• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Antena Mikrostrip Patch Segitiga Sama Sisi Untuk Aplikasi WLAN Menggunakan Simulator ANSOFT HFSS v10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Antena Mikrostrip Patch Segitiga Sama Sisi Untuk Aplikasi WLAN Menggunakan Simulator ANSOFT HFSS v10"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

” PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA SAMA SISI UNTUK APLIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN)

MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS v10”

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

O L E H

MIK HA RAYMO ND LUMBA N TOB ING 05 0402 034

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

(2)

ABSTRAK

Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi

pengembangan dari wireless yang digunakan untuk komunikasi data. Luas

cakupan WLAN meliputi daerah satu gedung, satu kantor, satu wilayah, dan

sebagainya. Salah satu perangkat yang dibutuhkan pada sistem WLAN adalah

antena. Ada berbagai jenis antena yang dapat digunakan pada WLAN diantaranya

adalah antena mikrostrip

Antena mikrostrip memiliki 3 komponen yaitu patch (trace) yang

merupakan lapisan teratas, substrat yang menggunakan bahan dielektrik, dan

groundplane yang merupakan bagian paling bawah. Bentuk dari patch dapat

berupa segiempat, segitiga, lingkaran, elips, dan lain sebagainya.

Tugas akhir ini membahas perancangan dan simulasi model antena

mikrostrip patch segitiga sama sisi yang dapat diaplikasikan pada sistem WLAN.

Perancangan antena ini menggunakan software simulator Ansoft Designer HFSS

v10.0. Hasil dari perancangan antena mikrostrip patch segitiga sama sisi ini

diperoleh nilai VSWR sebesar 1,98 untuk frekuensi 2,4 GHz dan 1,99 untuk

(3)

ii KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan dalam menghadapi segala

hambatan, halangan, dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu

ayahanda dan ibunda, serta kakanda tercinta yang merupakan bagian dari hidup

penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir

hingga sekarang.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus

diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana

Strata Satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA SAMA SISI UNTUK APLIKASI WLAN MENGGUNAKAN SIMULATOR

ANSOFT HFSS v10

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya

Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Ali Hanafiah Rambe, ST.MT, selaku dosen Pembimbing Tugas

Akhir, atas nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

(4)

2. Bapak Ir. A. Rachman Hasibuan, selaku Penasehat Akademis penulis, atas

bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini.

3. Bapak Prof.Dr.Ir. Usman Baafai dan Bapak Rachmad Fauzi ST, MT

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara atas segala bantuannya.

5. Herman Salim, Alexander Siregar, B’Rudolf Sibarani, Orlando

Simangunsong, Rudi dan Balemurli yang berperan banyak atas kerjasama,

masukan, dan bantuan selama proses penulisan Tugas Akhir ini.

6. Sahabat-sahabat terbaik di Elektro: Lamuel Lumban Tobing, Benni

Aritonang, Ferry Hutagalung, Sadak Nainggolan, Richard Sianipar,

Antoni Siburian, Anastasya Citra, Ricky Bimbo Sihombing, Roni

Pasaribu, Fritz Hasugian dan seluruh mahasiswa stambuk 2005, semoga

silaturahmi kita terus terjaga.

7. Senior dan junior yang telah membantu selama proses penulisan Tugas

Akhir ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik

(5)

iv Akhir kata penulis berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa, semoga

Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.

Medan, Oktober 2010

Penulis

(Mikha Raymond Lumban Tobing)

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metode Penulisan ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

II. ANTENA MIKROSTRIP ... 5

2.1 Pengertian Antena ... 5

2.2 Daerah Antena ... 6

2.3 Parameter Antena ... 8

2.3.1 Impedansi Masukan………. 8

(7)

vi

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Antena Mikrostrip ... 16

2.4.3 Teknik Pencatuan ... 17

2.4.4 Jenis – jenis Antena Mikrostrip ... 17

2.5 Antena Mikrostrip Patch Segitiga Sama Sisi ... 18

2.6 Pertimbangan – pertimbangan dalam Merancang Antena Mikrostrip Patch Segitiga Sama Sisi ... 19

2.6.1 Pemilihan Substrat dan jari – jari patch... 19

2.6.2 Pola radiasi ... 21

2.6.3 Efisiensi Radiasi ... 22

2.6.4 Lokasi Titik Pencatu ... 22

2.7 Simulator Ansoft HFSS v 10.0 ... 23

2.8 Proses Pencarian Solusi Simulator Ansoft HFSS v 10.0 ... 24

(8)

3.4.1 Standar Awal 802.11………... 31

3.4.2 Standar 802.11a………... 32

3.4.3 Standar 802.11b……….. 33

3.4.4 Standar 802.11g……….. 34

3.5 Wireless Channel ... 34

IV. PERANCANGAN DAN SIMULASI MODEL ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA SAMA SISI UNTUK APLIKASI WIRELESS LAN ... 36

4.1 Umum ... 36

4.2 Jenis Subtrat yang Digunakan ... 36

4.3 Perancangan Dimensi Patch Antena ... 37

4.4 Perancangan Lebar Saluran Pencatu ... 38

4.5 Perancangan Model Antena Mikrostrip Patch Segitiga Sama Sisi 38 4.6 Simulasi Model Antena………. 41

4.7 Karakterisasi Antena………. 47

4.8 Hasil Simulasi dari Karakterisasi Antena………. 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

(9)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Ilustrasi antena mikrostrip untuk aplikasi WLAN………. 2

Gambar 2.1 Antena sebagai peralatan transisi ... 6

Gambar 2.2 Daerah Antena ... 7

Gambar 4.1 Model antena mikrostrip patch segitiga sama sisi ... 41

Gambar 4.2 Grafik VSWR hasil simulasi awal ... 44

Gambar 4.3 Gain hasil simulasi awal ... 46

Gambar 4.4 Pola radiasi hasil simulasi awal………. 46

Gambar 4.5 Flowchart perancangan antena mikrostrip patch segitiga sama sisi………... 48

Gambar 4.6 Grafik VSWR hasil simulasi untuk panjang saluran pencatu 25 mm dan panjang sisi patch segitiga 38,9 mm…... 49

Gambar 4.7 Grafik VSWR hasil simulasi untuk panjang saluran pencatu 27 mm dan pnanjang sisi segitiga 37 mm………... 51

Gambar 4.8 Grafik VSWR hasil simulasi yang memenuhi (VSWR≤2)... 53

Gambar 4.9 Gain hasil simulasi yang memenuhi (VSWR≤2)………. 54

Gambar 4.10 Pola radiasi hasil simulasi yang memenuhi (VSWR≤2)……. 55

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai konstanta dielektrik beberapa bahan dielektrik ... 15

Tabel 3.1 Standar – standar WLAN 802.11 ... 31

Tabel 3.2 Wifi Channel.…... 35

Tabel 4.1 Spesifikasi substrat yang digunakan... 37

Tabel 4.2 Tabel data gain yang diperoleh hasil simulasi awal………. 45

Tabel 4.3 Karakteristik perubahan panjang saluran pencatu…………. 50

Tabel 4.4 Karakteristik perubahan panjang sisi patch segitiga...……… 52

(11)

i ABSTRAK

Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi

pengembangan dari wireless yang digunakan untuk komunikasi data. Luas

cakupan WLAN meliputi daerah satu gedung, satu kantor, satu wilayah, dan

sebagainya. Salah satu perangkat yang dibutuhkan pada sistem WLAN adalah

antena. Ada berbagai jenis antena yang dapat digunakan pada WLAN diantaranya

adalah antena mikrostrip

Antena mikrostrip memiliki 3 komponen yaitu patch (trace) yang

merupakan lapisan teratas, substrat yang menggunakan bahan dielektrik, dan

groundplane yang merupakan bagian paling bawah. Bentuk dari patch dapat

berupa segiempat, segitiga, lingkaran, elips, dan lain sebagainya.

Tugas akhir ini membahas perancangan dan simulasi model antena

mikrostrip patch segitiga sama sisi yang dapat diaplikasikan pada sistem WLAN.

