UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS DI INDONESIA
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Oleh :
M. RADIFAN 060501071
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Hari :
Tanggal :
Nama : M. Radifan
NIM : 060501071
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perencanaan
Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS DI INDONESIA
Tanggal
Pembimbing Skripsi,
( Drs. Rujiman, MA NIP. 19510421 198203 1 002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
BERITA ACARA UJIAN
Hari :
Tanggal :
Nama : M. Radifan
Nim : 060501071
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentarsi : Perencanaan
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS DI INDONESIA
Ketua Departemen Pembimbing Skripsi
( Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec ) ( Drs. Rujiman, MA NIP. 19730408 199802 1 001 NIP. 19510421 198203 1 002
)
Penguji I Penguji II
( H.B. Tarmizi, SE, MSi ) ( Paidi Hidayat,SE,MSi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama : M. Radifan
Nim : 060501071
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentarsi : Perencanaan
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS DI INDONESIA
Tanggal Ketua Departemen,
( Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP. 19730408 199802 1 001
)
Tanggal Dekan,
( Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 19550810 198303 1 004
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the factors that affect fertility or Total Fertility Rate (TFR) of 33 provinces in Indonesia in 2007. The independent variables that used in this study are GDP per capita, life expectacy at birth, education index, percentage of women which 15-49 years old are using contraception, and urbanization rate.
Data used in this research is secondary data in the form of a cross section obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in 2007. Research method that used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.
The result of the study shows that simultaneously, all of the independent variables are significant in influencing Total Fertility Rate (TFR) 33 provinces in Indonesia. As partial, regression result shows that education index and percentage of women which 15-49 years old are using contraception have influence on Total Fertility Rate (TFR) 33 provinces in Indonesia in 2007 and both are statistically significant at alpha 5% and 1%.
Demographic components are important in development process of a country. So that, this components can be used as a benchmark of success in the development of that country. Fertility is one of demographic components. The others are mortality and migration.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas atau Angka kelahiran Total pada 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah PDRB perkapita, angka harapan hidup saat lahir, indeks pendidikan, persentase wanita 15-49 tahun yang berstatus kawin memakai alat kontrasepsi dan tingkat urbanisasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk cross section yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary
Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara serempak seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap angka kelahiran total pada 33 provinsi di Indonesia. Secara parsial, hasil regresi menunjukkan bahwa indeks pendidikan dan persentase wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang memakai alat kontrasepsi mempunyai pengaruh terhadap angka kelahiran total pada 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2007 dan keduanya signifikansi secara statistik pada 5% dan 1%.
Komponen demografi merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan di suatu Negara. Oleh karena itu, komponen ini dapat dipergunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan di Negara tersebut. Fertilitas adalah salah satu komponen demografi, selain itu juga ada komponen demografi yang lain yaitu, mortalitas dan migrasi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis guna memenuhi
syarat dalam memperoleh gelar sarjana.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa mendatang.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan semua
pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dengan rasa hormat kepada kedua orang tuaku Khairul, SE dan Rita Sufleni
yang telah mendukung dengan do’a dan kasih sayang yang ternilai.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, Ph.D selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Penasehat Akademik selama
6. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak
membantu dan mengarahkan penulisan dan penyempurnaan skripsi ini.
7. Bapak H.B. Tarmizi, SE, MSi selaku dosen penguji I dan Bapak Paidi
Hidayat,SE, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi saran
dan kritik dalaam penyusunan skripsi.
8. Staf administrasi FE-USU yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan urusan-urusan administrasi selama perkulian .
9. Kepada saudaraku, uni Rikha Sarah, uda M. Iqsas Fadillah dan adikku Aina
Mardiah atas do’anya dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada sahabat-sahabatku dan juga anak-anak EP’06 terima kasih atas
sarannya dan juga dukungannya kepadaku.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
para pembaca serta memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Medan, 27 April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ...i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Hipotesis ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Fertilitas ... 8
2.2 Transisi Demografi ... 14
2.3 Teori-teori Kependudukan ... 17
2.3.2 Mazhab Fisiologi ... 21
2.3.3 Mazhab Psyco-Sosial ... 24
2.3.4 Teori Evolusi Sosial ... 24
2.3.5 Teori Malthusianisme ... 25
2.4 Konsep Produk Domestik Regional Bruto ... 27
2.4.1 Pendapatan Regional ... 27
2.4.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 28
2.4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 28
2.4.4 Pendapatan perkapita ... 28
2.4.5 Metode Perhitungan Pendapatan Regional ... 29
2.4.6 Kaitan Pendapatan perkapita terhadap Fertilitas ... 32
2.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir ... 34
2.5.1 Kaitan angka harapan hidup terhadap fertilitas ... 34
2.6 Indeks Tingkat Pendidikan ... 35
2.6.1 Indeks angka melek huruf ... 35
2.6.2 Rata-rata lama sekolah ... 36
2.6.3 Kaitan indeks tingkat pendidikan terhadap fertilitas... 36
2.7 Wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi .. 38
2.7.1 Kontrasepsi ... 38
