• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-Bentuk Cinta Berdasarkan Triangular Theory of Love

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Bentuk-Bentuk Cinta Berdasarkan Triangular Theory of Love"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

BAB II LANDASAN TEORI II.A DEFINISI CINTA ……….. 5

II.B KOMPONEN-KOMPONEN CINTA II.B.1 Keintiman (Intimacy) ……….. 6

II.B.2 Gairah (Passion) ………. 8

II.B.3 Komitmen (Commitment) ………... 9

II.C BENTUK-BENTUK CINTA ………. 12

BAB III KESIMPULAN ……… 18

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. Tulisan yang berjudul “Bentuk-bentuk Cinta berdasarkan Triangular Theory of Love” ini disusun karena penulis tertarik dengan konsep cinta yang sebenarnya sudah sangat umum, namun belum banyak dibahas.

Melalui tulisan ini dapat dilihat bahwa ada perbedaan pemahaman tentang konsep cinta yang selama ini kita yakini dengan teori yang ada. Selain itu, tulisan ini juga disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan pengurusan fungsional penulis sebagai tenaga pengajar di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

Melalui tulisan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengabdikan ilmu yang dimiliki di lingkungan PS Psikologi FK USU. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dekan FK USU dan juga Ketua PS Psikologi FK USU yang telah memberikan banyak dukungan dan kemudahan kepda penulis untuk menjalankan tugas. Tidak lupa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Iskandar Muda dan rekan-rekan staf pengajar PS PSikologi FK USU yang selalu mendorong penulis agar tulisan ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Oleh sebab itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang kiranya dapat membuat tulisan ini menjadi lebih baik. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Medan, 5 Agustus 2006

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Robert pertama sekali merasa jatuh cinta pada saat ia duduk di kelas satu sekolah dasar. Gadis yang dicintainya tersebut bernama Irene dan sekelas dengannya. Gadis itu tinggal satu blok dengan rumahnya. Robert dan Irene sering menghabiskan waktu bersama-sama, bermain, berjalan bersama ke sekolah dan saling menolong satu sama lainnya. Robert dan Irene juga memiliki impian untuk menjadi raja dan ratu di dunia dan orang lain sebagai rakyatnya. Selanjutnya Irene pindah rumah dan berakhirlah persahabatan dan kerajaan mereka. Robert tidak pernah bertemu Irene lagi. Tetapi yang dapat dilihat dari hubungan ini adalah bahwa Robert dan Irene telah mempunyai satu elemen cinta. Mereka adalah teman dekat dan saling berbagi keintiman satu sama lain yang tidak pernah mereka lakukan terhadap orang lain. Mereka saling berkomunikasi dengan baik satu sama lain dan merasa nyaman dengan kehadiran salah satunya. Mereka memiliki salah satu elemen penting dari cinta, mereka saling memperhatikan dan saling mendukung satu sama lain.

Selanjutnya Robert jatuh cinta terhadap Patty, yang duduk di depannya di kelas Biologi saat ia duduk di kelas sepuluh. Saat pertama kali ia bertatapan mata dengan gadis itu, ia benar-benar merasa jatuh cinta. Robert menghabiskan waktu di kelas hanya untuk menatap Patty, namun ia tidak pernah menyatakan perasaannya. Kurangnya komunikasi di antara mereka tidak mengakibatkan berkurangnya perasaan Robert terhadap Patty. Robert memikirkan Patty secara konstan. Ia menyelesaikan tugas sekolahnya secara otomatis seperti pilot dan tidak memikirkannya. Ketika ia berbicara dengan orang lain, sepertinya hanya setengah dirinya yang berada di sana, karena ia selalu memikirkan Patty. Ia akan pulang ke rumah setelah habis jam pelajaran dan sesampainya di rumah ia kembali merana memikirkan

Patty. Beberapa waktu berlalu dan Robert tetap tidak dapat mengekspresikan perasaanya dan mengatakannya kepada Patty. Akhirnya pada suatu hari Robert mendengar bahwa Patty telah jatuh cinta dan berpacaran dengan orang lain. Secara perlahan akhirnya Robert dapat menghilangkan obsesinya terhadap Patty dan berteman dengannya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa yang dirasakan Robert terhadap Patty adalah gairah dan sifatnya sepihak saja.

