1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Sesuai dengan tuntutan persaingan global perdagangan international dan
tuntutan kebutuhan masyarakat khususnya dunia usaha, Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai melakukan upaya peningkatan fungsi sebagai Trade Facilitator
(memberi kemudahan fasilitas perdagangan), Industrial Assistance (dukungan
terhadap industri dalam negeri), Community Protector (pelindung masyarakat)
dan Revenue Collector (pemungut penerimaan negara), fasilitas Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor (KITE) adalah salah satu perangkat yang diberikan
pemerintah dalam memfasilitasi para pengguna jasa dalam mempermudah proses
pelaksanaan kegiatan perdagangan tanpa mengurangi kewajiban pengguna jasa
sebagai wajib pajak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 129 / KMK. 04/ 2003
tanggal 09 September 2003 menunjuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai
penerima pengalihan tugas dan wewenang dari BINTEK keuangan dalam
pemberian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor, hal ini membuat DJBC
memiliki tugas tambahan dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat
dalam memberikan pelayanan kemudahan impor dan ekspor, pengalihan ini secara
yuridis formal didasarkan pada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang
2
dunia usaha dalam fasilitas KITE adalah Pembebasan Bea Masuk & Cukai
terhadap bahan baku yang dimasukkan kedalam negeri dengan tujuan untuk
diproses menjadi barang jadi dan hasilnya diekspor.
Pengertian fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 580 / KMK.04 / 2003 tanggal 13
Desember 2003 sebagai pengganti KMK Nomor : 129/ KMK.04 / 2003 adalah
pemberian pembebasan dan atau Cukai serta PPn dan PPnBM tidak dipungut atas
impor barang dan / atau bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang
lainnya yang hasilnya terutama tujuan ekspor, pemberian fasilitas ini merupakan
perwujudan salah satu tugas DJBC untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat sebagai pengguna jasa. Sebagai penunjang sarana dan prasarana
pendukung DJBC telah memiliki penunjang pelaksanaan operasional dalm
memberikan fasilitas yaitu dengan aplikasi program komputer seluruh kegiatan
pelaksanaan pelayanan fasilitas KITE oleh DJBC dengan sistem PDE ( Pertukaran
Data Elektronik).
Pada dasarnya setiap barang yang dimasukkan kedalam daerah pabean
diberlakukan sebagai barang impor dan terutang bea masuk dan pungutan dalam
rangka impor. Barang impor diangkut oleh pengangkut ke tempat tujuan dimana
berada kantor pabean dan harus melalui jalur yang ditetapkan. Barang impor yang
akan di impor wajib diberitahukan dengan menggunakan pemberitahuan pabean
dan dilakukan pemeriksaan pabean. Pemeriksaan pabean meliputi pemeriksaan
3
Berdasarkan kondisi tersebut penulis bermaksud untuk mencoba membuat laporan kerja praktek mengenai “Prosedur Penyelesaian Barang Impor di Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Jawa Barat”.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Dalam hal ini penulis dalam menyusun laporan kerja praktek memiliki
tujuan. Adapun tujuan dalam laporan kerja praktek ini antara lain:
1. Untuk mengetaui tatakerja Pengawasan penyelesaian barang impo(Bc
2.0) dan PIB eksep serta impor seme dengan PIBT eksep serta impor
sementara pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
2. Untuk mengetahui tatacara pengawasan pengeluaran barang impor
ditimbun ditempat penimbunan berikat (TPB) dan tempat penimbunan
sementara di kawasan pabean lainnya pada Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
3. Untuk mengetahui tatacara pengawasan pengeluaran barang impor
untuk diangkut lanjut dan di ekspor kembali pada Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai.
4. Untuk mengetahui hambatan dan penanggulangan dalam penyelesaian
4 1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Kegunaan pada laporan kerja praktek ini adalah:
1.3.1 Kegunaan Praktis
1. Bagi instansi diharapkan dapat memberikan informasi khususnya
informasi yang terkait tentang teknis fasilitas kemudahan impor
tujuan ekspor di bidang Kepabeanan pada Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
2. Bagi pegawai hasil penelitian diharapkan berguna untuk
menambah bahan pertimbangan atau lainnya yang mungkin di
gunakan untuk penelitian lebih lanjut khususnya tentang teknis
fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor di bidang Kepabeanan
paada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
1.3.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi peneliti diharapkan menjadi pengembangan ilmu
pengetahuan tentang teknis fasilitas kemudahan impor tujuan
ekspor di bidang Kepabeanan pada Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
2. Bagi peneliti lain dapat di jadikan salah satu bidang literatur dan
5 1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi kerja praktek yang menjadi tempat terlaksananya kegiatan kerja
praktek adalah di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang beralamatkan di Jl. Asia
Afrika No. 114 Bandung 40261.Waktu kerja praktek dimulai pada tanggal 11 Juli
2011 sampai dengan 10 Agustus 2011.
