• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA APARATUR PEMERINTAHAN DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA APARATUR PEMERINTAHAN DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA

(Skripsi)

Oleh

CAKRA GUMELAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

▸ Baca selengkapnya: contoh pertanyaan tentang potensi desa

(2)

ABSTRACT

APPARATUS VILLAGE GOVERNMENT PERFORMANCE DEVELOPMENT POTENTIAL IN THE VILLAGE

(Studies in the Village State Park, East Lampung District of Way Lagerstroemia)

By The

CAKRA GUMELAR

Performance (performance) is an overview of the level of achievement of the implementation of the activities or programs or policies in realizing the goals, objectives, vision and mission in running the Village Government Village State Park authors observed when holding the observation is still not running properly several villages potential units, permasal a han in the thesis This is, a) How does the State Apparatuses Performance Village State Park, East Lampung District of Lagerstroemia Way in the development potential of the village.

(3)

CAKRA GUMELAR

(combined), data analysis is inductive, and qualitative research results further emphasize the significance of the generalization .

Based on the results of research and discussion, it can be concluded that fw Kine Village Government Apparatus natural d Developing Potential Village On State Park Village East Lampung District of Way Lagerstroemia not optimal it can be seen from the following penulaian(A) The work that has been done by village officials are still not optimal, (b) Skills Village Government Reform in Rural Development is not performing well, (c) the behavior of village officials are still sometimes less disciplined, (d) in the village head this is according to the narrative of the respondents still less to optimize the development potential of the village, in addition to the internal problems with some agencies still considered transparency in the management of financial assets and rural villages.

Suggestions in this study that can be submitted as follows: a) The need to set goals in order to generate employment Achievement In the Village Government Village optimal Development, b) The need for the development of expertise Apparatus Village Administration, c) The need for awareness of every individual especially with regard to Behavior Village Government Apparatus, d) The leader as a driving force for granted can lead A paratur p Governing d esa natural d p p Developing otensi d one in optimizing the development potential of the village in a fair and transparent.

(4)

ABSTRAK

KINERJA APARATUR PEMERINTAHAN DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA

(Studi di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur)

Oleh

CAKRA GUMELAR

(5)

Cakra Gumelar

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa dalam Pengembangan Potensi Desa Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur belum optimal hal tersebut dapat terlihat dari penulaian berikut (a) Hasil kerja yang telah dilakukan oleh aparatur desa masih kurang optimal, (b) Keahlian Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa tidak terlaksana dengan baik, (c) perilaku aparatur desa yang masih terkadang kurang disiplin, (d) Kepala Desa yang dalam hal ini menurut penuturan responden masih kurang mengoptimalkan pengembangan potensi desa, selain itu masalah internal dengan beberapa lembaga dianggap masih belum transparasi dalam hal pengelolaan aset desa dan keuangan desa.

Saran dalam penelitian ini yang dapat disampaikan yaitu: a) Perlunya menentukan tujuan untuk dapat menghasilkan Prestasi kerja Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa yang optimal, b) Perlunya pengembangan Keahlian Aparatur Pemerintahan Desa, c) Perlunya kesadaran dari setiap individu khusunya yang berkaitan dengan Perilaku Aparatur Pemerintahan Desa, d) Pemimpin sebagai motor penggerak sudah selayaknya dapat memimpin aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa dalam mengoptimalkan pengembangan potensi desa secara adil dan transparan.

(6)

KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA

Oleh

CAKRA GUMELAR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Allah SWT yang telah begitu banyak memberikan

Rahmat dan Hidayahnya kepada seluruh umatnya

Bapak dan Ibu Tercinta, serta keluarga besar yang telah

mendoakan dan menyayangiku sepenuh hati serta

mendukung dengan penuh keikhlasan

Adikku tersayang, Kresna Budi Kusuma

Sahabat-sahabat yang selalu menghadirkan

kebahagiaan, terimakasih karena kalian telah menjadi

bagian dari kehidupanku

(11)

MOTO

Bukan berapa umur yang kita capai, tapi apa yang telah kita capai

pada umur tersebut.

(Suwardi Sastra)

Yang kau lakukan menentukan yang kau hasilkan, dan yang

kemudian menentukan nilai dan harga mu bagi orang lain.

(Winarni)

Terkadang kita diberikan rasa kesepian yang mendalam, agar kita

lebih menghargai indahnya kebersamaan.

(Cakra Gumelar)

Hidup memang harus diperjuangkan, tetapi terlalu memaksakan

sesuatu hanya akan membuat perjuangan hidup terasa lebih

melelahkan.

(Anarika Sasmitta)

Hasil yang akan kita dapatkan tergantung kepada usaha yang kita

lakukan, berusahalah dengan baik karena kesuksesan akan hadir

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03

September 1992. Penulis merupakan putra pertama dari dua

bersaudara pasangan Bapak Suwardi., S.Pd,M.M dan Ibu

Winarni. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri

01 Sidorejo pada tahun 1998 dan menyelesaikan studinya pada

tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah

Negeri 01 Sidomulyo yang diselesaikan pada tahun 2007 dan melanjutkan

pendidikan ke SMA Negeri 10 Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu pemerintahan,

Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur

SNMPTN. Pada awal tahun 2013 penulis mengikuti pengabdian kepada

masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pangkal Mas

Mulya, Kabupaten Way Mesuji.

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi internal kampus antara

lain Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan, dan Lingkar Studi

(13)

SANWACANA

Bismillahirohmanirohim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian perkuliahan di Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang

ditutup dengan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Aparatur Pemerintah

Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur Dalam

Pengembangan Potensi Desa.” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana di Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga

penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan, bimbingan dan saran dari

berbagai pihak, terutama dosen pembimbing, akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak berikut:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas lampung. Juga sebagai dosen pembimbing utama yang

telah banyak membantu dan bersedia membimbing, mengarahkan, serta

memberikan motivasi dan saran yang sangat berguna bagi penulis untuk

(14)

2. Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas

Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Dr. R. Pitojo Budiono, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan arahan dan banyak membantu selama proses perkuliahan.

4. Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. selaku dosen penguji yang telah memberikan

begitu banyak masukan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen pengajar di Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung

yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan.

6. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan dan Petugas Ruang Baca.

7. Seluruh apatarur pemerintahan desa Taman Negeri telah memberikan izin

penelitian sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan

skripsi ini.

8. Seluruh informan yang telah bersedia memberikan informasi sehingga penulis

dapat melaksanan penelitian ini.

9. Teristimewa untuk Bapak, Ibu dan Adikku tersayang, yang telah mendoakan,

mendidik, mendukung serta memberikan kasih sayang dan mendoakanku

dengan sepenuh hati.

10. yang telah mendukukung tanpa hentinya menberikan motivasinya agar dapat

segera menyelesaikan program pendidikan hingga selesai.

11. Teman-teman SMA Negeri 10 Bandar Lampung: Nyiayu Ika Pertiwi, Tarina

Virginova, Lia Imelda, Mukhlis, Heru, Nata, intan, Yandri, Putu, Arip, Galuh,

dan buat semua yang belum disebutin nama-namanya. Terimakasih telah

(15)

12. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA khususnya

angkatan 2010 : Monicha Angraini, Dimas, Azmi, Ahlan, Antarizki, Ali,

Angga, Edo, Harizon, Leo, Pangky, Sarip, Rike, Retno, Yuda, Putra, Radit,

Okta, Robi, Ryan, Jepe, Ardi, Alam, Ikhwan, Ricky, Budi, Genta, Ade,

Nofrico, Tano, Resti, Hero, Ilham, Adit, Kevin, Tiffany, Febri, Tiara, Rini,

Ayu, Eta, Yoan, Betty yang selama masa perkuliahan memberikan warna

kehidupan yang teramat Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

13. Terima kasih juga untuk kelompok komunitas TRAPAC, TRIACS,TRIBAL

yang selalu dapat berbagi dalam suka duka dalam setiap kegiatan.

14. Serta rekan-rekan yang telah berpartisipasi baik secara langsung maupun

tidak langsung, Anarika Sasmitta, Purniawati, Febrina Yohana Dewi, Galuh,

Suntan, Fadil, Rendi, Soster, Adi, Ryan, Trihantoro, Rahmat, Galih, Kahfi,

Rangga, I komang TDP, Johani, Kamto, Mislani, Catur, Tara terima kasih

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT

selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu dan

teman-teman semua. Hanya ucapaan terima kasih dan doa yang bisa penulis berikan.

Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis

(16)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penulisan... 7

D. Kegunaan Penulisan... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Konsep Kinerja... 9

B. Desa dan Pemerintahan Desa... 15

C. Manajemen dan Administrasi Desa... 19

D. Keuangan Desa Penunjang pengembangan Potensi Desa... 21

E. Potensi Desa Upaya Pembangunan Desa……….. 25

F. Kerangka Fikir... 32

E. Teknik Pengumpulan Data... 38

F. Teknik Pengolahan Data ……….. 40

(17)

ii

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur,

Kabupaten Lampung Timur 42

4.2.Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi

Desa (Studi Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur

LampungTimur) ……….. 47

V PENUTUP

5.1Simpulan... 75

5.2Saran... 76

(18)

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman

(19)

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar Halaman

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

HAW. Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa desa merupakan

Self Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Pemahaman bahwa

desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan

masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa

yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang

seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah, Karena dengan Otonomi desa

yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.

Pemerintahan Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya “Otonomi Desa”

(2003:3) diartikan sebagai:

“Penyelenggaraan Pemerintahan desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa

bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan desa dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati”.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah

kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa

(21)

2

Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan

masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang

berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum

adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang

diatur dalam undang-undang”.

Pemerintah Desa dijalankan oleh Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain

dibantu perangkat Desa sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana

teknis sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa, Desa juga memiliki potensi

yang dapat dikembangkan berupa aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk

sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Tugas kepala Desa adalah menjalankan pemerintahan, membina ketertiban dan

ketentraman, serta menjaga supaya hukum yang dilanggar tidak di ulang kembali,

sedangkan tugas dan fungsi aparatur desa meliputi

Kinerja (performance) yang berkaitan dengan aparatur desa adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic

planing suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi

atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui

(22)

3

yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan, atau

target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target-target, kinerja seseorang

atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya. (Maya

Rosalina, eJournal pemerintahan integratif 2013)

Efisiensi dan efektivitas pemerintahan desa berkaitan dengan bagaimana

kelembagaan didaerah mampu melakukan fungsi-fungsi penyelenggaraan dengan

responsif sesuai dinamika di masyarakat secara transparan. Peningkatan pelayanan

kepada masyarakat, upaya menarik investor ke daerah serta kejelasan pembagian

antara kewenangan pusat dan daerah merupakan hal-hal nyata yang coba dicapai dari

pelaksanaan otonomi daerah (Mochammad Jasin Dkk, 2007:3)

Keberhasilan suatu wilayah itu dilihat dari bagaimana pembangunan di desa, apakah

sudah mensejahterakan masyarakatnya atau tidak. Pengembangan potensi di desa

tidak dapat dilakukan dengan mengabaikan kota, desa dan kota memiliki potensi yang

berbeda sehingga dengan memadukan keduanya diperoleh keuntungan satu sama

lainnya, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan infrastruktur, tidak

dapat dipisahkan dari pertumbuhan dalam arti bahwa pembangunan infrastruktur

dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan.

Pembangunan yang mendorong tingkat pertumbuhan suatu desa, secara umum dapat

digambarkan dengan tingkat kemajuan suatu desa yang diperoleh dari potensi desa,

antara lain mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa

(23)

4

kelompencapir, penyuluhan, simulasi,dan lain-lain. Kesehatan, seperti puskesmas,

posyandu, dan BKIA. Ekonomi, seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan lumbung

desa.(http://wikipedia.com)

Desa Taman Negeri di Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur

merupakan desa berkembang dengan mayoritas penduduk adalah petani dan

pedagang, selain itu desa tersebut merupakan desa yang sudah cukup maju dibanding

dengan desa-desa lain hal tersebut berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dan

beberapa kelembagaan potensi desa seperti UPK, BPD, BUMDES,KUD dan

sebagainya yang tidak dijalankan semestinya sebagai penunjang untuk

mensejahterakan masyarakatnya. Selain itu apabila dilihat dari segi jumlah penduduk

yang cukup banyak serta dilihat khususnya jumlah pemuda yang ada masih kurang

diberdayakannya pemuda tersebut dalam sebuah wadah pengembangan kepemudaan

baik karang taruna maupun bidang keolahragaan.

