• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENYELAMATAN KARESIDENAN LAMPUNG DARI AGRESI MITER BELANDA II TAHUN 1949

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENYELAMATAN KARESIDENAN LAMPUNG DARI AGRESI MITER BELANDA II TAHUN 1949"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

UPAYA PENYELAMATAN KARESIDENAN LAMPUNG DARI AGRESI MITER BELANDA II TAHUN 1949

Oleh: LIAN PRATAMA

Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00 pagi, agresi militer kedua di lancarkan Belanda, dengan pasukan lintas udara, serangan langsung di tujukan ke Ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta. Lapangan terbang Maguwo dapat dikuasai Belanda, dan selanjutnya seluruh kota Yogyakarta. Angkatan perang yang telah membagi wilayah pertahanan republik menjadi dua komando, yaitu jawa dan sumatera, siap melaksanakan rencana di bidang pemerintahan tersebut. Di lampung agresi militer kedua (Clash II) baru dimulai tanggal 1 Januari 1949, Belanda masuk ke Teluk Lampung melalui Kalianda menuju Pelabuhan Panjang. Kira-kira pukul 05.00 pagi, kapal perang Balanda mulai menembaki pelabuhan panjang. Tetapi karena perlawanan dari pihak tentara kita di panjang, baru setelah kira-kira jam 06.00 mereka dapat mendarat di pantai luar pelabuhan panjang dan dipantai sekitar gunung kunyit Telukbetung. Ibukota Karesidenan akhirnya dapat diduduki oleh pasukan Belanda pada hari itu juga. Karena peristiwa inilah Pemerintahan Karesidenan beserta staf-nya menyingkir ke luar dari ibu kota Lampung untuk menghindari serangan Belanda.

Dengan keadaan inilah maka dibentuk pemerintahanan darurat karesidenan lampung untuk memperkuat pertahanan dari serangan Belanda dan membuat basis pertahanan di setiap daerah untuk menghindari dan melawan serangan Belanda. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Upaya penyelamatan Karesidenan Lampung dalam bidang Militer dan Politik dari Agresi Militer Belanda II tahun 1949?”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Historis dengan teknik pengumpulan data melalui Teknik Dokumentasi dan Teknik Kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data Kualitatif. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung serta menambah dan membuka wawasan pengetahuan yang luas.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

1.2. Letak Geografis ... 34

1.3. Kependudukan ... 35

1.4. Keadaan Ekonomi ... 35

1.5. Keadaan sosial ... 39

2. Suasana Umum di Lampung Menjelang 1 Januari 1949 ... 41

3. Upaya Penyelamatan Karesidenan Lampung... 47

3.1 Bidang Politik ... 47

3.2 Bidang Militer ... 54

3.2.1 Pertempuran di Metro ... 54

3.2.2 Pertempuran di Bedeng 12 A Trimurjo ... 62

3.2.3 Pertempuran di Wilayah Jepara ... 70

B. PEMBAHASAN 1. Upaya penyelamatan Karesidenan Lampung ... 79

1.1 Bidang Militer ... 79

1.2 Bidang Politik ... 84

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 87

2. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

(8)

Gambar Halaman 1. Surat Keterangan Penelitian ke Perpustakaan Daerah ...

89

2. Surat Keterangan Penelitian dari Perpustakaan Daerah ... 90

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awalnya kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 Lampung masih merupakan sebuah Karesidenan dari Provinsi Sumatera tahun 1 Kementerian Dalam Negeri dari 12 Kemerdekaan pemerintah, memutuskan bahwa seluruh wilayah Indonesia dibagi dalam delapan Provinsi dan setiap provinsi dibagi lagi menjadi beberapa Karesidenan, Kabupaten, Kotapraja, dan Kawedanan (Supangat, Dewan Harian Angk’45:10).

