PROSEDUR PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN
CUKAI JAWA BARAT (KWDJBC)
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Sarjana (S1) Program Studi Akuntansi
Oleh :
NAMA : INTAN FARIHAH NIM : 21108098
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek.
Laporan kerja praktek ini penulis susun berdasarkan hasil kerja praktek yang
dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat yang
berjudul “Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat”. Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh
Program Studi Akuntansi Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Komputer
Indonesia (UNIKOM).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kerja praktek ini
masih banyak kekurangannya, mengingat keterbatasan kemampuan, pengalaman
dan pengetahuan penulis, baik dalam hal penyajian maupun dalam penggunaan
tata bahasa. Tetapi penulis berupaya menyusun sebaik mungkin dengan harapan
laporan kerja praktek ini bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Selama penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa petunjuk, bimbingan,
pengarahan, maupun bantuan moril dan materil. Oleh karena itu, dalam
ii
memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta
pengorbanan yang tiada hentinya, mendorong dan selalu memberi semangat
penulis untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M. Si., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE., M. Si., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu guna
membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk demi
selesainya Laporan Kerja Praktek ini.
4. Lilis Puspitawati, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi
Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
5. Ely Suhayati, S.E., Ak., M.Si., selaku Dosen Wali Kelas Akuntansi-2.
6. Mia Nur Amelia selaku Staf Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan
Internal Kanwil DJBC Jawa Barat yang telah memberikan kesempatan
iii
7. Niken Sesanti S.R. selaku Kepala Subbagian Tata Usaha dan
Keuangan Kanwil DJBC Jawa Barat yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan kerja praktek.
8. Eka Fitriadi Purwanto selaku Staf Subbagian Tata Usaha dan
Keuangan Kanwil DJBC Jawa Barat sekaligus Pembimbing Instansi
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta perhatian selama
penulis melakukan Kerja Praktek.
9. Staf Subbagian Tata Usaha dan Keuangan Kanwil DJBC Jawa Barat
(Bu Mamiek Darijatie, Pak Makhroji, Pak Imam Solikin, Pak
Firmansyah Hadiwinata) terima kasih atas bantuannya.
10.Seluruh staf Kanwil DJBC Jawa Barat yang telah membantu
penyelesaian laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
11.Sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Komputer Indonesia.
12.Seluruh StafDosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis
dengan pengetahuan.
13.Adikku tersayang Hani, Jembar dan Saira yang telah memberikan doa
dan semangatnya untuk meyelesaikan laporan kerja praktek ini.
14.Untuk semua keluargaku terima kasih telah memberikan doa dan
dukungannya.
iv
Kirana, Dani, Aini, Amel, Adit terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
17.Semua teman-teman kelas Akuntansi 2 angkatan 2008 terimakasih atas
dukungan dan bantuannya.
18.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Desember 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ... 3
1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 4
1.4 Metode Kerja Praktek ... 4
1.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 8
2.1 Sejarah Kanwil DJBC Jawa Barat ... 8
2.2 Struktur Organisasi Kanwil DJBC Jawa Barat ... 11
2.3 Uraian Tugas Kanwil DJBC Jawa Barat ... 13
2.4 Kegiatan Kanwil DJBC Jawa Barat... 15
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ... 18
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ... 18
3.1.1 Prosedur ... 18
vi
3.1.3.1 Pengertian Perjalanan Dinas ... 19
3.1.3.2 Fungsi Perjalanan Dinas ... 19
3.1.3.3 Prinsip Perjalanan Dinas ... 21
3.1.3.4 Jenis Perjalanan Dinas ... 21
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ... 27
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 27
3.3.1 Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeri di Kanwil DJBC Jawa Barat... 27
3.3.1.1 Proses pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas ... 28
3.3.1.2 Proses Penyampaian SPM ke KPPN ... 29
3.3.1.3 Proses Penerbitan SP2D oleh KPPN ... 30
3.3.2 Hambatan-hambatan dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kanwil DJBC Jawa Barat... 31
3.3.3 Upaya-upaya dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kanwil DJBC Jawa Barat... 32
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 34
4.1 Kesimpulan ... 34
4.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 37
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 38
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ... 12
viii
Halaman
Tabel 1.1 Aktivitas Kerja Praktek ... 6
Tabel 1.2 Akivitas Kanwil DJBC Jawa Barat ... 7
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Surat Perintah perjalanan Dinas (SPPD) ... 40
LAMPIRAN 2 Rincian Biaya Perjalanan Dinas ... 41
LAMPIRAN 3 Kuitansi/Bukti Pembayaran ... 43
LAMPIRAN 4 Surat Perintah Membayar (SPM) ... 44
LAMPIRAN 5 Surat Perintah Pencairan dana (SP2D) ... 45
LAMPIRAN 6 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) ... 46
LAMPIRAN 7 Surat Permohonan Kuliah Kerja Praktek ... 47
LAMPIRAN 8 Surat Keterangan Kerja Praktek dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat ... 48
LAMPIRAN 9 Daftar Kehadiran Kerja Praktek ... 49
LAMPIRAN 10 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat ... 50
LAMPIRAN 11 Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek ... 51
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan
salah satu Kantor Wilayah yang berada di bawah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dan berada dalam naungan Departemen Keuangan. Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan Instansi Pemerintah
yang bergerak di bidang kepabeanan dan cukai yaitu yang mempunyai tugas
berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan
mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang
yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai
serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Jawa Barat menyelenggarakan berbagai kegiatan, diantara adalah sebagai
berikut:
1. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis
operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan
2
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis
operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan
lainnya yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan,
perijinan, kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang
kepabeanan dan cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai Jawa Barat banyak melakukan perjalanan dinas.Hal tersebut menuntut
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat untuk melakukan
prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas dengan baik agar tercapainya
administrasi yang efektif dan efisien.
