• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK IDENTITAS DI MALAYSIA (STUDI PADA FILM UPIN DAN IPIN BERJUDUL GONG XI FA CAI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLITIK IDENTITAS DI MALAYSIA (STUDI PADA FILM UPIN DAN IPIN BERJUDUL GONG XI FA CAI)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

ENGKI JULIANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

POLITICAL IDENTITY IN MALAYSIA

(STUDIES AT UPIN AND IPIN THE MOVIE ON TITTLE GONG XI FA CAI) By

Engki Julianto

Malaysia is a multicultural state as well as Indonesia. There are four ethnics in Malaysia: China, India, Malays and native Malaysian. But Malaysia has several ethnic, religion, and culture are different, in the public space they can be appreciate and toleran each other. So that it is important and also an intristing topic to be analyzed dan neverdad. Particulary the research on political identity in Malaysia. I tools the Upin and Ipin movie entitled Gong Xi Fa Cai as the case study in this research.

The problem in this research is “How political identity are revealed in the Upin

and Ipin movie entitled Gong Xi Fa Cai”. The aim of this research is to describe how political identity occurre. I used a qualitative approach and applied content analysis discourse.

(3)

visit in the great religious days and the different ethnic parties so Upin and Ipin the moviea representation ofsociety in Malaysia.

(4)

ABSTRAK

POLITIK IDENTITAS DI MALAYSIA

(STUDI PADA FILM UPIN DAN IPIN BERJUDUL GONG XI FA CAI) Oleh

Engki Julianto

Malaysia adalah negara yang multikultural sama seperti Indonesia. Namun di Malaysia hanya ada empat etnis saja yang diakui yaitu Melayu, Cina, India, dan orang asli Malaysia. Dengan masyarakat yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan budaya yang berbeda, masyarakat Malaysia dapat saling menghargai dan toleransi antar perbedaan yang ada. Oleh karena itu perlu menganalisis terjadinya politik identitas di Malaysia (studi pada film Upin dan Ipin berjudul Gong Xi Fa Cai).

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Politik Identitas di

Malaysia dilihat dari serial film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai”. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana politik identitas yang terjadi di Malaysia dilihat dari serial film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai.Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif menggunakan pendekatan analisis wacana.

(5)

Fa Cai digambarkan sikap toleransi, saling menghargai, dan sikap terbuka dengan perbedaan. Politik identitas pada film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai sama dengan kenyataan sebenarnya dengan saling berkunjung pada hari-hari besar keagamaan maupun pesta-pesta yang diadakan etnis yang berbeda, sehingga film Upin dan Ipin ini merupakan bentuk representasi keadaan masyarakat yang ada di Malaysia.

(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian... 12

D. Manfaat Penelitian... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Politik Identitas ... 13

B. Multikulturalisme ... 19

C. Kerangka Pikir... 23

III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Tipe Penelitian... 24

B. Lokasi Penelitian ... 28

C. Fokus Penelitian ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 30

F. Teknik Validitas Data... 32

IV. GAMBARAN UMUM ... 34

A. Sejarah Film Upin dan Ipin ... 34

B. Tokoh-Tokoh dalam film Upin dan Ipin ... 36

C. Sinopsis Film Upin dan Ipin Berjudul Gong Xi Fa Cai ... 41

V. PEMBAHASAN ... 47

(10)

b. Politik identitas pada aktor/tokoh yang berada dalam serial

film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai ... 55

c. Representasi politik identitas pada film Upin dan Ipin ... 60

d. Multikulturalisme Pada Film Upin dan Ipin Berjudul Gong Xi Fa Cai ... 63

B. Representasi Politik Identitas di Malaysia dilihat dari Film Upin dan Ipin Berjudul Gong Xi Fa Cai ... 76

VI. SIMPULAN dan SARAN ... 81

A. Simpulan... 81

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Malaysia adalah negara yang memiliki keragaman budaya yang plural dan heterogen. Malaysia merupakan negara persemakmuran Inggris yang memiliki keragaman etnis, agama, dan budaya. Malaysia dan Indonesia merupakan saudara satu rumpun yang memiliki banyak persamaan. Keanekaragaman etnis, agama, dan budaya merupakan sedikit bentuk persamaan antara Malaysia dengan Indonesia.

Masyarakat Malaysia identik dengan sebutan “orang Melayu”. Padahal bukan hanya Malaysia yang merupakan orang Melayu, Indonesia juga merupakan orang Melayu, dan negara-negara di Asia Tenggara juga merupakan orang Melayu. Mengapa harus ada sebutan “orang Melayu” bagi warga Malaysia?

Padahal bukan hanya Malaysia yang merupakan orang Melayu. Ini semua karena faktor sejarah dan budaya yang ada di Malaysia.

(12)

etnis yang ada. Identitas tiap etnis yang berbeda pun dapat dengan mudah diterima dalam kehidupan bermasyarakat di Malaysia.

Penduduk Malaysia mencapai 28,3 juta jiwa yang mana mayoritas penduduknya adalah penduduk asli atau pribumi negeri itu, yang dalam bahasa Melayu biasa dikenal dengan sebutan bumiputera (www.bharian.com.my/bharian/articles/PendudukMalaysiakini28_3juta/Artic /artikel). Penduduk asli Malaysia mencapai 67,4 persen dari populasi total, orang-orang Cina mencapai 24,6 persen dan India mencapai 7,3 persen.

Pluralisme menurut Abdul Rahman Embong dalam (Hefner, 2007:107) menjadi salah satu sumber kekuatan, vitalitas, dan keunikan negeri itu. Pluralisme telah menyumbang pada pemahaman dan kerja sama multi etnis, memperlunak ekstremisme etnoreligius dan meningkatkan prospek-prospek bagi toleransi, sivilitas, dan partisipasi sosial. Meskipun pluralisme, masyarakat Malaysia tetap menggunakan bahasa yang sama dalam bermasyarakat yaitu bahasa Melayu.

(13)

Pada sistem pemerintahan dan politiknya yang mendominasi jalannya roda pemerintahan adalah orang Malaysia yang diikuti oleh orang Cina, India, dan hanya sedikit sekali orang asli Malaysia. Hanya sedikitnya orang asli yang berada di kursi pemerintahan disebabkan orang asli yang masih sangat minim pendidikan dan berada di pedalaman yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Sistem perpolitikan di Malaysia juga masih didominasi oleh orang Melayu, di mana semua partai politik yang sukses di Malaysia dibangun di sepanjang garis-garis etnis. Sebagaimana telah diamati oleh Milne dan Mauzy (1999: 18), sistem Malaysia itu merupakan semacam hegemonic consociationalism, di mana orang Melayu menikmati keunggulan-keunggulan yang secara konstitusional disakralkan untuk warga negara non-Melayu (Hefner, 2007: 57).

(14)

Organisasi-organisasi politik yang berlandaskan islam ini telah memberikan dampak yang mengarah kepada etnoreligius. Abdul Rahman Embong dalam (Hefner, 2007: 113) mengungkapkan bahwa dampak yang terjadi sangat signifikan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan negara dan perjuangan-perjuangan, pada kehidupan sehari-hari rakyat, dan pada hubungan-hubungan etnis. Bahkan kelompok islam telah berusaha merancang institusi-institusi alternatif dalam nama islam, dengan mendirikan antara lain, institusi-institusi pendidikan dan pusat-pusat kesehatan mereka sendiri.