(5)

Cindy tidak seperti hubungannya dengan Irene maupun Patty. Mereka memiliki latar belakang yang sama, merasa nyaman bersama-sama di sekolah dan sama-sama berorientasi pada karir. Orang-orang menyebut kami pasangan yang cocok. Robert tidak merasakan keintiman sedalam yang dirasakannya terhadap Irene maupun gairah yang mendalam seperti terhadap Patty, tetapi Robert merasakan sesuatu dalam hubungan mereka. Mereka meyakini bahwa mereka saling mencintai dan relatif berkomitmen satu sama lainnya. Mereka saling bertemu secara rutin. Namun lama kelamaan, walaupun komitmen yang mereka rasakan meningkat, tetapi karena waktu mereka bersama-sama semakin berkurang, akhirnya mereka berpisah (Sternberg, 1988).

Beberapa deskripsi di atas memperlihatkan adanya hubungan cinta antara Robert dan beberapa wanita. Hubungan tersebut berbeda bentuknya walaupun semuanya dikategorikan dalam hubungan cinta. Sebenarnya apakah cinta itu ?

Cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan paling diharapkan. Manusia mungkin akan berbohong, menipu, mencuri dan bahkan membunuh atas nama cinta dan berharap lebih baik mati daripada kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkat usia (Sternberg, 1988)

Sejak bumi diciptakan, sudah tidak terhitung berapa banyak kisah cinta yang terjalin di antara umat manusia. Lagu yang populer di antara kita bertemakan cinta. Komik dan majalah yang paling laku di pasaran pada umumnya bertemakan cinta. Demikian juga film-film yang paling sering muncul di televisi selalu menceritakan tentang kisah cinta (Calhoun dan Acocella, 1990).

Menurut Abraham Maslow (dalam Goble, 1991), cinta itu sendiri merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi umat manusia sehingga tanpa cinta, pertumbuhan dan perkembangan kemampuan individu akan terhambat.

(6)

kesedihan yang besar. Pada akhirnya, kebanyakan individu memilih untuk mengambil risiko tersebut (Kail dan Cavanaugh, 1999).

Sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Psikologi sendiri sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari manusia sudah lama tertarik dengan konsep cinta (Tambunan, 2001). Selama abad tujuh belas dan delapan belas, ketertarikan untuk memperbincangkan cinta sangat luas, baik secara psikologis, maupun yang terekspresikan dalam novel, puisi, dan pepatah (Rosyadi, 2000). Namun penelitian tentang cinta sendiri baru akhir tahun 90-an dapat dijalankan dengan menggunakan berbagai piranti psikologis yang sesungguhnya ( Sears, dkk, 1994).

Sebenarnya konsep cinta sudah dikumandangkan dan diperdebatkan oleh para filsuf bahkan sejak zaman Yunani Kuno. Pada masa tersebut bentuk cinta yang diakui adalah bentuk cinta seperti: cinta terhadap orangtua, cinta terhadap teman, cinta terhadap saudara, cinta terhadap tanah kelahiran, cinta terhadap kebijaksanaan, dan juga cinta romantis baik yang heteroseksual maupun yang homoseksual. Bahkan sampai sekarang, di zaman modern ini, bentuk cinta yang demikian masih diakui oleh umat manusia ditambah lagi dengan cinta terhadap Tuhan (Rosyadi, 2000).

