PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA YANG MENGENDARAI SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh :
ASHRI PRAMUDYA EKA PUTRA NIM. 081000260
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA YANG MENGENDARAI SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
ASHRI PRAMUDYA EKA PUTRA NIM. 081000260
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pengendalian pencemaran udara adalah upaya atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya pencemaran udara. Seiring dengan berkembangnya peningkatan pembangunan, peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan urbanisasi di perkotaan menyebabkan polusi udara akibat emisi kenderaan bermotor sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Pertambahan jumlah kenderaan bermotor di kota – kota besar di Indonesia berkisar 8–12% per tahun. Pertambahan jumlah kenderaan bermotor di Indonesia didominasi oleh kenderaan bermotor roda dua (72%) urutan kedua adalah mobil penumpang (15%) berikut mobil barang (9%).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian pencemaran udara di Medan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei bersifat deskriptif yang dilakukan pada mahasiswa yang mengendarai sepeda motor dengan total sampling berjumlah 140 orang responden. Data primer dari penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner tentang gambaran pengetahuan, sikap, tindakan mahasiswa tentang pengendalian pencemaran udara. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berada pada kategori baik yaitu sebanyak 117 orang (83,6%), sikap responden berada pada kategori baik yaitu sebanyak 102 orang (72,9%), dan tindakan responden berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 123 orang (87,9%).
Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada PEMA (Pemerintahan mahasiswa) FKM USU agar dilaksanakan suatu upaya edukasi, penyadaran tentang pentingnya pengendalian pencemaran udara dan bekerjasama dalam menjaga kebersihan lingkungan.
ABSTRACT
Air pollution control is the effort or action that can be done to reduce air pollution.With a long the increasing of development, population and urbanization in the cities cause air pollution emissions from motor vehicles that has reached an warning point.The increasing number of motor vehicles in the cities in Indonesia ranges from 8-12% per year.The Increasing number of motor vehicles in Indonesia is dominated by motorcycle (72%), the second is a public transport (15%) followed by a goods car (9%).
This research was done descriptioning of knowledge, attitude and practice of FKM USU students who ride a motorcycle at air pollution control in Medan.
This research was a descriptive survey wich was done to students who ride a motorcycle with 140 respondents. Primary data from this research was gotten by interview using questionnaire. The data wich was taken then was processed, analysed and presented in distribution of frequenty table.
The result of this research reported that the stage knowledge of respondence was in good category containing 117 person (83,6%), the attitude of the respondents was in good category containing 102 people (72.9%), and practice of respondence was in middle of category containing 123 person (87,9%).
Based on this research it is suggested for FKM USU student organization to do an education programme, awareness about the important of controlling air pollution and cooperation in environmental sanitation.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ashri Pramudya Eka Putra
Tempat/tanggal lahir : Deli Serdang, 24 Juli 1978
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 3 (tiga) orang
Alamat Rumah : Jl. MT. Haryono Lk. II Tanjungbalai
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1985 – 1991 : SDN No. 101832 Pancurbatu
2. Tahun 1991 – 1994 : MTS Darul Arafah Kutalimbaru
3. Tahun 1994 – 1997 : MAS Darul Arafah Kutalimbaru
4. Tahun 1997 – 2000 : D3 Fisioterapi Siti Hajar Medan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011.
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang
telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tidak
terhingga kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada dr. Surya
Dharma, MPH dan Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak
terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes. selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
3. Bapak R.Kintoko Rochadi, DR, Drs,M.kes. selaku dosen Pembimbing Akademik
4. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doa kepada penulis
6. Istri dan anak-anak yang menjadi sumber dukungan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh sahabat yang turut serta memberi dukungan dan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
BAB I : PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan masalah...3
1.3 Tujuan Penelitian...3
1.3.1 Tujuan Penelitian Umum...3
1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus...4
1.4 Manfaat penelitian...4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1 Pengertian Pencemaran Udara...5
2.2 Sumber Peencemaran Udara...5
2.3 Bahan Pencemar Udara...6
2.3.1 Zat fisis Pencemar Udara...7
2.3.2 Zat Kimia Pencemar Udara... ...7
2.4 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan...12
2.5 Perilaku ...20
2.5.1 Pengetahuan ...21
2.5.2 Sikap...22
2.5.3 Tindakan...23
2.6 Kerangka Konsep ...25
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ...26
3.1 Jenis Penelitian...26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...26
3.3 Populasi dan Sampel ...26
3.3.1 Populasi ...26
3.3.2 Sampel...26
3.4 Metode Pengumpulan Data ...26
BAB IV: HASIL PENELITIAN ...31
4.1 Gambaran Umum Penelitian ...31
4.2 Data Umum responden...32
4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ...32
4.3. Data Perilaku Responden ...33
4.3.1 Pengetahuan Responden. ...33
4.3.2 Sikap Responden...34
4.3.3 Tindakan Responden...36
4.4 Hasil Penilaian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ...38
4.5 Tabel Silang ...39
BAB V: PEMBAHASAN...44
5.1 Karakteristik Responden ...44
5.1.1 Pengetahuan Responden Tentang Pengendalian ...44
5.1.2 Sikap Responden Tentang Pengendalian ...45
5.1.3 Tindakan Responden Tentang Pengendalian ...47
5.2.Tabulasi Silang... 49
5.2.1.Semester Dengan Pengetahuan...49
5.2.2.Usia Dengan Pengetahuan...49
5.2.3.Jenis Kelamin Dengan Pengetahuan...50
5.2.4.Lama Menggunakan Sepeda Motor Dengan Pengetahuan...50
5.2.5.Semester Dengan Tindakan...51
5.2.6.Usia Dengan Tindakan...51
5.2.7.Jenis Kelamin Dengan Tindakan...52
5.2.8.Lama Menggunakan Sepeda Motor Dengan Tindakan...52
5.2.9.Pengetahuan Dengan Sikap...53
5.2.10.Pengetahuan Dengan Tindakan...53
BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN ...55
6.1 Kesimpulan ...55
6.2 Saran...55
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perkiraan Persentase Komponen Pencemar Udara Dari
Sumber Transportasi di Indonesia ……...……...…………... 14
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Di FKM USU Tahun 2011...………. 32
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor Dalam Pengendalian Pencemaran Udara
Di Medan Tahun 2011………... 33
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor dalam Pengendalian
Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011……… 35
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011...…… 37
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Yang Mengendarai
Sepeda Motor Dalam Pengendalian Pencemaran Udara
di Medan Tahun 2011...…… 38
Tabel 4.6. Tabel Silang Semester dengan Pengetahuan Responden Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan
Tahun 2011 ………. 39
Tabel 4.7. Tabel Silang Usia dengan Pengetahuan Responden Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011...………. 39
Tabel 4.8. Tabel Silang Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Responden Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan
Tahun 2011 ………. 40
Tabel 4.9. Tabel Silang Lama Menggunakan Sepeda Motor dengan Pengetahuan Responden Dalam Pengendalian Pencemaran
Udara di Medan Tahun 2011 .………. 40
Tabel 4.10. Tabel Silang Semester dengan Tindakan Responden Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan
Tahun 2011 ………. 41
Tabel 4.11. Tabel Silang Usia dengan Tindakan Responden Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011...………. 41
Tabel 4.12. Tabel Silang Jenis Kelamin dengan Tindakan Responden Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan
Tahun 2011 ……… 42
Tabel 4.13. Tabel Silang Lama Menggunakan Sepeda Motor dengan Tindakan Responden Dalam Pengendalian Pencemaran
Udara di Medan Tahun 2011 .………. 42
Tabel 4.14. Tabel Silang Pengetahuan dengan Sikap Responden Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan
Tahun 2011……….………. 43
Tabel 4.15. Tabel Silang Pengetahuan dengan Tindakan Responden Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011.
