PELEPASLIARAN DAN PERILAKUHARIAN BURUNG TEKUKUR (Streptopelia chinensis) DI KEBUN KOPI, DESA FAJAR BARU, PAGELARAN
UTARA, PRINGSEWU
Oleh Anggi Romando
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PELEPASLIARAN DAN PERILAKU HARIAN BURUNG TEKUKUR (Streptopelia chinensis) DI KEBUN KOPI, DESA FAJAR BARU, PAGELARAN UTARA
PRINGSEWU Oleh
ANGGI ROMANDO1), ELLY LESTARI RUSTIATI2), SUGENG P HARIANTO3)
1)
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung 2)
Dosen Jurusan Biologi Fakultas FMIPA Universitas Lampung 3)
Dosen Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
Kebun Kopi Desa Fajar Baru adalah lokasi pelepasliaran burung tekukur yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Pringsewu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilakuharian burung tekukur (Streptopelia chinensis). Penelitian dilaksanakan dengan mengamati langsung burung tekukur di Kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu. Hasil penelitian menunjukkan Burung tekukur di kandang habituasi pada pagi dan sore hari banyak melakukan aktivitas istirahat, Perilaku harian burung tekukur jantan dan betina pada minggu pertama lebih banyak melakukan aktivitas mencari makan di lantai kebun. Pada minggu kedua, burung tekukur jantan dan betina banyak melakukan aktivitas istirahat di pohon Durian (Durio zibetinus). Perilaku harian burung tekukur jantan dan betina pada minggu ketiga lebih banyak melakukan aktivitas makan baik di lantai kebun maupun di pohon. Burung tekukur jantan dan betina sudah mampu beradaptasi dengan mencari makan sendiri dan tidak kembali kekandangnya.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Kerangka Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Burung tekukur………... 8
B. Perilaku………... 8
III. METODE PENELITIAN ... 14
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14
B. Alat dan Objek Penelitian ... 14
C. Batasan Penelitian ... 14
D. Jenis Data ... 14
E. Metode Pengumpulan Data ... 16
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 18
A. Letak dan Luas Desa …………... 18
B. Topografi dan Tanah ... 18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
A. Pemantauan Sebelum Pelepasliaran ………... 20
B. Pelepasliaran ……… 22
C.Pemantauan Paska Pelepasliara………... 22 D.Ancaman Terhadap Burung Tekukur ……… 25
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
A. Kesimpulan ... 26
B. Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
LAMPIRAN ... 30
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies
burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan
endemik Indonesia yang secara alami dijumpai di Indonesia (Sujatnika, 1995).
Menurut Utari (2000), kekayaan jenis burung yang tinggi karena Indonesia berada
di hutan tropis yang dikenal memiliki keanekaragaman cukup beragam, Indonesia
terletak pada dua wilayah penyebaran fauna terbesar yaitu wilayah Oriental dan
Australia. Keanekaragaman habitat yang cukup beragam ini disebabkan karena
hutan hujan tropis kaya struktur komposisi vegetasi yang mampu menyediakan
beragam habitat burung. Kehadiran burung merupakan salah satu indikator mutu
ekosistem hutan dan produktivitas kawasan hutan.
Salah satu habitat burung adalah tempat terbuka seperti pekarangan atau lahan
terlantar yang masih ditumbuhi berbagai macam pohon buah-buahan seperti
beringin (Ficus benjamina), salam (Syzygium polyanthum) dan jenis pohon
lainnya (Crosby, 1995). Meskipun kanopinya lebih terbuka dibandingkan dengan
burung. Komposisi jenis yang ditemukan pada masing-masing tipe penggunaan
lahan berkaitan erat dengan perannya dalam keseimbangan ekosistem. Sebagai
contoh, pohon beringin (Ficus benjamina) pada saat musim berbuah sering
dikunjungi berbagi jenis burung dari kelompok frugivora (dari suku Pycnonotidae,
Columbidae, Capitonidae, Dicidae) dan insektivora (suku Apodidae, Sylviidae).
Kelompok burung yang biasa mendiami struktur habitat tersebut adalah beluk
ketupa (Ketupa ketupu), perkutut jawa (Geopelia striata), tekukur biasa
(Streptopelia chinensis), cekakak belukar (Halcyon smyrnensis), cekakak sungai
(Halcyon chloris), bentet loreng (Lanius tigrinus), perenjak gunung (Prinia
atrogularis), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan merbah cerukcuk
(Pycnonotus goiavier) (Ayat, 2011).