Pada perkembangan ekonomi saat ini, segala ketentuan yang berlaku sudah
tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Dimana indeks biaya perjalanan dinas yang
dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan harga yang terjadi. Selain
itu, alokasi dana perjalanan dinas yang tergolong cukup besar sangat diperlukan
suatu mekanisme tertentu untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
dalam pelaksanaanya.
Dengan demikian, perjalanan dinas dilakukan hanya untuk pegawai yang
Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) pada masing-masing bagian atau divisi.
Pegawai yang mendapatkan Surat Perintah Perjalanan Dinas adalah pegawai yang
telah membentuk tim atau mengajukan sebuah proposal penelitian beserta estimasi
anggarannya kepada ketua bagian atau divisi masing-masing. Setelah Kepala atau
ketua bagian/divisi mengesahkan proposal tersebut, maka bagian keuangan dapat
mengeluarkan biaya perjalanan dinas, dan pegawai pun diberi kewajiban untuk
dapat mempertanggungjawabkan biaya tersebut dan harus disertai bukti-bukti
pengeluaran yang sah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil judul
”Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat”.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dari kerja praktek ini adalah untuk menambah wawasan penulis
mengenai prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
Adapun Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas pada
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam prosedur
pembayaran biaya perjalanan dinas pada Kantor Wilayah Direktorat
4
3. Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan-hambatan dalam
prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Kegunaan yang akan diperoleh dari hasil kerja praktek ini diharapkan dapat
memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Kegunaan Kerja Praktek ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis mengenai prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas
pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
b. Bagi Kanwil DJBC Jawa Barat
Memberikan masukan-masukan dan informasi dalam Prosedur Pembayaran
Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Jawa Barat.
c. Bagi Universitas Komputer Indonesia
Penulis mengharapkan hasil Kerja Praktek ini dapat memberikan
sumbangan wawasan dan pengetahuan serta informasi yang berguna bagi
ilmu Akuntansi, serta mahasiswa-mahasiswi Program Strata I Fakultas
Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
1.4 Metode Kerja Praktek
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis menggunakan metode
Pelaksanaan kerja praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 4 Juli s.d. 5 Agustus
2011.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di instansi yang menjadi
objek penelitian. Adapun teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung di instansi yang menjadi objek penelitian
untuk memperoleh data yang diperlukan. Observasi dilakukan dengan
mengamati kegiatan Subbagian Tata Usaha dan Keuangan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
b. Wawancara atau Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas. Dalam teknik wawancara ini, penulis
melakukan tanya jawab kepada para staf dan kepala Subbagian Tata
Usaha dan Keuangan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Jawa Barat.
c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan menelaah
dokumen-dokumen yang terdapat pada perusahaan. Adapun dokumen
yang diperoleh yaitu berupa data-data dari bagian keuangan dan
6
2. Studi Kepustakaan (Liberary Research)
Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari serta menelaah
literatur-literatur berupa buku, maupun makalah yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Penulis melakukan kerja praktek pada Subbagian Tata Usaha dan Keuangan
pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat yang
berlokasi di Gedung Keuangan Negara Lantai III, Jl. Asia Afrika No. 114
Bandung.
Penulis melaksanakan penelitian mulai tanggal 4 Juli 2011 s.d. 5 Agustus
2011 dengan waktu kerja mengikuti ketentuan jam kerja yang berlaku untuk
pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa
Barat.
