KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA
(Skripsi)
Oleh
CAKRA GUMELAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
▸ Baca selengkapnya: contoh pertanyaan tentang potensi desa
(2)ABSTRACT
APPARATUS VILLAGE GOVERNMENT PERFORMANCE DEVELOPMENT POTENTIAL IN THE VILLAGE
(Studies in the Village State Park, East Lampung District of Way Lagerstroemia)
By The
CAKRA GUMELAR
Performance (performance) is an overview of the level of achievement of the implementation of the activities or programs or policies in realizing the goals, objectives, vision and mission in running the Village Government Village State Park authors observed when holding the observation is still not running properly several villages potential units, permasal a han in the thesis This is, a) How does the State Apparatuses Performance Village State Park, East Lampung District of Lagerstroemia Way in the development potential of the village.
CAKRA GUMELAR
(combined), data analysis is inductive, and qualitative research results further emphasize the significance of the generalization .
Based on the results of research and discussion, it can be concluded that fw Kine Village Government Apparatus natural d Developing Potential Village On State Park Village East Lampung District of Way Lagerstroemia not optimal it can be seen from the following penulaian(A) The work that has been done by village officials are still not optimal, (b) Skills Village Government Reform in Rural Development is not performing well, (c) the behavior of village officials are still sometimes less disciplined, (d) in the village head this is according to the narrative of the respondents still less to optimize the development potential of the village, in addition to the internal problems with some agencies still considered transparency in the management of financial assets and rural villages.
Suggestions in this study that can be submitted as follows: a) The need to set goals in order to generate employment Achievement In the Village Government Village optimal Development, b) The need for the development of expertise Apparatus Village Administration, c) The need for awareness of every individual especially with regard to Behavior Village Government Apparatus, d) The leader as a driving force for granted can lead A paratur p Governing d esa natural d p p Developing otensi d one in optimizing the development potential of the village in a fair and transparent.
ABSTRAK
KINERJA APARATUR PEMERINTAHAN DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA
(Studi di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur)
Oleh
CAKRA GUMELAR
Cakra Gumelar
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa dalam Pengembangan Potensi Desa Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur belum optimal hal tersebut dapat terlihat dari penulaian berikut (a) Hasil kerja yang telah dilakukan oleh aparatur desa masih kurang optimal, (b) Keahlian Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa tidak terlaksana dengan baik, (c) perilaku aparatur desa yang masih terkadang kurang disiplin, (d) Kepala Desa yang dalam hal ini menurut penuturan responden masih kurang mengoptimalkan pengembangan potensi desa, selain itu masalah internal dengan beberapa lembaga dianggap masih belum transparasi dalam hal pengelolaan aset desa dan keuangan desa.
Saran dalam penelitian ini yang dapat disampaikan yaitu: a) Perlunya menentukan tujuan untuk dapat menghasilkan Prestasi kerja Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa yang optimal, b) Perlunya pengembangan Keahlian Aparatur Pemerintahan Desa, c) Perlunya kesadaran dari setiap individu khusunya yang berkaitan dengan Perilaku Aparatur Pemerintahan Desa, d) Pemimpin sebagai motor penggerak sudah selayaknya dapat memimpin aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa dalam mengoptimalkan pengembangan potensi desa secara adil dan transparan.
KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA
Oleh
CAKRA GUMELAR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Allah SWT yang telah begitu banyak memberikan
Rahmat dan Hidayahnya kepada seluruh umatnya
Bapak dan Ibu Tercinta, serta keluarga besar yang telah
mendoakan dan menyayangiku sepenuh hati serta
mendukung dengan penuh keikhlasan
Adikku tersayang, Kresna Budi Kusuma
Sahabat-sahabat yang selalu menghadirkan
kebahagiaan, terimakasih karena kalian telah menjadi
bagian dari kehidupanku
MOTO
Bukan berapa umur yang kita capai, tapi apa yang telah kita capai
pada umur tersebut.
(Suwardi Sastra)
Yang kau lakukan menentukan yang kau hasilkan, dan yang
kemudian menentukan nilai dan harga mu bagi orang lain.
(Winarni)
Terkadang kita diberikan rasa kesepian yang mendalam, agar kita
lebih menghargai indahnya kebersamaan.
(Cakra Gumelar)
Hidup memang harus diperjuangkan, tetapi terlalu memaksakan
sesuatu hanya akan membuat perjuangan hidup terasa lebih
melelahkan.
(Anarika Sasmitta)
Hasil yang akan kita dapatkan tergantung kepada usaha yang kita
lakukan, berusahalah dengan baik karena kesuksesan akan hadir
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03
September 1992. Penulis merupakan putra pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Suwardi., S.Pd,M.M dan Ibu
Winarni. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri
01 Sidorejo pada tahun 1998 dan menyelesaikan studinya pada
tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah
Negeri 01 Sidomulyo yang diselesaikan pada tahun 2007 dan melanjutkan
pendidikan ke SMA Negeri 10 Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2010.
Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu pemerintahan,
Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur
SNMPTN. Pada awal tahun 2013 penulis mengikuti pengabdian kepada
masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pangkal Mas
Mulya, Kabupaten Way Mesuji.
Selama menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi internal kampus antara
lain Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan, dan Lingkar Studi
SANWACANA
Bismillahirohmanirohim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian perkuliahan di Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang
ditutup dengan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Aparatur Pemerintah
Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur Dalam
Pengembangan Potensi Desa.” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Universitas Lampung.
Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga
penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan, bimbingan dan saran dari
berbagai pihak, terutama dosen pembimbing, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak berikut:
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas lampung. Juga sebagai dosen pembimbing utama yang
telah banyak membantu dan bersedia membimbing, mengarahkan, serta
memberikan motivasi dan saran yang sangat berguna bagi penulis untuk
2. Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas
Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Dr. R. Pitojo Budiono, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan arahan dan banyak membantu selama proses perkuliahan.
4. Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. selaku dosen penguji yang telah memberikan
begitu banyak masukan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh dosen pengajar di Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung
yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan.
6. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan dan Petugas Ruang Baca.
7. Seluruh apatarur pemerintahan desa Taman Negeri telah memberikan izin
penelitian sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
skripsi ini.
8. Seluruh informan yang telah bersedia memberikan informasi sehingga penulis
dapat melaksanan penelitian ini.
9. Teristimewa untuk Bapak, Ibu dan Adikku tersayang, yang telah mendoakan,
mendidik, mendukung serta memberikan kasih sayang dan mendoakanku
dengan sepenuh hati.
10. yang telah mendukukung tanpa hentinya menberikan motivasinya agar dapat
segera menyelesaikan program pendidikan hingga selesai.
11. Teman-teman SMA Negeri 10 Bandar Lampung: Nyiayu Ika Pertiwi, Tarina
Virginova, Lia Imelda, Mukhlis, Heru, Nata, intan, Yandri, Putu, Arip, Galuh,
dan buat semua yang belum disebutin nama-namanya. Terimakasih telah
12. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA khususnya
angkatan 2010 : Monicha Angraini, Dimas, Azmi, Ahlan, Antarizki, Ali,
Angga, Edo, Harizon, Leo, Pangky, Sarip, Rike, Retno, Yuda, Putra, Radit,
Okta, Robi, Ryan, Jepe, Ardi, Alam, Ikhwan, Ricky, Budi, Genta, Ade,
Nofrico, Tano, Resti, Hero, Ilham, Adit, Kevin, Tiffany, Febri, Tiara, Rini,
Ayu, Eta, Yoan, Betty yang selama masa perkuliahan memberikan warna
kehidupan yang teramat Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
13. Terima kasih juga untuk kelompok komunitas TRAPAC, TRIACS,TRIBAL
yang selalu dapat berbagi dalam suka duka dalam setiap kegiatan.
14. Serta rekan-rekan yang telah berpartisipasi baik secara langsung maupun
tidak langsung, Anarika Sasmitta, Purniawati, Febrina Yohana Dewi, Galuh,
Suntan, Fadil, Rendi, Soster, Adi, Ryan, Trihantoro, Rahmat, Galih, Kahfi,
Rangga, I komang TDP, Johani, Kamto, Mislani, Catur, Tara terima kasih
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT
selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu dan
teman-teman semua. Hanya ucapaan terima kasih dan doa yang bisa penulis berikan.
Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Februari 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penulisan... 7
D. Kegunaan Penulisan... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Konsep Kinerja... 9
B. Desa dan Pemerintahan Desa... 15
C. Manajemen dan Administrasi Desa... 19
D. Keuangan Desa Penunjang pengembangan Potensi Desa... 21
E. Potensi Desa Upaya Pembangunan Desa……….. 25
F. Kerangka Fikir... 32
E. Teknik Pengumpulan Data... 38
F. Teknik Pengolahan Data ……….. 40
ii
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur,
Kabupaten Lampung Timur 42
4.2.Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi
Desa (Studi Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur
LampungTimur) ……….. 47
V PENUTUP
5.1Simpulan... 75
5.2Saran... 76
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar Halaman
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
HAW. Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa desa merupakan
Self Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Pemahaman bahwa
desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan
masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa
yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang
seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah, Karena dengan Otonomi desa
yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.
Pemerintahan Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya “Otonomi Desa”
(2003:3) diartikan sebagai:
“Penyelenggaraan Pemerintahan desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa
bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan desa dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati”.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah
kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa
2
Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan
masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang
berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang”.
Pemerintah Desa dijalankan oleh Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana
teknis sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa, Desa juga memiliki potensi
yang dapat dikembangkan berupa aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Tugas kepala Desa adalah menjalankan pemerintahan, membina ketertiban dan
ketentraman, serta menjaga supaya hukum yang dilanggar tidak di ulang kembali,
sedangkan tugas dan fungsi aparatur desa meliputi
Kinerja (performance) yang berkaitan dengan aparatur desa adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic
planing suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi
atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui
3
yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan, atau
target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target-target, kinerja seseorang
atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya. (Maya
Rosalina, eJournal pemerintahan integratif 2013)
Efisiensi dan efektivitas pemerintahan desa berkaitan dengan bagaimana
kelembagaan didaerah mampu melakukan fungsi-fungsi penyelenggaraan dengan
responsif sesuai dinamika di masyarakat secara transparan. Peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, upaya menarik investor ke daerah serta kejelasan pembagian
antara kewenangan pusat dan daerah merupakan hal-hal nyata yang coba dicapai dari
pelaksanaan otonomi daerah (Mochammad Jasin Dkk, 2007:3)
Keberhasilan suatu wilayah itu dilihat dari bagaimana pembangunan di desa, apakah
sudah mensejahterakan masyarakatnya atau tidak. Pengembangan potensi di desa
tidak dapat dilakukan dengan mengabaikan kota, desa dan kota memiliki potensi yang
berbeda sehingga dengan memadukan keduanya diperoleh keuntungan satu sama
lainnya, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan infrastruktur, tidak
dapat dipisahkan dari pertumbuhan dalam arti bahwa pembangunan infrastruktur
dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan.