Perancangan antena ini menggunakan software simulator Ansoft Designer HFSS

v10.0. Hasil dari perancangan antena mikrostrip patch segitiga sama sisi ini

diperoleh nilai VSWR sebesar 1,98 untuk frekuensi 2,4 GHz dan 1,99 untuk

frekuensi 2,5 GHz, pola radiasi unidirectional, dan gain sebesar -2,07 dB.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Telekomunikasi adalah salah satu bidang yang memiliki peranan penting

pada abad ini. Dengan telekomunikasi orang saling bertukar informasi satu

dengan yang lainnya. Salah satu bagian utama dalam sistem telekomunikasi radio

adalah antena. Teknologi telekomunikasi saat ini terus mengalami

perkembangan. Hal ini juga didukung dengan perkembangan antena yang dapat

memenuhi kebutuhan teknologi tersebut. Berbagai antena yang telah banyak

dikembangkan dalam beragam aplikasi seperti penginderaan jauh, radar,

telemetri, biomedik, radio bergerak, dan komunikasi satelit.

Antena mikrostrip merupakan salah satu antena yang mengikuti

perkembangan teknologi telekomunikasi. Antena ini mengalami perkembangan

sejak 1970an dan masih terus dikembangkan hingga kini. Berbagai aplikasi

komunikasi radio telah dipenuhi oleh antena mikrostrip.

Untuk mendukung teknologi WLAN, antena mikrostrip memiliki bentuk

yang kecil dan compatible serta mampu bekerja pada frekuensi WLAN. Berikut

(13)

2 Gambar 1.1 Ilustrasi antenna mikrostrip pada laptop

Pada tugas akhir ini, akan dibahas tentang perancangan antena mikrostrip

patch segitiga sama sisi untuk aplikasi WLAN. Bentuk segitiga memiliki

keunggulan dibandingkan dengan bentuk rectangular (segiempat), yaitu untuk

menghasilkan karakterisasi radiasi yang sama, luas yang dibutuhkan untuk antena

segitiga lebih kecil dibandingkan luas antena bentuk segiempat.

Parameter-parameter utama yang akan dianalisis adalah VSWR (Voltage Standing Wave

Ratio), pola radiasi, dan gain.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan,

yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan antena mikrostrip patch segitiga sama sisi?

2. Bagaimanakah spesifikasi antena yang diperlukan pada sistem WLAN?

3. Bagaimana merancang antena mikrostrip patch segitiga sama sisi untuk

aplikasi WLAN yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz (2,4 – 2,5 GHz)?

A n t e n a m i k r o s t r i p

A c c e s s p o i n t

(14)

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah merancang antena mikrostrip patch

segitiga sama sisi untuk aplikasi wireless LAN yang bekerja pada frekuensi 2,4

GHz (2,4 – 2,5 GHz).

1.4Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah, maka pembahasan dibatasi sebagai berikut:

1. Parameter yang dibahas hanya : dimensi antena, VSWR, bandwidth, pola

radiasi dan gain.

2. Perancangan dilakukan dengan menggunakan simulator ansoft designer

HFSS versi 10.0.

3. Perancangan hanya diatas kertas, tidak sampai pada tahap fabrikasi.

1.5Metodologi Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan pada penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Studi literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain

yang terkait serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.

2. Merancang antena mikrostrip patch segitiga sama sisi

Merupakan proses merancang antena mikrostrip patch segitiga sama sisi

(15)

4 Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan,

serta sistematika penulisan.

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

Bab ini berisi penjelasan tentang antena mikrostrip secara umum

dan penjelasan tentang antena mikrostrip patch segitiga sama sisi.

BAB III WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

Bab ini berisi teori tentang Wireless Local Area Network (WLAN) .

BAB IV PERANCANGAN DAN SIMULASI MODEL ANTENA

MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA SAMA SISI UNTUK APLIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

Bab ini berisi tentang perancangan dan simulasi model antena

mikrostrip patch segitiga sama sisi untuk aplikasi Wireless Local

Area Network (WLAN)dan hasil yang dicapai dari perancangan

tersebut.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan

sebelumnya.

(16)

BAB II

ANTENA MIKROSTRIP

2.1 Pengertian Antena

Pada sistem komunikasi radio diperlukan antena sebagai pelepas energi

elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai penerima

energi itu dari ruang bebas. Antena merupakan bagian yang penting dalam sistem

komunikasi sehari-hari. Antena kita jumpai pada pesawat televisi, telepon

genggam, radio, dan lain-lain.

Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari

saluran transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran

transmisi adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi

gelombang elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran

transmisi yang tak berhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang

uniform sepanjang saluran itu. Jika saluran ini dihubung singkat maka akan

muncul gelombang berdiri yang disebabkan oleh interferensi gelombang datang

dengan gelombang yang dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan

gelombang yang dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni.

Konsentrasi-konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi

listrik seluruhnya ke energi magnet total dua kali setiap periode gelombang itu.

Gambar 2.1 memperlihatkan sumber atau pemancar yang dihubungkan

(17)

6 resonator. Di daerah antena energi diteruskan ke ruang bebas sehingga daerah ini

merupakan transisi antara gelombang terbimbing dengan gelombang bebas[1].

Gambar 2.1 Antena sebagai peralatan transisi

2.2 Daerah Antena

Daerah antena merupakan pembatas dari karakteristik gelombang

elektromagnetika yang dipancarkan oleh antena. Pembagian daerah di sekitar

antena dibuat untuk mempermudah pengamatan struktur medan di

masing-masing daerah antena tersebut. Gambar 2.2 menjelaskan tentang daerah-daerah di

sekitar antena [1]. E

sumber sal. transmisi antena Gel. ruang bebas teradiasi

(18)

Gambar 2.2 Daerah Antena

Ruang-ruang di sekitar antena dibagi ke dalam 3 daerah, yaitu :

1. Daerah medan dekat reaktif

Daerah ini didefenisikan sebagai bagian dari daerah medan dekat di

sekitar antena, di mana daerah reaktif lebih dominan. Apabila λ adalah panjang

gelombang dan D adalah dimensi terluar antena, untuk kebanyakan antena batas

terluar daerah ini adalah [1] :

< 0,62 (2.1)

2. Daerah medan dekat radiasi

Daerah ini didefenisikan sebagai daerah medan antena antara medan

dekat reaktif dan daerah medan jauh di mana medan radiasi dominan dan

distribusi medan bergantung pada jarak dari antena. Daerah ini sering juga

disebut daerah Freshnel dimana [1] :

(19)

8 3. Daerah medan jauh

Daerah medan jauh merupakan daerah antena di mana distribusi medan

tidak lagi bergantung kepada jarak dari antena. Di daerah ini, komponen medan

transversal dan distribusi angular tidak bergantung pada jarak radial di mana

pengukuran dibuat. Semua spesifikasi diperoleh dari pengukuran yang dilakukan

di daerah ini, dengan syarat [1] :

> 2 (2.3)

2.3 Parameter Antena

Kinerja dan daya guna suatu antena dapat dilihat dari nilai

parameter-parameter antena tersebut [1]. Beberapa dari parameter-parameter tersebut saling

berhubungan satu sama lain. Parameter-parameter antena yang biasanya

digunakan untuk menganalisis suatu antena adalah impedansi masukan, Voltage

Wave Standing Ratio (VSWR), return loss, bandwidth, keterarahan, dan

penguatan.

2.3.1 Impedansi Masukan

Impedansi masukan adalah perbandingan (rasio) antara tegangan dan arus.

Impedansi masukan ini bervariasi untuk nilai posisi tertentu.[1]

( ) = ( )

saluran, berbeda dengan karakteristik impedansi saluran (Z0) yang berhubungan

dengan tegangan dan arus pada setiap gelombang.