Pada bidang pendidikan di Malaysia ruang-ruang linguistik, kultural, edukasional, dan artistik telah menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa, dengan lahirnya imajinasi-imajinasi dan nilai-nilai pluralis baru. Hal ini dibuktikan dengan anak-anak Malaysia yang berbeda latar belakang etnis dan religius belajar saling berdampingan dengan di sekolah-sekolah dengan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Melayu.

(15)

Perkembangan pluralis baru yang terjadi di Malaysia berdampak pula pada bidang kebudayaan yang ada di Malaysia. Pada bidang budaya, telah berkembang ekspresi-ekspresi kultural etnis dalam bentuk tari-tarian, lagu-lagu, dan ekspresi-ekspresi lainnya seperti puisi, teater, dan cerita pendek yang berupa video visual. Perkembangan-perkembangan itu dipengaruhi oleh minat negara Malaysia dalam mempromosikan pariwisata, tapi perkembangan baru itu telah membuktikan ketertarikan yang besar di luar program-program negara.

Segala macam keanekaragaman budaya, agama, dan etnis yang dimiliki, mereka tuangkan dalam sebuah karya seni yang berbentuk video visual, yaitu dalam serial film Upin dan Ipin yang diperuntukan bagi anak-anak. Film Upin dan Ipin merupakan film animasi yang bernuansa mendidik bagi setiap anak-anak yang menyaksikannya. Mungkin untuk anak-anak-anak-anak yang menyaksikan film ini, mereka belum mengerti unsur pendidikan yang terkandung di dalamnya. Orangtua diharapkan mampu mendampingi anak-anaknya dalam menyaksikan film ini.

(16)

Pada bulan Agustus tahun 2007 film animasi Upin dan Ipin berhasil diselesaikan oleh Les’ Copaque Production. Setelah satu bulan kemudian, film Upin dan Ipin ini untuk pertama kalinya diputar di saluran televisi swasta yang ada di Malaysia yang bernama Channel 9. Pada awal pemutaran film ini, masyarakat Malaysia menyambut dengan baik, respon baik yang diberikan terhadap film Upin dan Ipin membawa kesan tersendiri bagi pembuatnya. Tidak hanya di Malaysia, di Indonesia juga film Upin dan Ipin ini mendapat apresiasi positif dari yang menyaksikannya.

Pada bulan Ramadhan tahun 2009 lalu, film Upin dan Ipin untuk pertama kalinya menyapa penonton TVRI. Akan tetapi sekarang film Upin dan Ipin menyapa penikmat MNCTV. Bahkan kini banyak kaset VCD/DVD film Upin dan Ipin di jual bebas. Tak hanya itu, film Upin dan Ipin juga dengan mudah dapat diunduh di Internet, termasuk situs resminya Les’ Copaque Production.

(17)

Ketika film kartun lain masih menampilkan adegan kekerasan, perkelahian, dan caci-maki, film Upin dan Ipin tidak menampilkan semua itu. Film Upin dan Ipin lebih menampilkan tentang rasa toleransi, rasa saling menghargai, dan menghormati perbedaan yang ada. Film upin dan Ipin menampilkan sosok kehidupan masyarakat Malaysia yang sebenarnya dengan segala perbedaan etnis, agama, dan budaya.

Segala macam perbedaan etnis, agama, dan budaya ditampilkan dalam Film Upin dan Ipin. Film ini yang menjadi bintang utamanya adalah dua orang saudara kembar yang bernama Upin dan Ipin. Dua orang anak kembar yang sudah menjadi anak yatim piatu sejak kecil yang kemudian diasuh oleh neneknya yang biasa dipanggil dengan sebutan “Opah” dan kakak perempuan Upin dan Ipin yaitu Kak Ros. Upin dan Ipin adalah dua anak kembar yang memiliki banyak kesamaan dan saling kompak satu sama lain. Dua anak kembar yang sulit dibedakan karena karakter yang nyaris sama.

(18)

Nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan Opah dan Kak Ros dalam film ini sangat mudah dimengerti anak-anak. Adegan dan dialog disajikan dengan lucu, ringan, dan sederhana. Selain bercerita soal puasa, film Upin dan Ipin juga menyampaikan pesan-pesan edukasi dan nilai moral kepada anak-anak. Pesan sosial, agama, dan moral yang disampaikan Upin dan Ipin sangat banyak.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sony Lutfiaji Priyandoko

dengan judul “Nilai-Nilai Akhlakul Karimah Dalam Film Upin dan Ipin”,

Sony melakukan penelitian pada beberapa seri yang ada pada film Upin dan Ipin dengan hasil penelitian menunjukkan:

1. Nilai-nilai Akhlakul Karimah yang terdapat dalam Film Upin dan Ipin seri Pertama dan Kedua adalah: Terkait dengan dimensi transendental

(vertikal) yaitu: Upaya Khusyu‟ dalam beribadah, Bersyukur, Ikhlas.

Terkait dengan dimensi sosial yaitu: Tolong menolong, Amar ma‟ruf nahi munkar, Saling berbagi, Jujur, Toleransi, Pemaaf, Menahan Nafsu, Patuh. 2. Fungsi Akhlak dalam Film Upin dan Ipin:

a. Patuh: Mempunyai rasa taat terhadap orang tua, tidak ragu-ragu dalam mengerjakan sesuatu.

b. Toleransi: Menghargai pendapat orang lain, terwujudnya kehidupan masyarakat yang damai, menghormati hak-hak antar umat beragama.

c. Khusyu‟: Menjadikan Ibadah lebih sempurna, tingkat konsentrasi

yang lebih baik, menjadikan sifat rendah diri dalam seseorang.

(19)

e. Amar ma‟ruf nahi munkar: Menghilangkan kemunkaran, saling mengingatkan dalam hal kebaikan.

f. Bersyukur: Merasa cukup dengan apa yang diperoleh, tidak pernah merasa kecewa dengan apa yang telah didapat, lebih percaya diri. g. Jujur: Menimbulkan rasa percaya orang lain terhadap kita, menjadi

orang yang amanat.

h. Sedekah: Saling berbagi, membantu orang yang kurang mampu, Membersihkan harta.

i. Menahan nafsu: Melatih pengendalian diri, mencegah perbuatan yang negative, selalu menggunakan akal sehat dalam berbuat sesuatu. j. Tolong menolong: Adanya sikap peduli terhadap sesama,

menghilangkan rasa egois, terwujudnya interaksi bermasyarakat yang baik.

k. Saling memaafkan: Intropeksi diri, Menghilangkan rasa dendam.

Pada serial film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai, pesan sosial dan moral yang disampaikan juga sangatlah banyak. Seperti dapat saling menghargai perbedaan yang ada, tidak saling membeda-bedakan antar etnis yang berbeda, toleransi, dan harus mampu menyatukan perbedaan meskipun berlainan etnis, agama, dan budaya dalam setiap tokohnya.

(20)

Mei Mei selaku tokoh yang merayakan mengundang teman-temannya yang lain untuk dapat hadir ke rumahnya.