Menurut Bullough dan Murstein (dalam Hendrick, 1992), konsep cinta sendiri terutama dalam kaitannya dengan pernikahan, telah mengalami perubahan, dimana di masa Yunani Kuno, unsur cinta dalam pernikahan sama sekali tidak diperhitungkan bahkan tidak difikirkan. Namun menurut Stone (dalam Hendrick, 1992) di abad 20 ini, cinta sebagai dasar suatu pernikahan tampaknya menjadi suatu pandangan umum terutama di daerah Barat. Individu mulai menyadari bahwa kebutuhan akan kepuasan dan karakteristik pribadi dari individu lain yang jenis kelaminnya berbeda sangatlah penting dalam keberhasilan cinta itu sendiri. Cinta dengan lawan jenis ini sendiri mempunyai berbagai macam bentuk dan pada dasarnya penelitian yang paling banyak dikembangkan oleh para ahli adalah penelitian tentang cinta dengan lawan jenis.

(7)

yang dalam, matang yang kita rasakan untuk anggota keluarga dan teman-teman. Namun tampaknya yang sering dipermasalahkan tiap individu adalah cinta jenis Passionate Love yang disebut juga cinta romantis, dimana objek cintanya adalah seseorang yang berasal dari jenis kelamin yang berbeda (Calhoun dkk, 1990).

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A DEFINISI CINTA

Menurut Masters dkk (1992), mendefinisikan cinta adalah tugas yang sulit. Disamping mencintai pasangannya yaitu baik lelaki ataupun wanita, manusia dapat mencintai anak, orangtua, saudara, hewan kesayangan, negara atau Tuhan, sama seperti mereka mencintai makanan kesukaan, pelangi dan olahraga favoritnya.

Sedangkan menurut Hendrick dan Hendrick (1992), tidak ada satupun fenomena yang dapat menggambarkan apa itu cinta. Pada akhirnya, cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Pada dasarnya tipe-tipe cinta yang dialami masing-masing individu berbeda-beda bentuknya dan berbeda pula dari segi kualitasnya. Tapi jika kita berbicara tentang cinta seseorang terhadap orang lain, mungkin definisi yang tepat adalah yang dikemukakan oleh Robert Heinlein (1961) yaitu cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting bagi diri orang yang mencintai.

Menurut Rubin (dalam Hendrick dan Hendrick, 1992) , cinta itu adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkah laku.

(9)

II. B KOMPONEN-KOMPONEN CINTA

Teori tentang cinta yang paling dikenal adalah yang dikemukakan oleh Robert Sternberg yang dikenal dengan Sternberg’s Triangular Theory of Love. Menurut Sternberg (dalam Taylor dkk, 2000), semua pengalaman cinta mempunyai tiga komponen yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment).

II.B.1 Keintiman (Intimacy)

Komponen keintiman maksudnya adalah perasaan ingin selalu dekat, ingin selalu berhubungan, membentuk ikatan dengan orang yang dicintai. Dalam komponen ini ada keinginan untuk memberi perhatian pada orang yang dicintai. Kedekatan diri terhadap pasangan dan komunikasi yang intim adalah sesuatu yang penting. Komponen ini sangat penting baik pada pasangan cinta romantis, cinta terhadap anak-anak, atau teman baik.

Menurut Sternberg (dalam Tambunan, 2001), keintiman itu sendiri merupakan komponen emosi yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan, dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain adalah adanya perasaan kedekatan dengan seseorang, senang berbincang-bincang dengannya dalam waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk saling bergandengan tangan atau merangkul bahu.

Menurut Sternberg (1988), komponen keintiman sendiri setidaknya memuat sepuluh elemen yaitu:

1. Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai

Seseorang akan memperhatikan kebutuhan dari orang yang dicintainya dan kemudian meningkatkan kesejahteraannya. Kadang-kadang ada juga harapan yang muncul bahwa perbuatan itu akan mendapat balasan.

2. Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai

(10)

3. Menempatkan orang yang dicintai dalam penghargaan yang tinggi

Seseorang akan menghargai dan menghormati orang yang dicintainya. Walaupun ada kekurangan dan cacat pada diri kekasihnya tersebut, tidak akan mengurangi penghargaan yang diberikan.