Potensi desa yang dapat digali dari Desa Taman Negeri Way Bungur Lampung Timur

antara lain meliputi potensi sumber daya manusianya, dengan jumlah penduduk

kurang lebih 3167 jiwa dengan suku mayoritas adalah Jawa yang berada di daerah

yang meliputi Desa Taman Negeri memberi kemungkinan besar untuk dapat

mengembangkan potensi desa khususnya dibidang pertanian maupun peternakan,

selain itu dekatnya wilayah desa dengan Taman Rekreasi Way Kambas

memungkinkan sekali penduduk dapat mengembangkan upaya potensi desa rekreasi

untuk menambah daya tarik bagi pengunjung, lahan pertanian yang berada di desa

(24)

5

transmigrasi besar-besaran ketika tahun 1980 an, sehingga dari lahan tersebut yang

sebagian luasnya adalah dataran sehingga memungkinkan untuk dijadikan lahan

pertanian.

Desa Taman Negeri memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi desa

yang berkembang. Analisi potensi Desa Taman Negeri yang mendukung adalah

sebagai berikut:

a. Desa Taman Negeri merupakan kawasan pertanian yang subur dengan

penghasilan pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa,

dengan hasil pertaniannya meliputi padi, singkong serta tanaman hortikultura

yang lain.

b. Memiliki pendukung dalam bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan tetapi

sayangnya dalam hal ini belum memiliki kelompok tani yang terdidik secara

spesifik, serta belum dibentuknya koperasi usaha bersama.

c. Memiliki industri rumah tangga sebagai pendukung usaha desa. ini artinya bahwa

Desa Taman Negeri memiliki prospek pertumbuhan dan perkembangan yang baik

ke depan, hal ini dapat dilihat dari beberapa warga di desa tersebut banyak

memiliki industry rumahan yang menghasilkan produk makanan.

d. Tingkat Sumber Daya Manusia muda yang cukup dalam bidang pendidikan untuk

dikembangkan dalam kelembagaan desa, tetapi dalam hal ini dalam observasi

para pemuda di Taman Negeri masih kurang diberdayakan dan di ikut sertakan

(25)

6

Dalam menjalankan Pemerintah Desa di Desa Taman Negeri penulis mengamati

ketika mengadakan observasi adalah masih kurang berjalan dengan baik beberapa

unit potensi desa berupa usaha desa seperti Koperasi Desa,Unit Karang Taruna dan

sebagainya yang belum secara optimal dijalankan sebagai program desa hal tersebut

diakibatkan karena aparatur desa yang juga kesehariannya merupakan petani padahal

dari segi pendidikan dan SDM yang cukup berkualitas karena sibuk oleh

kesehariannya untuk bercocok tanam sehingga kurang menyempatkan untuk

mengembangkan potensi desa.

Kapasitas Aparatur Desa sebagai pelaksana pengembang potensi desa menjadi faktor

penunjang keberhasilan pelaksanaan program-program yang dibiayai ADD.

Kemampuan dan keterampilan Aparatur Desa sebagai pelaksana kebijakan

merupakan dasar dari pelaksanaan Pemerintahan khususnya dalam mengelola dan

mengembangkan potensi desa baik fisik maupun non fisik. Pada kenyataannya di

Desa Taman Negeri Potensi sumber daya manusia sebagai pelaksana Perangkat Desa

khususnya untuk mengembangkan potensi Desa dirasa kurang memadai jumlahnya

karena tidak semua perangkat desa berlatar belakang dari perguruan tinggi,

berdasarkan pra-riset tersebut di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur

Kabupaten Lampung Timur. Kondisi ini berdampak pada kurangnya pemanfaatan

potensi Desa sebagai penunjang keberhasilan dalam membangun desa dan

mensejahterkan masyarakatnya.

Mengingat potensi desa yang cukup banyak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat

(26)

7

berjalan efektif dan efisien, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

“Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa (Studi Di

Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur)”, agar dapat menjadi

bahan referensi bagi Pemerintah Daerah Way Bungur maupun Pemerintah Desa

Taman Negeri untuk lebih memahami dalam mengembangkan potensi desa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian adalah:

1. Bagaimanakah Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan

Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan adalah

1. Untuk mengetahui Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri,

Kecamatan Way Bungur Lampung Timur Dalam Pengembangan Potensi Desa.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Turut mengembangkan teori-teori ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan

manajemen pemerintah khususnya pemerintahan desa selain itu, penelitian ini

(27)

8

pengetahuan pada jurusan Ilmu Pemerintahan. Selain itu diharapkan juga bisa

dijadikan bahan rujukan bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan dikemudian hari.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan dan informasi bagi aparat pemerintah desa khususnya di Desa

Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam meningkatkan

(28)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Konsep Kinerja

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi

yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan

untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.

Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai

kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa

tujuan-tujuan, atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target,

kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak

ukurnya.

Widodo (dalam Pasolong 2008: 175), mengatakan bahwa Kinerja adalah melakukan

suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil

seperti yang diharapkan. Menurut Mahsun (2006: 25) mendefinisikan kinerja

(performance) sebagai suatu gambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu kegiatan

atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi

(29)

10

“Performance” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kinerja, juga berarti

prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja/unjuk

kerja/penampilan kerja (BPKP, 2009: 9). Nasucha (2004: 107), kinerja organisasi

didefinisikan juga sebagai efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi

kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenan melalui usaha-usaha

yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk

mencapai kebutuhannya secara efektif.