Selama periode perang kemerdekaan (1945-1949) banyak peraturan-peraturan pusat mengenai administrasi pemerintahan daerah yang tidak dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya. Perkembangan administrasi pemerintahan selanjutnya menjadi Provinsi Sumatera dengan sepuluh Karesidenan yaitu: Karesidenan Aceh, Karesidenan Sumatera Timur, Karesidenan Tapanuli, karesidenan Sumatera Barat, Karesidenan Riau, Karesidenan Jambi, Karesidenan Bengkulu, Karesidenan Lampung dan Karesidenan Bangka-Belitung (Nugroho Sutanto, 1975:244).

Memasuki zaman kemerdekaan dua hari setelah proklamasi PPKI menetapkan keputusan yaitu tentang pembagian wilayah Republik Indonesia menjadi delapan Provinsi yaitu: Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan. Setiap provinsi membawahi beberapa Karesidenan dan setiap Karesidenan dibagi lagi menjadi beberapa Kabupaten/Kotapraja (Supangat, Dewan Harian angk’ 45,1994:105).

(10)

tindakan ini Jepang tidak mengawasi secara langsung melainkan hanya bertindak sebagai pengawas saja.

Semenjak proklamasi 17 Agustus 1945 maka terbukalah harapan bagi bangsa Indonesia umumnya, bahwa dalam alam kemerdekaan bisa dilaksanakan pembangunan yang membawa peningkatan taraf hidup disegala bidang. Setelah ada kabar dari Jakarta, khususnya PPKI memerintahkan kepada pemerintah kepemerintah daerah untuk mempersiapkan kemerdekaan yang seutuhnya. Pemerintah pusat menghimbau kepada daerah-daerah untuk melakukan perbuatan yang dapat memperkuat persatuan penjuangan dalam bidang pemerintahan dan kekuatan militer yang berguna untuk melawan serangan dari luar, seperti yang kita ketahui walaupun kita sudah merdeka gangguan masih saja datang yang dapat mengancam kemerdekaan indonesia.

Dalam usaha pemindah kekuasaan dari tangan Jepang kepemerintah Indonesia, diadakan perundingan antara (suchokan). Residen Jepang Khobayashi dengan Mr. Abbas (yang kemudian menjadi Residen pertama yang ditunjuk langsung dari pusat), dengan didampingi oleh St. Rahim Pasaman yang telah berjanji akan menyerahkan kekuasaan pemerintahan Karesidenan Lampung secara damai, pengembalian kekuasaan pemerintahan Karesidenan kemudian disusul dengan pengembalian instansi-instansi lain.

Instansi-instansi tersebut adalah : 1. Kantor tilpun tanjung karang 2. Kantor pos dan telegram 3. Stasiun kereta api

(11)

3

5. Pelabuahn Panjang dan Gudang Agen 6. Pabrik es

7. Gedung peralatan Kaygun

(Supangat, Dewan Harian Ang’ 45 1994:136)

Sebagai residen pertama Karesidenan Lampung Mr. Abbas dan wakilnya St. Rasim Pasaman, mempunyai tugas-tugas penting diantaranya: Pengambilan kekuasaan pemerintah dari tangan Jepang ke tangan Pemerintah Republik Indonesia, pembentukan organisasi perjuangan dikalangan pemuda bekas

Heiho, Gyugun serta organisasi politik, usaha untuk mendapatkan sejata dengan jalan melucuti senjata Jepang, pembentukan PKR (Penjaga Keamanan Rakyat) dibawah kepemimpinan Pangerah Emir Moh. Nur, yang anggotanya para mantan Gyugun, Heiho, sjeneindan, Keibodan dan tokoh-tokoh pemuda militan.

Di Lampung pada pertengahan bulan Desember 1945 para perwira Gyugun

Lampung yang memimpin PKR, pelopor dan organisasi kelaskaran mengadakan musyawarah untuk membentuk Resimen III dengan komandan yang terpilih adalah Iwan Supardi, mendirikan sekolah latihan calon perwira di Langkapura. Pada bulan Februari 1946 tentara Jepang menduduki daerah Lampung telah selesai seluruhnya meninggalkan Lampung menuju Palembang, namun walaupun Republik Indonesia telah merdeka, akan tetapi sistem pemerintahan yang dipakai pada zaman Jepang masih tetap diteruskan.