4. Mampu bergantung pada orang yang dicintai ketika dibutuhkan

Seseorang akan merasakan bahwa pasangannya ada ketika ia membutuhkan. Ketika ia membutuhkan pasangannya, ia dapat memanggilnya dan berharap pasangannya akan segera datang.

5. Memiliki pemahaman yang saling menguntungkan dengan pasangannya

Pasangan kekasih akan saling mengerti satu sama lain. Mereka memahami kelebihan dan kekurangan pasangannya dan bagaimana merespon terhadap kelebihan dan kekurangan tersebut. Mampu memberikan empati terhadap kondisi emosi pasangannya.

6. Saling berbagi hak milik dengan orang yang dicintai

Seseorang mampu memberikan diri dan waktunya, seperti juga barang-barang milikinya kepada pasangannya. Bahkan mereka juga saling berbagi kekayaannya dan yang lebih penting mereka berbagi dirinya sendiri.

7. Menerima dukungan emosi dari pasangannya.

Seseorang akan merasa didukung oleh orang yang dicintainya terutama pada saat-saat yang dibutuhkan.

8. Memberikan dukungan emosi pada orang yang dicintai

Seseorang akan mendukung pasangannya dengan cara memberi empati dan dukungan emosional terutama pada saat yang dibutuhkan

9. Berkomunikasi dengan intim terhadap pasangannya

Seseorang mampu berkomunikasi dengan intens dan jujur terhadap pasangannya, berbagi perasaa-perasaan yang paling dalam.

10. Menghargai orang yang dicintai

(11)

Elemen-elemen di atas adalah beberapa perasaan-perasaan yang mungkin dialami dalam komponen keintiman. Untuk merasakan pengalaman keintiman, tidak harus merasakan semua komponen di atas. Tapi sebaliknya, dari hasil penelitian dibuktikan bahwa seseorang akan merasakan pengalaman keintiman jika ia merasakan sejumlah perasaan-perasaan yang sangat penting yang dikemukakan di atas, dimana jumlahnya berbeda pada tiap-tiap orang. Biasanya pengalaman ini tidak dirasakan secara terpisah-pisah, tetapi sebagai suatu kesatuan.

II.B.2 Gairah (Passion)

Komponen gairah adalah dorongan yang mengarahkan pada suatu emosi yang kuat dalam hubungan cinta tersebut. Dalam hubungan cinta romantis, ketertarikan fisik dan seksual mungkin adalah hal yang utama. Namun motif yang lainnya seperti memberi dan menerima perhatian, kebutuhan akan harga diri atau kebutuhan untuk mendominasi mungkin turut terlibat.

Komponen gairah dikatakan oleh Eaine Hatfield dan William Walster (dalam Sternberg, 1988) sebagai “keadaan kepemilikan dan bersatu dengan orang yang dicintai.” Gairah adalah ekspresi dari hasrat dan kebutuhan seperti harga diri, kasih sayang, dominansi, nurturance dan kebutuhan seksual. Derajat kekuatan dari kebutuhan-kebutuhan ini bervariasi tergantung pada jenis individunya, situasi dan jenis hubungan cinta yang dijalani. Gairah dalam cinta cenderung berinteraksi dengan keintiman bahkan saling mendukung satu sama lain. Bahkan kadang-kadang gairah dapat dibangkitkan melalui keintiman. Pada beberapa jenis hubungan yang melibatkan lawan jenis, komponen gairah ini akan muncul dengan cepat dan keintiman akan mengikuti kemudian. Gairah dalam suatu hubungan mungkin adalah hal yang pertama sekali muncul, tetapi keintiman akan membantu dalam memperkuat hubungan tersebut. Dalam beberapa jenis hubungan, gairah akan muncul belakangan setelah munculnya keintiman. Ada pula jenis hubungan dimana gairah dan keintiman saling berlawanan. Misalnya dalam hubungan prostitusi, seseorang mungkin mencari pemenuhan akan kebutuhan gairahnya, namun hal tersebut meminimalisasi keintiman

(12)

II.B.3 Komitmen (Commitment)

Komponen komitmen merupakan suatu keputusan yang diambil seseorang bahwa dia mencintai orang lain dan secara berkesinambungan akan tetap mempertahankan cinta tersebut. Hal ini adalah komponen kognitif utama dari cinta.