2.7.2 Kaitan wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan alat kontasepsi terhadap fertilitas ... 39
2.8 Tingkat Urbanisasi ... 40
2.8.1 Dampak Positif urbanisasi ... 42
2.8.3 Kaitan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
urbanisasi dan pengaruhnya pada fertilitas ... 47
2.9 Penelitian terdahulu ... 49
2.10 Kerangka konseptual ... 50
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 51
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 51
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.4 Pengolahan Data ... 52
3.5 Model Analisis ... 52
3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 55
3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 55
3.6.2 Uji t-statistik ... 55
3.6.3 Uji F-statistik ... 57
3.7 Uji Penyimpangan asumsi klasik ... 59
3.7.1 Multikolinearitas ... 59
3.7.2 Autokorelasi (serial correlation) ... 60
3.8 Defenisi Operasional ... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63
4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia ... 63
4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis Indonesia ... 63
4.1.2 Kondisi Iklim ... 64
4.1.3 Kondisi Demografi Indonesia ... 64
4.1.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 70
4.1.6 Hubungan Variabel Demografi dengan Pembangunan Ekonomi ... 72
4.2 Perkembangan Angka Kelahiran Total di Indonesia ... 73
4.3 Perkembangan PDRB Perkapita ... 75
4.4 Perkembangan Angka Harapan Hidup Saat Lahir ... 78
4.5 Perkembangan Indeks Pendidikan ... 81
4.6 Perkembangan Jumlah Wanita berumur 15-49 tahun yang menggunanakan alat kontrasepsi ... 84
4.7 Perkembangan Tingkat Urbanisasi ... 86
4.8 Pembahasan ... 87
4.9 Interpretasi Model ... 88
4.10 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuain) ... 90
4.10.1 Koefisien Determinasi ... 90
4.10.2 Uji Partial test (Uji t-satistik) ... 90
4.10.3 Uji Keseluruhan (Uji F-satistik) ... 94
4.11 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 95
4.11.1 Multikolinearitas ... 95
4.11.2 Uji Autokorelasi ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
5.1 Kesimpulan ... 98
5.2 Saran ... 99
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1.1 Jumlah penduduk dan TFR di Indonesia (2004-2007) ... 4
2.1 Tahap Transisi Demografi ... 15
2.2 Pembatasan pertumbuhan Penduduk ... 19
4.1 Penduduk Menurut Provinsi 2000-2007 ... 68
4.2 Persentase Jumlah Penduduk Indonesia menurut kelompok umur tahun 2007... 69
4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia per sektor 2003-2007 ... 72
4.4 Total Fertility Rate (TFR) Indonesia tahun 2007 ... 68
4.5 PDRB perkapita atas Harga Konstan Indonesia tahun 2007 ... 77
4.6 Angka Harapan Hidup Indonesia tahun 2007 ... 79
4.7 Indeks Tingkat Pendidikan Indonesia tahun 2007 ... 82
4.8 Wanita 15-49 Tahun yang menggunakan alat kontrasepsi ... 85
4.9 Hasil Regresi ... 87
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Model Transisi Demografi ... 15
2.2 Model Robinson ... 33
2.3 Kerangka Analisa Sosiologis Tentang Fertilitas: Freedman ... 40
2.4 Paradigma Urbanisasi ... 44
2.5 Diminishing Return dalam Fungsi Produksi Sektor Pertanian ... 48
2.6 Kerangka Konseptual ... 50
3.1 Kurva Uji t-statistik ... 58
3.2 Kurva Uji F-statistik ... 60
3.3 Kurva Durbin Watson ... 62
4.1 Hubungan Variabel Demografi dengan Variabel Demografi dan Non Demografi ... 66
4.2 Piramida Penduduk Indonesia ... 70
4.3 TFR Provinsi di Indonesia ... 72
4.4 PDRB perkapita provinsi di Indonesia tahun 2007 ... 78
4.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir di Indonesia Tahun 2007 ... 80
4.6 Indeks Tingkat Pendidikan di Indonesia Tahun 2007 ... 82
4.7 Wanita 15-49 Tahun yang menggunakan alat kontrasepsi ... 84
4.8 Tingkat Urbanisasi di Indonesia Tahun 2007 ... 86
4.9 Kurva t-statistik variabel PDRB perkapita (X1) ... 91
4.10 Kurva t-statistik variabel Angka harapan hidup (X2) ... 91
4.12 Kurva t-statistik variabel wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan
Alat kontrasepsi (X4) ... 93
4.13 Kurva t-statistik variabel tingkat urbanisasi ... 94
4.14 Kurva F-statistik ... 95
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Total Fertility Rate (TFR) Provinsi Di Indonesia
2 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan
3 Angka Harapan Hidup
4 Indeks Tingkat Pendidikan
5 Wanita Berumur 15-49 Tahun Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi
6 Tingkat Urbanisasi
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the factors that affect fertility or Total Fertility Rate (TFR) of 33 provinces in Indonesia in 2007. The independent variables that used in this study are GDP per capita, life expectacy at birth, education index, percentage of women which 15-49 years old are using contraception, and urbanization rate.
Data used in this research is secondary data in the form of a cross section obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in 2007. Research method that used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.
The result of the study shows that simultaneously, all of the independent variables are significant in influencing Total Fertility Rate (TFR) 33 provinces in Indonesia. As partial, regression result shows that education index and percentage of women which 15-49 years old are using contraception have influence on Total Fertility Rate (TFR) 33 provinces in Indonesia in 2007 and both are statistically significant at alpha 5% and 1%.
Demographic components are important in development process of a country. So that, this components can be used as a benchmark of success in the development of that country. Fertility is one of demographic components. The others are mortality and migration.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas atau Angka kelahiran Total pada 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah PDRB perkapita, angka harapan hidup saat lahir, indeks pendidikan, persentase wanita 15-49 tahun yang berstatus kawin memakai alat kontrasepsi dan tingkat urbanisasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk cross section yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary
Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara serempak seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap angka kelahiran total pada 33 provinsi di Indonesia. Secara parsial, hasil regresi menunjukkan bahwa indeks pendidikan dan persentase wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang memakai alat kontrasepsi mempunyai pengaruh terhadap angka kelahiran total pada 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2007 dan keduanya signifikansi secara statistik pada 5% dan 1%.