(12)

Keamanan Bek Ali, Bagian Penerangan Zuned Azhari, Bagian Perhubungan Ibrahim Itam, bagian Keuangan Kgs. Akhmadi, Bagian perancang Ibrahim Husin, bagian Penyidik Zaenal Abidin Keneron (Supangat, Dewan Harian Angk 45, 1994: 185-186).

Peristiwa tersebut terjadi pada bulan September 1946 yang bertujuan untuk mengambil kekuasaan pemerintahan Karesidenan Lampung dari Residen Mr. Abbas. Diawali pada tanggal 9 September 1946 mereka menempelkan famlet-famlet di Kota Tanjungkarang dan Teluk Betung mereka menuntut agar 15 orang pejabat yang duduk dalam pemerintahan Karesidenan Lampung pada waktu itu diberhentikan karena nilai tidak cukup, tidak adil dalam menjalankan pemerintahan. Daftar nama pejabat yang dituntut untuk mundur tersebut adalah :

1. Mr. Abbas, Residen Lampung 2. St. Rosman, Komisaris Polisi

3. W.A Rahman, Inspektur polisi dan pertahanan dan juga menjabat sebagai wakil ketua DPRD Karesidenan Lampung

4. R.A Basyid, Bupati Lampung Selatan

5. Mr. Gele Harun, Ketua pengadilan dan ketua konsentrasi nasional daerah lampung

6. Kuyung Harun, Inspektur Poloso rakyat

7. Dr. Samil, pemimpin pejabat kemamuan Karesidenan Lampung 8. A.Lumban Tobing, Sekertaris Karesidenan Lampung

9. Zahir, Kepala Kehutanan, merangkap kepala perdagangan dan perindustrian dari pejabat kemakmuran Karasidenan Lampung 10.MWL. Tobing, ketua jabatan Karasidenan Lampung bagian Badan

Pengawas perusahaan

11.Sr. Pasaman, Inspektur keuangan. 12.Amir Hasan, Kepala Pejabat Penerangan 13.Azis Gustom, Inspektur Polisi I Teluk Betung

14.Su’ud, Inspektur Polisi I Tanjung Karang. (Nasution, 1977:565-566)

(13)

5

Pada tanggal 19 Desember 1948 Pukul 06.00 WIB agresi militer kedua di lancarkan Belanda, dengan pasukan lintas udara, serangan langsung di tujukan ke Ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta. Lapangan terbang Maguwo dapat dikuasai Belanda, dan selanjutnya seluruh kota Yogyakarta. Angkatan perang yang telah membagi wilayah pertahanan Republik menjadi dua komando, yaitu Jawa dan Sumatera, siap melaksanakan rencana di bidang pemerintahan tersebut. Di Lampung Agresi militer kedua (Clash II) baru dimulai tanggal 1 Januari 1949, Belanda masuk ke Teluk Lampung melalui Kalianda menuju Pelabuhan Panjang. Kira-kira Pukul 05.00 pagi, kapal perang Balanda mulai menembaki Pelabuhan Panjang. Tetapi karena perlawanan dari pihak tentara kita di Panjang, baru setelah kira-kira jam 06.00 mereka dapat mendarat di Pantai luar Pelabuhan Panjang dan di Pantai sekitar Gunung Kunyit Telukbetung.

(14)

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut:

1. Upaya penyelamatan Karesidenan Lampung dalam bidang Ekonomi dari Agresi Militer Belanda II tahun 1949

2. Upaya penyelamatan Karesidenan Lampung dalam bidang Sosial dari Agresi Militer Belanda II tahun 1949

3. Upaya penyelamatan Karesidenan Lampung dalam bidang Politik dan Politik dari Agresi Militer Belanda II tahun 1949

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu tentang “Upaya

penyelamatan Karesidenan Lampung dalam bidang Militer dan Politik dari Agresi Militer Belanda II tahun 1949”

3. Rumusan Masalah

(15)

7

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Upaya penyelamatan Karesidenan Lampung dari Agresi Militer Belanda II tahun 1949.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu

1. Dapat memberikan pengetahuan serta wawasan khususnya dalam bidang kesejarahan yakni mengenai pemerintahan di Karesidenan Lampung Tahun 1949.