Komponen komitmen sendiri mempunyai dua aspek, jangka pendek dan jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan keputusan jangka panjang adalah untuk mempertahankan hubungan cinta tersebut. Kedua aspek ini tidak harus dialami bersama-sama. Keputusan untuk mencintai belum tentu mengakibatkan munculnya keinginan untuk mempertahankan hubungan.

Beberapa orang berkomitmen untuk mencintai orang lain tanpa pernah ada pengakuan atas cinta mereka. Seringkali yang terjadi adalah komitmen muncul secara temporer dan karena adanya pemikiran logis. Oleh sebab itu, lembaga perkawinan adalah sebagai representasi legalisasi adanya komitmen untuk memutuskan mencintai seseorang sepanjang hidupnya. Komitmen lah yang dapat mempertahankan suatu hubungan cinta pada saat hubungan tersebut mengalami pasang surut. Komponen ini sangat penting untuk melalui masa-masa yang sulit dan mencapai masa yang lebih baik.

Komponen komitmen berinteraksi dengan keintiman dan gairah. Bagi kebanyakan orang, komitmen dihasilkan dari kombinasi keintiman dan gairah. Seorang pakar komitmen dan psikolog di UCLA, Harold Kelley, menyimpulkan bahwa cinta dan komitmen saling tumpah tindih, tetapi individu dapat memiliki yang satu tanpa yang lainnya. Bagi Kelley, individu yang mempunyai komitmen terhadap sesuatu diharapkan untuk berperilaku terus menerus dan konsisten sampai tujuan yang mendasari komitmen tersebut tercapai. Lebih jauh lagi, seperti yang dikemukakan Kelley, sangat penting untuk memisahkan antara komitmen terhadap seseorang dengan komitmen terhadap suatu hubungan. Dua orang yang saling berkomitmen satu sama lain, yang satu mungkin akan melihat komitmen sebagai suatu kekuasaan atas pasangannya dan terhadap hubungan, namun tidak terhadap tipe hubungannya. Misalnya, seorang istri memiliki komitmen terhadap suaminya dan untuk memiliki hubungan dengan suaminya tersebut, tetapi tidak berkomitmen terhadap peran kepatuhan yang harus dimiliki sebagai bentuk rasa hormat terhadap suaminya.

(13)

NO Sifat Keintiman Gairah Komitmen

1 Kestabilan Menengah Rendah Tinggi

2 Kontrol Kesadaran Menengah Rendah Tinggi 3 Tingkat pentingnya

pengalaman yang diperoleh

Bervariasi Tinggi Bervariasi

4 Peran dalam hubungan jangka pendek

Menengah Tinggi Rendah

5 Peran dalam hubungan jangka panjang

Misalnya, keintiman dan komitmen relatif lebih stabil dalam hubungan yang dekat, sementara gairah cenderung relatif tidak stabil dan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi. Kita memiliki kontrol kesadaran tertentu terhadap keintiman, tingkat kesadaran yang tinggi terhadap komitmen tetapi kontrol yang sangat sedikit terhadap keterbangkitan gairah. Kita selalu sadar terhadap kemunculan gairah, namun kesadaran akan adanya keintiman atau komitmen sifatnya bervariasi. Kadang-kadang kita mengalami perasaan hangat karena adanya keintiman, tetapi tidak menyadarinya bahkan tidak dapat melabelnya. Hal yang sama terjadi bahwa kita tidak menyadari seberapa tinggi komitmen kita terhadap orang lain dan terhadap hubungan tersebut sampai ada sesuatu atau seseorang yang mengintervensi dan mempengaruhi komitmen tersebut.