Komponen demografi merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan di suatu Negara. Oleh karena itu, komponen ini dapat dipergunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan di Negara tersebut. Fertilitas adalah salah satu komponen demografi, selain itu juga ada komponen demografi yang lain yaitu, mortalitas dan migrasi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam
pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran
pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran
penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber
daya yang melekat, dan pewujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya
untuk menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan.
Menurut Koestur (1995) adapun yang dimaksud dengan kuantitas
penduduk meliputi jumlah, struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk yang
ideal melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian,dan
persebaran penduduk yang merata.
Jumlah penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan atau
penurunan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian),
dan migrasi (perpindahan tempat) karena ketiga variabel tersebut merupakan
komponen–komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk
(Lucas,1982:1).
Jumlah penduduk di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 yaitu sebesar 236.400.000 jiwa.
Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen bila dibandingkan dengan
tahun 2007 dengan jumlah penduduk 232.900.000 jiwa. Pada tahun 2007,
Cina 1.326.526.463 jiwa, India 1.140.455.260 jiwa dan Amerika Serikat
302.711.006 jiwa.
Untuk menunjang keberhasilan pembangunan, juga untuk menangani
permasalahan penduduk antara lain meliputi jumlah, komposisi dan distribusi
penduduk maka diperlukan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk.
Pengendalian fertilitas merupakan salah satu cara untuk mengendalikan jumlah
penduduk. Dan pengendalian jumlah penduduk lainnya adalah mortalitas
(kematian) dan migrasi (perpindahan tempat).
Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk
menghasilkan kelahiran hidup merupakan salah satu faktor penambah jumlah
penduduk disamping migrasi masuk, tingkat kelahiran dimasa lalu mempengaruhi
tingginya tingkat fertilitas masa kini.
Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau
sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan
banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu
penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya,struktur umur, tingkat
pendidikan, umur pada waktu kawin pertama,banyaknya perkawinan, status
pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan.
Dalam melakukan pengukuran terhadap tingkat fertilitas, terdapat
beberapa persoalan yang dihadapi, sehingga pengukuran terhadap fertilitas ini
dilakukan melalui dua macam pendekatan yaitu Yearly Performance dan
Reproductive History yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa teknik
teknik yang termasuk dalam pendekatan Yearly Performance adalah Total
Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total.
Total Fertility Rate (TFR) merupakan jumlah rata-rata anak yang
dilahirkan setiap wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran
untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran
menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik yang lain yang perhitungannya
tidak memisahkan antara penduduk laki-laki dan perempuan serta tingkat usia
produktif bagi wanita.
Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total (TFR) yaitu
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan penggunaan alat
kontrasepsi, dan tingkat urbanisasi. Tingkat pendapatan dapat diwakili oleh
pendapatan perkapita. Keterkaitan pada pendapatan terhadap fertilitas adalah
ketika pendapatan seseorang naik akan semakin besar pengaruhnya terhadap
penurunan fertilitas yang terjadi.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah.
Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost)
nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan
kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga
tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar
daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan “demand” terhadap anak menurun
atau dengan kata lain fertilitas turun.
Penelitian mengenai kaitan pendidikan wanita dengan kesuburan di
beberapa negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan adanya
tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan. Di beberapa negara, meluasnya
kepandaian baca tulis disertai oleh turunnya kesuburan dengan tajam.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi fertilitas adalah tingkat
kesehatan yang dapat diwakili dengan angka harapan hidup dan penggunaan alat
kontrasepsi bagi wanita usia 15-49 yang berstatus kawin. Keduanya berpengaruh
negatif terhadap tingkat fertilitas.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Indonesia merupakan salah
satu negara yang paling banyak penduduknya. Adapun jumlah penduduk dan
Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 1.1
Jumlah Penduduk dan Angka Kelahiran Total (TFR) di Indonesia ( 2004-2007)
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
Dari data yang terdapat pada tabel 1.1 di atas maka dapat kita lihat
bahwa jumlah penduduk Indonesia meningkat pada setiap tahunnya, sedangkan
Angka Kelahiran Total (TFR) menurun. Meskipun Angka Kelahiran Total
menurun di tiap tahunnya akan tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap
berkurangnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahun. Hal ini tentunya juga
tidak lepas dari pengaruh tiap provinsi yang ada di Indonesia. Dimana, setiap
provinsi pastinya juga memiliki angka kelahiran total yang berbeda-beda sesuai
dengan karakteristik masing-masing provinsi tersebut. Selain itu, perbedaan yang
terjadi antar provinsi ini juga disebabkan oleh faktor urbanisasi. Dengan
meningkatnya urbanisasi dapat menyebabkan penurunan angka kelahiran total.
Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi angka kelahiran total tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Fertilitas di Indonesia”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh PDRB perkapita terhadap tingkat fertilitas di
Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh angka harapan hidup saat lahir terhadap tingkat
fertilitas di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh indeks tingkat pendidikan terhadap tingkat
fertilitas di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh persentase wanita berumur 15-49 tahun yang
menggunakan alat kontrasepsi terhadap tingkat fertilitas di Indonesia?
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah,
dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji secara empiris.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai
berikut:
1. PDRB perkapita memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di
Indonesia , ceteris paribus.
2. Angka harapan hidup saat lahir memiliki pengaruh negatif terhadap
tingkat fertilitas di Indonesia , ceteris paribus.
3. Indeks tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat
fertilitas di Indonesia , ceteris paribus.
4. Persentase wanita berumur 15-49 tahun yang menggunakan alat
kontrasepsi memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di
Indonesia , ceteris paribus.