Definisi indikator kinerja menurut Dwiyanto (dalam Nasucha, 2004: 119),

menyebutkan empat indikator untuk menilai kinerja organisasi sektor publik sehingga

dapat dideskripsikan bahwa suatu organisasi sektor publik dapat disebut atau dinilai

memiliki kinerja tinggi atau kinerja rendah, sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

(1) Productivity (produktivitas) adalah ukuran seberapa besar pelayanan publik itu

menghasilkan sesuai yang diharapkan. Produktivitas merujuk pada hasil kerja

dari pelayanan yang diberikan organisasi publik.

(2) Responsiveness (responsivitas) adalah ukuran kemampuan organisasi mengenali

kebutuhan masyarakat, dengan kata lain responsivitas merupakan daya tanggap

organisasi publik terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayaninya.

(3) Responsibility (responsibilitas) adalah ukuran apakah pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar. Responsibilitas organisasi

merujuk pada persesuaian pelaksanaan kerja organisasi dengan prosedur dan taat

(30)

11

(4) Accountability (akuntabilitas) adalah ukuran seberapa kebijakan dan kegiatan

sektor publik dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau konsisten dengan

kehendak rakyat dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pada era reformasi istilah kinerja bagaikan barang komoditi yang laris dijual, baik

dijual oleh mereka dari kalangan praktisi, pemerhati, maupun akademisi. Kendati

sesungguhnya belum diketahui dan di pahami secara benar apa yang dimaksud

dengan kinerja, bagaimana ukuran kinerja, dan bagaimana upaya untuk meningkatnya

kinerja. Jika dilacak, kinerja berasal dari kata “Performance”, yang artinya daya guna,

prestasi atau hasil. Menurut (Widodo ,2005: 78) kinerja adalah merupakan suatu

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil

seperti yang diharapkan. Sementara itu, kinerja sebagai kata benda mengandung arti

“Thing Done” (suatu hasil yang telah dikerjakan). Sedangkan dalam (Sudarto ,1999:

3) mengungkapkan, bahwa Kinerja merupakan sebagai hasil atau unjuk kerja dari

suatu organisasi yang dilakukan oleh individu yang dapat ditunjukkan secara konkret

dan dapat di ukur.

Kinerja individu perorangan (individual performance) dan organisasi (organizational

performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi

tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan

atau dijalankan oleh kelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya

mencapai tujuan organisasi tersebut. Sementara itu, individu atau sekelompok orang

sebagai pelaksana dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan

(31)

12

lain, seperti keuangan dan peralatan yang dimiliki oleh organisasi. Dengan demikian,

kinerja lembaga (organisasi) salah satunya ditentukan oleh kinerja sekelompok orang

sebagai pelaku organisasi. (Linda Muchacha Paramitha, Jurnal Adminitrasi Publik

(JAP), Vol. 1, No. 4, Hal 91-100| 93)

Salah satu kinerja aparat dapat diartikan sebagai suatu bentuk ukuran efisiensi dan

efektivitas tidaknya suatu organisasi dijalankan. Sedangkan menurut (Handoko ,1986:

7) mengungkapkan untuk mengukur kinerja (performance) seseorang ada dua

konsepsi utama yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Efisiensi ini merupakan konsep

matematis atau merupakan perhitungan rasional keluaran yang lebih tinggi (hasil,

produktivitas, performance) disbanding masukan-masukan (tenaga kerja, bahan,

uang, mesin, dan waktu). Dengan kata lain dapat memaksimumkan keluaran dengan

masukan terbatas. Sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan

yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Seorang karyawan yang efektif adalah seorang yang dapat memilih pekerjaan yang

dapat dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan berbagai pernyataan tentang kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kinerja adalah Perbuatan, Penampilan, Prestasi, daya guna dan untuk kerja dari suatu

organisasi atau individu yang dapat ditunjukkan secara nyata dan dapat

diukur.Bertitik tolak dari kata kinerja di atas maka dapat kita bahas tentang

pengertian kinerja aparat di mana kinerja aparat tidak lain dari hasil kerja pegawai

(32)

13

orang yang bekerja pada pemerintahan. (Linda Muchacha Paramitha, Jurnal

Adminitrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal 91-100| 93)

Instrumen pengukuran kinerja merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kinerja

individu seorang pegawai, (BPKP, 2009: 9) Substansi instrumen pengukuran kinerja

ini terdiri atas aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan tugas dan

yang dapat diukur meliputi :

a. Prestasi kerja (achievement): yaitu hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas

baik secara kualitas maupun kuantitas kerja.

b. Keahlian (skill): yaitu kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam

bentuk kerja sama, komunikasi, inisiatif, dan lain-lain.

c. Perilaku (attitude): yaitu sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada

dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku di

sini juga mencangkup kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin.

d. Kepemimpinan (Leadership): ini menyangkut tentang kemampuan manajerial dan

seni dalam member pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan

pekerjaan secara tepat dan cepat termasuk pengambilan keputusan dan penentuan

(33)

14

Dalam kinerja juga sangat dibutuhkan suatu pengelolaan atau yang biasa disebut

dengan manajemen, hal tersebut nantinya akan berkaitan dengan tingkan keberhasilan

dari suatu kinerja dalam mencapai suatu tujuan atau goal, kata pengelolaan

sebenarnya dapat disamakan dengan manajemen, berarti pula pengaturan atau

pengurusan ( Suharsini Arikunto, 1993: 31). Menurut Stoner (dalam Kaho 1997: 228)

manajemen dapat dilihat sebagai proses, yakni: proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Maka, pengelolaan dapat diartikan

sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang

untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Sesuai dengan

pernyataan Giffin dalam jurnal yang beralamat di

management is the process of planning and decision making, organizing,

leading and controlling and organization human, financial, physical and information recources to archieveorganizational goals in an efficient and

effective manner”. (manajemen adalah suatu proses perencanaan,

pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Menurut Nanang Fattah (2004: 1) dalam proses manajemen terlihat terlibat

fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpin (leading) dan

pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses

merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi

dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Sedangkan, menurut Sahdan, dkk. (2006: 23) pengelolaan meliputi perencanaan,

(34)

15

Berdasarkan definisi manajemen di atas secara garis besar tahap-tahap dalam

melakukan manajemen meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengawasan. Dalam penelitian ini proses pengelolaan meliputi proses

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

B. Desa dan Pemerintahan Desa

Sejarah pengaturan Desa menurut Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 telah

ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa, yaitu Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya

Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 1 Ayat (12) Undang-Undang 32 tahun 2004 yang dimaksud desa atau yang

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat

(35)

16

Republik Indonesia, selanjutnya Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan

pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,

demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan

penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan

kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas

pembantuan ( Lembar BAB I Ketentuan Umum Undang-Undang 32 tahun 2004, dan

diatur lebih khusus pada Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa).