Lampiran 2. Master Data Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011.
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian.
ABSTRAK
Pengendalian pencemaran udara adalah upaya atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya pencemaran udara. Seiring dengan berkembangnya peningkatan pembangunan, peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan urbanisasi di perkotaan menyebabkan polusi udara akibat emisi kenderaan bermotor sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Pertambahan jumlah kenderaan bermotor di kota – kota besar di Indonesia berkisar 8–12% per tahun. Pertambahan jumlah kenderaan bermotor di Indonesia didominasi oleh kenderaan bermotor roda dua (72%) urutan kedua adalah mobil penumpang (15%) berikut mobil barang (9%).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian pencemaran udara di Medan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei bersifat deskriptif yang dilakukan pada mahasiswa yang mengendarai sepeda motor dengan total sampling berjumlah 140 orang responden. Data primer dari penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner tentang gambaran pengetahuan, sikap, tindakan mahasiswa tentang pengendalian pencemaran udara. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berada pada kategori baik yaitu sebanyak 117 orang (83,6%), sikap responden berada pada kategori baik yaitu sebanyak 102 orang (72,9%), dan tindakan responden berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 123 orang (87,9%).
Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada PEMA (Pemerintahan mahasiswa) FKM USU agar dilaksanakan suatu upaya edukasi, penyadaran tentang pentingnya pengendalian pencemaran udara dan bekerjasama dalam menjaga kebersihan lingkungan.
ABSTRACT
Air pollution control is the effort or action that can be done to reduce air pollution.With a long the increasing of development, population and urbanization in the cities cause air pollution emissions from motor vehicles that has reached an warning point.The increasing number of motor vehicles in the cities in Indonesia ranges from 8-12% per year.The Increasing number of motor vehicles in Indonesia is dominated by motorcycle (72%), the second is a public transport (15%) followed by a goods car (9%).
This research was done descriptioning of knowledge, attitude and practice of FKM USU students who ride a motorcycle at air pollution control in Medan.
This research was a descriptive survey wich was done to students who ride a motorcycle with 140 respondents. Primary data from this research was gotten by interview using questionnaire. The data wich was taken then was processed, analysed and presented in distribution of frequenty table.
The result of this research reported that the stage knowledge of respondence was in good category containing 117 person (83,6%), the attitude of the respondents was in good category containing 102 people (72.9%), and practice of respondence was in middle of category containing 123 person (87,9%).
Based on this research it is suggested for FKM USU student organization to do an education programme, awareness about the important of controlling air pollution and cooperation in environmental sanitation.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pencemaran lingkungan merupakan masalah penting yang sedang dihadapi
dunia dan Indonesia saat ini, dimana permasalahan pencemaran lingkungan dari tahun
ke tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan, peningkatan
jumlah penduduk dan peningkatan urbanisasi di kota – kota besar. Salah satu
permasalahan lingkungan di kota – kota besar di Indonesia adalah pencemaran udara
yang bersumber dari gas buang kenderaan bermotor, kegiatan industri, transportasi,
pembakaran sampah dan kegiatan rumah tangga (Kusnoputranto, 2005). Polusi
udara akibat emisi kenderaan bermotor sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan.
Tingginya pertambahan jumlah kenderaan bermotor di kota – kota besar di Indonesia
berkisar 8–12% per tahun. Pertambahan jumlah kenderaan bermotor di Indonesia di
dominasi oleh kenderaan bermotor roda dua (72%) urutan kedua adalah mobil
penumpang (15%) berikut mobil barang (9%) (Abubakar, 2005).
Kontribusi pencemaran udara oleh gas buang kenderaan bermotor dari
penggunaan Bahan bakar Minyak (BBM) merupakan yang terbesar (49%) dari total
penggunaan (Ekuwasbang 1997). Penggunaan BBM di Indonesia masih didominasi
oleh penggunaan bensin bertimbal (Timah hitam atau Pb) mengakibatkan semakin
tinggi tingkat pencemaran Pb di udara ambien. Hal ini disebabkan sekitar 70% Pb
yang ada dalam bahan bakar yang di bakar dalam mesin kenderaan akan diemisikan
ke udara. Bahan pencemar yang dikeluarkan oleh kenderaan bermotor selain Pb
mengandung logam berat seperti Pb. Asap hitam yang dikeluarkan kenderaan
bermotor merupakan gambaran parahnya emisi yang dihasilkan oleh kenderaan
bermotor (Kusnoputranto, 2005).
Badan Kesehatan Dunia WHO tahun 2000 melaporkan bahwa penyebab
kematian ratusan ribu anak balita di seluruh dunia diakibatkan buruknya udara yang
dihirup. Di Amerika berdasarkan hasil penelitian Universitas Havard, jumlah
kematian diakibatkan oleh pencemaran udara setiap tahun mencapai 50.000 hingga
1.000.000 orang. Padahal, di Amerika bahan bakar kenderaan bermotor tidak lagi
menggunakan bensin bertimbal (Sardiyoko, 2005).
Tingkat pencemaran udara di Jakarta semakin tinggi. Hal ini tercermin dari
data Indeks Standar Polutan Udara (ISPU) Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat
dalam 22 hari, sedangkan tahun 2003, kota Jakarta dinyatakan sehat dihuni selama
tujuh hari dalam setahun. Penelitian data ISPU itu dilakukan oleh Pusat Sarana
Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal) dan Japan International Corporation
agency (JICA) di 21 titik sample yang tersebar di Jabotabek, selama 2002 – 2004.
Kesimpulan penelitian menunjukkan pencemaran udara mencapai titik kritis. Sumber
dari pencemaran itu adalah emisi gas buang kenderaan bermotor berupa debu dan gas
nitrogen oksida.
Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga mengalami
masalah pencemaran udara. Berdasarkan penelitian Sidabukke (2001), pencemaran
udara oleh debu di terminal terpadu Amplas Medan telah melebihi Baku Mutu Udara
Ambien dimana kadar debu di terminal ini sebesar 2,11 mg/m3. Berdasarkan
0,23 mg/m3. Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan bahwa perilaku supir
angkutan kota yang sering menekan gas sewaktu menunggu penumpang memicu
debu tanah berterbangan ke udara.
Secara umum, kelompok – kelompok masyarakat yang rentan terpapar
dengan pencemaran udara sangat banyak seperti petugas lalu lintas, tukang becak,
supir angkutan kota, pedagang kaki lima, mahasiswa, dan masyarakat awam.
Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat intelektual yang beresiko
terpapar pencemaran udara yang belum diteliti secara khusus tentang pengetahuan,
sikap dan tindakannya terhadap pengendalian pencemaran udara di kota Medan.
Sehingga penelitian ini penting untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan
tindakan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera
Utara (USU) yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian pencemaran udara
di kota Medan.
1.2.Rumusan Masalah
Sehubungan dengan tingginya tingkat pencemaran udara di kota Medan dan
banyaknya jumlah mahasiswa USU pengendara sepeda motor, maka perlu diketahui
pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda
motor terhadap pengendalian pencemaran udara di kota Medan.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa FKM USU
yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian pencemaran udara di kota
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik (Semester, usia, jenis kelamin, Lama
menggunakan sepeda motor, Tahun Kenderaan) mahasiswa FKM USU yang
mengendarai sepeda motor tentang pengendalian pencemaran udara di Medan.
2. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda
motor tentang pengendalian pencemaran udara.
3. Untuk mengetahui sikap mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda motor
tentang pengendalian pencemaran udara.
4. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda
motor terhadap pengendalian pencemaran.
1.4.1. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan penulis di bidang pengendalian pencemaran udara.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa yang
mengendarai sepeda motor untuk menyelaraskan pengetahuan sikap dan tindakan
dalam pengendalian pencemaran udara.
3. Sebagai informasi bagi peneliti lainnya untuk studi yang lebih mendalam
tentang kondisi pencemaran udara di kota Medan.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi FKM sebagai
data base tentang pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa yang mengendarai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan
manusia (Depkes, 2001).
Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara dalam jumlah tertentu serta
berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan
manusia, hewan dan binatang. Bila keadaan seperti tersebut terjadi, maka udara
dikatakan telah tercemar, kenyamanan hidup terganggu (Wardhana, 2004).
2.2. Sumber Pencemaran Udara
Secara umum sumber pencemaran udara ada 2 macam , (Wardhana, 2004) :
1. Berasal dari faktor internal atau alamiah, antara lain:
a. Debu yang beterbangan akibat ditiup angin
b. Debu yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi berikut gas–gas vulkanik.
c. Proses pembusukan sampah–sampah organik
2. Berasal dari faktor eksternal ( karena perbuatan manusia ) :
a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil
b. Debu / serbuk kegiatan industri
c. Pemakaian zat–zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Pencemaran udara oleh partikel yang berasal dari alam seringkali dianggap
kenyamanan hidup maka hal tersebut akan dianggap sebagai musibah bencana alam.
Pencemaran partikel yang berasal dari alam yang pernah tercatat sebagai suatu
kejadian hebat adalah pencemaran partikel letusan gunung Krakatau. Pencemaran
udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih
bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke
udara kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah
barang tentu akan bergantung pada keadaan geografi dan meteorologi setempat
(Wardhana, 2004).
2.3. Bahan Pencemar Udara
Pengaruh udara yang langsung, terjadi karena proses pernapasan dan kontak
seluruh tubuh ke udara. Pengaruh udara terhadap kesehatan sangat ditentukan oleh
komposisi kimia, biologis maupun fisis udara. Pada keadaan normal, sebagian besar
udara terdiri atas oksigen dan nitrogen (90%). Tetapi, aktifitas manusia dapat
mengubah komposisi kimiawi udara sehingga terjadi peningkatan konsentrasi zat–zat
kimia yang sudah ada. Aktifitas manusia yang menjadi sumber pencemaran udara
adalah buangan industri, kenderaan bermotor dan pembakaran di rumah–rumah
maupun di ladang–ladang. Pengaruh terhadap terhadap kesehatan akan tampak bila
kadar zat pencemar meningkat sedemikian rupa sehingga timbul penyakit pada
manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada kadar demikian udara disebut telah tercemar.
Zat–zat pencemar di udara sebagai akibat aktifitas manusia dapat digolongkan pada :
2.3.1. Zat Fisis Pencemar Udara
Zat fisis yang sering dijumpai pada bidang transportasi di jalan raya adalah
kebisingan. Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki
ataupun yang merusak kesehatan. Saat ini, kebisingan merupakan salah satu
penyebab penyakit lingkungan. Di Indonesia yang masih terus membangun, taraf
kebisingan akan terus meningkat, terutama di jalan raya dan industri. Kemajuan
industri dan teknologi di tandai dengan pemakaian mesin–mesin yang dapat
mengolah dan memproduksi bahan maupun barang yang dibutuhkan manusia secara
cepat. Untuk membantu mobilitas manusia dalam melaksanakan tugasnya maka
digunakan alat – alat transportasi bermesin, baik di udara, laut maupun darat. Selain
dari pada itu, untuk mencukupi segala sarana dan prasarana, digunakan pula peralatan
bermesin untuk keperluan membangun konstruksi fisik (Wardhana, 2004).
Menurut Suma’mur ( 1995 ) ada beberapa jenis kebisingan yang sering
ditemukan :
1. Kebisingan kontiniu dengan spectrum frekwensi luas, seperti suara yang
dihasilkan oleh mesin – mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.
2. Kebisingan kontiniu dengan spectrum frekwensi sempit, seperti suara gergaji
sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus, seperti suara lalu lintas, suara lapangan terbang
dan lain-lain.
4. Kebisingan impulsif, seperti suara pukulan palu, tembakan bedil atau meriam,
ledakan dan lain-lain.
Kebisingan di jalan raya ( hirukpikuk ), mencapai intensitas kebisingan 80
-100 dB yang digolongkan sangat hiruk. Pada umumnya, kebisingan bernada tinggi
sangat menggangu lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara
tiba-tiba dan tak terduga.
2.3.2. Zat Kimia Pencemar Udara.
Adapun zat-zat kimia yang mencemari udara adalah sebagai berikut :
1. Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas 1920C. Komponen
ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut dalam air. Karbon
Monoksida di alam terbentuk di salah satu proses sebagai berikut (Wardhana, 2004) :
a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung
karbon.
b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada
suhu tinggi.
c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan
oksigen.
Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon maupun komponen yang
mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah
yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna, dimana dihasilkan karbon dioksida.
Reaksi pembentukan karbon monoksida lebih cepat daripada reaksi pembentukan
karbon dioksida, sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas
masih ada bahan bakar (karbon) yang tidak berhubungan dengan oksigen, keadaan ini
menambah besar kemungkinan terbentuknya gas karbon monoksida yang terjadi pada
suhu tinggi. Selain itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dengan
suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian gas karbon dioksida menjadi gas
karbon monoksida. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas karbon
dioksida yang terurai menjadi gas karbon monoksida dan oksigen semakin banyak
(Fardiaz, 2003).
2. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen Oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen
mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat
gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak
berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan, berbau tajam dan menyengat.
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi
daripada daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena
bebagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar
NOx di udara, seperti transportasi, generator listrik, pembuangan sampah dan lain–
lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil
pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik atau mesin – mesin yang
menggunakan bahan bakar gas (Wardhana, 2004).