Pembangunan yang mendorong tingkat pertumbuhan suatu desa, secara umum dapat
digambarkan dengan tingkat kemajuan suatu desa yang diperoleh dari potensi desa,
antara lain mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa
4
kelompencapir, penyuluhan, simulasi,dan lain-lain. Kesehatan, seperti puskesmas,
posyandu, dan BKIA. Ekonomi, seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan lumbung
desa.(http://wikipedia.com)
Desa Taman Negeri di Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur
merupakan desa berkembang dengan mayoritas penduduk adalah petani dan
pedagang, selain itu desa tersebut merupakan desa yang sudah cukup maju dibanding
dengan desa-desa lain hal tersebut berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dan
beberapa kelembagaan potensi desa seperti UPK, BPD, BUMDES,KUD dan
sebagainya yang tidak dijalankan semestinya sebagai penunjang untuk
mensejahterakan masyarakatnya. Selain itu apabila dilihat dari segi jumlah penduduk
yang cukup banyak serta dilihat khususnya jumlah pemuda yang ada masih kurang
diberdayakannya pemuda tersebut dalam sebuah wadah pengembangan kepemudaan
baik karang taruna maupun bidang keolahragaan.
Potensi desa yang dapat digali dari Desa Taman Negeri Way Bungur Lampung Timur
antara lain meliputi potensi sumber daya manusianya, dengan jumlah penduduk
kurang lebih 3167 jiwa dengan suku mayoritas adalah Jawa yang berada di daerah
yang meliputi Desa Taman Negeri memberi kemungkinan besar untuk dapat
mengembangkan potensi desa khususnya dibidang pertanian maupun peternakan,
selain itu dekatnya wilayah desa dengan Taman Rekreasi Way Kambas
memungkinkan sekali penduduk dapat mengembangkan upaya potensi desa rekreasi
untuk menambah daya tarik bagi pengunjung, lahan pertanian yang berada di desa
5
transmigrasi besar-besaran ketika tahun 1980 an, sehingga dari lahan tersebut yang
sebagian luasnya adalah dataran sehingga memungkinkan untuk dijadikan lahan
pertanian.
Desa Taman Negeri memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi desa
yang berkembang. Analisi potensi Desa Taman Negeri yang mendukung adalah
sebagai berikut:
a. Desa Taman Negeri merupakan kawasan pertanian yang subur dengan
penghasilan pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa,
dengan hasil pertaniannya meliputi padi, singkong serta tanaman hortikultura
yang lain.
b. Memiliki pendukung dalam bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan tetapi
sayangnya dalam hal ini belum memiliki kelompok tani yang terdidik secara
spesifik, serta belum dibentuknya koperasi usaha bersama.
c. Memiliki industri rumah tangga sebagai pendukung usaha desa. ini artinya bahwa
Desa Taman Negeri memiliki prospek pertumbuhan dan perkembangan yang baik
ke depan, hal ini dapat dilihat dari beberapa warga di desa tersebut banyak
memiliki industry rumahan yang menghasilkan produk makanan.
d. Tingkat Sumber Daya Manusia muda yang cukup dalam bidang pendidikan untuk
dikembangkan dalam kelembagaan desa, tetapi dalam hal ini dalam observasi
para pemuda di Taman Negeri masih kurang diberdayakan dan di ikut sertakan
6
Dalam menjalankan Pemerintah Desa di Desa Taman Negeri penulis mengamati
ketika mengadakan observasi adalah masih kurang berjalan dengan baik beberapa
unit potensi desa berupa usaha desa seperti Koperasi Desa,Unit Karang Taruna dan
sebagainya yang belum secara optimal dijalankan sebagai program desa hal tersebut
diakibatkan karena aparatur desa yang juga kesehariannya merupakan petani padahal
dari segi pendidikan dan SDM yang cukup berkualitas karena sibuk oleh
kesehariannya untuk bercocok tanam sehingga kurang menyempatkan untuk
mengembangkan potensi desa.
Kapasitas Aparatur Desa sebagai pelaksana pengembang potensi desa menjadi faktor
penunjang keberhasilan pelaksanaan program-program yang dibiayai ADD.
Kemampuan dan keterampilan Aparatur Desa sebagai pelaksana kebijakan
merupakan dasar dari pelaksanaan Pemerintahan khususnya dalam mengelola dan
mengembangkan potensi desa baik fisik maupun non fisik. Pada kenyataannya di
Desa Taman Negeri Potensi sumber daya manusia sebagai pelaksana Perangkat Desa
khususnya untuk mengembangkan potensi Desa dirasa kurang memadai jumlahnya
karena tidak semua perangkat desa berlatar belakang dari perguruan tinggi,
berdasarkan pra-riset tersebut di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur
Kabupaten Lampung Timur. Kondisi ini berdampak pada kurangnya pemanfaatan
potensi Desa sebagai penunjang keberhasilan dalam membangun desa dan
mensejahterkan masyarakatnya.
Mengingat potensi desa yang cukup banyak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat
7
berjalan efektif dan efisien, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa (Studi Di
Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur)”, agar dapat menjadi
bahan referensi bagi Pemerintah Daerah Way Bungur maupun Pemerintah Desa
Taman Negeri untuk lebih memahami dalam mengembangkan potensi desa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian adalah:
1. Bagaimanakah Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan
Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan adalah
1. Untuk mengetahui Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri,
Kecamatan Way Bungur Lampung Timur Dalam Pengembangan Potensi Desa.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Turut mengembangkan teori-teori ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan
manajemen pemerintah khususnya pemerintahan desa selain itu, penelitian ini
8
pengetahuan pada jurusan Ilmu Pemerintahan. Selain itu diharapkan juga bisa
dijadikan bahan rujukan bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan dikemudian hari.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai masukan dan informasi bagi aparat pemerintah desa khususnya di Desa
Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam meningkatkan
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Konsep Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi
yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan
untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.
Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa
tujuan-tujuan, atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target,
kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak
ukurnya.
