

Hingga kini belum ada etika yang menghadapkan hubungan antara manusia dengan lahan dan dengan hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Lahan, seperti budak Odysseus, masih sebagai hak milik. Hubungan dengan lahan masih sangat bersifat ekonomi, memerlukan perlsayaan khusus tetapi bukan kewajiban. Perluasan etika pada bagian ketiga ini dalam lingkungan manusia adalah, jika saya baca bukti dengan tepat, suatu kemungkinan evolusioner dan keperluan ekologis. Ini adalah urutan ketiga dalam sebuah urutan.

Sebuah etika mungkin dihormati sebagai sebuah panduan bagi bertemunya situasi-situasi ekologis yang begitu baru dan rumit, atau menyertakan reaksi yang ditangguhkan seperti itu, bahwa alur kelayakan social bukan dapat dibedakan pada rata-rata individu. Insting hewan adalah gaya bimbingan bagi individu dalam mempertemukan situasi individu. Etika-etika adalah kemungkinan semacam insting komunitas dalam berbuat.

Konsep Komunitas

Semua etika sejauh ini berkembang bersandar pada pendapat tunggal: bahwa individu merupakan seorang anggota dari suatu komunitas dari bagian yang saling tergantung. Instingnya mengarahkannya menuju kompetisi di tempatnya dalam komunitas itu, tetapi etika mengarahkannya juga untuk bekerjasama (barangkali agar supaya disana ada satu tempat untuk berkompetisi). Etika lahan yang sederhana memperbesar batasan batasan dari komunitas yang meliputi tanah, air, tumbuhan, hewan, atau secara bersama-sama : yakni lahan.

(8)

tetapi hanya apa dan siapa yang kita cintai? Tentu bukan tanah, dimana kita mengirimkan sungai bawah tanah yang porak poranda. Tentu bukan air, yang kita asumsikan tidak mempunyai fungsi kecuali untuk menggerakkan turbin, pelampung tongkang dan mengalirkan limbah. Tentu bukan tumbuhan, yang kita basmi sebagai komunitas utuh dengan memejamkan sebelah mata. Tentu bukan hewan, yang sebagian besar kita musnahkan yang kebanyakan spesies yang menarik. Etika lahan tentulah tidak dapat melindungi perubahan, manajemen, dan penggunaan ‘sumberdaya-sumberdaya’ ini, tetapi hal itu meniadakan hak mereka untuk tetap ada dan setidaknya dalam suatu area, mereka tetap ada dalam lingkungan yang alami.

Singkatnya, etika lahan merubah aturan dari Homo sapiens dari penakluk komunitas lahan ke bentuk anggota dan komunitasnya. Itu mempengaruhi dari pada anggota-anggota pengikutnya dan juga mempengaruhi komunitas yang seperti itu.

Dalam sejarah manusia, kita telah mempelajari bahwa aturan penakluk biasanya bersifat kemenangan sendiri. Kenapa? Karena secara tersirat seperti sebuah peraturan yang diketahui oleh si penakluk itu, ex cathedra, me komunitas tetap berlangsung, dan apa dan siapa yang berharga, dan apa dan siapa yang tidak berharga pada kehidupan komunitas. Itu selalu menyatakan bahwa dia juga mengetahui, dan ini menyebabkan penaklukannya menyebabkan kekalahan bagi mereka.

Dalam komunitas biotic situasi yang sama terjadi. Abraham mengetahui untuk apa lahan digunakan: meneteskan susu dan madu ke dalam mulut Abraham. Saat sekarang ini, jaminan yang mana kita berterima kasih atas asumsi yang meruapakan kebalikan dari tingkat pendidikan kita.

Penduduk local sekarang mengasumsikan bahwa ilmu pengetahuan mengetahui apa yang membuat komunitas berlangsung; para ilmuwan sama yakinnya bahwa dia tidak. Dia mengetahui bahwa mekanisme biotis begitu kompleks dimana kinerjanya mungkin tidak pernah benar-benar dimengerti.

(9)

Sebagai contoh, penduduk lembah Mississipi. Pada tahun-tahun terjadinya revolusi Amerika, tiga kelompok yang bertentangan : suku Indian asli, pedagang Perancis dan Inggris, dan penduduk Amerika. Ahli sejarah menduga apa yang akan terjadi jika Inggris di Detroit melemparkan sedikit beban pada pihak Indian yang sedikit mabuk dimana menentukan banyaknya migrasi colonial ke caneland di Kentucky. Sekarang saatnya untuk mempertimbangkan fakta bahwa cane land, saat memberlsayakan campuran tertentu dari kekuatan diwakili oleh sapi, bajak, api, dan kampak sebagai pionir peerubahan menjadi padang rumput. Apa akibatnya jika tumbuhan suksesi tidak dapat dipisahkan di lapangan yang gelap dan berdarah ini, di bawah pengaruh kekuatan-kekuatan ini, memberi kita beberapa rumput dan semak belukar yang tidak berharga? Akankah Boone dan Kenton bertahan? Akankah ada banjir memasuki Ohio, Indiana, Illinois, dan Missouri? Penjualan Lousiana? Banyak perserikatan antar benua di negara – negara bagian baru? Banyak Perang Sipil?

