• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jalur Alternatif untuk Menghindari Kemacetan Lalu Lintas dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Jalur Alternatif untuk Menghindari Kemacetan Lalu Lintas dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN JALUR ALTERNATIF UNTUK MENGHINDARI

KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN

ALGORITMA DIJKSTRA

(Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

SKRIPSI

DIKY LAMHOT FRANS FELI SIAHAAN

100803070

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN JALUR ALTERNATIF UNTUK MENGHINDARI KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN

ALGORITMA DIJKSTRA

(Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

DIKY LAMHOT FRANS FELI SIAHAAN 100803070

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Jalur Alternatif untuk Menghindari Kemacetan Lalu Lintas dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

Kategori : Skripsi

Nama : Diky Lamhot Frans Feli Siahaan

Nomor Induk Mahasiswa : 100803070

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika

Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Februari 2015

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Esther Sorta M Nababan, M.Sc Drs. Agus Salim Harahap, M.Si NIP. 19610318 198711 2 001 NIP. 19540828 198103 1 004

Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Tulus,M.Si

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN JALUR ALTERNATIF UNTUK MENGHINDARI KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN

ALGORITMA DIJKSTRA

(Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2015

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha

Penyayang atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul Studi Penentuan Jalur Alternatif untuk

Menghindari Kemacetan Lalu Lintas dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra

(Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan).

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut

mendukung dalam penulisan skripsi ini:

1. Bapak Drs. Agus Salim Harahap, M.Si dan Ibu Dr. Esther Sorta M Nababan,

M.Sc sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing penulis serta memberikan nasihat dan pengarahan yang

berharga kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Si

sebagai Dosen Pembanding yang memberikan kritik dan saran yang

membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si sebagai ketua Departemen Matematika dan Ibu

Dr. Mardiningsih, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Matematika FMIPA

USU.

4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh dosen Departemen Matematika FMIPA USU yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa studi.

6. Orangtua penulis Bapak Timbul Siahaan dan Ibu Almarhum P. Lubis atas doa

dan motivasi yang luar biasa yang diberikan kepada penulis selama

menempuh pendidikan dan menjalani perkuliahan.

7. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2010 Matematika FMIPA USU, yaitu

Junko, Erick, Anna, Huide, Jentina, Mega, Nadin, Nadya, Naomi, Yurida,

(6)

8. Sahabat penulis Junko Andika Sidabutar yang mendukung dan memberikan

nasihat, motivasi, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

9. Dan kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi berbagai pihak.

Medan, Februari 2015

Diky Lamhot F Siahaan

100803070

(7)

PENENTUAN JALUR ALTERNATIF UNTUK MENGHINDARI KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN

ALGORITMA DIJKSTRA

(Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

ABSTRAK

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan ini menghabiskan waktu yang sangat banyak sehingga memerlukan biaya transportasi yang banyak, gangguan yang serius bagi pengangkutan produk, penurunan tingkat produktivitas kerja, dan pemanfaatan energi kerja yang sia-sia. Oleh karena itu diperlukan peran aktif dari pengguna jalan sendiri untuk mengatasi kemacetan tersebut. Salah satu langkah yang paling efektif adalah menemukan jalur alternatif yang dapat dilalui utuk menghindari kemacetan yang terjadi. Oleh karena itu penulis membuat suatu penelitian untuk menemukan jalur alternatif dengan menggunakan algoritma djikstra yang dapat menemukan jalur tercepat dan terpendek. Penggunaan algoritma djikstra juga akan menghasilkan gambaran permasalahan dalam suatu pemodelan matematika. Lokasi penelitian dibagi bagi dan diberikan verteks tiap persimpangannya yaitu

v1,v2,v3,…,v29 sehingga apabila disatukan akan membentuk suatu graf berarah. Lalu dengan menggunakan algoritma djikstra akan memberikan keluaran berupa jalur alternatif yaitu jalur yang menghabiskan waktu yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan melalui jalur macet, adapun jalur tersebut adalah v1 - v2 - v7

-v10 - v14 - v20 - v22 - v12 - v29 dengan panjang jalur 283 m dan jalur alternatif untuk menghindari kemacetan kedua (kedatangan dari v26 menuju v1) yaitu v26 - v23 - v22

-v19 - v14 - v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1 dengan panjang jalur 1098 m.

(8)

DETERMINATION OF ALTERNATIVE PATHS TO AVOID TRAFFIC

JAM BY USING DIJKSTRA’S ALGORITHM

(Case Study: Waspada Intersection Medan)

ABSTRACT

Traffic jam is the condition of the delayed traffic caused by the large number of vehicles exceeding the capacity of the road. This traffic jam can spend too much time so that it needs too much fee, a serious disturbance for product transportation, the decrease of labor productivity level, and the utilization of labor energy in vain. Because of that, the active role of drivers is needed to overcome the traffic jam. One of the most efective solutions is finding the alternative paths which can be passed over to avoid the traffic jam. So, the author make a research for finding the alternative track by using Dijkstra’s algorithm which are able to find the fastest and the shortest path. The use of Dijkstra’s algorithm can also result in the description of problems in a mathematical modelling. The location of research is divided and given a vertex in each intersection called v1, v2, ... , v29 so that it will form a directed graph if it is combined. Then by using Dijkstra’s algorithm, it will give an output of alternative path, namely the path which spend a little more time if we compare with the jammed path. The alternative path is v1

-v2 - v7 - v10 - v14 - v20 - v22 - v12 - v29 with the length of path is 283 m. The alternative path to avoid the second traffic jam (arrival from v26 to v1) is v26 - v23 - v22 -v19 - v14 - v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1 with the length of path is 1098 m.

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

3.1 Lokasi-lokasi Verteks 20

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1 Diagram Siklus Perluasan Ruas Jalan dan Transportasi 5

2.2 Graf G dengan Lima Simpul dan Lima Sisi 8

2.3 Graf Terhubung (Connected Graph) 12

2.4 Graf Berbobot (Weighted Graph) 13

2.5 Graf Berarah dan Berbobot 13

2.6 Graf dan Subgrafnya 14

3.1 Peta Wilayah Penelitian 18

3.2 Peta Wilayah Penelitian dengan Verteks 19

3.3 Hubungan Antara Verteks v1 dengan Verteks Lain yang Terdekat 22

3.4 Graf Hubungan Antara v1 dengan v2 dan v11 23

3.5 Hubungan Antara Verteks v11 dengan Verteks Lain yang Terdekat 23

3.6 Graf Hubungan v11 dengan v14 23

3.7 Hubungan Antara Verteks v12 dengan Verteks Lokasi Tujuan 24

3.8 Graf Akhir yang Menghubungkan v1 dengan v29 24

3.9 Graf Berbobot yang Menghubungkan v1 dengan v29 25

3.10 Hubungan Antara v26 dengan Verteks Lain yang Terdekat 26

3.11 Graf Hubungan Antara v26 dan v23 27

3.12 Hubungan Antara v23 dengan Verteks Lain yang Terdekat 27

3.13 Hubungan Antara v2 dengan Verteks Lokasi Tujuan 28

(12)

PENENTUAN JALUR ALTERNATIF UNTUK MENGHINDARI KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN

ALGORITMA DIJKSTRA

(Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

ABSTRAK

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan ini menghabiskan waktu yang sangat banyak sehingga memerlukan biaya transportasi yang banyak, gangguan yang serius bagi pengangkutan produk, penurunan tingkat produktivitas kerja, dan pemanfaatan energi kerja yang sia-sia. Oleh karena itu diperlukan peran aktif dari pengguna jalan sendiri untuk mengatasi kemacetan tersebut. Salah satu langkah yang paling efektif adalah menemukan jalur alternatif yang dapat dilalui utuk menghindari kemacetan yang terjadi. Oleh karena itu penulis membuat suatu penelitian untuk menemukan jalur alternatif dengan menggunakan algoritma djikstra yang dapat menemukan jalur tercepat dan terpendek. Penggunaan algoritma djikstra juga akan menghasilkan gambaran permasalahan dalam suatu pemodelan matematika. Lokasi penelitian dibagi bagi dan diberikan verteks tiap persimpangannya yaitu

v1,v2,v3,…,v29 sehingga apabila disatukan akan membentuk suatu graf berarah. Lalu dengan menggunakan algoritma djikstra akan memberikan keluaran berupa jalur alternatif yaitu jalur yang menghabiskan waktu yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan melalui jalur macet, adapun jalur tersebut adalah v1 - v2 - v7

-v10 - v14 - v20 - v22 - v12 - v29 dengan panjang jalur 283 m dan jalur alternatif untuk menghindari kemacetan kedua (kedatangan dari v26 menuju v1) yaitu v26 - v23 - v22

-v19 - v14 - v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1 dengan panjang jalur 1098 m.

(13)

DETERMINATION OF ALTERNATIVE PATHS TO AVOID TRAFFIC

JAM BY USING DIJKSTRA’S ALGORITHM

(Case Study: Waspada Intersection Medan)

ABSTRACT

Traffic jam is the condition of the delayed traffic caused by the large number of vehicles exceeding the capacity of the road. This traffic jam can spend too much time so that it needs too much fee, a serious disturbance for product transportation, the decrease of labor productivity level, and the utilization of labor energy in vain. Because of that, the active role of drivers is needed to overcome the traffic jam. One of the most efective solutions is finding the alternative paths which can be passed over to avoid the traffic jam. So, the author make a research for finding the alternative track by using Dijkstra’s algorithm which are able to find the fastest and the shortest path. The use of Dijkstra’s algorithm can also result in the description of problems in a mathematical modelling. The location of research is divided and given a vertex in each intersection called v1, v2, ... , v29 so that it will form a directed graph if it is combined. Then by using Dijkstra’s algorithm, it will give an output of alternative path, namely the path which spend a little more time if we compare with the jammed path. The alternative path is v1

-v2 - v7 - v10 - v14 - v20 - v22 - v12 - v29 with the length of path is 283 m. The alternative path to avoid the second traffic jam (arrival from v26 to v1) is v26 - v23 - v22 -v19 - v14 - v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1 with the length of path is 1098 m.

(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu

lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas

jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak memiliki

transportasi umum yang baik atau tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan

kepadatan penduduk. Saat ini kemacetan bukanlah hal yang aneh lagi bagi

masyarakat yang tinggal di kota besar.

Kemacetan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah

volume kendaraan yang tidak sebanding dengan luas jalan yang ada. Tidak jarang

kondisi jalan raya yang begitu kecil dilalui oleh kendaraan yang begitu banyak

dan tidak sebanding. Apabila ada mobil yang parkir di bahu jalan, hal ini bisa

mengakibatkan kemacetan. Faktor yang kedua adalah kurangnya kesadaran

pengguna jalan. Kurangnya kesadaran pengguna jalan dapat menyebabkan jalan

raya menjadi macet. Sebagai contoh, angkutan kota yang ingin menaikkan dan

menurunkan penumpangnya tidak pada wilayah yang seharusnya dapat

menimbulan kemacetan. Pengendara motor yang suka menyelip di sebelah kiri

jalan juga dapat membuat lalu lintas menjadi kacau.

Penurunan kondisi jalan raya juga menjadi salah satu penyebab kemacetan

yang merupakan dampak dari kemampuan pemeliharaan dan rehabilitasi jalan

yang terbatas, laju perbaikan jalan yang lebih lambat dari laju kerusakan jalan,

pertambahan volume lalu lintas maupun intensitas bahan yang terus meningkat.

Banyak hal yang dapat ditimbulkan dari kemacetan, antara lain dapat

meningkatkan waktu tempuh, biaya transportasi, gangguan yang serius bagi

pengangkutan produk, penurunan tingkat produktivitas kerja, dan pemanfaatan

energi kerja yang sia-sia. Kemacetan juga memberikan dampak yang serius bagi

(15)

2

Dengan melihat kondisi tersebut, maka penulis mengambil judul

Penentuan Jalur Alternatif untuk Menghindari Kemacetan Lalu Lintas

Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus Simpang Waspada Medan).

1.2Perumusan Masalah

Berdasaran latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana

menentukan jalur alternatif untuk menghindari kemacetan lalu lintas

menggunakan Algoritma Dijkstra.

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, penulis membatasi lokasi penelitian di daerah

simpang empat Waspada Medan. Penelitian dilakukan pada jam sibuk, yaitu pukul

07.00 – 08.00 WIB, pukul 11.30 – 13.00 WIB, dan pukul 17.30 – 18.30 WIB.

Metode yang digunakan adalah Algoritma Dijkstra.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan rute alternatif untuk menghindari

kemacetan dengan menggunakan Algoritma Dijkstra.

1.5Kontribusi Penelitian

Adapun ontribusi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan rujukan bagi dinas perhubungan dalam mengatasi

permasalahan kemacetan di lokasi penelitian.

2. Melihat efektivitas Algoritma Dijkstra dalam menentukan jalur alternatif

untuk menghindari emacetan lalu lintas.

(16)

3

1.6Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi permasalahan, mengkaji, dan

menganalisis Algoritma Dijkstra dalam memecahkan pemilihan rute

alternatif.

2. Pengumpulan data

Pada tahap ini dilakukan penelitian di simpang Waspada, yang

dilaksanakan pada jam sibuk.

3. Pengolahan data

Setelah dilaksanakan penelitian, maka data yang diperoleh akan diolah.

Pengolahan data dibantu dengan menggunakan software photoshop. Data

nantinya akan diformulasikan dalam bentuk model matematika sehingga

diperoleh penyelesaian.

4. Membuat kesimpulan

Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan hasil analisis data

sekaligus memberikan saran yang berkaitan dengan pengembangan

(17)

4

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kemacetan

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu

lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas

jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak

seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta.

Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta,

Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Palembang, Denpasar,

Jogjakarta, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Jika arus lalu lintas

mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat

apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama

lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak

lambat.

Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas

jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga

menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat

kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai

derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5.

Sudradjat, Tony Sumartono, Asropi (2011) dalam jurnalnya menyebutkan

bahwa kemacetan lalu lintas biasanya meningkat sesuai dengan meningkatnya

mobilitas manusia pengguna transportasi, terutama pada saat-saat sibuk.

Kemacetan terjadi karena berbagai sebab diantaranya disebabkan oleh kelemahan

sistem pengaturan lampu lalu lintas, banyaknya persimpangan jalan, banyaknya

kendaraan yang turun ke jalan, musim, kondisi jalan, dan lain-lain. Berbagai usaha

(18)

5

penambahan sarana jalan, pembangunan jalan tol, jalan layang, terowongan,

sistem pengaturan lampu ATCS (Area Traffic Control System), dan lain-lain.

Transportasi sangat erat kaitannya dengan perluasan lahan tanah. Drewe

menggambarkan hubungan antara perkembangan transportasi dengan perluasan

lahan tanah yang digambarkan seperti pada gambar.

Gambar 2.1 Diagram Siklus Perluasan Ruas Jalan dan Transportasi

2.2 Definisi Transportasi

Menurut Morlok (1991), transportasi adalah memindahkan atau mengangkut

barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi dikatakan

baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi

pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi

pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi yang ideal seperti, sangat

ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi komponen transportasi ini, yaitu

kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan jalan, kondisi sarana (kendaraan) dan

sikap mental pemakai fasilitas transportasi tersebut (Budi D.Sinulingga, 1999).

Perluasan ruas jalan

Perjalanan

Perlu transportasi Fasilitas

transportasi Kemampuan

(19)

6

2.3 Teknik Perlalulintasan (Traffic Technique)

Suatu transportasi dikatakan baik, apabila waktu perjalanan cukup cepat tidak

mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman bebas dari kemungkinan

kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi yang

ideal seperti itu sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi komponen

transportasi, yaitu kondisi prasarana (jalan) serta sistem jaringannya dan kondisi

sarana (kendaraan),serta yang tak kalah pentingnya ialah sikap mental pemakai

fasilitas transportasi tersebut.

Untuk mengetahui tentang transportasi kota dalam aspek perencanaan dan

pelaksanaannya, maka penting sekali untuk memahami aspek teknik

perlalulintasan (traffic technique). Teknik lalu lintas angkutan darat meliputi:

karakteristik volume lalu lintas, kapasitas jalan, satuan mobil penumpang, asal dan

tujuan lalu lintas, dan pembangkit lalu lintas (Sinulingga, 1999).

2.4 Karakteristik Volume Lalu Lintas

Di dalam suatu perlalulintasan dikenal lalu lintas harian atau AADT (Average

Annual Daily Traffic) yaitu jumlah kendaraan yang lewat secara rata-rata dalam

sehari (24 jam) pada suatu ruas jalan tertentu, besarnya lalu lintas harian akan

menentukan dimensi penampang jalan yang akan di bangun. Volume lalu lintas

ini bervariasi besarnya, tidak tetap, tergantung waktu, variasi dalam sehari,

seminggu maupun sebulan dan setahun. Di dalam satu hari biasanya terdapat dua

waktu jam sibuk, yaitu pagi dan sore hari. Tapi ada juga jalan-jalan yang

mempunyai variasi volume lalu lintas agak merata. Volume lalu lintas selama jam

sibuk dapat digunakan untuk merencanakan dimensi untuk menampung lalu

lintas. Semakin tinggi volumenya, semakin besar dimensi yang diperlukan. Suatu

volume yang over estimate akan membuat perencanaan menjadi boros, sedangkan

volume yang under estimate akan membuat jaringan jalan cepat mengalami

(20)

7

2.5 Teori Graf

Graf adalah suatu diagram yang memuat informasi tertentu jika diinterpretasikan

secara tepat. Dalam kehidupan sehari-hari, graf digunakan untuk menggambarkan

berbagai macam struktur yang ada. Tujuannya adalah sebagai visualisasi

objek-objek agar lebih mudah dimengerti.

Teori graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun

memiliki banyak terapan sampai saat ini. Di ilmu matematika dan komputer teori

graf adalah himpunan benda-benda yang disebut verteks (vertex atau node) yang

terhubung oleh jalur-jalur (edges). Graf digunakan untuk merepresentasikan

objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Representasi visual

dari graf adalah dengan menyatakan objek sebagai noktah, bulatan atau verteks,

sedangkan hubungan di antara objek dinyatakan dengan garis (jalur).

Banyak sekali struktur yang bisa direpresentasikan dengan graf, dan banyak

masalah yang bisa diselesaikan dengan bantuan graf. Jaringan jalan raya pada

sebuah wilayah bisa direpresentasikan dengan graf. Verteks-verteksnya adalah

kota-kota yang terdapat pada wilayah tersebut dan ada jalur antara kota A dan

kota B dihubungkan oleh sebuah jalan.

Sebuah struktur graf dikembangkan dengan memberi bobot pada tiap jalur.

Graf berbobot dapat digunakan untuk melambangkan berbagai konsep. Sebagai

contoh jika suatu graf melambangkan jaringan jalan maka bobotnya bisa berarti

panjang jalan maupun batas kecepatan tertinggi jalur tertentu. Ekstensi lain pada

graf adalah dengan membuat jalurnnya berarah, yang secara teknis disebut graf

berarah atau digraph (directed graph). Digraf dan jalur berbobot disebut jaringan.

Jaringan banyak digunakan pada cabang praktis teori graf yaitu analisis jaringan.

Pada analisis jaringan, definisi kata jaringan bisa berbeda dan sering berarti graf

sederhana (tanpa bobot dan arah).

Graf G didefinisikan sebagai pasangan terurut (V, E) dan dilambangkan

(21)

8

pun, tetapi simpulnya harus ada minimal satu. Graf yang hanya mempunyai satu

buah simpul tanpa sebuah jalur dinamakan graf trivial. Jumlah simpul pada suatu

graf dinyatakan dengan V dan jumlah sisi dinyatakan dengan E .

Simpul pada graf dapat dinomori dengan huruf, seperti a, b, c,..., v, w, ...,

dengan bilangan asli 1, 2, 3, ..., 3 atau gabungan keduanya. Sedangkan sisi yang

menghubungkan simpul u dengan simpul v dinyatakan dengan pasangan (u, v)

Gambar 2.2 Graf G dengan Lima Simpul dan Lima Sisi

Suatu graf dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada gambar 2.2

di atas. Selain itu graf dapat juga disajikan dalam bentuk matriks yaitu matriks

berelasi dan matriks berisisian seperti berikut ini.

Andaikan G = (V, E) adalah graf sederhana dengan banyak simpul di V

(22)

9

Matriks berdekatan dapat juga digunakan untuk menyajikan graf tidak berarah

yang mempunya loop dan jalur ganda. Suatu loop pada simpul vi atau vjdiwakili

oleh 1 pada posisi vi ke vjdengan i = j sehingga aij = 1 untuk = pada matriks

berdekatan. Untuk jalur ganda bahwa entri aij pada matriks berdekatan adalah

sama dengan banyaknya jalur yang berhubungan vi dengan vjdengan i = . Semua

graf tidak berarah yang mempunyai jalur ganda dan pseudograf mempunyai

matriks berdekatan yang simetris.

Contoh matriks berdekatan untuk menyajikan graf pada gambar 2.2. Kalau

urutan simpul-simpulnya adalah a, b, c, d, e maka dapat dianggap v1a, v2b,

c

v3  , v4d, v5e. Dari gambar 2.2 diperoleh E = {ac, ae, be, dc, de} berarti

13

a = 1, a15 = 1, a25 = 1, a43= 1, dan a451, sedang selainnya entrinya 0. Matriks

yang menyajikan graf tersebut adalah sebagai berikut:

(23)

10

Jika matriks bersisian digunakan untuk merepresentasikan hubungan antara

simpul-simpul graf, maka untuk menunjukkan hubungan antara simpul-simpul

dan jalur-jalur pada graf digunakan matriks berelasi. Definisi dari matriks berelasi

disajikan sebagai berikut.

Selain untuk menyajikan graf sederhana, matriks bersisian dapat juga

digunakan pada jalur-jalur ganda dan loop. Untuk mewakili jalur-jalur ganda pada

matriks bersisian menggunakan kolom sebagai jalur dan baris sebagai simpul.

Kalau jalurnya ganda berarti jalur-jalur ini bersisian dengan pasangan simpul yang

sama. Kalau terdapat loop berarti jalur itu bersisian dengan tepat satu simpul

sehingga entrinya sama dengan 1.

Matriks bersisian dari graf pada gambar 2.2. simpul vi bersisian dengan jalur

e1 dan e1 maka m11 = 1, dan m13 = 1, simpul v2 bersisian dengan jalur e2 maka, m22

= 1, simpul v3 bersisian dengan jalur e3 dan e4 maka m33 = 1,dan e4 =1, simpul v4

bersisian dengan jalur e4 dan e5 maka m44 =1 dan m45 = 1, simpul v5 bersisian

dengan jalur e1, e2, dan e5 maka m51 = 1, m52 = 1, dan m55 = 1. Jadi matriks

bersisian dari graf pada gambar 3.1 tersebut adalah

0 0 1 0 1

tersebut dinamakan titik ujung. Garis yang hanya berhubungan dengan satu titik

(24)

11

disebut garis paralel. Perlu diketahui bahwa panjang garis, kelengkungan garis,

dan letak titik tidak berpengaruh dalam suatu graf.

Menurut teori graf, persoalan lintasan terpendek (the shortest path

problem) adalah suatu persoalan untuk mencari lintasan antara dua buah simpul

pada graf berbobot yang memiliki gabungan nilai jumlah bobot pada sisi graf

yang dilalui dengan jumlah yang paling minimum.

2.5.1 Macam-macam Graf

Berdasarkan arah dan bobotnya graf digolongkan atas 4 jenis, yaitu:

1. Graf berarah dan berbobot yaitu graf yang setiap sisinya memiliki

orientasi arah dan bobot.

2. Graf berarah dan tak berbobot yaitu graf yang sisinya mempunyai arah dan

tidak berbobot.

Terminologi (istilah) yang berkaitan dengan graf akan sering digunakan. Di

bawah ini didefinisikan beberapa istilah yang sering dipakai dan berhubungan

dengan maximum spanning tree.

1. Walk adalah suatu barisan berhingga dari verteks dan edge secara

bergantian, yang diawali dari verteks dan diakhiri dengan verteks. Bentuk

umum dari walk adalah:

Jika verteks awal dan verteks akhir dari suatu walk adalah sama, maka walk

(25)

12

2. Trail adalah suatu walk dengan setiap edge-nya berlainan.

3. Path adalah suatu walk dengan setiap verteksnya berbeda.

4. Cycle adalah suatu path yang memiliki verteks awal sama dengan verteks

akhir.

5. Length (panjang) adalah bilangan yang menyatakan banyaknya edge yang

muncul dalam suatu walk.

6. Edge e adalah sebuah jembatan untuk G jika G dengan e tidak terhubung.

Secara umum edge e adalah jembatan untuk suatu graf G jika G dengan e

mempunyai komponen terhubung lebih dari G.

2.5.3 Graf Terhubung, Graf Berbobot, dan Subgraf

1. Graf Terhubung

Misalkan u dan v adalah titik yang berbeda pada graf G. Maka titik u dan v

dapat dikatakan terhubung (connected), jika terdapat lintasan u-v di G.

Sedangkan suatu graf G dapat dikatakan terhubung (connected), jika untuk

setiap titik u dan v di G terhubung. Keterhubungan adalah sifat yang

dimiliki oleh graf. Graf terhubung dapat dilihat atau dibuktikan dari

keterhubungan antara u dan v. Untuk lebih menguatkan kondisi (u, v):

Gambar 2.3 Graf Terhubung (Connected Graph)

2. Graf berbobot (weighed graph)

Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah bobot. Bobot

(26)

13

Gambar 2.4 Graf Berbobot (Weighted Graph)

Graf G pada gambar 2.4 dikatakan berbobot karena pada setiap edge diberi

sebuah bobot.

3. Graf berarah dan berbobot (directed graph)

Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf

berarah. Secara umum sisi berarah disebut dengan busur (arc). Pada graf

berarah (u,v) dan (v,u) menyatakan dua buah busur yang berbeda, dalam

arti kata bahwa (u,v) ฀ (v,u). Jadi untuk busur (u,v) simpul u dinamakan

simpul asal dan simpul v dinamakan simpul terminal atau simpul tujuan.

Graf berarah sering dipakai untuk menggambarkan aliran proses, peta

lintas kota dan lain sebagainya. Sehingga pada graf berarah gelang atau

looping diperbolehkan tetapi sisi ganda tidak diperbolehkan. Contohnya,

(27)

14

4. Subgraf

Graf H disebut subgraf jika setiap titik dari graf H juga merupakan titik

dari graf G dan setiap edge pada H juga merupakan edge pada graf G.

Contoh dari subgraf adalah:

�2

Gambar 2.6 Graf dan Subgrafnya

�4 �5

�1

Graf G �3

�2

�1 �3

�5

�2

�1

�4

�3

�1

�4

(28)

15

2.6 Algoritma Dijkstra

Algoritma Dijkstra untuk menentukan rute terpendek. Algoritma Dijkstra

digunakan pada graf berarah dan berbobot. Jika bobot graf > 0, maka digunakan

Dijkstra dengan level satu, dan bila bobot graf ada yang negatif akan digunakan

level dua. Dalam penelitian ini akan dipakai algoritma Dijkstra yang memakai

bobot > 0, karena bobot graf merepresentasikan jarak antar titik sehingga

bobotnya positif.

Algoritma ini diberi nama sesuai nama penemunya, Edsger Wybe Dijkstra.

Algoritma Dijkstra mencari lintasan terpendek dalam sejumlah langkah.

Algoritma ini menggunakan prinsip Greedy yang menyatakan bahwa pada setiap

langkah kita memilih sisi yang berbobot minimum dan memasukkannya ke dalam

himpunan solusi. Input algoritma ini adalah sebuah graf berarah yang berbobot

(weighted directed graph) G dan sebuah sumber verteks S dalam G dan V adalah

himpunan semua verteks dalam graf G (Munir, 2005).

Ada beberapa versi algoritma Dijkstra, salah satunya adalah sebagai

berikut. Misalkan,

Secara formal, algoritma Dijkstra untuk mencari jalur terpendek adalah

(29)

16

masalah umum yang dapat diselesaikan dengan menggunakan teori graf adalah

Masalah Lintasan Terpendek (Shortest Path Problem atau SPP) yang mencari

lintasan dengan jumlah bobot paling minimum. Algoritma Dijkstra merupakan

salah satu algoritma untuk menyelesaikan masalah ini. Penelitian tersebut

ditujukan untuk membuat lintasan terpendek yang dapat dilalui kendaraan roda

empat dari Fakultas MIPA ke Fakultas lainnya di kampus UNSRAT dengan

menggunakan Algoritma Dijkstra. Shortest Path Problem (SPP) adalah suatu

persoalan untuk mencari lintasan antara dua atau lebih simpul pada graf berbobot

yang gabungan bobot sisi graf yang dilalui berjumlah paling minimum. Persoalan

ini juga merupakan suatu persoalan optimasi yang menggunakan graf berbobot,

dimana bobot dapat menyatakan jarak antar kota, waktu pengiriman pesan,

ongkos pembangunan, dan sebagainya (Pradana, 2009).

Algoritma Dijkstra adalah algoritma yang dikhususkan untuk pencarian

(30)

17

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data

3.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Simpang empat Waspada Medan terletak di perpotongan jalan Pandu, jalan

Pemuda, dan jalan Letjend Suprapto. Simpang empat Waspada Medan ini adalah

jalur yang dilalui banyak pengendara yang berasal dari jalan Sudirman, daerah

Thamrin Plaza, dan daerah jalan Brigjend Katamso. Oleh karena itu, Simpang

empat Waspada Medan adalah salah satu simpang yang terpadat di Kota Medan.

Dapat dilihat pada jam-jam sibuk, simpang ini sangat sibuk dilalui para

pengendara, baik pengguna mobil, sepeda motor. sampai angkutan kota. Maka

tidak asing lagi jika simpang ini juga salah satu simpang termacet di Kota Medan.

Setiap harinya terjadi kemacetan yang cukup panjang di simpang empat

Waspada Medan ini. Hal ini juga disebabkan oleh tidak mampunya ruas jalan

menampung jumlah kendaraan yang mengantre tiap lampu lalu lintas. Meskipun

petugas lalu-lintas seperti polisi atau Dinas Perhubungan selalu ada untuk

mengawasi dan mengatur lalu-lintas yang ada di simpang empat Waspada, tetap

saja terjadi kemacetan yang cukup panjang. Akan tetapi, di sekitar simpang empat

Waspada terdapat jalur-jalur lain yang tidak terlalu sibuk akan lalu-lintas

kendaraan. Kemungkinan jalan ini tidak terpakai karena simpang empat Waspada

(31)

18

3.1.2 Peta Wilayah Penelitian dan Penetapan Verteks-verteks

Peta wilayah penelitian digambarkan seperti berikut ini.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Penelitian

Langkah selanjutnya adalah menentukan lokasi-lokasi yang akan menjadi letak

titik-titik verteks. Verteks-verteks tersebut akan saling terhubung sesuai dengan

kenyataan pada wilayah penelitian. Maka peta wilayah penelitian setelah

penentuan verteks adalah

(32)

19

(33)

20

Adapun wilayah yang dijadikan verteks ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Lokasi-lokasi Verteks

Verteks Keterangan

v1 Simpang Jl. Letjend Suprapto – Jl. Mangkubumi

v2 Simpang Jl. Mangkubumi – Jl. Badur

v3 Simpang Jl. Mangkubumi – Jl. Cakrawati

v4 Simpang Jl. Mangkubumi – Jl. Palang Merah

v5 Simpang Jl. Palang Merah – Jl. Kolonel Soegiono

v6 Simpang Jl. Cakrawati – Jl. Kolonel Soegiono

v7 Simpang Jl. Kolonel Soegiono – Jl. Badur

v8 Simpang Jl. Pemuda – Jl. Palang Merah

v9 Simpang Jl. Cakrawati – Jl. Pemuda

v10 Simpang Jl. Pemuda – Jl. Badur

v11 Simpang Jl. Letjend Suprapto – Jl. Pemuda

v12 Simpang Jl. Brigjend Katamso – Jl. Pandu

v13 Simpang Jl. Pemuda – Jl. Pandu

v14 Simpang Jl. Pemuda – Jl. Pemuda Baru II

v15 Simpang Jl. Pemuda – Jl. Pemuda Baru I

v16 Simpang Jl. Pemuda – Jl. Pemuda Baru

v17 Simpang Jl. Pegadaian – Jl. Pemuda Baru

v18 Simpang Jl. Pegadaian – Jl. Pemuda Baru I

v19 Simpang Jl. Pegadaian – Jl. Pemuda Baru II

v20 Simpang Jl. Pegadaian – Jl. Pemuda Baru III

v21 Simpang Jl. Pegadaian – Jl. Palang Merah

v22 Simpang Jl. Pandu – Jl. Pegadaian

v23 Simpang Jl. Mahkamah – Jl. Pandu

v24 Simpang Jl. Cirebon – Jl. Palang Merah

v25 Simpang Jl. Cirebon – Jl. Pandu

v26 Simpang Jl. Sisingamangaraja – Jl. Pandu

v27 Simpang Jl. Sisingamangaraja – Jl. Pandu Baru

v28 Simpang Jl. Pandu Baru – Jl. Mahkamah

(34)

21

Untuk jarak dan arah tiap verteks disusun dalam tabel yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.2 Jarak Antarverteks

(35)

22

3.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan memodelkan rute yang menjadi calon rute

alternatif yang akan menghindari kemacetan. Calon rute alternatif diawali dari dua

jalur kedatangan yaitu:

1. Jalur kedatangan dari jalan Letjend Suprapto yang dinotasikan dengan v1

menuju jalan Brigjend Katamso yang dinotasikan dengan v29.

2. Jalur kedatangan dari jalan Pandu yang dinotasikan dengan v26 menuju

jalan Letjend Suprapto yang dinotasikan dengan v1.

Permasalahan pertama yaitu menemukan jalur alternatif dari v1 menuju v29.

Permasalahan pertama dapat diselesaikan dengan memodelkan permasalahan

tersebut ke dalam bentuk graf seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Terlebih dahulu ditentukan verteks-verteks yang menghubungkan v1 ke v29.

Gambar 3.3 Hubungan Antara Verteks v1 dengan Verteks Lain yang Terdekat

Hubungan v1 yang terdekat adalah verteks v1 v2 dan v11 yang dapat

(36)

23

Gambar 3.4 Graf Hubungan Antara v1 dengan v2 dan v11

Setelah itu, akan diselesaikan lintasan dari v11 terlebih dahulu. Perhatikan Gambar

3.5 di bawah ini. Verteks v11 dihubungkan ke verteks selanjutnya untuk

membangun lintasan menuju v29.

Gambar 3.5 Hubungan Antara Verteks v11 dengan Verteks Lain yang Terdekat

Didapatkan v14 sebagai verteks selanjutnya. Maka dapat digambarkan kelanjutan

bentuk graf seperti pada Gambar 3.6 berikut ini.

Gambar 3.6 Graf Hubungan v11 dengan v14

Setelah itu v14 dihubungkan ke verteks selanjutnya untuk membangun

lintasan menuju v29, verteks selanjutnya mencari verteks yang sesuai dan dapat

(37)

24

tarhubung dan mebangun suatu lintasan yang menghubungkan v1 dan v29. Maka

didapatkan hasil akhir seperti model dibawah ini.

Gambar 3.7 Hubungan Antara Verteks v12 dengan Verteks Lokasi Tujuan

Keterangan : pemberian warna berbeda pada panah penunjuk arah adalah untuk

membedakan proses pengerjaan yang ada yaitu warna merah adalah

pencarian verteks selanjutnya dari v1 yang mencabang ke v11

sedangkan yang biru adalah pencarian verteks selanjutnya dari v1

yang mencabang ke v2

Maka lintasan yang tersebut dapat digambarkan dalam bentuk graf di bawah ini

(38)

25

Selanjutnya, masuk ke tahap pengolahaan data dengan menggunakan

algoritma Dijkstra.

1. L = {}

2. Untuk j= 2,3,4,5,…,29 dilakukan D(j) = W(1, j)

Menentukan hubungan antara v1 dengan semua verteks (v2,v3,v4,…,v29) dan

mengubahnya dalam bentuk graf yang dapat dilihat pada Gambar 3.3 di

atas. Diperoleh bentuk graf yang sesuai dengan permasalahan

menghubungkan v1 ke v29, dan dilakukan D(j) = W(1, j) yaitu memberikan

bobot pada tiap edge

Gambar 3.9 Graf Berbobot yang Menghubungkan v1 dengan v29

3. Selama vnL lakukan:

Pilih titik vk V - L dengan D(k) terkecil, yaitu pilih vk (jalur yang

menghubungkan v1 dengan v29) yang paling kecil. Dapat diperlihatkan

jalur-jalur lintasan yang menghubungkan v1 dengan v29. Dari hasil

pencarian jalur di atas, diperoleh beberapa jalur yang menghubungkan v1

ke v29, yaitu sebagai berikut.

a. v1 - v11 - v14 - v19 - v20 - v22 - v12 - v29

Dengan panjang jalur: 243 + 93 + 114 + 53 + 48 + 54 + 88 = 693 m

b. v1 - v11 - v14 - v20 - v22 - v12 - v29

(39)

26

c. v1 - v2 - v7 - v10 - v14 - v19 - v20 - v22 - v12 - v29

Dengan panjang jalur: 85 + 97 + 109 + 20 + 114 + 53 + 48 + 54 + 88 =

668 m

d. v1 - v2 - v7 - v10 - v14 - v20 - v22 - v12 - v29

Dengan panjang jalur: 85 + 97 + 109 + 20 + 160 + 48 + 54 + 88 = 661 m

Jalur alternatif terpendek untuk menghindari kemacetan dari titik v1 ke

titik v29 adalah jalur v1 - v2 - v7 - v10 - v14 - v20 - v22 - v12 - v29 yaitu jalan Alimin –

jalan Badur – jalan Badur – jalan Pemuda – jalan Pemuda Baru II – jalan

Pegadaian – jalan Pandu – jalan Brigjen Katamso dengan panjang jalur 661 m.

Permasalahan kedua yaitu menemukan jalur alternatif dari v26 menuju v1.

Permasalahan kedua dapat diselesaikan dengan memodelkan permasalahan

tersebut ke dalam bentuk graf seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Pertama-tama dicari verteks-verteks yang menghubungkan v26 ke v1. Dapat dilihat

seperti pada gambar di bawah ini.

(40)

27

Didapatkan v23 sebagai verteks selanjutnya. Maka dapat digambarkan ke

dalam bentuk graf, yaitu

Gambar 3.11 Graf Hubungan Antara v26 dan v23

Setelah itu v23 dihubungkan ke verteks selanjutnya untuk membangun lintasan

menuju v1, yaitu

Gambar 3.12 Hubungan Antara v23 dengan Verteks Lain yang Terdekat

Didapatkan v19 dan v20 sebagai verteks selanjutnya. Setelah itu v20

dihubungkan ke verteks selanjutnya untuk membangun lintasan menuju v1,

verteks selanjutnya mencari verteks yang sesuai dan dapat membangun lintasan

menuju v1. Begitu selanjutnya sampai verteks verteks ini tarhubung dan

mebangun suatu lintasan yang menghubungkan v26 dan v1. Maka didapatkan hasil

(41)

28

Gambar 3.13 Hubungan Antara v2 dengan Verteks Lokasi Tujuan

Keterangan : diberikan warna berbeda pada tanda panah adalah untuk

membedakan langkah pengerjaan yaitu warna hijau adalah verteks

melakukan pencarian dan menemukan 1 verteks berikutnya

sedangkan merah dan biru adalah pengerjaan dimana ada 2 verteks

sekaligus mencari dan menemukan verteks berikutnya yang sesuai

untuk masing masing verteks awal.

Selanjutnya masuk kepada tahap pengolahaan data dengan menggunakan

algoritma Dijkstra.

4. L = {}

5. Untuk j= 2,3,4,5,…,29 dilakukan D(j) = W(1, j)

Tentukan hubungan antara v1 dengan semua verteks (v2, v3, v4, … , V29)

Dan bentuk dalam bentuk graf. Sudah dikerjakan sebelumnya . didapatkan

bentuk graf yang sesuai dengan permasalahan menghubungkan v26 ke v1,

dan dilakukan D(j) = W(1, j) yaitu memberikan bobot pada tiap edge

(42)

29

Gambar 3.14 Graf Berbobot yang Menghubungkan v26 dengan v1

6. Selama vn L lakukan :

Pilih titik vk V - L dengan D(k) terkecil, yaitu pilih vk (jalur yang

menghubungkan v26 dengan v1) yang paling kecil. Dapat diperlihatkan jalur

jalur lintasan yang menghubungkan v26 dengan v1 yaitu :

a. v26 - v23 - v22 - v19 - v14 - v8 - v5 - v6 - v7 - v2 - v1

Dengan panjang jalur = 120 + 42 + 48 + 53 + 114 + 328 + 38 + 92 + 182 +

97 + 85 = 1199 m

b. v26 - v23 - v22 - v19 - v14 - v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1

Dengan panjang jalur = 120 + 42 + 48 + 53 + 114 + 328 + 38 + 92 + 97 +

136 + 85 = 1153 m

c. v26 - v23 - v22 - v19 - v14 - v8 - v5 - v4 - v3 - v2 - v1

Dengan panjang jalur = 120 + 42 + 48 + 53 + 114 + 328 + 38 + 38 + 232 +

85 = 1098 m

d. v26 - v23 - v22 - v20 - v14 - v8 - v5 - v6 - v7 - v2- v1

Dengan panjang jalur = 120 + 42 + 48 + 160 + 328 + 38 + 38 + 92 + 182 +

97 + 85 = 1192 m

e. v26 - v23 - v22 - v20 - v14 - v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1

Dengan panjang jalur = 120 + 42 + 48 + 160 + 328 + 38 + 92 + 97 + 136 +

85 = 1146 m

f. v26 - v23 - v22 - v20 - v14 - v8 - v5 - v4 - v3 - v2 - v1

Dengan panjang jalur = 120 + 42 + 48 + 160 + 328 + 38 + 38 + 232 + 85 =

(43)

30

Maka W*(i, j)atau jalur terpendek adalah v26 - v23 - v22 - v19 - v14 - v8 - v5 - v6

- v3 - v2 - v1 dengan panjang jalur 1098 m. Jadi, jalur alternatif terpendek untuk

menghindari kemacetan dari titik v26 ke titik v1 adalah jalur v26 - v23 - v22 - v19 - v14

- v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1 yaitu dengan panjang jalur 1098 m.

Dari penggunaan algoritma Dijkstra telah didapatkan jalur alternatif untuk

menghindari kemacetan pertama (kedatangan dari v1 menuju v29) yaitu v1 - v2 - v7

-v10 - v14 - v20 - v22 - v12 - v29 dengan panjang jalur 283 m dan jalur alternatif untuk

menghindari kemacetan kedua (kedatangan dari v26 menuju v1) yaitu v26 - v23 - v22

-v19 - v14 - v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1 yatu jalan Pandu – jalan Pegadaian – jalan Pemuda

Baru II – jalan Pemuda – jalan Palang Merah – jalan Kolonel Sugiono – jalan

Cakrawati – jalan dengan panjang jalur 1098 m.

Simpang Waspada Medan adalah persimpangan yang sangat macet pada

jam sibuk, untuk melalui jalan Suprapto saja memaka waktu sampa 30 menit

maka akan sangat membuang waktu jika masuk dalam antrian kedaraan dan

mengikuti alur yang macet ini. Maka diharapkan hasil yang didapat ini adalah

jalur alternatif yang diharapkan dapat digunakan untuk menghindari kemacetan.

Jalur alternatif ini dapat digunakan oleh beragam kendaraan seperti motor, becak

sampai mobil karena jalur jalur yang dipakai adalah jalur jalur yang cukup lebar

(44)

31

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah dan serangkaian penelitian yang telah penulis

lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kemacetan pada lokasi penelitian, yaitu

simpang Waspada dapat dihindari dengan menemukan jalur alternatif sebagai

jalur pengganti. Kendaraan yang sebelumnya harus melewati jalur kemacetan ini

dapat menggunakan jalur alternatif yang menghabiskan waktu lebih sedikit.

Adapun jalur jalur alternatif tersebut adalah jalur v1 - v2 - v7 - v10 - v14 - v20 - v22

-v12 - v29 yaitu jalan Alimin – jalan Badur – jalan Badur – jalan Pemuda – jalan

Pemuda Baru II – jalan Pegadaian – jalan Pandu – jalan Brigjen Katamso dengan

jarak tempuh 283 mdan jalur v26 - v23 - v22 -v19 - v14 - v8 - v5 - v6 - v3 - v2 - v1 yaitu

jalan Pandu – jalan Pegadaian – jalan Pemuda Baru II – jalan Pemuda – jalan

Palang Merah – jalan Kolonel Sugiono – jalan Cakrawati – jalan Alimin dengan

jarak tempuh 1098 m. Jalur alternatif yang didapatkan diharapkan menjadi jalur

yang dapat digunakan untuk mengindari kemacetan di simpang Waspada Medan.

4.2 Saran

Berikut ini beberapa saran yang dapat dipergunakan untuk pengembangan

penelitian dalam mencari jaur alternatif yaitu :

1. Memperluas cakupan wilayah penelitian seperti meliputi kota medan,

sehingga jalur alternatif yang aka di pilih semakin banyak dan juga dapat

menjangkau kepentingan masyarakat luas.

2. Menentukan lokasi penelitian yang kondusif yaitu kondisi dimana para

pengguna jalan menuruti rambu lalu-lintas dan terdapat polisi lalu-lintas

yang mengatur lalu-lintas sehingga hasil penelitian dapat diaplikasikan.

3. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut untuk meneliti penyebab

kemacetan ini, agar definisi kemacetan tidak berpatok kepada panjang

antrian mobil saja tetapi agar di soroti juga masalah lebar jalan dan atau

(45)

x

DAFTAR PUSTAKA

Budayasa, I.K. 2007. Teori Graf dan Aplikasinya. Surabaya: Unesa University

Press.

Morlok, E.K. 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Erlangga.

Jakarta

Munir, R. 2003. Matematika Dskrit. Informatika. Bandung

Munir, R. 2005. Matematika Diskrit. Informatika. Bandung

Munir, R. 2008. Matematika Diskrit. Informatika. Bandung

Pradhana, B.A. 2009. Studi Dan Implementasi Persoalan Lintasan Terpendek

Suatu Graf Dengan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Bellman-Ford

Salaki, Deiby T. 2011. Jurnal FMIPA Sam Ratulangi. Penentuan Lintasan

Terpendek dari FMIPA ke Rektorat dan Fakultas Lain di UNSRAT

Manado dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra

Sarwoko, E. A. 2003. Perancangan Arsitektur Pemaralelan untuk mencari Shortest

Path dengan Algoritma Djikstra. Jurnal Matematika dan Komputer. 6:

137-143

Setiawan, Willy. 2010. Pembahasan Pencarian Lintasan Terpendek Menggunakan

Algoritma Dijkstra dan A*. Jurnal Matematika ITB. Bandung

Sinulingga, Budi D. 1999. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis akan melakukan penelitian mengenai pencarian SPBU terdekat dan penentuan jalur terpendek menggunakan algoritma dijkstra di Kabupaten Jember

Untuk menentukan bobot dari setiap ruas jalan, penulis mengasumsikan bahwa suatu ruas jalan memiliki kapasitas maksimal 100 kendaraan per satuan waktu, yang

Algoritma Dijkstra adalah suatu teknik yang digunakan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan suatu optimasi untuk pencarian jalur terpendek dengan mencari

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan membuat Aplikasi Data Mining untuk Menampilkan Mutu SMK Negeri di Jawa Timur menggunakan Algoritma Apriori dalam menemukan hubungan