Widodo (dalam Pasolong 2008: 175), mengatakan bahwa Kinerja adalah melakukan
suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil
seperti yang diharapkan. Menurut Mahsun (2006: 25) mendefinisikan kinerja
(performance) sebagai suatu gambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu kegiatan
atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi
10
“Performance” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kinerja, juga berarti
prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja/unjuk
kerja/penampilan kerja (BPKP, 2009: 9). Nasucha (2004: 107), kinerja organisasi
didefinisikan juga sebagai efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi
kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenan melalui usaha-usaha
yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk
mencapai kebutuhannya secara efektif.
Definisi indikator kinerja menurut Dwiyanto (dalam Nasucha, 2004: 119),
menyebutkan empat indikator untuk menilai kinerja organisasi sektor publik sehingga
dapat dideskripsikan bahwa suatu organisasi sektor publik dapat disebut atau dinilai
memiliki kinerja tinggi atau kinerja rendah, sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
(1) Productivity (produktivitas) adalah ukuran seberapa besar pelayanan publik itu
menghasilkan sesuai yang diharapkan. Produktivitas merujuk pada hasil kerja
dari pelayanan yang diberikan organisasi publik.
(2) Responsiveness (responsivitas) adalah ukuran kemampuan organisasi mengenali
kebutuhan masyarakat, dengan kata lain responsivitas merupakan daya tanggap
organisasi publik terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayaninya.
(3) Responsibility (responsibilitas) adalah ukuran apakah pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar. Responsibilitas organisasi
merujuk pada persesuaian pelaksanaan kerja organisasi dengan prosedur dan taat
11
(4) Accountability (akuntabilitas) adalah ukuran seberapa kebijakan dan kegiatan
sektor publik dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau konsisten dengan
kehendak rakyat dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pada era reformasi istilah kinerja bagaikan barang komoditi yang laris dijual, baik
dijual oleh mereka dari kalangan praktisi, pemerhati, maupun akademisi. Kendati
sesungguhnya belum diketahui dan di pahami secara benar apa yang dimaksud
dengan kinerja, bagaimana ukuran kinerja, dan bagaimana upaya untuk meningkatnya
kinerja. Jika dilacak, kinerja berasal dari kata “Performance”, yang artinya daya guna,
prestasi atau hasil. Menurut (Widodo ,2005: 78) kinerja adalah merupakan suatu
kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil
seperti yang diharapkan. Sementara itu, kinerja sebagai kata benda mengandung arti
“Thing Done” (suatu hasil yang telah dikerjakan). Sedangkan dalam (Sudarto ,1999:
3) mengungkapkan, bahwa Kinerja merupakan sebagai hasil atau unjuk kerja dari
suatu organisasi yang dilakukan oleh individu yang dapat ditunjukkan secara konkret
dan dapat di ukur.
Kinerja individu perorangan (individual performance) dan organisasi (organizational
performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi
tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan
atau dijalankan oleh kelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya
mencapai tujuan organisasi tersebut. Sementara itu, individu atau sekelompok orang
sebagai pelaksana dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan
12
lain, seperti keuangan dan peralatan yang dimiliki oleh organisasi. Dengan demikian,
kinerja lembaga (organisasi) salah satunya ditentukan oleh kinerja sekelompok orang
sebagai pelaku organisasi. (Linda Muchacha Paramitha, Jurnal Adminitrasi Publik
(JAP), Vol. 1, No. 4, Hal 91-100| 93)
Salah satu kinerja aparat dapat diartikan sebagai suatu bentuk ukuran efisiensi dan
efektivitas tidaknya suatu organisasi dijalankan. Sedangkan menurut (Handoko ,1986:
7) mengungkapkan untuk mengukur kinerja (performance) seseorang ada dua
konsepsi utama yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Efisiensi ini merupakan konsep
matematis atau merupakan perhitungan rasional keluaran yang lebih tinggi (hasil,
produktivitas, performance) disbanding masukan-masukan (tenaga kerja, bahan,
uang, mesin, dan waktu). Dengan kata lain dapat memaksimumkan keluaran dengan
masukan terbatas. Sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Seorang karyawan yang efektif adalah seorang yang dapat memilih pekerjaan yang
dapat dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan berbagai pernyataan tentang kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah Perbuatan, Penampilan, Prestasi, daya guna dan untuk kerja dari suatu
organisasi atau individu yang dapat ditunjukkan secara nyata dan dapat
diukur.Bertitik tolak dari kata kinerja di atas maka dapat kita bahas tentang
pengertian kinerja aparat di mana kinerja aparat tidak lain dari hasil kerja pegawai
13
orang yang bekerja pada pemerintahan. (Linda Muchacha Paramitha, Jurnal
Adminitrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal 91-100| 93)
Instrumen pengukuran kinerja merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kinerja
individu seorang pegawai, (BPKP, 2009: 9) Substansi instrumen pengukuran kinerja
ini terdiri atas aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan tugas dan
yang dapat diukur meliputi :
a. Prestasi kerja (achievement): yaitu hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas
baik secara kualitas maupun kuantitas kerja.
b. Keahlian (skill): yaitu kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam
bentuk kerja sama, komunikasi, inisiatif, dan lain-lain.
c. Perilaku (attitude): yaitu sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada
dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku di
sini juga mencangkup kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin.