Undangan untuk dapat hadir ke rumahnya Mei Mei disambut dengan baik pula oleh Upin dan Ipin beserta teman-teman yang lain. Pada saat mendatangi kediaman Mei Mei, masing-masing tokoh mengenakan pakaian yang mencirikan identitasnya masing-masing. Meskipun demikian, teman-teman dari Mei Mei yang hadir dapat diterima dengan baik oleh keluarga besar Mei Mei.

Peristiwa ini sedikit menggambarkan politik identitas dan multikulturalisme yang terjadi di Malaysia apabila dilihat dari serial Film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai. Segala perbedaan yang ada dapat diterima satu sama lain, tanpa membeda-bedakan etnis, budaya, dan agama yang berbeda pada masing-masing tokohnya.

Upin yang merupakan kakak kandung dari Ipin identik dengan baju berwarna kuning bertuliskan lambang “U” di depan dadanya dengan satu kuncung

rambut yang berdiri di kepalanya. Ketika Upin hadir ke rumah Mei Mei, Upin mengenakan pakaian kebesaran etnis Melayu, yaitu dengan peci di kepala dan sarung yang dililitkan dipinggangnya.

Sedangkan Ipin bercirikan dengan baju berwarna biru dengan bertuliskan

huruf “I” di depan dadanya. Ipin tidak memiliki rambut kuncung seperti yang

(21)

Berkaitan dengan politik identitas yang erat hubungannya dengan rasa kepemilikan antar sesama etnis, agama, dan budaya untuk membedakan dengan yang lain. Maka apa yang dilakukan oleh Upin dan Ipin ini dapat mendukung pengertian itu, karena apa yang dilakukan Upin dan Ipin adalah untuk menonjolkan perbedaan yang ada dengan mengenakan pakaian etnis Melayu.

Mail yang merupakan salah satu teman dari Upin dan Ipin mengenakan pakaian etnis Cina ketika datang memenuhi undangan Mei Mei untuk merayakan hari besar tahun baru Cina. Hal ini dilakukan atas dasar rasa saling menghargai dan peduli antar sesama. Hanya saja sedikit berbeda pada umumnya yang identik dengan warna merah. Ketika datang, Mail mengenakan pakaian berwarna kuning.

Beberapa tokoh lainnya yang ada dalam film ini terdiri dari berbagai unsur budaya yang berbeda. Jarjit adalah teman dari Upin dan Ipin yang berlatar belakang dari keturunan India. Ciri dari Jarjit adalah sebuah topi kecil di tengah-tengah kepalanya. Ketika datang kerumah Mei Mei Jarjit mengenakan pakain kebesaran etnis Indianya.

(22)

Keanekaragaman etnis, budaya, adat istiadat, dan agama pada tokoh yang ada dalam film Upin dan Ipin, membuktikan multikulturalisme juga berlangsung di dalam film ini. Berbagai macam simbol-simbol untuk menjelaskan karakter tiap-tiap tokoh yang berbeda dari segi budayanya pun di gambarkan secara jelas, agar memudahkan setiap orang yang menyaksikan untuk mengenali berbagai perbedaan yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana Politik Identitas dan Multikulturalisme di Malaysia

dilihat dari serial film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk menggambarkan bagaimana politik identitas dan multikulturalisme yang terjadi di Malaysia dilihat dari serial film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai.

D. Manfaat Penelitian

(23)
(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Politik Identitas

Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep yang menjadi basis untuk pengenalan sesuatu hal. Kita akan mengenali sesuatu halnya itu kalau kita tahu identitasnya. Ini juga akan berarti bahwa kalau kita mengenali identitas sesuatu hal, maka kita akan memiliki pengetahuan akan sesuatu halnya itu.

(25)

Identitas menurut Jeffrey Week adalah berkaitan dengan belonging tentang persamaan dengan sejumlah orang dan apa yang membedakan seseorang dengan yang lain. Pendapat Jeffrey Week tersebut menekankan pentingnya identitas bagi tiap individu maupun bagi suatu kelompok atau komunitas (Widayanti, 2009: 14).

Namun demikian, sebenarnya akan lebih mudah bila kita memahami konsep identitas ini dalam bentuk contoh. Ketika seseorang lahir, ia tentu akan mendapatkan identitas yang bersifat fisik dan juga non-fisik. Identitas fisik yang terutama dimiliki adalah apakah ia berjenis kelamin pria atau wanita. Sedangkan untuk identitas non-fisik adalah nama yang digunakan, juga status yang ada pada keluarga pada saat dilahirkan.

Identitas dalam sosiologi maupun politik biasanya dikategorikan menjadi dua kategori utama, yakni identitas sosial (kelas, ras, etnis, gender, dan seksualitas) dan identitas politik (nasionalitas dan kewarganegaraan (citizenship)). Identitas sosial menentukan posisi subjek di dalam relasi atau interaksi sosialnya, sedangkan identitas politik menentukan posisi subjek di dalam suatu komunitas melalui suatu rasa kepemilikan (sense of bellonging) dan sekaligus menandai posisi subjek yang lain di dalam suatu pembedaan (sense of otherness) (Setyaningrum, 2005: 19).

Identitas politik (political identity) secara konseptual berbeda dengan “politik

identitas” (politica of identity). Identitas politik merupakan konstruksi yang

(26)

politik pengorganisasian identitas (baik identitas politik maupun identitas sosial) sebagai sumberdaya dan sarana politik (Setyaningrum, 2005: 19).

Secara sederhana, apa yang dimaksud identitas didefinisikan sebagai karakteristik esensial yang menjadi basis pengenalan dari sesuatu hal. Identitas merupakan karakteristik khusus setiap orang atau komunitas yang menjadi titik masuk bagi orang lain atau komunitas lain untuk mengenalkan mereka (Widayanti, 2009: 13). Ini adalah definisi umum yang sederhana mengenai identitas dan akan kita pakai dalam pembahasan berikutnya mengenai politik identitas.

Menurut Stuart Hall, identitas seseorang tidak dapat dilepaskan dari „sense

(rasa/kesadaran) terhadap ikatan kolektivitas‟. Dari pernyataan tersebut, maka

ketika identitas diformulasikan sebagai sesuatu yang membuat seseorang memiliki berbagai persamaan dengan orang lain, maka pada saat yang bersamaan juga identitas memformulasikan otherness (keberbedaan) atau sesuatu yang diluar persamaan-persamaan tersebut. Sehingga karakteristik identitas bukan hanya dibentuk oleh ikatan kolektif, melainkan juga oleh kategori-kategori pembeda (categories of difference) (Setyaningrum, 2005: 26).

(27)

Identitas mencitrakan kepribadian seseorang, serta bisa menentukan posisi seseorang.

Ada 3 pendekatan pembentukan identitas, yaitu:

1. Primodialisme. Identitas diperoleh secara alamiah, turun temurun.

2. Konstruktivisme. Identitas sebagai sesuatu yang dibentuk dan hasil dari proses sosial yang kompleks. Identitas dapat terbentuk melalui ikatan-ikatan kultural dalam masyarakat.

3. Instrumentalisme. Identitas merupakan sesuatu yang dikonstruksikan untuk kepentingan elit dan lebih menekankan pada aspek kekuasaan (Widayanti, 2009: 14-15).