Dapat dilihat jadwal kegiatan kerja praktek pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Jadwal Kegiatan Kerja Praktek Tahun Akademik
2011-2012
NO URAIAN JULI AGUST SEPT OKT NOV DES JAN
1 Pengajuan KP
2 Melaksanakan KP
3 Pengambilan Data
4 Bimbingan KP
6
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat
2.1.1 Sejarah Singkat Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa
Barat
CUSTOMS (Instansi Kepabeanan) di mana pun di dunia ini adalah
suatu organisasi yang keberadaannya amat essensial bagi suatu negara,
demikian pula dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Instansi
Kepabeanan Indonesia) adalah suatu instansi yang memiliki peran yang cukup
penting dari negara dalam melakukan tugas dan fungsinya untuk :
1. Melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya;
2. Melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang tidak
sehat dengan industri sejenis dari luar negeri;
3. Memberantas penyelundupan;
4. Melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi lain yang berkepentingan
dengan lalu lintas barang yang melampaui batas-batas negara;
5. Memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara maksimal
untuk kepentingan penerimaan keuangan Negara.
Seperti diketahui bahwa perkembangan perdagangan internasional,
baik yang menyangkut kegiatan di bidang impor maupun ekspor
7
bidang tersebut ternyata menuntut diadakannya suatu sistem dan prosedur
kepabeanan yang lebih efektif dan efisien serta mampu meningkatkan
kelancaran arus barang dan dokumen. Dengan kata lain, masalah birokrasi
di bidang kepabeanan yang berbelit-belit merupakan permasalahan yang
nantinya akan semakin tidak populer.
Adanya kondisi tersebut, tentunya tidak terlepas dari pentingnya
pemerintah untuk terus melakukan berbagai kebijaksanaan di bidang
ekonomi terutama dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian
nasional. Apalagi dengan adanya berbagai prakarsa bilateral, regional, dan
multilateral di bidang perdagangan yang semakin diwarnai oleh arus
liberalisasi dan globalisasi perdagangan dan investasi, sudah barang tentu
permasalahan yang timbul di bidang perdagangan akan semakin kompleks
pula.
Perubahan-perubahan pada pola perdagangan internasional yang
menggejala dewasa ini pada akhirnya akan memberikan peluang yang
lebih besar bagi negara maju untuk memenangkan persaingan pasar.
Disamping itu, pola perdagangan juga akan berubah pada konteks
Borderless World, atau paling tidak pada nuansa liberalisasi perdagangan
dan investasi dimana barriers atas perdagangan menjadi semakin tabu.
Untuk itu, kebijaksanaan Pemerintah dengan disahkannya UU
No.10/1995 tentang Kepabeanan yang telah berlaku secara efektif tanggal
1 April 1997, yang telah direvisi dengan UU No. 17/2006 tentang
8
antisipatif yang menyentuh dimensi strategis, substantif, dan essensial di
bidang perdangangan, serta diharapkan mampu menghadapi
tantangan-tantangan di era perdagangan bebas yang sudah diambang pintu.
Pemberlakuan UU No.10/1995 tentang Kepabeanan juga telah
memberikan konsekuensi logis bagi DJBC berupa kewenangan yang
semakin besar sebagai institusi Pemerintah untuk dapat memainkan
perannya sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi yang diemban, dimana
kewenangan yang semakin besar ini pada dasarnya adalah keinginan dari
para pengguna jasa internasional (termasuk dengan tidak diberlakukannya
lagi pemeriksaan pra-pengapalan atau pre-shipment inspection oleh PT.
Surveyor Indonesia, dan sepenuhnya dikembalikan kepada DJBC), yang
nota bene bahwa kewenangan tersebut adalah kewenangan Customs yang
universal, serta merupakan konsekuensi logis atas keikutsertaan Indonesia
dalam meratifikasi GATT Agreement maupun AFTA, APEC, dan
lain-lain.