d. Kepemimpinan (Leadership): ini menyangkut tentang kemampuan manajerial dan
seni dalam member pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan
pekerjaan secara tepat dan cepat termasuk pengambilan keputusan dan penentuan
14
Dalam kinerja juga sangat dibutuhkan suatu pengelolaan atau yang biasa disebut
dengan manajemen, hal tersebut nantinya akan berkaitan dengan tingkan keberhasilan
dari suatu kinerja dalam mencapai suatu tujuan atau goal, kata pengelolaan
sebenarnya dapat disamakan dengan manajemen, berarti pula pengaturan atau
pengurusan ( Suharsini Arikunto, 1993: 31). Menurut Stoner (dalam Kaho 1997: 228)
manajemen dapat dilihat sebagai proses, yakni: proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Maka, pengelolaan dapat diartikan
sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang
untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Sesuai dengan
pernyataan Giffin dalam jurnal yang beralamat di
“management is the process of planning and decision making, organizing,
leading and controlling and organization human, financial, physical and information recources to archieveorganizational goals in an efficient and
effective manner”. (manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Menurut Nanang Fattah (2004: 1) dalam proses manajemen terlihat terlibat
fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpin (leading) dan
pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi
dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Sedangkan, menurut Sahdan, dkk. (2006: 23) pengelolaan meliputi perencanaan,
15
Berdasarkan definisi manajemen di atas secara garis besar tahap-tahap dalam
melakukan manajemen meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan. Dalam penelitian ini proses pengelolaan meliputi proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.
B. Desa dan Pemerintahan Desa
Sejarah pengaturan Desa menurut Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 telah
ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa, yaitu Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya
Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 1 Ayat (12) Undang-Undang 32 tahun 2004 yang dimaksud desa atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat
16
Republik Indonesia, selanjutnya Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan
pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,
demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan
kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan ( Lembar BAB I Ketentuan Umum Undang-Undang 32 tahun 2004, dan
diatur lebih khusus pada Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa).
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di
daerah Kabupaten (Sri Kartini 2000:22), dalam pengertian lain pengertian desa
adalah suatu perwujudan geografi yang ditimbulkan oleh unsur sosial, politis, dan
kultural yang terdapat disitu dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan
daerah-daerah lain.(R.Bintaro, 1969:95)
Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”
menyatakan bahwa: (HAW.Widjaja,2003:3)
“Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan
pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,
17
Dalam pengertian Desa menurut HAW. Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 di
atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community yaitu komunitas yang
mengatur dirinya sendiri. Pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk
mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial
budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis
sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi
Daerah. Sehingga dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara
signifikan perwujudan Otonomi Daerah.
Pemerintahan Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya “Otonomi Desa”
Pemerintahan Desa diartikan sebaga:
“Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa
bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati”.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah
kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa
yaitu Kepela Desa dan Perangkat Desa.
Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan
masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang
berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
18
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang”.
Kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah
Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa Adat. Desa dan Desa Adat pada
dasarnya melakukan tugas yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah
dalam pelaksanaan hak asal-usul, terutama menyangkut pelestarian sosial Desa Adat,
pengaturan dan pengurusan wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaan
ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat hukum adat, serta pengaturan
pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.
Menurut Roucek dan Warren (1962), masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai
berikut: (Studio Perencanaan Desa 2011. http://desalebakjabung.wordpress.com.
Akses (02/03/2014)
1. Besarnya peranan kelompok primer
2. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan
Kelompok/asosiasi.
3. Hubungan lebih bersifat intiem dan awet
4. Homogen
5. Mobilitas sosial rendah
6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi
19
C. Manajemen dan Administrasi Desa
Administrasi berhubungan dengan kegiatan kerja sama yang dilakukan manusia atau
kelompok sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Untuk lebih memahami
mengenai Administrasi Pemerintahan Desa, maka penulis akan menjelaskan terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan Administrasi, Administrasi Pemerintahan,
Administrasi Pemerintahan Desa.
Administrasi merupakan penyusunan dan pencatatan data serta informasi secara
sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan
memperoleh kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain.
Admistrasi merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya,
apabila administrasi ditelaah lebih dalam, terlihat bermacam-macam cara atau
pekerjaan yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan.
Administrasi Pemerintahan berasal dari istilah asing Administration (inggris) atau
Bestuurs Administrasi (Belanda) dapat diartikan sebagai berikut:
1. fungsi-fungsi pengendalian administrasi oleh badan-badan atau instansi
Pemerintah dari segala tingkatan guna melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan
Pemerintah sesuai dengan wewenang masing-masing seperti ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
2. Penggunaan prinsip-prinsip serta ilmu administrasi Negara oleh badan-badan atau
instasi Pemerintah agar terdapat tertib administrasi ialah kegiatan yang berhubungan
20
sinkronisasi, delegasi wewenang, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
sebagainya.
Administrasi Pemerintahan Desa adalah semua kegiatan atau proses yang
berhubungan dengan pelaksanaan dari tujuan Pemerintah Desa, di dalam pelaksanaan
administrasi Pemerintahan Desa peraturan-peraturan di dalam tersebut merupakan
landasan mengenai struktur, pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab
Pemerintah Desa, Kepala Desa dan Pamong Desa sejak tahun 1905. Seperti yang kita
ketahui Administrasi merupakan kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh
sekelompok orang/organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sama halnya dengan Administrasi Pemerintah Desa yang merupakan
suatu organisasi yang dipimpin oleh Kepala Desa yang dipilih langsung oleh rakyat
dan dibantu oleh perangkat-perangkat Desa lainnya.
Menurut supriadi dalam bukunya “Desa Kita” mengartikan tentang Administrasi
Pemerintahan Desa adalah : ( Supriadi, M. 1984:48)
“Semua kegiatan yang bersumber pada wewenang Pemerintah Desa yang
terdiri atas tugas-tugas, kewajiban, tanggung jawab dan hubungan kerja, yang
dilaksanakan dengan berlandaskan peraturan-peraturan perundang-undangan
yang berlaku, guna menjalankan Pemerintahan Desa”.
Administrasi Pemerintahan Desa adalah proses kegiatan yang dilakukan Pemerintah
Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu oleh Perangkat-perangkat Desa
21
D. Keuangan Desa Penunjang Pengembangan Potensi Desa
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Kegiatan Tata Usaha Keuangan Pemerintahan Desa diantaranya yaitu :
1. Kepala desa berkewajiban mengelola mengenai pendapatan dan pengeluaran
keuangan desa.