(20)

Pada saluran transmisi, nilai z diganti dengan nilai – ( = −), sehingga

2.3.2 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri

(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran

transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang

dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Perbandingan antara

tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien

refleksi tegangan (Γ), yaitu :

merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa

kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari Γ adalah nol, maka :

a. Γ= −1 : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat

b. Γ= 0 : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna.

(21)

10 Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah [1] :

= = 1 + |Γ|

1−|Γ| (2.7)

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang

berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna.

Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai

standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR≤2.

2.3.3 Return Loss

Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang

direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return loss dapat

terjadi karena adanya diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan impedansi

masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki

diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss bervariasi tergantung pada

frekuensi seperti yang ditunjukkan oleh [1] :

= 20 |Γ| (2.8)

Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -9,54 dB, nilai ini

diperoleh untuk nilai VSWR ≤ 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang

direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang

dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai

parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat

bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak.

(22)

2.3.4 Bandwidth

Bandwidth suatu antena didefenisikan sebagai rentang frekuensi di mana

kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti

impedansi masukan, polarisasi, beamwidth, pola radiasi, gain, efisiensi, VSWR,

return loss) memenuhi spesifikasi standar. Bandwitdh dapat dicari dengan rumus

berikut [1] :

Ada beberapa jenis bandwidth di antaranya :

a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana patch antena berada

pada keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi karena

impedansi dari elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai

frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat dari return loss dan VSWR. Nilai

return loss dan VSWR yang masih dianggap baik adalah kurang dari -9,54

dB.

b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana bandwidth, sidelobe, atau

gain, yang bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai

tersebut harus ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai bandwidth

(23)

12 c. Polarization atau axial ratio bandwidth adalah rentang frekuensi di mana

polarisasi (linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk

polarisasi melingkar adalah kurang dari 3 dB.

2.3.5 Keterarahan (Directivity)

Keterarahan dari sebuah antena dapat didefenisikan sebagai perbandingan

(rasio) intensitas radiasi sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas

radiasi rata-rata pada semua arah. Intensitas radiasi rata-rata sama dengan jumlah

daya yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4π. Jika arah tidak ditentukan,

arah intensitas radiasi maksimum merupakan arah yang dimaksud. Keterarahan

ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini [1] :

= = 4 (2.10)

Dan jika arah ini tidak ditentukan, keterarahan terjadi pada intensitas radiasi

maksimum yang didapat dengan rumus [1] :

= = = 4 (2.11)

Keterangan :

D = keterarahan

D0 = keterarahan maksimum

U = intensitas radiasi maksimum

Umax = intensitas radiasi maksimum

U0 = intensitas radiasi pada sumber isotropic

Prad = daya total radiasi

(24)

2.3.6 Penguatan (Gain)

Ada dua jenis penguatan (gain) pada antena, yaitu penguatan absolut

(absolute gain) dan penguatan relatif (relative gain). Penguatan absolut pada

sebuah antena didefenisikan sebagai perbandingan antara intensitas pada arah

tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh

antena teradiasi secara isotropic. Intensitas radiasi yang berhubungan dengan

daya yang diradiasikan secara isotropic sama dengan daya yang diterima oleh

antena (Pin) dibagi dengan 4π. Penguatan absolut ini dapat dihitung dengan rumus

[1] :

= 4 ( , ) (2.12)

Selain penguatan absolut, ada juga penguatan relatif. Penguatan relatif

didefenisikan sebagai perbandingan antara perolehan daya pada sebuah arah

dengan perolehan daya pada antena referensi pada arah yang direferensikan juga.

Daya masukan harus sama di antara kedua antena itu. Akan tetapi, antena

referensi merupakan sumber isotropic yang lossless. Secara umum dapat

dihubungkan sebagai berikut [1] :

= 4 ( , ) (2.13)

2.3.7 Pola Radiasi

Pola radiasi pada sebuah antena didefenisikan sebagai sebuah fungsi

(25)

14 2.3.8 Frekuensi Resonansi

Frekuensi resonansi sebuah antena dapat diartikan sebagai frekuensi kerja

antena di mana pada frekuensi tersebut seluruh daya dipancarkan secara

maksimal. Pada umumnya frekuensi resonansi menjadi acuan menjadi frekuensi

kerja antena.

2.4 Antena Mikrostrip

Salah satu antena yang paling populer saat ini adalah antena mikrostrip.

Hal ini disebabkan karena antena mikrostrip sangat cocok digunakan untuk

perangkat telekomunikasi yang sekarang ini sangat memperhatikan bentuk dan

ukuran.

2.4.1 Pengertian Antena Mikrostrip

Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu micro

(sangat tipis/kecil) dan strip (bilah/potongan). Antena mikrostrip dapat

didefenisikan sebagai salah satu jenis antena yang mempunyai bentuk seperti

bilah/potongan yang mempunyai ukuran sangat tipis/kecil.

(26)

Gambar 2.3 menunjukkan struktur dari sebuah antena mikrostrip [2].

Secara umum, antena mikrostrip terdiri atas 3 bagian, yaitu patch, substrat, dan

ground plane. Patch terletak di atas substrat, sementara ground plane terletak

pada bagian paling bawah.

Pada umumnya, patch terbuat dari logam konduktor seperti tembaga

atau emas dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Bentuk patch antena

mikrostrip yang sering dibuat, misalnya segi empat, segi tiga, lingkaran, dan

lain-lain. Patch berfungsi sebagai pemancar (radiator). Patch dan saluran

pencatu biasanya terletak di atas substrat. Tebal patch dibuat sangat tipis ( ≪ ;

t=ketebalan patch). Substrat terbuat dari bahan-bahan dielektrik. Substrat

biasanya mempunyai tinggi (h) antara 0,003 λ0 – 0,05λ0 [1].

Tabel 2.1 Nilai konstanta dielektrik beberapa bahan dielektrik

Bahan dielektrik Nilai konstanta dielektrik (εr)

Alumina 9,8

Material sintetik – Teflon 2,08

Material komposit – Duroid 2,2 – 10,8

Ferimagnetik – Ferrite 9 – 16

Semikonduktor – Silikon 11,9

Fiberglass 4,882

Tabel 2.1 menunjukkan nilai permeativitas relatif bahan dielektrik yang

sering digunakan untuk membuat substrat antena mikrostrip. Tampak bahwa

semikonduktor (silikon) memiliki nilai εr yang lebih tinggi dan teflon memiliki

(27)

16 akan menghasilkan efisiensi dan radiasi yang lebih baik serta bandwidth yang

lebih lebar, namun akan menambah ukuran dari antena itu sendiri. Oleh sebab itu,

kejelian dalam menetapkan spesifikasi, ukuran, dan performa akan menghasilkan

antena mikrostrip yang mempunyai ukuran yang kompak dengan performa yang

masih dalam batas toleransi.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Antena Mikrostrip

Antena mikrostrip mengalami peningkatan popularitas terutama dalam

aplikasi wireless karena strukturnya yang low profile. Selain itu, antena

mikrostrip juga kompatibel dan dapat diintegrasikan langsung dengan sirkuit

utamanya, seperti pada handphone, missile, dan peralatan lainnya. Pada zaman

sekarang, pemakaian antena mikrostrip menjadi semakin berkembang. Hampir

semua peralatan telekomunikasi wireless yang ada tidak menunjukkan sebuah

fisik antena. Hal ini karena peralatan telekomunikasi tersebut menggunakan

antena mikrostrip yang dapat diintegrasikan langsung dengan MICs-nya..

Beberapa keuntungan dari antena mikrostrip adalah [2] :

1. Mempunyai bobot yang ringan dan volume yang kecil.

2. Konfigurasi yang low profile sehingga bentuknya dapat disesuaikan

dengan perangkat utamanya.

3. Biaya fabrikasi yang murah sehingga dapat dibuat dalam jumlah yang

besar.