Politik identitas bisa dikatakan terjadi di setiap kelompok atau komunitas, salah satunya yang terjadi dalam serial film Upin dan Ipin. Masing-masing individu yang memiliki identitas pribadi yang berbeda dari suku, etnis dan agama telah bergabung menjadi satu komunitas yang memiliki identitas kolektif.

(28)

Menurut Cressida Heyes (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2007) mendefinisikan politik identitas sebagai penandaan aktivitas politis dalam pengertian yang lebih luas dan teorisasi terhadap ditemukannya pengalaman-pengalaman ketidakadilan yang dialami bersama anggota-anggota dari kelompok-kelompok sosial tertentu (www.assignmentfilzaty.blogspot.com).

Ketimbang pengorganisasian secara mandiri dalam ruang lingkup ideologi atau afilisasi kepartaian, politik identitas berkepentingan dengan pembebasan dari situasi keterpinggiran yang secara spesifik mencakup konstituensi (keanggotaan) dari kelompok dalam konteks yang lebih luas. Dalam hal ini Cressida Heyes beranggapan jika politik identitas lebih mengarah kepada kepentingan terhadap individu atau kelompok yang terpinggirkan dari pada pengorganisasian.

Agnes Heller mengambil definisi politik identitas sebagai konsep dan gerakan politik yang fokus perhatiannya adalah perbedaan (difference) sebagai suatu kategori politik yang utama (Abdilah S, 2002: 16). Di dalam setiap komunitas, walaupun mereka berideologi dan memiliki tujuan bersama, tidak bisa dipungkiri bahwa di dalamya terdapat berbagai macam individu yang memiliki kepribadian dan identitas masing-masing.

(29)

mendapatkan posisi strategis bagi tiap individu di dalam komunitas tersebut (www.desantara.or.id/politik-identitas-sebagai-modus-multikulturalisme).

Jadi dapat disimpulkan bahwa politik identitas menurut peneliti adalah suatu tindakan politik yang dilakukan individu atau sekelompok orang yang memliki kesamaan identitas baik dalam hal etnis, jender, budaya, dan agama untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan anggotanya. Politik identitas sering digunakan untuk merekrut dukungan orang-orang yang termarjinalkan dari kelompok mayoritas.

B. Multikulturalisme

Masyarakat mengenal kata multikulturalisme sebagai sesuatu yang beraneka ragam. Terdapat tiga pengertian tentang multikulturalisme menurut Liliweri, yaitu :

(30)

2. Sebagian besar negara, multikulturalisme merupakan konsep sosial yang diintroduksi ke dalam pemerintahan agar pemerintah dapat menjadikannya sebagai kebijakan pemerintah. Rasionalisasi masuknya multikulturalisme dalam perumusan kebijakan pemerintahan karena hanya pemerintah yang dianggap sangat representatif ditempatkan di atas kepentingan maupun praktik budaya dari semua kelompok etnik dari suatu bangsa. Akibatnya setiap kebijakan pemerintah diharapakn mampu mendorong lahirnya sikap apresiasif, toleransi, prinsip kesetaraan antara berbagai kelompok etnik termasuk kesetaraan bahasa, agama, maupun praktik budaya lainnya. 3. Pendidikan multikulturalisme (multicultural education). Multikulturalisme

merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keragaman latar belakang kebudayaan dari peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat sekurang-kurangnya dari sekolah sebagai lembaga pendidikan, dapat terbetuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, keseimbangan dan demokrasi dalam artian luas (Liliweri, 2005:68).

(31)

Penguatan dan pengembangan wawasan multikulturalisme diyakini bisa menjadi alternatif terhadap penguatan politik identitas. Sebab, dalam perspektif multikulturalisme, keragaman dan perbedaan tidak saja diakui, tapi juga dirayakan sebagai berkah kehidupan. Dalam menyelesaikan segala macam persoalan, multikulturalisme menawarkan dialog, keterbukaan, sikap toleran dan penolakan terhadap berbagai bentuk tindak kekerasan. Dalam hal ini, multikulturalisme adalah titik tolak bagi terciptanya perdamaian.

Menurut Parekh dalam Munir, terdapat lima macam multikulturalisme, yaitu sebagai berikut :

1. Multikulturalisme isolasionis yang mengacu pada kehidupan masyarakat yang hidup dalam kelompok-kelompok kultural secara otonom. Keragaman diterima, namun masing-masing kelompok berusaha mempertahankan identitas dan budaya mereka secara terpisah dari masyarakat umum lainnya.

2. Multikulturalisme akomodatif yaitu sebuah masyarakat plural yang memiliki kultur dominan, namun yang dominan juga memberikan ruang bagi kebutuhan kultur yang minoritas. Antara yang dominan dan minoritas saling hidup berdampingan, tidak saling menentang dan tidak saling menyerang. Jembatan akomodasi tersebut biasanya dengan merumuskan dan menerapkan hukum, undang-undang atau peraturan lainnya.

3. Multikulturalisme otonomis, dalam masyarakat ini, setiap kelompok masyarakat kultur berusaha mewujudkan equality (kesetaraan) dengan budaya yang dominan serta berusaha mencapai kehidupan otonom dalam kerangka politik yang dapat diterima secara kolektif. Tujuan akhir dari kelompok ini adalah setiap kelompok dapat tumbuh eksis sebagai mitra sejajar.

4. Multikulturalisme kritikal dan interaktif. Dalam masyarakat ini mengutamakan upaya tercapainya kultur kolektif yang dapat menegaskan dan mencerminkan perspektif distingtif mereka. Dalam pelaksanaannya, biasanya terjadi pertentangan antara kelompok dominan dengan kelompok minoritas.

(32)

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang berbeda dalam kelompok sosial, budaya, dan suku. Meskipun berbeda kelompok sosial, budaya, dan sukunya, masyarakat multikultural sangat menjunjung tinggi perbedaan serta hak dan kewajiban dari setiap perbedaan yang ada. Masyarakat multikultural sangat memperjuangkan kesederajatan kelompok minoritas dan mayoritas baik secara hukum maupun sosial.

Multikulturalisme adalah suatu gerakan pembacaan untuk penyadaran terhadap bentuk-bentuk penghargaan atas perbedaan yang di dalamnya politik identitas bisa lebih leluasa bermain (Abdilah S, 2002). Relevansinya dengan konteks Malaysia adalah bahwa Malaysia merupakan sebuah negara dengan masyarakat yang terdiri dari bergam suku, etnis, budaya, dan agama yang berbeda yang ingin disatukan menjadi satu kesatuan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan jika multikulturalisme menurut peneliti adalah keanekaragaman masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok sosial, budaya, etnis dan agama yang berbeda yang harus dijunjung tinggi serta diperlakukan sama di dalam kehidupan bermasyarakat maupun di dalam pemerintahan.

(33)

C. Kerangka Pikir

Film Upin dan Ipin merupakan salah satu film yang bertujuan mendidik anak-anak yang menyaksikannya. Film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai menceritakan tentang hari besar etnis Cina yang hidup di Malaysia. Pada film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai ini karakter tiap-tiap tokoh yang berperan di dalamnya ditonjolkan secara lebih jelas sebagai simbol identitas yang ada di Malaysia.