Berbagai langkah persiapan telah dan terus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan kerangka acuan yang diinginkan oleh ICC yang pada
dasarnya mengajukan kriteria-kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh
Customs yang sifatnya modern.
Dengan beralihnya fungsi dan misi dari Tax Collector menjadi
Trade Facilitator , maka sebagai institusi global, DJBC masa kini dan
masa depan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat
9
tersebut harus menjadi bagian yang integral dari sistem dan prosedur
kepabeanan, jika DJBC ingin berperan dalam upaya pembangunan
ekonomi secara umum dalam era persaingan yang semakin tajam, era
liberalisasi perdagangan dan investasi serta globalisasi dalam arti
seluas-luasnya.
Sejalan dengan itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan
baik dari segi perlindungan terhadap Intellectual Property Rights, anti
dumping, anti subsidi, self Assessment, maka secara ringkas DJBC
diharapkan dapat do more with less (berbuat lebih banyak dengan biaya
lebih rendah). DJBC juga dituntut untuk melakukan pelayanan yang time
sensitive, predictable, available (saat dibutuhkan) dan adjustable.
Totalitas pelayanan ini kerangka dasarnya bersumber pada
fenomena speed dan flexibility sebagai formula penting. Hal yang
terpenting adalah bagaimana mengubah visi masa lalu yang amat dominan
bahwa revenue collection dan law enforcement akan selalu mengakibatkan
terhambatnya arus barang sehingga akan menimbulkan High Cost
Economy yang pada konsekuensi selanjutnya mengakibatkan
produk-produk dalam negeri tidak mampu bersaing di area perdagangan
internasional. Selain itu, perlu juga diketahui bahwa bussiness operation
akan semakin tergantung pada performance Customs dimanapun.
Effisiensi usaha mereka juga tergantung pada mutu dan kecepatan
10
Kegagalan Bea dan Cukai dalam menekan High Cost Economy
tidak saja akan mengakibatkan kegagalan ekonomi Indonesia untuk
menjerat oppotunity, mengubah keuntungan komparatif menjadi
keuntungan kompetitif, tetapi juga secara substansial dapat mengakibatkan
larinya para investor yang semula akan melakukan investasinya di
Indonesia dengan segala implikasi ekonomis negatif lainnya.
Keinginan dan tuntutan dari para pengguna jasa internasional
tersebut adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi, dan sudah menjadi
kewajiban moral bagi DJBC untuk melakukan berbagai perubahan yang
cukup mendasar, baik dari segi penyempurnaan organisasi dan tatalaksana
DJBC, simplifikasi dan sekaligus transparansi sistem dan prosedur
Kepabeanan, serta pengembangan kualitas sumber daya manusia, sehingga
diharapkan nantinya terdapat suatu keselarasan dengan jiwa dan
kepentingan dari UU Kepabeanan itu sendiri.
Sebagai produk hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945, maka bentuk UU Kepabeanan yang bersifat proaktif dan
antisipatif ini sangatlah sederhana namun memiliki jangkauan yang lebih
luas dalam mengantisipasi terhadap perkembangan perdagangan
internasional.
Hal-hal baru berupa kemudahan di bidang kepabeanan juga diatur,
seperti penerapan sistem self Assessment, dan Post entry Audit yang
merupakan back-up sistem atas sistem self Assessment. Post audit yang
11
pengguna jasa, ternyata juga mampu berperan ganda yaitu
mengoptimalkan penerimaan negara dan meningkatkan kelancaran arus
barang.
Disamping itu, untuk memberikan alternatif kepada para pengguna
jasa dalam penyerahan pemberitahuan pabean, diterapkan pula
EDI-system atau yang lebih dikenal dengan Electronic Data Interchange.
Adanya kemudahan-kemudahan di bidang kepabeanan ini juga
telah menunjukkan kesungguhan DJBC untuk benar-benar serius dalam
melakukan reposisi peran dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas
kualitas pelayanan, khususnya kepada para pengguna jasa kepabeanan.
2.1.2 Visi, Misi dan Strategi
Adapun visi, misi, strategi dan komitmen harian yang dijalankan
DJBC adalah:
Visi: Menjadi administrasi kepabeanan dan cukai dengan standar
internasional.
Misi: Mengamankan hak keuangan negara, memfasilitasi
perdagangan, mendukung industri dan melindungi masyarakat.