2. Mengerjakan pembukuan mengenai pendapatan dan pengeluaran keuangan milik
Pemerintah Desa.
3. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Desa.
4. Membuat pertanggungjawaban keuangan desa.
5. Dan lain sebagainya.
Pendapatan Desa ialah segenap penerimaan yang sah yang dapat dinilai dengan uang
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber-sumber ialah sumber-sumber pendapatan
Desa yang pada umumnya sebagai berikut:
1. Sumbangan-sumbangan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang
perlu merealisasikan dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
masing-masing sebesar 10% untuk dana alokasi desa. Adapun jenis-jenis
sumbangan dari Pemerintah Pusat, adalah sebagai berikut :
a. Bantuan, subsidi, atau sumbangan dari Pemerintah Pusat.
22
c. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten.
d. Sumbangan atau hadiah dari panitia-panitia perlombaan, dan
e. Sebagian pajak dan retsibusi yang diberikan kepada Desa.
2. Dari masyarakat adalah sumber dari masyarakat dikenal dengan berbagai sebutan,
seperti : pungutan desa, gotong royong, swadaya, iuran, urunan, dan lain-lain.
3. Dari pihak ketiga adalah Pemerintah Desa dapat menerima sumber dari pihak
ketiga yang bersifat tidak mengikat dan sah. Misalnya dari yayasan, badan-badan
dan organisasi.
4. Dari kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan bagi desa
bersangkutan, kekayaan desa tersebut di atas terdiri atas :
a. Tanah kas
b. Pasar desa
c. Bangunan desa
d. Objek rekreasi yang diurus desa
e. Pemandian umum yang diurus desa
f. Hutan desa
g. Tempat-tempat pemancingan di hutan
h. Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa
i. Jalan desa
Sumber pendapatan Desa menurut Prof. Drs HAW. Widjaja dalam bukunya yang
berjudul “Otonomi Desa”, sumber pendapatan Desa terdiri atas:
23
Sumber pendapatan desa terdiri atas : pendapatan asli desa yang meliputi :Hasil usaha
desa;Hasil kekayaan desa;Hasil swadaya dan partisipasi;Lain-lain pendapatan asli
desa yang sah.
a.Bantuan dari Pemerintah Kabupaten yang meliputi :
1) Bagian perolehan pajak dan retsibusi daerah masing-masing sebesar 10%
untuk dana alokasi desa; dan
2) Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah.
a)Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi.
b)Sumbangan dari pihak ketiga
c)Pinjaman desa
2. Pemilikan dan Pengelolaan, yang meliputi :
a. Sumber pendapatan yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa tidak
dibenarkan diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pemberdayaan
potensi Desa dalam meningkatkan pendapatan Desa dilakukan antara lain
dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMD), kerja sama dengan
pihak ketiga dan wewenang melakukan pinjaman.
Sumber pendapatan daerah yang berada di desa, baik pajak maupun retribusi
yang telah dipungut oleh Daerah Kabupaten tidak dibenarkan adanya
pungutan oleh Pemerintah Desa. Pendapatan Daerah dari sumber tersebut
terus harus diberikan kepada desa yang bersangkutan dengan pembagian
secara proporsional dan adil. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
24
b. Kegiatan pengelolaan APBDes yang ditetapkan setiap tahun meliputi
penyusunan anggaran pelaksanaan tata usaha keuangan dan perubahan serta
perhitungan anggaran.
Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) Undang-undang
No.6 Tahun 2014 Tentang Desa bersumber dari:
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima Kabupaten/Kota;
e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.
Menurut Soemantri tujuan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:
a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan
b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat
desa dan pemberdayaan masyarakat
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan
d. Meningkatkanpengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam
25
e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat
g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat
h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes)
(Soemantri 2011: 157)
Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa, Dalam
rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa melimpahkan sebagian
kewenangan kepada perangkat Desa yang ditunjuk, Belanja Desa diprioritaskan
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam Musyawarah Desa
dan sesuai dengan prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah. Kebutuhan pembangunan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 74 ayat (1) Undang-undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa tidak terbatas pada
kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan
masyarakat Desa.
E. Potensi Desa dan Upaya Pembangunan Desa
Potensi desa adalah segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
dimiliki desa, potensi desa ini meliputi sumber-sumber alami dan sumber manusiawi
yang tersimpan dan yang dapat diharapkan manfaatnya bagi kelangsungan dan
26
1.Unsur tanah, dimana tanah ini merupakan factor terpenting bagi penghidupan warga
desa
2.Unsure air, yang menentukan bagi kepentingan sehari-hari dan pengairan
3.Cuaca dan iklim yang menjadi peranan penting bagi desa agraris
4.Ternak, yang berfungsi sebagai sumber tenaga hewan, sumber bahan makanan dan
sumber keuangan
5.Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah, produsen dan konsumen (http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)
Disamping potensi fisik, potensi non fisik tidak dapat diabaikan sebagai “the man
behind the gun “. Potensi non fisik yaitu ;
a. Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong-royong dan dapat merupakan
suatu kekuatan berproksi dan kekuatan membangun.
b. Lembaga social, lembaga pendidikan dan lembaga lain yang dapat memberikan
bantuan social serta bimbingan dalam dalam arti positif.
c. Aparatur dan pamong desa, yang menjadi sumber kelancaran dan tertibnya jalan
roda pemerintahan desa.
(http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)
Selain itu potensi desa juga disebut sebagai sebagai sumber daya manusia yang
terdapat di desa yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat desa.