Tokoh-tokoh yang berperan dalam film ini merupakan bentuk representasi identitas dan multikulturalisme kehidupan yang ada di Malaysia. Tiap-tiap tokoh diperankan oleh etnis yang berbeda yang kemudian dibuat sedemikian rupa sehingga menunjukkan politik identitas dan multikulturalisme yang terjadi di Malaysia.

(34)

Berdasarkan karakter dan simbol-simbol yang ada pada film ini yang kemudian didukung dengan ide cerita yang sangat kuat dengan identitas dan multikulturalisme yang terjadi, maka film ini sangat pantas untuk mendukung penelitian ini. Semua yang ada dalam film ini ditafsirkan sebagai realitas kehidupan politik identitas dan multikulturalime yang ada di Malaysia.

Film Upin dan Ipin Berjudul Gong Xi Fa Cai

Multikulturalisme Pada Interaksi Antar Tokoh Melalui

Simbol-Simbol Identitas

[image:34.595.94.534.258.601.2]

Ditafsirkan Sebagai Realitas Politik Identitas dan Multikulturalisme di Malaysia

Gambar 1. Kerangka Pikir Politik Identitas Pada

(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan konsep hermeneutik dimana objek film yang akan diteliti akan ditafsirkan melalui teks yang ada dalam film tersebut. Dengan titik perhatiannya pada politik identitas dan multikulturalisme di Malaysia yang di tinjau dari serial film Upin & Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai.

Sesuai dengan penelitian yang bersifat deskriptif, dalam film Upin dan Ipin perlu dilakukan pembedaan dan telaah secara mendalam tentang makna kata-kata, simbol-simbol, dan cerita dalam film tersebut. Peneliti terlibat secara penuh dan aktif dalam mengapresiasi film Upin dan Ipin dan menemukan data-data utama yang menunjukkan pada permasalahan sesuai dengan rumusan masalah.

(36)

ada di masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2010: 68).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dengan menggunakan metode kualitatif, peneliti diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi informasi yang ada pada objek yang diteliti. Metode kualitatif selain didasari oleh filsafat fenemologisme dan humanistis, juga mendasari pada filsafat lainnya, saperti empiris, idealisme, kritisme, vitalisme, rasionalisme maupun humanisme (Bungin, 2010: 4).

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana. Dalam pendekatan analisis wacana, penelitian lebih menitik beratkan pada pemaknaan teks dari pada penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar dari penelitian ini adalah mengandalkan penafsiran dari peneliti terhadap objek yang diteliti.

(37)

Analisis wacana dalam lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subyek, dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana (Eriyanto, 2001: 3).

Analisis wacana terbagi menjadi tiga perspektif yang dikemukakan oleh tiga kelompok yang berbeda, yaitu :

1. Kelompok positivisme-empiris. Menurut mereka analisis wacana menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau ketidak benaran menurut sintaksis dan semantik.

2. Kelompok konstuktivisme. Analisis wacana ditampatkan sebagai analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada sang pembicara dengan penafsiran dengan mengikuti struktur makna dari pembicara.

(38)

Penelitian ini akan menganalisis tentang politik identitas dan multikulturalisme yang terjadi di Malaysia dengan melihat dari serial film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai, yang mana di dalam film Upin dan Ipin ini setiap penokohannya di wakilkan oleh berbagai etnis, budaya, dan agama yang berbeda.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada serial film Upin dan Ipin dengan judul “Gong Xi Fa Cai” sebagai lokasi penelitian. Pemilihan film Upin dan Ipin sebagai objek penelitian dikarenakan film ini merupakan film yang bernuansa pendidikan yang sekarang sedang disenangi oleh anak-anak di Indonesia. Film Upin dan Ipin juga merupakan sekelumit gambaran yang terjadi di masyarakat yang ada di Malaysia.

Film Upin dan Ipin merupakan gambaran kehidupan yang terjadi di Malaysia dengan keanekaragaman etnis, agama, dan budayanya. Tokoh-tokoh yang menjadi pemeran dalam film Upin dan Ipin juga merupakan yang berasal dari negara, etnis, agama, dan budaya yang berbeda yang hidup dan tinggal bersama di dalam sebuah negara.

C. Fokus Penelitian

(39)

merupakan garis besar dari pengamatan penelitian, sehingga analisa hasil penelitian lebih terfokus.

Pada fokus penelitian ini, peneliti akan memfokuskan penelitian pada objek-objek yang akan menjadi landasan dalam penelitian, yaitu:

1. Pada penelitian ini, penelitian akan difokuskan pada bagaimana politik identitas pada karakter tiap aktor/tokoh yang berada dalam serial film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai sebagai simbol identitas yang ada di Malaysia.

2. Bagaimana multikulturalisme yang terjadi di Malaysia, dilihat dari interkasi yang terjadi pada aktor/tokoh melalui simbol-simbol identitas yang dimunculkan dalam film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai.

3. Bagaimana politik identitas dan multikulturalisme di Malaysia dilihat dari serial film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai.

D. Teknik Pengumpulan Data

(40)

1. Peneliti melihat secara komprehensif dan kritis yang dilanjutkan dengan mengamati unsur-unsur politik identitas dan multikulturalisme yang terdapat dalam film Upin dan Ipin.

2. Peneliti mencatat paparan bahasa yang terdapat dalam dialog-dialog tokoh, perilaku tokoh, tuturan ekspresi maupun deskriptif dari peristiwa yang tersaji dalam film.

3. Peneliti mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis film sesuai dengan rumusan masalah (Priyandoko, 2010).

Dari langkah-langkah di atas, diperoleh data verbal sebagai berikut: (1) data berupa paparan bahasa yang mengandung unsur politik identitas dan multikulturalisme; (2) data berupa paparan bahasa yang mengemban nilai-nilai politik identitas dan multikulturalisme yang mendeskripsikan pola interaksi tokoh dalam film dengan lingkungannya.

E. Teknik Analisis Data

(41)

Pada awal kemunculannya hermeneutik digunakan untuk menafsirkan kitab injil oleh kelompok kristiani. Namun seiring berjalannya waktu, hermeneutik mengalami pertentangan dari kaum muslim, karena kaum muslim tidak ingin disamakan dengan kaum kristiani. Sebab dalam kajiannya, hermeneutik melibatkan latar belakang orang yang membuat teks (author). Sedangkan dalam islam sangatlah tidak biasa apabila membicarakan Allah SWT.

Sebagai sebuah metode untuk memahami sebuah teks, hermeneutik membutuhkan tiga hal agar sebuah penafsiran bisa dikatakan sempurna atau bisa disebut Triadik hermeneutik. Pertama adalah teks, yang kedua interpreter (orang yang menafsirkan teks), dan yang terakhir author (latar belakang pembuat teks). Dua hal pertama adalah hal yang pasti karena sebuah penafsiran tidak akan terjadi kalau tidak ada penafsir dan teks yang akan ditafsiri.

(42)

Pada awalnya hermeneutik digunakan untuk menafsirkan karya-karya sastra lama dan kitab suci, akan tetapi dengan kemunculan aliran romantisme dan idealisme di Jerman, status hermeneutik berubah. Hermeneutik tidak lagi dipandang hanya sebagai sebuah alat bantu untuk bidang pengetahuan lain, tetapi menjadi lebih bersifat filosofis yang memungkinkan adanya komunikasi simbolik.