Strategi: Profesionalisme sumber daya manusia, efisiensi dalam
12
Komitmen harian:
1. Tingkatkan Pelayanan;
2. Tingkatkan transparansi keadilan dan konsistensi;
3. Pastikan pengguna jasa bekerja sesuai ketentuan;
4. Hentikan perdagangan ilegal;
5. Tingkatkan Integritas.
2.2 Struktur Organisasi
Robbins (2007) mendefinisikan struktur organisasi sebagai penentuan
bagaimana pekerjaan dibagi, dibagi, dan dikelompokkan secara formal.
Sedangkan organisasi merupakan unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
terdiri dari dua orang atau lebih, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif
terus-menerus guna mencapai serangkaian tujuan bersama.
Dapat dilihat struktur organisasi yang ada di Kanwil Direktorat Jenderal
13
Struktur Organisasi Kanwil DJBC Jawa Barat
Sumber: Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Gambar 2.1
14 2.3 Deskripsi Jabatan
Uraian tugas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jawa Barat adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Wilayah DJBC
Melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian,
evaluasi dan pelaksanaan tugas di bidang kepabeanan dan cukai dalam
wilayah kerjanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Kepala Bagian Umum dan Kepatuhan Internal
Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, ketatausahaan dan
rumah tangga, penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pengawasan
pelaksanaan tugas, dan evaluasi kinerja serta penyuluhan dan publikasi
peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai.
3. Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai
Melaksanakan bimbingan teknis, pengendalian, dan evaluasi
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pemberian perijinan,
pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai, serta pelaksanaan pengolahan data, penyajian
informasi, dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai.
4. Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan
Melaksanakan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan
15
pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan dan
evaluasi pelaksanaan serta fasilitasi di bidang kepabeanan.
a. Kepala Seksi Fasilitas Pabean
Melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan di
bidang tempat penimbunan, pelaksanaan pemberian perijinan di bidang
tempat penimbunan serta pemberian fasilitas di bidang kepabeanan
lainnya.
b. Kepala Seksi Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
Melakukan pemberian fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor.
5. Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan
Melaksanakan bimbingan teknis, pengendalian, dan evaluasi
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pemberian perijinan,
pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai.
6. Kepala Bidang Audit
Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan audit serta evaluasi
16
2.4 Aspek Kegiatan Bidang Fasilitas Kepabeanan Kanwil DJBC Jawa Barat
Kegiatan yang dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai pada bidang Fasilitas Kepabeanan, adalah sebagai berikut:
1. Pemberian pembebasan dan atau Cukai serta PPn dan PPnBm tidak
dipungut atas impor barang dan atau bahan untuk diolah, dirakit atau
dipasang pada barang lainnya yang hasilnya terutama untuk tujuan
ekspor, pemberian fasilitas ini merupakan perwujudan salah satu tugas
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat sebagai pengguna jasa.
2. Menyusun dokumen-dokumen PEB dan PIB perusahaan-perusahaan
yang mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.
3. Memeriksa laporan PEB dan PIB perusahaan-perusahaan yang
17
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan tempat dimana
penulisi melakukan kegiatan kerja praktek dan penulis ditempatkan di bidang
Fasilitas Kemudaham Impor Tujuan Ekspor (KITE) dibawah pimpinan Kepala
Bidang Fasilitas Kepabeanan.
Pada bidang Fasilitas Kemudahan Impor Tujan Ekspor (KITE)
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Membaca dan memahami tentang Impor yaitu kegiatan memasukkan
barang ke dalam Daerah Pabean.
2. Membaca dan memahami tentang Ekspor yaitu kegiatan mengeluarkan
barang dari Daerah Pabean.
3. Mempelajari fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yaitu
pemberian pembebasan dan/atau pengembalian Bea Masuk (BM) dan/atau
Cukai serta PPN dan PPnBM tidak dipungut atas impor barang dan/atau
untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain yang hasilnya
18 3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Adapun beberapa hal yang dilakukan penulis pada selama melakukan
kegiatan kerja praktek adalah sebagai berikut:
1. Membuat Surat Sanggup Bayar (SSB) yang akan dikirimkan ke
perusahaan tertentu sesuai syarat yang berlaku.
2. Menyusun dokumen-dokumen PIB perusahaan-perusahaan yang
mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.
3. Memeriksa laporan PIB perusahaan-perusahaan yang mendapat
fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.