(14)

sangat besar, sedangkan gairah perannya menengah saja dan mungkin akan menurun seiring berjalannya waktu.

Ketiga komponen ini juga berbeda keberadaannya dalam berbagai hubungan cinta. Keintiman biasanya ditempatkan di posisi puncak dari banyak hubungan cinta, dimana jenis hubungan cinta yang dimaksud adalah hubungan dengan orangtua, saudara, kekasih, atau teman dekat. Gairah kelihatannya sangat terbatas keberadaannya pada jenis hubungan cinta tertentu, khususnya yang romantis. Sementara keberadaan komitmen sangat bervariasi pada hubungan cinta yang berbeda. Misalnya, komitmen cenderung tinggi pada cinta terhadap anak, tetapi relatif rendah pada cinta terhadap teman yang dapat berubah sepanjang masa.

Ketiga komponen ini juga berbeda keberadaannya jika ditinjau dari adanya keterlibatan fungsi psikofisiologis. Gairah sangat tinggi ketergantunganya dalam melibatkan fungsi psikofisiologis, sementara komitmen sangat sedikit melibatkan fungsi psikofisiologis. Keintiman berada pada interval menengah dalam melibatkan fungsi psikofisiologis.

II.C BENTUK-BENTUK CINTA

Dari hasil analisa ketiga komponen tersebut, Sternberg mengidentifikasikan tujuh bentuk cinta, didasarkan pada ada atau tidaknya masing-masing komponen. Bentuk-bentuk cinta tersebut adalah:

1. Liking

(15)

2. Infatuated Love

Bentuk cinta dimana yang ada hanya elemen gairah tanpa komitmen dan keintiman. Ada pada cinta pada pandangan pertama (biasa disebut infatuasi), atau pada ketertarikan fisik yang biasanya mudah hilang. Biasanya ini muncul karena adanya pengalaman keterbangkitan gairah tanpa adanya keintiman atau komitmen. Infatuasi ini dapat muncul secara cepat dan menghilang dengan cepat pula. Infatuasi secara umum diperlihatkan dengan adanya keterbangkitan psikofisiologis dan tanda-tanda fisik seperti detak jantung yang meningkat, atau bahkan jantung yang berdebar keras, peningkatan sekresi hormon dan adanya ereksi pada organ genital.

3. Empty love

Bentuk cinta dimana yang ada hanya elemen komitmen tanpa gairah dan keintiman. Biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya pada pasangan usia lanjut). Ini adalah bentuk cinta dimana hubungan tersebut telah menemukan kejenuhan. Hubungan tersebut telah berjalan beberapa tahun namun masing-masing telah kehilangan keterlibatan emosional satu sama lain dan juga tidak ada lagi ketertarikan fisik di antara mereka. Di beberapa masyarakat, jenis cinta ini berada di akhir dari sebuah hubungan jangka panjang. Namun di masyarakat tertentu, jenis cinta ini justru merupakan awal dari sebuah hubungan jangka panjang. Individu memulainya dengan perkawinan dan artinya memulai hubungan dengan sebuah komitmen dan berharap hubungan tersebut akan diikuti dan dipenuhi dengan gairah dan keintiman dan dari situlah hubungan tersebut dimulai.

4. Romantic Love

(16)

5. Companionate Love

Hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur gairah, hanya ada komponen keintiman dan komitmen. Biasanya terdapat pada hubungan persahabatan. Jenis hubungan ini adalah hubungan yang jangka panjang, pertemanan yang memiliki komitmen, hubungan pernikahan yang ketertarikan fisik di antaranya sudah pudar.