4. Mendukung polarisasi linear dan sirkular.

5. Dapat dengan mudah diintegrasikan dengan microwave integrated circuits

(MICs)

6. Kemampuan dalam dual frequency.

7. Tidak memerlukan catuan tambahan.

(28)

Namun, antena mikrostrip juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :

1. Bandwidth yang sempit

2. Efisiensi yang rendah

3. Penguatan yang rendah

4. Memiliki rugi-rugi hambatan (ohmic loss) pada pencatuan antena array

5. Memiliki daya (power) yang rendah

6. Timbulnya gelombang permukaan (surface wave)

2.4.3 Teknik Pencatuan

Antena mikrostrip dapat dicatu dengan beberapa metode. Metode-metode

ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu terhubung (contacting) dan

tidak terhubung (non-contacting) [3]. Pada metode terhubung, daya RF dicatukan

secara langsung ke patch radiator dengan menggunakan elemen penghubung.

Pada metode tidak terhubung, dilakukan pengkopelan medan elektromagnetik

untuk menyalurkan daya di antena saluran mikrostrip dengan patch. Beberapa

teknik pencatuan yang sering digunakan, yaitu : teknik microstrip line, coaxial

probe, aperture coupling dan proximity coupling.

2.4.4 Jenis-jenis Antena Mikrostrip

Berdasarkan bentuk patch-nya antena mikrostrip terbagi menjadi :

a. Antena mikrostrip patch persegi panjang (rectangular)

b. Antena mikrostrip patch persegi (square)

c. Antena mikrostrip patch lingkaran (circular)

(29)

18 Bentuk patch antena mikrostrip dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Jenis-jenis patch antena mikrostrip

2.5 Antena Mikrostrip Pacth Segitiga Sama Sisi

Salah satu bentuk patch antena mikrostrip adalah segitiga. Bentuk segitiga

ini terbagi berdasarkan besar ketiga sudutnya yaitu, 450-450-900, 300-600-900, dan

600-600-600. Bentuk segitiga memiliki keunggulan dibandingkan dengan bentuk

segi empat: yaitu untuk menghasilkan karakteristik radiasi yang sama, luas yang

dibutuhkan oleh bentuk segitiga lebih kecil dibandingkan dengan luas yang

dibutuhkan oleh bentuk segi empat. Hal ini sangat menguntungkan dalam

fabrikasi antena. Bentuk geometri pacth antena segitiga sama sisi dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Rectangular Square Circular

Elliptical Triangular Circular Ring

(30)

Gambar 2.5 Antena mikrostrip patch segitiga sama sisi

2.6 Pertimbangan-pertimbangan dalam Merancang Antenna Mikrostrip Patch Segitiga Sama Sisi

Di dalam merancang antena mikrostrip patch segitiga sama sisi ada

beberapa pertimbangan yang harus di perhatikan, yaitu :

2.6.1 Pemilihan Substrat dan Panjang Sisi Patch Segitiga

Pertimbangan memilih substrat untuk antenna mikrostrip patch segitiga

sama sisi sama, yaitu dimulai dengan memilih bahan dielektrik yang cocok

dengan menyesuaikan tingkat ketebalan h dan rugi-rugi garis singgung. Semakin

tebal substrat, di samping secara mekanik akan lebih kuat, akan menigkatkan

daya radiasi, mengurangi rugi-rugi konduktor, dan memperbaiki impedansi

(31)

20 sama seperti ketebalan substrat. Nilai yang rendah akan meningkatkan daerah

pinggir dari keliling patch, sehingga akan meradiasikan daya. Oleh karena itu

substrat dengan nilai ≤2.5 lebih baik kecuali jika diinginkan ukuran patch

yang lebih kecil. Meningkatnya ketebalan substrat akan memiliki dampak yang

sama ketika menurunya nilai dari karakteristik antena. Rugi-rugi garis

singgung yang tinggi akan meningkatkan rugi-rugi dielektrik dan oleh karena itu

hal ini akan menurunkan efisiensi antena. Bahan yang biasa digunakan sebagai

substrat diantaranya adalah honeycomb ( = 1.07), duroid ( = 2.32), quartz

( = 3.8), dan alumina ( = 10). Jadi substrat yang digunakan haruslah

memiliki konstanta dielektrik yang rendah. Hal ini bertujuan agar diperoleh

efisiensi radiasi yang lebih tinggi. Selain itu substrat yang semakin tebal akan

meningkatkan impedansi bandwidth.

Untuk menentukan panjang sisi segitiga, frekuensi resonansi lebih dahulu

ditentukan dengan rumus berikut [2][4]:

(32)

Dimana c merupakan cepat rambat gelombang cahaya. Persamaan (2.14)

berlaku jika elemen peradiasi segitiga dikelilingi oleh dinding magnet yang

sempurna. Jika elemen peradiasi dikelilingi oleh dinding magnet yang tidak

sempurna, maka nilai diganti dengan nilai yang merupakan nilai efektif dari

panjang sisi segitiga.

Untuk mode TM10 frekuensi resonansi (f ) didefinisikan sebagai berikut :

=

Berbagai macam model matematika telah dianjurkan untuk

memprediksikan karakteristik radiasi dari radiator antena mikrostrip patch

segitiga sama sisi. Ungkapan mengenai daerah jauh diperoleh dengan

menggunakan model rongga yang sederhana dan memenuhi syarat untuk tujuan

praktis. Pola radiasinya dapat digambarkan dengan menggunakan persamaan [2] :

(33)

22 2.6.3 Efisiensi Radiasi

Efisiensi radiasi diartikan sebagai perbandingan daya yang teradiasi

terhadap daya input, yang dinyatakan dengan [2] :

= = (2.22)

Pada antena mikrostrip patch segitiga sama sisi efisiensi akan

meningkatkan ketebalan substrat dan akan menurunkan konstanta dielektrik.

2.6.4 Lokasi Titik Pencatu (Feed Point)

Setelah diperoleh panjang sisi segitiga dari patch untuk substrat yang

telah diberikan, langkah selanjutnya adalah menentukan feed point/titik pencatu

( , ) dimana dalam hal ini harus ada kecocokan antara impedansi input dari

patch dan impedansi generator. Karena disini tidak ada nilai lebih dari axis patch

(34)

2.7 Simulator Ansoft HFSS 10.0

Dalam tugas akhir ini simulator yang digunakan adalah Ansoft HFSS

10.0. Pada HFSS, model geometri secara otomatis dibagi kedalam sejumlah besar

tetrahedron. HFSS adalah simulator gelombang elektromagnetik penuh dengan

performa yang baik untuk pemodelan benda 3 dimensi yang memiliki volume

yang berubah-ubah. HFSS ini menyatukan proses simulasi, visualisasi, dan

proses pemodelan ke dalam suatu bentuk yang mudah untuk dipelajari. Simulator

ini dapat dimanfaatkan untuk menghitung parameter seperti S parameter,

frekuensi resonansi, dan medan.

Simulator ini khususnya digunakan pada bidang:

a) Package Modeling  BGA, QFP, Flip-Chip

b) PCB Board Modeling  Power/Ground planes, Mesh Grid

Grounds,Backplanes

c) Silicon/GaAs  Spiral Inductors, Transformers

d) EMC/EMI  Shield Enclosures, Coupling, Near- or Far-Field Radiation

e) Antennas/Mobile Communications  Patches, Dipoles, Horns,

ConformalCell Phone Antennas, Quadrafilar Helix, Specific Absorption

Rate(SAR), Infinite Arrays, Radar Cross Section(RCS), Frequency

Selective Surfaces(FSS)

(35)

24 berhubungan dengan bentuk geometri 3 dimensi yang berubah-ubah khususnya

yang memilki bentuk dan kurva yang kompleks.

HFSS adalah kependekan dari High Frequency Structure Simulator.