Upaya konservasi perlu dilakukan di areal yang diperkirakan mendukung baik
kehidupan dan kehadiran burung. Langkah awal upaya tersebut dengan cara
melakukan pelepasliaran jenis dan melakukan penelitian tentang perilaku harian
sebelum dan setelah pelepasliaran tersebut. Kegiatan pelepasliaran dilakukan di
kawasan budidaya berupa kebun kopi (Coffea arabica), dan di dominasi jenis
tanaman perkebunan lainnya seperti pohon durian (Durio zibetinus), sirsak
(Annona muricata), manggis (Garcinia mangostana), alpukat (Persea
americana), jati (Tectona grandis), jambu air (Eugenia aquea), nangka
(Artocarpus integra), pete (Parkia speciosa), kelapa (Cocos nucifera), cempaka
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perilaku harian burung tekukur di kandang habituasi sebelum
pelepasliaran ?
2. Bagaimana perilaku harian burung tekukur di Kebun Kopi Desa Fajar Baru,
Pagelaran Utara, Pringsewu setelah pelepasliaran ?
3. Bagaimana keberhasilan pelepasliaran burung tekukur di Kebun Kopi, Desa
Fajar Baru, Pagelaran, Pringsewu setelah pelepasliaran ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perilaku harian burung tekukur (Streptopelia chinensis) di kandang habituasi
sebelum pelepasliaran.
2. Perilaku harian burung tekukur di kebun kopi desa Fajar Baru, Pagelaran
Utara, Pringsewu setelah pelepasliaran.
3. Keberhasilan pelepasliaran burung tekukur di kebun kopi desa Fajar Baru,
Pagelaran Utara, Pringsewu setelah pelepasliaran.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi tentang perilaku harian burung tekukur (Streptopelia
chinensis) sebelum dan setelah pelepasliaran pada habitat barunya di kebun
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah dalam upaya
konservasi, dan wisata di luar kawasan konservasi.
E.Kerangka Pemikiran
Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan di air yang masih
mempunyai sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh
manusia (UUD No. 5 tahun 1990). Salah satu jenis satwa liar yang sering
ditemukan adalah jenis burung. Burung merupakan salah satu sumber daya hayati
yang telah banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai hewan peliharaan
(Sujatnika, 2003). Di antara jenis burung tersebut adalah burung tekukur
(Streptopelia chinensis).
Burung tekukur merupakan jenis burung yang jarang ditangkarkan karena
cenderung lebih mudah didapatkan secara alami (Utari, 2003). Meskipun jenis
burung ini bukan merupakan jenis burung yang dilindungi menurut data
Convention International Trade in Endangered of Wildflora and Fauna (CITES,
2007), namun keberadaan burung ini harus tetap dilestarikan mengingat masih
banyaknya kegiatan ekspor burung berkicau yang terjadi. Hal ini dapat
membahayakan kelestarian dari jenis burung tekukur. Burung tekukur
merupakan spesies yang sebagian besar habitat atau sebarannya terdapat di
kawasan lahan terbuka seperti perkebunan.
Habitat yang digunakan burung seperti hutan campuran, merupakan habitat baru
yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Hutan tanaman hanya berupa tegakan
dengan mengubah dan merusak fungsi habitat burung seperti konversi lahan untuk
pemukiman, peternakan, perindustrian, dan pertambangan yang menyebabkan
keadaan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah dan ketidakseimbangan
ekosistem. Habitat merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan
kelimpahan atau komposisi jenis burung (Soehartono, 1997), sehingga perlu
ditingkatkan kualitasnya dengan upaya yang serius untuk memperhatikan
kelestarian satwa dengan kegiatan konservasi.
Kegiatan konservasi perlu dilakukan guna menjaga eksistensi sekaligus
memulihkan populasi burung. Konservasi burung dapat dilakukan secara ex-situ
(di luar habitat alaminya), di antaranya melalui penangkaran. Kegiatan
penangkaran burung tidak hanya untuk kegiatan konservasi jenis dan peningkatan
populasi, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pendidikan, penelitian dan
pengembangan wisata di luar kawasan konservasi.