Benny H. Hoed menyimpulkan bahwa jika kita ingin menganalisa wacana dengan hermeneutik, maka hal-hal berikut perlu terlihat dalam proses analisis:

1. Makna unsur-unsur pembentukan teks (bahasa). 2. Makna teks berdasarkan latar belakang penulis.

3. Makna teks berdasarkan lingkungan teks (termasuk gambar dan suasana serta kelompok sasaran).

4. Makna teks berdasarkan kaitan dengan teks lain.

5. Makna teks berdasarkan dialog teks dengan pembaca, yang semuanya itu dilihat dalam perspektif sinkronis dan diakronis yang akan mendukung sebagai metode atas teks (Hoed, 2011).

(43)

Menurut Teun A. Van Dijk pemakaian kata atau kalimat tertentu oleh media merupakan suatu bagian dari strategi. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, melainkan dipandang sebagai politik berkomunikasi yaitu suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang (Priyandoko, 2010).

F. Teknik Validitas Data

Salah satu upaya untuk menjaga kevalidan data, peneliti menggunakan teknik ketekunan pengamat. Peneliti secara seksama melakukan penelitian supaya dapat menafsirkan makna yang terkandung dalam film Upin dan Ipin tersebut. Setelah menafsirkan dan mendapatkan data-data yang akan diteliti, peneliti mendiskusikan baik dengan teman maupun pembimbing yang bersangkutan agar memperoleh data yang maksimal. Peneliti juga mengamati dengan cermat film yang akan diteliti supaya dapat dianalisis dengan tepat.

(44)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Film Upin dan Ipin

Film Upin dan Ipin pertama kali dibuat oleh Mohd Nizam Bin Abdul Razak, Muhd Safwan Abdul Karim, dan Usamah Zaid Bin Yasin pemilik Les’ Copaque pada tanggal 14 September 2007. Ketiganya adalah Mahasiswa dari Multimedia University Malaysia. Awalnya mereka bekerja di sebuah organisasi pembuat animasi. Hingga pada tahun 2005, mereka membuat Les’ Copaque. Tujuan awal film Upin dan Ipin adalah untuk mendidik anak supaya dapat mengerti dan menghayati bulan Ramadhan.

Les’ Copaque Production merampungkan produksi film animasi Upin dan

Ipin pada Agustus 2007. Sebulan kemudian, film ini diputar di Channel 9, salah satu televisi swasta yang ada di Malaysia. Film ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat Malaysia. Tak hanya mendapat sambutan hangat di Malaysia, film Upin dan Ipin juga mendapat sambutan hangat dan banyak digemari anak-anak di Indonesia.

(45)

Animasi produksi Malaysia itu terasa dekat di hati masyarakat Indonesia terutama dalam kedekatan budaya. Film Upin dan Ipin memang banyak mengetengahkan kisah-kisah keseharian masyarakat Malaysia, yang rumpun budayanya begitu dekat dengan orang-orang yang ada di Indonesia. Serial animasi produksi negeri tetangga Malaysia itu berbeda dengan film-film kartun dan tayangan anak lain yang ada di layar televisi selama ini. Bila kartun lain masih memunculkan adegan kekerasan, perkelahian, dan caci-maki, namun film Upin dan Ipin tidak menampilkan semua itu.

Tayangan ini disajikan sederhana namun komunikatif dan mendidik. Serial kartun ini pada awalnya hanya memiliki 6 seri, dimana setiap serinya terdiri dari 10 menit. Namun kini film Upin dan Ipin terdiri dari banyak seri dan cerita yang beranekaragam, yang mana setiap seri dan ceritanya tidak lepas dari unsur mendidik.

(46)

Nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan Opah dan Kak Ros dalam film ini sangat mudah dimengerti anak-anak. Adegan dan dialog disajikan dengan kocak dan sederhana. Selain bercerita soal puasa, film Upin dan Ipin juga menyampaikan pesan-pesan edukasi dan nilai moral kepada anak-anak. Pesan sosial, agama, dan moral yang disampaikan film Upin dan Ipin sangat banyak.

B. Tokoh-Tokoh dalam Film Upin dan Ipin

a. Upin: Upin ialah abang kembar Ipin, hanya lima menit lebih tua. Upin dapat dikenali dari baju berwarna kuning dan bertuliskan huruf “U”. Dia

dapat dibedakan dari adiknya melalui sehelai rambut di kepalanya. Upin merupakan sosok periang dan selalu ingin tahu sesuatu yang belum di ketahui olehnya. Meskipun Upin sering membuat kesal kakaknya, tapi Upin merupakan anak yang penurut. Pengisi suara Upin adalah Nur Fathiah.

b. Ipin: Ipin ialah adik kembar Upin. Dia dikenali karena sering mengulang perkataan “betul, betul, betul”. Ipin selalu memakai baju warna biru dan

bertuliskan huruf “I”. Dia amat menggemari ayam goreng. Tidak beda

(47)

c. Kak Ros: Ros adalah kakak Upin dan Ipin. Dari mimiknya Ros terlihat sangat galak, tetapi sebenarnya dia seorang kakak yang sayang kepada kedua adik kembarnya. Dia sangat senang mempermainkan adik-adiknya. Pengisi suara Kak Ros adalah Ida Shaheera.

d. Mak Uda atau Opa: Mak Uda adalah nenek Upin, Ipin dan Ros. Dia sosok nenek yang sangat baik dan sering memanjakan Upin dan Ipin. Ia mengetahui banyak hal duniawi dan keagamaan. Mak Uda atau Nenek Uda biasa dipanggil dengan Opa. Opa adalah yang biasa mengajari Upin dan Ipin tentang arti kehidupan dan cara bersosialisasi yang baik dengan lingkungannya. Opa biasa menitipkan pesan moal dan sosial disetiap nasihatnya. Pengisi suara Opah adalah Hj. Ainon Ariff.

e. Mohammad Al Haffezy (Fizi): Fizi adalah teman Upin dan Ipin. Dia bersifat penuh keyakinan dan amat dimanjakan orangtuanya. Terkadang dia kelihatan suka besar mulut dan sombong sengan apa yang dimilikinya, tetapi sebenarnya dia anak yang penakut. Namun dia baik hati dan menyayangi orangtuanya. Pengisi suara Fizi adalah Ida Rahayu Yusoff. f. Ehsan: Ehsan ialah sepupu Fizi. Meskipun suka menyendiri, cakap dan

(48)

g. Rajoo: Rajoo ialah teman Upin dan Ipin. Ia lebih tua lima tahun dibandingkan keduanya. Oleh karena itu seolah-olah ia menjadi kakak kepada mereka. Dalam seri ini Rajoo tidak muncul dalam cerita. Pengisi suara Rajoo adalah Kannan yang merupakan orang India.

h. Mei Mei: Mei Mei ialah seorang teman sepermainan dan juga teman sekelas Upin dan Ipin. Selain cantik dan banyak yang menyayanginya, ia selalu menjadi yang paling pengertian di kalangan kawan-kawannya. Mei Mei sangat mudah dikenali karena selalu memakai kacamata yang besar dan bundar. Mei Mei adalah anak dari orang Cina yang berada di dalam cerita Upin dan Ipin. Pengisi suara Mei Mei adalah Ee Jean yang merupakan orang Cina.

i. Ismail bin Mail: Mail adalah seorang teman sekelas Upin dan Ipin. Dia juga turut serta dalam pekerjaan nakal kakak beradik kembar ini, tetapi ia gegabah dan sulit untuk diberitahu. Di kelasnya dan di kalangan teman-temannya ia dijuluki Mail 2 seringgit. Mail merupakan salah satu teman Upin dan Ipin yang gemar berdagang. Dalam film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai ini Mail terlihat sedang berjualan mercun di pasar. Pengisi suara Mail adalah Hasrul.