Tabel 1.1
Aktivitas Kerja praktek
No Hari Waktu Keterangan
1 Senin- Jumat 08.00-12.00 WIB Kegiatan aktivitas KP
2 Sabtu- Minggu - Libur
Tabel 1.2
Aktivitas Kanwil DJBC Jawa Barat
No Hari Waktu Keterangan
Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
Tahap
Kegiatan
Juni1. Mengambil surat izin KP
2. Mencari tempat KP
2. Meminta surat pengantar
8
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan organisasi vertikal di
bawah Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas pokok Kementerian Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan mengamankan
kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk
atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan
negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan tugas pokok tersebut maka DJBC melaksanakan pemungutan,
pertama, Bea Masuk dan Bea Keluar atas barang-barang berdasarkan peraturan
perundang-undangan pabean yang berlaku dan pungutan lainnya, kedua, Cukai
atas barang-barang tertentu yang peredarannya dibatasi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Perkembangan perdagangan internasional yang sangat pesat, didorong oleh
tuntutan kebutuhan akan barang dari luar negeri yang disebabkan tidak semua
kebutuhan dapat diproduksi di dalam negeri, serta perkembangan industri di
dalam negeri mendorong terjadinya kegiatan ekspor. Provinsi Jawa Barat
merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan perdagangan
internasional yang cukup tinggi, serta memiliki tingkat pertumbuhan industri yang
pelayanan dan melakukan pengawasan di bidang kepabeanan dan untuk menekan
biaya sehingga dapat mendukung kegiatan industri, maka DJBC membentuk
Kantor Wilayah di Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat yang diberi
nama Kantor Wilayah V Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Bandung yang
sekarang bernama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat
(KWDJBC Jawa Barat).
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan
salah satu diantara kantor-kantor wilayah dibawah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat berdiri
pada tahun 1992, bertempat di Gedung Keuangan Negara, Jl. Asia Afrika No. 114
Bandung.
Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat merupakan unit vertikal Eselon II DJBC,
yang membawahi delapan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
(KPPBC), yaitu: KPPBC Soekarno Hatta, KPPBC Bogor, KPPBC Bekasi,
KPPBC Merak, KPPBC Purwakarta, KPPBC Bandung, KPPBC Cirebon dan
KPPBC Tasikmalaya. Namun sejak Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa
Barat dan membentuk provinsi terpisah, DJBC pun mereorganisasi diri dengan
membentuk kantor wilayah baru yaitu Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai Banten (Kantor Wilayah DJBC Banten). Oleh karena itu, KPPBC yang
secara geografis terletak di wilayah Provinsi Banten bergabung dengan Kantor
Wilayah DJBC Banten. Terdapat dua KPPBC yang semula berada di bawah
Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat bergabung dengan Kantor Wilayah DJBC
10
Wilayah DJBC Jawa Barat hanya membawahi enam KPPBC, yaitu: KPPBC Tipe
Madya Pabean Bekasi, KPPBC Tipe Madya Pabean Bogor, KPPBC Tipe Madya
Pabean Purwakarta, KPPBC Tipe Madya Pabean Bandung, KPPBC Tipe A2
Cirebon, dan KPPBC Tipe A3 Tasikmalaya.
Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat mempunyai tugas melaksanakan
kordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi, dan pelaksanaan tugas di
bidang kepabeanan dan cukai di wilayah Jawa Barat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
a. Visi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sejajar dengan institusi Kepabeanan dan
Cukai dunia di bidang kinerja dan citra sesuai dengan Standar Internasional.
b. Misi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Mengamankan hak keuangan negara, memfasilitasi perdagangan,
mendukung industri dan melindungi masyarakat.
DJBC menetapkan misi yang saling terkait yaitu :
a. Memungut penerimaan negara dari sektor perdagangan internasional dan
cukai.
b. Memberikan pelayanan terbaik di bidang kepabeanan dan cukai yang
sederhana dengan berbasis teknologi informasi.
c. Mengembangkan pengawasan yang efektif dalam rangka penegakan
hukum di bidang kepabeanan dan cukai serta perlindungan masyarakat.
d. Mengembangkan institusi kepabeanan dan cukai yng berdaya guna dan
e. Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan
industri dan investasi.
f. Mengembangkan kerjasama internasional di bidang kepabeanan dan
cukai.
c. Strategi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Strategi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat dalam pencapaian visi dan misi
adalah ”Profesionalisme sumber daya manusia, efisiensi dalam organisasi dan
pelayanan.”
d. Komitmen Harian Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Pencapaian visi dan misi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat dirumuskan ke
dalam strategi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat. Agar strategi tersebut dapat
berjalan optimal, ditetapkan lima komitmen harian Kantor Wilayah DJBC Jawa
Barat, yaitu:
1. Tingkatkan pelayanan;
2. Tingkatkan transparansi keadilan dan konsistensi;
3. Pastikan pengguna jasa bekerja sesuai ketentuan;
4. Hentikan perdagangan ilegal;
5. Tingkatkan integritas.
2.2 Struktur Organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri atas fungsi-fungsi dan
hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai
12
grafik dan atau bagan yang memperlihatkan unit-unit organisasi dan garis-garis
wewenang.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan unit vertikal eselon I
dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Untuk melaksanakan sebagian
tugas pokok Kementerian Keuangan dalam pemungutan bea masuk dan cukai,
DJBC membentuk unit vertikal eselon II hingga eselon V di lingkungannya.
Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat merupakan salah satu unit vertikal eselon II
DJBC tersebut. Struktur organisasi DJBC mulai dari unit vertikal eselon I sampai
unit vertikal eselon II ditunjukan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1: Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktorat Jenderal
dan Tata Laksana Bagian Kepegawaian Bagian Keuangan
Struktur organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat ditunjukan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Sumber: Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
2.3 Uraian Tugas (Job Description) Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Uraian tugas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa
Barat adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Wilayah DJBC
Melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan
pelaksanaan tugas di bidang kepabeanan dan cukai dalam wilayah kerjanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kepala Bagian Umum dan Kepatuhan Internal
Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, ketatausahaan dan rumah
tangga, penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas,
14
dan evaluasi kinerja serta penyuluhan dan publikasi peraturan
perundang-undangan kepabeanan dan cukai.
a. Kepala Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal
Melakukan urusan kepegawaian, penyiapan bahan koordinasi dan
pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja,
pemantauan dan pelaporan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.
b. Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat dan Rumah Tangga
Melakukan penyiapan bahan penyuluhan dan publikasi peraturan
perundang-undangan kepabeanan dan cukai, hubungan masyarakat, urusan
rumah tangga, dan perlengkapan.
c. Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan
Melakukan urusan tata persuratan, kearsipan, penyusunan rencana kerja
dan laporan akuntabilitas, serta urusan keuangan, anggaran, dan
kesejahteraan pegawai.
3. Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai
Melaksanakan bimbingan teknis, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, pemberian perijinan, pelaksanaan penelitian
atas keberatan terhadap penetapan di bidang kepabeanan dan cukai, serta
pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan di bidang
4. Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan
Melaksanakan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan
kepabeanan di bidang tempat penimbunan, melaksanakan pengendalian
pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan dan evaluasi
pelaksanaan serta fasilitasi di bidang kepabeanan.
5. Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan
Melaksanakan bimbingan teknis, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, pemberian perijinan, pelaksanaan penelitian
atas keberatan terhadap penetapan di bidang kepabeanan dan cukai.
6. Kepala Bidang Audit
Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan audit serta evaluasi hasil audit di
bidang kepabeanan dan cukai.
2.4 Kegiatan Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat
Kegiatan yang dijalankan oleh Kantor Wilayah Jenderal Bea dan Cukai
Jawa Barat meliputi :
1. Sebagai Bendaharawan I/II
Menyususn rencana kerja Seksi Pembendahraan I/II sebagai bahan
penyusunan rencana kerja KPPN.
2. Menatausahakan dokumen anggaran yang digunakan sebagai dasar
pembayaran.
3. Melakukan pengujian sebagai SPM Gaji atau pegawai lainnya dari
16
4. Melakukan pengujian terhadap SPM Non Belanja Pegawai (SPM-DI,
dan SPM-LS, dan SPM-TU).
5. Melakukan penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang
telah disalurkan.
6. Melakukan pengujian terhadap SPM Dana Alokasi Umum (DAU)/Dana
Alokasi Khusus (DAK)/Dana Bagi Hasil (DBH).
7. Melakukan pengujian terhadap SPM Bagi Hasil Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
8. Melakukan pengujian terhadap SPM perhitungan pihak ketiga.
9. Melakukan penerbitan Surat Kuasa (SKU).
10. Melakukan penerbitanterhadap SPM SKU.
11. Mengesahkan Surat Keterangan Pemberhentain Pembayaran (SKPP)
karean pindah, pensiun ataupun meninggal dunia.
12. Melakukan penatausahaan dokumen anggaran yang digunakan sebagai
dasar pembayaran DIPA instansi pengguna Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP).
13. Melakukan penatausahaan PNBP.
14. Melakukan penelaahan atas penerbitan Surat Penagihan (SPn), Surat
Pemindahan Hutang (SPH) dan Surat Tanda Lunas Hutang pada Negara
(SKTL).
16. Melakukan penilaian dan pengesahaan terhadap penggunaan uang yang
telah disalurkan dari instansi pengguna PNBP.
17. Melakukan penyusunan laporan realisasi pencairan dana anggaran.
18. Melakukan penyusunan konsep tanggapan Laporan Hasil Pemeriksaan
18 BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek 3.1.1 Prosedur
Menurut Mulyadi (2008: 5) prosedur adalah:
“Suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.”
Selanjutnya menurut Azhar Susanto (2008:264) mendefinisikan prosedur adalah:
“Rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan cara yang sama.”
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
prosedur adalah suatu rangkaian aktivitas yang melibatkan beberapa orang dalam
satu departemen atau lebih yang dilakukan secara berulang-ulang.
3.1.2 Biaya
Menurut Mursyidi (2008:14) mendefinisikan biaya yaitu:
“Biaya adalah suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta
lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini
maupun pada saat yang akan datang.”
“Biaya adalah pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan pengorbanan sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan
tertentu.
3.1.3 Perjalanan Dinas
3.1.3.1 Pengertian Perjalanan Dinas
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007:
“Perjalanan dinas dalam negeri yang selanjutnya disebut perjalanan dinas adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan baik perseorangan maupun secara bersama yang jaraknya sekurang-kurangnya 5 (lima) kilometer dari batas kota, yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Negara atas perintah Pejabat yang Berwenang, termasuk perjalanan dari tempat kedudukan ke tempat meninggalkan Indonesia untuk bertolak ke luar negeri dan dari tempat tiba di Indonesia dari luar
negeri ke tempat yang dituju di dalam negeri.”