Kentucky adalah satu kalimat dalam drama dari sejarah. Kita umumnya mengatakan bahwa manusia adalah actor-aktor dalam drama ini mencoba berbuat, tetapi kita jarang mengatakan bahwa kesuksesan mereka, atau ketiadaan itu, yang tergantung dalam tingkat yang tinggi atas reaksi dari tanah tertentu kepada pengaruh kekuatan-kekuatan tertentu digunakan oleh pemilik mereka. Pada kasus Kentucky, kita tidak pernah tahu darimana padang rumput itu dating – apa spesies tanaman asli setempat atau beasal dari Eropa.

(10)

yang menemukan landscape yang rusak yang berwarna warni dan mempesona ( tentu saja, tetapi itu membawa kemiripan yang cukup pada apa yang terjadi pada tahun 1848).

Landscape yang sama telah dikembangkan sekali sebelumnya, tetapi dengan hasil

yang sungguh berbeda. Komunitas Indian Pueblo telah bermukim di Southwest saat pra Columbia, tetapi menjadi tidak dilengkapi dengan csayapan ternak. Peradaban mereka berakhir, tetapi bukan karena lahannya kadaluarsa.

Hati Nurani Ekologi

Konservasi adalah suatu bagian dari keharmonisan antara manusia dan lahan. Meskipun mendekati se abad sebagai propaganda, konservasi masih berproses pada suatu langkah yang lambat; kemajuan sebagian besar masih bersifat kebijakan pendahuluan dan kemampuan berpendapat. Selama tiudur panjang, kita masih terjebak pada langkah mundur pada setiap langkah ke depan.

Jawaban umum pada dilemma ini adalah ‘lebih pada pendidikan konservasi’. Tidak seorangpun mendebat ini, tetapi apakah dengan hanya volume pendidikan memerlukan h kapembesaran? Apakah sesuatu yang jelek berisi yang baik?

Sulit untuk memberikan sebuah kesimpulan yang adil dari isinya dalam bentuk ringkas, tetapi, hakekatnya ini : mematuhi hukum, memilih kebenaran, bergabung dengan beberapa organisasi, dan praktek konservasi adalah menguntungkan bagi lahan milik anda, pemerintah akan melsayakan sisanya.

Tidakkah formula ini terlalu mudah untuk memenuhi sesuatu yang berguna? Menentukan benar atau salah, menugaskan bukan kewajiban, meminta tanpa mengorbankan, menyiratkan tanpa merubah nilai-nilai arus filosofi. Menyangkut penggunaan lahan, menghimbau hanya diterangi interes pribadi. Sejauh mana pendidikan seperti itu akan membawa kita? Suatu contoh akan barangkali menghasilkan suatu jawaban parsial.

(11)

Kewajiban mempunyai tidak berarti tanpa hati nurani, dan masalah kita kedepan adalah memperluas hati nurani sosial orang untuk lahan. Tidak ada perubahan penting dalam etika apabila terpenuhi tanpa suatu perubahan internal di dalam intelektual kita, kesetiaan, kasih sayang, dan hukuman. Kenyataannya konservasi belum menyentuh dasar dalam hubungan dimana fakta bahwa agama dan filosofi belum mendengar tentang tentangnya. Dalam usaha kita untuk membuat konservasi mudah, kita sudah menjadikannya sepele.

Piramida Lahan

Suatu etika untuk melengkapi dan memandu hubungan ekonomi dan lahan mensyaratkan keberadaan mental lahan sebagai mekanisme biotic. Kita hanya dapat beretika dalam hubungan dengan sesuatu jika kita dapat melihat, merasakan, memahami, mencintai, atau jika tidak mempunyai keyakinan.

Gambaran yang sederhana yang dipekerjakan di dalam pendidikan konservasi adalah " keseimbangan alam." Karena pertimbangan yang terlalu panjang scara detail di sini, kata kiasan ini gagal untuk menguraikan dengan teliti apa yang sedikit kita pahami tentang mekanisme lahan. Suatu gambaran yang lebih benar adalah salah satu pekerjaan di dalam ekologi: piramida biotic. Saya akan sket pertama piramida sebagai symbol lahan, dan kemudiannya mengembangkan sebagian dari implikasi nya dalam kaitan dengan penggunaan lahan.