3.3 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1 Tatacara Pengawasan Penyelesain Barang Impor Dengan PIBT (BC
2.0) dan PIB Eksep Serta Impor Sementara
3.3.1.1 Tatacara Penyelesaian Barang Impor dengan PIBT (BC 2.0)
a) Importir/PPJK
Mengisi PIB secara lengkap dan benar dalam rangkap 3 (tiga) dan
menyerahkan kepada pegawai pabean tempat pengeluaran barang,
menerima berkas PBIT dari pejabat pabean.
b) Pejabat Pabean
Menerima berkas PBIT dalam rangkap 3 (tiga) dari importir atau PPJK,
melakukan penelitian identitas importir, mencatat PIBT ke dalam buku
19
intruksi pemeriksaan dan menunjuk pejabat pemeriksa barang untuk
melakukan pemeriksaan pisik barang.
c) Pejabat Pemeriksa Barang
Menerima intruksi pemeriksaan dari pejabat pabean. Melakukan
pemeriksaan fisik barang dam atau mengambil contoh barang bila di
perlukan, serta menuangkan hasil pemeriksaan ke dalam LHP pada
formulir intruksi pemeriksaan, menyerahkan LHP dan contoh barang
apabila ada kepada pejabat pabean
d) Petugas yang Mengawasi Pengeluaran Barang
Menerima SPPB lembar pertama dari pejabat pabean dan lembar SPPB
kedua dari importer, mengawasi pengeluaran barang dengan
mencocokan SPPB dengan nomor, merek, ukuran, jumlah dan jenis
kemasan yang bersangkutan.
3.3.1.2 Tata kerja penyelesayan Barang Impor dengan PIB eksep
a) importir
Menyelesaikan pengeluaran barang impor eksep dengan SPPB eksep paling
lama dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak tanggal penerbitan SPPB.
b) Pejabat Pabean
Menyimpan SPPB eksep lembar pertama, menerima persetujuan Kepala
Kantor Pabean berserta SPPB eksep lembar kedua dari importer untuk
penyelesayan barang impor tersebut, meminjam PIB barang impor
bersangkutan dari pejabat yang mendistribusikan dokumen, menyerahkan
20 c) Pejabat yang Mengelola Manifest
Meneliti kedua pos pada kedua BC 1.1 bersangkutan, yang mana pada
kedua pos yang dimaksud terdapat keterangan atau remarkyang saling
menunjuk. Menerima SPPB eksep dari petugas yang mengawasi pengeluaran
barang. Menutup kedua pos pada kedua BC 1.1 bersangkutan dan menberikan
catatan yang saling menunjuk antara kedua pos dimaksud.
3.3.1.3 Pengeluaran Barang Impor Sementara
Pengeluaran barang impor sementara dari kawasan pabean
dilakukan dengan menggunakan PIB dan dokumen pelengkap pabean
serta bukti pembayaran atau jaminan. Pengeluaran barang impor
sementara yang dibawa oleh penumpang, dilakukan dengan dengan
PIBT dan dokumen pelengkap pabean serta bukti pembayaran dan ayau
jaminan.pemberitahuan pabean diserahkan oleh importer kepada
21
3.3.2Tatacara Pengawasan Pengeluaran Barang Impor Unktuk Ditimbun
Di Tempat Penimbunan Berikat (TPB) Dan Tempat Penimbunan
Sementara Di Kawasan Pabean Lainnya
3.3.2.1 Pengeluaran Barang Impor Untuk Ditimbun Di Tempat
Penimbunan Berikat (TPB)
Pengeluaran barang importer dari Kawasan Pabean dengan tujuan untuk
ditimbun di tempat penimbunan berikat dilakukan dengan menggunakan
pemberitahuan pabean yang di ajaukan kepada pejabat di kantor pabean
yang mengawasi tempat penimbunan berikat.