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perjalanan dinas
adalah perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju yang
jaraknya sekurang-kurangnya 5 (lima) kilometer dari batas kota, yang dilakukan
dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Negara atas perintah
Pejabat yang Berwenang dan kembali ke tempat kedudukan semula.
3.1.3.2 Fungsi Perjalanan Dinas
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kantor Wilayah
20
a. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
kepabeanan dan cukai.
b. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis, pengawasan teknis, dan
penyelesaian masalah di bidang kepabeanan dan cukai atas unit-unit
operasional di wilayah kerjanya.
c. Pengendalian, evaluasi, dan pelaksanaan pemberian perizinan dan
fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai.
d. Pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang
kepabeanan dan cukai.
e. Pengendalian, evaluasi, pengkoordinasian dan pelaksanaan intelijen di
bidang kepabeanan dan cukai.
f. Pengendalian, evaluasi, pengkoordinasian, dan pelaksanaan patroli dan
operasi pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan,
penindakan, dan penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai.
g. Pengendalian dan pemantauan tindak lanjut hasil penindakan dan
penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai.
h. Perencanaan dan pelaksanaan audit serta evaluasi hasil audit di bidang
kepabeanan dan cukai.
i. Pengkoordinasian dan pelaksanaan pengolahan data, penyajian
informasi dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai.
j. Pengendalian, pengelolaan, dan pemeliharaan sarana operasi dan
k. Pengkoordinasian dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas, dan
evaluasi kinerja.
l. Pelaksanaan administrasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
3.1.3.3 Prinsip Perjalanan Dinas
1. Fokus terhadap pekerjaan
2. Pindah tempat kerja dengan fasilitas yang memadai
3. Bukan tambahan penghasilan
4. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap yang
akan melaksanakan perjalanan dinas harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan/perintah atasannya.
5. Pejabat yang berwenang adalah atasan dari Pejabat Negara, Pegawai
Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap yang akan melaksanakan
perjalanan dinas.
3.1.3.4 Jenis Perjalanan Dinas
Perjalanan Dinas dalam negeri terbagi menjadi dua jenis perjalanan dinas
yaitu sebagai berikut:
1. Perjalanan Dinas Pindah
(Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 7/KMK.02/2003)
Perjalanan Dinas Pindah merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan yang
lama ke tempat kedudukan yang baru berdasarkan surat keputusan pindah bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, dan Pegawai Tidak Tetap beserta keluarga
22
Keluarga yang sah sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian diatas
terdiri dari :
a. Istri/Suami yang sah menurut ketentuan Undang-Undang Perkawinan
yang berlaku.
b. Anak kandung, anak tiri dan anak angkat yang sah menurut hukum
yang berumur paling tinggi 25 tahun pada waktu berangkat, belum
pernah menikah dan tidak mempuyai penghasilan sendiri.
c. Anak kandung, anak tiri, anak angkat yang sah menurut hukum yang
berumur 25 tahun, yang menurut surat keterangan dokter mempunyai
cacat yang menjadi sebab ia tidak dapat mempunyai penghasilan
sendiri, atau
d. Anak kandung perempuan, anak tiri perempuan, anak angkat
perempuan yang sah menurut hukum lebih dari 25 tahun yang tidak
bersuami dan tidak mempunyai penghasilan sendiri.
Disamping keluarga yang sah sebagaimana dimaksud dalam pernyataan
diatas bagi Pegawai Negeri Sipil yang termasuk tingkat A diperkenankan pula
untuk membawa pembantu rumah tangga sebanyak satu orang atas biaya negara.
Dalam Perjalanan dinas pindah sebagaimana dalam pengertian diatas
termasuk pula perjalanan dinas yang dilakukan dalam hal:
a. Pemulangan dari Tempat Kedudukan yang terakhir ke tempat hendak
menetap bagi Pejabat Negara atau Pegawai Negeri Sipil yang
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun atau mendapat uang
b. Pengembalian Pejabat Negara atau Pegawai Negeri Sipil yang
mendapat uang tunggu dari tempat tinggalnya ke tempat yang
ditentukan untuk dipekerjakan kembali.
c. Pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara atau Pegawai
Negeri Sipil yang meninggal dunia dari tempat tugas terakhirnya ke
tempat tujuan menetap.
d. Pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karena telah
berakhir masa kerjanya, sepanjang hal termaksud telah diatur dalam
perjanjian kerjanya.
e. Pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai Tidak Tetap yang
meninggal dunia dari tempat kedudukan ke tempat tujuan menetap,
sepanjang hal termaksud telah diatur dalam perjanjian kerjanya.
f. Pengajuan perjalanan dinas pindah sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, c, d dan e di atas berlaku untuk jangka waktu satu tahun terhitung
sejak tanggal pemberhentian atau meninggal dunia.
Untuk perjalanan dinas pindah akan diberikan biaya sebagai berikut :
a. Biaya transportasi pegawai, transportasi keluarga, pengepakan,
penggudangan dan angkutan barang-barang dan uang harian untuk
perjalanan dinas.
b. Biaya transportasi pegawai, transpor keluarga serta biaya pengepakan,
penggudangan dan angkutan barang untuk perjalanan dinas.
c. Biaya transportasi keluarga serta biaya pengepakan, penggudangan dan
24
d. Apabila perjalanan dinas pindah terjadi atas dasar permintaan sendiri
maka yang bersangkutan tidak diberikan biaya perjalanan dinas.
Perhitungan biaya angkutan barang di darat didasarkan pada jarak
perjalanan yang ditetapkan menurut daftar jarak resmi atau menurut keterangan
resmi dari Gubernur/Bupati/Walikota setempat dalam hal jarak antara
tempat-tempat yang dikunjungi belum tercantum dalam daftar jarak resmi.
Biaya pengepakan, penggudangan dan angkutan barang telah termasuk
biaya bongkar muat. Biaya pengepakan untuk pengangkutan barang dengan truk
diberikan 50% dari satuan biaya pengepakan dengan menggunakan biaya
lumpsum, apabila perjalanan dinas pindah dilakukan dalam jarak :
b. kurang dari seratus kilometer di Pulau Jawa/Madura atau
c. kurang dari lima puluh kilometer di luar Pulau Jawa/Madura.
Uang harian perjalanan dinas pindah, diberikan untuk pegawai
bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga :
1. Selama tiga hari setelah tiba di tempat kedudukannya yang baru.
2. Selama tiga hari di tempat keberangkatan keluar negeri atau kedatangan
dari luar negeri.
3. Selama-lamanya dua hari untuk tiap kali menuggu sambungan dalam
hal perjalanan tidak dapat dilakukan langsung.
4. Sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang bersangkutan
jatuh sakit dalam perjalanan dinas pindah, satu dan lain menurut
5. Sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang sedang
menjalankan perjalanan dinas pindah mendapat perintah dari yang
berwajib/atasannya untuk melakukan tugas lain guna kepentingan
negara.
Pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat
belum pernah melakukan perjalanan dinas keluar negeri sehingga penulis tidak
akan membahas perjalanan dinas keluar negeri.
2. Perjalanan Dinas Jabatan
(Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 yang
sudah mengalami perubahan menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor
07/PMK.05/2008 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
Per-34/PB/2007 yang sudah mengalami perubahan menjadi Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2008).
Perjalanan Dinas Jabatan merupakan perjalanan dinas dari tempat
kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke kedudukan semula.
Perjalanan yang termasuk dalam perjalanan dinas jabatan adalah :
a. Detasering (penugasan sementara waktu).
b. Ujian dinas / ujian jabatan.
c. Majelis penguji / dokter penguji kesehatan.
d. Mandapatkan pengobatan.
e. Pendidikan dinas.
f. Menjemput/mengantar jenazah (PNS yang melakukan perjalanan
26
Dalam hal perjalanan dinas jabatan, uang harian diberikan :
a. Untuk perjalanan yang memerlukan waktu sekurang-kurangnya enam
jam;
b. Menurut banyak hari yang digunakan untuk perjalanan;
c. Selama-lamanya dua hari untuk transit menunggu pengangkutan
lanjutan dalam hal harus berpindah ke alat angkutan lain;
d. Selama tiga hari di tempat bertolak ke / datang dari luar negeri;
e. Selama-lamanya sepuluh hari di tempat yang bersangkutan jatuh
sakit/berobat dalam hal pegawai yang sedang melakukan perjalanan
dinas jatuh sakit;
f. Selama-lamanya sembilan puluh hari dalam hal pegawai melakukan
tugas detasering;
g. Selama-lamanya tujuh hari setelah diterima keputusantentang
perubahan detasering menjadi penugaspindahan; atau
h. Selama tiga hari di tempat penjemputan jenazah dan selama tiga hari di
tempat pemakaman jenazah dalam hal jenazah tersebut tidak
dimakamkan di tempat kedudukan almarhum/almarhumah yang
bersangkutan;
i. Perjalanan dinas jabatan pulang pergi yang memakan waktu kurang dari
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan selama dua puluh lima hari, mulai
dari tanggal 4 Juli s.d. 5 Agustus 2011 dan ditempatkan pada Subbagian Tata
Usaha dan Keuangan.
Adapun teknis pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan oleh penulis
pada Subbagian Tata Usaha dan Keuangan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Jawa Barat adalah sebagai berikut :
1. Membantu pencatatan SPM (Surat Perintah Membayar), SPP (Surat
Permintaan Pembayaran), SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) yang telah
diterbitkan ke dalam buku register.
2. Membantu menjurnal Buku Kas Umum (BKU)
3. Merekam data yang telah diperiksa kedalam komputer dan membuat laporan
serta berita acara.