Menyikapi hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan nyata konstruktif agar populasi
yang sedang menurun tersebut dapat pulih kembali, dengan cara melakukan upaya
pelestarian dan pemanfaatan jenis burung tersebut melalui penangkaran dan
pelepasliaran. Jenis burung yang dilepasliarkan yaitu burung tekukur yang
berasal dari kandang penangkaran milik pribadi, berjumlah dua ekor (satu jantan
dan satu betina). Dari kandang pemilik burung tersebut, dipindahkan ke kandang
habituasi yang berukuran 1 x 0,5 meter yang berada di kebun kopi Desa Fajar
Baru, Kecamatan Pagelaran Utara, Pringsewu.
Pengamatan perilaku harian burung tekukur sebelum dan setelah pelepasliaran
ini adalah perilaku harian burung tekukur sebelum dan setelah pelepasliaran serta
dapat diketahui apakah upaya konservasi seperti ini layak untuk dilakukan dalam
Habitat Burung
Konservasi Ex-Situ
Penangkaran
Berikut bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada (Gambar 1).
Gambar 1. Kerangka penelitian. Pelepasliaran
Penelitian
Perilakuharian di kandang habituasi sebelum
pelepasliaran
Perilakuharian di kebun kopi setelah pelepasliaran
Observasi langsung
Perilaku harian burung tekukur sebelum dan setelah pelepasliaran
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Burung Tekukur
Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang
terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China
Selatan dan Asia Tenggara di Timur. Tekukur hampir ditemukan di semua habitat
terbuka dan ranting pepohonan yang tinggi. Sering terlihat berkelompok,
bertengger di tajuk atas pepohonan sambil mencari makanan.
Berikut ini adalah klasifikasi lengkap dari burung tekukur (Soejoedono, 2001):
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Columbiformes
Sub ordo : Columbae
Familia : Columbidae
Sub Familia : Columbinae
Genus : Streptopelia
1. Morfologi
Menurut MacKinnon et al. (1998), burung tekukur memiliki ukuran tubuh sedang,
berwarna cokelat kemerah jambuan, ekor berukuran panjang dan bulu ekor terluar
memiliki tepi putih tebal, bulu sayap lebih gelap dari pada bulu tubuh, dan
terdapat garis-garis hitam khas pada sisi-sisi leher berbintik putih halus, iris mata
berwarna jingga, paruh hitam, dan kaki merah.
2. Habitat dan Penyebaran
Habitat burung tekukur berupa hutan, agroforest, perkebunan, permukiman, dan
persawahan, dan biasa hidup di sekitar permukiman dan mencari makan di atas
permukaan tanah (Mackinnon 1998). Menurut Soejoedono (2001), tekukur
termasuk Columbinae tersebar hampir di seluruh permukaan bumi, meliputi
daerah India sampai Asia Tenggara, Afrika, Australia, dan Karibia. Tekukur
tersebar luas dan umum (secara global) di Asia Tenggara, diintroduksi sampai
Australia dan Los Angeles (Amerika Serikat). Penyebaran secara lokal pada
umumnya ditemukan di seluruh Sunda besar terutama di daerah terbuka dan
perkampungan. Secara global burung tekukur tersebar di Filipina, Jawa, Bali, dan
Nusa Tenggara.
3. Perilaku
Perilaku hewan merupakan perilaku yang terlihat dan saling berkaitan baik secara
individu maupun bersama-sama atau kolektif dan merupakan cara hewan
berinteraksi secara dinamik dengan lingkungannya, baik dengan mahluk hidup
1985). Menurut Scott (1969), perilaku merupakan usaha adaptasi terhadap suatu
perubahan agar hewan tersebut tetap hidup. Perilaku hewan adalah ekspresi
semua binatang yang disebabkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya
(Suratmo, 1979).