Tatakerja pengeluaran barang impor dari kawasan pabean untuk di timbun di
tempat penimbunan berikat (TPB).
a) Perusahaan di kawasan berikat (PKB) yang merangkap sebagai PDKB/
penyelenggara kawasan berikat (PKB) yang merangkap sebagai PDKB /
pengusaha pada gudang berikat (PPGB) / penyelenggara gudang berikat
(PGB) yang merangkap sebagai PPGB / penyelenggara ekspor untuk
tujuan pameran (PETP) / pengusaha pada took bebas bea (PTBB).
b) Pejabat pabean yang mengawasi TPB
c) Petugas yang mengawasi pemasukan barang di TPB
d) Pejabat yang mengelola manifest di kantor pabean tempat pengeluaran
barang
e) Pejabat pabean di kantor pabean tempat pengeluaran barang
f) Petugas yang mengawasi pengeluaran barang di kantor pabean tempat
22
3.3.2.2 Pengeluaran Barang Impor Untuk Diangkut Ke Tempat
Penimbunan Sementara Di Kawasan Pabean Lainnya
Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean dengan tujuan untuk
diangkut ke TPS di kawasan pabean lainnya dilakukan dengan
menggunakan pemberitahuan pabean (BC 1.2). importer menyerahkan
BC 1.2 dan jaminan bea masuk, cukai dan PDRI kepada pejabat di
kantor pabean yang mengawasi kawasan pabean tempat pembongkaran
barang. Persetujuan pengeluaran dan atau pemuatan barang diberikan
oleh pejabat, apabila jumlah, jenis, nomor, merk serta ukuran kemasan
atau peti kemas yang tercantum dalam BC 1.2 kedapatan sesuai dengan
kemasan atau peti kemas yang bersangkutan.
3.3.3 Tatacara Pengawasan Pengeluaran Barang Impor Untuk
Diangkut Lanjut Dan Di Ekspor Kembali
3.3.3.1Pengeluaran Barang Impor Untuk Diangkut Lanjut
Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean dengan tujuan
untuk diangkut lanjut dengan menggunakan pemberitahuan
pabean (BC 1.2) yang diajukan oleh pengangkut kepada pejabat
di kantor pabean yang mengawasi kawasan pabean tempat
pembongkaran barang persetujuan pengeluaran dan atau
pemuatan barang diberikan oleh pejabat apabila jumlah, jenis,
nomor, merk serta ukuran kemasan tau peti kemas yang
23
3.3.3.2Pengeluaran Barang Impor Untuk Diekpor Kembali
Terhadap barang impor yang masih berada di dalam kawasan
pabean dapat diekpor kembali apabila tidak sesuai pesanan:
tidak boleh di impor karena adanya perubahan peraturan:salah
kirim, rusak atau tidak dapat memenuhi persyaratan dari
instansi teknis. Ketentuan tidak berlaku apabila untuk barang
tersebut telah diajukan PIB dan telah dilakukan pemeriksaan
fisik barang dengan hasil kedapatan jumlah dan atau jenis
barang tidak sesuai.
3.3.4 Hambatan dan Penanggulangan dalam Penyelesaian Barang
Impor
3.3.4.1Hambatan dalam Penyelesaian Barang Impor
1. Jaminan. Selama ini tidak ada keseragaman bentuk,jenis, jangka
waktu serta dasar hukum mengenai jaminan, seperti Customs
Bond, diberikan selama jangka waktu penangguhan ditambah 30
hari, dan 14 hari setelah jatuh tempo harus segera dicairkan,
sedangkan jaminan bank 5 hari setelah jatuh tempo harus
dicairkan.
2. Kendala pada monitoring dan pengawasan, saat ini data base pada
TIM KITE belum di update lagi, sehingga monitoring terhadap
24
optimalisasi monitoring terhadap DIPER/NIPER dan jaminan yang
sudah jatuh tempo. Dan, pemutakhiran data DIPER dan NIPER
serta penelitian mendalam terhadap pemohon baru.
3. Aplikasi. Saat ini belum terintegrasinya seluruh dokumen
pemberitahuan pabean secara elektronik, belum sempurnanya
aplikasi monitoring jaminan antara PIB yang akan dicairkan
dengan PIB yang masih dalam proses BCL.KT01, belum
tersedianya aplikasi jaminan terhadap importir yang terkena bea
masuk anti dumping dan yang mendapat pembebasan cukai, dan
belum berjalannya rekonsiliasi PEB dengan outward manifes.
Dengan demikian perlu diadakan penyempurnaan aplikasi sistem
yang lebih menunjang.