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan

adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di

daerah Kabupaten (Sri Kartini 2000:22), dalam pengertian lain pengertian desa

adalah suatu perwujudan geografi yang ditimbulkan oleh unsur sosial, politis, dan

kultural yang terdapat disitu dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan

daerah-daerah lain.(R.Bintaro, 1969:95)

Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”

menyatakan bahwa: (HAW.Widjaja,2003:3)

“Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan

pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,

(36)

17

Dalam pengertian Desa menurut HAW. Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 di

atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community yaitu komunitas yang

mengatur dirinya sendiri. Pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk

mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial

budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis

sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi

Daerah. Sehingga dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara

signifikan perwujudan Otonomi Daerah.

Pemerintahan Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya “Otonomi Desa”

Pemerintahan Desa diartikan sebaga:

“Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa

bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati”.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah

kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa

yaitu Kepela Desa dan Perangkat Desa.

Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan

masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang

berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum

(37)

18

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang

diatur dalam undang-undang”.

Kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah

Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa Adat. Desa dan Desa Adat pada

dasarnya melakukan tugas yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah

dalam pelaksanaan hak asal-usul, terutama menyangkut pelestarian sosial Desa Adat,

pengaturan dan pengurusan wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaan

ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat hukum adat, serta pengaturan

pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.

Menurut Roucek dan Warren (1962), masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai

berikut: (Studio Perencanaan Desa 2011. http://desalebakjabung.wordpress.com.

Akses (02/03/2014)

1. Besarnya peranan kelompok primer

2. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan

Kelompok/asosiasi.

3. Hubungan lebih bersifat intiem dan awet

4. Homogen

5. Mobilitas sosial rendah

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi

(38)

19

C. Manajemen dan Administrasi Desa

Administrasi berhubungan dengan kegiatan kerja sama yang dilakukan manusia atau

kelompok sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Untuk lebih memahami

mengenai Administrasi Pemerintahan Desa, maka penulis akan menjelaskan terlebih

dahulu apa yang dimaksud dengan Administrasi, Administrasi Pemerintahan,

Administrasi Pemerintahan Desa.

Administrasi merupakan penyusunan dan pencatatan data serta informasi secara

sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan

memperoleh kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain.

Admistrasi merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya,

apabila administrasi ditelaah lebih dalam, terlihat bermacam-macam cara atau

pekerjaan yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan.

Administrasi Pemerintahan berasal dari istilah asing Administration (inggris) atau

Bestuurs Administrasi (Belanda) dapat diartikan sebagai berikut:

1. fungsi-fungsi pengendalian administrasi oleh badan-badan atau instansi

Pemerintah dari segala tingkatan guna melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan

Pemerintah sesuai dengan wewenang masing-masing seperti ditetapkan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

2. Penggunaan prinsip-prinsip serta ilmu administrasi Negara oleh badan-badan atau

instasi Pemerintah agar terdapat tertib administrasi ialah kegiatan yang berhubungan

(39)

20

sinkronisasi, delegasi wewenang, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

sebagainya.

Administrasi Pemerintahan Desa adalah semua kegiatan atau proses yang

berhubungan dengan pelaksanaan dari tujuan Pemerintah Desa, di dalam pelaksanaan

administrasi Pemerintahan Desa peraturan-peraturan di dalam tersebut merupakan

landasan mengenai struktur, pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab

Pemerintah Desa, Kepala Desa dan Pamong Desa sejak tahun 1905. Seperti yang kita

ketahui Administrasi merupakan kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh

sekelompok orang/organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Sama halnya dengan Administrasi Pemerintah Desa yang merupakan

suatu organisasi yang dipimpin oleh Kepala Desa yang dipilih langsung oleh rakyat

dan dibantu oleh perangkat-perangkat Desa lainnya.

Menurut supriadi dalam bukunya “Desa Kita” mengartikan tentang Administrasi

Pemerintahan Desa adalah : ( Supriadi, M. 1984:48)

“Semua kegiatan yang bersumber pada wewenang Pemerintah Desa yang

terdiri atas tugas-tugas, kewajiban, tanggung jawab dan hubungan kerja, yang

dilaksanakan dengan berlandaskan peraturan-peraturan perundang-undangan

yang berlaku, guna menjalankan Pemerintahan Desa”.

Administrasi Pemerintahan Desa adalah proses kegiatan yang dilakukan Pemerintah

Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu oleh Perangkat-perangkat Desa

(40)

21

D. Keuangan Desa Penunjang Pengembangan Potensi Desa

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan

uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

Kegiatan Tata Usaha Keuangan Pemerintahan Desa diantaranya yaitu :

1. Kepala desa berkewajiban mengelola mengenai pendapatan dan pengeluaran

keuangan desa.

2. Mengerjakan pembukuan mengenai pendapatan dan pengeluaran keuangan milik

Pemerintah Desa.

3. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Desa.

4. Membuat pertanggungjawaban keuangan desa.

5. Dan lain sebagainya.

Pendapatan Desa ialah segenap penerimaan yang sah yang dapat dinilai dengan uang

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber-sumber ialah sumber-sumber pendapatan

Desa yang pada umumnya sebagai berikut:

1. Sumbangan-sumbangan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang

perlu merealisasikan dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)

masing-masing sebesar 10% untuk dana alokasi desa. Adapun jenis-jenis

sumbangan dari Pemerintah Pusat, adalah sebagai berikut :

a. Bantuan, subsidi, atau sumbangan dari Pemerintah Pusat.

(41)

22

c. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten.

d. Sumbangan atau hadiah dari panitia-panitia perlombaan, dan

e. Sebagian pajak dan retsibusi yang diberikan kepada Desa.

2. Dari masyarakat adalah sumber dari masyarakat dikenal dengan berbagai sebutan,

seperti : pungutan desa, gotong royong, swadaya, iuran, urunan, dan lain-lain.

3. Dari pihak ketiga adalah Pemerintah Desa dapat menerima sumber dari pihak

ketiga yang bersifat tidak mengikat dan sah. Misalnya dari yayasan, badan-badan

dan organisasi.

4. Dari kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan bagi desa

bersangkutan, kekayaan desa tersebut di atas terdiri atas :

a. Tanah kas

b. Pasar desa

c. Bangunan desa

d. Objek rekreasi yang diurus desa

e. Pemandian umum yang diurus desa

f. Hutan desa

g. Tempat-tempat pemancingan di hutan

h. Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa

i. Jalan desa

Sumber pendapatan Desa menurut Prof. Drs HAW. Widjaja dalam bukunya yang

berjudul “Otonomi Desa”, sumber pendapatan Desa terdiri atas:

(42)

23

Sumber pendapatan desa terdiri atas : pendapatan asli desa yang meliputi :Hasil usaha

desa;Hasil kekayaan desa;Hasil swadaya dan partisipasi;Lain-lain pendapatan asli

desa yang sah.

a.Bantuan dari Pemerintah Kabupaten yang meliputi :

1) Bagian perolehan pajak dan retsibusi daerah masing-masing sebesar 10%

untuk dana alokasi desa; dan

2) Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah.

a)Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi.

b)Sumbangan dari pihak ketiga

c)Pinjaman desa

2. Pemilikan dan Pengelolaan, yang meliputi :

a. Sumber pendapatan yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa tidak

dibenarkan diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pemberdayaan

potensi Desa dalam meningkatkan pendapatan Desa dilakukan antara lain

dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMD), kerja sama dengan

pihak ketiga dan wewenang melakukan pinjaman.

Sumber pendapatan daerah yang berada di desa, baik pajak maupun retribusi

yang telah dipungut oleh Daerah Kabupaten tidak dibenarkan adanya

pungutan oleh Pemerintah Desa. Pendapatan Daerah dari sumber tersebut

terus harus diberikan kepada desa yang bersangkutan dengan pembagian

secara proporsional dan adil. Ketentuan ini dimaksudkan untuk

(43)

24

b. Kegiatan pengelolaan APBDes yang ditetapkan setiap tahun meliputi

penyusunan anggaran pelaksanaan tata usaha keuangan dan perubahan serta

perhitungan anggaran.

Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) Undang-undang

No.6 Tahun 2014 Tentang Desa bersumber dari:

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;

b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten/Kota;

e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;

f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan

g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Menurut Soemantri tujuan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat

desa dan pemberdayaan masyarakat

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan

d. Meningkatkanpengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam

(44)

25

e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes)

(Soemantri 2011: 157)

Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa, Dalam

rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa melimpahkan sebagian

kewenangan kepada perangkat Desa yang ditunjuk, Belanja Desa diprioritaskan

untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam Musyawarah Desa

dan sesuai dengan prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintah. Kebutuhan pembangunan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 74 ayat (1) Undang-undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa tidak terbatas pada

kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan

masyarakat Desa.

E. Potensi Desa dan Upaya Pembangunan Desa

Potensi desa adalah segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang

dimiliki desa, potensi desa ini meliputi sumber-sumber alami dan sumber manusiawi

yang tersimpan dan yang dapat diharapkan manfaatnya bagi kelangsungan dan

(45)

26

1.Unsur tanah, dimana tanah ini merupakan factor terpenting bagi penghidupan warga

desa

2.Unsure air, yang menentukan bagi kepentingan sehari-hari dan pengairan

3.Cuaca dan iklim yang menjadi peranan penting bagi desa agraris

4.Ternak, yang berfungsi sebagai sumber tenaga hewan, sumber bahan makanan dan

sumber keuangan

5.Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah, produsen dan konsumen (http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)

Disamping potensi fisik, potensi non fisik tidak dapat diabaikan sebagai “the man

behind the gun “. Potensi non fisik yaitu ;

a. Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong-royong dan dapat merupakan

suatu kekuatan berproksi dan kekuatan membangun.

b. Lembaga social, lembaga pendidikan dan lembaga lain yang dapat memberikan

bantuan social serta bimbingan dalam dalam arti positif.

c. Aparatur dan pamong desa, yang menjadi sumber kelancaran dan tertibnya jalan

roda pemerintahan desa.

(http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)

Selain itu potensi desa juga disebut sebagai sebagai sumber daya manusia yang

terdapat di desa yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat desa.

Dengan demikian dalam usaha mengembangkan desa perlu ada:

1. Pemimpin desa yang mampu membimbing dan mengetahui besar lingkungan

(46)

27

2. Aparatur desa yang memilikitertib administrasi desa. Perlu peningkatan dalam

seluk-beluk keadministrasian dan tata usaha kantor.

d. Warga desa, yang dapat menyesuaikan dengan pembangunan desa dalam arti

sempit dan luas. (http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)

Penatarn dalam bidang usaha-usaha/menambah hasil bbumi dan sebagainya perlu

diadakan secara continue. Untuk kesemuanya ini unsure-unsur pimpinan desa,

aparatur desa dan warga desa menentukan tingkat/stadium desa.

Desa dengan perkembangannya bisa dilihat dengan cara yaitu membangun,

membangun desa adalah merespon tiga lingkungan desa yaitu alami budaya dan

social ekonomi dengan cara yang tepat. Perkembangan desa juga bias dirasakan

adanya alat transfortasi bagi masyarakat, dengan adanya alat-alat semacam itu, bias

sedikit membantu suatu desa itu untuk maju,karena ditinjau dari sisi potensi fifiknya

saja sudah melimpah ruah, apalagi kalau memang cirri-ciri desa itu berkembang juga

baik maka sudah sepantasnyalah sumber daya manusianya juga tidak

ketinggalan,karena perkembangnya suatu desa itu juga di dorong akan

penduduk-penduduk yang bermukum di desa tersebut,bias penduduk-penduduk desa itu melestarikan

potensi yang ada maka baik lah perkembangan desa tersebut secara keseluhan.

Contohnya saja kalau dilihat dikawasan aceh di daerah aceh selatan, disitu memang

sudah sangat bagus sekali baik itu dari potensi fisiknya maupun nonfisik,terdapatnya

pohon pala, lalu siapa yang mengolah kalau bukan penduduk di sekitarnya,guna

(47)

28

desa tresebut, sehingga maju lah suatu desa(tidak tertinggal) sesuai dengan

pengetahuan dan pendidkan yang di ajarkan di setiap masing-masing desa.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan desa adalah sebagai

berikut:

Ditinjau dari perkembangan desa berdasarkan mata pencaharian penduduk yaitu ;

1. Desa petani

2. Desa nelayan

3. Desa industry

(http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)

Keberhasilan suatu wilayah itu dilihat dari bagaimana pembangunan di desa, apakah

sudah mensejahterakan masyarakatnya atau tidak. Pengembangan potensi di desa

tidak dapat dilakukan dengan mengabaikan kota, desa dan kota memiliki potensi yang

berbeda sehingga dengan memadukan keduanya sehingga diperoleh keuntungan satu

sama lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan

infrastruktur, tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dalam arti bahwa

(48)

29

Pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat adanya pembangunan, secara umum, tingkat

kemajuan suatu desa ditentukan oleh Potensi desa, yang mencakup potensi sumber

daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa seperti Badan Perwakilan Desa

(BPD). Pendidikan seperti perpustakaan desa, kelompencapir, penyuluhan,

simulasi,dan lain-lain. Kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, dan BKIA. Ekonomi,

seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan lumbung desa.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Desa)

Berikut beberapa potensi desa yang dapat dikembangkan dalam setiap desa dalam

rangka untuk memajukan desa dan mensejahterakan masyarakatnya antara lain:

1. Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola

aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakat Desa.( Lembar Pendahuluan UU NO.6 Tahun 2014 Tentang Desa)

Badan Usaha Milik Desa (atau disingkat BUMDes) merupakan usaha desa yang

dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan hukum. Pemerintah Desa dapat

mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa.

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat

(49)

30

Desa, tabungan masyarakat, bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota, pinjaman, atau penyertaan modal pihak lain atau kerja

sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. Badan Usaha Milik Desa dapat

melakukan pinjaman, yang dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.

( BUMDesa, http://id.wikipedia.org.akses (02/03/2014)

BUMDes merupakan instrumen pemberdayaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam

jenis potensi. Pemberdayaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan

kesejahteran ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka.

Disamping itu, keberadaan BUMDes juga memberikan sumbangan bagi peningkatan

sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.

Tujuan didirikannya BUMDes adalah dalam rangka memperkuat perekonomian desa

yang dalam arti detil adalah meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penghidupan

masyarakat desa tersebut, yang ditinjau dari segi ekonomi desa. Itulah mengapa

dalam melaksanakan kegiatannya, BUMDes harus berorientasi pada kebutuhan dan

potensi desa.

Usaha yang dikembangkan Bumdes adalah yang merupakan potensi di desa itu,

sehingga akan lebih baik lagi jika potensi tersebut adalah potensi yang unik dan khas

serta memenuhi syarat sebagai pemenuhan kebutuhan msyarakat. Potensi desa yang

(50)

31

bisa juga usaha-usaha masyarakat yang secara parsial belum terakomodasi dan

terkendala oleh banyak hal, apakh dari segi modal, pemasaran atau dari lainnya.

Tujuan lain pembentukan BUMDes yaitu peningkatan Pendapatan Asli Desa

(PADesa). Jika PADesa bisa ditingkat maka secara makro ekonomi desa, akan

didapat dana pengelolaan dan pembiayaan pembangunan untuk desa tersebut.

Sehingga apabila pembangunan di desa dapat berjalan dengan baik, diharpkan akan

berimbas pada naiknya kualitas hidup masyarakat serta pembangunan desa.

Menurut Ginanjar dalam Riyadi (2005: 04) mengatakan bahwa pembangunan

merupakan suatu proses perubahan yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan

secara terencana. Sedangkan menurut Saul M. Katz dalam Yuwono (2001: 47)

pembangunan sebagai perubahan sosial yang berasal dari suatu keadaan tertentu

keadaan yang dipandang lebih bernilai. Dari konsep tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pembangunan merupakan suatu usaha perubahan untuk menjadi keadaan

kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Pembangunan kawasan perdesaan menjadi sangat penting karena sebenarnya hal itu

menunjukkan bahwa merupakan masalah yang terpenting yang dihadapi oleh

negara-negara yang sedang berkembang, yang umumnya ditandai dengan adanya perbedaan

tajam terutama pada tingkat pola hidup antara masyarakat kota dengan masyarakat

desa. Dalam pembangunan pedesaan yang akhir-akhir ini mendapat respon yang

bagus dari pemerintah karena merupakan salah satu dari tujuan pemerintahan adalah

(51)

32

layak. Mengutamakan manusia dalam proyek-proyek pembangunan pedesaan

dipandang manusiawi dari para perencana juga dapat pula diartikan sebagai suatu

permintaan yang sungguh-sungguh agar memberikan prioritas pada faktor dasar

dalam pembangunan pedesaan. Proyek-proyek pembangunan potensi pedesaan adalah

sarana bagi pertumbuhan dan perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan

ekonomi.

F. Kerangka Pikir

Kinerja dapat diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut

mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini

berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada

tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak dapat mungkin dapat

diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja aparatur pemerintahan Desa Taman

Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa

(berfokus pada Prestasi Kerja, Keahlian, Perilaku dan Kepemimpinan) dan

mengetahui faktor pendukung dalam pengembangan potensi desa.

Berdasarkan fokus penelitian tersebut akan diketahui kinerja aparatur Pemerintahan

Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan

potensi desa. Pengembangan potensi desa oleh pemerintah desa akan berimplikasi

pada pembangunan dan kesejahteraan perdesaan. Pengembangan potensi desa dapat

(52)

33

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar. Kerangka Pikir

Potensi Tanah

Potensi Sumber Daya

Manusia

Potensi Industri Rumah

Tangga

Potensi Peternakan

POTENSI

DESA

KINERJA APARATUR PEMERINTAH

DESA

Prestasi kerja (achievement)

Keahlian (skill) Perilaku (attitude) Kepemimpinan

(53)

34

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif pada hakikatnya adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi (Sugiyono, 2013: 1). Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Data-data

yang dikumpulkan di lapangan adalah data-data yang berbentuk kata dan perilaku,

kalimat, skema dan gambar dengar latar belakang alamiah, manusia sebagai

instrumen. Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan fenomena sosial yang diteliti.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data

yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang

merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian

(54)

35

Penelitian ini menggunaan tipe penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian

ini menjelaskan secara rinci dan menyeluruh dalam menjawab masalah yang akan

diteliti.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pedoman untuk mengambil data apa saja yang relevan

dengan permasalahan penelitian. Fokus penelitian harus konsisten dengan

permasalahan dan tujuan penelitian yang diterapkan terlebih dahulu. Fokus penelitian

juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil

penelitian yang telah diterapkan (Moleong, 2006: 92).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti memfokuskan penelitian ini pada kinerja aparatur

pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam

pengembangan potensi desa yang dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai

berikut.

1. Prestasi kerja (achievement): yaitu hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas

baik secara kualitas maupun kuantitas kerja.

2. Keahlian (skill): yaitu kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam

bentuk kerja sama, komunikasi, inisiatif, dan lain-lain.

3. Perilaku (attitude): yaitu sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada

dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku di

(55)

36

4. Kepemimpinan (Leadership): ini menyangkut tentang kemampuan manajerial dan

seni dalam memberi pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan

pekerjaan secara tepat dan cepat termasuk pengambilan keputusan dan penentuan

prioritas.

C. Jenis Data

Menurut Sugiyono (2013: 2) kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang

pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya,

bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna

dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Jenis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari

lapangan (Lofland dalam Moleong, 2006: 157). Dalam penelitian ini data primer

diperoleh melalui wawancara mendalam dengan cara tatap muka antara peniliti dan

informan. Untuk mendapatkan data primer melalui wawancara tatap muka maka

informan telah ditentukan secara sengaja, artinya dipilih berdasarkan pertimbangan

bahwa informan mengetahui secara baik tentang kinerja Aparatur Pemerintahan Desa

Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan

potensi desa.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi

(56)

37

sekunder dapat berupa naskah, dokumen resmi dan sebagainya yang menunjang

penelitian ini. Data sekunder yang didapat pada penelitian berupa Undang-undang,

peraturan pemerintah dan peraturan daerah.

D. Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai

memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Sejalan dengan hal tersebut

menurut Sugiyono (2006: 54):

Penentuan informan caranya dengan peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari informan sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria

tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Informan dalam penelitian ini

sebagai berikut.

1. Kepala Desa

2. Perangkat Desa

3. Masyarakat Desa Taman Negeri (dikelompokkan Tim Penggerak kelembagaan

desa seperti LPMD, PKK tingkat Desa, Karang Taruna, Pemuka Adat/Agama,

(57)

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang diterapkan. Sugiyono (2013: 63) menyatakan bahwa

dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan natural setting

(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih

banyak pada observasi berperan serta, wawancara dan dokumentasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2006: 72) wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan permasalahan

yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan

yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan

keyakinan pribadi.

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi

(58)

39

mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti dengan menggunakan

metode wawancara mendalam, peneliti dapat memperoleh data yang lebih mendalam,

terperinci dan gambaran jelas mengenai kinerja aparatur pemerintahan desa Taman

Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan informan

yakni sebagai berikut:

1. Kepala Desa Taman Negeri

2. Sekretaris Desa Taman Negeri

3. Bendahara Desa Taman Negeri

4. Badan Permusyawaratan Desa Taman Negeri

5. Tokoh Masyarakat Taman Negeri

6. Tokoh Pemuda Taman Negeri

7. Tokoh Adat Taman Negeri

(Daftar Wawancara Terlampir).

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui proses pengamatan. Pengamatan

difokuskan pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang memberikan informasi

dan pandangan benar-benar berguna (Moleong 2006:173) Menurut Marshall dalam

Sugiyono (2013: 64) melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna

Gambar

Gambar. Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji wilcoxon dari data penelitian tentang partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah tangkapan pinjal yang ada pada tubuh tikus menunjukan tidak ada beda

Sedangkan untuk pengaruh variabel makro ekonomi domestik (nilai tukar mata uang, tingkat suku bungadan inflasi) di Indonesia dan Malaysia ternyata memiliki pengaruh yang

Gambar 2.1 pemantulan teratur dan pemantulan baur Pada pemantulan baur dan pemantulan teratur, sudut pemantulan cahaya besarnya selalu sama dengan sudut datang cahaya

Dengan demikian dari data yang diperoleh diatas antara teori dengan implementasi pendekatan saintifik dalam mengembangkan kognitif anak kelompok A TK Nurul Ummah

Metode penetapan awal Ramadhan dan Syawal (hari Raya) yang dalam sejarah diilustrasikan hanya menggunakan murni rukyah al-hilal pada gilirannya perlu direkonstruksi

Demikian pula Kamus Istilah Linguistik: Inggris-Indonesia-Arab bermanfaat untuk penerjemahan istilah-istilah berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.. Adapun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi konsumen (X1), persepsi kualitas (X2), dan sikap konsumen (X3) terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda

Untuk mengatasi masalah yang ada tersebut , maka perlu dilakukan proses pemecahan masalah dengan penerapan metode Fuzzy MADM sebagai pendukug keputusan agar dapat