Tumbuhan menyerap energi dari matahari. Energi ini mengalir sepanjang suatu siklus yang disebut biota, yang mungkin diwakili oleh suatu piramida terdiri dari lapisan-lapisan. Lapisan paling bawah adalah lahan itu. Suatu lapisan tumbuhan bersandarkan pada lahan, serangga satu lapis di atas tumbuhan, seekor burung dan binatang pengerat lapisan di atas serangga, dan seterusnya atas sampai berbagai golongan binatang menuju puncak kulminasi lapisan, yang terdiri dari binatang pemakan daging yang lebih besar.

(12)

kuantitatif. Begitu, bagi setiap karnivora ada beratus-ratus mangsanya, beribu-ribu mangsa mereka, berjuta-juta serangga, tumbuhan tidak dapat terhitung. Bentuk piramid dari sistem mencerminkan kemajuan kuantitatif ini dari puncak sampai ke dasar. Manusia berbagi suatu lapisan tengah dengan beruang, rakun, dan tupai yang memakan kedua-duanya sayur-mayur dan daging.

Baris ketergantungan untuk makanan dan jasa lain disebut rantai makanan. Begitu soil-oak-deer-Indian (tanah-pohon oak-rusa-suku Indian) adalah suatu rantai yang telah sekarang sebagian besar dikonversi ke soil-corn-farmer (tanah-jagung-petani). Masing-Masing jenis, termasuk diri kita, adalah suatu mata rantai di dalam banyak rantai. Rusa makan seratus tumbuhan selain dari pohon oak, dan sapi seratus tumbuhan selain dari jagung. Kedua-duanya, kemudian, adalah mata rantai di dalam seratus rantai. Piramida adalah suatu kekusutan rantai yang sangat kompleks seperti nampak dengan simpang siur, sekalipun begitu stabilitas dari sistem membuktikan suatu struktur yang sangat terorganisir. Berfungsinya tergantung pada kompetisi dan kerjasama dari komponen berbedanya .

Rantai makanan adalah saluran yang hidup. dimana menghubungkan energi kea rah atas; kematian dan pembusukan mengembalikannya ke lahan itu. Siklus adalah tidak tertutup; beberapa energi diuraikan dalam proses pembusukan, beberapa ditambahkan oleh penyerapan dari udara, beberapa disimpan di dalam lahan, gambut, dan hutan berumur; tetapi ini merupakan suatu sirkit yang lestari. Ada selalu suatu kerugian bersih pada proses pencucian, tetapi ini secara normal kecil. Itu disimpan di samudra dan diangkat untuk membentuk lahan baru dan piramida baru.

Percepatan dan karakter aliran energi ke atas tergantung pada struktur kompleks dari komunitas tumbuhan dan hewan, seperti arus getah yang menaik pada suatu pohon tergantung pada organisasi selular kompleksnya. Tanpa kompleksitas ini, peredaran normal tidak akan terjadi. Struktur berarti jumlah-jumlah karakteristik, seperti halnya macam karakteristik dan fungsi, dari komponen spesies.

(13)

perubahan membujuk diri, hasil bersih yang telah terjadi untuk merinci mekanisme aliran dan untuk memperpanjang sirkit itu.

Satu perubahan yakni di dalam komposisi fauna dan tumbuh-tumbuhan. Pemangsa yang lebih besar memotong puncak kulminasi dari piramida; rantai makanan, untuk pertama kali di dalam sejarah, menjadi lebih pendek bukannya lebih panjang. Jenis yang dijinakkan dari negeri lainnya digantikan dengan yang liar, dan yang liar dipindah ke tempat kediaman baru.

Perubahan yang lain menyentuh aliran energi melalui binatang dan tumbuhan dan kembali tanah itu. Kesuburan adalah kemampuan lahan untuk menerima, menyimpan, dan melepaskan energi. Pertanian, dengan kelebihan kredit atas tanah, atau oleh yang terlalu radikal suatu penggantian dari domestik ke spesies asli di dalam superstructure, mungkin mengacaukan saluran-saluran aliran atau menghabiskan gudang mereka. Tanah menghabiskan gudang mereka, menghanyutkan lebih cepat dari mereka bentuk. Ini adalah erosi.

Air, seperti halnya tanah, menjadi bagian dari sirkit energi. Industri, melalui pengotoran perairan atau memberi halangan berupa dam, mungkin mengeluarkan tumbuhan dan hewan diperlukan untuk menjaga sirkulasi energi.