6. Fatous Love

Bentuk cinta yang di dalamnya terdapat komponen gairah dan komitmen namun tanpa keintiman. Biasa terdapat pada hubungan suami istri yang sudah kehilangan keintimannya. Jenis cinta ini terjadi jika pasangan saling berkomitmen satu sama lainnya dengan dasar adanya gairah di antara mereka tanpa adanya keintiman. Jika gairah yang muncul terjadi dengan cepat, dan tidak ada munculnya keintiman untuk selanjutnya, maka hubungan yang didasarkan pada bentuk cinta ini tidak akan bertahan lama.

7. Consummate Love

Bentuk cinta yang di dalamnya terdapat semua komponen, baik keintiman, gairah maupun komitmen dalam proporsi yang seimbang. Bentuk cinta ini merupakan bentuk yang ideal oleh sebab itu orang berusaha untuk mendapatkannya

8. Non Love

(17)

Ringkasan dari bentuk-bentuk cinta yang dijelaskan oleh Triangular Theory dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

NO Bentuk Cinta Keintiman Gairah Komitmen

1 Non-Love - - -

2 Liking + - -

3 Infatuated Love - + -

4 Empty Love - - +

5 Romantic Love + + -

6 Companionate Love + - +

7 Fatuous Love - + +

8 Consummate Love + + +

Catatan:

Tanda (+) menandakan kehadiran komponen yang dimaksud Tanda (-) menandakan ketidakhadiran komponen yang dimaksud

Menurut Sternberg (dalam Tambunan, 2001), setiap komponen pada setiap orang berbeda tingkatannya. Cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen tersebut berada pada proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya, pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah itu berlanjut pada komponen gairah yang disertai komitmen yang lebih besar, misalnya melalui perkawinan.

Sedangkan beberapa peneliti lainnya (dalam Sears dkk, 1994) telah mengidentifikasikan enam bentuk cinta lainnya yaitu Lasswell dan Lobsenz (1980) dan Lee (1983). Biasanya orang memberikan definisi yang merupakan kombinasi lebih dari satu bentuk. Bentuk-bentuk cinta itu adalah:

1. Cinta Romantik

(18)

2. Cinta Memiliki

Orang yang terlibat dalam bentuk cinta ini merasakan pengalaman emosional yang kuat, mudah cemburu, sangat terobsesi pada orang yang dicintai. Orang-orang yang terlibat dalam cinta ini biasanya sangat tergantung pada orang yang dicintai, oelh karena itu ia takut tersisih. Keterlibatannya sangat mudah berubah dari perasaan sangat bahagia sampai rasa putus asa. Menurut mereka, “bila kekasih saya tidak memberikan perhatiannya pada saya, saya merasa sakit.”

3. Cinta Kawan Baik

Merupakan bentuk cinta yang mengutamakan keakraban yang menyenangkan. Cinta ini biasanya tumbuh perlahan-lahan dan dimulai dari sebuah persahabatan, saling berbagi dan mengungkapkan diri secara bertahap. Ciri-ciri dari bentuk cinta ini adalah sifatnya yang bijaksana, hangat dan sarat dengan rasa persaudaraan. Orang-orang yang terlibat dalam bentuk cinta ini mengatakan, “cinta yang terbaik adalah cinta yang tumbuh dari sebuah persahabatan”.

4. Cinta Pragmatik

Ini adalah bentuk cinta yang menuntut adanya pasangan serasi dan hubungan yang berjalan baik, kedua pihak merasa betah di dalamnya dan dapat saling memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar atau kebutuhan praktis mereka. Orang yang terlibat dalam cinta pragmatis ini sangat logis dan banyak pertimbangan dalam menentukan pasangan yang sesuai dengan dirinya, dan lebih senang mencari kepuasaan daripada kegembiraan. Menurut mereka, “anda perlu merencanakan kehidupan anda secara seksama sebelum memilih seorang kekasih”.

5. Cinta Altruistik

(19)

membantu kekasih saya melewati masa-masa sulitnya, bahkan pada saat dia bertindak bodoh”.

6. Cinta Main-main

(20)

BAB III

KESIMPULAN

Cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan paling diharapkan. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkat usia (Sternberg, 1988).

