?? ySTUDI PENERAPAN BEBAN KERJA YANG OPTIMAL DAN DI EVALUASI DENGAN METODA ECPM DAN ECPT SERTA
STRAIN PHYSIOLOGYPADA PROSES PRODUKSI DI CV. ANEKA JAYA GYPSUM MEDAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
ANDRICO FERDIAN NIM. 060403025
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
STUDI PENERAPAN BEBAN KERJA YANG OPTIMAL DAN DI EVALUASI DENGAN METODA ECPM DAN ECPT SERTA
PHYSIOLOGY STRAIN PADA PROSES PRODUKSI DI CV. ANEKA JAYA GYPSUM MEDAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
ANDRICO FERDIAN NIM. 060403025
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
(Ir. Sugiarto Pujongkoro, MM) (Ir. Anizar, M.Kes)
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Penulis melaksanakan Tugas Akhir di CV. Aneka Jaya Gypsum Medan
yang bergerak di bidang pembuatan Paving Block. Tugas Akhir ini berjudul
“Studi Penerapan Beban Kerja yang Optimal dan Di Evaluasi dengan Metode
ECPM dan ECPT Serta Strain Physiology Pekerja pada Proses Produksi Di CV.
Aneka Jaya Gypsum Medan.”
Dalam penyajian penyusunan Tugas Akhir ini, penulis telah berusaha
menguraikannya dengan sistematis. Namun disadari masih banyak
kekurangannya, hal ini disebabkan keterbatasan baik dari segi pengetahuan,
waktu, materi, serta pengalaman yang dimiliki. Oleh sebab itu, segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan dari semua pihak guna
perbaikan pada pengerjaan laporan tugas sarjana dan juga untuk kesempurnaan
tulisan ini ke depannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan, Mei 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan
dan motivasi dari berbagai pihak, baik berupa materiil, spiritual, informasi
maupun administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua (Bapak Hasmardi dan Ibu Mardiati), saudara-saudara (Rina
Fransisca S.Kom dan Nila Permata Sari Amd. Kep), dan seluruh keluarga
besar penulis sebagai sumber inspirasi yang selalu memberikan dukungan dan
doa bagi penulis.
2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Universitas Sumatra Utara.
3. Bapak Ir. Sugiharto Pujongkoro, MM, selaku koordinator Tugas Akhir dan
juga sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dan masukan yang sangat berharga.
4. Ibu Ir. Anizar, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan yang
sangat berharga.
5. Bapak Aulia Ishak, S.T., M.T. selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.
6. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. selaku Ketua Bidang Ergonomi dan
Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan arahan
7. Bapak Agung selaku Pembimbing Lapangan dan selaku pemilik CV. Aneka
Jaya Gypsum Medan yang memberi dukungan dan informasi mengenai
kondisi pabrik.
8. Para karyawan di CV. Aneka Jaya Gypsum Medan yang telah memberi
informasi dalam hal pengambilan data.
9. Ahmad Fauzi Alkaromi ST, selaku teman seperjuangan dalam melakukan
penelitian di CV. Aneka Jaya Gypsum Medan yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
10.Kepada teman penulis, khususnya Rudi Ari Aslam, Tengku Fuad Maulana,
Risky Hidayat, Gigih Wicaksono Adhi, Said Alfandri yang selalu dekat
dengan penulis, baik senang maupun susah.
11.Kepada rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Tataletak Pabrik dan
Pemindahan Bahan, Andi Veriko Sitanggang ST, Damayanti Nasution ST,
Astrina Kaban, Viva Surensia Damanik ST, Marwan Lubis ST, Mastora
Siahaan ST, Ellise Citra ST, Erwin Haryantan ST, Hela ST, Suwandi ST dan
Asisten junior 2007 yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan
Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
12.Teman-teman angkatan 2006, Dian Amru Damanik, Dendi Rinaldi, Andi
Candra Wijaya ST, M. Iman Risky ST, OK Rahma Putri ST, Delfandi Putra
Siregar ST, Arif Fadillah ST, Helga Yulanda, Budi Arianto ST, Joko
Purnomo, dan selurih teman-teman angkatan 2006 lainnya.
13.Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu, namun telah
DAFTAR ISI
BAB Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
ABSTRAK ... xviii
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1
1.2. Rumusan Masalah... I-3
1.3. Tujuan Penelitian ... I-4
1.3.1. Tujuan Umum ... I-4
1.3.2. Tujuan Khusus ... I-4
1.4. Manfaat Penelitian ... I-4
1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-5
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB Halaman
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Industri Perusahaan ... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1
2.3. Tenaga Kerja ... II-2
2.4. Proses Produksi ... II-3
2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan ... II-7
2.4.1.1. Bahan Baku... II-7
2.4.1.2. Bahan Penolong ... II-7
2.4.2. Metode Kerja ... II-7
2.4.3. Mesin dan Peralatan ... II-8
III LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi ... III-1
3.1.1. Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi ... III-2
3.2. Fisiologi ... III-5
3.3. Beban Kerja Fisik ... III-6
3.4. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... III-7
3.4.1. Beban Kerja oleh Karena Faktor Eksternal ... III-7
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB Halaman
3.5. Penilaian Beban Kerja Fisik ... III-10
3.5.1. Pemulihan Energi Saat Istirahat ... III-16
3.5.2. Periode Istirahat ... III-17
3.5.3. Pengaruh Waktu Kerja dan Waktu Istirahat ... III-18
3.5.4. Penentuan Waktu Istirahat dengan
Menggunakan Pendekatan Fisiologis ... III-19
3.6. Standar untuk Energi Kerja ... III-20
3.7. Fisiologi Tubuh Saat Bekerja dan Istirahat ... III-25
3.7.1. Penentuan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat ... III-26
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV- 1
4.2. Rancangan Penelitian ... IV- 1
4.3. Objek Penelitian ... IV-1
4.4. Kerangka Konsep ... IV-2
4.5. Identifikasi Variabel penelitian ... IV-2
4.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... IV-3
4.6.1. Populasi ... IV-3
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB Halaman
4.7. Teknik Sampling yang Digunakan ... IV-3
4.8. Sumber Data ... IV-4
4.9. Instrumen Penelitian ... IV-5
4.10. Metode Pengumpulan Data ... IV-6
4.11. Prosedur Penelitian ... IV-7
4.12. Pengolahan Data ... IV-8
4.12.1. Metode Penilaian Tidak Langsung... IV-9
4.12.2. Metode Penilaian Langsung ... IV-11
4.12.3. Perhitungan Jumlah Konsumsi Energi ... IV-12
4.12.4. Perhitungan Estimate Energy Requirement (EER). IV-13
4.12.5. Penentuan Standart Deviasi ... IV-15
4.12.6. Perhitungan ECPT dan ECPM ... IV-15
4.13. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-17
4.14. Kesimpulan dan Saran ... IV-18
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V- 1
5.1.1. Elemen Kegiatan Pada Kondisi Awal... V-1
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB Halaman
5.1.3. Layout Pabrik ... V-6
5.1.4. Data Pekerja ... V-6
5.2. Pengolahan Data ... V-10
5.2.1. Penilaian Beban Kerja Dengan Metode Tidak
Langsung ... V-10
5.2.1.1. Perhitungan %CVL... V-20
5.2.2. Penilaian Beban Kerja Dengan Metode Langsung ... V-24