Menurut Tanudimadja (1978), faktor-faktor yang mempengaruhi hewan
dinamakan rangsangan, stimuli atau agen, sedangkan aktifitas yang di timbulkan
adalah respon/tanggapan. Pola perilaku hewan merupakan segmen perilaku yang
mempunyai fungsi adaptasi. Dalam satu sistem perilaku terdapat beberapa
perilaku (Tanudimadja dan Kusumamiharja, 1985). Tanudimadja (1978),
mendefinisikan sistem perilaku sebagai sekelompok perilaku dengan fungsi umum
yang sama di mana terjadi perilaku seksual, perilaku makan dan minum, perilaku
menelisik bulu, perilaku berjemur, perilaku istirahat, perilaku agonistik, perilaku
teritorialitas, perilaku hirarki dominan. Burung tekukur di habitat liar merupakan
jenis satwa liar yang hidup di sekitar daerah pedesaan dan persawahan. Burung
tekukur bersarang sepanjang tahun pada sarang sederhana yang datar dan terbuat
dari ranting dan disusun pada semak-semak yang rendah. Dalam satu kali waktu
bertelur, burung tekukur betina dapat menghasilkan dua butir telur berwarna
putih. Bila merasa terganggu burung tekukur akan terbang dengan kepakan sayap
yang pelan dan khas (Soejoedono 2001).
4. Pola Perilaku
Pola perilaku merupakan segmen perilaku yang mempunyai fungsi adaptasi.
Dalam satu sistem perilaku terdapat beberapa perilaku (Kusuma Mihardja, 1985).
dengan fungsi umum yang sama di mana terjadi perilaku di alam, perilaku di
kandang, perilaku makan, perilaku minum, perilaku sexual, perilaku menelisik
bulu, perilaku berjemur, perilaku istirahat dan perilaku teritorial. Penjelasan
beberapa perilaku di atas sebagai berikut:
a. Perilaku di alam
Burung tekukur di habitat alaminya merupakan jenis satwaliar yang hidup
berdampingan dengan manusia, biasanya di sekitar daerah pedesaan dan
persawahan. Mencari makan di permukaan tanah serta sering berdiam diri
berpasangan di jalan-jalan terbuka dan sepi dari lalu lintas. Burung tekukur
bersarang sepanjang tahun pada sarang sederhana yang datar dan terbuat dari
ranting dan disusun pada semak-semak yang rendah. Dalam satu kali waktu
bertelur, burung tekukur betina dapat menghasilkan dua butir telur berwarna
putih. Bila merasa terganggu burung tekukur dan burung puter akan terbang
rendah di atas tanah dengan kepakan sayap yang pelan dan khas (Soejoedono
2001). Burung tekukur hampir ditemukan di semua habitat terbuka dan ranting
pepohonan yang tinggi dan sering terlihat berkelompok.
b. Perilaku di kandang
Burung tekukur di dalam kandang termasuk satwaliar yang menyukai suasana
tenang dan damai (tidak suka bertarung) sehingga burung ini mudah dipelihara
bersama dengan campuran burung lain dalam aviari. Namun pada musim berbiak
burung ini mempunyai kecenderungan menjadi pemberang dan mengusir burung
c. Perilaku seksual
Menurut Suratmo (1979), perilaku seksual berkaitan erat dengan proses
pengembangbiakan hewan yang dimulai saat dewasa kelamin dengan pertemuan
dan pemilihan pasangan. Hal ini terjadi karena ada dorongan biologis, sampai
saat dilakukannya perkawinan. Burung tekukur jantan saat musim kawin sering
mengeluarkan kicauan yang keras seperti ‘terkuku-terkuku’ sambil
mengganggukkan kepala dan menari-nari di hadapan burung tekukur betina. Hal
ini dilakukan burung tekukur jantan untuk menarik perhatian dari tekukur betina.
d. Perilaku makan dan minum
Perilaku makan mencakup konsumsi makan atau bahan-bahan yang bermanfaat
baik padat maupun cair (Thohari, 1978). Perilaku minum sering dilakukan setelah
makan (Broom, 1981). Perilaku minum disebabkan rasa kering pada tenggorokan
yang menjadi rangsangan untuk melakukan perilaku minum (Scott, 1969).
Burung mengambil makanan dan dimasukkan ke mulut biasanya dalam bentuk
potongan partikel kecil yang dibasahi oleh lendir, kemudian makanan langsung
ditelan. Laju metabolisme pada burung paling cepat dibandingkan hewan lainnya
maka akan cepat terlihat jika burung kekurangan nutrisi dalam pakannya (Welty,
1979). Hewan memulai aktivitas makannya pada pagi hari karena lapar, dengan
demikian pada pagi hari dipergunakan untuk aktivitas sepanjang hari.
e. Perilaku menelisik bulu
Perilaku menelisik bulu dilakukan burung tekukur saat waktu tertentu, burung
menempel pada bulunya. Menelisik bulu merupakan perawatan bulu yang
terterpenting, dilakukan dengan paruh, digerakkan atau digigit-gigit hingga
keujung dan gerakan ini khas untuk masing-masing jenis (Immelmann, 1980).
f. Perilaku berjemur
Burung berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan
mengembangkan bulu-bulu kepala, leher, punggung dan bagian belakang
tubuhnya serta mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya,
terkadang diikuti dengan membuka mulut (Tanudimadja, 1978).
g. Perilaku istirahat
Istirahat meliputi berdiri dengan satu-dua kaki atau duduk, bulu relaks, kepala
tergolek di leher dan terkadang mengambil posisi sedang tidur. Pada saat tidur
burung menarik dan menekuk kepalanya sehingga terlihat seperti bersandar pada
bagian punggung dan paruh disembunyikan di balik scapular (Tanudimadja,
1978).
h. Perilaku teritorialitas
Daerah teritorial adalah suatu daerah yang dipertahankan dengan mengusir
anggota lain dari spesiesnya sendiri (Mardiastuti, 1992). Areal ini secara khusus
digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan, pengasuhan, atau kombinasi
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 30 hari efektif pada tanggal 14 Juli - 22 Agustus
2013 di Kebun Kopi, Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
[image:20.595.116.508.349.720.2]
Gambar 2. Lokasi penelitian di Kebun Kopi, Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu dengan (Skala 1 : 50.000).
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera Nikon Coolpix L 26, jam
tangan Casio. Bahan yang digunakan adalah satu pasang burung tekukur.
C. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini meliputi:
1. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan
mendung. Apabila hujan maka penelitian tidak dilakukan dan digantikan hari
yang lain.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sepasang burung tekukur.
D. Jenis Data
1. Data Primer
Data mengenai perilaku harian burung tekukur diperoleh dari pengamatan
langsung di lapangan dengan mencatat perilaku harian, meliputi perilaku makan,
minum, bersuara, istirahat, pindah, berjalan di lantai dasar kebun, mengepakkan
sayap.
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi studi literatur yang mendukung penelitian di dapat dari
perpustakaan Universitas Lampung, seperti karakteristik lokasi penelitian berupa
keadaan umum lokasi penelitian dan data pendukung lainnya yang sesuai dengan
E. Metode dan Cara Kerja
Data perilaku harian burung diperoleh dengan memantau perilaku harian burung
tekukur yang berada di kandang habituasi sebelum dan setelah pelepasliaran,
ukuran kandang habituasi 1 x 0,5 meter. Sebelum dan setelah pelepasliaran ada
beberapa tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu yaitu :
1. Pemantauan sebelum pelepasliaran.
Pemantauan sebelum pelepasliaran dilakukan selama enam hari mulai tanggal 14 -
20 juli 2013. Tahapan sebelum pelepasliaran adalah pemeriksaan kesehatan.
Menurut Joseph (2001), sangat penting pemeriksaan fisik terhadap burung yang
akan dilepasliarkan. Tahapan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap
kedua burung tekukur adalah pemeriksaan fisik meliputi pengamatan visual
terhadap bentuk fisik yaitu kesempurnaan sayap, bulu, mata, kaki dan paruh.
Untuk membedakan burung tekukur jantan dan betina pada kaki tekukur jantan
diberi penanda gelang besi kekuningan. Pengamatan burung di kandang
habituasi dilakukan pagi hari pukul 06.00 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00
-18.00. Setelah burung dilepasliarkan pengamatan dilakukan dengan mencatat
perilaku selama perjumpaan. Pengamatan perilaku harian, burung tekukur
diamati pada jarak tertentu dengan pertimbangan burung tekukur tidak terganggu.