(49)

k. Cikgu Jasmin atau Bu Guru Jasmin: Guru kelas Upin dan Ipin dan kawan-kawan di sekolah Tadika. Dia adalah guru yang sangat baik terhadap anak didiknya. Dalam cerita Gong Xi Fa Cai, Cikgu Jasmin tidak muncul. Pengisi suara Cikgu Jasmin adalah PN Jasmin Ally.

l. Susanti: Teman Upin dan Ipin yang merupakan pindahan dari Indonesia. Susanti memiliki paras yang cantik. Susanti baru tinggal dan belum terbiasa dengan obrolan anak-anak lainnya. Dalam cerita Gong Xi Fa Cai, Susanti hanya terlihat ketika di awal cerita dan ketika berada di rumah Mei Mei. Pengisi suara Susanti adalah Andhika.

m.Dato Tuan Dalang Rangi: Kakek yang merupakan tetangga Upin dan Ipin. Dia adalah orang yang baik terhadap dua saudara kembar itu. Dia sangat kaya akan tetapi dia pelit dan sangat malas karena ia sering menyuruh keduanya untuk membersihkan rumahnya. Pengisi suara dari Tuan Dalang adalah Abu Shafian Abdul Hamid.

n. Badrol: Cucu Dato tuan Dalang Rangi. Ia merantau ke Kuala Lumpur untuk meneruskan pendidikannya. Meski sangat ceroboh, dalam salah satu episode Badrol sangat menyukai Kak Ros.

o. Dzul & Ijat: Dua orang teman sekelas Upin dan Ipin yang sentiasa muncul secara berdampingan karena Ijat buta aksara sehingga dia memerlukan bantuan Dzul untuk "menterjemahkan" kata-katanya. Pengisi suara Dzul adalah Mohd Amirul Zarizan dan pengisi suara Ijat adalah Mohd Izzat Ngatiman.

(50)

berdua, namun Devi bersahabat dengan Mei Mei dan Susanti. Devi pernah terlihat dalam episode "Gosok Jangan Tak Gosok", "Kami 1 Malaysia", dan "Jejak si Rembo". Namun dalam cerita Gong Xi Fa Cai sosok Devi tidak dimunculkan. Pengisi suara Devi adalah Maheswary Mohan.

q. Muthu: Muthu biasa dipanggil dengan Uncle Muthu oleh para pemuda di kampung, yang merupakan satu-satunya penjual makanan di Kampung Durian Runtuh dan merupakan bapaknya Rajoo. Makanan dan minuman yang dihidangkan di warungnya ialah nasi dagang, nasi goreng, nasi ayam, teh tarik, milo dan sebagainya. Pengisi suara Muthu adalah Mohd Shafiq.

r. Salleh: Salleh atau Sally terkenal sebagai laki-laki feminin yang galak dan sirik. Ia dilihat bertugas sebagai penjaga perpustakaan dalam perpustakaan keliling dan menjadi pelayan. Pengisi suara Salleh adalah Ros Hasrol Ahmad.

s. Ah Tong: adalah seorang pedagang yang berpakaian serba merah dan selalu berbicara dengan dialek Cina yang kuat. Pada serial Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai, Ah Tong hadir pada acara yang diadakan di rumah Mei Mei Mohd Shafiq.

(51)

C. Sinopsis Film Upin dan Ipin Berjudul Gong Xi Fa Cai

Upin dan Ipin adalah dua anak kembar yang terlahir dengan perbedaan waktu sepersekian menit saja. Upin dan Ipin sejak kecil sudah menjadi anak yatim piatu karena kedua orang tuanya telah lama meninggal sejak mereka masih bayi. Sejak itu, Upin dan Ipin diasuh oleh neneknya yang biasa dipanggil Opah dan juga kakak perempuannya yang biasa dipanggil Kak Ros.

Upin dan Ipin tinggal di Kampung Durian Runtuh bersama dengan Opah dan Kak Ros sejak mereka masih bayi. Di Kampung Durian Runtuh, Upin dan Ipin memiliki banyak sahabat yang biasa berkumpul dan bermain bersama, yaitu Mei Mei, Mail, Ehsan, Jarjit, Fizi, Djul, Ijat, Rajoo, dan masih banyak yang lainnya. Salah satu teman baru mereka adalah Susanti yang berasal dari Indonesia. Namun sayangnya Susanti tidak muncul dalam cerita Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai ini.

Awal dimulainya film yang berjudul Gong Xi Fa Cai, sosok Mei Mei menyapa penonton dengan menggunakan bahasa yang disertai dengan kostum yang mengidentikan orang Cina untuk memperkenalkan dirinya beserta teman-temannya yang lain, karena pada episode ini menceritakan tentang hari besar etnis Cina.

(52)

dengan melompat Jarjit memukul bola yang sedang melambung di udara. Seketika itu juga permainan pun berhenti sejenak.

Ketika permainan dimulai kembali, tidak lama kemudian permainan kembali terhenti karena kehadiran Mei Mei yang mengejutkan Fizi ketika akan menyambut bola yang di berikan oleh Ipin. Mei Mei datang dengan membawa satu kardus jeruk yang membuat Upin dan Ipin beserta teman-temannya yang lain tidak bisa menahan keinginannya untuk mencicipi jeruk yang dibawa.

Setelah dibuka kardus yang berisi jeruk tersebut, Mei Mei mempersilahkan teman-temannya untuk mencicipi jeruk yang sudah dibawanya dengan berkata:

Ipin: “buka,,buka,,!”

Mei Mei: “hah, ambilah, mama saya suruh kasih kawan-kawan makan.

Ambil-ambil, banyak-banyak pun tak apa.” Ehsan: “baiknya mak kau!”

Fizi: “sedapnya Mei Mei!”

Upin: “makasih Mei Mei”

Mei Mei: “sama-sama,, makanlah”

(53)

Setelah Upin dan Ipin beserta teman-teman yang lainnya mencicipi jeruk yang dibawa oleh Mei Mei, lalu Mei Mei pun mempersilahkan teman-temannya tersebut untuk datang ke rumahnya apabila ingin mencicipi jeruknya lagi. Mei Mei mengajak teman-temannya ke rumahnya karena ada perayaan hari besar etnis Cina, yaitu acara tahun baru Cina yang biasa dikenal dengan sebutan Gong Xi Fa Cai.