Dengan demikian dalam usaha mengembangkan desa perlu ada:
1. Pemimpin desa yang mampu membimbing dan mengetahui besar lingkungan
27
2. Aparatur desa yang memilikitertib administrasi desa. Perlu peningkatan dalam
seluk-beluk keadministrasian dan tata usaha kantor.
d. Warga desa, yang dapat menyesuaikan dengan pembangunan desa dalam arti
sempit dan luas. (http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)
Penatarn dalam bidang usaha-usaha/menambah hasil bbumi dan sebagainya perlu
diadakan secara continue. Untuk kesemuanya ini unsure-unsur pimpinan desa,
aparatur desa dan warga desa menentukan tingkat/stadium desa.
Desa dengan perkembangannya bisa dilihat dengan cara yaitu membangun,
membangun desa adalah merespon tiga lingkungan desa yaitu alami budaya dan
social ekonomi dengan cara yang tepat. Perkembangan desa juga bias dirasakan
adanya alat transfortasi bagi masyarakat, dengan adanya alat-alat semacam itu, bias
sedikit membantu suatu desa itu untuk maju,karena ditinjau dari sisi potensi fifiknya
saja sudah melimpah ruah, apalagi kalau memang cirri-ciri desa itu berkembang juga
baik maka sudah sepantasnyalah sumber daya manusianya juga tidak
ketinggalan,karena perkembangnya suatu desa itu juga di dorong akan
penduduk-penduduk yang bermukum di desa tersebut,bias penduduk-penduduk desa itu melestarikan
potensi yang ada maka baik lah perkembangan desa tersebut secara keseluhan.
Contohnya saja kalau dilihat dikawasan aceh di daerah aceh selatan, disitu memang
sudah sangat bagus sekali baik itu dari potensi fisiknya maupun nonfisik,terdapatnya
pohon pala, lalu siapa yang mengolah kalau bukan penduduk di sekitarnya,guna
28
desa tresebut, sehingga maju lah suatu desa(tidak tertinggal) sesuai dengan
pengetahuan dan pendidkan yang di ajarkan di setiap masing-masing desa.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan desa adalah sebagai
berikut:
Ditinjau dari perkembangan desa berdasarkan mata pencaharian penduduk yaitu ;
1. Desa petani
2. Desa nelayan
3. Desa industry
(http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)
Keberhasilan suatu wilayah itu dilihat dari bagaimana pembangunan di desa, apakah
sudah mensejahterakan masyarakatnya atau tidak. Pengembangan potensi di desa
tidak dapat dilakukan dengan mengabaikan kota, desa dan kota memiliki potensi yang
berbeda sehingga dengan memadukan keduanya sehingga diperoleh keuntungan satu
sama lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan
infrastruktur, tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dalam arti bahwa
29
Pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat adanya pembangunan, secara umum, tingkat
kemajuan suatu desa ditentukan oleh Potensi desa, yang mencakup potensi sumber
daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa seperti Badan Perwakilan Desa
(BPD). Pendidikan seperti perpustakaan desa, kelompencapir, penyuluhan,
simulasi,dan lain-lain. Kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, dan BKIA. Ekonomi,
seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan lumbung desa.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Desa)
Berikut beberapa potensi desa yang dapat dikembangkan dalam setiap desa dalam
rangka untuk memajukan desa dan mensejahterakan masyarakatnya antara lain:
1. Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa.( Lembar Pendahuluan UU NO.6 Tahun 2014 Tentang Desa)
Badan Usaha Milik Desa (atau disingkat BUMDes) merupakan usaha desa yang
dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan hukum. Pemerintah Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa.
Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat
30
Desa, tabungan masyarakat, bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota, pinjaman, atau penyertaan modal pihak lain atau kerja
sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. Badan Usaha Milik Desa dapat
melakukan pinjaman, yang dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.
( BUMDesa, http://id.wikipedia.org.akses (02/03/2014)
BUMDes merupakan instrumen pemberdayaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam
jenis potensi. Pemberdayaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan
kesejahteran ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka.
Disamping itu, keberadaan BUMDes juga memberikan sumbangan bagi peningkatan
sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.
Tujuan didirikannya BUMDes adalah dalam rangka memperkuat perekonomian desa
yang dalam arti detil adalah meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penghidupan
masyarakat desa tersebut, yang ditinjau dari segi ekonomi desa. Itulah mengapa
dalam melaksanakan kegiatannya, BUMDes harus berorientasi pada kebutuhan dan
potensi desa.
Usaha yang dikembangkan Bumdes adalah yang merupakan potensi di desa itu,
sehingga akan lebih baik lagi jika potensi tersebut adalah potensi yang unik dan khas
serta memenuhi syarat sebagai pemenuhan kebutuhan msyarakat. Potensi desa yang
31
bisa juga usaha-usaha masyarakat yang secara parsial belum terakomodasi dan
terkendala oleh banyak hal, apakh dari segi modal, pemasaran atau dari lainnya.
Tujuan lain pembentukan BUMDes yaitu peningkatan Pendapatan Asli Desa
(PADesa). Jika PADesa bisa ditingkat maka secara makro ekonomi desa, akan
didapat dana pengelolaan dan pembiayaan pembangunan untuk desa tersebut.
Sehingga apabila pembangunan di desa dapat berjalan dengan baik, diharpkan akan
berimbas pada naiknya kualitas hidup masyarakat serta pembangunan desa.