4. Sisdur, masih adanya penjualan hasil produksi ke Daerah Pabean
Indonesia Lainnya (DPIL) yang tidak sesuai dengan tujuan
pemberian fasilitas KITE dan jumlahnya kecil, banyaknya
barang/bahan baku impor yang disalahgunakan dengan dijual ke
DPI tanpa membayar pungutan, dan kelengkapan dokumen
pendukung yang dipersyaratkan tidak sesuai dengan kondisi saat
ini, sehingga menimbulkan permasalahan dalam penyelesaian
25
5. Penanganan proses pengembalian dan pembebasan. Untuk proses
pengembalian dan pembebasan banyak yang belum dapat
diselesai-kan, karena perbedaan persepsi mengenai penggunaan istilan
“copy” dokumen yang dipersyaratkan, perbedaan bentuk dokumen
B/L, dan beberapa persyaratan lainnya yang diperlukan dalam
proses pengembalian dan pembebasan yang tidak dapat dipenuhi.
3.3.4.2Penanggulangan dalam mengatasi hambatan Penyelesaian
Barang Impor
Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi hambatan
atau kendala yang Terhadap kendala ini, kiranya perlu adanya
penanganan terhadap permasalahan tersebut yang dilakukan dengan
cara, misalnya pembentukan tim khusus untuk penyelesaian proses
pembebasan dan pengembalian yang hingga saat ini belum
terselesaikan, khususnya pada proses pembebasan dan pengembalian
eks-Bintek secara intensif. Dan, penyempurnaan ketentuan yang
berkaitan dengan dokumen yang dipersyaratkan dan hambatan lainnya
sebagai panduan dan penegasan dalam proses penyelesaian
pembebasan dan pengembalian.
Evaluasi performance perusahaan KITE dengan beberapa bentuk
kegiatan, seperti melakukan seleksi ketat terhadap permohonan
fasilitas KITE kepada perusahaan/importir baru dengan cara, analisis
26
dengan tujuan pemberian fasilitas dan untuk menghindari timbulnya
perusahaan yang hanya melakukan kegiatan yang sangat sederhana dan
nilai tambahnya sangat kecil. Penelusuran secara mendalam terhadap
permohonan baru untuk menghindari pemberian ijin kepada
perusahaan yang sama dan telah dibekukan atau dicabut ijinnya namun
dengan memakai nama yang baru.
Selain itu, perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap perusahaan
fasilitas KITE yang sudah ada, data DIPER yang didaftarkan pada saat
awal diajukan permohonan perlu dilakukan penelitian ulang atau
update data. Dan, penelitian/evaluasi periodik terhadap pengguna SSB.
Terkait dengan permasalahan pada kebijakan KITE saat ini perlu
adanya penyempurnaan peraturan yang lebih menunjang lagi, baik
dalam hal pelayanan maupun dalam hal pengawasan. Sehingga, DJBC
dalam memberikan fasilitas KITE kepada para pengusaha dapat lebih
optimal dan tentunya mencapa sasaran yang tepat.
Fasilitas KITE memang sangat diperlukan di negara ini sebagai
salah satu pilar peningkatan perekonomian bangsa. Upaya DJBC untuk
memberikan yang terbaik bagi perusahaan KITE pun terus dijalankan
hingga kini. Walaupun masih banyak kekurangan yang perlu
penyempurnaan secepat mungkin. Jika penyempurnaan telah
dilaksanakan dan perusahaan penerima fasilitas KITE semakin banyak
yang mendapatkan keuntungan dengan cara dan prosedur yang telah
27
dan mengawasi kebijakan fasilitas ini. Sehingga, fungsi DJBC sebagai
trade facilitator telah berjalan dengan baik, dan masyarakat dapat
menilai itu sebagai suatu kesuksesan negara dalam memberikan
anamah tugas dan fungsi DJBC.
28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam Tatacara Pengawasan Penyelesain Barang Impor Dengan PIBT
(BC 2.0) dan PIB Eksep Serta Impor Sementara ada beberapa cara, yaitu:
a. Tatacara Penyelesaian Barang Impor dengan PIBT (BC 2.0).
b. Tatacara penyelesaian barang impor dengan PIB eksep.
c. Pemgeluaran barang impor sementara.
2. Dalam tatacara pengawasan pengetahuan pengeluaran barang impor untuk
ditimbun di tempat penimbunan berikat (TPB) dan tempat penimbunanan
sementara di kawasan pabean lainnya, terdiri dari:
a. Pengeluaran barang impor untuk ditimbun ditempat penimbunan
berikat (TPB).
b. Pengeluaran barang impor untuk diangkut ke tempat penimbunan
sementara di kawasan pabean lainnya.