5. Tingkat urbanisasi memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas
di Indonesia , ceteris paribus.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap
tingkat fertilitas di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh angka harapan hidup saat lahir
terhadap tingkat fertilitas di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indeks tingkat pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh persentase wanita berumur
15-49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi terhadap tingkat fertilitas
di Indonesia.
5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat urbanisasi terhadap
tingkat fertilitas di Indonesia.
1.5Manfaat penelitian
1. Memberikan wawasan dan pandangan, khususnya bagi peneliti sendiri
untuk memahami secara mendalam akan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.
2. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.
3. Sebagai bahan studi atau tambahan literatur bagi mahasiswa/i fakultas
ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan serta sebagai
bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya.
4. Sebagai masukan bagi kalangan akademis, dimana hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fertilitas
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas
ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk.
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda
kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya
(Mantra, 2003:145).
Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu
melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan
abstinensi atau menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang
perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi hanya
menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth).
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran
mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat
melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada
hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai
resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan
Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut,
maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua
macam pendekatan : pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly
Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History).
1. Yearly Performance (current fertility)
Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai
kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri
dari :
a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)
Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran
hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau
dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana :
CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar
Pm : Penduduk pertengahan tahun
k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000
B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana,
karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan
yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi angka yang
dihasilkan sangat kasar.
b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)
Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita
yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
GFR : Tingkat Fertilitas Umum
B : Jumlah kelahiran
Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan
Tahun
Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat
daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau
sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini
adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur,
sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan
yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.
c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate
(ASFR)
Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk
tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut:
jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang
Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi
kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan
pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga,
ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada
kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
ASFR : Age Specific Fertility Rate
Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
k : Angka konstanta 1.000
Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih
cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke
dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis
perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita.
Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor. ASFR
ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi
selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).
Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang
terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut
belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang
berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR.
Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk
d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR)
Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup
laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa
reproduksinya dengan catatan:
1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya
2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah
perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat
Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan
menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi
bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat
fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total
atau TFR adalah sebagai berikut :
TFR = 5 (i = 1,2,…..)
Dimana:
ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur.
i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.
Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk
seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran
2. Reproductive History (cummulative fertility)
a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan
CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa
wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan
CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak
ada referensi waktu.
Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas menurut
kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur
penduduk, terutama di negara sedang berkembang. Kemudian ada kecenderungan
semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah anak yang
dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap
sama dengan yang masih hidup.
b. Child Woman Ratio (CWR)
CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah
5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan
CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat
pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di
Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan
untuk daerah yang kecil-kecil.
Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh
kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang
berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya
Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak,
khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR
selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak
memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.
Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini,
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti
PDRB perkapita, Angka Harapan Hidup, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita
berumur 15-49 tahun yang menggunakan Alat Kontrasepsi dan Tingkat
Urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.
2.2.Transisi Demografi
Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak Negara baik
di Negara maju ataupun di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Kemudian
penurunan pada fertilitas juga dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini
mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut dengan teori “ transisi
demografi”.
Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali
karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke
keadaan di mana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi, sehingga
pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner
Gambar 2.1
Model Transisi Demografi
Dari gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di bagi atas
tiga tahap yaitu I,II dan III. Pada transisi pertama (pre-transitional) yaitu dari A
ke B di mana tingkat kelahiran dan tingkat kematian masih sama-sama tinggi,
sedangkan angka perumbuhan penduduk sangat rendah.dilanjutkan pada transisi
ke dua (transitional) yaitu dari B ke E, dimana tingkat kematian dan kelahiran
menurun, kematian lebih rendah dari kelahiran, mengakibatkan tingkat
pertumbuhan sedang atau tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga
tahap yaitu :
a. Permulaan transisi (early transitional), yakni dari B ke C , ditandai dengan
tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran semakin meninggi, malah
cenderung meningkat.
b. Pertengahan transisi (mid-transitional), yakni dari C ke D dimana tingkat
kelahiran dan kematian sama–sama menurun, tetapi penurunan kematian lebih
cepat dari tingkat kelahiran.
c. Akhir transisi (late transitional), yakni dari D ke E di mana tingkat kematian
rendah dan tidak berubah atau menurunnya hanya sedikit, sedangkan angka
kelahiran cenderung menurun, hal ini dapat diakibatkan karena sudah
banyaknya masyarakat yang mengetahui bagaimana cara mencegah kehamilan.
Sedangkan pada transisi ke tiga (post transitional), yaitu dari E ke F
kematian mendekati keseimbangan pertumbuhan penduduk, yang kemudian akan
kembali lagi ke transisi yang pertama.
2.3 Teori-teori Kependudukan
Penduduk dunia berkembang secara lambat sampai pertengahan abad ke
17. Pada sekitar tahun 1665 penduduk dunia diperkirakan sebesar 500 juta atau ½
Milyar. Penduduk dunia kemudian menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu 200
tahun yaitu pada tahun 1850. Dalam jangka waktu 80 tahun kemudian penduduk
dunia menjadi dua kali lipat lagi, yaitu pada tahun 1930. Sedangkan untuk
mencapai 4 Milyar kemudian, hanya diperlukan waktu 45 tahun.
Pertumbuhan penduduk yang makin cepat ini dapat dimengerti apabila
kita melihat adanya penemuan Penicillin pada tahun 1930 dan program kesehatan
masyarakat yang makin meningkat sejak tahun 1960-an. Dengan perkembangan
teknologi obat-obatan maka angka kematian menurun sedangkan angka kelahiran
masih tetap tinggi sehingga membuat selisih antara kedua angka tersebut makin
besar. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk makin cepat.
Pengaruh penemuan Penicillin dan program kesehatan masyarakat sangat
mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh tahun 1850-1930, untuk
mencapai jumlah penduduk sebesar 1 Milyar, diperlukan waktu 80 tahun.
Sedangkan periode 1960-1975 hanya memerlukan waktu 15 tahun saja.
Pertumbuhan penduduk yang makin cepat tersebut, mengundang banyak
masalah sehingga teori-teori kependudukan kemudian berkembang dengan
kependudukan dalam kaitannya dengan masalah ekonomi, etik, agama,
pertahanan/politik dan sebagainya (Mantra, 2003: 51).
2.3.1 Teori Malthus
Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seseorang pendeta
Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798
lewat karangannya yang berjudul: “ Essai on Principle of Populations as it Affect
the Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculation of Mr.
Godwin, M. Condorcet, and Other Writers”, menyatakan bahwa penduduk
(seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan
berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari
permukaan bumi ini (Mantra, 2003:50).
Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan
kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu
Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan,
sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan
dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan
makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Hal ini jelas
diuraikan oleh Malthus sebagai berikut:
… Human species would increase as the number 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64,
would be to the means of subsistance as 236 to 9; in three centuries as 4096 to 13
and in two thousand years the difference would be almost incalculable… (Mantra,
2003:51)
Seperti telah disebutkan diatas, untuk dapat keluar dari permasalahan
kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut
Malthus pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu
preventive checks, dan positive checks. Preventive checks dapat dibagi menjadi
dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu
segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran
seperti: pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksual,
promiscuity, adultery.
Tabel 2.2
Pembatasan Pertumbuhan Penduduk
Sumber : Mantra, Ida Bagoes :52 Preventive Checks
Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian.
Apabila suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan
pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya
kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung
sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan.
Positive checks dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu: vice dan misery.
Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti
pembunuhan anak-anak (infancitide), pembunuhan orang cacat, dan
orang-orang tua. Misery (kemelaratan) ialah segala keadaan yang menyebabkan
kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemic, bencana alam, kelaparan,
kekurangan pangan dan peperangan.
Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan para ahli dan
menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumya gagasan yang dicetuskan
Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat aneh. Asumsi yang
mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah
penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akal sehat. Dunia baru
( Amerika, Afrika, Australia, dan Asia) dengan sumber daya alam yang
berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa
Barat). Mereka mempekirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan
dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut:
1. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang
menghubungkan daerah satu dengan yang lain sehingga pengiriman bahan
2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi,
terutama dalam bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula
ditingkatkan secara cepat dengan mempergunakan teknologi baru.
3. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi
pasangan-pasangan yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah
dianjurkan oleh Francis Place pada tahun 1822.
4. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup
penduduk dinaikkan. Hal ini tidak dapat diperhitungkan oleh Malthus (Mantra,
2003:53).
2.3.2 Mazhab Fisiologi
Orang-orang yang termasuk golongan ini sebenarnya pendapatnya
berbeda-beda tetapi dalam satu hal mereka mempunyai pendapat yang sama yaitu
menyangkal dalil Malthus yang dikemukakannya sebagai suatu aksioma tanpa
penyelidikan bahwa kemampuan menurunkan keturunan suatu daya alam yang
tetap. Menurut seorang tabib Inggris Thomas Jarold, daya biak (kemampuan
menurunkan) pada manusia akan berkurang, semakin banyak ia mempergunakan
tenaga rohani dan jasmaninya. Karena itu, menurut pendapatnya, orang tidak usah
khawatir akan ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dan bahan makanan,
mengingat bertambahnya kemajuan yang kini dapat dicapai oleh manusia yang
meminta lebih banyak pengorbanan tenaga rohani dan jasmani.
Yang hampir sama pendapatnya dengan Thomas Jarold adalah Michael
Thomas Sadler. Menurut pendapatnya, kemampuan menurukan keturunan orang
kemampuan menurunkan keturunan itu akan bertambah jika jumlah penduduk itu
berkurang. Disingkatkan gambaran pendapat M. T. Sadler itu adalah sebagai
berikut :
Bertambahnya jumlah penduduk = berkurangnya jumlah kemampuan melahirkan.
Berkurangnya jumlah pendduduk = bertambahnya kemampuan melahirkan.
Pada penduduk yang sedang naik jumahnya, bertambah banyaknya bahan
makanan berlangsung lebih cepat daripada bertambahnya orang. Keadaan ini
mengakibatkan naiknya tingkat kemakmuran penduduk itu. Meningkatnya
kemakmuran menyebabkan berkurangnya kemampuan meurunkan keturunan.
Banyaknya bahan makanan dan mudahnya keadaan penghidupan mempengaruhi
berkurangnya kemampuan menurunkan keturunan. Bukti-bukti itu ditemukan oleh
Sadler di Negara-negara dan kota-kota besar yang rapat penduduknya dengan
angka-angka kelahiran yang rendah dan banyaknya bangsawan-bangsawan inggris
yang tidak mempunyai keturunan lagi. Begitu juga dalam keadaan yang
sebaliknya. Sukarnya penghidupan dan kurangnya bahan makanan sangat besar
pengaruhnya terhadap bahan makanan menurunkan keturunan.