3. Sulphur Oksida (SOx)
Gas sulfur oksida atau belerang oksida sering ditulis dengan SOx terdiri
atas gas SO2 dan gas SO3 yang mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan
bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat (H2SO4).
Asam sulfat mudah bereaksi dengan benda–benda lain yang mengakibatkan
kerusakan seperti proses korosi (karat) dan proses kimia lainnya.
Konsentrasi gas SO2 di udara akan mudah terdeteksi oleh indera penciuman
manusia pada konsentrasi antara 0,3–1 ppm. Gas buangan hasil pembakaran
mengandung gas SO2 lebih banyak daripada gas SO3. Pencemaran SO3 di udara
terutama berasal dari pemakaian batu bara pada kegiatan industri dan transportasi
(Wardhana, 2004).
4. Hidrokarbon (HC)
HC berasal dari proses alamiah dan buatan manusia. Secara alamiah HC
diproduksi oleh tanaman, dekomposisi zat organic. Sumber alamiah bagi HC adalah
sumur-sumur minyak dan gas bumi. Tanaman, terutama pohon, seperti genus citrus
dan famili Coniferae memproduksi HC, yang merupakan bagian dari minyak esensial
bagi tumbuhan (Soemirat, 2000).
Sumber utama HC adalah asap kenderaan bermotor. HC total yang ada di
atmosfer menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalulintas. HC adalah
pencemar udara yang dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Dinamakan HC
karena penyusun utamanya adalah atom karbon dan atom hydrogen yang dapat terikat
(tersusun) secara ikatan lurus (ikatan rantai) atau terikat secara ikatan cincin (ikatan
tertutup) (Fardiaz, 2003).
Keadaan HC sebagai bahan pencemar di udara dapat berupa gas apabila HC
termasuk suku rendah, berupa cairan bila HC termasuk suku sedang, atau berupa
bersama gas–gas hasil buangan lainnya. Jika berupa cairan HC akan membentuk
semacam kabut minyak yang sangat mengganggu. HC yang keluar berupa padatan
akan membentuk asap pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu. Dalam
keadaan seperti ini HC termasuk kelompok pencemar partikel
(Wardhana, 2004).
5. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus dan
tersuspensi di udara atau pencemar udara yang dapat berada bersama–sama dengan
bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau
sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam
pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan
maka pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk. Mulai dari bentuk
yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit dan kompleks yang kesemuanya
merupakan bentuk pencemaran udara berikut ini (Wardhana, 2004) :
a. Aerosol adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang
terhambur dan melayang di udara.
b. Fog atau kabut adalah aerosol yang berupa butiran–butiran air yang berada di
udara.
c. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan
dan cairan yang terhambur melayang di udara.
d. Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan
e. Mist artinya mirip dengan kabut. Penyebabnya adalah butiran–butiran zat cair
yang terhambur dan melayang di udara.
f. Fume artinya mirip dengan asap, hanya saja penyebabnya adalah aerosol yang
berasal dari kondensasi uap panas (khususnya uap logam)
g. Plume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri (pabrik)
h. Haze adalah setiap bentuk aerosol yang mengganggu pandangan di udara.
i. Smog adalah bentuk campuran antara smoke dan fog. Istilah ini banyak
digunakan di Inggris dan Amerika, sehingga ada istilah London Smog dan
Los Angeles Smog.
j. Smaze adalah istilah yang banyak dipakai di Amerika (khususnya New York)
untuk mengartikan campuran antara Smoke dan haze.
2.4. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan
Dampak pencemaran udara tidak hanya berpengaruh dan berakibat kepada
lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap kehidupan
tanaman, hewan dan juga manusia. Menurut WHO dalam Sujardi (1996), efek
kesehatan dari bahan pencemar udara adalah sebagai berikut :
1. Suspended Particulates dapat masuk ke paru dan dalam waktu yang lama
dapat mengiritasi bronchus (Saluran napas)
2. SO2 diserap selama bernapas, mengakibatkan iritasi saluran napas dengan
kemungkinan spasme bronchus
3. Asam sulfur terjadi karena reaksi SO2 di udara, sangat mengiritasi. Mungkin
4. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) terutama diabsorbsi dan dapat masuk
ke paru. Zat ini di duga berperan utama bagi terjadinya peningkatan kanker paru
di beberapa daerah perkotaan.
Ketiga bahan pencemar (Suspended particulates, SO2, Asam Sulfur)
menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai London Smog Complex. Dalam jangka
pendek mengakibatkan penyakit pada pasien yang mempunyai kelainan saluran
napas, pengurangan fungsi paru (kapasitas vital paru) dan dapat menyebabkan
kematian. Dalam jangka panjang meningkatkan frekwensi infeksi penyakit
pernapasan pada anak dan gejala penyakit saluran napas pada orang dewasa.
Dengan memperkirakan makin mudahnya tiap orang memiliki kenderaan
pribadi, maka situasi pencemaran udara di waktu mendatang makin meningkat. Emisi
gas buang kenderaan bermotor diyakini mengakibatkan gangguan kesehatan
masyarakat. Gangguan yang lazim dikenal akibat emisi gas buang kenderaan
bermotor ini adalah : gangguan saluran pernapasan, sakit kepala, iritasi mata, menjadi
pemicu serangan asma, penyakit jantung dan penurunan kualitas intelegensia pada
anak–anak. Beberapa penelitian terakhir menemukan bahwa gas buang kenderaan
bermotor juga menyebabkan kanker. Terjadinya pencemaran udara oleh sektor
transportasi adalah akibat penggunaan bahan bakar yang dipergunakan sebagai
penggerak bagi kenderaan yang menjadi sarana utama sektor transportasi tersebut.
Penguapan bahan bakar, sistem ventilasi mesin dan yang terutama adalah buangan
dari knalpot hasil pembakaran bahan bakar yang merupakan pencampuran ratusan gas
dan aerosol menjadi penyebab utama keluarnya berbagai pencemar dari sektor
Perkiraan persentasi komponen pencemar udara di Indonesia yang
bersumber dari transportasi dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Perkiraan Persentase Komponen Pencemar Udara Dari Sumber Transportasi di Indonesia
No Komponen Pencemar Persentase
1. CO 70,50 %
2 Nox 8,89 %
3 Sox 0,88 %
4 HC 18,34 %
5 Partikel 1,33 %
Total 100 %
Dikutip dari Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan
Dampak polutan pencemar yang dihasilkan oleh sektor transportasi adalah :
1. Karbon monoksida (CO) dan Karbon dioksida ( CO2 )
Setiap pembakaran atau peledakan sesunguhnya cenderung untuk
menghasilkan gas CO. Sekitar 5% Pembakaran gas alam atau minyak bumi bisa
menghasilkan CO. Nilai ambang batas untuk CO adalah 100 bds atau 100 mg per
meter kubik udara. Kadar CO diatas 4000 bds menyebabkan kematian yang sangat
cepat. Gas ini akan berikatan dengan Hb darah membentuk karboksihemoglobin,
yang tidak dapat lagi mengikat oksigen untuk keperluan sel–sel dari jaringan.