Menurut Ginanjar dalam Riyadi (2005: 04) mengatakan bahwa pembangunan
merupakan suatu proses perubahan yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana. Sedangkan menurut Saul M. Katz dalam Yuwono (2001: 47)
pembangunan sebagai perubahan sosial yang berasal dari suatu keadaan tertentu
keadaan yang dipandang lebih bernilai. Dari konsep tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembangunan merupakan suatu usaha perubahan untuk menjadi keadaan
kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Pembangunan kawasan perdesaan menjadi sangat penting karena sebenarnya hal itu
menunjukkan bahwa merupakan masalah yang terpenting yang dihadapi oleh
negara-negara yang sedang berkembang, yang umumnya ditandai dengan adanya perbedaan
tajam terutama pada tingkat pola hidup antara masyarakat kota dengan masyarakat
desa. Dalam pembangunan pedesaan yang akhir-akhir ini mendapat respon yang
bagus dari pemerintah karena merupakan salah satu dari tujuan pemerintahan adalah
32
layak. Mengutamakan manusia dalam proyek-proyek pembangunan pedesaan
dipandang manusiawi dari para perencana juga dapat pula diartikan sebagai suatu
permintaan yang sungguh-sungguh agar memberikan prioritas pada faktor dasar
dalam pembangunan pedesaan. Proyek-proyek pembangunan potensi pedesaan adalah
sarana bagi pertumbuhan dan perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
ekonomi.
F. Kerangka Pikir
Kinerja dapat diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut
mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini
berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada
tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak dapat mungkin dapat
diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja aparatur pemerintahan Desa Taman
Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa
(berfokus pada Prestasi Kerja, Keahlian, Perilaku dan Kepemimpinan) dan
mengetahui faktor pendukung dalam pengembangan potensi desa.
Berdasarkan fokus penelitian tersebut akan diketahui kinerja aparatur Pemerintahan
Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan
potensi desa. Pengembangan potensi desa oleh pemerintah desa akan berimplikasi
pada pembangunan dan kesejahteraan perdesaan. Pengembangan potensi desa dapat
33
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar. Kerangka Pikir
Potensi Tanah
Potensi Sumber Daya
Manusia
Potensi Industri Rumah
Tangga
Potensi Peternakan
POTENSI
DESA
KINERJA APARATUR PEMERINTAH
DESA
Prestasi kerja (achievement)
Keahlian (skill) Perilaku (attitude) Kepemimpinan
34
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif pada hakikatnya adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Sugiyono, 2013: 1). Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Data-data
yang dikumpulkan di lapangan adalah data-data yang berbentuk kata dan perilaku,
kalimat, skema dan gambar dengar latar belakang alamiah, manusia sebagai
instrumen. Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan fenomena sosial yang diteliti.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data
yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian
35
Penelitian ini menggunaan tipe penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian
ini menjelaskan secara rinci dan menyeluruh dalam menjawab masalah yang akan
diteliti.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pedoman untuk mengambil data apa saja yang relevan
dengan permasalahan penelitian. Fokus penelitian harus konsisten dengan
permasalahan dan tujuan penelitian yang diterapkan terlebih dahulu. Fokus penelitian
juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil
penelitian yang telah diterapkan (Moleong, 2006: 92).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti memfokuskan penelitian ini pada kinerja aparatur
pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam
pengembangan potensi desa yang dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai
berikut.
1. Prestasi kerja (achievement): yaitu hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas
baik secara kualitas maupun kuantitas kerja.
2. Keahlian (skill): yaitu kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam
bentuk kerja sama, komunikasi, inisiatif, dan lain-lain.
3. Perilaku (attitude): yaitu sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada
dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku di
36
4. Kepemimpinan (Leadership): ini menyangkut tentang kemampuan manajerial dan
seni dalam memberi pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan
pekerjaan secara tepat dan cepat termasuk pengambilan keputusan dan penentuan
prioritas.
C. Jenis Data
Menurut Sugiyono (2013: 2) kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang
pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya,
bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna
dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari
lapangan (Lofland dalam Moleong, 2006: 157). Dalam penelitian ini data primer
diperoleh melalui wawancara mendalam dengan cara tatap muka antara peniliti dan
informan. Untuk mendapatkan data primer melalui wawancara tatap muka maka
informan telah ditentukan secara sengaja, artinya dipilih berdasarkan pertimbangan
bahwa informan mengetahui secara baik tentang kinerja Aparatur Pemerintahan Desa
Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan
potensi desa.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi
37
sekunder dapat berupa naskah, dokumen resmi dan sebagainya yang menunjang
penelitian ini. Data sekunder yang didapat pada penelitian berupa Undang-undang,
peraturan pemerintah dan peraturan daerah.
D. Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai
memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Sejalan dengan hal tersebut
menurut Sugiyono (2006: 54):
Penentuan informan caranya dengan peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari informan sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.
Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria
tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Informan dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1. Kepala Desa
2. Perangkat Desa
3. Masyarakat Desa Taman Negeri (dikelompokkan Tim Penggerak kelembagaan
desa seperti LPMD, PKK tingkat Desa, Karang Taruna, Pemuka Adat/Agama,
38
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang diterapkan. Sugiyono (2013: 63) menyatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta, wawancara dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2006: 72) wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan permasalahan
yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan
yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
keyakinan pribadi.
Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi
39
mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti dengan menggunakan
metode wawancara mendalam, peneliti dapat memperoleh data yang lebih mendalam,
terperinci dan gambaran jelas mengenai kinerja aparatur pemerintahan desa Taman
Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan informan
yakni sebagai berikut:
1. Kepala Desa Taman Negeri
2. Sekretaris Desa Taman Negeri
3. Bendahara Desa Taman Negeri
4. Badan Permusyawaratan Desa Taman Negeri
5. Tokoh Masyarakat Taman Negeri
6. Tokoh Pemuda Taman Negeri
7. Tokoh Adat Taman Negeri
(Daftar Wawancara Terlampir).
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui proses pengamatan. Pengamatan
difokuskan pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang memberikan informasi
dan pandangan benar-benar berguna (Moleong 2006:173) Menurut Marshall dalam
Sugiyono (2013: 64) melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna