• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sendi Hukum di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sendi Hukum di Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Disiplin Hukum

Sebagai titik tolak untuk menjelaskan ihwal hukum secara ilmiah,

diperlukan suatu uraian singkat mengenai Disiplin Hukum. Hal ini

disebabkan oleh karena dengan penjelasan mengenai disiplin hukum

sebagai pengertian cakupan, maka akan dapat diperoleh pengetahuan

mengenai ruang lingkup bidang hukum yang sedemikian luasnya. Sebagai

suatu sistem ajaran maka disiplin hukum mencakup antara lain (1)

ajaran yang menentukan apakah yang seyogyanya atau seharusnya

dilakukan (

preskriptif

); maupun (2) yang senyatanya dilakukan

(

deskriptif

) dalam hidup

B.Arti Hukum

Adanya hukum senantiasa menggerakan daya pikir manusia, sehingga

timbul pertanyaan: apa arti hukum? Untuk menjawab pertanyaan ini para ahli

hukum akan memberikan defenisi tentang hukum. Akan tetapi belum pernah

terdapat defenisi hukum yang memuaskan. Apa yang ditulis Kant lebih dari 150

tahun yang lalu ‘

Noch suchen die juristen eine definition zu ihrem begriffe von

recht”

masih tetap berlaku, karena hukum bukanlah gunung atau kuda yang

setelah didefenisikan kita dapat melihatnya. Demikian juga Van Apeldoorn

(1973:13) “berpendapat bahwa defenisi hukum itu sangatlah sulit untuk dibuat

karena tidak mungkin untuk mengadakan sesuai dengan kenyataan”.

Meskipun demikian, atas dasar penelitian yang pernah dilakukan Soerjono

Soekanto (dalam Wawan Tanggul Alam 2004:10-12) mengidentifikasi paling

sedikit sepuluh arti hukum yaitu:

(2)

2.

Hukum sebagai disiplin yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atas

gejala-gejala yang dihadapi.

3.

Hukum sebagai kaidah, yakni sebagai pedoman atau patokan perilaku

yang pantas dan diharapkan.

4.

Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur proses perangkat

kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu, serta

berbentuk tertulis.

5.

Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan

yang berhubungan erat dengan penegak hukum.

6.

Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi.

7.

Hukum sebagai proses pemerintahan, yakni proses hubungan timbal balik

antara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan.

8.

Hukum sebagai perilaku yang ajeg atau teratur.

9.

Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yakni jalinan dari konsepsi abstrak

tentang apa yang dianggap baik dan buruk.

10.

Hukum sebagai seni (legal art).

C.Unsur Unsur Hukum

Apabila kita perhatikan definisi-definisi hukum atau rumusan dari para sarjana hukum tersebut, pada dasarnya kita dapat menemukan adanya unsur-unsur hukum, ciri-ciri hukum, dan sifat hukum.

Unsur-unsur hukum yang dimaksudkan adalah bahwa peraturan-peraturan hukum itu meliputi: 1). Peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup bermasyarakat; 2). Peraturan yang ditetapkan oleh badan-badan resmi negara;

3). Peraturan yang bersifat memaksa;

4). Peraturan yang memiliki sanksi yang tegas.

Dalam rumusan mengenai hukum, kita menemukan ciri-ciri hukum seperti berikut:

1). Adanya perintah dan/atau larangan. Artinya, peraturan hukum itu mungkin berupa perintah dan mungkin pula berupa larangan, atau mungkin pula kedua-duanya;

(3)

BAB II

Hukum Sebagai Sistem Kaedah

A.Arti dan Ruang Lingkup Ilmu tentang Kaedah

Ruang lingkup daripada ilmu tentang kaidah yang menjadi dasar bagi mata

kuliah Pengantar Ilmu Hukum, mencakup:

1. Macam – macam kaidah, yaitu:

a. Tata kaidah aspek hidup pribadi:

1) Kaidah – kaidah kepercayaan;

2) Kaidah – kaidah kesusilaan;

b. Tata kaidah aspek hidup antar pribadi:

3) Kaidah – kaidah kesopanan;

4) Kaidah – kaidah hukum.