Gejala–gejala utama keracunan CO adalah sesak napas, warna merah dan
terang dari selaput lendir dan apabila keracunan berat dapat disertai dengan tak
sadarkan diri. Keracunan CO biasanya akut sedangkan yang disebut keracunan kronis
adalah akumulasi kerusakan–kerusakan oleh CO dengan kadar rendah yang dihirup
udara, ventilasi keluar untuk hawa pembakaran yang terjadi pada alat–alat pemanas,
tungku–tungku, dapur–dapur dan lain–lainnya (Suma’mur, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian para ahli pada tahun 1980, kadar karbon
dioksida pada lapisan atmosfir bumi tercatat sebesar 335 ppm. Kadar karbon dioksida
ini sudah jauh lebih tinggi dari kadar karbon dioksida sekitar 100 tahun yang lalu,
yang hanya sebesar 290 ppm. Atas dasar ini para ahli memperkirakan bahwa setiap
40 tahun akan terjadi perubahan iklim di muka bumi ini. Perubahan iklim tersebut
antara lain di tandai dengan naiknya suhu bumi sebesar 0,5 oC setiap 40 tahunnya.
Apabila kenaikan kadar CO tidak dicegah maka bencana karena kenaikan suhu bumi
dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Mengingat akan hal ini maka
para ahli mulai memikirkan pemakaian energi yang bersih tanpa menimbulkan gas
karbon dioksida. Pemikiran tersebut antara lain dengan pemanfaatan panas bumi
(geothermal) untuk membangkitkan tenaga listrik. Usaha ini juga dicoba untuk tenaga
air, angin, konversi gradient panas laut, matahari dan nuklir.
Selain dari pada itu, kenaikan suhu bumi dapat juga disebabkan oleh efek
rumah kaca atau greenhouse effect. Efek rumah kaca dapat terjadi karena
meningkatnya jumlah karbon dioksida diudara. Karbon dioksida dari tahun ke tahun
terus meningkat, seiring dengan makin banyaknya penggunaan bahan bakar fosil
untuk mencukupi keperluan energi dunia. Karbon dioksida hasil pembakaran bahan
bakar fosil akan berkumpul pada lapisan tertentu atmosfir bumi, membentuk
semacam “perisai”. Adanya perisai ini menyebabkan panas yang keluar dari bumi
tidak dapat keluar dengan bebas dari lapisan atmosfir, namun dikembalikan lagi ke
terhadap panas dari bumi. Panas bumi yang dipantulkan kembali ke bumi akan
menaikkan suhu bumi. Hal inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca (Soemirat,
2000).
2. Nitrogen Oksida (NOx)
NO dan NO2 dapat merusak kesehatan manusia dan lingkungannya, NO
mempunyai kemampuan membatasi kadar oksigen dalam darah, seperti CO. Juga
mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Jika NO2 bertemu dengan uap air
di udara atau dalam tubuh manusia akan terbentuk HNO3 yang sangat merusak tubuh.
Karena itulah NO2 akan terasa perih jika mengenai mata, hidung dan saluran napas.
Jika dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian (Soemirat,2000).
Faktor emisi gas buang kendaraan bermotor menyumbang nitrogen oksida
185 pon/1000 galon. Kadar gas nitrogen oksida naik seiring dengan meningkatnya
lalu lintas yang disebabkan meningkatnya jumlah kenderaan bermotor, dan sinar
ultraviolet dari matahari yang merubah NO menjadi NO2. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Martono dan Ninik sulistiyani, tentang kondisi pencemaran gas
nitrogen dioksida di Jakarta terbukti bahwa tingginya intensitas lalu lintas kenderaan
bermotor berpengaruh terhadap naiknya kadar gas NO2 pada udara ambien di Jakarta
(Martono, 2004)
3. Sulphur Dioksida (SO2)
Pengaruh SO2 pada manusia telah banyak diperbincangkan dalam kalangan
kedokteran. Jika konsentrasi SO2 naik, orang mula merasa terganggu. Kadar 6 bpj
SO2 akan melumpuhkan dan merusak organ pernapasan. Karena itu, kadar SO2 di
bernapas, maka udara akan masuk ke dalam pipa kapiler dalam paru–paru yang amat
luas, diduga 25 kali lebih luas dari permukaan kulit kita. Setiap permukaan jaringan
yang dilalui udara mengandung uap air yang mudah sekali bereaksi dengan SO2.
Jika SO2 bereaksi dengan kabut berisi uap air akan membentuk asam sulfat.
Kedua zat ini berbahaya terhadap kesehatan manusia dan memudahkan barang logam
berkarat. Asam yang terbentuk di awan akan turun ke tanah dan akan menimbulkan
malapetaka bagi tanaman. Tanaman rendah akan lebih dahulu menderita. Senyawa
H2SO3 dan H2SO4 juga menyerang setiap permukaan logam, termasuk rel kereta api
dan kenderaan sampai pagar halaman. Bahkan akan merusak batu–batuan, candi,
genteng bahkan granit. Belerang dioksida menyebabkan warna barang berubah dan
menjadi rapuh. Misalnya barang–barang dari plastik, karet, kertas dan lain sebagainya
(Soemirat, 2000).
4. Hidrokarbon ( HC )
Pencemaran udara oleh HC berasal dari HC yang berupa gas, apabila HC
tersebut termasuk suku rendah, berupa cairan bila HC termasuk suku sedang, atau
berupa padatan apabila termasuk suku tinggi. Apabila HC berupa gas maka akan
tercampur bersama gas–gas hasil buangan lainnya. Jika berupa cairan HC akan
membentuk semacam kabut minyak yang sangat mengganggu. Kalau HC yang keluar
berupa padatan, maka HC padat tersebut akan membentuk asap hitam dan akhirnya
menggumpal menjadi debu. Dalam keadaan seperti ini HC termasuk kelompok
pencemar partikel (Wardhana, 2004).
HC dalam jumlah sedikit tidak begitu membahayakan kesehatan manusia,
banyak dan tercampur dengan bahan pencemar lain maka toksiknya akan meningkat.
Sifat toksik HC akan lebih tinggi jika berupa bahan pencemar gas, cairan dan
padatan. Karena padatan HC dan HC dalam bentuk cairan akan membentuk ikatan–
ikatan baru dengan bahan pencemar lainnya yang disebut Polycyclic Aromatic
Hydrocarbon (PAH). Pada umumnya PAH ini merangsang terbentuknya sel–sel
kanker bila terhisap masuk ke dalam paru–paru. PAH banyak terdapat di daerah
industri dan daaerah yang padat lalu lintasnya. Sumber utama timbulnya PAH adalah
gas buangan hasil pembakaran fosil (wardhana, 2004).
Senyawa benzopirena adalah senyawa karbon yang terdapat dalam
tembakau. Asap rokok mengandung benzopirena yang menyebabkan kanker.
Penduduk kota setiap hari menghisap benzopirena dari udara sebanding dengan
benzopirena yang terdapat dalam 7 batang rokok. Benzopirena yang terdapat di udara
kebanyakan disebabkan pembakaran batu bara. Sekitar 10% keluar dari knalpot
kenderaan bermotor, sedikit dari ter atap atau aspal jalan. Di udara terdapat sedikitnya
lima senyawa hidrokarbon lain yang dapat menyebabkan kanker (Sastrawijaya,
2000).
Kebanyakan senyawa hidrokarbon yang didapat adalah metan. Selain itu
didapat sekitar 10 senyawa hidrokarbon lainnya, dalam jumlah cukup banyak.
Sekalipun hidrokarbon tersebut merupakan gas yang toksik bagi manusia, dalam
situasi udara bebas, tidak menimbulkan masalah yang serius, kecuali bagi mereka
yang terpapar jelaga yang mengandung hidrokarbon. Apabila pemaparan terjadi
berulangkali dan berlangsung cukup lama, maka resiko terjadinya kanker menjadi
udara mengalami reaksi fotokimia sehingga dapat berubah menjadi zat–zat yang lebih
berbahaya daripada asalnya. Seperti terbentuknya Peroxy Acetyl Nitrat (PAN), keton
dan aldehida (Soemirat, 2000).
5. Timah Hitam (Pb)
Pembakaran bahan bakar bensin akan terus meningkat sebesar 6-8%
pertahun. Timah hitam atau timbal bersifat neurotoksik yang masuk kedalam tubuh
manusia atau hewan akan terakumulasi sehingga bahayanya terhadap tubuh makin
meningkat. Penelitian tentang kadar Pb dalam darah dilakukan di Jakarta pada tahun
1991 menunjukkan kadar yang cukup tinggi (30 mikrogram per desiliter) pada
beberapa golongan masyarakat tertentu, khususnya masyarakat yang bermukim di
daerah padat lalu lintas. Sedangkan penelitian serupa sebelumnya dilakukan oleh
Universitas Padjajaran Bandung, hasilnya menunjukkan kadar Pb dalam darah polisi
lalulintas di Jakarta adalah yang paling tinggi, disusul oleh pengemudi taksi
(Kusnoputranto, 2005).
Pb dan senyawanya mempengaruhi sistem saraf pusat. Ciri–ciri keracunan
Pb adalah pusing, kehilangan selera makan, sakit kepala, anemia, sukar tidur, lemah
dan keguguran. Bahaya paling besar adalah terhadap sel darah merah. Pb dapat
mengubah ukuran dan bentuk sel darah merah. Keracunan Pb yang akut dapat
menyebabkan pingsan dan mati. Pb merupakan racun yang bersifat akumulatif
(Soemirat, 2000).
Pemantauan kualitas udara di Jakarta menunjukkan bahwa kadar Pb sudah
melampaui baku mutu udara yang ditetapkan WHO, maupun baku mutu udara
Pengendalian Pencemaran Udara. Penelitian lain menunjukkan bahwa Pb yang
terkandung dalam bahan bakar bensin yang teremisikan ke udara, dapat menyebabkan
penurunan tingkat kecerdasan (IQ) pada anak–anak Indonesia dan menjadi faktor
penyebab terjadinya jantung koroner pada orang dewasa. Sebagai gambaran,
penambahan kadar Pb dalam darah anak–anak sebesar 10 mikrogram per desiliter
dapat mengurangi 2,5 nilai IQ dan angka ini meningkat setiap tahunnya, seiring
dengan akumulasi Pb di lingkungan. Hampir dapat dipastikan bahwa dampak teburuk
dari adanya Pb dalam bahan bakar bensin adalah hancurnya generasi muda bangsa
Indonesia (Soemarwoto, 2001)
2.5. Perilaku
Menurut Sarwono (2004), Perilaku manusia adalah hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari dalam dan luar
dirinya dan dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang dapat diamati secara
langsung maupun dengan menggunakan alat.
Manusia adalah makhluk yang unik, perilaku manusia sangatlah kompleks
dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom dalam Notoatmodjo (2003)
membedakan ranah perilaku dalam tiga ranah yaitu : ranah kognitif (menyangkut
kesadaran atau pengetahuan), ranah afektif (sikap,emosi), dan ranah psikomotorik
(tindakan/gerakan). Menurut Guilbert yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) perilaku
dibagi menjadi tiga bidang (domain) yaitu bidang pengetahuan (kognitif domain),
2.5.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga dapat di defenisikan
sebagai sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh dari proses belajar
semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,
baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih lama bertahan/langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).
Asosiasi Psikologi Amerika berpendapat bahwa dalam tidaknya
pengetahuan seseorang terhadap penguasaan materi dapat digolongkan dalam enam
tingkatan. Tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai Domain on the taxonomy of
educational objectives yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
1. Tahu, didefenisikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari rangsangan yang telah diterimanya.
2. Memahami, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
4. Analisa, didefenisikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.
5. Sintesis, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi, didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan pada kriteria yang telah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
2.5.2. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Disebutkan juga
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Sarwono (2004) sikap merupakan
pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului
tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat
atau mengalami sendiri suatu objek.
Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecendrungan untuk bertingkah
laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon
yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan. Selain itu, Sikap
adalah kecenderungan untuk berespon baik secara positif atau negatif terhadap orang
tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku, tapi sikap juga selalu
tercermin dari perilaku seseorang (Sarwono, 2004).
Menurut Ahmadi dalam Notoatmodjo (2003) sikap dibedakan menjadi:
1. Sikap positif, yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima atau
mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu
berada.
2. Sikap negatif, yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui
terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap
suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan
hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.
2.5.3. Tindakan
Menurut Notoatmojdo (2003) tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari
tubuh setelah mendapatkan rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun
lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan
oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Secara logis, sikap dapat dicerminkan dalam bentuk tindakan namun tidak
dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Suatu
sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor dukungan dari berbagai
pihak.
Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
2. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan
yang lalu (recall). Pengukuran dapat juga dilakukan secara langsung yakni dengan
2.6. Kerangka Konsep
Karakteristik mahasiswa :
-
Semester-
Usia-
Jenis Kelamin-
Lama menggunakan sepeda motor-
Usia KenderaanPerilaku mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian
pencemaran udara
-
Pengetahuan-
SikapBAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei yang bersifat
deskriptif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :
1. Fakultas kesehatan Masyarakat merupakan wadah untuk mempelajari berbagai
aspek masalah kesehatan yang ada di masyarakat salah satunya pencemaran
udara.
2. Penulis ingin mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa
FKM USU pengendara sepeda motor dalam pengendalian pencemaran udara di
Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Pebruari-Maret 2011.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah mahasiswa Strata 1 yang mengendarai sepeda motor dari
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi atau Total
sampling.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan survei lapangan melalui wawancara memakai
kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya kepada mahasiswa FKM USU.
3.5Definisi Operasional
1. Pengetahuan dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami
mahasiswa mengenai pengendalian pencemaran udara.
2. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku,
dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang
sudah dalam pertimbangan oleh mahasiswa dalam pengendalian pencemaran
udara.
3. Tindakan adalah bentuk perbuatan nyata dari mahasiswa/i dalam pengendalian
pencemaran udara.
4. Mahasiswa FKM adalah mahasiswa yang mengendarai sepeda motor dan terdaftar
di FKM USU.
5. Umur adalah usia responden yang terhitung sejak dilahirkan hingga saat
penelitian dilaksanakan.
6. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin responden baik laki-laki maupun perempuan.
7. Lama menggunakan sepeda motor adalah rentang waktu responden mulai
menggunakan sepeda motor hingga saat pengisian kuisioner.
9. Pengendalian Pencemaran Udara adalah upaya yang dilakukan mahasiswa yang
mengendarai sepeda motor untuk mengurangi pencemaran udara.
3.6Aspek Pengukuran
Pratomo dan Sudarti (1990) mengatakan skala pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui data tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang
pengendalian pencemaran udara adalah sebagai berikut :
1. Kategori baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar > 75% dari
seluruh skor yang ada
2. Kategori sedang, apabila responden dapat menjawab dengan benar 40-75% dari
seluruh skor yang ada
3. Kategori kurang apabila responden mendapat nilai < 40% dari seluruh skor yang
ada.
3.6.1. Pengetahuan
Pertanyaan pengetahuan tentang pengendalian pencemaran udara sebanyak
14 buah pertanyaan dengan total skor 28. Untuk pertanyaan nomor 1,3,4,6,7,8,10,12
dan 14 pilihan jawaban (a) skornya adalah 2, pilihan jawaban (b) skornya adalah 1,
dan untuk pilihan jawaban (c) skornya adalah 0. Sedangkan ntuk pertanyaan nomor
2,5,9,11 dan 13 pilihan jawaban (a) skornya adalah 0, pilihan jawaban (b) skornya
adalah 1, dan pilihan jawaban (c) skornya adalah 2.
Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat
dikategorikan berdasarkan skala likert (Pratomo, 1990 dalam Lesnauli, 2008):
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila responden mampu menjawab pertanyaan
dengan total skor > 21
b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila responden mampu menjawab pertanyaan
dengan total skor 12-21
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila responden mampu menjawab pertanyaan
dengan total skor < 12
3.6.2. Sikap
Untuk pertanyaan sikap tentang pengendalian pencemaran udara sebanyak 14
buah dengan total skor 14.Untuk pertanyaan no : 1,2,3,5,6,9,10,12, dan 14 jawaban
setuju skornya adalah 1,jawaban tidak setuju skornya adalah 0. Sedangkan untuk
pertanyaan
no : 4,7,8,11, dan 13 jawaban setuju skornya adalah 0 dan jawaban tidak setuju
skornya adalah 1.
Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Sikap baik, apabila responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor
> 11
b. Sikap sedang, apabila responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total
skor 6-11
c. Sikap kurang, apabila responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total
skor < 6
3.6.3. Tindakan
Untuk pertanyaan tindakan tentang pengendalian pencemaran udara sebanyak
jawaban Ya skornya adalah 1, pilihan jawaban Tidak skornya adalah 0. Sedangkan
untuk pertanyaan 2,4,5,11,12 dan 13 pilihan jawaban Ya skornya adalah 0, dan
pilihan jawaban Tidak skornya adalah 1.
Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :
a.Tindakan baik, apabila responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total
skor > 11
b.Tindakan sedang, apabila responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total
skor 6-11
c.Tindakan kurang, apabila responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total
skor < 6
3.7. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan
kuesioner, dianalisa secara deskriptif yang disertai dengan bahasan dan kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN4.1. Gambaran Umum Penelitian
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran (PSKM
FK-USU) diresmikan Rektor USU pada tanggal 31 Juli 1985.Berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.0376/O/1993 tanggal 21
Oktober 1993 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran USU
Medan berubah menjadi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 25 Januari
1994 sebagai fakultas yang ke 10 di USU.
Program Studi S1 FKM USU memiliki beberapa departemen :
a. Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan
b. Departemen Kependudukan Dan Kesehatan Reproduksi
c. Departemen Biostatistika Dan Informasi Kesehatan
d. Departemen Epidemiologi
e. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
f. Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
g. Departemen Kesehatan Lingkungan
h. Departemen Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku
Mahasiswa Program Studi S1 FKM USU berasal dari tamatan SMU/sederajat
Jumlah mahasiswa Program Studi S1 FKM USU pada tahun 2011 untuk
Program Reguler 775 orang dan Program Ekstensi sebanyak 282 orang. Jumlah total
mahasiswa Program Studi S1 FKM USU adalah 1057 orang.
4.2. Data Umum Responden
4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
Adapun karakeristik responden dalam penelitian ini adalah semester, usia,
jenis kelamin, lama menggunakan sepeda motor dan usia kenderaan. Distribusi
responden dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di FKM USU Tahun 2011
No Karakteristik Responden Frekuensi (n=140)
4 Lama Menggunakan Sepeda Motor
1-3 Tahun 4-6 Tahun 7-9 Tahun
Lebih dari 10 Tahun
42
Lebih dari 5 Tahun
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa dari 140 responden yang diteliti
persentase paling banyak adalah mahasiswa semester 1 yaitu 37,1%, sebagian besar
berusia antara 16-25 tahun yaitu sebanyak 76,4%, berjenis kelamin perempuan
sebanyak 55%, sudah mengendarai sepeda motor selama 5 tahun sebanyak 17,9%,
dan kenderaan berusia 2 tahun sebanyak 37,1%.
4.3. Data Perilaku Responden 4.3.1. Pengetahuan Responden
Pengetahuan responden yaitu kemampuan responden dalam hal pemahaman
terhadap pengendalian pencemaran udara, dapat di lihat pada tabel 4.2. berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor Dalam Pengendalian
4 Mengetahui dampak pencemaran udara terhadap lingkungan
1 0,7 3 2,1 136 97,1
5 Mengetahui cara mencegah terhirup udara tercemar 0 0 38 27,1 102 72,9
6 Mengetahui bagian kenderaan yang berpengaruh terhadap pencemaran udara
17 12,1 7 5 116 82,9
7 Mengetahui penyebab dominan pencemaran udara 0 0 10 7,1 130 92,9
8 Mengatahui peraturan pemerintah yang mengatur kadar emisi gas buang kenderaaan bermotor
40 28,6 36 25,7 64 45,7
9 Mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan pengendara sepeda motor untuk mengurangi pencemaran udara
1 0,7 30 21,4 109 77,9
10 Mengetahui batasan suara bising yang dapat ditoleransi oleh pendengaran
1 0,7 8 5,7 131 93,6
11 Mengetahui intensitas suara yang tidak diperbolehkan untuk telinga tanpa pelindung
32 22,9 16 11,4 92 65,7
12 Mengetahui jumlah minimal timbal dalam darah yang menyebabkan keracunan
47 33,6 43 30,7 50 35,7
13 Mengetahui dampak langsung pencemaran udara terhadap kesehatan
1 0,7 2 1,4 137 97,9
14 Mengetahui jenis makanan yang dapat meminimalisir efek timbal terhadap tubuh.
Keterangan :
1. Skor 0 berarti responden tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan. 2. Skor 1 para responden mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan namun
tidak secara detail atau hanya mengetahui secara umum
3. Skor 2 adalah skor tertinggi bagi para responden yang dapat menjawab pertanyaan secara benar dan detail.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 140 responden 97,9%
mengetahui pengertian udara tercemar, 69,3% Mengetahui bahan pencemar udara,
90,7% Mengetahui sumber pencemaran udara, 97,1% Mengetahui dampak
pencemaran udara terhadap lingkungan, 72,9% Mengetahui cara mencegah terhirup
udara tercemar,
82,9% Mengetahui bagian kenderaan yang berpengaruh terhadap pencemaran udara,
92,9% Mengetahui penyebab dominan pencemaran udara, 45,7% Mengatahui
peraturan pemerintah yang mengatur kadar emisi gas buang kenderaaan bermotor,
77,9% Mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan pengendara sepeda motor untuk
mengurangi pencemaran udara, 93,6% Mengetahui batasan suara bising yang dapat
ditoleransi oleh pendengaran, 65,7% Mengetahui intensitas suara yang tidak
diperbolehkan untuk telinga tanpa pelindung, 35,7% Mengetahui jumlah minimal
timbal dalam darah yang menyebabkan keracunan, 97,9% Mengetahui dampak
langsung pencemaran udara terhadap kesehatan, 33,6% Mengetahui jenis makanan
yang dapat meminimalisir efek timbal terhadap tubuh.
4.3.2. Sikap Responden
Sikap responden adalah reaksi atau respon dari responden terhadap
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011
Setuju Tidak Setuju Jumlah No Sikap
n % n % n %
1 Udara yang tercemar adalah udara yang mengandung bahan atau zat asing akibat kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungannya
140 100 0 0 140 100
2 Debu, asap, CO, SO2, NO, Pb dan
kebisingan merupakan bahan pencemar udara
133 95 7 5 140 100
3 Asap kenderaan bermotor, asap rokok, asap pabrik, dan asap pembakaran merupakan sumber pencemaran udara
140 100 0 0 140 100
4 Kebakaran, tanah longsor dan banjir merupakan dampak pencemaran udara terhadap lingkungan.
23 16,4 117 83,6 140 100
5 Menggunakan masker, menghindari
daerah kemacetan merupakan pencegahan dari terhirup udara tercemar.
140 100 0 0 140 100
6 Mesin, knalpot kenderaan dan bahan bakar merupakan bagian kenderaan yang berpengaruh terhadap pencemaran udara
131 93,6 9 6,4 140 100
7 Asap rokok merupakan penyebab
dominan terjadinya pencemaran udara di kota Medan.
7 5 133 95 140 100
8 Untuk mengendalikan pencemaran udara pemerintah mengatur kadar emisi gas buang kenderaan bermotor dengan PP No.43 Tahun 1999.
42 30 98 70 140 100
9 Servis mesin secara berkala,
menggunakan knalpot standar dan menggunakan bahan bakar rendah timbal merupakan hal yang dapat mengendalikan pencemaran udara.
137 97,9 3 2,1 140 100
10 Kebisingan yang dapat ditoleransi oleh pendengaran manusia adalah 60-80 dB
137 97,9 3 2,1 140 100
11 Intensitas kebisingan 90-100 dB dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada manusia
97 69,3 43 30,7 140 100
12 Konsentrasi timbal yang tinggi di udara menurunkan tingkat kecerdasan anak.
137 97,9 3 2,1 140 100
13 Leukimia, Tuberkulosis, asma, gangguan pencernaan merupakan dampak langsung dari pencemaran udara terhadap manusia
9 6,4 131 93,6 140 100
14 Mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalsium yang tinggi dapat meminimalisir efek timbale terhadap manusia.
88 62,9 52 37,1 140 100
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat 100% responden yang diteliti setuju
akibat kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan
lingkungannya. 95% setuju bahwa debu, asap, CO, SO2, NO, Pb dan kebisingan
merupakan bahan pencemar udara. 100% setuju bahwa asap kenderaan bermotor,
asap rokok, asap pabrik, dan asap pembakaran merupakan sumber pencemaran udara.
83,6% tidak setuju jika kebakaran, tanah longsor dan banjir merupakan dampak
pencemaran udara terhadap lingkungan.100% setuju bahwa menggunakan masker,
menghindari daerah kemacetan merupakan pencegahan dari terhirup udara tercemar.
93,6% setuju bahwa mesin, knalpot kenderaan dan bahan bakar merupakan bagian
kenderaan yang berpengaruh terhadap pencemaran udara. 95% tidak setuju jika asap
rokok merupakan penyebab dominan terjadinya pencemaran udara di kota Medan.
70% tidak setuju jika untuk mengendalikan pencemaran udara pemerintah mengatur
kadar emisi gas buang kenderaan bermotor dengan PP No.43 Tahun 1999. 97,9%
setuju bahwa Servis mesin secara berkala, menggunakan knalpot standar dan
menggunakan bahan bakar rendah timbal merupakan hal yang dapat mengendalikan
pencemaran udara. 97,9% setuju bahwa kebisingan yang dapat ditoleransi oleh
pendengaran manusia adalah 60-80 dB. 69,3% setuju bahwa intensitas kebisingan
90-100 dB dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada manusia. 97,9% setuju
bahwa konsentrasi timbal yang tinggi di udara menurunkan tingkat kecerdasan anak.
93,6% tidak setuju jika leukimia, tuberkulosis, asma, gangguan pencernaan
merupakan dampak langsung dari pencemaran udara terhadap manusia. 62,9% setuju
bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium yang tinggi dapat
4.3.3. Tindakan Responden
Tindakan responden adalah bentuk perbuatan atau aktivitas nyata dari
responden terhadap pengendalian pencemaran udara dapat dilihat pada tabel 4.4.
berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Mahasiswa Yang Mengendarai Sepeda Motor Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Medan Tahun 2011
Ya Tidak Jumlah No Tindakan
n % n % n %
1 Menggunakan masker dalam perjalanan dari rumah ke kampus
14 10 126 90 140 100
2 Menggunakan bensin premium (mengandung timbal)
140 100 0 0 140 100
3 Menggunakan bensin pertamax dan premium ( campur )
15 10,7 125 89,3 140 100
4 Kenderaan saudara menggunakan mesin 2 Tak
4 2,9 136 97,1 140 100
5 Mengganti knalpot kenderaan dengan knalpot yang bersuara keras/bising
0 0 140 100 140 100
6 Menggunakan penyaring udara pada knalpot kenderaan
0 0 140 100 140 100
7 Menghindari daerah kemacetan 134 95,7 6 4,3 140 100
8 Melakukan uji emisi kenderaan 21 15 119 85 140 100
9 Melakukan perbaikan kondisi mesin/service kenderaan secara teratur
131 93,6 9 6,4 140 100
10 Memakai helm standar yang melindungi telinga dari kebisingan
136 97,1 4 2,9 140 100
11 Menekan gas dan membunyikan klakson pada saat terjadi kemacetan lalu lintas
23 16,4 117 83,6 140 100
12 Memanaskan kenderaan di dalam rumah
13 9,3 127 90,7 140 100
13 Memanaskan kenderaan lebih dari 5 menit
48 34,3 92 65,7 140 100
14 Mengkonsumsi suplemen atau makanan yang mengandung kalsium tinggi