Menurut Abraham Maslow (dalam Goble, 1991), cinta itu sendiri merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi umat manusia sehingga tanpa cinta, pertumbuhan dan perkembangan kemampuan individu akan terhambat.

Cinta juga diyakini sebagai salah satu bentuk emosi yang sangat penting bagi manusia sehingga hampir semua individu pernah mengalami jatuh cinta (Roediger dkk, 1987). Walaupun demikian, pengalaman masing-masing individu ini tentu saja berbeda-beda, dan jenis cinta yang mereka alami berbeda pula.

Sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Walaupun Psikologi sudah lama tertarik untuk mempelajari konsep ini, namun penelitian tentang cinta sendiri baru akhir tahun 90-an dapat dijalankan dengan menggunakan berbagai piranti psikologis yang sesungguhnya ( Sears, dkk, 1994).

Bentuk umum dari cinta yang paling sering dikemukakan oleh para ahli psikologi adalah yang dikemukakan oleh Walster dan Walster (dalam Saks dan Krupat, 1988) yaitu Passionate Love yang diartikan sebagai suatu keadaan yang cenderung membutuhkan orang lain yang selalu ditandai dengan adanya perubahan fisiologis tubuh dimana orang yang dicintai adalah objek dari fantasi, kerinduan dan hasrat dan Companionate Love yaitu cinta yang dalam, matang yang kita rasakan untuk anggota keluarga dan teman-teman.

(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Calhoun, J.F., & Acocella, J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi 3. New York: McGraw-Hill, Inc

Goble, F.G. (1993). Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius

Hendrick, S.S., & Hendrick, Clyde. (1992). Liking Loving and Relating. Second Edition. California: Wadsworth, Inc

Kail, R.V., & Cavanaugh, J.C. (1999). Human Development A Life Span View. Stamford: Thom Son Learning, Inc

Masters, W.H. dkk. (1992). Human Sexuality. Fourth Edition. New York: HarperCollinns Publisher, Inc

Roediger, H.L., Rushton, J.P., Capaldi, E.D., & Paris, S.G. (1987) Psychology. Toronto: Little Brown & Company Limited

Rosyadi, Khoirul. (2000). Cinta dan Keterasingan. Yogyakarta: LkiS

Saks, M.J., & Krupat, E. (1998). Social Psychology and Its Application. New York: Harper and Row, Publishers

Sears, David. O. dkk. (1994). Psikologi Sosial. Jilid 1. edisi 5. Jakarta: Erlangga

Sternberg, R.J. (1998). The Triangle of Love. New York: Basic Book, Inc

Tambunan, Raymond Psi. (2001). Cinta. http://www.e-psikologi.com/remaja/cinta.htm

Taylor, Shelley. E. dkk. (2000). Social Psychology. Tenth edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc

Referensi

Dokumen terkait

Musik pada dasarnya dapat digunakan secara efektif untuk mengiringi pertunjukan tari anak-anak tuna rungu asalkan menggunakan musik yang memiliki getaran yang kuat

Minggu VII Input data pembayaran dari pelanggan Minggu VIII Input data pembayaran dari pelanggan Minggu IX Input data pembayaran ke pemasok Minggu X Membuat laporan persediaan

Latar belakang masalah tersebut untuk rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian adalah “Bagaimana gambaran perilaku korban bullying dan dampak pada siswa di SD N

Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Variabel PJK dengan Merokok adalah tidak erat namun menunjukkan hubungan

For the all combinations of Vinyl Ester + Jute + Bamboo with the addition of diverse quantities, the specific mechanical properties (Tensile strength, tensile

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

Nilai tersebut signifikan pada alpha (α) 10% sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor politik (POL) yang memisahkan kategori kepala daerah incumbent dan non

Pencapaian prestasi tersebut adalah jasa para atlet yang berjuang keras mengharumkan nama bangsa, namun saat ini nama mereka sudah memudar di masyarakat, khususnya