Ansoft merupakan software pelopor yang menggunakan Finite Element Method

(FEM) untuk simulasi elektromagnetik dengan mengembangkan serta

menerapkan teknologi seperti tangential vector finite elements, adaptive meshing,

dan Adaptive Lanczos-Pade Sweep (ALPS). Adapun tampilan dari HFSS dapat

dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Tampilan Awal Ansoft HFSS v10.0

2.8 Proses Pencarian Solusi Simulator HFSS 10.0

Untuk mendapatkan grafik VSWR suatu antena, bisa dicari dari nilai

koefisien pantul ( Г ) dan koefisien pantul ini erat hubungannya dengan

parameter S. Sebelum mengkomputasi nilai VSWR kedalam grafik, maka HFSS

(36)

Menghitung dulu nilai matrik parameter S pada suatu struktur port tertentu dalam

setiap frekuensi dan hal ini dilakukan dengan skema seperti pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Proses pencarian solusi HFSS 10.0

Dari Gambar 2.7 dapat dijelaskan bahwa :

a) Tipe solusi yang digunakan pada simulator Ansoft HFSS 10.0 ada 3 yaitu

driven modal, driven terminal, dan eigenmode. Untuk pemodelan tentang

antena, saluran mikrostrip, dan waveguide, dipergunakan tipe solusi

driven modal. Tipe ini dipergunakan karena merupakan tipe khusus untuk

mengkalkulasi mode dasar parameter S untuk elemen pasif berstruktur

frekuensi tinggi yang arus tegangannya dikendalikan oleh sumber

(37)

26 pemodelan simulasi. Pada tahap ini juga, kita memberikan pembatasaan

lingkup pada device pemodelan (Boundaries) dan mendefinisikan letak

pencatuan model (Excitation).

c) Sebelum proses simulasi pencarian solusi dilakukan maka harus

diinisialisasikan parameter analisa terlebih dahulu (solution setup). Parameter

ini meliputi:

1. Frekuensi unit. Parameter ini berfungsi untuk menentukan nilai

frekuensi kerja mesh dalam proses pencarian solusi yang

menggunakan sistem adaptive mesh.

2. Nilai maksimum jumlah siklus mesh. Nilai ini adalah kriteria nilai

jumlah siklus mesh untuk menghentikan proses pencarian solusi

adaptive.

3. Delta S. Nilai ini adalah nilai perubahan didalam magnituda parameter

S antara dua lintasan yang saling berhubungan

Pada tahap ini juga kita memberikan nilai range frekuensi (frequency

sweep) yang merupakan range frekuensi yang akan dicari nilai solusinya.

(38)

BAB III

WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

3.1 Wireless

Teknologi komunikasi wireless adalah suatu operasi komunikasi tanpa

menggunakan suatu media yang terlindung atau terbungkus seperti menggunakan

media udara sebagai jalur komunikasi untuk mengirimkan sinyal pada setiap

tujuannya. Sistem wireless menggunakan suatu gelombang radio atau gelombang

elektromagnetik sebagai jalur komunikasinya.

Pada awalnya teknologi wireless ini berasal dari penemuan telegraf yang

diciptakan pada tahun 1895, dan terus berkembang sehingga akhirnya saat ini

telah banyak terjadi kemajuan di bidang telekomunikasi, contohnya radio,

televisi, telepon selular, komunikasi satelit, dan lain – lain. Selain itu masih

terdapat beberapa model device yang menggunakan teknologi wireless, yaitu

peralatan komputer tanpa kabel seperti keyboard dan mouse wireless, remote

control, global positioning system (GPS), dan wireless LAN.

3.2 Local Area Network (LAN)

Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan

selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki

mobilitas tinggi, mencari pelayanan yang fleksibel, mudah dan memuaskan serta

(39)

28 Local Area Network (LAN) adalah sejumlah komputer yang saling

dihubungkan bersama di dalam satu area tertentu yang tidak begitu luas, seperti

di dalam satu kantor atau gedung.

Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya menggunakan protokol komunikasi

melalui media komunikasi sehingga dapat berbagi informasi, program - program,

penggunaan bersama perangkat keras seperti printer, hard disk, dan sebagainya.

Selain itu jaringan komputer bisa diartikan sebagai kumpulan sejumlah terminal

komunikasi yang berbeda di berbagai lokasi yang terdiri dari lebih satu komputer

yang saling berhubungan.

Jaringan komputer local digunakan untuk menghubungkan simpul yang

berada di daerah yang tidak terlalu jauh dengan radius 100m - 200m, tergantung

jenis kabel penghubung yang digunakan. Kecepatan transfer data pada jaringan

local ini sedah relatif tinggi yaitu antara 1 - 100 Mbps atau sekitar 125.000 -

125.500.000 karakter per detik sehingga sudah dapat mendukung distribusi data

grafis.

3.3 Wireless Local Area Network (WLAN)

Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi

pengembangan dari wireless yang digunakan untuk komunikasi data. Sesuai

dengan namanya, wireless yang artinya tanpa kabel, WLAN adalah jaringan lokal

yang meliputi daerah satu gedung, satu kantor, satu wilayah, dan sebagainya,

yang tidak menggunakan kabel.

(40)

Gambar 3 Jaringan WLAN dan Arsitekturnya

Gambar 3 menunjukkan bagaimana jaringan WLAN dan arsitekturnya.

Sistem koneksi WLAN adalah dengan menggunakan gelombang elektromagnetik

untuk mengirim dan menerima data lewat media udara. Dengan komunikasi

jaringan yang menggunakan media tanpa kabel, maka diharapkan WLAN dapat

meminimalisasikan kebutuhan untuk komunikasi menggunakan kabel, walaupun

penggunaan kabel masih tetap ada dalam mendukung aplikasi WLAN.

Penggunaan WLAN tidak akan mengurangi keuntungan yang telah

diperoleh dari aplikasi yang lebih tradisional yaitu LAN dengan menggunakan

kabel. Hanya saja pada WLAN ini, cara melihat suatu jaringan LAN harus

didefinisikan kembali. Konektivitas antar para pengguna tidak lagi

mempengaruhi pada saat penginstalasian.

Local Area tidak lagi terbatas diukur dengan menggunakan satuan kaki

(41)

30 Selain itu, WLAN sendiri mengkombinasikan hubungan antar data dengan

penggunaan yang aktif bergerak, dan melalui konfigurasi yang sederhana maka

WLAN dapat berpindah – pindah sesuai dengan kebutuhan pengguna.

WLAN sama seperti sebuah kartu Ethernet yang tidak menggunakan

kabel sebagai media penyambungnya, dimana pengguna berhubungan dengan

server melalui modem radio. Salah satu bentuk modem radio yaitu PC card yang

digunakan untuk laptop.

Dengan adanya WLAN ini, maka biaya pengeluaran yang digunakan

untuk membuat suatu infrastruktur jaringan dapat ditekan menjadi lebih rendah

dan mendukung suatu aplikasi jaringan mobile yang menawarkan berbagai

keuntungan dalam hal efisiensi proses, akurasi, dan biaya pengeluaran.

3.4 Standar WLAN 802.11

Seiring dengan perkembangan yang semakin pesat, beberapa pabrikan RF

wireless mempunyai metode berbeda dalam mengembangkan frekuensi, skema

encoding, jenis antena, dan protokol jaringan wireless. Banyaknya variasi jenis

tentu saja tidak menguntungkan bagi para pengguna. Untuk itu pada jaringan

wireless ditetapkan standarisasi peralatan wireless yang disebut standarisasi IEEE

802.11.

Dengan berkembangnya waktu, implementasi dari standar ini semakin

populer dan meluas. Penambahan ekstensi di belakang 802.11 dipergunakan

untuk mengenali beberapa perbaikan dan tambahan fitur dari standar yang telah

ditentukan oleh 802.11. Dari sekian banyak standar, ada empat jenis standar yang

(42)

sering digunakan dan paling dikenal yaitu standar awal 802.11, 802.11a, 802.11b,

dan 802.11g. Tabel 3.1 menunjukkan standar – standar WLAN 802.11.

Tabel 3.1 Standar – Standar WLAN 802.11

802.11 Standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data 1 Mbps hingga 2 Mbps

802.11a Standar High Speed WLAN untuk 5 GHz band yang mendukung hingga 54 Mbps

802.11b Standar WLAN untuk 2,4 GHz band yang mendukung hingga 11 Mbps atau disebut Wi-Fi

802.11e Perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua interface radio IEEE WLAN

802.11f Mendefinisikan komunikasi inter-access point untuk

memfasilitasi beberapa vendor yang mendistribusikan WLAN

802.11g Menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz band, yang dimasukkan untuk menyediakan kecepatan hingga 54 Mbps

802.11h Mendefinisikan pengaturan spektrum 5 GHz band yang digunakan di Eropa dan Asia Pasifik

802.11i

Menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat

dimana terdapat kelemahan keamanan pada protokol Autentifikasi

dan Enkripsi

802.11j Penambahan pengalamatan pada kanal 4,9 GHz hingga 5 GHz untuk standar 802.11a di Jepang

3.4.1 Standar Awal 802.11

Standar ini merupakan standar awal untuk WLAN yang diperkenalkan

(43)

32 pada pita 2,4 GHz dan data rate hingga 2 Mbps. Karena versi ini hanya

mempunyai data rate maksimum 2 Mbps, versi ini tidak banyal dipergunakan

pada WLAN indoor.

802.11 merupakan standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data

1 Mbps hingga 2 Mbps. 802.11a merupakan standar High Speed WLAN untuk 5

GHz band yang mendukung hingga 54 Mbps. 802.11b merupakan standar

WLAN untuk 2,4 GHz band yang mendukung hingga 11 Mbps atau disebut

Wi-Fi. 802.11e merupakan perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua

interface radio IEEE WLAN. 802.11f mendefinisikan komunikasi inter-access

point untuk memfasilitasi beberapa vendor yang mendistribusikan WLAN.

802.11g menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz band, yang

dimaksudkan untuk menyediakan kecepatan hingga 54 Mbps. 802.11h

mendefinisikan pengaturan spektrum 5 GHz band yang digunakan di Eropa dan

Asia Pasifik. 802.11i menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat

dimana terdapat kelemahan keamanan pada protokol autentifikasi dan enkripsi.

802.11j merupakan penambahan pengalamatan pada channel 4,9 GHz hingga 5

GHz untuk standar 802.11a di Jepang.

3.4.2 Standar 802.11a

Pada tahun 1999, IEEE mengeluarkan standar 802.11a yang beroperasi

pada pita 5 GHz. Standar ini menggunakan skema modulasi yang disebut

Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan kecepatan

transmisi data mencapai 54 Mbps. Keuntungan utama dari standar ini adalah

kapasitasnya yang cukup tinggi yang menjadikan standar ini sebagai pilihan yang

(44)

tepat untuk mendukung aplikasi yang membutuhkan performa tinggi, seperti

streaming video. Kekurangan dari standar ini adalah terbatasnya cakupan area

pancarnya karena menggunakan pita frekuensi 5 GHz. Pita ini hanya dapat

mencakup area tidak lebih dari 50 meter pada berbagai fasilitas. Akibatnya

standar ini memerlukan AP yang lebih banyak.

3.4.3 Standar 802.11b

Pada tahun yang sama ketika IEEE mengeluarkan standar 802.11a, IEEE

juga mengeluarkan standar 802.11b, tepatnya pada bulan Juli 1999. Standar ini

beroperasi pada frekuensi radio dengan bandwidth 97 MHz (frekuensi 2,4 GHz -

2,497 GHz). Standar ini menggunakan metode modulasi DSSS dengan kecepatan

transmisi datanya mencapai 11 Mbps. Keuntungan utama dari standar 802.11b

adalah range yang relatif panjang hingga 100 meter pada fasilitas di dalam

gedung. Range ini sangat efektif dipergunakan untuk mengembangkan LAN

secara wireless dibandingkan dengan standar sebelumnya.

Kerugian dari standar ini adalah terbatasnya penggunaan kanal pada pita

frekuensi 2,4 GHz. Standar ini hanya menggunakan tiga buah kanal bila

dibandingkan dengan standar 802.11 yang menggunakan 11 kanal untuk

melakukan konfigurasi AP. Pembatasan ini membuat dukungan standar 802.11b

terhadap performa aplikasi menengah seperti e-mail atau web surfing menjadi

lebih baik. Kerugian lain dari standar ini adalah terdapatnya kemungkinan

(45)

34 3.4.4 Standar 802.11g

Standar 802.11g dikeluarkan oleh IEEE pada bulan Juni 2003. Standar ini

beroperasi pada frekuensi yang sama seperti pada standar 802.11b yaitu pada pita

2,4 GHz hingga 2,497 GHz. Tetapi standar ini menggunakan teknik modulasi

OFDM yang digunakan pada standar 802.11a. Kombinasi dari fitur ini

menghasilkan infrastruktur yang lebih cepat, lebih murah, serta koneksi yang

lebih luas.

Keunggulan dari standar ini adalah memiliki kompatibilitas dengan

standar 802.11b, dimana kita hanya perlu meng-upgrade AP pada jaringan

802.11b ke standar 802.11g. Tetapi peralatan pada standar 802.11b tidak

memahami transmisi pada peralatan 802.11g karena perbedaan teknik modulasi

pada kedua standar. Sehingga saat peralatan jaringan 802.11b digunakan pada

lingkungan standar 802.11g terdapat berbagai keterbatasan. Kerugian lainnya dari

standar ini adalah adanya interferensi RF karena standar ini menggunakan

frekuensi 2,4 GHz yang sarat dengan interferensi stasiun yang dapat

menyebabkan seluruh jaringan terganggu. Hal ini dapat diatasi dengan

menggunakan cincin (ring) ganda dengan salah satu cincin back-up seperti yang

dipakai pada jaringan ring berteknologi FDDI.

3.5 Wireless Channel

Jaringan wireless menggunakan konsep yang sama dengan stasiun radio,

dimana saat ini terdapat dua alokasi frekuensi yang digunakan yaitu 2,4 GHz dan

5 GHz yang bisa dianalogikan sebagai frekuensi radio AM dan FM. Frekuensi

(46)

2,4 GHz yang digunakan oleh 802.11b/g juga dibagi menjadi channel – channel

seperti pembagian frekuensi untuk stasiun radio.

Organisasi internasional ITU (International Telecomunication Union)

yang bermarkas di Genewa membaginya menjadi 14 channel namun setiap

negara mempunyai kebijakan tertentu terhadap channel ini. Amerika hanya

mengijinkan penggunakan channel 1-11, Eropa hanya menggunakan 1-13,

sedangkan di Jepang diperbolehkan menggunakan semua channel yang tersedia

yaitu 1-14. Frekuensi channel dapat dilihat pada Tabel 3.2.

(47)

36 BAB IV

PERANCANGAN DAN SIMULASI MODEL ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA SAMA SISI UNTUK APLIKASI WIRELESS LOCAL

AREA NETWORK

4.1 Umum

Pada tugas akhir ini akan dirancang sebuah antena mikrostrip patch

segitiga sama sisi yang dapat digunakan pada sistem wireless LAN baik sebagai

penguat antena pada Access Point (AP) ataupun pada sisi terminal (laptop, PC

dan PDA). Perancangan antena ini dilakukan dengan menggunakan simulator

antena Ansoft HFSS v10.0.

Tahapan perancangan dimulai dari pemilihan jenis substrat dan

selanjutnya menghitung dimensi patch antena serta lebar saluran pencatunya.

Hasil dari perhtiungan tersebut kemudian disimulasikan dengan simulator Ansoft

HFSS v10.0.

Untuk mendapatkan rancangan antena yang optimal dilakukan beberapa

karakterisasi berupa perubahan panjang saluran pencatu dan perubahan dimensi

patch. Dengan melakukan beberapa iterasi selanjutnya diperoleh hasil rancangan

yang lebih optimal tersebut. Dengan simulator Ansoft HFSS v10.0, dapat

diperoleh parameter – parameter antena yang dihasilkan berupa nilai VSWR,

gain antena dan pola radiasinya.

4.2 Jenis Substrat yang Digunakan

Dalam pemilihan jenis substrat sangat dibutuhkan pengetahuan tentang

spesfikasi umum dari susbtrat tersebut, kualitasnya, ketersediannya, dan yang

(48)

tidak kalah penting adalah harga atau biaya yang harus dikeluarkan untuk

mendapatkannya, karena akan mempengaruhi nilai jual ketika akan dipabrikasi

secara massal untuk dipasarkan.

Jenis substrat yang dugunakan pada perancangan antena ini adalah sebuah

substrat jenis FR-4 dengan ketebalan h. Adapun parameter substrat dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Spesifikasi substrat yang digunakan

Jenis Substrat FR-4

Konstanta Dielektrik Relatif (εr) 4,4

Dielektrik Loss Tangent (tan δ) 0,02 Ketebalan substrat (h) 1,6 mm

4.3 Perancangan Dimensi Patch Antena

Antena yang akan dirancang pada tugas akhir ini adalah antena mikrostrip

patch segitiga sama sisi dengan frekuensi kerja 2,45 GHz (2,4 – 2,5 GHz). Untuk

perancangan awal digunakan perhitungan pada antena mikrostrip dengan patch

berbentuk segitiga seperti yang telah dijelaskan di dalam Bab II yaitu pada

Persamaan(2.18). Dari perhitungan tersebut yang berdasarkan spesifikasi substrat

yang akan digunakan diperoleh panjang sisi patch segitiga adalah 38,9 mm.

=

√ =

×

(49)

38 4.4 Perancangan Lebar Saluran Pencatu

Saluran pencatu yang digunakan pada perancangan ini diharapkan

mempunyai atau paling tidak mendekati impedansi masukan sebesar 50 Ω. Untuk

mendapatkan nilai impedansi tersebut dilakukan pengaturan lebar dari saluran

pencatu dilakukan pengaturan lebar dari saluran pencatu dengan menggunakan

persamaan (2.23a) dan (2.23b). Untuk nilai z0 = 50 Ω, εr = 4,4 dan h = 1,6 mm,

Dengan menggunakan persamaan 2.24 maka didapatkan lebar saluran pencatu

sebesar 3 mm.

4.5 Perancangan Model Antena Mikrostrip Patch Segitiga

Dalam tugas akhir ini, perancangan antena mikrostrip patch segitiga

dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan perancangan patch,

perancangan saluran pencatu (feed line), perancangan groundplane, perancangan

substrat dan perancangan port saluran pencatu. Adapun langkah-langkah untuk

membuat model antena ini adalah :

a. Perancangan patch

Adapun langkah-langkah untuk merancang pacth antena adalah :

1) Pilih menu Draw lalu pilih regular polyhedron.

(50)

2) Tentukan number of segment, yaitu 3.

3) Masukkan nilai koordinatnya (penentuan koordinat patch sangat

berpengaruh terhadap panjang sisi segitiga, letak dan bentuk

segitiga), dalam hal ini kita harus benar-benar teliti dalam

memasukkan nilai koordinat.

4) Klik attribute tab dan kemudian namanya diisi dengan patch.

5) Atur material, untuk tugas akhir ini material patch yang digunakan

adalah cooper.

6) Kemudian pilih warnanya sesuai keinginan dan kemudian atur

transparansi warnanya.

b. Perancangan saluran pencatu (feed line)

1) Pilih item Draw lalu pilih box

2) Masukkan nilai koordinatnya (arah dan besarnya)

3) Klik attribute tab dan kemudian namanya diisi dengan feed line

4) Klik material kemudian ganti materialnya menjadi cooper

5) Kemudian pilih warnanya sesuai keinginan dan kemudian atur

transparansi warnanya

c. Perancangan Groundplane

1) Pilih item Draw lalu pilih box

(51)

40 5) Kemudian pilih warnanya sesuai keinginan dan kemudian atur

transparansi warnanya

d. Perancangan substrat

1) Pilih item Draw lalu pilih box

2) Masukkan nilai koordinatnya (besar dan arahnya)

3) Klik attribute tab dan kemudian isi namanya dengan substrat

4) Klik material dan kemudian ganti materialnya menjadi FR4 epoxy

5) Kemudian pilih warnanya sesuai keinginan dan kemudian atur

transparansi warnanya.

e. Perancangan port saluran pencatu

1) Pilih item Draw lalu pilih rectangle

2) Tetapkan porosnya, yang menjadi poros adalah sumbu z

3) Masukkan nilai koordinatnya (besar dan arahnya)

4) Klik attribute tab dan kemudian ganti buat orientasinya menjadi

global

5) Kemudian pilih warnanya sesuai keinginan dan kemudian atur

transparansi warnanya

Setelah semua langkah tersebut dilakukan maka akan dihasilkan model antena

mikrostrip patch segitiga sama sisi seperti yang tampak pada Gambar 4.1.

(52)

Gambar 4.1 Model Antena Mikrostrip Patch Segitiga Sama Sisi

4.6 Simulasi Model Antena

Setelah model antena selesai dibuat langkah selanjutnya adalah

menjalankan simulasinya. Hasil rancangan model akan disimulasikan dengan

menggunakan simulator Ansoft HFSS v 10.0.

Untuk menjalankan simulasi ini langkah selanjutnya adalah klik menu

HFSS kemudian pilih analysis setup, lalu pilih add solution setup, maka akan muncul solution setup window. Lalu diisi nama setup-nya, diikuti yang ada di

(53)

42 tiap setup. Lalu isi nilai maximum number of phases menjadi 15. Kemudian isi

nilai maximum delta S sebesar 0,02 lalu pilih OK.

Selanjutnya klik menu HFSS kemudian pilih analysis setup lalu pilih add

sweep. Pilih solution setup-nya setup1 dan klik tombol OK. Kemudian edit window sweep-nya, atur sweep type menjadi fast dan diatur juga frequency setup type menjadi linear count. Kemudian atur frekuensi start sebesar 2,3 GHz, frekuensi stop: 2,6 GHz dan buat nilai count menjadi 61. Lalu klik tombol OK.

Setelah itu langkah selanjutnya adalah klik menu HFSS lalu pilih

validation check. Tujuan dari validation check ini adalah untuk memeriksa apakah model yang kita buat sudah layak dan benar untuk dijalankan. Jika model

yang kita buat telah layak dan benar untuk dijalankan maka akan muncul tanda

check list berwarna hijau. Tetapi jika belum maka akan muncul tanda silang

berwarna merah. Hal ini menandakan bahwa ada error pada model yang kita

buat. Untuk melihat pesan error gunakan message manager yang ada di sudut

kanan bawah. Ada beberapa hal yang diperiksa pada validation check ini, yaitu :

a) 3D model

error) maka proses simulasi tidak dapat dilanjutkan.

(54)

Setelah melewati validation check, langkah selanjutnya adalah

menganalisis model. Untuk menganalisis model ini dengan klik menu HFSS lalu

pilih analyze. Proses menganalisis ini berlangsung sekitar 20 menit. Setelah

proses analisis selesai maka dapat ditampilkan grafik VSWR, pola radiasi, dan

gain.

Untuk menampilkan grafik VSWR, caranya adalah dengan menekan

tombol HFSS lalu pilih result dan kemudian pilih create report. Atur report type

menjadi modal S parameter dan atur display set menjadi rectangular plot, lalu

tekan OK. Maka akan muncul window traces. Pada window traces ini atur

solution menjadi setup1:sweep1. Kemudian pada tab Y atur category menjadi

VSWR, atur juga quantity menjadi VSWR(lumport1), kemudian tekan add trace lalu tekan done. Maka akan muncul grafik VSWR.

Untuk menampilkan pola radiasi, caranya adalah dengan menekan tombol

HFSS lalu pilih result dan kemudian pilih create report. Atur report type menjadi far field dan atur display set menjadi 3D polar plot, lalu tekan OK. Maka

akan muncul window traces. Pada window traces ini atur solution menjadi

setup1:sweep1. Kemudian pada tab Y atur category menjadi directivity, atur juga quantity menjadi DhirTotal, kemudian tekan add trace lalu tekan done. Maka akan muncul grafik pola radiasi.

Untuk menampilkan gain, caranya adalah dengan menekan tombol HFSS

lalu pilih result dan kemudian pilih create report. Atur report type menjadi far

(55)

44 GainTotal, kemudian tekan add trace lalu tekan done. Maka akan muncul tabel gain.

Dari model yang telah dibuat dengan nilai lebar saluran pencatu (feed

line) dan panjang sisi patch segitiga yang diperoleh melalui perhitungan yaitu 3

mm dan 38.9 mm, dengan hasil simulasi yang didapatkan, yakni :

a) VSWR

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, didapatkan nilai

VSWR sebesar 2,40 untuk frekuensi 2,4 GHz, 6,41 untuk frekuensi 2,45

GHz dan 4,45 untuk frekuensi 2,5 GHz seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik VSWR Hasil Simulasi Awal

(56)

b) Gain

Dari simulasi yang telah dilakukan maka di dapat data gain seperti

pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Tabel Data Gain yang Diperoleh Hasil Simulasi Awal

Dari tabel data gain diperoleh dari hasil simulasi awal yaitu

dengan nilai sebesar -2,84 dB untuk frekuensi kerja 2,45 GHz.

Dan radiation pattern gain diperoleh yaitu seperti yang terlihat

(57)

46 Gambar 4.3 Gain hasil simulasi awal

c) Pola radiasi

Dari simulasi yang dilakukan maka diperoleh pola radiasi seperti

yang tampak pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Pola radiasi hasil simulasi awal

(58)

4.7 Karakterisasi Antena

Hasil simulasi yang didapatkan dari perhitungan ternyata tidak memenuhi

nilai VSWR yang diinginkan (VSWR ≤ 2). Untuk mendapatkan hasil yang

memenuhi maka digunakanlah 2 cara, yaitu :

a. Megubah-ubah nilai panjang pencatu

Simulasi yang pertama dilakukan untuk nilai panjang pencatu sebesar 25

mm. Jika hasil dari simulasi untuk panjang pencatu sebesar 25 mm telah

didapatkan, maka lakukan lagi simulasi untuk panjang pencatu 25,5 mm sampai

30 mm dengan kelipatan 0,5 mm. Kemudian didapat hasil yang paling mendekati

acuan yaitu VSWR ≤ 2 dan dijadikan sebagai panjang saluran pencatu yang tetap

untuk karakterisasi antenna dengan perubahan panjang sisi patch segitiga.

b. Mengubah-ubah panjang sisi patch segitiga

Jika telah didapatkan hasil yang mendekati (VSWR ≤ 2) dengan cara

megubah-ubah nilai dari panjang pencatu, maka langkah selanjutnya adalah

mengubah-ubah panjang sisi patch segitiga. Dengan menggunakan nilai dari

panjang pencatu yang mendekati (VSWR ≤ 2) pada langkah pertama, maka

selanjutnya simulasi dilakukan dengan mengubah ubah panjang sisi patch

segitiga dari 37 mm – 39 mm dengan selang 0,1 mm. Catat hasil simulasi yang

mendekati hasil yang diinginkan. Adapun flowchart dari simulasi ini seperti pada

(59)

48 Gambar 4.5 Flowchart perancangan antena mikrostrip patch segitiga sama sisi

(60)

4.8 Hasil Simulasi dari Karakteristik Antena

Hasil simulasi dengan karakteristik antena, yaitu :

a. Mengubah-ubah panjang saluran pencatu

Dalam hal ini nilai dari panjang pencatu berubah-ubah dari 25 mm sampai

30 mm dengan kelipatan 0,5 mm, sedangkan panjang sisi patch segitiga dibuat

tetap yaitu sebesar 38,9 mm (yang didapat dari hasil perhitungan dengan

menggunakan Persamaan (2.18).

Untuk panjang pencatu sebesar 25 mm didapatkan VSWR sebesar 1,61

untuk frekuensi 2,4 GHz, 2,98 untuk frekuensi 2,45 GHz dan 4,79 untuk

frekuensi 2,5 GHz seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6

(61)

50 Untuk data hasil simulasi dengan perubahan panjang saluran pencatu dapat

dilihat pada Tabel 4.3 dengan perolehan nilai VSWR pada frekuensi 2,4 GHz,

2,45 GHz, dan 2,5 GHz.

Tabel 4.3 Karakteristik perubahan panjang saluran pencatu

b. Mengubah – ubah dimensi patch antena

Dari simulasi yang dilakukan untuk panjang pencatu yang diubah-ubah

didapatkan hasil bahwa untuk panjang pencatu sebesar 27 mm hasilnya akan

mendekati hasil yang diinginkan (VSWR ≤ 2). Maka untuk simulasi karakteristik

yang kedua yaitu dengan panjang saluran pencatu tetap yaitu sebesar 27 mm.

Sedangkan panjang sisi patch segitiga akan diubah dari 37 mm sampai 39 mm

dengan selang 0,1 mm.

Untuk panjang sisi sebesar 37 mm didapatkan VSWR sebesar 3,31 untuk

frekuensi 2,4 GHz, ,1,84 untuk frekuensi 2,45 GHz dan 1,2 untuk frekuensi 2,5

(62)

Gambar 4.7 Grafik VSWR hasil simulasi untuk panjang saluran pencatu 27 mm dan panjang sisi patch segitiga 37 mm

Dari Gambar 4.7 terlihat grafik VSWR hasil simulasi untuk panjang sisi

patch 37 mm pada frekuensi 2,4 GHz tidak memenuhi kriteria yang diinginkan

yaitu nilai VSWR yang diperoleh lebih besar dari 2 sedangkan nilai VSWR yang

kita butuhkan adalah dengan nilai 2 atau lebih kecil.

Untuk hasil simulasi karakteristik perubahan panjang sisi patch segitiga

(dengan panjang saluran tetap yaitu sebesar 27 mm) yang telah didapat terlihat

pada Tabel 4.4 dengan perolehan nilai VSWR pada frekuensi 2,4 GHz, 2,45 GHz,

(63)

52 Tabel 4.4 Karakteristik perubahan panjang sisi patch segitiga

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa nilai

yang diinginkan berada pada saat panjang saluran pencatu sebesar 27 mm dan

panjang sisi patch segitiga sebesar 37,7 mm, maka didapatkan hasil simulasi yang

memenuhi nilai VSWR ≤ 2 sebagai berikut :

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 1.1 Ilustrasi antenna mikrostrip pada laptop
Gambar 2.1 Antena sebagai peralatan transisi
Gambar 2.2 Daerah Antena
+7

Referensi

Dokumen terkait

selanica dengan inokulum tanah yang mengandung akar dan miselia ektomikoriza secara nyata meningkatkan pertumbuhan tinggi, diamater, berat kering pucuk dan berat kering akar

Penelitian dari Yuliana, 2010 dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi terhadap perilaku hygiene menstruasi remaja putri SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta,

▫ Disinilah proses NAT dilakukan oleh aplikasi firewall di Gateway, sehingga suatu server di internet yang menerima permintaan dari jaringan lokal akan mengenali paket

Dari 35 (tiga puluh lima) pendaftar,2 (dua) peserta lelang yang memasukkan dokumen penawaran yakni CV Tetra prima dan Meddina. Karya Utama serta telah dibuka

Menimbang : bahwa untuk mencapai daya guna dan hasil guna pelaksanaan kegiata yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kabupaten

kemampuan passing bawah siswa ekstrakurikuler bolavoli SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Wisnu Arifianto, 2013, Sumbangan Kecepatan Dan Kelincahan Terhadap Keterampilan Passing

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Ilmiah Tertulis yang berjudul : “Pengaruh Penambahan Pupuk NPK terhadap Produksi Beberapa Aksesi Tanaman Jagung (Zea mays

Pada pengujian besar throughput , batman-adv menunjukkan besar throughput yang lebih baik pada kondisi tanpa video dan dengan video yaitu 8-42% dan 19-107% lebih tinggi