2. Sebagai bahan tambahan substansi materi tentang Sejarah Lokal. 3. Dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Sosial pada

umumnya dan Ilmu Sejarah pada khususnya tentang upaya penyelamatan Karesidenan Lampung mempertahankan wilayah Lampung dari serangan Belanda dari Agresi Militer Belanda II tahun 1949.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat masalah di atas cukup umum dalam penelitian untuk menghindari kesalah pahaman, maka dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup:

(16)

Subjek Penelitian : Upaya Karesidenan Lampung mempertahankan wilayah Lampung dari serangan Belanda

Tempat Penelitian : Perpustakaan Unila dan Perpustakaan Daerah Lampung

(17)

9

REFERENSI

Wikipedia Indonesia

Dewan Harian Daerah Angkatan 45. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung buku III. CV. Mataram. Bandar Lampung

498 halaman

The Liang Gie. 1993. Pertumbuhan Pemerintah daerah di Negara Republik Indonesia Jilit I. Liberty: Yogyakarta.

Wikipedia Indonesia

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Penyelamatan Bangsa

Penyelamatan adalah proses, cara, perbuatan (http://www.artikata.com/arti-377217-penyelamatan.html).

Istilah bangsa adalah terjemahan dari kata nation dan nation berasal dari bahasa Latin; natio yang artinya suatu yang lahir. Nation dalam istilah bahasa Indonesia artinya bangsa. Dalam perkembangan selanjutnya konsep bangsa memiliki pengertian dalam arti sosiologis antropologis dan politis. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian bangsa adalah orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya serta berpemerintah sendiri (http://leonheart94.blogspot.com/2011/01/pengertian-bangsa.html).

(19)

11

2. Konsep Karesidenan

Karesidenan adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah provinsi di Hindia Belanda dan kemudian Indonesia hingga tahun 1950-an. Sebuah karesidenan terdiri atas beberapa afdeeling (Kabupaten). Tidak di semua provinsi di Indonesia pernah ada karesidenan. Hanya di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, Lombok dan Sulawesi saja. Biasanya ini daerah-daerah yang penduduknya banyak. (Wikepedia Indonesia)

Kata karesidenan berasal dari Bahasa Belanda Residentie. Sebuah karesidenan dikepalai oleh residen, yang berasal dari Bahasa Belanda

Resident. Di atas residen adalah gubernur jenderal, yang memerintah atas nama Raja dan Ratu Belanda.

Semenjak krisis pada tahun 1950-an, sudah tidak ada karesidenan lagi dan yang muncul faktor kekuasaannya adalah Kabupaten. Karesidenan kemudian dikenal dengan istilah "Pjembantu Gubernur" (istilah ini sekarang tidak digunakan lagi). Namun demikian, sebutan "eks-karesidenan" masih dipakai secara informal.

(20)

2. Konsep Keresidenan Lampung

Kerasidenan Lampung sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang, yang pada waktu itu dalam tahum 1943, oleh panglima Tertinggi Tentara keduapuluh lima dibentuk pemerintahan sipil di Pulau Sumatera, yang membagi Pulau Sumatera ke dalam 9 (sembilan) Karesidenan (syu), yaitu sumatera timur, Tapanuli, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkahulu, Palembang, Lampung dan Bangka-Biliton (Dewan Harian Daerah Angkatan 45, 1990:105).