Dalil yang menyatakan bahwa kemampuan menurunkan keturunan akan
berkurang dalam meningkatnya kemakmuran, dengan tegas dipertahankan oleh
Thomas Doubleday pada tahun 1841. Menurut pendapatnya, sangat sukar
didapatkan bahan penghidupan, merupakan suatu perangsang dari daya biak
sedangkan bila bahan-bahan penghidupan itu mudah didapatkan maka hal ini akan
mengurangi kemampuan melahirkan. Berlakunya hukum ini dapat kita jumpai
Di negeri-negeri yang kaya dan makmur keadaan rakyatnya, maka
kemampuan menurukan keturunan sangat kecil, sedangkan negeri-negeri yang
rakyatnya miskin dimana keperluan hidupnya serba sukar didapatkan,
kemampuan melahirkan itu sangatlah besar. Keadaan tersebut oleh Doubleday
dinyatakan sebagai “Hukum yang agung dan nyata dari penduduk” atau (”The real
and the great law of human population”). Ia mengira, bahwa secara empiris ia
dapat membuktikan berlakunya hukum itu.
Herbert Spencer yang menyangkal dengan keras teori dari Malthus
menarik garis pemisah antara hewan dan manusia dalam memperkembangkan
keturunannya. Ia berpendapat bahwa manusia mengenal “Individu” dan
“Kemajuan Perseorangan”. Semakin banyak orang mempergunakan energi untuk
kemajuan dirinya, semakin berkuranglah energi yang dapat dipergunakan untuk
memperkembangkan keturunan. Karena itu, jenis hewan yang tingkat
kemajuannya rendah, daya biaknya tinggi, sebaliknya tingkat kemajuan individu
yang tinggi bersamaan dengan daya biak yang rendah. manusia adalah jenis
hewan yang paling maju dan kemampuan menurunkan keturunan adalah paling
rendah. semakin tinggi tingkat kemajuan sesuatu golongan penduduk, akan
semakin berkuranglah daya biaknya, sehingga akhirnya akan sampai kepada suatu
tingkatan, dimana kemampuan menurunkan keturunan itu hanya sekedar cukup
untuk mengkompensir jumlah kematian. Selanjutnya penduduk itu akan menjadi
stasioner.
Faedah dari adanya teori-teori golongan fisiologis ini adalah bahwa
merupakan suatu daya yang tetap. Tetapi bukti-bukti daripada teori-teori itu sukar
didapat, jadi hanya merupakan suatu hipotesa belaka (Abdurachim, 1973:15-18).
2.3.3 Mazhab Psycho-Sosial
Menurut Nassau William Senior, bahwa cita-cita manusia untuk
memperbaiki kedudukannya dalam penghidupan sama kuatnya dengan keinginan
untuk menurunkan keturunan. Beberapa tahun kemudian teori Senior itu
diperbaharui oleh Arsene Dumont. Inti dari teori Dumont ini adalah bahwa setiap
orang mempunyai keinginan untuk memperbaiki kedudukan ekonomi dan
kedudukan sosialnya sepanjang hal itu masih dapat dilakukan. Dan hal ini
disebutnya Kapilaritas Sosial. Keinginan untuk maju dalam perjuangan hidup
diwariskan oleh orang secara turun-temurun kepada keturunnnya. Setiap orang tua
menghendaki agar anak keturunannya mempunyai kedudukan-kedudukan yang
lebih baik daripada yang telah dimilikinya. Yang mengharapkan keadaan yang
sebaliknya tidak pernah ada (Abdurachim, 1973:18-20).
2.3.4 Teori Evolusi Sosial
Disamping teori-teori golongan fisiologis dan golongan psycho-sosial
dalam permulaan abad ke-20 masih terdapat teori-teori lain mengenai masalah
penduduk. Prof. Gini yang teori nya disebut orang teori evolusi-sosial meneyebut
proses dari pertumbuhan penduduk bangsa sebagai “peredaran (siklus) bangun
dan runtuhnya penduduk”. Siklus dari pertumbuhan penduduk ini menurut
pendapatnya adalah sama dengan siklus hidup individu. Ada suatu masa
disusul dengan masa pertumbuhan yang lambat dan menjadi tua, untuk
selanjutnya mengalami keruntuhan.
Tiap bangsa dalam usia mudanya mempunyai struktur masyarakat yang
sederhana dengan angka-angka kesuburan (kelahiran) yang tinggi. Sebagai suatu
konsekuensi daripada ini penduduk bangsa itu akan tumbuh dalam jumlah yang
besar dan sejalan dengan ini, organisasi-organisasi dalam masyarakat pun akan
tumbuh menjadi kompleks seperti terlihat dalam perkembangan kelas-kelas
sosialnya, pertumbuhan industri-industri dan aktivitas ekonominya. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk, tekanan hidup akan terasa dan ekspansi akan
terjadi dengan melalui peperangan atau pendudukan daerah-daerah orang lain.
Pada akhir, kemudian akan terjadi pengurangan dalam pertumbuhan
penduduk yang disebabkan oleh kehilangan tenaga-tenaga produksif dalam
peperangan atau perpindahan. Sebab utama dari berkurangnya penduduk itu
bersifat biologi. Gini percaya bahwa faktor yang fundamental dalam berkurangya
penduduk adalah faktor biologi, yang tidak dapat ditandingi oleh faktor-faktor
sosial dan ekonomi. Permulaan pengurangan kelahiran itu akan berlaku pada
kelas-kelas sosial yang tinggi untuk selanjutnya meluas kepada kelas-kelas sosial
yang rendah. dengan demikian penduduk akan menjadi kecil jumlahnya
(Abdurachim,1973:21).
2.3.5 Teori Neo-Malthusianisme
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai
diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih
sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan
moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan
menggunakan semua cara-cara “preventive checks” misalnya dengan penggunaan
alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan
(absortions). Paul Ehrlich mengatakan:
…the only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under
control-perhaps even by force (Weeks, 1992).
Menurut kelompok ini (yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul
Ehrlich). Pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya
Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah
tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Tiap
minggu lebih dari seratus juta bayi lahir di dunia, ini berarti satu juta lagi mulut
yang harus diberi makan. Mungkin pada permulaan abad ke-19 orang masih dapat
mengatakan bahwa apa yang diramalkan Malthus tidak mungkin terjadi tetapi
sekarang beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi dengan mengatakan “it has
come true:it is happening”.
Di tahun 1960-an dan 1970-an photo-photo yang diambil dari tuang
angkasa menunjukkan bahwa bumi kita terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar
di ruang angkasa dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang
terbatas. Pada suatu saat, kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan
makanan, sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971,
berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan
makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini
lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1990 Ehrlich
bersama istrinya merevisi buku tersebut dengan judul yang baru “The Population
Explotion” yang isinya bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968,
kini sewaktu-waktu akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan
yang parah karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka.
Selanjutnya Ehrlich menulis:
…the poor are dying of hunger, while rich and poor alike are dying from
the by-products of affluence-pollution and ecological disaster (Weeks, 1992).
Pandangan mereka (Ehrlich dan Hardin) tentang masa depan dunia ini
sangat suram, namun demikian isu kependudukan ini sangat penting bagi seluruh
generasi terutama bagi penduduk di Negara maju (devel-oped world)
(Mantra,2003:53-54).
Pada tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku dengan judul “The
Limit to Growth”. Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya yang
terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini
dapat mempengaruhi manusia dalam melihat pesimisme. Tulisan Meadow
memuat hubungan antara variable lingkungan yaitu: penduduk, produksi
pertanian, produksi industri, sumber daya alam dan polusi.
2.4. Konsep Produk Domestik Regional Bruto
Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas
dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang
masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipta) oleh
seluruh penduduk di daerah tersebut.
2.4.2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beropersasi pada
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang masih ada unsur inflasi
dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku.
Dengan kata lain PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah
seluruh nilai barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi
didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga
tahun yang bersangkutan.
2.4.3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Harga konstan artinya produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu.
Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga
konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.
2.4.4. Pendapatan perkapita
Pendapatan perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan
yang digunakan secara langsung sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan.
pertumbuhan penduduk, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan PDRB
perkapita.
PDRB perkapita diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu
wilayah atau daerah. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator
kemakmuran, walaupun ukuran ini belum dapat diperoleh dari hasil bagi antara
PDRB dengan penduduk pertengahan tahun bersangkutan. Jadi besarnya PDRB
perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh kedua variabel di atas. Dengan
disajikannya PDRB perkapita seluruh daerah kabupaten/ kota maupun antara satu
tahun dengan tahun berikutnya.
2.4.5. Metode Perhitungan Pendapatan Regional
Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan
menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan
berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung dapat
dilakukan dengan menggunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak langsung
adalah perhitungan dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi
pendapatan regional memakai berbagai macam indikator antara lain jumlah
produksi, luas areal sebagai alokatornya.
a. Metode langsung : 1. Pendekatan produksi
Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai tambah barang
biaya antara dari total produk bruto sektor atau subsektor di suatu wilayah dalam
suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.
Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah
dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang seperti :
a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri pengolahan
d. Listrik, gas dan air bersih
e. Bangunan
f. Perdagangan, hotel dan restoran
g. Pengangkutan dan komunikasi
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
i. Jasa-jasa
j. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai
biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar yang dipakai dalam
proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut
sertanya berbagai faktor produksi dalam proses produksi.
2. Pendekatan pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, jumlah seluruh balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bungamodal,
langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen
penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
3. Pendekatan pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah jumlah seluruh pengeluaran
akhir yang dilakukan dari suatu barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyedian produksi barang dan jasa
yang digunakan untuk :
a. Konsumsi rumah tangga
b. Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung
c. Konsumsi pemerintah
d. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi
e. Perubahan stok adalah selisih antara awal tahun dengan akhir tahun dari
bahan yang ada dalam penyimpanan produsen ataupun dalam proses
produksi.
f. Ekspor netto adalah total ekspor dikurang impor. Pendekatan
pengeluaran juga menghitung apa yang diproduksi di wilayah tersebut
tetapi hanya menjadi konsumsi atau pengguna akhir.
b. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung adalahsuatu cara untuk menghitung nilai tambah
suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam
masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai
alokator yang digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat
Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada
data yang tersedia. Pada hakekatnya, pemakaian kedua metode tersebut akan
saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong
peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan
merupakan koreksi dalam perbandingan bagi data mentah.
2.4.6. Kaitan Pendapatan Per Kapita terhadap Fertilitas
Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak
berkurang bila pendapatan meningkat. New household economics berpendapat
bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi
dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila
pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya
waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal.
H. Leibenstein berpendapat bahwa anak dilihat dari 2 segi kegunaannya
(utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat
memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta
merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan
pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak
tersebut.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah.
Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya
naik. Sedangkan kegunannya turun sebab walaupun anak masih memberikan
kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Di samping itu orang tua juga
daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun
atau dengan kata lain fertilitas turun (Mundiharno, 1997 :5).
Robinson dan Harbinson menggambarkan kerangka analisis ekonomi
terhadap fertilitas. Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait
dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan
sebagainya. Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh terhadap demand for
children dalam kaitan membuat latentdemand menjadi efektif. Menurut Bulatao,
demand for children dipengaruhi (determined) oleh berbagai faktor seperti biaya
anak, pendapatan keluarga dan selera, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut ini :
Sumber : Mundiharno :7
Gambar 2.2 Model Robinson
Selain itu, Easterlin berpendapat bahwa bagi negara-negara
rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal ini
menimbulkan suatu permintaan “berlebihan” (excess demand) dan juga
menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan
praktek-praktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi,
permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan
menimbulkan suplai “berlebihan” (over supply) dan meluasnya praktek keluarga
berencana (Mundiharno, 1997 :7-8).
