• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI MEBEL DI KOTA METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI MEBEL DI KOTA METRO"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

CHAIRMAN SANI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja berpengaruh dan kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan pendekatan metodeOrdinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat variabel sebagai faktor penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota metro yaitu upah, harga bahan baku, harga output dan nilai investasi. Keempat variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan R2 sebesar 97,88% dan 2,12% dipengaruhi variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan perhitungan diperoleh koefisien dari Upah sebesar -0,13370, Harga Bahan Baku sebesar -0,06036, Harga Output sebesar 0,00882 dan Nilai Investasi sebesar 0,41561.

(2)

By

CHAIRMAN SANI

This research was conducted to determine what factors influence and contribute significantly to employment in furniture industries in Metro City. This research uses multiple regression approach Ordinary Least Square method (OLS).

Results of this study indicate that there are four variables as a factor labor absorption in furniture industries in the City metro that is wages, raw material prices, the price of output and the value of investments. Four variables has a significant influence on employment with R2 of 97,88% and 2,12% influenced by other variables outside the research. Based on the calculation coefficient obtained from the Wages amounted -0,13370, Raw Material Prices amounted -0,06036, Output Price amounted to 0,00882 and 0,41561 of Investment Value.

(3)

Oleh

CHAIRMAN SANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

April 1992 dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sabirin dan Ibu Iriani.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung (1998-2004), Sekolah Menengah Pertama Kartika Jaya II-2 Bandar Lampung (2004-2007), Sekolah Menengah Atas AL-Kautsar Bandar Lampung (2007-2010). Kemudian pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

(8)

Skripsi ini kupersembahkan untuk Allah SWT sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik. Serta Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman kebodohan menuju

zaman ilmu pengetahuan.Alhamdulillaahirabbil’ alamiin.

Ayahku Sabirin, Ibuku Iriani, Adikku Chairun Nisa yang sangat aku sayangi, yang dengan canda dan tawa membuat warna tersendiri di dalam hidupku, terimakasih

untuk segalado’a, semangat, dandukungan kalian kepada ku,

Dosen dan sahabat yang selalu memberikan arahan dan dukungan agar saya menjadi lebih baik lagi.

Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung,

(9)

Hidup Tidak Harus Bahagia Dulu Baru Kita Bersyukur, Tetapi Hidup Harus Bersyukur Agar Hidup Bahagia

(Chairman Sani)

“Jangan Patah Semangat Walau Apapun Yang Terjadi, Jika Kita Menyerah, Maka Habislah Sudah”

(Top Ittipat)

“Kau Gagal Tetapi Masih Bisa Mampu Bangkit Kembali, Karena Itu menurutku Arti Dari Kuat Yang Sebenarnya”

(10)

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penyerapan Tenaga Kerja di Kota Metro”ini sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh beberapa pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua dan Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang membantu mengarahkan dan memberikan saran;

3. Bapak Dr. Johannis Damiri, S.E.,M.Sc., selaku Pembimbing yang atas kesediaannya untuk membantu meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran dalam proses penyelesaian skripsi;

(11)

membantu penulis hingga menjadi seperti sekarang;

6. Adikku Chairun Nisa yang selalu memberi semangat kepada penulis; 7. Saudara ku Rozari Alde Baran dan Tri Sisca Norma yang selalu memberi

semangat dan motivasi kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat terhebatku selama di kampus, Dede Saputra, Dicki Riefaldi, Dimas Pajar Kasih, Akhmad Rifani, Darusman Tohir, Siti Nurul Noviana, Dania Hellin Amrina, Yulandhita Pratiwi, Sonia Anggun Andini, Desy Ratnasari, Shinta Riana Anggraini, Danni Chandra, Dwi Adi Putra, Muhammad Febri Utama, Ardan Rifai, Roy Arsail Dauha, Ari Rahman Hakim, Ahmad Faiz R, Apri Arieska, Sidiq Teja P, Ariandi Azis, Arini Feranisa, Mushab Rabbani, Denis Bhakti, Febi Saputra, Firas Zakiy, Indana Lazulfa Anas, Jevri Afrizal, Muhardi Ali, M. Satria, Sufyan Sauri, Wahyu Saputra dan Yudastio;

9. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010, Tetik, Ridwan Amin, Monica, Hana, Susanti, Erika, Via, Lathifa, Nurmala, Desta, Wuri, Diah, Devi M, Damas, Dina, Devy, Enny, Desi, Zulmi, Alex, Andika Mahardika, Andika Riski, Levy, Kevin, Denis, Moza, Princes, Riski Andriani dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu- persatu;

10. Adik-adik PM PILAR Ekonomi, Gita Leviana, Dewi Sartika, Suci Yunita Futri, Mega Mariska, Duwi Setiana, Ade Ayu Winanda, Fadli Arief,

(12)

2014;

12. Keluarga KKN Desa Bojong, Kecamatan Sekampung udik, Kabupaten Lampung Timur, Dani Mausa, Debby Agsari, Birsye Niadora, Devi Putri Amelia Suryani, Delsen Mandela dan Devi Aris;

13. Staf FEB dan EP, Ibu Hudaiyah, Ibu Yati, Pakde Koperasi Gedung C, Mas Kus, dan Pakde Samiran;

14. Keluarga Besar HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Ekonomi Unila, terimakasih atas didikan, motivasi dan pengalaman organisasi kepada penulis; 15. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk semua. Aamiin.

Bandarlampung, 25 Juni 2015 Penulis,

(13)

Halaman

1. Pengertian Tenaga Kerja ...15

2. Pengertian Angkatan Kerja...16

3. Permintaan Tenaga Kerja ...16

3.1. Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek ...18

3.2. Permintaan Tenaga Kerja Jangka Panjang...18

3.3. Permintaan Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi...19

4. Penyerapan Tenaga Kerja ...21

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan TenagaKerja………..21

C. Upah ...26

1. Upah Minimum ...29

2. Hubungan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...30

D. Bahan Baku ...31

1. Harga Bahan Baku ...33

2. Hubungan Harga Bahan Baku Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...33

E. Output/Barang Produksi...34

1. Harga Output/Barang Produksi ...34

2. Hubungan Harga Output/Barang Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...35

F. Nilai Investasi...35

1. Hubungan Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...37

(14)

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...43

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data ...44

C. Metode Pengumpulan Data ...44

D. Metode Pengambilan Sampel...44

E. Model Analisis Data...46

F. Metode Analisis ...47

1. Uji Asumsi Klasik ...47

1.1. Uji Heteroskedatisitas ...48

1.2. Uji Autokorelasi ...49

1.3. Uji Normalitas...49

1.4. Uji Multikolinearlitas ...50

1.4.1. Akibat Adanya Masalah Multikolinearlitas ...51

1.4.2. Prosedur Penanggulangan Multikolinearlitas ...52

1.4.3. Mengatasi Masalah Multikolinearlitas Dengan Regresi Komponen Utama...53

2. Uji Hipotesis...54

2.1. Pengujian Signifikansi P-Value...54

2.2. Pengujian F-Statistik...55

IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Perhitungan dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik ...56

1. Hasil Uji Heteroskedatisitas ...56

2. Hasil Uji Autokorelasi ...57

3. Hasil Uji Normalitas ...59

4. Hasil Uji Multikolinerlitas...63

B. Hasil Uji Komponen Utama...64

C. Hasil Uji Hipotesis ...66

1. Hasil Uji Signifikansi P-Value ...66

2. Hasil Uji F-Statistik ...67

2.1. Pengaruh Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja...68

2.2. Pengaruh Harga Bahan Baku Terhadap Tenaga Kerja ...68

2.3. Pengaruh Harga Output Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...69

2.4. Pengaruh Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...69

D. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan ...69

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2013 ... . 2

2. Perkembangan Industri Pengolahan Menurut Golongan Industri Kota Metro Tahun 2013... . 3

3. Kelompok Industri Pengolahan di Kota Metro Tahun 2014 ... . 4

4. Pertumbuhan PDRB Kota Metro Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2013... 5

5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 57

6. Hasil Uji Autokorelasi...58

7. Hasil Uji Normalitas untuk variabel T... ... 60

8. Hasil Uji Normalitas untuk variabel X1... 60

9. Hasil Uji Normalitas untuk variabel X2... 60

10. Hasil Uji Normalitas untuk variabel X3... 60

11. Hasil Uji Normalitas untuk variabel X4... 61

12. Hasil Uji Multikolinieritas ... 63

13. Hasil Analisis Regresi Komponen Utana Untuk Mengatasi Masalah Multikolinieritas... 64

14. Hasil Uji Signifikansi P-Value... 67

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Pertanyaan (Kuisioner) Penelitian Mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lapangan pekerjaan merupakan wahana yang sangat penting bagi para tenaga kerja untuk mengeksplorasi kemampuan diri dalam bidang tertentu. Fenomena semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Dalam pasar kerja telah terjadi meningkatnya penawaran kerja daripada permintaan kerja, maka terjadi adanya selisih antara penawaran dan permintaan kerja yang mengakibatkan terciptanya pengangguran.

Bagi angkatan kerja lapangan pekerjaan merupakan sumber utama pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Besar atau kecilnya pendapatan yang diperoleh dari lapangan pekerjaan tersebut menentukan kesejahteraan bagi tenaga kerja serta keluarganya.

(19)

bidang ekonomi saja tapi juga menjadi masalah dalam bidang sosial yang dimana individu menganggur tersebut kehilangan akan kepercayaan dirinya dan berbuat tindakan kriminal. Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya.

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Lampung Tahun 2008 - 2013

Kabupaten /

Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

01 Lampung

Barat 2,97 7,18 5,41 2,76 2,25 2,52

02

Tanggamus 3,91 4,82 4,76 5,91 3,20 4,88

03 Lampung

Selatan 8,68 7,39 5,46 8,21 6,04 6,25

04 Lampung

Timur 7,67 5,37 4,28 4,69 2,74 5,48

05 Lampung

Tengah 4,89 4,10 2,56 3,80 2,61 3,33

06 Lampung

Utara 8,10 10,61 8,90 6,40 8,00 7,40

07 Way

Kanan 6,33 5,07 3,96 3,38 3,30 4,19

08 Tulang

Bawang 5,50 4,61 4,46 5,97 5,52 4,38

09

Pesawaran * 7,48 5,90 7,10 6,50 9,60

10

Pringsewu ** ** 4,79 7,34 5,91 3,76

11 Mesuji *** *** 1,17 7,75 4,19 9,51

(20)

15 Metro 12,01 11,05 12,46 11,01 11,44 4,36

Lampung 7,15 6,62 5,57 6,24 5,13 5,69

Catatan:

*) 2007-2008 masih bagian Kabupaten Lampung Selatan **) 2007-2009 masih bagian dari Kabupaten Tanggamus ***) 2007-2009 masih bagian dari Kabupaten Tulang Bawang Sumber :lampung.bps.go.id tahun 2013

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Lampung cendrung naik turun dari tahun 2008-2013. Pada tahun 2008 Kota Bandar Lampung tingkat pengangguran terbuka paling tinggi sebesar 13,14%. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka paling tinggi adalah Kota Metro sebesar 12,46%. Namun pada tahun 2013 Kota Metro mengalami penurunan, sehingga tingkat pengangguran terbuka Kota Metro sebesar 4,36%, penurunan tingkat pengangguran terbuka di Kota Metro salah satunya karena banyaknya tenaga kerja yang terserap pada perusahaan. Kota Metro memiliki industri pengolahan, dimana industri ini cukup berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan mampu berkontribusi untuk PDRB Kota Metro. Berikut ini adalah

perkembangan industri pengolahan menurut golongan industri yang ada di Kota Metro.

Tabel 2. Perkembangan Industri Pengolahan Menurut Golongan Industri di Kota Metro Tahun 2013

No Golongan Industri Tenaga Kerja (Jiwa) Investasi (Rp)

1 Industri Besar 47 15.000.000.000

2 Industri Menengah 154 13.500.000.000

3 Industri Kecil 4529 41.389.500.000

Sumber :Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Metro Tahun 2013.

(21)

dengan golongan industri lainnya. Hal ini menunjukkan industri pengolahan sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Kota Metro. Berikut ini adalah perkembangan kelompok industri pengolahan yang ada di Kota Metro.

Tabel 3. Kelompok Industri Pengolahan di Kota Metro Tahun 2014

No Kelompok

1 Industri Pangan 424 1359 10.420.000.000

2 Industri Kimia &

Sumber :Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Metro Tahun 2014.

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa masing-masing dari kelompok industri pengolahan yang ada di Kota Metro berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan tabel terebut kelompok industri kimia dan bahan bangunan paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.378 jiwa dibandingkan dengan kelompok industri pengolahan yang lainnya.

(22)

Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Kota Metro Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2013 (%)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) _____

1. PERTANIAN 4,19 -0,90 0,52

a. Tanaman Bahan Makanan 4,76 -4,54 0,44

b. Tanaman Perkebunan 2,31 1,36 0,79

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,48 3,06 0,67

d. Kehutanan 0,00 0,00 0,00

e. Perikanan 8,66 -2,35 -1,34

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

0,00 0,00 0,00

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4,70 4,49 4,82

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,79 3,78 8,99

a. Listrik 7,12 4,19 9,40

b. Gas 0,00 0,00 0,00

c. Air Bersih 2,62 -1,70 3,17

5. BANGUNAN 2,66 7,81 7,76

6. PERDAGANGAN, HOTEL & 5,47 7,45 7,35 a. Perdagangan Besar & Eceran 5,74 8,55 8,38

b. Hotel 2,96 7,18 8,85

c. Restoran 4,76 4,42 4,37

7. PENGANGKUTAN & 5,63 6,37 5,84

a. Pengangkutan 2,33 3,56 2,00

b. Komunikasi 8,18 8,42 8,51

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.

10,86 9,50 9,44

a. Bank 11,98 9,72 9,37

b. Lembaga Keuangan bukan Bank 4,65 4,47 4,90

c. Sew a Bangunan 9,11 9,50 10,00

d. Jasa Perusahaan 8,98 7,90 8,04

9. JASA-JASA 5,22 5,06 4,89

a. Pemerintahan Umum 4,74 4,63 4,38

b. Swasta 6,07 5,82 5,79

1. Sosial Kemasyarakatan 6,65 6,22 6,08 2. Hiburan & Rekreasi 3,67 3,54 3,61 3. Perorangan & Rumah 5,16 5,21 5,33

PDRB 6,40 6,05 6,23

Sumber :Metro Dalam Angka Tahun 2014.

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa industri pengolahan mampu memberikan

(23)

Hal ini membuktikan industri sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja juga pada PDRB Kota Metro. Penelitian ini mengambil objek industri pengolahan yaitu industri mebel yang ada di Kota Metro. Alasan mengapa mengambil objek penelitian ini adalah karena banyaknya jumlah populasi industri mebel yang berjumlah 112 industri mebel dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak 539 jiwa, data tersebut diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Metro pada tahun 2013. Industri mebel mempunyai peranan tersendiri dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Metro dan juga produk yang dihasilkan oleh industri mebel adalah pintu, kusen, jendela, lemari, meja, kursi, dll yang merupakan produk yang memiliki nilai guna.

Proses pembangunan sering sekali dikaitkan dengan industrilisasi. Proses pembangunan dan industrilisasi merupakan satu jalur untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Menurut Arsyad (1997 : 68) menyatakan bahwa

(24)

kerja, mampu berdampingan dengan perusahaan besar dan ikut memperlancar kegiatan perekonomian juga kesejahteraan hidup tenaga kerja.

Untuk dapat berkembang industri harus mempunyai keunggulan produk sehingga dapat memenangkan persaingan. Dengan berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti akan mengambil objek industri mebel di Kota Metro. Alasannya pemilihan objek penelitian ini adalah output atau barang produksi dari mebel ini memiliki nilai manfaat bagi masyarakat. Maka peneliti akan mengangkat judul penelitian ini dengan judul“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kota Metro”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh tingkat upah, tingkat harga bahan baku, tingkat harga output dan nilai investasi bersama-sama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro?

2. Bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro?

3. Bagaimana pengaruh tingkat harga bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro?

4. Bagaimana pengaruh harga output terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro?

(25)

C. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat upah, tingkat harga bahan baku, tingkat harga output dan nilai investasi bersama-sama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat harga bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga output terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi pemerintah Kota Metro dalam menentukan kebijakan untuk memecahkan masalah ketenaga kerjaan di Kota Metro. 2. Sebagai bahan refrensi bagi yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut

(26)

E. Kerangka Pemikiran

Fenomena semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Dalam pasar kerja telah terjadi meningkatnya penawaran kerja daripada permintaan kerja, maka terjadi adanya selisih antara penawaran dan permintaan kerja yang mengakibatkan terciptanya pengangguran. Lapangan pekerjaan meruapakan wahana yang sangat penting bagi para tenaga kerja untuk mengeksplorasi kemampuan diri dalam bidang tertentu. Bagi angkatan kerja lapangan pekerjaan merupakan sumber utama pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Besar atau kecilnya pendapatan yang diperoleh dari lapangan pekerjaan tersebut menentukan kesejahteraan bagi tenaga kerja serta keluarganya. Proses pembangunan sering sekali dikaitkan dengan industrilisasi. Proses pembangunan dan industrilisasi merupakan satu jalur untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tinggkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Menurut Arsyad (1997 : 68) menyatakan bahwa pembangunan industri merupakan satu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja. Sektor industri diyakini mampu dapat

memimpin sektor-sektor lainnya dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan dan kesejahteraan.

(27)

Pada industri yang ada di Kota Metro mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Penyerapan tenaga pada industri diantaranya dipengaruhi oleh upah, harga bahan baku, harga output dan nilai ivestasi. Upah yang meningkat secara langsung akan membawa dampak signifikan pada penawaran tenaga kerja, karena dengan adanya tingkat upah yang dinaikkan tersebut para pengusaha akan

berupaya untuk meningkatkan atau menambah jumlah unit usahanya sehingga dengan adanya penambahan unit usaha, pengusaha akan menambah jumlah tenaga kerjanya. Tingkat harga bahan baku meningkat maka dari pihak

industri/perusahaan akan mengurangi tenaga kerja dan jumlah kuantitas output/barang produksi untuk menekan biaya produksi. Sebaliknya jika harga bahan baku menurun maka industri/perusahaan akan meningkatkan jumlah tenaga kerja untuk meningkatkan jumlah kuantitas output/barang produksi yang

dihasilkan.

Begitu pula jika harga output/barang produksi yang dihasilkan naik maka

masyarakat sebagai konsumen akan menurunkan permintaan akan output/barang produksi yang menyebabkan kuantitas barang yang dihasilkan oleh

industri/perusahaan menurun dan tenaga kerja juga pun menurun. Sebaliknya jika harga output/barang produksi yang dihasilkan menurun maka masyarakat sebagai konsumen akan meningkat akan permintaan output/barang produksi yang

dihasilkan.

(28)

penyerapan tenaga kerja, sebaliknya jika nlai investasi meningkat maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat. Berikut ini adalah gambar kerangka pemikiran dari penelitian ini:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran.

F. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang sempurna. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1 Variabel tingkat upah diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

2 Variabel harga bahan baku diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

Harga Bahan Baku

Nilai Investasi

Penyerapan Tenaga Kerja Harga Output

(29)

3 Variabel harga output diduga berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

4 Variabel nilai investasi diduga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

G. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan

penulisan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan berbagai teori yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Bab III Metode penelitian yang berisikan tentang bahan dan metode yang

digunakan dalam penelitian ini.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri

1. Pengertian Industri

Menurut (UU No 5 Tahun 1984 Tentang : Perindustrian) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi dalam mengolah atau memproses serta menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan sarana tertentu sehingga nilai guna (utility) dari barang tersebut meningkat. Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2008) industri adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Jadi secara umum

(31)

Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja sebagai berikut :

1. Industri Besar, yaitu industri yang memiliki tenaga kerja >100 orang. 2. Industri Sedang, yaitu industri yang memiliki tenaga kerja 20-99 orang. 3. Industri Kecil, yaitu industri yang memiliki tenaga kerja 5-19 orang. 4. Industri Rumah tangga, yaitu industri yang memiliki tenaga kerja 4 orang.

2. Industri Kecil

Menurut Tambunan (1999) Industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjaannya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat.Industri kecil juga dapat diartikan sebagai usaha produktif diluar usaha pertanian, baik itu merupakan mata

(32)

Adapun karakteristik industri kecil menurut Kuncoro (1997) yaitu :

1. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola usaha serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat di kotanya.

2. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka mengatasi pembiayaan usaha dari modal sendiri atau sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang dan bahkan rentenir.

3. Sebagai industri kecil tidak mempunyai makan, minuman, dan tembakau. 4. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hamper sepertiga bagian

seluruh industri kecil bergerak pada kelompok industri makan, minuman dan tembakau. Industri tekstil, industri kerajinan, industri kertas (dan kimia diikuti kelompok industri barang galian bukan logam).

B. Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

(33)

bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang sudah mencari pekerjaan. Sedangkan menurut Undang-undang No.13 tahun 2013 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap seseorang laki-laki atau perempuan yang sedang dan akan melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah pendudukusia produktif yang berusia 15-64 tahun yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti karena sakit dan sebagainya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan disebut pengangguran. Jumlah penduduk yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam masyarakat.Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah.

3. Permintaan Tenaga Kerja

(34)

Sedangkan terjadinya hubungan kerja melalui penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja disebut pasar kerja (Simanjutak, 1985). Menurut Putra (2012) pasar tenaga kerja yaitu kegiatan dari pengusaha dan pencari kerja dengan bertemu dalam lowongan kerja dengan bertemu dalam lowongan kerja atau proses hubungan kerja.

Gambar 2. Kurva Pasar Kerja

Menurut asumsi neoklasik, jika penawaran tenaga kerja naik maka upah juga akan naik yang ditunjukkan garis SL. Sebaiknya jika upah naik maka permintaan tenaga kerja akan turun yang ditunjukkan garis DL. Asumsi tersebut beranggapan semua pihak punya informasi yang sempurna sehingga penawaran tenaga kerja selalu sama dengan permintaan tenaga kerja atau tidak terjadi pengangguran, seperti pada titik E. Tapi nyatanya kondisi itu tidak dapat terjadi karena informasi tidak ada yang sempurna dan selalu ada hambatan. Pada kurva diatas upah yang berlaku (Wi) lebih besar dari (WE). Pada tingkat upah (Wi) penawaran tenaga kerja sebesar (Ls) namun permintaan tenaga kerja (Ld). Jumlah penawaran tenaga kerja (Ls) lebih banyak dari permintaan tenaga kerja (Ld), sehingga akan

(35)

3.1. Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, modal adalah konstan.Karena modal konstan maka dalam jangka pendek perusahaan tidak dapat meningkatkan atau menurunkan skala usaha atau melakukan pembelian atau penjualan peralatan. Perusahaan hanya dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan dengan cara menambah input tenaga kerja dan bahan baku.

Hubungan yang terdapat antara input faktor produksi dengan output perusahaan adalah hubungan produksi. Jumlah input tenaga kerja dan modal yang lebih besar yang digunakan oleh perusahaan, makin besar pula output yang dihasilkan. 3.2. Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka panjang

Jangka panjang dalam teori perusahaan adalah konsep perusahaan dalam melakukan penyesuaian penuh terhadap keadaan ekonomi yang berubah. Perbedaan antara permintaan tenaga kerja jangka pendek dan jangka panjang adalah sebagai berikut :

a) Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan itu tidak sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain.

b) Penyesuaian dalam penggunanaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan itu sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain.

(36)

Permintaan tenaga kerja di dasarkan dari permintaan produsen terhadap input tenaga kerja sebagai salah sati input dalam proses produksi. Produsen

mempekerjakan seseorang dalam rangka membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Apabila permintaan konsumen terhadap barang atau jasa yang diproduksi meningkat, maka pengusaha terdorong untuk meningkatkan produksinya melalui penambahan input, termasuk tenaga kerja, selama manfaat dari penambahan produksi tersebut lebih tinggi dari tambahan biaya karena penambahan input. Dengan kata lain, peningkatan permintaan tenaga kerja oleh produsen, tergantung dari peningkatan permintaan barang dan jasa oleh konsumen. Dengan demikian permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan dari permintaan output. Dalam kerangka Makro ekonomi, permintaan output agregat seringkali diukur berdasarkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (PDB/PDRB) suatu perekonomian (Mankiw, 2003).Karena itu tenaga kerja agregat selain dipengaruhi oleh upah, juga ditentukan oleh berbagai variabel sumber-sumber pertumbuhan ekonomi seperti konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.

3.3. Permintaan Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi

Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja merupakan salah satu dari faktor produksi, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan maka semakin banyak output yang diproduksi. Produk Marjinal tenaga kerja adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan, dengan

(37)

Dengan fungsi produksi sebagai berikut : MPL = F (K,L + 1)–F (K,L)

Simbol pertama pada sisi kanan adalah jumlah output yang diproduksi dengan K unit modal dan L + 1 unit tenaga kerja; simbol kedua adalah simbol kedua adalah jumlah output yang diproduksi dengan L +1 unit tenaga kerja dan jumlah yang diproduksi hanya dengan L unit tenaga kerja. Kebanyakan fungsi produksi memiliki sifat produk marjinal yang semakin menurun dengan mempertahankan jumlah modal tetap, produk marjinal tenaga kerja menurun ketika jumlah tenaga kerja meningkat. Gambar dibawah ini mengilustrasikan apa yang terjadi dengan jumlah output bila kita mempertahankan jumlah modal dan mengubah jumlah tenaga kerja(Mankiw,2006).

Output, Y

Tenaga Kerja, L

Gambar 3. Produk Marginal Tenaga Kerja

Gambar ini memperlihatkan bagaimana output tergantung pada input tenaga kerja, dengan menganggap jumlah modal tetap. Produk marjinal tenaga kerja (MPL) adalah perubahan output ketika input tenaga kerja ditambah satu unit. Karena jumlah tenaga kerja meningkat, maka fungsi produksi menjadi semakin datar yang menunjukkan semakin berkurangnya produk marjinal (Mankiw,2006).

MPL 1

(38)

4. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap atau bekerja di suatu unit usaha tertentu. Menurut Indayati, dkk (2010) penyerapan tenaga kerja sebenarnya tergantung dari besar kecilnya permintaan tenaga kerja. Dalam suatu usaha kemampuan penyerapan tenaga kerja akan berbeda antara suatu sektor atau usaha dengan sektor usaha lainnya. Misalnya pekerjaan pada sektor formal dan informal yang memiliki perbedaan dalam penyerapan tenaga kerjanya. Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja disuatu sektor dalam hal ini adalah sektor industri kecil. Variabel-variabel yang menentukan jumlah tenaga kerja yang diminta suatu perusahaan dianalisa dalam dua tingkat. Pertama, difokuskan pada hubungan tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang diminta dengan variabel lain

khususnya permintaan terhadap jumlah barang dan jasa. Hubungan antara upah dan kuantitas yang diminta dinamakan kurva permintaan akan tenaga kerja yang mempunyai slope negatif, yaitu apabila tingkat upah meningkat maka kesempatan kerja akan menurun. Besarnya lapangan kerja diukur melalui elastisitas dari kurva permintaan. Kedua difokuskan pada faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan kurva permintaan akan tenaga kerja, khususnya perubahan dalam metode produksi serta perubahan permintaan akan barang dan jasa.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Sumarsono (2003:105) Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi, dimana faktor yang

(39)

1. Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya priduksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target

produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Seperti yang sudah diuraikan diatas, Sumarsono (2003:106) menyatakan penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atauscale effect.

b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya.

(40)

Menurut Sumarsono (2003:112) upah dibagi menjadi tiga macam yaitu : 1. Upah pokok Upah yang diberikan pada karyawan, yang dibedakan atas upah per jam, per hari, per minggu, per bulan.

2. Upah lembur Upah yang diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan.

3. Tunjangan Sejumlah uang yang diterima karyawan secara menyeluruh karena adanya keuntungan dari perusahaan pada akhir tahun neraca.

2. Nilai Produksi

Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk

menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi

permintaan hasil produksi, antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang- barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988:35).

(41)

kerja. Apabila jumlah output dihasilkan oleh perusahaan yang jumlahnya lebih besar maka akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak jumlah perusahaan/unit yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penambahan output produksi.

Sudarsono (1988:35) menyatakan bahwa perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi. Lain halnya dengan Payaman J. Simanjuntak (1985:87) yang menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi.

3. Nilai Investasi

Menurut Sadono Sukirno (1997:107) investasi dapat diartikan sebagai

(42)

aus dalam proses produksi bukanlah merupakan investasi, tetapi disebut dengan pembelian barang modal untuk mengganti (replacement).

Pembelian barang modal ini merupakan investasi pada waktu yang akan datang. Nilai investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin dan peralatan pada saat pembelian. Investasi ini menentukan skala usaha dari suatu industri kecil yang akan mempengaruhi kemampuan dari usaha tersebut dalam penggunaan faktor produksi yang dalam hal ini berhubungan dengan jumlah investasi yang dilakukan perusahaan yang pada akhirnya menentukan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Menurut Sadono Sukirno (1997:107) dalam praktek usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi atau penanaman modal meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut:

a. Pembelanjaan pokok berbagai jenis barang modal yaitu mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan penunjang untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan lainnya. Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang membelanjakan sebahagian terbesar dari

pendapatan untuk membeli barang dan jasa yang dibutuhkan, penanaman modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan tapi untuk memberi keuntungan yang sebesar- besarnya.

(43)

pengusaha. Disamping oleh harapan di masa depan untuk memperoleh

keuntungan terdapat beberapa faktor yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh penanam modal dalam suatu perekonomian (Sadono Sukirno, 1997:109). Dimana faktor utama untuk menentukan tingkat investasi adalah sebagai berikut:

a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh. b. Tingkat bunga

c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa akan datang. d. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. e. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tenaga kerja. Secara teoritis, semakin besar nilai investasi pada Industri Kecil dimana investasi yang dilakukan bersifat padat karya, sehingga kesempatan kerja yang diciptakan semakin tinggi.

C. Upah

(44)

tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.

Upah sangat penting bagi tenaga kerja untuk kesejahteraan hidupnya dan juga keluarganya. Karena pada dasarnya upah merupakan pendapatan utama bagi para tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup selama sehari-hari. Upah juga berperan sebagai motivasi pekerja seperti menurut teori yang dikemukakan oleh Sastro Hadiwiryo (1998) yang menyatakan bahwa upah atau gaji dapat berperan dalam meningkatkan motivasi tenaga kerja untuk bekerja lebih efektif,

meningkatkan kinerja, meningkatkan produktivitas dalam perusahaan, serta mengimbangi kekurangan dan keterlibatan komitmen yang menjadikan ciri angkatan kerja masa kini. Perusahaan yang tergolong modern, saat ini banyak mengaitkan upah atau gaji dengan kinerja. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi upah tenaga kerja:

1. Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bahwa dari tingkat upah yang dibayarkan.

2. Produktivitas

(45)

3. Biaya Hidup

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Di kota-kota besar biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi. Bagaimanapun juga nampaknya biaya hidup merupakan batas penerimaan dari para pegawai. 4. Organisasi Buruh

Adanya serikat pekerja yang berarti posisi penawaran pegawai juga kuat akan menaikkan tingkat upah, demikian pula sebaliknya. Lemah kuatnya organisasi akan ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah.

5. Kemampuan Untuk Membayar

Meskipun serikat pekerja menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya realisasi pemberian upah akan tergantung juga pada kemampuan membayar dari organisasi. Bagi organisasi, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi yang akan mengurangi keuntungan. Jika kenaikan biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian organisasi jelas organisasi tidak akan mampu memenuhi fasilitas pegawai.

6. Penawaran Dan Permintaan Tenaga Kerja

Meskipun hukum ekonomi tidaklah bisa ditetapkan secara mutlak dalam masalah tenaga kerja, tetapi tidak bisa diingkari bahwa hukum penawaran dan permintaan tetap mempengaruhi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan

(46)

1. Upah Minimum

Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para

pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Propinsi.

Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan.

Apabila kita merujuk ke Pasal 94 Undang-Undang (UU) no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Definisi tunjangan tetap disini adalah tunjangan yang

pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran atau pencapaian prestasi kerja contohnya : tunjangan jabatan, tunjangan

komunikasi, tunjangan keluarga, tunjangan keahlian/profesi. Beda halnya dengan tunjangan makan dan transportasi, tunjangan itu bersifat tidak tetap karena penghitungannya berdasarkan kehadiran atau performa kerja. Beberapa dasar pertimbangan dari penetapan upah minimum sebagai berikut :

(47)

b. Sebagai wujud pelaksana Pancasila, UUD 45 dan GBHN secara nyata. c. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil

masyarakat yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sebagian terbesar masyarakat bepenghasilan rendah dan keluarganya.

d. Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kelas menengah.

e. Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak-hak dasar buruh dan keluarganya sebagai warga negara Indonesia.

f. Merupakan indikator perkembangan ekonomi pendapatan perkapita.

1. Hubungan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Haryani (2002) dalam Nurdian Syah (2014) jika tingkat upah mengalami kenaikkan maka permintaan tenaga kerja akan menurun. Tapi sebaliknya, jika tingkat upah menurun maka permintaan tenaga kerja semakin meningkat. Menurut Ehrenberg dan Smith (1994) menyatakan bahwa jika upah naik maka biaya

produksi akan naik yang kemudian harga barang juga akan naik. Masyarakat akan mengurangi jumlah konsumsi sehingga jumlah produksi pun juga berkurang pada pengurangan tenaga kerja. Berbeda dengan Sumarsono (2003 : 105) yang

menyatakan bahwa upah diartikan sebagai sejumlah dana yang dikeluarkan pengusaha untuk membayar tenaga kerja karena telah melakukan pekerjaannya yaitu menghasilkan produk. Upah yang meningkat secara langsung akan

(48)

meningkatkan atau menambah jumlah unit usahanya sehingga dengan adanya penambahan unit usaha, pengusaha akan menambah jumlah tenaga kerjanya. Seperti yang dikemukakan sebelumnya dalam uraian diatas, bahwa menurut Sumarsono (2003 :106) dalam perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi tingkat upah naik maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

a) Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan yang selanjutnya meningkat pula harga perunit barang yang diproduksi.

Biasanya konsumen memberikan respon cepat apabila terjadi kenaikkan harga barang yaitu dengan mengurangi konsumsi bahkan tidak lagi membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual dan produsen terpaksa menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi atauscale effect.

b) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang lainnya tidak berubah) maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksi dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang investasi seperti mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut juga efek subtitusi tenaga kerja atausubstitution effect.

D. Bahan Baku

(49)

yang membentuk bagian besar produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian local, impor atau hasil pengolahan sendiri. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2001 : 61) bahan baku merupakan bahan yang utama dari suatu produk atau barang.

Jadi bahan baku merupakan bahan yang utama didalam melakukan proses produksi sampai menjadi barang jadi. Bahan baku meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk proses produksi (Singgih Wibowo, 2007 : 24).

Menurut Masiyal Kholmi (2003 : 172) bahan baku memiliki beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a) Perkiraan Pemakaian

Merupakan perkiraan tentang jumlah bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan untuk proses produksi pada periode yang akan datang.

b) Harga Bahan Baku

Merupakan dasar penyusunan perhitungan dari perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam bahan baku tersebut.

c) Biaya-Biaya Persediaan

Merupakan biaya-biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk pengadaan bahan baku.

d) Kebijaksanaan Pembelanjaan

(50)

e) Pemakaian Sesungguhnya

Merupakan pemakaian bahan baku yang sesungguhnya dari periode lalu dan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.

f) Waktu Tunggu

Merupakan tenggang waktu yang tepat maka perusahaan dapat membeli bahan baku pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan ataupun kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

1. Harga Bahan Baku

Menurut Hanggana (2008 ; 15) bahan baku adalah bahan yang menempel menjadi satu dengan barang jadi yang mempunyai nilai relatif tinggi dibandingi dengan nilai bahan yang lain dalam pembuatan suatu barang jadi. Menurut Carter Usry (2006 ; 40) bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Menurut definisi harga bahan baku adalah bagian dari biaya produksi, yang dimana harga bahan baku akan mempengaruhi nilai dari hasil produksi (output atau barang produsksi) yang akan dijual dipasaran.

2. Hubungan Harga Bahan Baku Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Biaya bahan baku adalah biaya-biaya keseluruhan yang digunakan untuk membeli bahan-bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan sejumlah barang atau output.

(51)

meningkatkan hasil produksi. Meningkatnya hasil produksi akan dapat

berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja yang meningkat. Namun disaat biaya bahan baku yang digunakan meningkat maka biaya produksi perusahaan juga semakin meningkat. Meningkatnya biaya produksi akan dapat berpengaruh

terhadap pengurangan penyerapan tenaga kerja. Hal berbeda yang dinyatakan oleh Thoha, dkk (1998) dalam Nurdian Syah (2014) bahwa dengan tingginya industri kecil yang menggunakan bahan baku local maka secara tidak langsung telah berperan besar dalam mengembangkan industri lokal yang menyediakan bahan baku tersebut. Selain itu bahan baku yang didapat bisa lebih murah daripada impor sehingga dapat menekan biaya produksi.

E. .Output / Barang Produksi

Output atau barang produksi adalah hasil dari olahan bahan baku yang telah melewati proses produksi dan memiliki nilai produksi (harga jual). Dalam

penetapan harga output atau barang produksi tergantung dari seberapa besar biaya produksi perusahaan untuk menghasilkan output atau barang produksi tersebut. 1. Harga Output / Barang Produksi

(52)

2. Hubungan Harga Output / Barang Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Hubungan nilai produksi dengan penyerapan tenaga kerja dikemukakan oleh Simanjuntak (2001) dalam Nurdian Syah (2014) bahwa semakin tinggi jumlah barang yang diminta maka produsen akan menambah kapasitas produksi yang artinya jumlah barang yang diproduksi semakin meningkat sehingga produsen akan menambah tenaga kerjanya. Menurut Ehrenberg dan Smith (1994) dalam Nurdian Syah (2014) yang menyatakan bahwa naik turunnya permintaan pasar terhadap hasil produksi suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika permintaan hasil produksi meningkat maka akan ada

peningkatan hasil produksi sehingga nantinya dapat menambah penyerapan tenaga kerja atau meningkatkan permintaan tenaga kerja.

F. Nilai Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno ; 107). Sedangkan menurut Dumairy (1997) investasi adalah penambahan barang modal secara neto positif . Seseorang yang membeli barang modal tetapi ditujukan untuk mengganti barang modal yang aus dalam proses produksi bukanlah merupakan investasi tetapi disebut dengan pembelian barang modal untuk mengganti (replacement). Pembelian barang modal ini merupakan investasi yang akan datang.

Investasi bisa disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan

(53)

agregat. Investasi sebagai pengeluaran modal atau perusahaan membeli

barang-barang modal dan perlengkapan produksi yang akan menambah kemampuan

memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi

dibedakan menjadi dua yaitu :

a) Investasi padafinancial assets,dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, surat beharga pasar uang. Bisa juga dilakukan di pasar modal berupa saham, obligasi dan lainnya.

b) Investasi padareal assets, dilakukan dalam bentuk pembelianassets produktif, pendirian pabrik, pembukaan tambang dan pembukaan perkebunan.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi investasi:

a) Tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected Rate of Return). Faktor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal perusahaan. Kondisi ini internal adalah tingkat efisiensi pada proses produksi dan distribusi, kualitas sumber daya manusia, maupun tingkat teknologi yang digunakan. Adapun kondisi eksternal adalah perkiraan tingkat produksi, pertumbuhan ekonomi dosmetik maupun internasional dan kebijakan pemerintah.

b) Tingkat bunga pinjaman adalah faktor utama yang menentukan biaya investasi. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman maka investasi semakin mahal.

(54)

d) Peluang Pasar, suatu keputusan investasi tidak akan menguntungkan apabila tidak memiliki pasar. Semakin besar pasar bagi hasil produksi maka investasi akan semakin menguntungkan.

e) Iklim usaha yang kondusif. Jika kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung iklim investasi akan menarik minat investor. Misalnya: pemerintah memberikan kemudahan dalam perizinan usaha, perbaikan infrastruktur dan sebagainya.

f) Terjaminnya keamanan dan stabilitas politik merupakan salah satu faktor. Jika suatu daerah atau negara yang sering terjadi konflik atau kerusuhan akan mengurangi minat investor. Pelaku investasi tidak mau berisiko terhadap keamanan aset usahanya apabila pemerintah maupun masyarakat tidak menjaga keamanan. Terhadap hubungan yang erat abtara tingkat keamanan dan stabilitas politik.

1. Hubungan Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Winardi (1991) dalam Nurdian Syah (2014) untuk menciptakan kesempatan kerja yang baru dalam industri kecil adalah meningkatkan omzet/kemampuan produksi yaitu dengan cara meningkatkan penanaman

investasi yang nantinya dapat menambah hasil produksi dan peningkatan kegiatan produksi sehingga pada akhirnya akan berimbas pada bertambahnya tenaga kerja. Nilai investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin dan

peralatan pada saat pembelian.

Investasi ini menentukan skala usaha dari suatu industri dan akan mempengaruhi

(55)

ini berhubungan dengan jumlah investasi perusahaan yang pada akhirnya

menentukan tingkat penyerapan tenaga kerja.

G. Tinjauan Empiris

1. Penelitian Farid Fadli, dengan judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Industri Mebel di Kota Bandar Lampung”. Variabel dalam penelitian ini

adalah investasi, upah, harga dan harga bahan baku. Alat analisis yang

digunakan adalah deskritif kuantitatif dengan menggunakan regresi linear

berganda untuk menghitung dan menganalisa seberapa besar pengaruh

investasi, upah, harga dan harga bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja

pada industri di Kota Bandar Lampung. Dari hasil perhitungan estimasi bahwa

variabel-variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja sebesar 70,86% dan sisanya sebesar 29,14%

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Pada penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel investasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut perhitungan statistik menunjukkan

koefisien sebesar 1,91. Variabel harga diketahui berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut perhitungan statistik

bahwa koefisien sebesar 2,01. Variabel upah diketahui berpengaruh positif dan

tidak signifikan. Menurut perhitungan statistik menunjukkan koefisien sebesar

1,19. Variabel harga bahan baku berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja. Menurut perhitungan statistik menunjukkan

koefisien sebesar -9,95. Variabel yang paling dominan dan paling berpengaruh

(56)

2. Penelitian Riki Ardiansyah, dengan judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja

Pada Industri Batu Bata di Bandar Lampung(Studi Kasus di Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa)”.Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat upah, harga sewa tanah dan nilai investasi tetap. Dari hasil perhitungan

estimasi bahwa variabel-variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh

terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 59,16% dan sisanya sebesar 40,48%

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Pada penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel tingkat upah berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut statistik menunjukkan

koefisien sebesar -0,0067. Variabel harga sewa tanah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut statistik menunjukkan

koefisien sebesar 0,5390. Variabel nilai investasi tetap berpengaruh negatif

dan tidak signifikan pada penyerapan tenaga kerja. Menurut statistic

menunjukkan koefisien sebesar -0,0003. Variabel paling dominan dan paling

berpengaruh dalam penelitian ini adalah variabel harga sewa tanah.

3. Nurdian Syah, dengan judul penelitian “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Tempe (Studi

Kasus Sentra Industri Tempe Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan

Blimbing Kota Malang). Variabel dalam penelitian ini adalah modal, upah,

nilai produksi, dan biaya bahan baku. Dari estimasi perhitungan bahwa secara

bersama-sama variabel modal, upah, nilai produksi dan bahan baku

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sebesar 47,60% dan 52,40%

(57)

menunjukkan variabel modal berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga

kerja dengan menunjukkan koefisien sebesar 0,386. Variabel upah

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan

menunjukkan koefisien sebesar -0,276. Variabel nilai produksi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan menunjukkan

koefisien sebesar 0,896. Variabel biaya bahan baku berpengaruh negatif

terhadap penyerapan tenaga kerja dengan koefisien sebesar -0,349. Variabel

yang paling dominan dalam penelitian ini adalah variabel nilai produksi.

4. Riki Eka Putra, dengan judul penelitian “Pengaruh Nilai Investasi, nilai upah,

Dan Nilai Produksi Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota

Semarang”. Variabel dalam penelitian ini adalah nilai investasi, nilai upah,

dan nilai produksi. Dari estimasi perhitungan bahwa secara bersama-sama

variabel nilai investasi, nilai upah dan nilai produksi mempengaruhi

penyerapan tenaga kerja sebesar 77,70% dan 22,30% dipengaruhi oleh

variabel lain diluar penelitian. Pada penelitian ini menunjukkan variabel nilai

investasi berpengaruh positif dan signifikam terhadap penyerapan tenaga kerja

dengan menunjukkan koefisien sebesar 0,433. Variabel nilai upah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan

menunjukkan koefisien sebesar 0,374. Variabel nilai produksi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan menunjukkan

koefisien sebesar 0,533. Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini

(58)

5. Amin Budiawan, dengan judulpenelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan di

Kabupaten Demak”. Variabel dalam penelitian ini adalah nilai upah, nilai

produksi dan modal. Dari estimasi perhitungan bahwa secara bersama-sama

variabel nilai upah nilai produksi dan modal mempengaruhi penyerapan

tenaga kerja sebesar 75,80% dan 24,20% dipengaruhi oleh variabel lain diluar

penelitian. Pada penelitian ini menunjukkan variabel nilai upah berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan menunjukkan

koefisien sebesar 0,344. Variabel nilai produksi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan menunjukkan koefisien

sebesar 0,127. Variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja dengan menunjukkan koefisien sebesar 0,357.

Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah variabel modal.

6. Dian Yanuwardani W dan Nenik Woyanti, dengan judul penelitian “Analisis

Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri

Kecil Tempe di Kota Semarang”. Variabel dalam penelitian ini adalah modal

kerja, nilai produksi, dan tingkat upah. Dari estimasi perhitungan bahwa

secara bersama-sama variabel modal kerja, nilai produksi dan tingkat upah

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sebesar 75,60% dan 24,40%

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Pada penelitian ini

menunjukkan variabel modal kerja berpengaruh positif terhadap penyerapan

tenaga kerja dengan menunjukkan koefisien sebesar 0,0000585. Variabel nilai

(59)

menunjukkan koefisien sebesar 0,0000401. Variabel tingkat upah berpengaruh

negatif terhadap penyerapan tenaga kerja dengan menunjukkan koefisien

sebesar 0,006. Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah

(60)

III. METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap

variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional sebagai berikut :

a. Variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu

1. Penyerapan tenaga kerja ( T ), merupakan jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri mebel di Kota Metro.

b. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

1. Upah ( U ), merupakan imbalan yang diberikan pemilik usaha kepada tenaga kerja secara perbulan dari hasil pekerjaannya.

2. Harga bahan baku ( HBB ), merupakan seluruh biaya untuk membeli bahan baku dalam satu bulan produksi oleh pemilik usaha.

3. Harga output ( HO ), yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga rata-rata output atau barang produksi dikalikan dengan rata-rata jumlah produksi dalam satu bulan produksi.

(61)

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data yang diperoleh dari industri mebel di Kota Metro

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara yaitu metode dengan mengadakan wawancara dengan daftar pertanyaan yang sudah disusun sesuai dengan tujuan penelitian ini.

D. Metode Pengambilan Sampel

(62)

(1998) Sampel random/sampel acak diberi nama demikian karena di dalam pengambilansampelnya peneliti “mencampur”subjek-subjek didalam populasi, sehingga semua subjek-subjek didalam populasi dianggap memiliki hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila subjek yang diteliti kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung dari:

1) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resiko besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel atau semakin besar presentase sampel dari populasi hasil penelitian akan semakin baik.

Anggapan itu benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subjek penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subjek dalam populasi.

(63)

E. Model Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Dimana penelitian ini akan mengukur dan menganalisis pengaruh dan arah hubungan variabel bebas dalam hal ini Upah (U), Harga Bahan Baku (HBB), Harga Output (HO), Nilai Investasi (NI) terhadap variabel terikat Penyerapan Tenaga Kerja (T), maka bentuk

persamaannya adalah sebagai berikut: T = f (U + HBB + HO + NI)

Dengan demikian dapat dikemukakan model analisisnya sebagai berikut:

ln T =β0+ β1 lnU +β2lnHBB +β3lnHO +β4lnNI +ℇt

Dimana :

T

=

Penyerapan Tenaga Kerja

U

=

Upah

HBB

=

Harga Bahan Baku

HO

=

Harga Ouput

NI

=

Nilai Investasi

β1,β2,β3,β4 = Koefisien masing-masing variabel

β0 = Konstanta

t =Error term

(64)

F. Metode Analisis

1. Uji Asumsi Klasik

Menurut Gauss-Markov (Greene,2008:49),Ordinary Least Squares(OLS) merupakan penduga denganvarianceterkecil. Sehingga ia bersifat BLUE (The Best Linier Unbiased Estimator). Gujarati (2003:335) mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus

dipenuhi antara lain:

a. Model regresi adalah linier, yaitu linier di dalam parameter

b. Residual variabel pengganggu (µ) mempunyai nilai rata-rata nol (zero mean value of disturbanceµ).

c. Heterokedastisitas atau varian dari µ adalah konstan. d. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu (µ). e. Kovarian antara µ dan variabel independen (X1) adalah nol.

f. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang diestimasi.

g. Tidak ada multikolinieritas.

h. Variabel penggangu harus berdistribusi normal atau stikastik.

(65)

1.1. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi adalah bahwa varian setiap disturbance termyang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan σ. Inilah yang

disebut dengan asumsihomoscedasticityatau varian yang sama. Masalah Heteroskedastisitas timbul apabila variabel gangguan mempunyai varian yang tidak konstan. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka diduga OLS tidak lagi bersifat BLUE (The best linier unbiased estimator), karena ia akan menghasilkan dugaan dengan galat baku yang tidak akurat. Ini dapat berakibat pada uji hipotesis dan dugaan selang kepercayaan yang dihasilkan juga tidak akurat dan akan

menyesatkan (misleanding). Dalam penelitian ini, uji Heterokedastisitas dilakukan dengan ujiwhitedengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Estimasi persamaan dan dapatkan residualnya.

b) Lakukan regresiauxialiaryyaitu regresiauxialiarytanpa perkalian antara variabel independen (no cors term) dan juga regresiauxialiarydengan perkalian antara variiabel independen (cors term).

c) Hipotesis nol dalam uji adalah tidak adanya heterokedastisitas. Ujiwhite didasarkan pada sampel (n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusichi-squaredengandegree or freedomsebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta regresiauxialiary.

d) Kriteria pengujiannya adalah :

(66)

• H0ditolak dan Haditerima: Jikachi squarehitung (n.R2) lebih besar daripada nilai 2

kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α) atau ada

heterokedastisitas.

H0diterima dan Haditolak: jikachi-squarehitung lebih kecil dari nilai

χ2kritis atau tidak ada heterokedastisitas. 1.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pemngamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode

pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

a) DW < dL bermakna (signifikan) sehingga menerima hipotesis alternatif yang menyatakan ada autokorelasi positif

b) DW > dU adalah tidak bermakna (tidak signifikan) hipotesis nol akan diterima dan tidak terjadi masalah autokorelasi.

c) dL < DW < dU berarti pengujian tidak memberikan keputusan ( ragu-ragu) 1.3. Uji Normalitas

(67)

distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Dari berbagai macam cara uji normalitas yang dapat dipakai, dalam penelitian ini uji yang akan dipakai untuk mendeteksi normalitas distribusi data adalah

menggunakan uji skewness dan kurtosis meliputi uji Kolmogorov-Smirnov, uji Shapiro-Wilk, uji Anderson-Darling, dan uji Cramer-von Mises tersebut. Hipotesis yang diajukan uji Kolmogorov-Smirnov, uji Shapiro-Wilk, uji Anderson-Darling, dan uji Cramer-von Mises adalah sebagai berikut: Ho : Data X berdistribusi normal.

Ha : Data X tidak berdistribusi normal.

Pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov, uji Shapiro-Wilk, uji Anderson-Darling, dan uji Cramer-von Mises adalah sebagai berikut:

Jika Sig.(p) > 0,05 maka Ho diterima. Jika Sig.(p) < 0,05 maka Ho ditolak.

1.4. Uji Multikolinearlitas

Multikolinearlitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah didalam model regresi tersebut terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Menurut Gujarati (2003:341-356) uji multikolinerlitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Gambar

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Lampung
Tabel 2. Perkembangan Industri Pengolahan Menurut Golongan Industri di
Tabel 3. Kelompok Industri Pengolahan di Kota Metro Tahun 2014
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Kota Metro Menurut Lapangan Usaha AtasDasar Harga Konstan Tahun 2011-2013 (%)
+4

Referensi

Dokumen terkait

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen berupa jumlah unit usaha, UMR, investasi, Inflasi ,PDRBsektor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keuntungan, modal usaha dan lama usaha terhadap jumlah tenaga kerja industri mebel di Kecamatan Gadingrejo Kota

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keuntungan, modal usaha dan lama usaha terhadap jumlah tenaga kerja industri mebel di Kecamatan Gadingrejo Kota

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung modal, tingkat upah, teknologi dan investasi melalui jumlah produksi

Siti Khadijah Hidayati Nasution, 2013, Analisis Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja (Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di

Apakah PDRB sektor Industri dan Perdagangan, Investasi, Tingkat Upah, Tingkat Suku Bunga dan Jumlah Perusahaan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri

Untuk Investasi berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa satu hal yang pasti dari naiknya investasi maka akan meningkatnya modal dan produksi barang atau

Pembahasan Melalui pengujian hipotesis sebelumya, dari variabel modal, volume penjualan, tingkat pendidikan dan Upah, keempat variabel ini mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di