Lampung terbagi dari onder Afdelling yang masing-masing dikepalai oleh Konstruler ini dipegang oleh bangsa Belanda. Residen berkedudukan di Teluk Betung. Pembagian wilayah Indonesia menjadi Karesidenan ternyata sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, yang pertama-tama wilayahnya dibagi menjadi beberapa Karesidenan adalah di Pulau Jawa. Residen adalah pegawai pamong praja yang mengkepalai daerah (bagian dari Provinsi yang meliputi kabupaten, dll) (Balai Pustaka, 1997:745).

Hal ini diperkuat dengan pendapat The Liang Gie yang mengatakan bahwa Residen adalah kepala pemerintahan Karesidenan, langsung berada dibawah Gubernur (1993:68), sedangkan pengertian Karesidenan sendiri adalah daerah yang dikepali oleh seorang Residen, wilayahnya membawahi Kabupaten, Kawedanan (Balai Pustaka, 1997:745).

(21)

13

dipimpinnya. Sedangkan Karesidenan Lampung adalah suatu pemerintahan yang berada di Kota Lampung yang berada dibawah kekuasaan Gubernur dan dipimpin oleh seorang Residen yang bertanggung jawab kepada Gubernur yang merupakan bagian dari Pulau Sumatera.

3. Konsep Agresi Militer Belanda II

Agresi militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948 merupakan serangan dadakan bagi TNI dan masyarakat Indonesia, sebab Panglima Territorium Sumatera pernah mengatakan bahwa tidak akan ada serangan pasukan Belanda sebelum tanggal 15 Januari 1949. Pasukan TNI sama sekali tidak menduga akan ada pendaratan satu datesemen komando tentara Belanda di Danau Singkarak. Gerak maju pasukan Belanda yang pesat dikedua front, yaitu front utara dan front timur yang dibarengi dengan penembakan-penembakan dari udara oleh pesawat pemburu. Markas-markas induk TNI seperti markas Batalyon, markas Resimen dan markas Divisi tergesa-gesa meninggalkan lokasi yang sebelumnya berada didaerah perkotaan yang tidak terjangkau oleh pasukan Belanda (http://basaraja.wordpress.com/2012/10/17/agresi-militer-belandan-kekoto-tinggi).

(22)

dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Pada hari pertama Agresi Militer Belanda II, mereka menerjunkan pasukannya di Pangkalan Udara Maguwo dan dari sana menuju ke Ibukota RI di Yogyakarta. Kabinet mengadakan sidang kilat. Dalam sidang itu diambil keputusan bahwa pimpinan negara tetap tinggal dalam kota agar dekat dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sehingga kontak-kontak diplomatik dapat diadakan (Wikepidea Indonesia).

A.Kerangka Pikir

(23)

15

Dengan keadaan inilah maka di bentuk pemerintahanan darurat karesidenan lampung untuk memperkuat pertahanan dari serangan Belanda dan membuat basis pertahanan di setiap daerah untuk menghindari dan melawan serangan Belanda.

C. Paradigma

Keterangan:

Garis hubungan

Garis usaha

Usaha Karesidenan Lampung mempertahankan wilayahnya Balanda menguasai Karesidenan

Lampung

Pemerintahan Darurat Gerilya

(24)

REFERENSI

Suryabrata, Sumardi. 1983. Metodologi Penelitian. CV Rajawali. Jakarta: Halaman 69.

(25)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan faktor penting bagi seorang peneliti untuk memecahkan masalah yang dihadapi, karena selain menjelaskan garis-garis yang cermat juga menentukan hasil suatu penelitian.

Menurut Husin Sayuti “Metode adalah cara kerja yang dapat memahami

objek menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan” (Sayuti,1980:32)

Sedangkan menurut Winarno Suracmad, metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan dengan menggunakan teknik serta alat tertentu (Suracmad,1978:121).