2. Pelepasliaran
Pelepasliaran dilakukan tanggal 21 Juli 2013 pukul 06.00 WIB dengan membuka
3. Pemantauan paskapelepasliaran
Pemantauan paska pelepasliaran dilakukan secara intensif selama 3 minggu mulai
tanggal 21 Juli - 22 Agustus 2013, untuk melihat tingkat keberhasilan
pelepasliaran dengan memantau dan mencatat perkembangan perilaku dan daya
ketahanan adaptasi burung yang dilepas terhadap lingkungan barunya. Indikasi
tingkat keberhasilan pelepasliaran burung tekukur meliputi: sudah mampu
beradaptasi dilingkungan barunya bisa mencari makan dengan sendirinya dan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Burung tekukur di kandang habituasi pada pagi dan sore hari banyak
melakukan aktivitas istirahat. Pada pagi hari (jantan 55,79% dan betina
62,82%) dan sore hari (jantan 60,33 % dan betina 70,28%).
2. Perilaku harian burung tekukur jantan dan betina pada minggu pertama setelah
pelepasliaran, lebih banyak melakukan aktivitas mencari makan di lantai dasar
kebun. Pada minggu kedua, burung tekukur jantan dan betina banyak
melakukan aktivitas istirahat di pohon Durian (Durio zibetinus). Perilaku
harian burung tekukur jantan dan betina pada minggu ketiga lebih banyak
melakukan aktivitas makan, baik di lantai kebun maupun di pohon.
3. Burung tekukur jantan dan betina sudah mampu beradaptasi dengan mencari
makan sendiri dan tidak kembali lagi ke kandangnya.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pemantauan keberadaan burung
DAFTAR PUSTAKA
Ayat. 2011. Tehnik Penangkaran Tekukur (Streptopelia chinensis) di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Bogor.
Broom, D. M. 1981. Biologi of Behavior. Cambrige University Press. London
Cites. 2007. Trade of protected animals is a crime. London
Crosby. 1995. Domestic Animal Behavior, Causes and Implication For Animal Care and Management. Prentige Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.
Djausal A. 2007. Kehidupan Burung di Kampus Unila. Lampung: Universitas Lampung.
Immelmann. 1980. Observational Study of Behavior : Sampling Methods. Behaviour
Joseph. 2001. Living : An Introduction To Biology. Addison Wesley Publishing Company, Inc. Canada
MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen. 1998. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (termasuk sabah, Serawak dan Brunei Darussalam). Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.
Mardiastuti. 1992. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Miharja K. 1985. Sukses Memelihara Tekukur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Scott, J.P. 1969. Animal Behavior. Cambrige University Press. London.
Soehartono. 2001. Tekukur. Surabaya: PT Trubus Agrisarana (anggota Ikapi).
Spark, J. dan D. Andrews. 1982. Bird Behavior. Publishing Hamlyn. London.
Sujatnika. 2003. Perbandingan Perilaku Harian Pasangan Burung Tekukur (Streptopelia chinensis) di Penangkaran. (Skripsi). Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Sujatnika. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia : Pendekatan Daerah Burung Endemik. PHPA/BirdLife International-Indonesia Programme. Jakarta.
Suratmo. 1978. Pelaksanaan Konverensi CITES Di Indonesia. Jakarta: Jica.
Tanudimadja, K. dan S. Kusumamiharja. 1985. Perilaku Hewan Ternak. Diktat. Jurusan Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Bogor.
Thohari. 1997. Upaya Penangkaran Satwa Liar. Media Konservasi, 1 (3) : 5-21
Utari, W.D. 2000. Keanekaragaman Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di Areal Hutan Tanaman Industri PT Riau Andalan Pulp dan Paper dan Perkebunan Kelapa Sawit PT Duta Palma Nusantara Group Provinsi Dati Riau. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/E00wdu.pdf. Diakses 11 Februari 2011.
Utari. 2003. Dasar-dasar Pembinaan Marga Satwa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Gambar 5. Kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu bulan Agustus 2013.
[image:28.595.115.511.441.714.2]\
Gambar 7. Burung tekukur yang beraktivitas istirahat di kandang habituasi kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.
[image:29.595.115.512.417.694.2].
Gambar 9. Pemeriksaan fisik burung di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.
[image:30.595.114.514.429.715.2]Gambar 11. Burung tekukur betina bertengger di pohon durian di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.
[image:31.595.117.512.416.713.2]Gambar 13. Burung tekukur jantan dan betina mencari makan di tanah kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.
[image:32.595.116.513.413.708.2]