1
ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN
DELI TUA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat untuk menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh:
DANIEL SIMBOLON
04 0404 061
BIDANG STUDI TRANSPORTASI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
ABSTRAK
“ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA”
Oleh : Daniel Simbolon (04 0404 061)
Penelitian ini bertujuan memodelkan bangkitan pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Deli Tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengestimasi besarnya pergerakan yang keluar dari kecamatan tersebut sehingga nantinya dapat dilakukan forecasting untuk mengantisipasi permasalahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Survei primer dilakukan melalui pengisian kuesioner pada 120 keluarga yang bermukim di kawasan Kecamatan Deli Tua.
Hasil dari kuesioner ditabulasikan menjadi variabel bebas dan variabel terikat, kemudian dianalisis melalui program SPSS-13. Persamaan regresi digunakan untuk memodelkan bangkitan pergerakan pada Kecamatan Deli Tua.
Dari hasil uji model, diperoleh model bangkitan perjalanan terbaik di Kecamatan Deli Tua yaitu Y = -0,226 + 1,106 + 1,005 , dengan Y adalah bangkitan perjalanan) dan (jumlah anggota keluarga yang sekolah).
3
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan baik.
Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan menempuh ujian sarjana
pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul tugas akhir ini adalah “Analisa Bangkitan Perjalanan Pada
Kecamatan Deli Tua”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penulisan Tugas Akhir ini
banyak sekali bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus yang senantiasa menyertai dalam proses pengerjaan
tugas akhir ini.
2. Bapak Yusandy Aswad,ST, MT sebagai dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran ataupun masukan
yang sangat berharga dalam penyusunan/penulisan Tugas Akhir
ini hingga selesai.
3. Bapak Prof.Dr.Ing. Johannes Tarigan sebagai ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak Ir. Terunajaya, Msc sebagai sekretaris Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan
4
6. Istimewa untuk orang tua tercinta, D. Simbolon dan E.Sihaloho
yang senantiasa mencurahkan segenap kasih sayang dan segala
dukungan yang tidak dapat terbalas oleh penulis.
7. Untuk adik penulis Hunter, Reyndra, Bon, Abe, dan Perkasa.
Terima kasih atas cinta, doa dan dukungannya kepada penulis.
8. Buat semua sahabat penulis (Mejen, leo, Bens, Amrin, mejer, Jun,
dogol & cond, Ical, Gajut, Dod, Jack, Waloed, Samm, mike,
Mario, Nuek, Emir, ) beserta semua teman-teman stambuk 04, 05,
06, 07 dan 08 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu,
terimakasih atas segala doa dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta referensi yang
penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran dan kritik demi
perbaikan pada masa-masa yang akan datang.
Medan, 2011
( Daniel Simbolon)
5
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR ISTILAH ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Perumusan Pembahasan ... 2
I.3 Tujuan Penelitian ... 2
I.4 Keaslian Penelitian ... 3
I.5 Manfaat Penelitian ... 4
I.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 4
I.7 Landasan Teoritis ... 5
I.8 Metodologi Pembahasan ... 8
6
II.2 Konsep Pemodelan Bangkitan Pergerakan ... 14
II.2.1 Konsep Metode Analisis Regresi Linear Berganda ... 18
II. 2.2 Konsep Metode Analisis Kategori ... 16
II.3 Karakteristik Pelaku Perjalanan ... 18
II.3.1 Faktor Sosial Ekonomi ... 18
II.4 Hubungan Transportasi dan Penggunaan Lahan ... 20
II.4.1 Model Interaksi Transportasi dan Penggunaan Lahan ... 20
BAB III METOTODOLOGI PENELITITAN III.1 Variabel Penelitian ... 22
III.2 Bagan Alir Penelitian ... 22
III.3 Metode Pengambilan Data ... 24
III.4 Jenis dan Sumber Data ... 25
III.5 Metode Pengambilan Sampel ... 26
III.6 Daftar Kuesioner ... 27
III.7 Model Penelitian ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Penelitian ... 31
IV.1.1 Lokasi penelitian ... 31
IV.1.2 Letak Geografis dan Kondisi Alam Deli Tua ... 31
7
IV.2.1 Geometrik Jalan Besar Deli Tua ... 32
IV.4 Karakteristik Responden ... 35
IV.4.1 Jumlah Anggota Keluarga ... 35
IV.4.2 Jenis Pekerjaan dan Penghasilan Rata-Rata
Keluarga 37
IV.4.3 Jumlah Kepemilikan Kendaraan ... 38
IV.5 Model Perhitungan Produksi Perjalanan ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan ... 76
V.2 Saran ... 78
8
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Data Sampel Sementara ... 33
Tabel IV.2 Deskripsi Statistik Data Sampel Untuk Uji Kecukupan Data ... 33
Tabel IV.3 Jumlah Anggota Keluarga ... 36
Tabel IV.4 Jenis Pekerjaan ... 37
Tabel IV.5 Jumlah Kepemilikan Kendaraan ... 38
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Trip Production Dan Trip Attraction ...
Gambar II.2 Bangkitan Dan Tarikan Pergerakan ...
Gambar II.3 Skema Interaksi Hubungan Transportasi Dan Penggunaan Lahan ...
Gambar II.4 Tahapan Model Konvensional Transportasi ...
Gambar III.1 Bagan Alir Penelitian ...
Gambar III.2 Tahapan Pengumpulan Data Primer ...
Gambar IV.1 Peta Kabupaten Deli Serdang ...
Gambar IV.2 Jumlah Anggota Keluarga ...
Gambar IV.3 Jumlah Anggota Keluarga Bekerja ...
Gambar IV.4 Jumlah Anggota Keluarga Bersekolah ...
Gambar IV.5 Jenis Pekerjaan ...
Gambar IV.6 Kepemilikan Kendaraan ...
Gambar IV.7 Pemasukan Data Dalam Data Editor Pada Spss ...
Gambar IV.8 Proses Analisa Regresi Pada Spss ...
10
DAFTAR LAMPIRAN
2
ABSTRAK
“ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA”
Oleh : Daniel Simbolon (04 0404 061)
Penelitian ini bertujuan memodelkan bangkitan pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Deli Tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengestimasi besarnya pergerakan yang keluar dari kecamatan tersebut sehingga nantinya dapat dilakukan forecasting untuk mengantisipasi permasalahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Survei primer dilakukan melalui pengisian kuesioner pada 120 keluarga yang bermukim di kawasan Kecamatan Deli Tua.
Hasil dari kuesioner ditabulasikan menjadi variabel bebas dan variabel terikat, kemudian dianalisis melalui program SPSS-13. Persamaan regresi digunakan untuk memodelkan bangkitan pergerakan pada Kecamatan Deli Tua.
Dari hasil uji model, diperoleh model bangkitan perjalanan terbaik di Kecamatan Deli Tua yaitu Y = -0,226 + 1,106 + 1,005 , dengan Y adalah bangkitan perjalanan) dan (jumlah anggota keluarga yang sekolah).
11
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada tahun 2005 Sumatera Utara pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
mencapai 5,48 % dimana sektor pengangkutan dan komunikasi bertumbuh sebesar
8,70 %. Pertumbuhan sektor ini berindikasi sangat baik pada perekonomian
Sumatera Utara, baik dalam hal pendistribusian dan pemasaran hasil produksi
maupun penyediaan energi dalam proses berproduksi.
Kabupaten Deli Serdang merupakan kabupaten yang mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat. Disamping letaknya yang sangat dekat dengan
Kota Medan yang notabene ibukota Propinsi Sumatera Utara, di wilayah ini juga
mulai dibangun berbagai sarana dan prasarana umum yang sudah memiliki
standar yang sangat bagus seperti bandara Kwalanamu yang diprediksi menjadi
bandara udara terbesar kedua di Indonesia setelah bandara Internasional
Soekarno-Hatta.
Kecamatan Deli Tua adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Deli
Serdang dan merupakan salah satu kecamatan yang paling dekat dengan kota
Medan. Banyak masyarakat dari kecamatan ini yang beraktivitas keluar dari
lingkungan tempat tinggalnya ataupun ke arah Kota Medan seperti mahasiswa dan
para pekerja atau bahkan orang-orang yang bepergian untuk mendapatkan sarana
rekreasi.
Dari data BPS Kabupaten Deli Serdang tahun 2006, Deli Tua memiliki
luas 9.36 dengan enam jumlah kelurahan. Ibukota kecamatan ini adalah Deli
12
sekitar 55.903 orang. Dengan pertimbangan jumlah penduduk yang relatif lebih
sedikit dan luas wilayah yang lebih kecil dibandingkan kecamatan lain serta jarak
yang lebih dekat dengan kota Medan, maka ditentukan Deli Tua sebagai daerah
penelitian.
I.2. Perumusan Pembahasan
Bangkitan perjalanan dari suatu kawasan sangat di pengaruhi oleh sosial
ekonomi di kawasan tersebut. Kalangan ekonomi tingkat menengah hingga atas
banyak yang memilih untuk mengunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan
umum. Penelitian ini menganalisa bangkitan perjalanan yang berbasiskan rumah
(home based trip) dimana awal pergerakan diawali dari rumah. Jadi akan di
analisa bagaimana tingkat sosial ekonomi rumah tangga mempengaruhi bangkitan
perjalanan dari suatu daerah meliputi kepemilikan kendaraan, tingkat pendapatan,
dan parameter-parameter lainnya.
Selanjutnya akan dibuat model bangkitan perjalanan yang sesuai dengan
daerah tersebut (Kecamatan Deli Tua), yang mungkin dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengembangan system transportasi di Kecamatan Deli
Tua.
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan dari tugas akhir ini adalah
1. Mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan pergerakan pada
Kecamatan Deli Tua.
13
I.4. Keaslian Penelitian
Penelitian seperti ini sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa
orang. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain :
1. Judul : Pengaruh Pusat Kota Dan Pusat Aktivitas Bagian Kota Terhadap
Bangkitan Perjalanan Di Surabaya
Penulis : Istiar
Penelitian ini menyimpulkan bahwa bagian kota masih berfungsi sebagai
satelit kota induk, bukan merupakan bagian yang mandiri dan pola perjalanan
masih lebih berorientasi ke pusat kota daripada ke pusat-pusat aktivitas
terdekat
2. Judul : Analisis Karakteristik Bangkitan Perjalanan Penduduk Perumahan
Baru (Studi Kasus Perumahan Tipe 21 Bukit Jatisari – Bukit Semarang Baru -
Mijen – Kota Semarang).
Penulis: Muhammad Sholekan (2006), skripsi Pendidikan Teknik Bangunan,
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik rumah tangga dan
karakteristik perjalanan penduduk perumahan tipe 21 Bukit Jatisari, serta
mengetahui pengaruh karakteristik rumah tangga (jumlah anggota keluarga
dalam satu rumah, jumlah anggota keluarga yang sudah bekerja dan atau
sudah sekolah, tingkat pendidikan tertinggi dalam keluarga, total pendapatan
perkeluarga perbulan, kepemilikan kendaraan (sepeda, sepeda motor, mobil))
terhadap total trips (perjalanan) rata-rata perkeluarga perhari yang mereka
lakukan. Karakteristik rumah tangga sebagai variabel bebas dan total trips
14
trips (perjalanan) rata-rata yang mereka lakukan adalah jumlah anggota
keluarga, jumlah anggota keluarga yang sudah bekerja dan atau sudah
sekolah, tingkat pendidikan tertinggi dalam suatu keluarga. Sedangkan total
pendapatan perbulan dan kepemilikan kendaraan kurang berpengaruh terhadap
total trips rata-rata yang mereka lakukan. Dari lima variabel bebas tersebut,
yang paling dominan mempengaruhi total trips (perjalanan) rata-rata perhari
adalah jumlah anggota keluarga dalam satu rumah dan jumlah anggota
keluarga yang sudah bekerja dan atau sudah sekolah.
I.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah mengetahui model bangkitan perjalanan
pada Kecamatan Deli Tua. Hasil yang didapatkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk memprediksi bangkitan pergerakan yang berasal dari
Kecamatan Deli Tua.
I.6. Ruang Lingkup Penelitian
a. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Deli Tua.
b. Sasaran jumlah anggota keluarga, kepemilikan kendaraan, penghasilan dan
banyaknya pergerakan rata-rata perhari dari tiap keluarga serumah
c. Metode analisa adalah regresi linier berganda berbasis rumah tangga, hanya
memperhitungkan pergerakan yang meninggalkan kawasan.
d. Pemodelan dikelompokkan sesuai dengan tingkat penghasilan rumah tangga
yang dikategorikan kedalam kelas rendah, menengah dan tinggi berdasarkan
15
I.7. Landasan Teoritis
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menentukan jumlah
perjalanan dari suatu zona ke zona lain. Jumlah perjalanan yang terjadi dalam
satuan waktu, biasanya untuk suatu zona tanah tertentu, disebut laju bangkitan
perjalanan. Jumlah ini dapat diestimasikan dengan 3 cara, yaitu:
1. Secara tradisional dengan regresi linier sederhana atau ganda.
2. Dengan menjumlahkan bangkitan atau produksi perjalanan menurut
distribusi setiap kategori tertentu pada setiap zona.
3. Dengan metode-metode klasifikasi keluarga sering disebut dengan analisa
kategori, dengan memakai daftar laju perjalanan yang dilakukan dan
karakteristik suatu area (Hobbs, 1995)
Model Bangkitan Perjalanan
Terdapat beberapa pendekatan utama dalam pemodelan bangkitan
perjalanan, dimulai dari teknik yang paling sederhana atau metode faktor
pertumbuhan, pemodelan analisis regresi linier, dan metode analisis kategori
silang. Pada penulisan ini model bangkitan perjalanan yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda berbasis rumah tangga.
Model regresi berbasis rumah tangga digunakan untuk mengantisipasi
permasalahan pada metoda berbasis zona. Keragaman dalam suatu zona bisa
dikurangi dengan memperkecil luas zona, apalagi jika zona tersebut homogen.
Tetapi zona yang lebih kecil juga akan mempunyai keragaman yang cukup besar
16
pengumpulan data, kalibrasi, operasi, dan kesalahan sample menjadi lebih tinggi.
Karena itu maka dirumuskan model yang tidak berdasarkan batas zona tetapi
adalah model yang berbasis rumah tangga.
Analisis Regresi
Model pendekatan bangkitan perjalanan yang banyak digunakan, yaitu
dalam menentukan jumlah perjalanan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain jumlah anggota keluarga serumah, total pendapoatan rata-rata
rumah tangga perbulan, dan jumlahkendaraan yang dimiliki tiap rumah tangga.
Sebelum dianalisi data dikelompokkan menjadi tiga kriteria sesuai dengan
tingkat ekonomirumah tangga diperumahan nasional Simalingkar. Dari hasil
p-engelompokan data, hubungan disajikan dalam bentuk persamaan regresi. Proses
analisis regresi dilakukan secara bertahap, yaitu analisis regresi dengan variasi dua
predictor dan variasi tiga prediktor.
a. Analisis regresi dengan dua prediktor
Bentuk hubungan linier adalah:
y = a1x1 + a2x2 + k (1)
Untuk menentukan regresi linier ganda pada persamaan tersebut digunakan
model rumus:
y = a1x1 + a2x2 + k (2)
Dimana a1 dan a2 dapat dicari dengan eliminasi dua persamaan berikut:
(3)
17
Bentuk hubungan linier adalah:
y = a1x1 + a2x2 + a2x3 + k (4)
Untuk menentukan regresi linier ganda pada persamaan tersebut digunakan
model rumus:
y = a1x1 + a2x2 + a2x3 (5)
Dimana a1, a2 dan a3 dapat dicari dengan eliminasi tiga persamaan berikut:
(6)
Dimana:
Y = total perjalanan hasil persamaan regresi
X1 = jumlah anggota keluarga serumah
X2 = jumlah total kepemilikan sepeda motor satu rumah tangga
X3 = jumlah kepemilikan mobil satu rumah tangga
a1, a2, a3 adalah koefisien prediktor-prediktor 1,2 , dan 3.
c. Korelasi
Untuk mengetahui sejauh mana ketepatan fungsi regresi, adalah dengan
melihat nilai dari koefisien determinasi , yaitu suatu besaran yang didapat
dengan cara mengkuadratkan nilai koefisien korelasi r.
d. Analisa variansi garis regresi.
Untuk menguji signifikansi garis regresi perlu dilakukan analisis varian
berupa bilangan F. persamaan garis regresi diuji apakah signifikan atau tidak.
Apabila hasil pengujian signifikan berarti persamaan garis tersebut linier dan
18
membandingkan nilai F regresi hasil hitungan dengan F table, dimana apabila
F hitung < F tabel maka persamaan garis tersebut dapat dipakai sebagai
kesimpulan.
Klasifikasi Perjalanan
Penentuan klasifikasi perjalanan didasarkan pada beberapa hal yang
sangatmempengaruhi terhadap perjalanan itu sendiri, seperti berdasarkan tujuan
(bekerja, sekolah, belanja, rekreasi), berdasar waktu (jam sibuk dan tidak sibuk),
dan kelamin.
Faktor Yang Mempengaruhi Bangkitan Perjalanan
Bangkitan pergerakan untuk manusia menggunakan empat faktor yang yang
dipertimbangkan dalam kajian yaitu : pendapatan, kepemilikan kendaraan,
struktur rumah tangga dan ukuran rumah tangga. Sedangkan nilai lahan,
kepadatan daerah pemukiman dan aksesibilitas tidak digunakan.
I.8. Metodologi Pembahasan
Penelitian ini menggunakan dua macam data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data
pendapatan rata-rata setiap rumah tangga di daerah penelitian; Data Foto
Dokumentasi Kondisi daerah penelitian.
Data Sekunder yang digunakan antara lain: Data Penduduk Kota Medan
(Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang); Kecamatan dalam Angka (Sumber: BPS
Kabupaten Deli Serdang); Peta Kecamatan Deli Serdang serta data lain yang
19
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Deli Tua. Adapun Teknik
Pembahasan yang digunakan adalah:
1. Teknik Pengumpulan Data:
a. Mengadakan studi pendahuluan.
b. Melakukan survei di lapangan
c. Mengadakan studi literatur.
d. Mendapatkan data dari instansi yang terkait dengan penelitian ini.
2. Teknik Pengolahan Data:
a. Melakukan perhitungan dengan pendekatan model regresi. Perhitungan
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Bangkitan Pergerakan
Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang
memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna
lahan atau jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona
(Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan
yang terjadi dalam satuan waktu pada suatu zona tata guna lahan (Hobbs, 1995).
Waktu perjalanan bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab
perjalanan adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan
mengangkut barang kebutuhannya. Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai
zona asal dan tujuan, dimana asal merupakan zona yang menghasilkan perilaku
pergerakan, sedangkan tujuan adalah zona yang menarik pelaku melakukan
kegiatan. Jadi terdapat dua pembangkit pergerakan, yaitu :
1. Trip Production adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan suatu zona
2. Trip Attraction adalah jumlah perjalanan yang ditarik oleh suatu zona
Trip production dan trip attraction dapat dilihat pada Gambar II.1 berikut ini:
Trip Production Trip Attraction
21 bangkitan
bangkitan
Trip production digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis
rumah yang mempunyai asal dan/atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang
dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah. Trip attraction digunakan
untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal
dan/atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan
berbasis bukan rumah (Tamin, 1997), seperti terlihat pada Gambar II.2 berikut ini:
RUMAH TEMPAT KERJA
TEMPAT KERJA TEMPAT BELANJA
Gambar II.2. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Bangkitan dan tarikan pergerakan digunakan untuk menyatakan
bangkitan pergerakan p ada masa sekarang, yang akan digunakan untuk
meramalkan pergerakan pada masa mendatang. Bangkitan pergerakan ini
berhubungan dengan penentuan jumlah keseluruhan yang dibangkitkan oleh
sebuah kawasan. Parameter tujuan perjalanan yang berpengaruh di dalam
produksi perjalanan (Levinson, 1976), adalah:
1. Tempat bekerja
bangkitan
tarikan
tarikan
tarikan
tarikan
22
2. Kawasan perbelanjaan
3. Kawasan pendidikan
4. Kawasan usaha (bisnis)
5. Kawasan hiburan (rekreasi)
Dalam model konvensional dari bangkitan perjalanan yang berasal dari
kawasan perumahan terdapat asumsi bahwa kecenderungan masyarakat dari
kawasan tersebut untuk melakukan perjalanan berkaitan dengan karakteristik
status sosial–ekonomi dari masyarakatnya dan lingkungan sekitarnya yang
terjabarkan dalam beberapa variabel, seperti: kepemilikan kendaraan, jumlah
anggota keluarga, jumlah penduduk dewasa dan tipe dari struktur rumah.
Menurut Warpani (1990), beberapa penentu bangkitan perjalanan yang
dapat diterapkan di Indonesia:
a. Penghasilan keluarga
b. jumlah kepemilikan kenderaan
c. Jarak dari pusat kegiatan kota
d. Moda perjalanan
e. Penggunaan kenderaan
f . Saat/waktu
Dalam sistem perencanaan transportasi terdapat empat langkah yang
saling terkait satu dengan yang lain (Tamin, 1997), yaitu:
1. Bangkitan pergerakan (Trip generation)
2. Distribusi perjalanan (Trip distribution)
3. Pemilihan moda (Modal split)
23
Untuk lingkup penelitian ini tidak semuanya akan diteliti, tetapi hanya pada
lingkup bangkitan pergerakan (trip generation).
II.2 Konsep Pemodelan Bangkitan Pergerakan
Model dapat didefenisikan sebagai alat bantu atau media yang dapat
digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia
sebenarnya) secara terukur (Tamin, 1997), termasuk diantaranya:
1. Model fisik
2. Peta dan diagram (grafis)
3. Model statistika dan matematika (persamaan)
Semua model tersebut merupakan penyederhanaan realita untuk tujuan
tertentu, seperti memberikan penjelasan, pengertian, serta peramalan. Pemodelan
transportasi hanya merupakan salah satu unsur dalam perencanaan transportasi.
Lembaga, pengambil keputusan, masyarakat, administrator, peraturan dan
penegak hukum adalah beberapa unsur lainnya.
Model merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya dan model
dapat memberikan petunjuk dalam perencanaan transportasi. Karakteristik sistem
transportasi untuk daerah-daerah terpilih seperti CBD sering dianalisis dengan
model. Model memungkinkan untuk mendapatkan penilaian yang cepat terhadap
alternatif-alternatif transportasi dalam suatu daerah (Morlok, 1991).
Model dapat digunakan untuk mencerminkan hubungan antara sistem
tata guna lahan dengan sistem prasarana transportasi dengan menggunakan
beberapa seri fungsi atau persamaan (model matematik). Model tersebut dapat
24
terukur. Salah satu alasan penggunaan model matematik untuk mencerminkan
sistem tersebut adalah karena matematik adalah bahasa yang jauh lebih tepat
dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketepatan yang didapat dari penggantian
kata dengan simbol sering menghasilkan penjelasan yang jauh lebih baik dari pada
penjelasan dengan bahasa verbal (Black, 1981).
Tahapan pemodelan bangkitan pergerakan bertujuan meramalkan jumlah
pergerakan pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai
tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosial-ekonomi, serta tata guna lahan.
II.2.1 Konsep Metode Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam pemodelan bangkitan pergerakan, metode analisis regresi linear
erganda (Multiple Linear Regression Analysis) yang paling sering digunakan baik
dengan data zona (agregat) dan data rumah tangga atau individu (tidak agregat).
Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk menghasilkan
hubungan dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel saling
berkait. Ada beberapa asumsi statistik harus dipertimbangkan dalam
menggunakan metode analisis regresi linear berganda, sebagai berikut:
1. Variabel terikat (Y) merupakan fungsi linear dari variabel bebas (X).
2. Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau telah diukur tanpa galat.
3. Tidak ada korelasi antara variabel bebas.
4. Variansi dari variabel terikat terhadap garis regresi adalah sama untuk nilai
semua variabel terikat.
25
Sebagian besar studi tentang bangkitan pergerakan (trip generation) yang
berbasis rumah tangga menunjukkan bahwa variabel-variabel penting yang
berkaitan dengan produksi perjalanan seperti perjalanan ketempat kerja, sekolah
dan perdagangan (Tamin, 1997), yaitu:
1. Pendapatan rumah tangga
2. Kepemilikan kendaraan
3. Struktur rumah tangga
4. Ukuran rumah tangga
5. Aksesibilitas
Secara khusus penelitian ini mengkaji faktor-faktor tersebut, termasuk
menentukan faktor-faktor utama yang berpengaruh di obyek penelitian.
Ada beberapa tahapan dalam pemodelan dengan metode analisis regresi
linear berganda (Algifari, 2000), adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah analisis bivariat, yaitu analisis uji korelasi untuk
melihat hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel
bebas. Variabel bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel
terikat dan sesame variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila
terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai
nilai korelasi yang terbesar utuk mewakili.
b. Tahap kedua adalah analisis multivariat, yaitu analisis untuk mendapatkan
model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa
variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi
26
Analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yaitu
suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses iterasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai
korelasi yang besar dengan variabel terikatnya.
2. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang saling
berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar maka
untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara
sesama variabel bebas.
3. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke
dalam persamaan model regresi linear berganda:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 …….. + bn Xn
Dimana:
Y = variabel terikat (jumlah produksi perjalanan), terdiri dari:
a = konstanta (angka yang akan dicari)
b1,b2….bn = koefisien regresi (angka yang akan dicari)
X1, X2 … Xn = variabel bebas (faktor-faktor berpengaruh)
II.2.2 Konsep Metode Analisis Kategori
Metode analisis kategori dikembangkan pertama sekali pada The Puget
Sound Transportation Study pada tahun 1964. Metode analisis kategori ini
didasarkan pada adanya keterkaitan antara terjadinya pergerakan dengan atribut
27
dikatakan stabil dalam waktu untuk setiap stratifikasi rumah tangga tertentu
(Tamin, 1997).
Analisis kategori merupakan metode yang digunakan untuk
mengidentifikasikan hubungan antar berbagai variabel yang berpengaruh terhadap
aspek penentuan tujuan (destination). Konsep dasarnya sederhana, dan variabel
yang umum digunakan dalam analisis kategori adalah:
1. Ukuran rumah tangga (jumlah orang)
2. Kepemilikan kendaraan
3. Pendapatan rumah tangga
Kategori ditetapkan menjadi tiga dan kemudian rata-rata tingkat
bangkitan pergerakan (dari data empiris) dibebankan untuk setiap kategori.
Kategori ini kemudian digunakan untuk menentukan sifat ketergantungan antar
variabel. Persamaan analisis kategori yang digunakan untuk bangkitan pergerakan
dengan tujuan ‘p’ yang dilakukan oleh orang berjenis ’n’ di zona ‘i’ adalah
berikut ini
(Tamin 1997):
Dimana:
i = zona asal
p = zona tujuan
n = jenis orang (dengan atau tanpa kendaraan)
(h) = jumlah rumah tangga dengan jenis ‘h’ di zona ‘i’
(h) = rumah tangga dengan jenis ‘h’ yang berisikan orang berjenis ‘n’
28
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi
linear berganda dengan alasan, yaitu:
1. Analisis kategori mempunyai lebih sedikit batasan dibandingkan
dengan analisis regresi linear, misalnya analisis kategori tidak
mengasumsikan adanya hubungan linear.
2. Pada analisis kategori tidak ada uji statistik untuk menguji
keabsahan model, sedangkan analisis regresi linear dilakukan uji
statistik.
II.3 Karakteristik Pelaku Perjalanan
Faktor penting yang termasuk dalam kategori ini adalah yang berkaitan
dengan ciri sosial-ekonomi pelaku perjalanan, termasuk tingkat penghasilan,
kepemilikan kendaraan, struktur dan besarnya keluarga, kerapatan pemukiman,
macam pekerjaan dan lokasi tempat pekerjaan (Bruton, 1985).
II.3.1 Faktor Sosial Ekonomi
Yang termasuk faktor sosial ekonomi dari penduduk yang berpengaruh
dalam pengadaan terjadinya perjalanan adalah faktor-faktor yang merupakan
kondisi kehidupan ekonomi penduduk, pendapatan keluarga, jumlah anggota
keluarga yang bekerja. Penduduk dari suatu kawasan pemukiman akan
menghasilkan perjalanan yang berbeda dengan kawasan lain.
Jumlah anggota keluarga yang banyak misalnya akan menghasilkan
29
anggotanya lebih sedikit. Sementara bagi pedagang semakin besar uang yang
dikeluarkan untuk sewa rumah atau modal usaha, maka akan semakin besar pula
sumber-sumber yang harus diusahakan untuk pengeluaran biaya perjalanan, yang
mengakibatkan jumlah perjalanan semakin besar.
Kemampuan untuk membayar suatu perjalanan akan mempengaruhi
jumlah perjalanan yang dihasilkan oleh suatu rumah tangga. Begitu pula dengan
keluarga yang memiliki pendapatan yang tinggi umumnya dapat memenuhi
kebutuhan biaya perjalanannya dari pada keluarga yang berpendapatan rendah.
Pekerjaan dari kepala keluarga dapat dijadikan sebagai indikator yang
mencerminkan tingkat pendapatan keluarga tersebut.
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan perjalanan dipengaruhi oleh
tersedianya alat angkut dan sistem jalan yang baik. Kepemilikan kendaraan
bermotor, atau jumlah kendaraan yang tersedia untuk dipakai setiap anggota
keluarga memberikan pengaruh yang penting terhadap terjadinya perjalanan,
dimana keluarga yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor cenderung
memberikan lebih banyak perjalanan dibandingkan dengan keluarga yang hanya
memiliki satu kendaraan bermotor atau tidak memiliki. Namun keluarga yang
hanya memiliki satu kendaraan bermotor akan menggunakan cara yang lebih
efektif.
Secara teoritis, semakin besar tingkat pendapatan keluarga akan semakin
besar pula produksi perjalanan yang dilakukannya. Demikian pula pendapatan
keluarga ini cenderung berbanding lurus dengan tingkat kepemilikan kendaraan
30
II.4 Hubungan Transportasi dan Penggunaan Lahan
Konsep paling mendasar yang menjelaskan terjadinya pergerakan atau
perjalanan selalu dikaitkan dengan pola hubungan antara distribusi spasial
perjalanan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang terdapat dalam suatu
wilayah, yaitu bahwa suatu perjalanan dilakukan untuk melakukan kegiatan
tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi tersebut ditentukan oleh pola tata guna
lahan kawasan tersebut.
Bangkitan perjalanan (trip generation) berhubungan dengan penentuan
jumlah perjalanan keseluruhan yang dibangkitkan oleh suatu kawasan. Dalam
kaitan antara aktifitas manusia dan antar wilayah ruang sangat berperan dalam
menciptakan perjalanan.
II.4.1 Model Interaksi Transportasi dan Penggunaan Lahan
Perencanaan transportasi tanpa pengendalian tata guna lahan adalah
mubazir karena perencanaan transportasi pada dasarnya adalah usaha untuk
mengantisipasi kebutuhan akan pergerakan di masa mendatang dan faktor aktifitas
yang direncanakan merupakan dasar analisisnya. Skema interaksi hubungan
transportasi dan penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar II.3 berikut ini:
Gambar II.3. Skema Interaksi Hubungan Transportasi dan Penggunaan
Lahan
POLA KEGIATAN
GUNA LAHAN TRANSPORTASI
31
Model interaksi guna lahan dan transportasi yang ada saat ini dapat
dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu model transportasi dan model
guna lahan.
Keseluruhan model interaksi guna lahan dan transportasi dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat) model yaitu: model Konvensional (model 4
tahap), model Behavioural, model Linked, model Integrasi
Model Konvensional (model 4 tahap) terdiri dari sub model bangkitan
perjalanan (trip generation) yang merupakan fungsi dari faktor tata guna lahan
dan faktor sosial ekonomi, distribusi perjalanan (trip distribution), pemilihan
moda (modal split), pemilihan rute (trip/traffic assignment). Tahapan model
konvensional dalam perencanaan transportasi, dapat dilihat pada Gambar II.4
berikut ini:
Gambar II.4. Tahapan Model Konvensional Transportasi
Model Behavioural didasarkan bahwa pelaku perjalanan akan terus
melakukan pilihan (individual or person based) atau bukan berbasis zona. Pelaku
perjalanan akan melakukan pilihan didasarkan pada utilitas yang merupakan Trip Generation
Trip Distribution
Modal Split
Traffic Assignment Feed Back
- Land Use Data
32
fungsi dari aksesibilitas dan daya tarik tujuan perjalanan. Model behavioural yang
dikenal adalah Multinominal Logit Models yang didasarkan pada teori Random
Utility.
Model Linked melakukan analisis sistem transportasi serta analisis
terhadap alokasi penduduk dan pusat aktifitas tetapi guna lahan merupakan
exogenous variable. Model linked yang dikenal adalah Selnec Model. Pada Selnec
model out put dari model guna lahan menjadi input untuk model transportasi. Jadi
pada model ini aksesibilitas digunakan untuk analisis distribusi perjalanan pada
model transportasi dan untuk model guna lahan. Kelemahan model linked ini
adalah analisis trip generation masih bersifat in elastic terhadap biaya perjalanan
(generalized cost). Pada model linked ini terdapat time lag antara model guna
lahan dan model transportasi sehingga model guna lahan dianggap sebagai
variable exogenous.
Model integrasi merupakan model yang melakukan analisis guna lahan
(alokasi penduduk dan pusat aktifitas) dan sistem transportasi secara terintegrasi.
Pada model integrasi analisis guna lahan yang dilakukan selain
mempertimbangkan factor aksesibilitas yang merupakan out put dari model
transportasi juga mempertimbangkan daya tarik lahan dan faktor kebijakan.
Model integrasi dibedakan berdasarkan model guna lahannya yaitu
model guna lahan yang hanya menganalisis alokasi dari pemukiman penduduk
dan model guna lahan yang menganalisis keduanya yaitu alokasi pemukiman
penduduk dan alokasi komersil (bisnis). Masing-masing model integrasi tersebut
juga dibedakan atas model guna lahan yang mempertimbangkan harga lahan
33
dalam analisisnya. Masing-masing model tersebut juga dibedakan berdasarkan
mode response.
Maksud perjalanan dan biaya perjalanan yang merupakan fungsi dari
alokasi penduduk dan alokasi pusat aktifitas pada sebagian model tidak
mempengaruhi moda angkutan yang digunakan, model yang demikian tersebut
merupakan model yang mode unresponse. Sebagian dari model tersebut juga
melakukan analisis terhadap lingkungan, tetapi aspek lingkungan tidak terbahas
karena pada saat ini masalah lingkungan belum menjadi masalah yang crucial
pada kota-kota di Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa model guna lahan yang pertama adalah
Model Lowry (1964). Model Lowrey banyak digunakan atau dikembangkan oleh
model-model guna lahan selanjutnya. Prisip model Lowrey adalah:
1. Perubahan guna lahan ditentukan oleh Basic Employment,
Residential (tempat tinggal) dan Service Employment.
2. Basic Employment sebagai input awal, kemudian dialokasikan
tempat tinggal berdasarkan lokasi Basic Employment tersebut.
Alokasi dari Service Employment didasarkan pada alokasi tempat
tinggal.
3. Menggunakan 2 (dua) persamaan yaitu persamaan untuk alokasi
tempat tinggal dan persamaan untuk alokasi aktifitas.
II.4.2 Penggunaan Lahan Ditinjau Dari Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan secara komprehensif dapat diartikan sebagai suatu upaya
34
yang mengakibatkan terciptanya pola-pola keruangan didalam wilayah.
Perorangan ataupun kelompok masyarakat selalu mempunyai nilai-nilai tertentu
terhadap penggunaan setiap lahan (Hadi Yunus, 2005).
Suatu lahan memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat ditambah ataupun
dimusnahkan menurut administrasi yang jelas luasannya dan batasan
geografisnya, bersifat lokasional dimana lokasi pada suatu lahan memiliki ciri dan
lingkungan tertentu yang berbeda satu dengan lainnya, memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi dimana berbagai kegiatan dengan tingkat kepentingan
yang berbeda dapat menimbulkan konflik diantaranya.
II.5 Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi
tata guna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan mudah atau sulitnya lokasi
tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Black, 1981). Pernyataan
mudah dan sulit merupakan hal yang sangat subyektif dan kualitatif, mudah bagi
seseorang belum tentu mudah bagi orang lain, begitu pula dengan pernyataan
sulit, oleh karena itu diperlukan kinerja kualitatif yang dapat menyatakan
aksesibilitas.
Metode pengukuran sikap diukur dalam mempersepsi suatu obyek. Sikap
tersebut adalah respon psikologis seseorang atas faktor yang berasal dari suatu
obyek, respon tersebut menunjukkan kecenderungan mudah atau sulit.
Pengukuran sikap seseorang atas suatu obyek dipengaruhi oleh stimuli, sebagai
35
aksesibilitas transportasi dari seseorang merupakan pengukuran sikap orang
tersebut terhadap kondisi aksesibilitas transportasinya.
Banyak orang di daerah permukiman mempunyai akses yang baik dengan
mobil atau sepeda motor atau kendaraan pribadi, tetapi banyak pula yang
bergantung pada angkutan umum atau berjalan kaki. Jadi aksesibilitas zona asal
dipengaruhi oleh proporsi orang yang menggunakan moda tertentu dan harga ini
dijumlahkan untuk semua moda transportasi yang ada untuk mendapatkan
aksesibilitas zona (Tamin, 1997).
II.6 Migrasi
Pertumbuhan penduduk umumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
pertumbuhan alamiah dan migrasi. Pertumbuhan alamiah adalah pertumbuhan
akibat kelahiran dikurangi kematian, sedangkan migrasi adalah perpindahan
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dengan tujuan (motivasi) tertentu,
seperti: faktor sosial, ekonomi maupun politik.
Migrasi terdiri dari dua jenis, yaitu: migrasi permanen dan migrasi
sementara. Migrasi permanen adalah perpindahan penduduk yang berakhir pada
menetapnya migrasi pada tujuannya, sedangkan migrasi sementara adalah
perpindahan penduduk yang tidak menetap pada tujuan migrasi, tetapi kembali ke
tempat semula atau pindah ke tempat lain.
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa migrasi pada hakekatnya merupakan
implikasi dari perbedaan ketersediaan fasilitas antara suatu daerah dengan daerah
lain. Penduduk dari daerah yang berfasilitas kurang pada umumnya daerah
36
lengkap, yaitu daerah perkotaan. Migrasi yang seperti ini dinamakan migrasi dari
desa ke kota.
II.7 Aspek Transportasi
Perkembangan kota berkaitan erat dengan perkembangan kegiatan
penduduk, dan ekonomi. Sementara itu, kegiatan ekonomi tersebut diduga
merupakan daya tarik masuknya sejumlah penduduk sehingga pertumbuhan
penduduk kota relative lebih tinggi. Peningkatan jumlah penduduk di atas pada
akhirnya memerlukan lahan yang lebih luas untuk areal pemukiman dan aktivitas
kehidupan masyarakat.
Kebutuhan transportasi suatu kota banyak ditentukan oleh besar kecilnya
jumlah penghuni kota tersebut. Semakin besar jumlah penduduk suatu kota akan
cenderung semakin banyak fasilitas prasarana dan sarana angkutan umum yang
diperlukan. Apabila transportasi diartikan sebagai sarana jasa angkutan
penumpang dan barang dari tempat asal tertentu menuju ke daerah tujuan, dengan
demikian perlu kiranya memperhitungkan besarnya cost yang dikeluarkan oleh
para pengguna jasa transport tersebut. Para perencana ekonomi regional
cenderung mengusulkan factor keseluruhan ini dalam suatu hubungan antara
lokasi ekonomi dengan jarak ke pasar.
Cost yang dimaksud adalah kompensasi yang harus dibayar. Dalam studi
transportasi, kompensasi ini biasa diungkapkan dalam bentuk komponen jarak,
biaya dan waktu. Ada dua masalah pokok yang berkaitan dengan aspek
37
tempat kegiatan sehari-hari, dan kedua adalah angkutan umum yang berkenaan
dengan tujuan aktivitas lain, seperti ke sekolah, dan tempat rekreasi.
Beberapa studi tentang perkotaan dan transportasi di Indonesia terutama
transportasi darat, mengulas secara jelas bahwa akses transportasi merupakan
aspek yang cukup penting dalam pembangunan. Sebagai hipotesis dasar
dinyatakan bahwa semakin dekat jarak lokasi permukiman dengan lokasi kegiatan
kota diduga akan semakin tinggi tingkat aksesibilitasnya. Mobilitas penduduk
pengguna transportasi merupakan aspek yang perlu diperhatikan, demikian pula
klasifikasi pengguna jasa transportasi seperti tenaga kerja, pelajar dan ibu rumah
tangga.
II.7.1 Pusat-Pusat Kegiatan
Pusat-pusat kegiatan ekonomi kota biasanya dimulai dengan pusat
perdagangan, yang kemudian menyebar kedaerah sekitarnya. Dengan penyediaan
sarana dan prasarana transportasi yang memungkinkan, membuat ekspansi
wilayah kegiatan kota menjadi semakin meluas dengan tumbuhnya berbagai pusat
kegiatan, hal ini mengacupada Teori Nuclei Ganda atau Multiple Nuclei theory.
Pusat perdagangan, pusat manufakturing dan permukiman penduduk dari berbagai
lapisan memerlukan sarana angkutan sebagai bagian dari jaringan komunikasi
(Hadi Yunus, 2005).
38
Perkembangan industri, manufakturing dan perdagangan bisa menjadi
penarik migrasi penduduk dari luar daerah semakin besar. Pertumbuhan migran
yang cepat akan meningkatkan jumlah permukiman penduduk. Dengan demikian,
pembangunan perkotaan memerlukan perencanaan yang cermat dalam kaitannya
dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sebab menurut pengamat
sosial, dan lingkungan, faktor peningkatan penduduk merupakan faktor utama
terhadap masalah kerusakan kualitas lingkungan (Alik, 2005).
Pertumbuhan penduduk yang pesat mengundang peningkatan sarana
transportasi. Sementara itu pembangunan sarana dan prasarana transportasi akan
mengundang atau menjadi daya tarik bagi tumbuhnnya permukiman. Transportasi
merupakan salah satu faktor kunci pemberi pelayanan/jasa dalam kebutuhan
penduduk kota, terutama bagi mereka yang bekerja.
Masalah transportasi yang dihadapi oleh beberapa kota besar di Indonesia
diduga disebabkan oleh terbatasnya laju pembangunan jalan, sementara kenaikan
kendaraan mengikuti pola eksponensial (Alik, 2005).
II.8 Parameter Jaringan dan Ruas Jalan
Belakangan ini jaringan jalan di kota-kota besar di Indonesia telah
ditandai dengan kemacetan-kemacetan lalu lintas. Selain akibat pertumbuhan lalu
lintas yang pesat, kemacetan tersebut disebabkan oleh terbaurnya peranan jalan
arteri, kolektor dan lokal pada jalan yang seharusnya berperan sebagai jalan arteri
dan sebaliknya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pemerintah merasa perlu
Undang-39
Undang No.38 Tahun 2004 tentang jalan, ruas-ruas jalan yang ditetapkan harus
sesuai dengan fungsinya dapat dipakai sebagai pegangan dan petunjuk seperti
untuk koordinasi dengan manajemen sistem transportasi dan tata guna lahan.
Berdasarkan analisis kapasitas ruas jalan, jenis jalan dapat dibedakan
berdasarkan jumlah jalur (carriage way), jumlah lajur (line) dan jumlah arah.
Suatu jalan memiliki 1 jalur bila tidak bermedian (tidak berbagi/undivided/UD)
dan dikatakan memiliki 2 jalur bila bermedian tunggal (terbagi/devided/D).
Adapun faktor–faktor yang berhubungan dengan ruas jalan yang
mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan akan diuraikan berikut ini:
II.8.1 Berdasarkan Fungsi Jalan
Fungsi jalan yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian jalan dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004, jalan terbagi atas
empat kelas yaitu:
1. Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi,
dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
ketempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
40
4. 4. Jalan Lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah.
II.8.2 Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan
Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berbeda, macam
sistem jaringan jalan (menurut peranan pelayanan jasa distribusi) dapat dibagi
atas:
1. Sistem jaringan jalan primer.
2. Sistem jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
41
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Variabel Penelitian
Tujuan utama dari defenisi variabel adalah untuk menghindari penafsiran
ganda terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam suatu penelitian. Oleh
karena itu variabel-variabel dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut :
1. Bangkitan perjalanan (Y) adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan oleh
kawasan kecamatan Deli Tua.
2. Variabel yang berhubungan dengan produksi perjalanan (X) yaitu: jumlah
anggota keluarga (orang), jumlah penghasilan rata-rata keluarga (rupiah),
jumlah kepemilikan kendaraan (unit), jumlah anggota keluarga bekerja
(orang), jumlah anggota keluarga yang sekolah (orang).
III.2 Bagan Alir Penelitian
Kerangka pemecahan masalah sangat berguna agar dapat melihat secara
jelas langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, karena dengan
adanya kerangka tersebut maka dapat diketahui arah penelitian dan
parameter-parameter apa yang akan digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Bagan
42
TINJAUAN PUSTAKA
DATA PRIMER JUMLAH PERJALANAN, JUMLAH ANGGOTA KELUARGA, JUMLAH KEPEMILIKAN KENDARAAN, JUMLAH PENDAPATAN KELUARGA
PENGUMPULAN DATA LATAR BELAKANG
DATA SEKUNDER
- PETA KABUPATEN DELI
SERDANG
- KECAMATAN DALAM ANGKA - DATA PENDUDUK DELI SERDANG
KOMPILASI DATA
PENGUJIAN MODEL UJI MULTIK OLONIERITAS
UJI F DAN UJI T - TEST UJI KORELASI
ANALISA REGRESI
KESIMPULAN
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian TUJUAN PEMBAHASAN
3. MENDAPATKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BANGKITAN PERGERAKAN PADA KECAMATAN DELI TUA.
43
III.3 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data bagi suatu studi transportasi pada dasarnya bukan
merupakan prosedur yang sembarangan, tetapi merupakan sekumpulan
langkah-langkah yang saling terkait satu sama lain dengan hasil final untuk memperoleh
data yang diinginkan. Proses pengumpulan data untuk studi transportasi dapat
dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini :
Gambar 3.2. Tahapan Pengumpulan Data Primer
Pengambilan data pada suatu penelitian dapat dilakukan dengan survei
maupun dengan mengutip langsung dari laporan/penelitian yang sudah pernah
dilakukan. Untuk mendapatkan data dengan cara survey harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Jadwal pelaksanaan survei dan jumlah surveyor
2. Struktur organisasi tim survei
3. Estimasi biaya yang diperlukan
4. Mekanisme pengumpulan data
Survey pendahuluan Pelaksanaan survey
44
Dalam mencapai tujuan dari penelitian ini dilakukan beberapa tahapan
yang dianggap perlu. Pelaksanaannya secara garis besar dapat diberikan sebagai
berikut:
1. Tahapan pertama adalah melakukan studi literatur dalam usaha
memperoleh teori-teori yang berhubungan dengan penyelesaian penelitian
ini.
2. Tahap kedua adalah menentukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai
pada daerah penelitian.
3. Tahap ketiga adalah pengorganisasian data yang dibutuhkan, metode
pengumpulan data dan penyajian data yang diperoleh dari survei.
4. Tahap keempat adalah melakukan home interview yaitu wawancara yang
dilakukan ke masing-masing responden yang dipilih secara acak.
5. Tahap kelima adalah mengedit data yang telah dikumpulkan dan membuat
tabulasi.
6. Tahap akhir adalah melakukan analisis data hasil survei dengan
menggunakan Software SPSS (Statistical Product and Service Solution)
den menggunakan analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linear
Regression Analysis) untuk mengambil kesimpulan dari tujuan penelitian
ini.
III.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
45
Dalam penulisan ini data primer yang dimaksud adalah data yang
sumbernya diperoleh langsung dari responden/penduduk yang tinggal di
Kecamatan Deli Tua, yaitu data jumlah anggota keluarga (orang), jumlah
penghasilan rata-rata keluarga (rupiah), jumlah kepemilikan kendaraan (unit),
jumlah keluarga yang bekerja (orang), jumlah keluarga yang sekolah (orang).
Sedangkan data sekunder adalah data yang lebih dulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang
dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli. Data sekunder diperoleh dari
instansi-instansi terkait dan perpustakaan.
III.5 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel adalah mendapatkan sampel dengan jumlah relatif
kecil dibandingkan dengan jumlah populasi tetapi mampu mempresentasikan
seluruh populasi tersebut. Untuk itu sangat penting menentukan cara yang tepat
dalam menarik sample yang dimaksud agar benar-benar mampu
mempresentasikan kondisi seluruh populasi. Teknik penarikan sampel yang
dipergunakan adalah sampel acak sederhana.
Untuk memudahkan dan menentukan besarnya ukuran sampel dalam suatu
penelitian maka dapat digunakan data dari survai pendahuluan, biasanya data awal
yang diambil akan diolah sebanyak 30 data sampel. Dari 30 data sampel yang
diambil tersebut selanjutnya diolah sehingga akan dapat diketahui berapa besar
ukuran sample dan selanjutnya hanya tinggal menambah kekurangannya.
Secara matematis, besarnya sampel dari populasi dapat dirumuskan
46
Menghitung standar error dari rata-rata sampel:
Se(x) = z Se
,standar error dari rata-rata sampel
Dimana :Se(x) = Standar error dari rata-rata sampel
Se = Sampling error
z = Tingkat kepercayaan
Dengan tingkat kepercayaan 95% dan sampling error 5% maka jumlah
data yang dibutuhkan adalah :
n’ = 2
S2 , untuk populasi yang tidak terbatas
n = n
n , untuk populasi yang terbatas
Dimana :
n’ = Jumlah sampel data tidak terbatas
n = Jumlah sampel data terbatas
N = Jumlah populasi
s = Standar deviasi dari variabel yang digunakan sebagai acuan dalam
menentukan jumlah sampel, misalnya: produksi perjalanan.
s2 = Varian
III.6 Daftar Kuesioner
Daftar kuisioner yang digunakan dalam melakukan home interview dibuat
47
pendataan dan mempermudah tiap anggota keluarga dalam mengisinya dan juga
memudahkanpengisian tabel da ta perjalanan dan informasi keluarga yang dibuat.
Daftar yang dibuat terdiri dari :
a. Daftar data keluarga yang berisikan informasi keluarga, terdiri dari :
1. Jumlah anggota keluarga
2. Jumlah anggota keluarga yang bekerja dan bersekolah
3. Penghasilan rata-rata keluarga per bulan
4. Jumlah kepemilikan kendaraan
5. Pekerjaan
6. Umur
b. Daftar yang berhubungan dengan informasi perjalanan yang terdiri atas :
1. Asal, maksud dan tujuan perjalanan
2. Moda transportasi yang digunakan
3. Waktu dan jarak perjalanan.
III.7 Model Penelitian
Untuk menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu berapa besar
pengaruh variabel mengenai bangkitan pergerakan (X) seperti : jumlah anggota
keluarga (orang), jumlah penghasilan rata-rata keluarga (rupiah), jumlah
kepemilikan kendaraan (unit), jumlah keluarga yang bekerja (orang), jumlah
keluarga yang sekolah (orang), jenis pekerjaan, terhadap produksi perjalanan (Y),
perlu dilakukan beberapa tahapan penting untuk menganalisis data yang diperoleh
48
Uji korelasi dan proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan bantuan
Software SPSS (Statistical Product and Service Solution) yaitu suatu program
statistic yang mampu memproses data statistik secara cepat dan tepat serta
menyajikannya dalam berbagai output yang dikehendaki para pengambil
keputusan. Ada pun beberapa tahapan yang perlu dilakukan, adalah :
a. Tahap pertama adalah analisis bivariat, yaitu analisis uji korelasi untuk
melihat hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel
bebas. Variabel bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel
terikat dan sesame variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila
terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai
nilai korelasi yang terbesar untuk mewakili.
b. Tahap kedua adalah analisis multivariat, yaitu analisis untuk mendapatkan
model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau
beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan
analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis).
Analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis)
yaitu suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses
iterasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai
korelasi yang besar dengan variabel terikatnya.
2. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang
salingberkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi
besar maka untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi
49
3. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke
dalam persamaan model regresi linear berganda (Gasperz, 1990),
yaitu :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 …….. + bn Xn
Dimana:
“Y” = variabel terikat (jumlah produksi perjalanan), terdiri dari:
a = konstanta (angka yang akan dicari)
b1,b2….bn = koefisien regresi (angka yang akan dicari)
“ X1, X2 … Xn “ = variabel bebas (faktor-faktor berpengaruh)
Faktor-faktor berpengaruh:
X1 = jumlah anggota keluarga rata-rata (orang)
X2 = jumlah penghasilan keluarga (rupiah)
X3 = jumlah kepemilikan mobil (unit)
X4 = jumlah kepemilikan sepeda motor (unit)
X5 = jumlah keluarga yang bekerja (orang)
50
LOKASI PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Gambaran Kabupaten Deli Serdang
4.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di propinsi Sumatera Utara dengan yaitu di
Kabupaten Deli Serdang tepatnya di Kecamatan Deli Tua. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar IV.1 Peta Kabupaten Deli Serdang
4.1.2 Letak Geografis dan Kondisi Alam Deli Tua
Kecamatan Deli Tua yang berpenduduk 56.691 jiwa ini, memiliki luas
wilayah 9,360 km2. Terdapat 2 (dua) sungai yang melintasinya yaitu Sungai Deli
dan Sungai Batuan. Kecamatan Deli Tua terletak pada 2 57’ dan 3 16' LU dengan
ketinggian dari permukaan laut 25 meter. Secara relatif Kabupaten Deli Serdang
merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber Daya Alam (SDA)
51
IV.2 Geometrik Jalan
4.2.1 Geometrik Jalan Besar Deli Tua
Kecamatan Deli Tua umumnya dilalui oleh Jalan Besar Deli Tua. Jalan ini
merupakan jalan utama yang melalui Kecamatan Deli Tua. Kondisi aspal jalan
baik dan lebar jalan rata-rata 6 meter. Pada kiri kanan Jalan Besar Deli Tua
banyak terdapat perumahan penduduk.
Perjalanan menuju kawasan ini dari titik nol Kota Medan membutuhkan
waktu ± 45 menit dengan menggunakan angkutan umum melewati jalan
perkotaan. Menurut survey kuesioner yang dibagikan pada responden yang tinggal
di kawasan ini, menyatakan bahwa pada waktu tertentu ruas jalan ini terdapat
macet yang dapat menunda perjalanan berkisar antara 15 hingga 30 menit. Jalan
Besar Deli Tua ini merupakan jalan utama yang harus dilintasi oleh penduduk di
kawasan Deli Tua.
IV.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
Untuk mempelajari populasi diperlukan sampel yang diambil dari populasi
yang bersangkutan, oleh karena itu dibutuhkan penarikan sampel. Jumlah rumah
tangga untuk kecamatan Deli Tua adalah 11.386. Maka jumlah total populasi di
kabupaten ini adalah 11.386 rumah tangga.
Salah satu pertimbangan yang bijaksana, sebaiknya sample penelitian
diambil sebanyak mungkin dari populasinya, dengan demikian sifat dan
karakteristik populasi dapat terwakili, konsekuansi logis dari pertimbangan ini
adalah, peneliti harus dapat mencurahkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar.
52
Pengambilan sample dalam penelitian ini diuraikan dengan penjelasan
dibawah ini. Jumlah data yang diambil untuk data pendahuluan adalah 30 data
karena secara statistik disyaratkan bagaimanapun model populasi yang disampel
asal variantnya terhingga, maka rata-rata sampel akan mendekati distribusi
normal. Untuk N ≥ 30 pendekatan ini sudah berlaku. Data produksi perjalanan
yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan jumlah sampel,
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel IV.1 Data Sampel Sementara Untuk Pengambilan Sampel yang Sebenarnya
Tabel IV.2 Deskripsi Statistik Data Sampel Untuk Uji Kecukupan Data
Produksi perjalanan/keluarga/hari
N minimum Maksimum mean Std. deviasi
30 3 8 4,8333 1,2617
Uji kecukupan data dimaksud untuk memastikan bahwa data yang diambil
adalah data yang akurat dan jumlah sampel yang diambil dapat mewakili populasi
53
lebih dari 5% dari sampel mean. Untuk convident level (z) 95% dari tabel statistik
diperoleh angka 1,96 dari standar error. Agar error yang diterima tidak lebih dari
5% maka jumlah sampel data harus dicari dengan perhitungan sebagai berikut:
Sampling error (Se) yang dapat diterima = 0,05 x rata-rata produksi perjalanan
= 0,05 x 4,833 Perjalanan/kel./hari
= 0,24 Perjalanan/kel./hari
Maka: Se(x) = Se / z
= 0,24 / 1,96
= 0,122
Besarnya jumlah sampel :
n’ = 2
S2 , untuk populasi yang tidak terbatas
n = n
n , untuk populasi yang terbatas
Maka: n’ = 2
n’ = 107 (untuk data yang tidak terbatas)
n = 107 / (1+107/11.386)
n = 106 (untuk data terbatas)
Dari hasil perhitungan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah data
sampel yang harus dipenuhi adalah 106 sampel.
Sedangkan teknik penyamplingan yang lain menjelaskan beberapa cara
54
a. Menurut Arikunto sampel yang dibutuhkan dalam penelitian yang
melibatkan populasi yang besar adalah sekitar 10% sampai 25 %.
Sehingga dalam penelitian ini jumlah sample yang dibutuhkan adalah :
n = 10% x 11386
= 1139 rumah tangga
b. Menurut tabel yang dibuat oleh Morgan & Kreajcie jumlah sample yang
dibutuhkan dalam penelitian dengan jumlah populasi 11.386 adalah
berkisar 310 buah.
c. Menurut Guys dalam bukunya sample yang dibutuhkan dlam suatu
penelitian dengan populasi > 30 sample yang harus diambil adalah 10%
dari jumlah populasi.
Dengan pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya penulis
menggunakan cara pertama dengan rumus diatas dengan penambahan sample
sehingga jumlah sample yang diambil yaitu sebanyak 120 sample.
IV.4 Karakteristik Responden
4.4.1 Jumlah Anggota Keluarga
Dari hasil kuesioner diperoleh data jumlah anggota keluarga, jumlah
keluarga yang bersekolah dan jumlah anggota keluarga yang bekerja sebagai
berikut:
Tabel IV.3. Jumlah Anggota Keluarga
Anggota keluarga Anggota keluarga bekerja
Anggota keluarga bersekolah
1-3 4-6 7-9 ≥9 1 2-3 4-5 >5 1 2 3 ≥4
17 54 42 7 3 54 48 15 19 47 52 2
55 14%
45% 35%
6%
jumlah anggota keluarga
1 - 3 orang 4 - 6 orang 7 - 9 orang >9
2%
45%
40%
13%
jumlah anggota keluarga bekerja
1 2-3 orang 4-5 orang >5 orang
Dari data hasil kuesioner yang diperoleh, menunjukkan rumah tangga
dengan jumlah anggota keluarga 4 hingga 6 orang adalah yang paling banyak
didapati dengan persentase 45%.
Gambar IV.2 Jumlah Anggota Keluarga
Dalam gambar IV.3 menunjukkan dalam satu rumah tangga terdapat 2 - 3
orang anggota keluarga yang bekerja paling banyak dengan persentase 45%.
56
16%
39% 43%
2%
jumlah anggota keluarga bersekolah
1 2 3 ≥4
Data hasil kuesioner yang diperoleh menunjukkan 2 anggota keluarga
yang bersekolah dalam satu rumah tangga adalah yang paling banyak didapati
dengan persentase 39%.
Gambar IV.4 Jumlah Anggota Keluarga Bersekolah
4.4.2 jenis pekerjaan dan penghasilan rata-rata keluarga
Dari data yang diperoleh berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa
jenis pekerjaan adalah wiraswasta dan Pegawai negeri, dan. Untuk keterangan
lebih lanjut dapat dilihat table dibawah ini:
Tabel 4.4. Jenis pekerjaan dan penghasilan rata-rata
Jenis pekerjaan Penghasilan rata-rata (juta)
Pegawai negeri/ BUMN
Pegawai
swasta Wiraswasta
Lain-lain < 1 1-3 4-6 >6
40 18 37 25 2 35 62 21
57
33%
15% 31%
21%
jenis pekerjaan
Pegawai negeri/ BUMN Pegawai swasta wiraswasta Lain-lain
Dari table diatas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang paling dominan
di kawasan ini adalah Wiraswasta dan PNS. Untuk jumlah penghasilan rata-rata
anggota keluarga yang paling dominan adalah Rp 4-6 juta.
Gambar IV.5 Jenis Pekerjaan
4.4.3 Jumlah Kepemilikan Kenderaan
Untuk jumlah kepemilikan kenderaan dari data yang dikumpulkan diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Jumlah Kepemilikan Kenderaan
No. Kepemilikan
kendaraan jumlah
1 Tidak ada 2
2 1-2 40
3 3-5 67
4 >5 11
58 2%
33%
56%
9%
kepemilikan kendaraan
Tidak ada 1-2 buah 3-5 buah >5 buah
Gambar IV.6 Kepemilikan Kendaraan
4.4.6 Generator Aktifitas
Dari survey yang dilakukan terdapat beberapa tempat yang menjadi
generator aktifitas bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Deli Tua yaitu:
a. Tujuan Bekerja
Beberapa instansi pemerintah/BUMN seperti Kantor Kejaksaan Negeri, Kantor
Pegadaian, Kantor Camat/Lurah, Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Kantor
Pertanahan dan Tata Kota, dan Kantor Dinas Pertanian, Dinas Pendapatan Daerah,
Asrama Haji, Instansi Swasta dan kawasan pertokoan di sepanjang jalan Abd
Haris Nasution.
b. Tujuan Sekolah
Beberapa sekolah mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga SLTA yang
berada di kawasan Deli Tua itu sendiri, beberapa perguruan tinggi swasta di
Kecamatan Medan Johor dan Universitas Sumatera Utara di Kecamatan Medan