Berdasarkan pendapat di atas, maka pengertian metode adalah tata cara dan prosedur yang tepat digunakan dalam memecahkan suatu permasalan yang bersifat ilmu, guna mencapai tujuan dengan menggunakan teknik tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

(26)

Adapun maksud dari metode historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-pennggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu ,terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu, untuk kemudian hasilnya juga dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang.(Hadari Nawawi, 1993 : 78-79)

Dalam hal ini metode penelitian historis sangat tergantung pada data-data masa lalu.pendapat lain menyatakan bahwa :

Metode penelitian historis adalah sekumpulan prinsip-prinsip aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasil-hasilnya (biasanya dalam bentuk tertulis).(Nugroho Notosusanto, 1984 : 11)

Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penelitian Historis adalah cara yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan mengumpulkan data yang sistematis dan evaluasi yang objektif dari data yang berhubungan dengan kejadian masa lampau untuk memahami kejadian atau suatu keadaan baik masa lalu maupun masa sekarang.

Metode historis lebih memusatkan pada masa lalu yang berupa peninggalan-peninggalan, dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan tempat-tempat yang dianggap keramat. Data tersebut tidak hanya sekedar diungkapkan dari sudut kepentingan sejarahnya, namun untuk memahami berbagai aspek kehidupan masa lalu seperti adat istiadat, kebudayaan, hukum, pemerintah, pendidikan dan lain-lain. Masalah yang diselidiki oleh peneliti pada dasarnya terbatas pada data yang sudah ada.

(27)

19

memverifikasikan, mengintesikan bukti-bukti untuk memperoleh hasil serta penafsiran yang baik. Dalam penelitian historis, validitas dan reabilitas hasil yang dicapai sangat ditentukan oleh sifat data yang ditentukan pula oleh sumber datanya.Sifat data historis diklasifikasikan dala dua jenis yaitu data primer dan data sekunder, adapun data Primer adalah data autentik atau data langsung dari tangan pertama tentang masalah yang diungkapkan. Secara sederhana data ini disebut juga data asli. Sedangkan data Sukender, adalah data yang mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat autentik karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan selanjutnya, dengan demikian data ini ini disebut juga data tidak asli”.

(Budi Koesworo dan Basrowi, 2006 : 122)

Pengertian yang disampaikan dalam kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap penelitian, harus dilihat sifat- sifat penelitian yang dipakai. Maka dengan demkian sifat penelitian historis adalah sifat data yang ditentukan oleh sumber yang diperoleh seperti data primer dan data sekunder.data-data ini dikumpulkan lalu di klasifikasikan, tidak hanya itu saja dalam setiap penelitian dibutuhkan langkah-langkah dalam mengolah data menjadi sebuah tulisan.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode historis antara lain sebagai berikut :

1. Heuristik, yaitu kegiatan menyusun jejak-jejak masa lampau. 2. Kritik Sejarah, yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati,

baik bentuk maupun isi.

3. Interpretasi, yaitu menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh.

4. Historiografi, yaitu menyimpulkan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah.

(Nugroho Notosusanto, 1984 : 84).

(28)

tersebut dengan langkah-langkah yang sistematis sehingga menghasilkan sebuah jawaban atas permasalahan tersebut secara utuh berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang diperoleh.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu konsep yang diberi nilai, sedangkan variabel dalam suatu penelitian merupakan hal yang paling utama karena variabel merupakan suatu konsep dalam suatu penelitian.

Variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur didalamnya yang bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian. (Nugroho Notosusanto, 1984 : 55). Sedangkan menurut Mohammad Nazir (1984 : 149) “variabel dalam arti sederhana adalah suatu konsep yang mempunyai

bermacam-macam nilai”, selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto (1989 : 91) mendefinisikan variabel sebagai suatu objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan variabel adalah suatu objek yang menjadi perhatian peneliti dalam melakukan sebuah penelitian. Berdasarkan pengertian variable tersebut, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada Usaha-usaha Karesidenan Lampung dalam mempertahankan wilayahnya pada tahun 1949.

(29)

21

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu teknik kepustakaan dan dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan lebih akurat. Teknik pendukung dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik kepustakaan

Teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang objek-objek yang diamati secara terperinci melalui buku-buku dan brosur-brosur yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti sehingga memperluas pengetahuan dan menganalisa permasalahan.