2.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir
Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di suatu wilayah yang dapat
di nilai dengan menilai angka harapan hidup. Angka harapan hidup suatu umur
didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas
yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir
misalnya, merupakan rata-rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang
baru lahir. Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik
untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum.
Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan
kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan masyarakat, karena dapat dipandang
sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara
keseluruhan. Kebijakan kesadaran masyarakat dalam membiasakan diri untuk
sehat, diperkirakan akan membantu memperpanjang angka harapan hidup.
2.5 Kaitan Angka Harapan Hidup terhadap Fertilitas
Ada dua petunjuk yang dapat digunakan untuk menilai keadaan
hidup. Apabila angka harapan hidup atau umur perkiraan naik, maka angka
kelahiran turun. Orang tua biasanya menginginkan setidaknya-tidaknya satu anak
lelakinya berumur panjang, untuk menjaganya di hari tua dan meneruskan nama
keluarga. Sering kali seorang wanita harus beranak enam atau lebih supaya pasti
bahwa satu anak laki-laki dapat hidup sampai dewasa. Sebuah penelitian yang
diadakan Harvard University di bawah pimpinan David Heer menekankan betapa
pentingnya kepastian anak-anak dapat hidup terus sampai dewasa pada dorongan
untuk membina keluarga kecil. Dimana angka kematian sangat tinggi, disitu orang
tua berusaha mempunyai anak sebanyak mungkin. Dimana pada angka kematian
rendah dan angka harapan hidup atau umur perkiraan 50 tahun atau lebih, disitu
setiap menurunnya angka kematian disertai menurunnya angka kelahiran. Lebih
besar lagi, dan dengan demikian memperlambat perkembangan penduduk secara
keseluruhan (Brown,1986: 165-166).
2.6 Indeks Tingkat Pendidikan
Adalah terdiri dari dua bagian, dimana bobot dua pertiganya untuk
kemampuan baca tulis dan bobot sepertiganya adalah untuk masa bersekolah
(Todaro, 2004 :69). Hal ini dapat dirumuskan adalah :
Indeks pendidikan =
masa bersekolah bruto)
2.6.1 Index Angka Melek Huruf
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial
yang merata adalah dengan melihat tinggi randahnya persentase penduduk yang
melek huruf. Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat
menulis yang dimiliki akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif
dalam proses pembangunan (BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat: 2007).
Masa bersekolah bruto dapat melebihi 100 persen hal ini dikarenakan
siswa yang tua dapat kembali bersekolah. Indeks Angka Melek Huruf ini dibatasi
hingga seratus persen (Todaro, 2004 :69). Rumusnya adalah:
Indeks kemampuan baca tulis orang dewasa =
2.6.2 Rata-rata lama sekolah
Rata-rata perkiraan lamanya penduduk untuk menyelesaikan pendidikan
dari yang berusia sekolah dasar, sekolah menegah, dan sekolah tingkat lanjut
terdaftar untuk belajar di sekolah yang satuannya dalam persen (Todaro, 2004
:69). Adapun rumusnya adalah :
Indeks masa bersekolah bruto =
2.6.3 Kaitan Indeks Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas
New household economics berpendapat bahwa bila pendapatan dan
pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang
digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini
dapat mengurangi angka kelahiran (Mundiharno, 1997 :7).
Serupa dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan teori
fertilitas di Negara-negara berkembang memberikan pemahaman bahwa
seandainya harga relatif atau biaya anak-anak meningkat akibat dari, misalnya,
meningkatnya kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan dan
pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas usia minimum bagi
anak-anak yang hendak bekerja, maka keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit
Para orang tua akan tergerak untuk mementingkan kualitas daripada
kuantitas anak, atau memberi kesempatan kepada istri dan ibu untuk bekerja demi
menunjang pemeliharaan anak. Dengan demikian, salah satu cara untuk
mendorong para keluarga agar menginginkan sedikit anak adalah dengan
memperbesar kesempatan di bidang pendidikan dan membuka lapangan-lapangan
pekerjaan berpenghasilan tinggi kepada kaum wanita.
Penelitian mengenai kaitan pendidikan dengan wanita dengan kesuburan
di beberapa Negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan bahwa
adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan fertilitas dalam hal ini
pada tingkat kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan
yang mengakibatkan penurunan pada fertilitas. Di beberapa Negara, meluasnya
kepandaian baca-tulis mengurangi anaknya kira-kira 1,5 atau kira-kira sepertiga.
Ada beberapa penjelasan yang diketengahkan mengenai peran
pendidikan dalam menurunkan besar keluarga. Pendidikan dapat mempengaruhi
pandangan hidup dan tata nilai orang sedemikian rupa sehingga ia tidak begitu
saja lagi menerima tata cara bertingkah laku tradisional orang tuanya atau tokoh
orang tua yang lain. Orang berpendidikan atau pandai baca-tulis lebih terbuka
pada pikiran-pikiran baru dan lebih banyak mempuyai kesempatan untuk bertemu
muka dengan “penyalur perubahan” seperti para perencana bidang kesehatan atau
penasehat program keluarga berencana. Pendidikan yang makan waktu lama
kemungkinan besar akan menyebabkan perkawinan tertunda dan membuka
pilihan antara bekerja dan membesarkan anak. Pendidikan yang lebih tinggi
mungkin pula berarti kehidupan ekonomi yang lebih terjamin, dan ini biasanya