Transportasi membawa perubahan dasar yang lain : tumbuhan atau hewan tumbuh di dalam satu daerah kini dikonsumsi dan dikembalikan ke tanah yang lain. Transportasi menyadap energi disimpan di batu karang, dan di udara, dan menggunakannya di tempat lain; begitu kita memupuk kebun dengan zat asam yang dikumpulkan sedikit-sedikit oleh pupuk tahi burung dari ikan laut di sebelah lain garis katulistiwa. Begitu yang dilokalisir dan sirkit yang disatukan atas suatu skala yang meliputi seluruh dunia.

(14)

Kesehatan Lahan dan Perpecahan A-B

Suatu etika lahan, kemudian, mencerminkan keberadaan dari suatu hati nurani ekologis, dan ini pada gilirannya mencerminkan suatu hukuman tanggung jawab individu untuk kesehatan lahan. Kesehatan adalah kapasitas dari lahan untuk self-renewal. Konservasi adalah usaha kita untuk memahami dan memelihara kapasitas ini.

Conservationists adalah terkenal karena nama buruk untuk perselisihan mereka. Kedangkalan ini nampak untuk menambahkan kepada semata-mata kebingungan, tetapi lebih kepada suatu penelitian dengan cermat hati-hati yang mengungkapkan wahana perpecahan tunggal yang umum pada banyak bidang khusus. Pada setiap satu kelompok bidang (A) menganggap lahan sebagai tanah, dan fungsinya adalah sebagai produksi barang; kelompok yang lain (B) menganggap lahan sebagai biota, dan fungsinya sebagai sesuatu yang lebih luas. Seberapa lebih luas terus terang dalam keadaan kebingungan dan keraguan.

Di dalam bidang ku sendiri, ilmu kehutanan, kelompok A adalah sungguh untuk tumbuhnya pohon seperti kubis, dengan selulosa sebagai komoditas dasar hutan. Ini merasakan tidak melarang melawan terhadap kekerasan; ideologinya adalah agronomic. Kelompok B, pada sisi lain, dilihat dari ilmu kehutanan pada dasarnya berbeda dari agronomy sebab ini mempekerjakan spesies-spesies alam, dan mengatur suatu lingkungan alami bukannya menciptakan suatu tiruan. Kelompok B pada prinsipnya menyukai reproduksi alami. Ada kekhawatiran pada biotic seperti halnya alasan-alasan ekonomi tentang hilangnya jenis seperti buah sarangan, dan yang terancam hilangnya pohon-grena itu. Khawatir akan suatu rangkaian dari fungsi hutan sekunder: kehidupan liar, rekreasi, DAS, hutan belantara. Menurut pendapat saya, golongan B merasakan gerakan dari suatu hati nurani ekologis.

(15)

terancam? Di sini hal itu telah jelas bahwa kita mempunyai A-B perpecahan yang sama seperti di ilmu kehutanan.

PENUTUP

Barangkali rintangan yang paling serius yang menghalangi evolusi etika lahan adalah fakta bahwa sistem pendidikan dan ekonomi kita memimpin menjauhi, bukannya mengarah, pada suatu kesadaran yang tinggi atas lahan. Jika tanaman bisa dipanen melalui hydroponics sebagai ganti pertanian, hal itu cocok sekali baginya. Produk sinetis untuk kayu, kulit, wol, dan produk lahan alami lain cocok sekali baginya, lebih baik daripada yang asli itu. Singkatnya, lahan adalah sesuatu yang ia " yang diatasi/dikuasai."

"Key-Log" yang harus dipindah ke perihal proses yang evolusiner bagi suatu etika, sederhananya ini: berhentilah berpikir tentang kepantasan penggunaan lahan semata-mata suatu masalah ekonomi. Suatu hal benar manakala cenderung untuk memelihara integritas, stabilitas, dan keindahan bagi komunitas biotik. Adalah salah manakala cenderung cara lainnya.

Evolusi dari suatu etika lahan adalah suatu intelektual seperti halnya proses emosional. Konservasi didasari dengan niat kebaikan yang meningkat menjadi sia-sia, atau bahkan berbahaya, sebab mereka tanpa pemahaman kritis yang menyangkut lahan, atau penggunaan lahan secara ekonomi.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Devall, B. 1985. Deep Ecology. Pererrine Smits Books. Salt Lake City.

Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan Hidup. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Koten, T. 2006. Mengembangkan Etika Lingkungan yang Tepat. Suara Pembaharuan. Terbit 27-01-06.

Referensi

Dokumen terkait