“Teknik kepustakaan adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara

lengkap serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah (Joko Subagyo 1997:109)”, Teknik

kepustakaan merupakan studi penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh diperpustakaan yaitu melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari Nawawi 1993 : 133).

(30)

Studi pustaka menurut Mustika Zed (2004 : 3) merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Ciri-ciri studi pustaka yaitu:

a. Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau angka, bukan pengetahuan lansung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian-kejadian atau benda-benda lainnya.

b. Data pustaka bersifat siap pakai artinya sudah ada diperpustakaan c. Data umumnya adalah data sekunder

d. Kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu. ( Mustika Zed, 2004:4)

Dengan demikian, teknik kepustakaan adalah teknik dalam pengumpulan data melalui buku-buku, koran, naskah serta materi lainnya yang ada diperpustakaan dalam upaya untuk memperoleh argumen yang dikemukakan oleh para ahli yang sesuai dengan kajian yang akan diteliti. Dalam hal ini penulis berupaya untuk memperoleh literatur yang berhubungan dengan kejadian terutama yang berkaitan dengan teori-teori tentang usaha-usaha Karesidenan Lampung dalam mempertahankan wilayahnya dari serangan Belanda pada tahun 1949.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 1989: 188).

(31)

23

dan termasuk buku-buku lain dan berhubungan dengan masalah penelitian. (Nawawi, 1993 : 133-134).

Berdasarkan pendapat di atas, maka teknik dokumentasi yang penulis gunakan meliputi berbagai literatur buku, surat kabar, dokumenter dan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti yaitu tentang usaha-usaha Karesidenan Lampung dalam mempertahankan wilayahnya dari serangan Belanda pada tahun 1949.

D. Teknik Analisis Data

Langkah yang harus ditempuh setelah pengumpulan data yaitu analisis data. Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena analisis data digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok: (1) tema apa yang dapat ditemukan pada data ini, dan (2) seberapa jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut (Basrowi dan Suwandi, 2008: 192).

Analisis data menurut Moeleong yaitu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moeleong, 2004 : 280).

(32)

tidak diuji dengan rumus statik. Data-data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

Teknik analisa data kualitatif lebih mewujudkan kata-kata dari pada deretan angka yang menjadi bahan utama bagi ilmu-ilmu sosial. Data kualitatif merupakan sumber deskripsi yang luas dan berlandaskan kokoh serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu data yang berupa fenomena-fenomena yang terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dan karangan para sejarahwan sehingga memerlukan pemikiran dalam menyelesaikan masalah penelitian.

Dalam buku Metodologi Penelitian Sejarah karya Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar secara garis besar dijelaskan bahwa langkah-langkah teknik analisis data kualitatif dapat dilakukan sebagai berikut: Langkah–langkah dalam mengalisis data dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

(33)

25

berlangsung selama penelitian berlangsung. Fungsi dari reduksi data ini adalah untuk menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir sehingga interpretasi bisa ditarik. Data yang direduksi akan memberikan gambaran mengenai hasil pengamatan yang mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah penampilan data sekumpulan data yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dari pengambilan tindakan.

Bentuk penyajiannya antara lain dengan cara memasukkan data ke dalam sejumlah matrik, grafik, dan bagan yang diinginkan atau bisa juga hanya dalam bentuk naratif saja.

3. Pengambilan Kesimpulan dan verifikasi

Setelah data direduksi, dimasukan ke dalam bentuk bagan, matrik, dan grafik, maka tindak lanjut peneliti adalah mencari konfigurasi yang mungkin menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji selama penelitian berlangsung.

Langkah–langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan adalah :

1. Mencari data-data yang relevan dengan penelitian .

2. Menyusun data-data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber yang didapat di lapangan.

(34)
(35)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Bedasarkan analisis data tentang upaya penyelamatan Karesidenan Lampung dalam bidang militer dan poliik dari agresi militer belanda II tahun 1949 adalah sebagai berikut :

1. Membuat Pemerintahan darurat yang berpindah-pindah sebagai usaha penyelamatan Ibukota yang ingin diduduki dan direbut oleh Belanda.