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1 Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeri di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
Prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas dalam negeri harus dilakukan
secara bertahap agar tercipta susunan administrasi yang baik dimulai dari proses
pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) oleh Pejabat yang Berwenang
hingga penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan
28
3.3.1.1 Proses Pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas.
Secara intern pembayaran perjalanan dinas jabatan dalam negeri Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat
terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Perjalanan Dinas Umum
Perjalanan dinas umum adalah perjalanan dinas yang bertujuan bukan
untuk penelitian, melainkan mengumpulkan data dan melaporkan
hasilnya pada Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
b. Perjalanan Dinas Lapangan
Perjalanan dinas lapangan adalah perjalanan dinas yang bertujuan untuk
penelitian dan dipertanggungjawabkan kesuluruhan hasilnya untuk
kepentingan nasional.
Alur Penerbitan SPPD yaitu :
1. Pegawai di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa
Barat yang akan melaksanakan Perjalanan Dinas (kecuali Kepala
Kantor) mengisi formulir permohonan perjalanan dinas yang disediakan
oleh Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal.
2. Setelah formulir diisi dan disetujui oleh Kepala Bidang/Bagian yang
bersangkutan, formulir dikembalikan ke Subbagian Kepegawaian dan
Kepatuhan Internal untuk diajukan kepada Kepala Kantor/Kepala
3. Setelah disetujui oleh Kepala Kantor/Kepala Bagian Umum dan
Kepatuhan Internal, Pejabat yang ditunjuk di Subbagian Kepegawaian
dan Kepatuhan Internal membuat surat perintah, formulir bukti
perjalanan dinas, rincian biaya dan kuitansi perjalanan dinas atas nama
pegawai yang bersangkutan.
4. Pejabat yang ditunjuk di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan
Internal membuat surat permohonan kepada Kepala Subbagian Tata
Usaha dan Keuangan untuk mengeluarkan biaya perjalanan dinas
dengan dilampiri formulir pengajuan yang telah disetujui Kepala
Kantor/Kepala Bagian Umum dan Kepatuhan Internal.
5. Pejabat yang ditunjuk di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan
Internal meneruskan surat permohonan yang telah disetujui oleh Kepala
Subbagian Tata Usaha dan Keuangan kepada Bendahara untuk
mengeluarkan uang muka perjalanan dinas sesuai dengan pengajuan.
6. Pejabat yang ditunjuk di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan
Internal mengambil uang muka perjalanan dinas sesuai dengan jumlah
pengajuan dan memberitahukan kepada pegawai yang akan
melaksanakan perjalanan dinas.
7. Pegawai yang melakukan perjalanan dinas mengambil biaya perjalanan
dinasnya di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal dengan
menandatangani rincian biaya dan kuitansi perjalanan dinas.
3.3.1.2 Proses Penyampaian SPM ke KPPN.
30
1. Kuasa penguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk menyampaikan
SPM beserta dokumen pendukung dilengkapi dengan Arsip Data
Komputer (ADK) berupa softcopy (disket) melalui loket penerimaan
SPM pada KPPN.
2. SPM-LS atau SPM-GUP pembayaran perjalanan dinas diterima oleh
KPPN.
3. Petugas KPPN pada loket penerimaan SPM memeriksa kelengkapan
SPM, mengisi check list kelengkapan berkas SPM, mencatat dalam
daftar pengawasan penyelesaian SPM dan meneruskan check list serta
kelengkapan SPM ke seksi Perbendaharaan untuk diproses lebih lanjut.
3.3.1.3 Proses Penerbitan SP2D oleh KPPN.
Penerbitan SP2D oleh KPPN diatur sebagai berikut :
1. SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai dasar penerbitan SP2D
2. SPM yang dimaksud dilampiri bukti pengeluaran sebagai berikut :
a. Untuk pembayaran perjalanan dinas melalui Pembayaran Langsung
(LS);
1) Daftar Nominatif Perjalanan Dinas
2) SPTB (Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja)
b. Untuk penggantian pembayaran perjalanan dinas melalui Penggantian
Uang Persediaan (GUP) :
1) SPTB (Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja).
Peraturan Lainnya
Pembayaran biaya perjalanan dinas dalam rangka mengikuti seminar,
rapat-rapat dan lain-lain yang biaya perjalanan dinasnya dibebankan pada
DIPA (Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran) Satuan Kerja / Kantor
Penyelenggara Kegiatan, dilakukan setelah pejabat/pegawai sampai
ditempat tujuan.
Biaya transportasi keberangkatan pegawai dibayarkan sebesar biaya riil
yang dikeluarkan sesuai bukti pengeluaran.
Biaya transportasi kepulangan dibayarkan sesuai tarif yang berlaku.
3.3.2 Hambatan-hambatan dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
Beberapa hambatan yang penulis temukan dalam Prosedur Pembayaran
Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jawa Barat, sebagai berikut :
1. Seringkali terjadi kehilangan bukti-bukti pengeluaran biaya yang
memakai uang pribadi maupun yang sudah dibayar sehingga mempersulit
dalam membayar biaya perjalanan dinas yang belum dibayar maupun
dalam pertanggungjawaban.
2. Terjadi kesulitan penetapan tarif uang transpor karena tidak adanya
transportasi umum ke tempat tujuan perjalanan dinas sehingga sulit
32
3. Kesulitan dalam pencatuman nomor urut LRA (Laporan Realisai
Anggaran).
3.3.3 Upaya-upaya dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.
Upaya-upaya dalam mengatasi hambatan Prosedur Pembayaran Biaya
Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa
Barat, sebagai berikut :
1. Dalam kebijakan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jawa Barat, jika bukti pengeluaran biaya perjalanan lebih dari nilai
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan, maka pegawai yang
bersangkutan yang harus menanggung biaya.
2. Untuk mengatasi permasalahan kesulitan penerapan tarif, diberlakukan
pemberian uang muka yang diselesaikan secara at cost setelah perjalanan
dilakukan dengan bukti-bukti pengeluarannya.
3. Dilakukan pencantuman sementara nomor urut surat Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) yaitu dengan menggunakan pensil.
Menurut penulis, dengan adanya upaya yang dilakukan oleh Kantor Wilayah
DJBC Jawa Barat hambatan tersebut sudah mulai teratasi.
1. Pegawai yang akan melakukan perjalanan dinas akan menjadi lebih
hati-hati dalam menyimpan bukti pengeluaran biaya.
2. Pegawai yang melakukan perjalanan dinas tidak terlalu menggunakan
menggunakan uang pribadi dulu tetapi tidak terlalu banyak dan
menyertakan bukti-bukti pengeluarannya.
3. Kesulitan dalam pencatuman nomor urut LRA (Laporan Realisai
Anggaran) sudah dapat teratasi karena pencatuman nomor urut LRA
(Laporan Realisai Anggaran) sudah menggunakan pensil terlebih
34 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari kesuluruhan Pembahasan tentang Prosedur Pembayaran Biaya
Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa
Barat, penulis dapat menarik kesimpulan yang didukung teori-teori dan berbagai
literatur, antara lain sebagai berikut :
1. Prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas dalam negeri yaitu dimulai dari
proses pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) oleh Pejabat yang
Berwenang, penyampaian SPM (Surat Perintah Membayar) ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), hingga penerbitan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).
2. Beberapa faktor penghambat yang ditemui dalam Prosedur Pembayaran
Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan
Cukai Jawa Barat yakni, sebagai berikut :
a. Terjadi kehilangan bukti-bukti pengeluaran Biaya
b. Terjadi kesulitan penetapan tarif uang transpor karena tidak adanya
transportasi umum ke tempat tujuan perjalanan dinas sehingga sulit
menentukan standar biaya umunya.
c. Terjadi kesulitan dalam pencantuman nomor urut LRA (Laporan
3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Prosedur
Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat adalah sebagai berikut :
a. Dalam kebijakan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jawa Barat, jika bukti pengeluaran biaya perjalanan dinas hilang, maka
pegawai yang bersangkutanlah yang harus menanggung biaya.
b. Untuk mengatasi permasalahan kesulitan penerapan tarif, diberlakukan
pemberian uang muka yang diselesaikan secara at cost setelah perjalanan
dilakukan dengan bukti-bukti pengeluarannya.
c. Dilakukan pencantuman sementara nomor urut surat Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) yaitu dengan menggunakan pensil.
4.2 Saran
Dengan melihat beberapa hambatan yang ditemui dalam Prosedur
Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Jawa Barat, maka penulis memberi saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi instansi sebagai bahan masukkan guna meningkatkan kinerja
terutama dalam kegiatan Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat. Saran-saran
tersebut yaitu:
1. Dalam hal perhitungan biaya riil (pada uang transpor) sangat diperlukan
36
2. Diharapkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat,
dapat lebih tegas dalam menindaki apabila terjadi ketidakdisiplinan pegawai
yang melakukan perjalanan dinas.
3. Diharapkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat,
dapat lebih tegas dalam menindaki apabila adanya pegawai yang tidak
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya. Bandung: Refika Aditama.
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 7/KMK.02/2003 Tentang Perjalanan
Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan
Pegawai Tidak Tetap.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 Tentang Perjalanan Dinas
Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan Pegawai
Tidak Tetap.
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2008 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan Pegawai Tidak Tetap.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya.
Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
www.beacukai.go.id
http://www.beacukai.go.id/index.ikc?page=about/tugas-pokok-dan-fungsi.html
38
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Intan Farihah
Tempat tanggal lahir : Sukabumi, 02 Desember 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Tubagus Ismail Bawah No. 40 Bandung 40132
DATA PENDIDIKAN
SD Negeri Cicadas Sukabumi 1996 - 2002
SMP Negeri 13 Sukabumi 2002 - 2005
SMA Negeri 1 Sukabumi 2005 - 2008
Sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswi di UNIVERSITAS