5.2.4. Perhitungan Estimate Energy Requirement (EER)... V-28
5.2.5. Perhitungan Standart Deviasi Tiap Pengukuran ... V-31
5.2.5.1. Perhitungan Standar Deviasi pada Pengukuran
Suhu Inti Tubuh ... V-31
5.2.5.2. Perhitungan Standar Deviasi pada
Pengukuran Denyut Nadi ... V-37
5.2.6. Perhitungan ECPT dan ECPM ... V-43
5.2.6.1. Perhitungan ECPT ... V-44
5.2.6.2. Perhitungan ECPM ... V-46
5.2.7. Physiology Strain Index (PSI) Tiap Pekerja ... V-49
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB Halaman
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Metode Penilaian Tidak Langsung ... VI-1
6.2. Analisis Metode Penilaian Langsung ... VI-3
6.3. Analisis Pengukuran Suhu Inti Tubuh dan Denyut Nadi ... VI-4
6.3.1. Analisis Pengukuran Suhu Inti Tubuh ... VI-4
6.3.2. Analisis Pengukuran Denyut Nadi ... VI-4
6.4. Analisis Perhitungan ECPT dan ECPM ... VI-5
6.5. Analisis Hasil Rancangan ... V-9
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi CV. Aneka Jaya Gypsum ... II-2
2.2. Block Diagram Pembuatan Paving Block ... II-5
2.3. Assembly Process Chart Pembuatan Paving Block ... II-6
3.1. Keseimbangan Dalam Ergonomi ... III-3
3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan dan Kapasitas untuk
Melakukan Pekerjaan ... III-7
3.3. Proses Metabolisme Tubuh ... III-15
4.1. Kerangka Konsep Penelitian ... IV-2
4.2. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-8
4.3. Block Diagram Pengolahan Data ... IV-9
5.1. Pekerja Membersihkan Cetakan dengan Menggunakan Kuas ... V-1
5.2. Pekerja Memasukkan Pasir Merah Ke Dalam Cetakan ... V-2
5.3. Pekerja Mengangkut Bahan Ke Cetakan ... V-2
5.4. Pekerja Memasukkan Campuran Pasir dan Semen Ke Cetakan ... V-3
5.5. Pekerja Mencetak Paving Block Dengan Mesin Press ... V-3
5.6. Pekerja Mengangkat Paving Block Dari Cetakan ... V-4
5.7. Pekerja Meletakkan Hasil Cetakan Ke Tempat penyusunan ... V-4
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
5.9. Layout Stasiun Pencetakan ... V-6
5.10. Representasi Grafis Perbedaan ECPT dan ECPM ... V-44
5.12. Peta Kontrol Dimensi Tinggi Popliteal ... V-58
6.1. Hasil Analisis Representasi Grafis Perbedaan ECPT dan ECPM... VI-6
6.2. Mesin Cetak Aktual ... VI-10
6.3. Mesin Cetak Paving Block ... VI-12
6.4. Mesin Cetak Paving Block Tampak Depan ... VI-12
6.5. Mesin Cetak Paving Block Tampak Samping ... VI-13
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Jumlah Unit Produk dan Target Produksi/Hari CV. Aneka Jaya
Gypsum Medan ... I-3
2.1. Produk yang Dihasilkan Di CV. Aneka Jaya Gypsum ... II-2
3.1. Kategori Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh
dan Denyut Jantung ... III-11
3.2. Kategori Beban Kerja yang Disesuaikan Dengan Energi Kerja ... III-23
3.3 Physical Activity Factor untuk Perhitungan EER ... III-24
3.4. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi ... III-27
3.5. Kriteria Strain Fisiologis ... III-29
4.1. Physical Activity Factor untuk Perhitungan EER ... IV-16
4.2. Kriteria Strain Fisiologis ... IV-19
5.1. Data Pekerja Pada Pencetakan Paving Block ... V-7
5.2. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Pekerja ... V-8
5.3. Hasil Pengukuran Suhu Inti Tubuh Pekerja ... V-9
5.4. Hasil Pengukuran Denyut Nadi, Lima Menit Terakhir, Sesaat Setelah
Aktivitas Berakhir Untuk Penentuan ECPT dan ECPM ... V-9
5.5. Data Waktu 10 Denyut Nadi Pekerja Bagian Pencetakan ... V-11
5.6. Hasil Perhitungan Denyut Nadi Dengan Metode 10 Denyut ... V-18
5.7. Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja Bagian Pencetakan ... V-19
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.9. Denyut Nadi Pemulihan Pekerja Per 30 Detik ... V-22
5.10. Denyut Nadi Pemulihan Pekerja Per Menit ... V-23
5.11. Hasil Penilaian Metode Tak Langsung Pekerja ... V-24
5.12. Konsumsi Oksigen Pekerja Bagian Pencetakan ... V-25
5.13. Konsumsi Oksigen Pekerja Dalam L/Min ... V-25
5.14. Kategori Beban Kerja Yang Disesuaikan Dengan Energi Kerja ... V-28
5.15. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Energi ... V-28
5.16. Physical Activity Factor Untuk Perhitungan EER ... V-29
5.17. Hasil Pengukuran Suhu Inti Tubuh Pada Pengukuran I ... V-32
5.18. Hasil Pengukuran Suhu Inti Tubuh Pada Pengukuran II ... V-33
5.19. Hasil Pengukuran Suhu Inti Tubuh Pada Pengukuran III ... V-34
5.20. Hasil Pengukuran Suhu Inti Tubuh Pada Pengukuran IV ... V-35
5.21. Hasil Pengukuran Suhu Inti Tubuh Pada Pengukuran V... V-36
5.22. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Pada Pengukuran I... V-37
5.23. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Pada Pengukuran II ... V-38
5.24. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Pada Pengukuran III ... V-39
5.25. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Pada Pengukuran IV ... V-40
5.26. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Pada Pengukuran V ... V-41
5.27. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Pekerja Selama Lima Kali
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.28. Rekapitulasi Hasil Perhitungan ECPT dan ECPM Tiap Pekerja ... V-47
5.29. Kriteria Strain Fisiologis (Physiology Strain Index) ... V-49
5.30. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Menggunakan PSI ... V-54
5.31. Data Dimensi Tubuh Operator ... V-54
5.32. Data Dimensi Tubuh Tambahan dari Laboratorium E dan APK ... V-55
5.33. Uji Keseragaman Data Antropometri ... V-58
5.34. Uji Kecukupan Data Antropometri ... V-60
6.1. Rekapitulasi Perhitungan %CVL Stasiun Pencetakan ... VI-1
6.2. Hasil Penilaian Metode Tak Langsung Pekerja ... VI-2
6.3. Hasil Penilaian Metode Langsung Pekerja ... VI-3
6.4. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Selama Tiga Kali Pengukuran ... VI-5
6.5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan ECPM dan ECPT... VI-6
6.6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Menggunakan PSI ... VI-8
ABSTRAK
Besar atau kecilnya beban kerja dapat mempengaruhi produktivitas seorang pekerja dilihat dari pendekatan fisiologis. Pendekatan fisiologis meliputi kebutuhan energi (Kkal/menit) dan energi yang mampu dihasilkan oleh masing-masing pekerja. Perusahaan Batako “Aneka Jaya Gypsum” merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang Industri Pembuatan berbagai jenis batako dan bahan baku bangunan. Kegiatan produksi di CV. Aneka Jaya Gypsum terdapat bagian pencetakan paving block dengan beban kerja tergolong berat. Setiap pekerja harus melakukan kegiatan mencetak paving block dengan posisi agak sedikit melompat, agar daya tekan maksimal. Kondisi lingkungan pabrik yang tidak baik, dimana lantai produksi berada diruangan terbuka dan hanya ditutupi atap, serta lantai hanya berupa tanah. Target produksi perhari terpenuhi sebanyak 700 pcs paving block, dimana pekerja hanya mampu menyelesaikan sebesar 500-600 pcs/hari. Dengan tidak terpenuhi nya target produksi, maka perlu dianalisis beban kerja dengan pendekatan fisiologis.
Metode yang digunakan adalah metode dengan pengamatan langsung variabel denyut nadi dan suhu inti tubuh, serta dievaluasi dengan pendekatan ECPT, ECPM serta Physiology Strain. Pengukuran variabel denyut nadi dan suhu inti tubuh dilakukan lima kali selama kegiatan produksi berlangsung, sebelum aktivitas, setelah satu sampai empat jam. Pengukuran denyut nadi pemulihan dilakukan lima menit terakhir, dimana denyut nadi pemulihan diukur pada 30 detik terakhir setiap menit. Beban kerja dan kemungkinan strain fisiologi dievaluasi berdasarkan klasifikasi beban kerja standar yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja pada pencetakan tergolong sedang dengan jumlah denyut nadi 100-125 denyut/menit dan strain fisiologi 2-3. Akan tetapi strain fisiologis subjek ada kecendrungan meningkat bila lamanya pelaksanaan pekerjaan diperpanjang, karena ECPT lebih besar dari ECPM maka upaya-upaya intervensi untuk perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan dapat diarahkan pada hal-hal yang berhubungan dengan iklim mikro setempat. Dari kesimpulan yang didapat dengan strain fisiologi kategori sedang, maka dapat dibuat suatu rancangan, yaitu berupa rancangan mesin pencetak paving block yang menggunakan prinsip-prinsip ergonomi. Dengan demikian, maka target produksi pun tercapai yaitu sekitar 700 pcs/hari untuk semua jenis paving block.
ABSTRAK
Besar atau kecilnya beban kerja dapat mempengaruhi produktivitas seorang pekerja dilihat dari pendekatan fisiologis. Pendekatan fisiologis meliputi kebutuhan energi (Kkal/menit) dan energi yang mampu dihasilkan oleh masing-masing pekerja. Perusahaan Batako “Aneka Jaya Gypsum” merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang Industri Pembuatan berbagai jenis batako dan bahan baku bangunan. Kegiatan produksi di CV. Aneka Jaya Gypsum terdapat bagian pencetakan paving block dengan beban kerja tergolong berat. Setiap pekerja harus melakukan kegiatan mencetak paving block dengan posisi agak sedikit melompat, agar daya tekan maksimal. Kondisi lingkungan pabrik yang tidak baik, dimana lantai produksi berada diruangan terbuka dan hanya ditutupi atap, serta lantai hanya berupa tanah. Target produksi perhari terpenuhi sebanyak 700 pcs paving block, dimana pekerja hanya mampu menyelesaikan sebesar 500-600 pcs/hari. Dengan tidak terpenuhi nya target produksi, maka perlu dianalisis beban kerja dengan pendekatan fisiologis.
Metode yang digunakan adalah metode dengan pengamatan langsung variabel denyut nadi dan suhu inti tubuh, serta dievaluasi dengan pendekatan ECPT, ECPM serta Physiology Strain. Pengukuran variabel denyut nadi dan suhu inti tubuh dilakukan lima kali selama kegiatan produksi berlangsung, sebelum aktivitas, setelah satu sampai empat jam. Pengukuran denyut nadi pemulihan dilakukan lima menit terakhir, dimana denyut nadi pemulihan diukur pada 30 detik terakhir setiap menit. Beban kerja dan kemungkinan strain fisiologi dievaluasi berdasarkan klasifikasi beban kerja standar yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja pada pencetakan tergolong sedang dengan jumlah denyut nadi 100-125 denyut/menit dan strain fisiologi 2-3. Akan tetapi strain fisiologis subjek ada kecendrungan meningkat bila lamanya pelaksanaan pekerjaan diperpanjang, karena ECPT lebih besar dari ECPM maka upaya-upaya intervensi untuk perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan dapat diarahkan pada hal-hal yang berhubungan dengan iklim mikro setempat. Dari kesimpulan yang didapat dengan strain fisiologi kategori sedang, maka dapat dibuat suatu rancangan, yaitu berupa rancangan mesin pencetak paving block yang menggunakan prinsip-prinsip ergonomi. Dengan demikian, maka target produksi pun tercapai yaitu sekitar 700 pcs/hari untuk semua jenis paving block.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pekerja atau operator memiliki peranan yang sangat penting didalam
meningkatkan produktivitas, baik produktivitas si pekerja tersebut maupun
produktivitas perusahaan, selain itu fasilitas-fasilitas pendukung yang digunakan
dalam membuat suatu produk. Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang datang dari dalam
diri si pekerja, seperti kelelahan musculoskeletal, emosi, dan lain sebagainya.
Sedangkan dari faktor eksternal yang datang dari luar diri si pekerja, lingkungan
kerja, seperti pencahayaan, kebisingan, kelembaban, dan lain sebagainya.
Besar atau kecilnya beban kerja dapat mempengaruhi produktivitas
seorang pekerja dilihat dari pendekatan fisiologis. Pendekatan fisiologis meliputi
kebutuhan energi (Kkal/menit) dan energi yang mampu dihasilkan oleh
masing-masing pekerja.
Beban kerja pada proses produksi tergolong berat, yaitu lebih besar dari
350-500 Kkal/jam dan kondisi lingkungan dalam pabrik tidak baik, seperti lantai
pabrik hanya berupa tanah, dan hanya ditutupi dengan atap tanpa dibatasi
dinding.. Kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh
lingkungan, atau oleh tekanan akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan tersebut
sama pengaruhnya. Apabila kecepatan denyut jantung seseorang meningkat, akan
terlalu panas. Dengan demikian, pengukuran berdasarkan kriteria Fisiologis dapat
digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut kecil, atau situasi
kerjanya harus dalam keadaan normal.
Perusahaan Batako ”Aneka Jaya Gypsum” merupakan sebuah perusahaan
yang bergerak pada bidang Industri Pembuatan berbagai jenis batako dan bahan
baku bangunan. Kegiatan produksi di CV. Aneka Jaya Gypsum terdapat bagian
pencetakan paving block sebagai salah satu bagian yang sangat penting untuk
dapat menghasilkan paving block yang diinginkan. Target produksi perhari
terpenuhi sebanyak 700 pcs paving block. Pada kenyataannya, pekerja hanya
mampu menyelesaikan sebesar 500-600 unit pcs/hari. Kondisi aktualnya dalam
mencetak 1 pcs paving block, pekerja membungkuk pada saat mengambil
campuran pasir dan semen untuk dimasukkan ke dalam cetakan. Disebabkan
campuran pasir dan semen tersebut berada di lantai. Pada saat melakukan
pencetakan paving block dilakukan dengan menekan mesin cetakan tetapi posisi
pekerja dalam keadaan sedikit melompat pada saat menekan. Apabila dilakukan
secara terus menerus oleh pekerja, maka dapat menyebabkan kelelahan otot, dan
Tabel 1.1. Jumlah Unit Produk dan Target Produksi/Hari CV. Aneka Jaya Gypsum
No Jenis Produk Kondisi Aktual Target Produksi
1. Paving block bentuk segienam 500-600 pcs/hari 700 pcs/perhari
2. Paving block bentuk berlian 500-600 pcs/hari 700 pcs/perhari
3. Paving block bentuk kacang 500-600 pcs/hari 700 pcs/perhari
4. Paving block bentuk kombinasi 500-600 pcs/hari 700 pcs/perhari
Sumber : CV. Aneka Jaya Gypsum
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka perlu dipandang untuk
mengadakan evaluasi secara objektif tentang besarnya beban kerja untuk
menentukan beban kerja yang optimal dilihat dari segi jumlah konsumsi energi
yang dibutuhkan, waktu istirahat, serta evaluasi beban kerja berdasarkan
pendekatan Extra Calorie Due To Peripheral Temperature (ECPT) dan Extra
Calorie Due To Peripheral Metabolism (ECPM) dalam melakukan aktivitas
produksi pada bagian pencetakan dan kemungkinan terjadinya strain fisiologis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan
permasalahan yang dapat ditentukan dalam penelitian ini adalah tidak tercapai nya
target produksi yang dihasilkan oleh pekerja sehingga perlu di analisis beban kerja
dengan pendekatan fisiologis dan evaluasi dengan ECPM, ECPT dan physiologi
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menentukan beban kerja
(workload) pekerja yang optimal pada stasiun pencetakan dan mengevaluasi
secara objektif tentang besarnya beban kerja dalam melakukan kegiatan
pencetakan dan kemungkinan terjadinya strain fisiologis pada pekerja.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor fisik pekerja secara fisiologis pada stasiun
pencetakan dengan melihat faktor konsumsi energi.
2. Mengidentifikasi kebutuhan energi pekerja dalam melakukan proses
produksi pada stasiun pencetakan.
3. Membuat suatu rancangan terhadap masalah yang dihadapi agar dapat
memberikan suatu solusi agar beban kerja optimal.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan
metode ilmiah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk dapat menerapkan
metode, sehingga dapat meningkatkan output produksi perusahaan.
3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik USU dan sebagai tambahan informasi yang dapat
digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian
Batasan terhadap masalah yang akan dianalisis antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di CV. Aneka Jaya Gypsum yang berlokasi di jalan
Kenanga Raya kelurahan Tanjung Sari Medan.
2. Metode kerja yang dianalisis hanya pada stasiun pencetakan.
3. Penentuan beban kerja pekerja menggunakan metode Penilaian Langsung
dan tidak langsung dengan menggunakan pendekatan Cardio Vascular
Load (CVL).
4. Penentuan jumlah konsumsi energi.
5. Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi beban kerja hanyalah faktor
internal yaitu umur.
6. Penilaian beban kerja dilakukan berdasarkan metabolisme tubuh yang
meliputi konsumsi oksigen, denyut nadi atau jantung.
7. Penentuan waktu istirahat pekerja agar tidak mengalami kelelahan kronis
8. Mengevaluasi beban kerja tiap pekerja dengan pendekatan Extra Calorie
Due To Peripheral Temperature (ECPT) dan Extra Calorie Due To
Peripheral Metabolism (ECPM) dan kemungkinan terjadinya strain
fisiologis berdasarkan angka Physiology Strain Index (PSI)
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pekerja yang akan diamati dalam penelitian ini diasumsikan sudah
terampil dengan pekerjaan yang dilakukan dan jumlahnya mencukupi.
2. Kondisi lingkungan kerja yang ada diasumsikan telah memenuhi
persyaratan kondisi lingkungan kerja yang baik dan layak seperti kondisi
kebisingan, pencahayaan, getaran, suhu, dan lainnya.
3. Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi, berada dalam
kondisi normal.
4. Proses produksi yang berlangsung dari awal sampai akhir proses dengan
jam kerja normal.
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi masalah
yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan tugas
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Memaparkan dan menjelaskan secara singkat tentang sejarah dan
gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, manajemen
perusahaan serta proses produksi.
BAB III LANDASAN TEORI
Menampilkan teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan
masalah. Teori tersebut berhubungan dengan beban kerja, konsumsi
energy, ECPT, ECPM dan Physiology Strain Sumber teori atau
literatur yang digunakan dapat berupa buku-buku, jurnal penelitian
dan tugas sarjana mahasiswa yang pernah mengangkat topik
permasalahan yang sama.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga
penyusunan laporan tugas akhir. Setiap tahap persiapan, studi
literatur, pengumpulan dan pengolahan data, pembahasan, penulisan
laporan hingga penulisan laporan akhir dijelaskan dan disajikan
dalam bentuk jadwal pelaksanaan tugas akhir.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari penelitian berupa
data primer dan sekunder serta pengolahan data dengan metode yang
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Menganalisis hasil pengolahan data dan pembahasan pemecahan dari
masalah yang ada serta melakukan perbaikan terhadap masalah
tersebut.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Memberikan kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Industri
CV. Aneka Jaya Gypsum merupakan sebuah industri yang bergerak di
bidang pembuatan berbagai jenis paving block dan bahan baku bangunan.
Perusahaan tersebut dipimpin oleh Bapak Agung selaku pendiri dan pemilik.
Industri ini berada di Tanjung Sari pasar 6 Jalan Kenanga Raya, Medan. Industri
ini didirikan sejak Tahun 2000.
CV. Aneka Jaya Gypsum bertindak sebagai produsen dan distributor.
Harga produk yang ditawarkan cukup bersaing dengan industri sejenis yang
banyak terdapat di daerah tersebut.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Industri ini memiliki produk yang bervariasi. Hal ini bertujuan agar
konsumen memiliki keinginan yang berbeda-beda. Produk-produk ini memiliki
bahan baku yang hampir serupa. Perbedaan yang mendasar hanya dari segi bentuk
Tabel 2.1. Produk Yang Dihasilkan di CV. Aneka Jaya Gypsum
No Jenis Produk Target Produksi
1. Paving block bentuk segienam 700 pcs/perhari
2. Paving block bentuk berlian 700 pcs/perhari
3. Batu bata 500 pcs/perhari
4. Paving block bentuk kacang 700 pcs/perhari
5. Paving block bentuk kombinasi 700 pcs/perhari
6. Tabung untuk sumur 2 pcs/perhari
Sumber : CV. Aneka Jaya Gypsum
2.3. Tenaga Kerja
Sesuai dengan struktur organisasi yang berbentuk sederhana (simple),
maka industri ini dipimpin langsung oleh pemilik. Bapak Agung memegang
peranan penting dan sebagai penanggung jawab mutlak atas semua kegiatan
produksi hingga pemasaran pada CV. Aneka Jaya Gypsum. Struktur organisasi
pada CV. Aneka Jaya Gypsum dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur Organisasi CV. Aneka Jaya Gypsum
PIMPINAN INDUSTRI
Industri ini memiliki beberapa orang pekerja dengan tugas yang
berbeda-beda namun tidak mengikat. Dengan kata lain para pekerja tidak memiliki
tanggung jawab secara khusus dan tetap, tetapi dapat berpindah tanggung jawab
dan pekerjaan dilakukan sesuai kebutuhan industri. Dari hasil pengamatan, para
pekerja dapat dirinci sebagai berikut:
1. Jumlah pekerja yang bekerja di lantai produksi paving block sebanyak 4 orang
pada bagian pencetakan dan 1 orang pekerja wanita bertugas sebagai
pengawas. Pekerja wanita mengerjakan pekerjaan yang bersifat ringan, dengan
metabolism basal 1,4 kkal/menit, sedangkan pekerja pria mengerjakan
pekerjaan yang membutuhkan tenaga dengan metabolisme basal 1,7
kkal/menit.
2. Jumlah pekerja pada bagian penjualan dan transport sebanyak 3 orang. Ketiga
orang ini adalah pria, bertanggung jawab untuk mengantar barang pesanan
pembeli dan bernegoisasi dengan pembeli bersama pemilik industri untuk
melakukan transaksi.
Jumlah keseluruhan pekerja adalah 8 orang dengan perincian 7 orang pria dan
1 orang wanita. Kegiatan proses produksi dimulai pukul 8 pagi sampai pukul 4
sore dengan jam istirahat dari pukul 12.00 sampai pukul 13.00 siang.
2.4. Proses Produksi
Paving block adalah batu untuk membangun rumah atau gedung. Paving
paving block teras. Namun, dengan kualitas yang berbeda paving block press abu
batu mempunyai kualitas yang sangat baik, berbeda dengan paving block teras.
Adapun proses produksi paving block adalah sebagai berikut:
1. Pasir diayak untuk mendapatkan pasir yang halus
2. Pasir dan semen diaduk sampai rata dengan menambahkan air
3. Adonan pasir, semen, dan air tersebut diaduk kembali sehingga didapat bahan
baku yang siap dipakai.
4. Bahan baku yang siap dipakai ditempatkan di mesin pencetak paving block
dengan menggunakan sekop dan di atasnya dapat ditambahkan pasir halus
hasil ayakan (bergantung pada jenis produk paving block yang dibuat).
5. Dengan menggunakan lempengan besi khusus kemudian ditekan sampai padat
dan rata dengan mekanisme tekan pada mesin cetak
6. Paving block mentah yang sudah jadi tersebut kemudian dikeluarkan dari
cetakan dengan cara menempatkan potongan papan di atas seluruh permukaan
alat cetak.
7. Kemudian alat cetak dibalik secara hati-hati dengan skala produksi dan
keunggulan produk akhir sehingga paving block mentah tersebut keluar dari
alat cetaknya.
8. Proses berikutnya adalah mengeringkan paving block mentah dengan cara
diangin-anginkan atau dijemur di bawah terik matahari sehingga didapat
Hasil produksi paving block sebelum dipasarkan harus menjalani
pengujian mutu yang meliputi:
a. pengujian ukuran dan tampak luar
b. pengujian daya serap, dan
c. pengujian kuat tekan
Proses Pembuatan Paving Block dapat dilihat pada Block Diagram pada
Pasir Semen
Diaduk sampai rata dengan mesin pengaduk
Air
Diaduk lagi dengan mesin pengaduk
Pasir halus hasil ayakan dengan mesin pengayak
Dicetak dengan mesin pencetak
Dikeluarkan dari mesin pencetak
Batako atau bermacam-macam bentuk paving block
Uji kualitas cetakan (kuat dan tegangan tekan, ukuran dimensi dan tampak luar, daya serap)
Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan atau dijemur dibawah terik matahari.
Batako atau bermacam-macam bentuk paving block
Produk cetakan berkualitas Produk cacat
[image:32.595.124.539.141.654.2]Didistribusikan atau dipasarkan
Skala produksi dan keunggulan produk akhir paving block yang dihasilkan
dengan sistem produksi ini mempunyai kelebihan bentuk cetakan lebih bagus,
permukaan lebih rata dan pori-porinya lebih rapat sehingga kuat tekan dan
tegangan tekannya lebih tinggi serta tidak mudah retak. Di samping itu dengan
sistem produksi ini skala produksi harian dapat ditingkatkan dari 200-250 buah
paving block/hari (dengan sistem produksi manual). Assembly Process Chart
Pembuatan Paving Block di CV. Aneka Jaya Gypsum dapat dilihat pada Gambar
ASSEMBLY PROCESS CHART
Tanggal Dipetakan : 20 Februari 2011 Pekerjaan :
Peta Sekarang
Dipetakan Oleh : Andrico Ferdian Usulan
Pembuatan Paving Block
Keterangan Peta Transportasi Storage Operasi Inspeksi Simbol Jumlah 5 0 6 7 Pasir Tempat Penimbunan Pasir Dibawa ke Stasiun Pencetakan Dengan Beko Semen Gudang Dibawa ke Stasiun Pencetakan Dengan Beko Pasir Merah Gudang Semen Dibawa ke Stasiun Pencetakan Dengan Beko Diayak Dicampur Dimasukan ke Mesin Cetak dengan Sekop Kecil Dicetak Dipindahkan Ke Tempat Penumpukan Batako Dijemur
Disiram Dengan Air
Dijemur
Dibawa Ke Tempat Penyimpanan
Disimpan di Gudang Bahan Jadi
S-1 S-2 S-3
T-1 T-2 T-3
[image:34.595.115.471.118.551.2]O-1 O-2 T-4 O-3 T-5 O-4 O-5 O-6 T-6 S-4 Air S-5 T-7 Tempat Penyimpanan Air Dibawa ke Stasiun Pencetakan Dengan Beko
2.4.1. Bahan-Bahan Yang Digunakan 2.4.1.1.Bahan Baku
Dalam proses produksi pembuatan paving block ini menggunakan bahan
baku pasir dan semen yang diperoleh dari pemasok. Bahan baku ini dipesan dalam
jumlah besar untuk beberapa hari.
2.4.1.2.Bahan Penolong
1. Air
Fungsi air yaitu untuk membantu proses penyatuan pasir dan semen yang ada.
2. Pasir merah
Fungsi pasir merah adalah untuk memberi warna merah pada paving block
yang dihasilkan.
2.4.2. Metode Kerja
Adapun metode kerja yang digunakan dalam membuat paving block, yaitu:
1. Mengambil pasir dengan beko
2. Mengayak pasir
3. Mengambil semen
4. Menuang semen ke atas pasir
5. Mengambil air
6. Mencampur sedikit air, pasir, dan semen menggunakan sekop
7. Menyiapkan cetakan (mengoleskan oli bila perlu)
9. Memasukkan bahan ke dalam cetakan
10. Meratakan cetakan
11. Melakukan proses pencetakan
12. Mengeluarkan paving block dari cetakan
13. Memindahkan paving block ke tempat peletakan
14. Mengulangi kegiatan no.6 sampai no.12 hingga paving block dirasa cukup.
15. Setelah jumlah paving block dirasa cukup, maka paving block dipindahkan ke
tempat penjemuran
16. Menyiram paving block dengan air
17. Menjemur paving block hingga kering
2.4.3. Mesin dan Peralatan
Jumlah dan spesifikasi mesin dan peralatan yang terdapat pada CV. Aneka
Jaya Gypsum adalah sebagai berikut :
1. Mesin Press
Kapasitas = 1 cetakan
Jumlah = 1 unit
Tenaga = Manual
Fungsi = mengepres campuran bahan menjadi Paving block
2. Kuas
Jumlah = 1 buah
3. Oli bekas
Jumlah = Secukupnya
Fungsi = Melumasi cetakan
4. Beko
Jumlah = 3
Fungsi = Mengangkut pasir ke stasiun pencetakan
5. Cangkul
Jumlah = 3
Fungsi = Mencampur bahan-bahan dan menuang pasir ke beko
6. Sekop
Jumlah = 3
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang secara sistematis
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja
pada sistem itu dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pekerjaan itu dengan efektif, aman, nyaman, sehat dan efisien1
1. Penyelidikan tentang tampilan (display)
.
Pada penerapan ergonomi, diperlukan informasi yang lengkap mengenai
kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Salah satu usaha untuk
mendapatkan informasi tersebut adalah dengan melakukan
penyelidikan-penyelidikan. Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomi
dikelompokkan atas 4 bidang penyelidikan yaitu :
Tampilan (display) adalah suatu perangkat antara (interface) yang
menyajikan informasi tentang keadaaan lingkungan dan kemudian
mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk tanda-tanda,
angka-angka, lambang dan sebagainya. Informasi tersebut dapat disajikan dalam
bentuk dinamis yang menggambarkan perubahan menurut waktu sesuai
dengan variabelnya, misalnya speedometer.
1
2. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia
Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia dilakukan ketika manusia
mulai melakukan aktivitas kerja dan kemudian dipelajari cara mengukur
aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan ini juga mempelajari perancangan
objek serta peralatan yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia pada
saat melakukan aktivitasnya.
3. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja
Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja bertujuan untuk mendapatkan
rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran (dimensi) tubuh
manusia, agar diperoleh tempat kerja yang baik yang sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia.
4. Penyelidikan tentang lingkungan kerja
Penyelidikan tentang lingkungan kerja meliputi kondisi fisik tempat kerja
dan fasilitas kerja, seperti pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur,
getaran, dan lain-lain yang dianggap dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia.
3.1.1. Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi
Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk
menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi, antara
tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan
sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi. Dalam kata lain, tuntutan tugas
tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan
(overload). Karena keduanya, baik underload maupun overload akan
menyebabkan stress. Konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan
tugas tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Keseimbangan Dalam Ergonomi
(sumber: Manuaba, 2000 dalam Tarwaka, dkk 2004 : 8)
a. Kemampuan Kerja (Work Capacity)
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia, jenis
kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan
kepercayaan.
2. Physicological Capacity (Kemampuan Fisiologis); meliputi kemampuan
3. Biomechanical Capacity (Kemampuan Biomekanik) berkaitan dengan
kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan
tulang.
b. Tuntutan Tugas (Task Demand)
1. Task and Material Characteristic (Karakteristik tugas dan Material);
ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan
irama kerja.
2. Organization Characteristic; berhubungan dengan jam kerja dan jam
istirahat, shift kerja, cuti dan libur, manajemen.
3. Environmental Characteristic; berkaitan dengan teman setugas, kondisi
lingkungan kerja fisik, norma, adat kebiasaan dan sosiobudaya.
c. Performansi (Performance)
1. Bila rasio tuntutan tugas (Task Demand) > Kapasitas kerja (Work
Capacity), maka hasil akhirnya berupa: ketidaknyamanan overstress,
kelelahan, kecelakaan, cidera, rasa sakit dan tidak produktif.
2. Bila rasio tuntutan tugas (Task Demand) < Kapasitas kerja (Work
Capacity), maka hasil akhirnya berupa: undertress, kebosanan,
kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif.
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan
dinamis (task demand = Work capacity) sehingga tercapai kondisi
3.2. Fisiologi
Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan
kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya
tenaga yang setepat-tepatnya berdasarkan kriteria ini agak sulit karena perubahan
fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan
beberapa fungsi fisiologis yang lain, seperti tekanan darah, peredaran udara dalam
paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang
digunakan, temperatur badan, banyaknya keringat dan komposisi kimia dalam
urine darah. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan jantung dan
kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh
lingkungan, atau oleh tekanan akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan tersebut
sama pengaruhnya. Sehingga apabila kecepatan denyut jantung seseorang
meningkat, akan sulit ditentukan apakah akibat kerja, akibat rasa takut atau akibat
temperatur ruangan yang terlalu panas.
Pengukuran berdasarkan kecepatan denyut jantung akan mudah dilakukan
tetapi pengukuran ini kurang tepat dibandingkan dengan konsumsi oksigen karena
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor individu, seperti emosi, kondisi fisik,
kelamin, dan lain-lain. Sehubungan dengan pekerjaannya sendiri, terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran tenaga selama bekerja,
diantaranya cara melaksanakan kerjanya, kecepatan kerjanya, sikap pekerja,
3.3. Beban Kerja Fisik
Sudut pandang ergonomi menganalisi setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik, kognitif,
maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja
seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung
dari tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran tubuh dari pekerja
yang bersangkutan.
Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima oleh
fisik akibat pelaksanaan kerja. Prinsip dasar dalam ergonomic adalah bagaimana
agar Demand < Capacity, sehingga perlu diupayakan agar beban kerja fisik yang
diterima tubuh saat bekerja tidak melebihi kapasitas fisik manusia yang
bersangkutan. Untuk mengevaluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik
manusia dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi biomekanika dan sisi fisiologis. Sisi
fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh, meliputi
anatomi tubuh, denyut jantung, pernafasan dan lain-lain. Beban kerja dari sisi
fisiologis dihitung menurut kebutuhan kalori berdasarkan energy yang
dikeluarkan selama melakukan aktivitas.
Astrand dan Rodahl (1986) menguraikan faktor-faktor utama yang dapat
mempengaruhi tingkat energi yang dikeluarkan oleh pekerja, dapat dilihat pada
Fungsi-fungsi Pemeliharaan/service tubuh: 1. Bahan bakar
2. Oksigen yang diambil Adaptasi terhadap training
Faktor Psikhis: Perilaku Motivasi
Lingkungan: Ketinggian Tekanan Udara
Panas Dingin Kebisingan Polusi Udara
Proses untuk menghasilkan energi
Performansi Fisik Faktor Somatik
Jenis kelamin & usia Dimensi tubuh
Kesehatan
Kondisi latihan Intensitas
[image:44.595.83.537.133.374.2]Durasi Teknik Posisi Ritme Skedul
Gambar 3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan dan Kapasitas untuk Melakukan Aktivitas Fisik
3.4. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Menurut Rodhal (1989), Adipura (1998) dan Manuaba (2000) bahwa
secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor formal internal maupun faktor
eksternal.
3.4.1. Beban Kerja oleh Karena Faktor Eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luat
sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai
stressor.
1. Tugas-tugas (task) yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun
kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan saranakerja, kondisi atau medan kerja,
sikap kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkat-angkat dan lain-lain.
Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan
atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja,
tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan lain-lain.
2. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya
waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan,
dan lain-lain.
3. Lingkungan kerja yang dapar memberikan beban tambahan kepada pekerja,
seperti lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja
biologis, dan lingkungan kerja psikolologis.
3.4.2. Faktor Kerja oleh Karena Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh
tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya starin dapat nilai baik secara
objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan
reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui
perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu strain secara
lainnya. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi fakotr somatis dan faktor
psikis.
Untuk mengetahui berapa besar tenaga yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja diperlukan pengukuran terhadap aktivitas kerja. Pengukuran aktivitas
kerja ini dapat dibagi dalam dua kelas utama, yaitu kriteria fisiologis dan kriteria
operasional, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kriteria fisiologis.
Kriteria fisologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan
kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya
tenaga yang setepat-tepatnya berdasarkan kriteria ini agak sulit, karena
perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan
melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain, seperti tekanan darah,
peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah
karbondioksida yang dihasilkan, temperatur badan, banyaknya keringat, dan
komposisi kimia dalam urin dan darah. Secara lebih luas dapat dikatakan
bahwa kecepatan denyut jantung dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh
tekanan psikologis, tekanan oleh lingkungan atau tekanan akibat kerja keras,
dimana ketiga tekanan tersebut sama pengaruhnya. Pengukuran berdasarkan
kecepatan denyut jantung lebih mudah dilakukan tetapi pengukuran ini
kurang tepat dibandingkan dengan konsumsi oksigen karena lebih banyak
2. Kriteria Operasional
Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur atau
menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota-anggota
tubuh pada saat melaksanakan gerakan-gerakannya. Secara umum hasil
gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam
berbagai bentuk: range (rentangan) gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan
kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian. Untuk mengukur
aktivitas-aktivitas tersebut, bisa digunakan bermacam-macam alat ukur seperti: alat
pengukur tegangan dinamometer.
3.5. Penilaian Beban Kerja Fisik
Menurut Astrand dan Rodhal, bahwa penilaian beban kerja dapat
dilakukan denga dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan
metode penilaian tidak langsung.
1. Metode Penilaian Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang
dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Smakin berat beban kerja
akan semakin banyak energi yang diperlikan untuk dikonsumsi. Metode
pengukuran asupan oksigen terlihat lebih akurat, namun kenyataannya hanya
dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang
mahal. Kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi suhu
Tabel 3.1. Kategori Kerja Berdasarkan Metabolisme,Respirsasi,Suhu Tubuh dan denyut jantung.
Kategori beban kerja Konsumsi oksigen (1/min) Ventilasi paru (1/min) Suhu Rektal (C) Denyut jantung (denyut/min) - Ringan - Sedang - Berat
- Sangat berat
- sangat berat sekali
0,5-1,0 1,0-1,5 1,5-2,0 2,0-2,5 2.5-4,0 11-20 20-31 31-43 43-56 60-100 37,5 37,5-38,0 38,0-38,5 38,5-39,0 >39 75-100 100-125 125-150 130-175 >175
2. Metode Penilaian Tidak Langsung
Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi
selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode
untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan
untuk menghitung denyut nadi adalah telenetri dengan menggunakan rangsangan
electro cardia graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat
dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon,
1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
60 10 ) / ( x an penghitung Waktu Denyut menit Denyut nadi Denyut =
Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai
beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah juga tidak
menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi untuk
mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum
pekerjaan dimulai.
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan
denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam
peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan
yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh
Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Heart Rate
Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam presentase yang dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut.
100 max
Re
% x
DNI DN
DNI DNK
verse HR
− − =
Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah:
(220 – umur) untuk laki-laki dan (200 – umur) untuk perempuan
Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak
cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah
KJ yang di konsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan
meningkatkan deyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah
dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja. Astrand & Rodhal
(1977); Rodhal (1989) menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan
sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan mersakan denyutan pada
arteri radialis di pergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yang didefenisikan oleh Grandjean (1993).
1). Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai
2). Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3). Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam
peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan
yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum tersebut
oleh rodhal (1989) didefenisikan sebagai heart rate reserve (HR reserve). HR
reserve tersebut diekspresikan dalam persentase yang dapat dihitung dengan
menggunaksn rumus sebagai berikut.
100 ker Re % x istirahat nadi Deyut maksimum nadi Denyut istirahat nadi Denyut ja nadi Denyut serve HR − − =
Lebih lanjut, Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi
beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan
denyut nadi maksimun karena beban kardiovaskuler (cardivasculair load =
%CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut.
istirahat nadi Denyut maksimum nadi Denyut istirahat nadi Denyut ja nadi Denyut x CVL −−
=100 ( ker )
%
Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan
Dari hasil penghitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut.
< 30% = Tidak terjadi kelelahan
30 s.d. < 60% = Diperlukan perbaikan
60 s.d. < 80% = Kerja dalam waktu singkat
80 s.d. < 100% = Diperlukan tindakan segera
> 100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas
Selain cara tersebut diatas cardiovascular strain dapat diestimasi
menggunakan denyut nadi pemulihan atau dikenal dengan metode Brouha.
Keuntungan metode ini adalah sama skali tidak mengganggu atau menghentikan
pekerjaan, karena pengukuran dilakukan setelah subjek berhenti bekerja. Denyut
nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik menit pertama, kedua dan ketiga
(P1, P2, P3). Rerata dari ketiga nilai tersebut dihubungkan dengan total cadiac
cost dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika P1 – P3 > 10 atau P1, P2, P3 seluruhnya <90, nadi pemulihan normal
2. Jika rerata P1 yang tercatat < 110 atau P1 - P3 > 10, maka beban kerja
tidak berlebihan
3. Jika P1 – P3 < 10 dan jika P3 > 90, perlu redesain pekerjaan
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi
pada keterganungan pekerjaan, tingkat kebugaran dan pemaparan lingkungan
panas. Jika pemulihan nadi tidak segera tercapai maka diperlukan redesain
variabel tunggal maupun variabel keseluruhan dari variabel bebas task (tugas),
organisasi kerja dan lingkungan kerja yang menyebabkan beban kerja tambahan.
Salah satu proses yang paling penting dalam badan manusia ialah
berubahnya energi kimia dari makanan menjadi panas dan tenaga mekanik.
Makanan dipecah di dalam usus menjadi senyawa kimia sederhana sehingga dapat
diserap oleh dinding alat pencerna sampai ke aliran darah. Bagian besar dari
pecahan makanan lalu diangkut ke hati untuk disimpan sebagai cadangan energi
dalam bentuk glikogen, dan jika dibutuhkan lalu dilepaskan ke dalam aliran darah
sebagian besar dalam bentuk senyawa gula, yang mana dapat dilihat pada Gambar
[image:52.595.157.446.392.726.2]3.3.
Segenap perubahan yang menyangkut bahan makanan itu disebut ”
metabolisme ”. Oleh proses metabolik itulah energi dihasilkan dan dipakai untuk
kerja mekanis melalui sarana kimiawi di dalam otot. Sedangkan yang dimaksud
metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat
dengan perut dalam keadaan kosong, yang mana tergantung pada ukuran berat
badan dan jenis kelamin.
Total metabolisme tubuh secara langsung dapat diukur melalui konsumsi
oksigen dengan persamaan sebagai berikut: (Konz, 1996 : 50)
Tot Met = 60 Energy x Ox Uptk ... (2.5)
Dimana:
Tot Met = Total Metabolism (total metabolisme)
Energy = Konsumsi energi (Kkal/menit)
Ox Uptk = Oxygen Uptake (konsumsi oksigen) (Liter/menit)
3.5.1. Pemulihan Energi Saat Istirahat
Irama antara konsumsi energi dan pembayaran kembalinya, atau
pergantian antara bekerja dan pemulihannya berlaku sama bagi semua fungsi
tubuh. Ia diperlukan bagi keseluruhan orang maupun jantung atau otot. Waktu
istirahat merupakan kebutuhan Fisiologis yang tidak dapat ditawar demi untuk
mempertahankan kapasitas kerja. Waktu istirahat dibutuhkan tidak hanya bagi
kerja fisik, tetapi juga oleh jabatan yang menimbulkan tegangan mental dan saraf.
indera serta ketekunan konsentrasi mental. Menurut Suma’mur (1982) bahwa
bekerja adalah anabolisme yakni mengurangi atau menggunakan bagian-bagian
yang telah dibangun sebelumnya. Dalam keadaan demikian, sistem syaraf utama
yang berfungsi adalah komponen simpatis. Maka pada kondisi seperti itu,
aktivitas tidak dapat dilakukan terus-menerus, melainkan harus diselingi istirahat
untuk memberi kesempatan tubuh melakukan pemulihan. Pada saat istirahat
tersebut, maka tubuh mempunyai kesempatan membangun kembali tenaga yang
telah digunakan (katabolisme).
Grandjean (1993) menjelaskan bahwa setiap fungsi tubuh manusia dapat
dilihat sebagai keseimbangan ritmis antara kebutuhan energi (kerja) dengan
penggantian kembali sejumlah energi yang telah digunakan (istirahat). Kedua
proses tersebut merupakan bagian integral dari kerja otot, kerja jantung dan
keseluruhan fungsi biologis tubuh. Dengan demikian jelas bahwa untuk
memelihara performansi dan efisiensi kerja, waktu istirahat harus diberikan
secukupnya, baik antara waktu kerja maupun di luar jam kerja (istirahat pada
malam hari).
3.5.2. Periode Istirahat
Dalam buku Sastrowinoto (1985), menyebutkan bahwa dengan studi kerja
kita mengetahui bahwa orang yang bekerja diselipi oleh istirahat dengan berbagai
a. Spontan
Istirahat spontan jelas merupakan istirahat yang diselipkan oleh pekerja
sendiri untuk mengaso. Meski tidak akan memakan waktu lama meskipun
sering dilakukan, terutama pada pekerjaan yang berat.
b. Tersembunyi
Ialah melakukan pekerjaan yang tidak perlu bagi tugas yang sedang Ia
tangani. Banyak juga tempat-tempat yang memungkinkan waktu mengaso
jenis itu, misalnya membersihkan komponen mesin, membenahi bangku
kerja, duduk yang enak dan lain-lain.
c. Kondisi pekerja
Istirahat kondisi kerja terdiri atas segala tipe waktu tunggu, tergantung pada
pengaturan pekerja atau gerakan dari mesin. Seringkali waktu tunggu
semacam itu terjadi ketika operasi mesin telah selesai, perkakas harus
didinginkan, menanti datangnya komponen, atau operasi perawatan mesin.
d. Telah ditentukan
Istirahat telah ditentukan dibuat berdasarkan studi kerja. Kalau ditentukan
banyaknya waktu istirahat pendek yang diselipkan selama bekerja, maka
ternyata bahwa mengaso tersembunyi dan mengaso spontan akan berkurang
jumlahnya.
3.5.3. Pengaruh Waktu Kerja dan Waktu Istirahat.
Pengaturan waktu istirahat harus disesuaikan dengan sifat, jenis pekerjaan
dingin, bising dan berdebu. Namun demikian secara umum, di Indonesia telah
ditentukan lamanya waktu kerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan
selebihnya adalah waktu istirahat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu
hanya akan menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Dalam hal lamanya waktu kerja melebihi ketentuan yang
telah ditetapkan (8 jam per hari atau 40 jam seminggu), maka perlu diatur
waktuwaktu istirahat khusus agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap
dapat dipertahankan dalam batas-batas toleransi. Pemberian waktu istirahat
tersebut secara umum dimaksudkan untuk:
1. Mencegah terjadinya kelelahan yang berakibat kepada penurunan
kemampuan fisik dan mental serta kehilangan efisiensi kerja.
2. Memberi kesempatan tubuh untuk melakukan pemulihan atau penyegaran.
3. Memberikan kesempatan waktu untuk melakukan kontak sosial.
3.5.4. Penentuan Waktu Istirahat Dengan Menggunakan Pendekatan Fisiologis
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi
kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
Setelah melakukan penghitungan diatas, kita dapat menghitung konsumsi
energi dengan menggunakan persamaan :
K= Et -Ei
Dimana:
K = Konsumsi energi (kilokalori/menit)
Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei = Pengeluaran energi pada waktu sebelum bekerja
Selanjutnya konsumsi energi dikonversikan kedalam kebutuhan waktu
istirahat dengan menggunakan persamaan Murrel (Pullat, 1992) sbb:
Rt = 0 untuK<S
60
2 / ) . ( 1 /
x BM S K xT S K
Rt = untuk S<K<2S
1,11 .
) . (
x BM K
S K T
Rt = untuk K>2S
Dimana :
Rt = waktu istirahat
K = energi yang dikeluarkan selama bekerja
S = standar energi yang dikeluarkan (pria = 5 kkal/mnt, wanita = 4 kkal/mnt)
BM = Metabolisme basal (pria = 1.7 Kkal/mnt, wanita = 1.4 Kkal/mnt)
T = lamanya bekerja (menit)
3.6. Standar untuk Energi Kerja
Standar dalam hal ini adalah pengaturan yang dibuat untuk mengetahui
Konsumsi energi diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Semakin banyaknya
kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu jenis pekerjaan, maka semakin banyak
pula energi yang dikonsumsi, dan diekspresikan sebagai kalori kerja. Kalori ini
didapat dengan cara mengukur konsumsi energi pada saat bekerja kemudian
dikurangi dengan konsumsi energi pada saat istirahat atau pada saat metabolisme
basal.
Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori
yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada
pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi enenrgi tertentu akan lebih berat jika
hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besar otot.
Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya denyut jantung adalah:
1. Temperatur sekeliling yang tinggi
2. Tingginya pembebanan otot statis
3. Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja
Untuk berbagai macam alasan itulah, sehingga denyut jantung telah
dipakai sebagai index beban kerja. Pengukuran denyut jantung adalah merupakan
salah satu alat untuk mengetahui beban kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara:
1. Marasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan
tangan.
3. Menggunakan ECG (electrocardiogram), yaitu mengukur signal elektrik
yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit anda.
Muller (1962) memberikan beberapa definisi sebagai berikut:
1. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rat-rata denyut
jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
2. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut
jantung selama (pada saat) seseorang bekerja.
3. Denyut jantung untuk kerja (work pulse) adalah selisih antara denyut jantung
selama bekerja dan selama istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energi expenditur dengan kecepatan
denyut jantung (nadi) dapat digunakan analisis regresi. Bentuk regresi hubungan
energi dengan kecepatan denyut jantung (nadi) adalah regresi kuadratis dengan
persamaan sebagai berikut :
Y = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733.10-4 X2
Dimana :
Y = energi (kkal/menit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Denyut kerja total (total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut
jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi
istirahatnya (resting level).
Untuk mengetahui berapa jumlah energi kerja yang dibutuhkan sesuai
Tabel 3.2. Kategori Beban Kerja yang Disesuaikan Dengan Energi Kerja
Beban Kerja
Energi Kerja (Kkal/jam)
Ringan 100 - 200 Kkal / jam
Sedang > 200 – 350 Kkal / jam
Berat > 350 – 500 Kkal / jam
Energy yang dihasilkan oleh metabolism tubuh seseorang saat melakukan
aktivitas diklasifikasikan menjadi:
1. Energi BMR (Basal Metabolic Rate), yaitu kebutuhan energy untuk
mempertahankan kehidupan pada saat tubuh sedang dalam kondisi
istirahat (dari pencernaan, aktivitas fisik maupun emosional).
2. Energi yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas fisik (physical
activity/PA).
3. Thermic Effect of Food (TEF), yaitu jumlah energy yang digunakan
tubuh untuk proses penyerapan dan pencernaan makanan. Jumlahnya
proporsional terhadap energy yang dihasilkan makanan, dan biasanya
diperkirakan sebesar 10% dari energy yang dikonsumsi.
4. Adaptive Thermogenesis, yaitu sejumlah energy tambahan yang
dibutuhkan ketika seseorang harus beradaptasi terhadap perubahan
kondisi yang dramatis.
Perkiraan Kebutuhan Energi (Estimate Energy Requirement/EER) dapat
a. Untuk laki-laki berusia di atas 19 tahun :
EER = 662 – 9,53 x age + PA x [(15,91 x wt) + (539,6 x ht)] ……… 1
b. Untuk wanita berusia di atas 19 tahun:
<