2. Serangan gerilya yang didominasi penyerangan oleh ALRI dan dibantu oleh rakyat dan pemerintah daerah Lampung untuk melawan Belanda dan

3. Pertempuran terbuka yang terjadi di Metro Lampung tengah, trimurjo 12A dan Kalianda.

2. Saran

(36)

oleh bangsa Belanda menyulut semangat juang rakyat Lampung untuk mengusir Belanda dari wilayah Lampung. Oleh sebab itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Sebagai Generasi Penerus Bangsa, menikmati manisnya perjuangan kemerdekaan yang dilakukan para pendahulu kita dengan mengorbankan jiwa dan raga supaya menghargai jerih payah pejuang, meningkatkan jiwa Patriotisme dan jiwa Nasionalisme serta menyambung kemerdekaan dengan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik.

(37)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis. Bina

Aksara : Bandung. Halaman 91.

Bayu Surianingrat. 1992. Mengenal Ilmu Pemerintahan. Rineka Cipta: Jakarta.

Halaman 10

Basrowi dan Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif. PT. Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 158.

Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku I. CV. Mataram. Bandar Lampung 498 halaman. Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku II. CV. Mataram. Bandar Lampung 498 halaman. Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku III. CV. Mataram. Bandar Lampung 498 halaman

Depdikbud. 1991. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Cipta Adi Pustaka: Jakarta.

Halaman 131

H. Nasution. 1997. Disekitar perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 3. (Diplomasi sambil bertempur). PT Angkasa: Bandung. 669 Halaman Imron, Ali, Dkk. 1995. Sejarah Pembentukan Provinsi Lampung. CV.

Mataram. Bandar Lampung

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia : Jakarta. Halaman 8.

Moleong, Lexy J.1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Halaman 78-79.

(38)

___________________. 1975. Sejarah Nasional Indonesia.

Depdikbud:Jakarta. Halaman 244

Nazir, Muhammad. 1993. Metode Penelitian Masyarakat.Prosedur dan Strategi. Angkasa : Bandung. Halaman : 211.

S. Pamuji. 1992. Kepemimpinan Pemerintahaan di Indonesia. Bumi Aksara: Jakarta. Halaman 22-23

The Liang Gie. 1993. Pertumbuhan Pemerintahan daerah di Negara Republik Indonesia Jilid I. Liberty: Yogyakarta.

Zed, Mustika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta. Halaman 3.

Referensi

Dokumen terkait

dinyatakan bahwa varaibel gaya.. kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 7 Palu. Dengan demikian maka hipotesis ketiga

Jika dikaitkan dengan manajemen tabungan siswa di MIN 1 kota Palangka Raya kendala menghambatnya tabungan siswa ini adalah penggunaan waktu menabung yang terkadang

Alasan penulis merancang kampanye digital sebagai media promosi Sanggar Anak Alam karena konsep atau sistem pendidikan yang diterapkan oleh Sanggar Anak Alam

Dengan ini kami dari kelompok 4A menyatakan bahwa tugas review jurnal yang berjudul “Knowledge-Based Systems, Remarks on the Philosophy of Technology and

Selanjutnya cawan Petri diinkubasi pada suhu ruang dan pengamatan dilakukan terhadap luas koloni jamur patogen, dengan mencatat luas koloni patogen setiap hari untuk

tidak ada stridor saat istirahat Diperbolehkan pulang dengan edukasi Perburukan gejala Terapi sebagai croup derajat sedang. Petrocheilou A,Tanou K,

Peran ASEAN dalam menanggulangi masalah peredaran dan perdagangan narkotika ilegal di Asia Tenggara adalah sebagai fasilitator dengan mendorong negara-negara di

foto, peta atau ilustrasi lain yang terdapat dalam bacaan. 4) Guru dapat menyiapkan diri dengan membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Peserta