3. Dalam tatacara pengawasan pengeluaran barang impor untuk diangkut
lanjut dan di ekspor kembali, terdiri dari:
a. Pengeluaran barang impor untuk diangkut lanjut.
29
4. Dalam hambatan dan penanggulangan penyelesaian barang impor, terdiri
dari:
a. Hambatan dalam penyelesaian barang impor
b. Penanggulangan dalam mengatasi hambatan penyelesaian barang
impor
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada laporan kerja praktek ini
adalah:
1. Setiap perusahaan yang dapat memenuhi tatacara pengawasan
penyelesaian barang impor tidak menemui masalah yang berarti dalam
intern Bea dan Cukai karena sistem dan prosedur yang ada telah mampu
mendukung proses pelaksanaan penerimaan SSB, PIB, dan penerbitan
STTJ. Dengan kata lain tatacara pemeriksaan barang sudah cukup baik
dalam pelaksanaannya.
2. Maraknya terjadinya penyelundupan barang impor yang ditimbun,
seharusnya pengawasan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean
melalui perusahaan jasa titipan untuk tujuan tempat berikat diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
3. Dalam rangka pengawasan pengeluaran barang impor dan di ekspor
30
seharusnya lebih menyiapkan atau melengkapi alat dan perlengkapan
yang diperlukan agar sesuai dengan standar aturan pabean.
4. Karena banyak sekali kendala dalam hal persyaratan kelengkapan data
maka dari itu sebaiknya di adakan seminar-seminar pada
perusahaan-perusahaan khususny pada bidang ekpor dan impor agar supaya tidak ada
PROSEDUR PENYELESAIAN BARANG IMPOR DI
KANWIL DIREKTORAT JENDRAL BEA DAN CUKAI
(DJBC) JAWA BARAT
Laporan Kerja Praktek
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Dalam menempuh Jenjang SI
Program Studi Manajemen
Oleh :
Nama
: Syaiful Maulana Perkasa
NIM
: 21208921
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Syaiful Maulana Perkasa
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 22 September 1990
Jenis Kelamin : Pria
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Komp. Griya Bukit Manglayang Jl, Japati No.6 Cinunuk Cileunyi 40624
Telepon : 085793111182
Pendidikan
1. Tahun 1996-2002 : SD Negeri Cibiru 4 Bandung
2. Tahun 2002-2005 : SMP Negeri 2 Cileunyi
3. Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 26 Bandung
4. Tahun 2008- Sekarang : Universitas Komputer Indonesia Jenjang
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil’alamin, dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan judul “Prosedur Penyelesaian
Barang Impor Di Kanwil Direktorat Jendral Bea Dan Cukai (DJBC) Jawa Barat”.
Maksud dari penyusunan laporan kerja praktek ini adalah untuk memenuhi
dan melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program
Study Manajemen S1 Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Dalam menyusun laporan kerja praktek ini penulis memperoleh bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Linna Ismawati, SE.,M.Si Ketua Program Study Manajemen Universitas
Komputer Indonesia.
4. Windi Novianti, SE.,MM selaku koordinator kerja praktek dan dosen
pembimbing yang telah membantu menyelesaikan laporan kerja praktek
iii
5. Seluruh dosen pengajar di Program Study Manajemen yang telah
memberikan suatu dasar pemikiran analisis dan pengetahuan yang lebih
baik.
6. Seluruh pegawai di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai khususnya di
bagian fasilitas KITE yang telah memberi kesempatan penulis untuk kerja
praktek disana.
7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan perhatian, baik moril maupun
materil, doa, serta mencurahkan kasih sayang yang tiada putus.
8. Kakak dan adik atas doa dan dukungannya.
9. Pacar saya yang selalu memberi semangat dan kasih sayangnya.
10.Teman-teman manajemen dan akuntansi angkatan 2008 atas kebersamaan
dan keceriaannya.
11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan kerja
praktek ini baik lansung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis berharap laporan
kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang
bersangkutan.
Bandung, Desember 2011
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
Judul : Prosedur Penyelesaian Barang Impor Di Kanwil Direktorat
Jemdral Bea Dan Cukai (DJBC) Jawa Barat.
Nama : Syaiful Maulana Perkasa
NIM : 21208921
Jenjang : Strata Satu (S1)
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Bandung, Desember 2011
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Perusahaan
Windi Novianti, SE.,MM Gafrizal, SH
NIP.4127.34.02.021 NIP.19600715 195031003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen