• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Alat Pengukur Tinggi Badan Otomatis Dengan Menggunakan Sensor Ultrasonik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Alat Pengukur Tinggi Badan Otomatis Dengan Menggunakan Sensor Ultrasonik"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ULTRASONIK

TUGAS AKHIR

LAIDY DIANA BR GINTING

052408052

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

LAIDY DIANA BR GINTING

052408052

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

ii

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN ALAT PENGUKUR TINGGI BADAN OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN

SENSOR ULTRASONIK

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : LAIDY DIANA Br GINTING

Nomor Induk Mahasiswa : 052408052

Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2008

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing, Ketua Program Studi D3 FIN,

(5)

PERNYATAAN

PERANCANGAN ALAT PENGUKUR TINGGI BADAN OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(6)

iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah kurnia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada: Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc selaku dosen pembimbing pada penyelesaian tugas akhir ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Fisika Bapak DR. Marhaposan Situmorang dan Ibu Dra. Justinon, M.Si, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Semua dosen dan pegawai di FMIPA USU serta rekan – rekan FIN stambuk 2005, khususnya Risa Yunita, Afniza, Piliyanti, Linda Romaito, Sri Rahayu dan Tuti yang telah membantu dan memberikan semangat pada penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Ucapan terima kasih yang tidak terlupakan untuk Ayahanda B. Ginting atas do’a, kasih sayang serta bantuan yang berupa materi maupun non materi yang telah diberikan pada penulis selama ini dan ibunda Almh. Nurnelly Br Barus yang telah meninggalkan penulis selama – lamanya. Walaupun beliau telah pergi tetapi penulis yakin beliau pasti mendo’akan penulis agar dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis berdo’a semoga Allah mengampunkan segala dosa – dosa ibunda dan amal ibadahnya diterima Allah SWT, serta saudara – saudara penulis : Sri Ulina Br Ginting SE, Nurhikmah Mila Br Ginting S.Hut dan Nurul Yunita Sari Br Ginting serta seluruh keluarga besar Ginting dan Barus terima kasih atas bantuannya dan do’a restunya. Serta orang – orang yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga ALLAH SWT membalasnya.

(7)

ABSTRAK

(8)

vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix 3.1.4 Perancangan Rangkaian Display Seven Segment 24

3.2. Perangkat Lunak 26

(9)

BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN 34 4.1. Pengujian Rangkaian Power Supply 34 4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 34 4.3. Pengujian Rangkaian Display Seven Segment 36 4.4. Pengujian Rangkaian Pemancar Ultrasonik 39 4.5. Pengujian Rangkaian Penerima Ultrasonik 41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 42

5.1. Kesimpulan 42

5.2. Saran 42

Daftar Pustaka 44

Lampiran A: Skematik Rangkaian Lengkap 45

Lampiran B: Gambar Alat 46

Lampiran C: Program Lengkap 47

Lampiran D: Data sheet Parallax,AT89S51,IC4094BP 61

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Konfigurasi Port 3 Mikrokontroler AT89S51 11

Tabel 4.1 Analisa program delay 35

Tabel 4.2 Hasil pengujian rangkaian display seven segment 38

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S51 10

Gambar 2.2 Sensor tinggi/jarak ultrasonik parallax 13 Gambar 2.3 Rangkaian transmitter ultrasonik 13

Gambar 2.4 Tampilan seven segment 14

Gambar 2.5 Konfigurasi seven segmen tipe common anoda 15 Gambar 2.6 Konfigurasi seven segmen tipe common katoda 16

Gambar 2.7 LED dan resistor secara seri 18

Gambar 2.8 Cara pengendalian LED 19

Gambar 3.1 Diagram blok rangkaian 20

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply (PSA) 22

Gambar 3.3 Rangkaian mikrokontroler AT89S51 23 Gambar 3.4 Rangkaian display seven segment 25 Gambar 3.5 8051 Editor, Assembler, Simulator 30

Gambar 3.6 ISP - Flash Programmer 3.a 31

Gambar 3.7 Diagram alir pemrograman 32

(12)

v

ABSTRAK

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Alat ukur adalah sesuatu alat yang berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi (William D.C, 1993). Pengukuran merupakan hal yang penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Pengukuran-pengukuran tersebut antara lain : pengukuran tinggi dari satu titik ke titik lain, pengukuran waktu dari satu kejadian ke kejadian yang lainnya, pengukuran temperatur/suhu suatu daerah, pengukuran kecepatan dari suatu benda dan lain sebagainya.

Untuk mengukur tinggi dari suatu titik ke titik lainnya dapat digunakan mistar atau meteran. Dengan menggunakan mistar atau meteran, maka dapat ditentukan jarak antara satu titik ke titik lainnya. Namun untuk beberapa kasus, penggunaan meteran ini tidak efektif, contohnya untuk menentukan kedalaman laut, maka akan sangat sulit jika menggunakan meteran tersebut.

(14)

2

ketingggian 2 meter dari dasar lantai). Sekarang kita dapat menggunakan sensor ultrasonik dan alat penghitung.

Sensor ultrasonik ini menggunakan kecepatan suara untuk mengukur tinggi. Kecepatan suara diudara adalah 343 m/s, dengan demikian jika diketahui waktu antara pengiriman sinyal dan penerimaan sinyal, maka akan dapat dihitung tinggi antara pemancar dan penerima. Untuk menghitung waktu antara pengiriman sinyal dan penerimaan sinyal, maka harus digunakan alat penghitung. Alat penghitung ini dapat dirancang dengan menggunakan sebuah mikrokontroler. Jadi dengan menggabungkan antara sensor ultrasonik dan sebuah mikrokontroler, maka dapat dirancang sebuah alat pengukur tinggi elektronik.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam bentuk tugas akhir dengan judul “Perancangan Alat Pengukur Tinggi Badan Otomatis Dengan Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler AT89S51”.

Pada alat ini akan digunakan sepasang sensor ultrasonik yang terdiri dari pengirim dan penerima sinyal ultrasonik, sebuah mikrokontroler AT89S51 yang berfungsi untuk menghitung waktu antara pemancaran dan penerimaan dan display

(15)

1.3.Tujuan Penulisan

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk:

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Diploma Tiga (D-III) Fisika Instrumentasi FMIPA Universitas Sumatera Utara.

2. Pengembangan kreatifitas mahasiswa dalam ilmu instrumentasi pengontrolan dan elektronika sebagai bidang yang diketahui.

3. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan terhadap realita.

4. Membuat dan mengetahui cara kerja pengukur tinggi badan berbasis mikrokontroler AT89S51.

1.4.Batasan Masalah

Mengacu pada hal diatas, penulis membuat alat pengukur tinggi badan otomatis dengan menggunakan sensor ultrasonik berbasis mikrokontroler AT89S51 dengan batasan-batasan sebagai berikut:

1 Mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler AT89S51.

2 Sensor yang digunakan untuk mengukur tinggi adalah sensor ultrasonik yang terdiri dari pengirim dan penerima ultrasonik.

3 Display angka yang menampilkan nilai jarak yang terukur adalah dengan

(16)

4

1.5. Metoda Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah :

1. Melakukan studi ke perpustakaan dan internet mengenai teori – teori yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

2. Mengumpulkan dan membaca data sheet mengenai komponen yang dipergunakan.

3. Melalui pengujian alat.

1.6.Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja alat pengukur jarak dengan menggunakan sensor ultrasonik berbasis mikrokontroler AT89S51, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini dijelaskan tentang teori pendukung tentang mikrokontroler AT89S51, ultrasonik, seven segment, dan bahasa pemograman yang digunakan.

BAB 3 RANCANGAN SISTEM

(17)

diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan cara kerja rangkaian. Untuk perangkat lunak tentang bahasa program yang digunakan serta diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN

Bab ini membahas tentang pengujian alat, sistem kerja alat, penjelasan mengenai program - program yang digunakan untuk mengaktipkan rangkaian dan penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

(18)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih canggih serta dalam bidang pendidikan.

(19)

digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan.

Pada prinsipnya program pada mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan secara bertahap atau berurutan.

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut :

1. Sebuah Central Processing Unit 8 bit 2. Osilator : internal dan rangkaian pewaktu 3. RAM internal 128 byte

4. Flash memori 4 Kbyte

5. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi

internal)

6. Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan buah jalur I/O

7. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART

8. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika

(20)

8

2.1.1 Kontruksi AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini AT89C4051 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi rangkaian osilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan

catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.

Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu

daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

(21)

Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah

ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89C4051 flash PEROM Programmer. Memori data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 kilo byte meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor 2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari osilator kristal atau clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0 dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur

input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

(22)

10

2.1.2 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51

Deskripsi pin-pin pada Mikrokontroler AT89S51 :

Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S51

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan

GND (Pin 20)

Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai

(23)

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai

internal pull up.

Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Konfigurasi Port 3 Mikrokontroler AT89S51

Nama Pin Fungsi

P3.0 (Pin 10) RXD (Port Input Serial) P3.1 (Pin 11) TXD (Port Output Serial) P3.2 (Pin 12) INT0 (Interrupt 0 Serial) P3.3 (Pin 13) INT1 (Interrupt 1 Serial) P3.4 (Pin 14) T0 (Input Eksternal timer 0) P3.5 (Pin 15) T1 (Input Eksternal timer 1)

(24)

12

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat

selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input program (PROG) selama memprogram Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal.

XTAL2 (pin 18)

Output dari osilator.

2.2. Ultrasonik

(25)

Dalam aplikasi, metode transmisi dan switching informasi terimanya juga bermacam – macam. Namun, sebagian besar ’state’ atau keadaan yang dijadikan pedoman uji tetap menggunakan uji dua kondisi tersebut.

Sensor ultrasonik menggunakan prinsip time of flight (waktu suara untuk pergi dan pulang.) untuk mengukur tinggi/jarak. Sensor ini terdiri atas sebuah transduser ultrasonik transmitter yang berfungsi mengirimkan gelombang suara dengan frekuensi 40 kHz, dan sebuah transduser ultrasonik receiver yang berfungsi untuk menangkap pantulan gelombang suara yang dikirimkan oleh ultrasonik transmitter.

Gambar 2.2 Sensor tinggi/jarak Ultrasonik Parallax

Proses pengiriman dilakukan oleh transmitter, yaitu dengan cara memberikan sinyal gelombang kotak 40 kHz kepada transduser ultrasonik transmitter. Kemudian

transmitter akan merubah gelombang kotak 40 kHz menjadi gelombang suara dengan

frekuensi yang sama. Berikut adalah gambar rangkaian ultrasonik transmitter.

(26)

14

Pada saat gelombang pantul diterima oleh receiver, gelombang suara akan diubah menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini sangat lemah sehingga tidak dapat langsung di proses, tetapi harus dikondisikan terlebih dahulu menggunakan rangkaian pengkondisi sinyal.

Pada proyek ini penulis memakai sensor ultrasonik ping))) buatan parallax. sensor ultrasonik ping))) ini merupakan sensor jarak yang presisi. Dapat melakukan pengukuran jarak sampai 3 meter dan sangat mudah untuk dihubungkan ke mikrokontroler menggunakan sebuah pin Input dan pin Output.

Sensor ultrasonik ping))) bekerja dengan cara memancarkan sinyal ultrasonik sesaat dan menghasilkan pulsa output yang sesuai dengan waktu pantul sinyal ultrasonik sesaat kembali menuju sensor. Dengan mengukur lebar pulsa pantulan tersebut maka jarak target didepan sensor dapat diketahui.

2.3. Seven Segment

Seven segment merupakan cacah segment minimum yang dipergunakan untuk

menampilkan angka 0 sampai 9 seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

(27)

Sejumlah karakter alphabet juga bisa disajikan menggunakan tampilan seven segment ini.

Seven segment terdiri dari 2 konfigurasi, yaitu common anoda dan common

katoda. Pada seven segment tipe common anoda, anoda dari setiap LED dihubungkan menjadi satu kemudian dihubungkan ke sumber tegangan positip dan katoda dari masing-masing LED berfungsi sebagai input dari seven segment, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.5 Konfigurasi seven segmen tipe common anoda

Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen, maka katodanya harus diberi tegangan 0 volt atau logika low. Misalnya jika segmen a akan dinyalakan, maka katoda pada segmen a harus diberi tegangan 0 volt atau logika

low, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian juga untuk segmen

lainnya.

(28)

16

Gambar 2.6 Konfigurasi seven segmen tipe common katoda

Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen, maka anodanya harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high. Misalnya jika segmen a akan dinyalakan, maka anoda pada segmen a harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian juga untuk segmen lainnya.

Tampilan seven segment mempunyai dua tipe : Light Emitting Diode (LED) dan Liquid Crystal Display (LCD). Dimana disini kita akan membahas tentang karakteristik dari LED.

2.3.1 LED (Light Emitting Diode)

(29)

Pada umumnya LED dikemas berkaki dua (katoda dan anoda) dengan bermacam - macam warna nyala. Untuk membedakan kedua kaki tersebut, kaki anoda biasanya dibuat lebih panjang daripada katoda. Harganya sangat terjangkau, berkisar dari 250 rupiah hingga beberapa ribu rupiah. LED banyak digunakan untuk indikator dan transmisi sinyal atau bahkan untuk penerangan. LED banyak digunakan karena hemat daya, tahan lama dan ekonomis, maka wajar jika popularitas LED mengalahkan tabung nixie maupun lampu pijar.

2.3.2 Antar Muka LED

LED dapat menyala pada arus searah (DC) maupun arus bolak - balik (AC), yang membedakan adalah kontinyuitas. Pada arus DC LED menyala secara kontinyu. Sedangkan pada arus AC, LED akan menyala secara tidak kontinyu (nyala - padam secara periodik), menyala pada setengah gelombang pertama dan padam pada setengah gelombang berikutnya, hal ini terjadi secara periodik pada frekuensi senilai denga frekwensi AC yang diterapkan.

Hal ini terjadi karena LED hanya mengalirkan arus satu arah saja, sebagai akibatnya LED hanya akan menyala pada fasa dimana LED mendapatkan forward

bias (hanya setengah gelombang). Mata manusia terkadang terlalu lambat untuk

(30)

18

Pada umumnya rangkaian digital menggunakan tegangan operasi 5 s.d 12 volt DC. Karena LED memiliki tegangan maksimum dan tegangan minimum maka arus dan dan tegangan LED harus diatur sedemikian rupa sehingga berada dalam wilayah yang dapat diterima oleh LED. Tugas ini umumnya dapat diimplementasikan dengan pemasangan resistor dan LED secara seri. Masukannya adalah bagaimana memilih nilai resistor supaya LED dapat menyala pada tegangan diatas level minimum dan dibawah level maksimum pada tingkatan kecerahan yang dapat diterima. Pada aplikasinya nilai resistor tidaklah sekritis teorinya, penyimpangan beberapa puluh ohm masih dapat diterima. Nilai resistor tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut.

Gambar 2.7 LED dan resistor secara seri

Keterangan :

D = LED VD = Tegangan LED

ID = Arus LED R = Resistor

VR = Tegangan Resistor IR = Arus Resistor

(31)

Gambar 2.8 Cara pengendalian LED

Pada cara pertama, LED akan menyala jika keluaran rangkaian berlogika 0 (terhubung ke ground). Sedangkan pada cara kedua LED akan menyala jika keluaran berlogika 1 (terhubung dengan catu positif). Jika rangkaian keluaran yang disambungkan ke LED berupa keluaran mikrokontroler, port, TTL atau CMOS, maka cara pertama lebih menguntungkan karena rangkaian keluaran hanya difungsikan untuk menerima arus dan menyambungkan ke ground. Pada kenyataannya pun, cara ini memang lebih sering digunakan.

2.4. Bahasa Assembly MCS-51

(32)

BAB 3

RANCANGAN SISTEM

3.1. Perangkat keras

Perangkat keras merupakan bentuk fisik dari alat pengukur tinggi badan yang terdiri

dari diagram blok, rangkaian power supply, rangkaian mikrokontroler AT89S51,

rangkaian Display Seven Segment.

3.1.1 Diagram Blok

Secara garis besar, rangkaian pengukuran tinggi badan dengan menggunakan sensor

ultrasonik ini, memiliki 4 blok utama. Yaitu pemancar ultrasonik, penerima ultrasonik,

Mikrokontroler AT89S51 dan display seven segment. Diagram blok rangkaian tampak

seperti gambar berikut :

M

ikrokont

rol

er A

T

89S

51

Pemancar

Ultrasonik Display Seven

Segmen

Penerima Ultrasonik

(33)

Gambar di atas merupakan gambar diagram blok dari rangkaian pengukur

tinggi badan dengan menggunakan sensor ultrasonik.

1. Pemancar ultrasonik berfungsi untuk memancarkan gelombang ultrasonik,

dimana proses pengendaliannya dilakukan oleh mikrokontroler AT89S51.

2. Penerima ultrasonik berfungsi untuk menerima gelombang pantulan dari

gelombang ultrasonik yang dikirimkan oleh pemancar ultrasonik.

3. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengendalikan pemancar

ultrasonik dan menerima sinyal yang dikirimkan oleh pemancar ultrasonik,

kemudian mengolah hasil pengukuran dan menampilkannya pada display

seven segment.

4. Display seven segment berfungsi untuk menampilkan nilai hasil pengukuran

tinggi badan yang dilakukan.

3.1.2 Rangkaian Power Supply ( PSA )

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,

keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian.

(34)

22

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

(35)

3.1.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Dimana

mikrokontroler berfungsi untuk mengendalikan pemancar ultrasonik, menerima sinyal

yang dikirimkan oleh pemancar ultrasonik, kemudian mengolah hasil pengukuran dan

menampilkan hasil pengukuran tersebut pada display seven segment. Rangkaian

mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

(36)

24

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

mikrokontroler AT89S8253 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19

dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan kapasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroler AT89S8253 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam

program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke

tinggi akan me-reset mikrokontroler ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang

merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai

multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 Ohm.

Resistor 4k7 Ohm yan dihubungkan ke port 0 berfungsi sebagai pull up ( penaik

tegangan ) agar output dari mikrokontroler dapat mentrigger transistor. Pin 1 sampai

8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3.

Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan

sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum

mikrokontroler AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program

sederhana pada mikrokontroler tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum

tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubung ke Pin 39

sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum

tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground

pada power supply. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan

(37)

3.1.4 Perancangan Rangkaian Display Seven Segment

Rangkaian display seven segment ini berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran

tinggi badan. Rangkaian display seven segment ditunjukkan pada gambar berikut ini :

(38)

26

Display ini menggunakan 3 buah seven segment yang dihubungkan ke IC HEF

4094BP yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial

yang masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan

P3.0 dan P3.1 AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang

disediakan oleh mikrokontroler AT89S51. Sedangkan P3.1 merupakan sinyal clock

untuk pengiriman data serial. Pada rangkaian display ini digunakan dua buah dioda

yang berfungsi untuk menurunkan tegangan supplay untuk seven segment. Satu buah

dioda dapat menurunkan tegangan sekitar 0,6 volt. Jadi, apabila dioda yang digunakan

dua buah maka tegangan yang dapat diturunkannya adalah 1,2 volt. Tegangan ini

diturunkan agar umur seven segment lebih tahan lama dan karena tegangan maksimum

seven segment adalah 3,7 volt.

3.2 Perangkat lunak

Perangkat lunak merupakan program yang meliputi bahasa pemrograman Assembly

MCS-51 untuk pemrograman mikrokontroler AT89S51 dan diagram alir program

(Flowchart).

3.2.1 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89C4051 adalah

bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa

(39)

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut

adalah nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h ... ... MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20

Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk

mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil

pengurangannya belum nol.

Contoh :

MOV R0,#80h

Loop: ...

(40)

28

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan

meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu.

Contoh :

Instruksi (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil

setelah instruksi ACALL dilaksanakan.

Contoh :

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu.

Contoh :

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

(41)

Contoh :

Loop:

JB P1.0,Loop ...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika Low (0).

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register

dengan suatu nilai tertentu.

Contoh :

Loop:

...

CJNE R0,#20h,Loop

...

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin

Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan

instruksi selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang

(42)

30

10.Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

dimaksud dengan 1.

Contoh :

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

INC R0 R0 = R0 + 1 ...

11.Dan lain sebagainya.

3.2.2. Software 8051 Editor, Assembler, Simulator

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah

editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator. Tampilannya seperti di bawah ini.

Gambar 3.5 8051 Editor, Assembler, Simulator

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble

(43)

masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan

perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu

sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke

dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.

3.2.3 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan

software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.

Tampilannya seperti gambar di bawah ini

(44)

32

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil

file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk

mengisikan hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroler.

3.2.4 Diagram alir (Flowchart)

Tidak

Ya

Ya Start

Ditekan tombol PSA

Kirim Sinyal Ultrasonik

Tunggu Sinyal Kembali

Hitung Waktu

Tampilkan Nilai Tinggi

Badan yang Diukur

End

(45)

Program diawalai dengan start. Kemudian program akan menunggu

penekanan pada tombol PSA. Jika tombol ditekan maka program akan memerintahkan

mikrokontroler untuk memancarkan sinyal ultrasonik. Selanjutnya program akan

menunggu pantulan sinyal ultrasonik.

Jika pantulan sinyal ultrasonik telah diterima, maka program akan menghitung

(46)

BAB 4

PENGUJIAN RANGKAIAN

4.1. Pengujian Rangkaian Power Supply (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian power supply ini dapat dilakukan dengan mengukur

tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Pada power

supply ini terdapat dua keluaran. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran pertama

sebesar + 5,1 volt. Tegangan ini dipergunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh

rangkaian. Mikrokontroler AT89S51 dapat bekerja pada tegangan 4,0 sampai dengan 5,5

volt, sehingga tegangan 5,1 volt ini cukup untuk mensupplay tegangan ke mikrokontroler

AT89S51. Sedangkan tegangan keluaran kedua sebesar 11,9 volt. Pada alat ini tidak

dipergunakan.

4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroler AT89S51 telah bekerja dengan baik,

maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan program

sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut:

Loop:

Setb P0.0

Acall tunda

Clr P0.0

Acall tunda

(47)

Mov r7,#255

Tnd: Mov r6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,tnd

Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0 selama

± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus menerus. Perintah Setb

P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan LED menyala. Acall tunda

akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P0.0 akan menjadikan

P0.0 berlogika low yang menyebabkan LED akan mati. Perintah Acall tunda akan

menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan menjadikan

program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut tampak berkedip.

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin membutuhkan waktu

=

12

1

12

MHz

=

mikrodetik.

Tabel 4.1 Analisa program delay

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 1 x 1 μd = 1 μd

DJNZ 2 2 x 1 μd = 2 μd

(48)

36

Tunda:

mov r7,#255

Tnd:

mov r6,#255

djnz r6,$ 255 x 2 = 510 x 255 = 130.050

djnz r7,loop3

ret

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan program di atas adalah 130.050 μdetik atau

0,130050 detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroler AT89S51, kemudian mikrokontroler

dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian minimum

mikrokontroler AT89S51 telah bekerja dengan baik.

4.3. Pengujian Rangkaian Display Seven Segment

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini dengan

rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial dari

mikrokontroler. Seven segment yang digunakan adalah common anoda, dimana segment akan

(49)

Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian display seven segmen dengan mikrokontroler

Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk menampilkan

(50)

38

Tabel 4.2 Hasil pengujian rangkaian display seven segment

Angka Data yang dikirim

1 0ECH

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai tersebut

adalah sebagai berikut:

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segment. Sedangkan

(51)

sebagai berikut :

Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada

seven segmen kedua dan angka 3 pada seven segmen pertama.

4.4. Pengujian Rangkaian Pemancar Ultrasonik

Untuk memancarkan frekuensi 40 KHz dari transduser piezoelektrik, langkah yang harus

dilakukan adalah dengan memberikan logika high dan low pada P0.0 dengan selang waktu

(perioda) :

Untuk mendapatkan perioda tersebut, maka program yang harus diberikan pada

(52)

40

Mikrokontroler AT89S51 memerlukan 12 Clock setiap satu siklus mesin. Dengan demikian,

jika digunakan kristal 12 MHz, maka waktu yang diperlukan untuk satu siklus mesin adalah :

6

Jika dihitung lamanya mikrokontroler AT89S51 mengerjakan perintah di atas.

Tabel 4.3 Analisa Program loop

Instruksi Siklus mesin Waktu (μS)

Berdasarkan tabel di atas, maka lamanya logika low (0) pada P0.0 adalah 13 μ dan lamanya

(53)

13 μs 12 μs

Low High

25 μs

Dengan demikian frekuensi yang dihasilkan oleh P0.0 adalah :

KHz Hz

T

f 40.000 40

000025 ,

0 1 1

= =

= =

4.5. Pengujian Rangkaian Penerima Ultrasonik

Pengujian rangkaian ini dapat dilakukan dengan cara menghidupkan pemancar ultrasonik.

Pada saat pemancar ultrasonik dinyalakan, maka LED indikator akan menyala, dan sebaliknya

(54)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Mikrokontroler pada alat ini berfungsi untuk mengendalikan pemancar ultrasonik dan menerima sinyal yang dikirimkan oleh penerima ultrasonik. 2. Sensor Ultrasonik menggunakan gelombang suara dengan frekuensi 40 KHz

pada sistem operasinya.

3. Seven segment yang digunakan disini adalah tipe commom anoda, dimana

segment akan menyala jika diberi tegangan 0 Volt atau logika low (0) sebaliknya segment akan mati jika dikasih logika high (1).

4. Hubungan antara jarak antara pemancar dan penerima ultrasonik dengan lebar pulsa adalah semakin jauh jaraknya maka lebar pulsa yang dihasilkan juga semakin besar pula.

5.2. Saran

(55)

2. Diharapkan agar alat ini dapat dikemas lebih baik lagi agar lebih efisien sehingga penggunaannya lebih efektif.

3. Sebaiknya pada saat pengukuran jarak pemancar dan penerima ultrasonik untuk data yang akan dimasukkan ke program, harus dilakukan lebih teliti dan cermat agar data yang diperoleh lebih akurat.

(56)

44

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, KF. 1991. Teknik Digital. Edisi I. Terjemahan Ir. P. Insap Santoso. Yogyakarta: Andi.

Pitowarno, Endra. 2005. Mikroprosesor dan Interfacing. Edisi I. Yogyakarta: Andi Offset.

Tim Lab. Mikroprosesor BLPT Surabaya. 2007. Pemrograman Mikrokontroler

AT89S51 dengan C/C++ dan Assembler. Edisi I. Yogyakarta: Andi Offset.

http://eepu.files.wordpress.com/2007/09/antarmuka-led.pdf. Diakses tanggal 22 Juni, 2008.

http://www.google.com/benybee.files.wordpress.com/2008/01/main.doc. Diakses tanggal 5 Mei, 2008.

http://www.google.com/lab.binus.ac.id/pk/fileforum/sensortranduser.doc. Diakses tanggal 5 Mei, 2008.

(57)
(58)
(59)

LAMPIRAN C : PROGRAM LENGKAP

(60)

48

sjmp ping

cek124:

cjne a,#0bdh,cek126

call tampil_hasil_124

sjmp ping

cek126:

cjne a,#0b9h,cek128

call tampil_hasil_126

sjmp ping

cek128:

cjne a,#0b2h,cek130

call tampil_hasil_128

sjmp ping

cek130:

cjne a,#0afh,cek132

call tampil_hasil_130

sjmp ping

cek132:

cjne a,#0abh,cek134

call tampil_hasil_132

sjmp ping

cek134:

cjne a,#0a6h,cek136

call tampil_hasil_134

sjmp ping

cek136:

cjne a,#0a1h,cek138

call tampil_hasil_136

sjmp ping

cek138:

cjne a,#9ch,cek140

call tampil_hasil_138

sjmp ping

cek140:

cjne a,#97h,cek142

call tampil_hasil_140

ljmp ping

cek142:

cjne a,#92h,cek144

call tampil_hasil_142

ljmp ping

cek144:

cjne a,#8eh,cek146

call tampil_hasil_144

ljmp ping

cek146:

cjne a,#89h,cek148

call tampil_hasil_146

ljmp ping

cek148:

cjne a,#84h,cek150

call tampil_hasil_148

ljmp ping

cek150:

cjne a,#80h,cek152

call tampil_hasil_150

(61)

cek152:

cjne a,#7ah,cek154

call tampil_hasil_152

ljmp ping

cek154:

cjne a,#75h,cek156

call tampil_hasil_154

ljmp ping

cek156:

cjne a,#70h,cek158

call tampil_hasil_156

ljmp ping

cek158:

cjne a,#6ch,cek160

call tampil_hasil_158

ljmp ping

cek160:

cjne a,#67h,cek162

call tampil_hasil_160

ljmp ping

cek162:

cjne a,#62h,cek164

call tampil_hasil_162

ljmp ping

cek164:

cjne a,#5eh,cek166

call tampil_hasil_164

ljmp ping

cek166:

cjne a,#59h,cek168

call tampil_hasil_166

ljmp ping

cek168:

cjne a,#54h,cek170

call tampil_hasil_168

ljmp ping

cek170:

cjne a,#4fh,cek172

call tampil_hasil_170

ljmp ping

cek172:

cjne a,#4bh,cek174

call tampil_hasil_172

ljmp ping

cek174:

cjne a,#46h,cek176

call tampil_hasil_174

ljmp ping

cek176:

cjne a,#41h,cek178

call tampil_hasil_176

ljmp ping

cek178:

cjne a,#3dh,cek180

call tampil_hasil_178

ljmp ping

cek180:

cjne a,#38h,cek182

call tampil_hasil_180

(62)

50

cek182:

cjne a,#33h,cek184

call tampil_hasil_182

ljmp ping

cek184:

cjne a,#2eh,cek186

call tampil_hasil_184

ljmp ping

cek186:

cjne a,#2ah,cek188

call tampil_hasil_186

ljmp ping

cek188:

cjne a,#27h,cek190

call tampil_hasil_188

ljmp ping

cek190:

cjne a,#21h,cek192

call tampil_hasil_190

ljmp ping

cek192:

cjne a,#1ch,cek194

call tampil_hasil_192

ljmp ping

cek194:

cjne a,#16h,cek196

call tampil_hasil_194

ljmp ping

cek196:

cjne a,#13h,cek198

call tampil_hasil_196

ljmp ping

cek198:

cjne a,#0eh,cek200

call tampil_hasil_198

ljmp ping

cek200:

cjne a,#0ah,balik_utama

call tampil_hasil_200

ljmp ping

(63)

tampil_hasil_122: ;122 mov sbuf,#bil2

(64)

52

(65)
(66)

54

tampil_hasil_156: ;156 mov sbuf,#bil6

(67)
(68)
(69)

mov sbuf,#bil2

tampil_hasil_188: ;188 mov sbuf,#bil8

tampil_hasil_190: ;190

(70)

58

tampil_hasil_192: ;192 mov sbuf,#bil2

tampil_hasil_194: ;194 mov sbuf,#bil4

tampil_hasil_196: ;196 mov sbuf,#bil6

tampil_hasil_198: ;198 mov sbuf,#bil8

(71)
(72)

60

tunda:

mov r5,#5

djnz r5,$

ret

delay:

mov r7,#60 dly:

mov r6,#40 dl:

mov r5,#30

djnz r5,$ djnz r6,dl djnz r7,dly ret

end

Gambar

Gambar  2.1 IC Mikrokontroler AT89S51
Tabel 2.1 Konfigurasi Port 3 Mikrokontroler AT89S51
Gambar 2.2 Sensor  tinggi/jarak Ultrasonik Parallax
Gambar 2.4 Tampilan seven segment
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembelajaran Pendidikan Agama Hindu di SD Negeri 2 Dauh Peken Tabanan, siswa diberikan berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan

( mencatat penerimaan pendapatan dari dana berguli dengan asumsi pendapatan dari dana bergulir dimasukkan ke dalam Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah). Belanja Barang dan Jasa

Energi air adalah energi yang banyak digunakan di rumah.Setiap rumah yang menggunakan energi air mengeluarkan biaya untuk penggunaan daya air yang digunakan!. Nah,

Kode program penyelesaian persamaan difusi neutron 2-dimensi dengan metode Jacobi paralel yang ditulis dalam bahasa C++ dan intel TBB telah berhasil dibangun dan

Saya mengesahkan bahawa Jawatankuasa Pemeriksa bagi Syed Abdul Hakim bin Syed Majid telah mengadakan peperiksaan akhir pada________________untuk menilai tesis Master Sains beliau

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kelompok usia 45 tahun atau lebih, memiliki riwayat keluarga dengan DM merupakan kelompok usia yang berisiko menderita DM, begitu

orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. e) Memerdekakan budak, dalam hal ini mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. f) Orang

Buku Ekuitas Dan Arus Kas Operasi Dengan Harga Saham (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 - 2008) : Jakarta..