2. Kaidah hukum dari sudut daya cakup maupun hierarkhi meliputi, kaidah hukum

abstrak atau umum dan kaidah hukum konkrit atau individuil.

3. Isi dan sifat kaidah hukum yang merupakan pembahasan tentang struktur kaidah

hukum yang isinya suruhan, larangan dan kebolehan, serta dapat bersifat imperatif

atau fakultatif;

4. Perumusan kaidah hukum, dimana diadakan pembedaan antara pandangan

hipotetis atau bersyarat, dengan pandangan kategoris yang kedua – duanya dapat

diketemukan dalam perumusan pasal – pasal peraturan perundang – undangan.

5. Tugas kaidah hukum, yaitu pemberian kepastian hukum yang tertuju pada

ketertiban, dan pemberian kesebandingan hukum yang tertuju pada ketenangan

atau ketenteraman. Ketertiban tersebut ditandai dengan ciri – ciri, sebagai berikut

(C.J.M. Schuyt:1976):

(4)

2. Cooperatie (kerjasama);

3. Controle van geweld (pengendalian terhadap kekerasan);

4. Consistentie (konsistensi);

5. Duurzaamheid (tahan lama);

6. Stabiliteit (stabilitas);

7. Hierarchie (hirarki);

8. Conformiteit (konformitas);

9. Afwezigheid van conflict (tidak adanya konflik);

10. Uniformiteit (uniformitas);

11. Gemeenschappelijkheid (gotong – royong);

12. Relegmaat (teratur);

13. Bevel (didasarkan kepatuhan);

14. Volgorde (berpegang pada tahapan yang telah ditentukan);

15. Uiterlijke stijl (sesuai dengan pola);

16. Rangschikking (susunan; tersusun);

B.Kaedah sebagai pengertian sosiologi/antropologi

Suatu kaedah merupakan pandangan menilai terhadap suatu tindak atau

prilaku pribadi maupun antropologis,sudut pandangnya berbeda oleh karena masing

masing ilmu pengetahuan mempunyai katagori.

Hobel yang merupakan antropologis terkeuka menyatakan bahwa sebagai

jawaban terhadap suatu stimulus,maka warga /masyarakat cendrung untuk

melakukan sikap tindak atau prilaku yang relative sama.

(5)

BAB III

Hukum Sebagai Perangkat Sikap Tindak atau Perikelakuan

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat dapat

disebabkan oleh bermacam-macam sebab. Sebab-sebab tersebut dapat berasal dari

dalam masyarakat itu sendiri (sebab-sebab internal) maupun dari luar masyarakat

tersebut (sebab-sebab eksternal). Hal ini pula yang menyebabkan bahwa perubahan

dalam masyarakat itu akan selalu terjadi seiring dan sejalan dengan perkembangan

zaman yang terjadi.

Adakalanya perubahan itu sangatlah mudah terjadi namun adakalanya pula

perubahan itu sangat sulit terjadi. Hal-hal tersebut disebabkan adanya faktor-faktor

yang memperlancar terjadinya perubahan dan faktor-faktor yang menghambat

terjadinya perubahan. Namun dalam kesempatan kali ini, penulis tidak ingin telalu

panjang lebar membahas faktor-faktor tersebut secara panjang lebar. Pembahasan

kita kali ini lebih ditekankan pada peranan hukum dalam perubahan sosial yang

terjadi di masyarakat.

Peranan hukum dalam perubahan sosial

Perubahan sosial adalah sebuah perubahan dari suatu struktur sosial yang ada

menuju suatu struktur sosial lainnya yang lebih baik. Paling tidak, definisi ini

dapatlah mewakili definisi perubahan sosial dari berbagai macam definisi yang ada.

Tentunya dalam perubahan tersebut ada sebuah harapan ataupun keinginan akan

terciptanya suatu struktur sosial yang lebih baik.

(6)

Oleh karena itu, hukum memilki peranan yang sangat penting untuk mendukung

tejadinya perubahan tersebut. Paling tidak, ada dua peranan penting hukum dalam

sebuah proses perubahan sosial, antara lain, yaitu:

1. Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat

Dalam hal ini, hukum sangatlah mungkin digunakan oleh agent of change sebagai

alat untuk melakukan perubahan dalam suatu masyarakat. Agent of change atau

pelopor perubahan adalah pemimpin yang mendapatkan kepercayaan dari

masyarakat untuk melakukan perubahan terhadap sistem sosial yang berlaku di

masyarakat.

Pemimpin dalam hal ini, untuk melakukan perubahan tersebut membuat

seperangkat aturan yang sistematis dan terencana (social engineering) untuk dapat

melakukan tugasnya memimpin masyarakat menuju suatu perubahan sosial yang

diinginkan. Instrumen atau seperangkat aturan yang sistematis dan terencana

itulah yang dinamakan dengan hukum.

2. Hukum sebagai sarana pengatur perilaku (alat kontrol sosial)

Untuk menjaga agar perubahan yang telah direncanakan seperti di atas dapat

berjalan dengan semestinya maka diperlukanlah peranan hukum yang lain yaitu

sebagai pengatur perilaku masyarakat (kontrol sosial). Hal ini diperlukan karena

dalam setiap perubahan yang melibatkan masyarakat sangatlah dimungkinkan

terjadinya disorientasi terhadap tujuan yang telah direncanakan seperti semula.

Oleh karena itu, peranan hukum sangatlah diperlukan untuk mengontrol perilaku

masyarakat agar sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan di awal. Agar

kontrol sosial tersebut dapat berjalan dengan efektif, hukum pun menciptakan

seperangkat sanksi dan denda untuk mengontrol perilaku masyarakat. Hal ini

dilakukan agar cita-cita perubahan ke arah yang positif dapat terwujudkan.

TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM A. Tujuan hukum menurut teori

1. Teori etis (etische theorie)

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang

(7)

1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.

2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.

Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang memperoleh bagian yg sama.

2. Teori utilitas (utiliteis theorie)

Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the morals and

legislation”berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah/mamfaat bagi orang.

Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk menerima anggapan Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser nilai keadilan kesamping, dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.

3. Teori campuran

Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya

keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.

4.Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya melegalkan kepastian hak dan kewajiban.

Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.

5. Teori Peace (damai sejahtera)

Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan adanya perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan sekedar ketertiban.

B. Tujuan hukum menurut pendapat ahli :

1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi

2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg merugikan.

(8)

yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan “keadilan” dan “ketertiban”.

4.Aristoteles, hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang ia berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan berpendapat bahwa hukum bertugas hanya membuat adanya keadilan saja.

5. SM. Amin, SH tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

6.Soejono Dirdjosisworo, tujuan hukum adalah melindungi individu dalam hubngannya dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diiharapkan terwujudnya keadaan aman, tertib dan adil

7. Roscoe Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai alat perubahan sosial (as a tool of social engeneering), Intinya adalah hukum disini sebagai sarana atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun dalam hidup masyarakat.

8.Bellefroid, tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum yaitu kesejahteraan atau kepentingan semua anggota2 suatu masyarakat.

9.Van Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia supaya kepentingan itu tidak dapat diganggu

10.Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil.

Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya : - mewujudkan ketertiban dan keteraturan

- mewujudkan kedamaian sejati

- mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat - mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Kesimpulan Tujuan Hukum :

1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.

2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar kepentingan setiap orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu oleh orang atau kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau kepentingan kelompoknya.

3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan C. Fungsi Hukum

1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.

(9)

3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah yg maju.

4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat

pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan merasakan keadilan.

5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus tanah.

D. Sumber-sumber hukum : 1.Pengertian sumber hukum

Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.

Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.

Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar

mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan

pendekatan yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat disebutkan bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil. Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara sederhana, sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan hukum serta tempat

ditemukakannya aturan-aturan hukum. 2. Macam-macam sumber hukum

Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti materil dan formil.

a. Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.

Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.

(10)

para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya.

Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll

Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :

1) sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat

menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :

a) Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.

b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.

2) sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.

3) sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua :

a) Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana. Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :

- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan

- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia - pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.

b). Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum

b. Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum.

Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ? Undang-undang dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan peraturan perundang-undangan dibuat berdasarkan wewenang masing-masing pembuatnya, seperti PP, dll atau

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 2004)

Macam-macam sumber hukum formal :

A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

 Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU karena cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan

(11)

 Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat setiap penduduk.

Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka 3) Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad) dulu oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004). Tujuannya agar setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap tahu akan UU = iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in dubio proreo, latin).

Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh

beralasan bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan perundang-undangan itu sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap (difiksikan) bahwa semua orang telah mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.

Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :

a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .

c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi. d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg dulu berlaku.

Lembaran negara (LN) dan berita negara :

LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku. Penjelasan daripada suatu UU dimuat dlm tambahan LN, yg mempunyai nomor urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris negara, yg disebut dgn tahun penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962 No. 1 (L.N.1962/1)

Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg memuat hal-hal yang berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat yang dianggap perlu seperti : Akta pendirian PT, nama orang-orang yang dinaturalisasi menjadi WNI, dll,

Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah Kekuatan berlakunya undang-undang :

• UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengakui eksistensinya UU.

• Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya UU secara operasional.

• Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu 1). Kekuatan berlaku yuridis, 2). Kekuatan berlaku sosiologis dan, 3) kekuatan berlaku fiolosofis.

• Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7 UU No. 10/2004) :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 3. Peraturan Pemerintah;

4. Peraturan Presiden;

(12)

B. Kebiasaan (custom)

Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum. Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.

Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum formal. Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga bertentangan denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.

Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :

1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu (syarat materiil)

2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis = bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual

3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.

Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.

Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia

Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu. C. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)

Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.

Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil

(13)

1. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan yang serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara (standart arresten)

2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart arresten.

D.Traktat (treaty)

Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga negara-negara dari negara-negara yang berkepentingan.

Macam-macam Traktat :

a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.

b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.

E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak yang telah saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).

F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)

Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

Sumber hukum menurut Algra :

1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, kebudayaan, agama, keadaan geografis, dsb.

2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan kebiasaan.

Sumber hukum menurut Ahmad Sanusi : 1. Sumber hukum normal :

a.Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu, UU, perjanjian antar negara dan kebiasaan.

b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu perjanjian doktrin dan yurisprudensi.

2. Sumber hukum abnormal yaitu : a. Proklamasi

b. Revolusi c. Coup d’etat

Sumber hukum menurut van Apeldoorn :

(14)

sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :

a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.

b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.

2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb. 3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua : a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.

Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :

- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan

- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia - pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.

b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum

Referensi

Dokumen terkait

Jones (1994) yang menyatakan bahwa implementasi kebijakan standar pelayanan minimum dengan faktor organisasi, interpretasi dan penerapan secara simultan berpengaruh

Secara teoritis, hasil penelitian ini serta didukung pula oleh sejumlah penelitian lainnya tentang flypaper effect di Indonesia dapat digeneralisasi bahwa tujuan

a) Kelompok besar, apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode ini seperti ceramah, baik sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah

Berangkat dari permasalahan seperti yang diuraikan di atas maka dikembangkan suatu model sistem persediaan multi item untuk kedatangan supply secara bertahap dengan laju

Nilai-nilai yang ada pada pancasila merupakan hal penting dalam kehidupan khususnya di Negara Indonesia, nilai tersebut dijadikan pedoman untuk masyarakat Indonesia

Pelanggan GRAB menyetujui dan membenarkan pernyataan yang telah diberikan mengenai Kualitas Layanan, penilaian yang baik tentang Kualitas Layanan GRAB ini

kejadian pernikahan diusia muda terjadi sebagai solusi dalam menghadapi kehamilan yang terjadi diluar nikah. Pernikahan diusia muda banyak terjadi pada masa pubertas,