Singkat cerita, Upin dan Ipin beserta teman-temannya pun membagi-bagi jeruk tersebut lalu kemudian mereka bawa pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, Upin dan Ipin bertemu dengan Opah yang merupakan nenek dari mereka berdua dan Kak Ros yang merupakan kakak kandung dari Upin dan Ipin.

Namun sayang, Upin dan Ipin hanya menyisakan empat buah jeruk yang mana hanya ada dua buah jeruk yang berada di dalam kotak. Kak Ros pun sedikit kesal melihat kelakuan yang dilakukan oleh kedua adik kembarnya tersebut. Tapi Upin dan Ipin menanggapinya dengan santai sambil bercanda. Kemudian Kak Ros membagi jeruk tersebut kepada Opah, namun sayang ketika Opah menanyakan masih ada lagi atau tidak jeruknya ternyata sudah habis dimakan Upin dan Ipin. Tidak lama kemudian Opah pun menyuruh Kak Ros untuk membeli jeruk ke pasar.

(54)

yang sangat banyak. Hal ini berkaitan dengan hari besar orang Cina, yaitu tahun baru Cina.

Ketika sedang berjalan-jalan di pasar, Upin dan Ipin bertemu dengan Mail yang sedang berjualan mercun dan kembang api. Upin dan Ipin sempat menasehati Mail untuk tidak berjualan mercun, karena itu berbahaya. Tapi Mail memberi tahu jika mercun yang dia jual tidaklah berbahaya. Mail memberi tahu Upin dan Ipin dengan cara mengejutkan mereka dengan mercun mainan yang Mail jual.

Upin dan Ipin bertemu juga dengan uncle Ah Tong yang sedang berjualan semacam tulisan untuk menangkal hal-hal buruk yang biasa digunakan oleh orang Cina. Ketika bertemu dengan uncle Ah Tong, Upin dan Ipin di ceritakan sejarah terjadinya tahun baru Cina yang mana ceritanya ada seekor naga yang suka memakan manusia. Namun naga tersebut takut dengan suara berisik dan warna merah. Sehingga Upin dan Ipin mengerti mengapa setiap tahun baru Cina selalu identik dengan warna merah dan kembang apinya.

(55)

Keesokan harinya Upin dan Ipin diperintahkan Opah untuk datang mengadiri hari besar tahun baru Cina. Namun Upin dan Ipin memberi tahu jika Mei Mei sedang tidak ada di rumah karena ke rumah neneknya untuk kumpul bersama keluarga besarnya yang lain. Kemudian Opah menyuruh mereka ke rumah uncle Ah Tong, karena uncle Ah Tong hanya tinggal sendiri di rumahnya. Lalu Upin dan Ipin pun segera bergegas mengganti pakaian dan pergi ke rumah uncle Ah Tong.

Upin dan Ipin cukup lama keluar rumah, sehingga Kak Ros sempat kesal menunggu mereka pulang. Ketika sudah cukup kesal, akhirnya Upin danIpin tiba di rumah dengan membawa ampau hasil dari mereka berkunjung ke rumah uncle Ah Tong. Kemudian telepon yang ada di rumah mereka berdering. Upin dan Ipin berebut untuk menerima telepon tersebut, ternyata Ehsan yang menelepon untuk menanyakan kepastian mereka pergi ke rumah Mei Mei.

Pada percakapan di telepon tersebut Ehsan berkata jika tidak sabar untuk memakai baju raya Cina, seketika Upin dan Ipin bingung. Upin dan Ipin saling bertanya apakah tidak diperbolehkan untuk datang ke rumah Mei Mei jika tidak memakai baju raya Cina. Mendengar percakapan Upin dan Ipin tersebut Opah menjelaskan jika tidak harus memakai pakaian seperti yang Ehsan katakan, cukup dengan pakaian yang sopan saja untuk hadir ke rumah Mei Mei.

(56)

Kemudian Mei Mei mempersilahkan mereka untuk masuk dan menyantap hidangan yang sudah disediakan. Tidak lama kemudian, Ehsan dan Fizi datang. Ehsan memakai pakaian orang Cina dan Fizi memakai pakaian orang Melayu.

Setelah mereka berkumpul semua, mereka pun menyantap makanan yang telah disediakan. Di dalam rumah Mei Mei telah hadir semua, ada uncle Ah Tong, Susanti, uncle Muthu dan lainnya. Ketika sedang makan, terdengar suara musik Barong Sai dari luar. Mereka semua pun akhirnya bergegas keluar untuk melihat pertunjukan Barong Sai yang ada.

Pertunjukkan Barong Sai yang sedang berlangsung membuat mereka sangat senang melihatnya. Ketika sedang menyaksikan pertunjukkan Barong Sai, ular naga tersebut mendekati mereka. Mereka semua takut dan menyingkir, hanya Upin yang tersisa. Upin membawa sebuah jeruk di tangannya. Barong Sai tersebut mengambil jeruk yang ada di tangannya Upin dan membukakannya kemudian dikembalikan lagi kepada Upin.

(57)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai tentang politik identitas dan multikulturalisme yang telah peneliti bahas pada bab pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

1. Pada film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai telah terjadi politik identitasdi dalam cerita. Politik identitas yang terjadi pada setiap karakter yang diperankan oleh tiap-tiap tokoh yang berlainan etnis, agama, dan budaya. Politik identitas yang ada dalam cerita ini ditujukan untuk menunjukkan identitas masing-masing tokoh yang ada dalam cerita. Namun tokoh Jarjit yang direpresentasikan sebagai identitas orang India, masih kurang dimunculkan pada film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai ini. Politik identitas yang ada pada film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai disimbolkan dengan interaksi antar tokoh, pakaian yang dikenakan setiap tokoh, serta logat bicara masing-masing tokoh yang berbeda etnis, agama, dan budaya.

(58)

berbeda, sehingga film Upin dan Ipin ini merupakan bentuk representasi keadaan masyarakat yang ada di Malaysia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Terdapat adegan yang hanya sedikit menampilkan tokoh Jarjit yang merupakan anak keturunan India pada cerita film Upin dan Ipin yang berjudul Gong Xi Fa Cai. Sebaiknya sosok Jarjit yang merupakan keturunan India diberikan kesempatan muncul yang sama dengan yang lain, karena meskipun film ini berjudul Gong Xi Fa Cai yang identik dengan orang Cina, tapi kehadiran sosok Jarjit yang merupakan orang India dapat memberikan warna yang lebih terhadap identitas yang dimiliki masing-masing tokoh yang ada dalam cerita, serta lebih menegaskan telah berlangsungnya politik identitas dan multikulturalisme yang ada di Malaysia.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdilah S, Ubed. 2002. Politik Identitas Etnis: Pergulatan Tanda Tanpa Identitas. Yayasan Indonesiatera. Magelang.

Budiman, H. 2007. Hak Minoritas: Dilema Multikulturalisme di Indonesia. Yayasan Interaksi. Jakarta.

Bungin, B. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. LkiS. Yogyakarta.

Hefner, Robert W. 2007. Politik Multikulturalisme: Menggugat Realitas Kebangsaan. Impulse. Yogyakarta.

Hoed, Benny. H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Komunitas Bambu. Jakarta.

Kymlicka, Will. 2002. Kewargaan Multikultural. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Liliweri, A. 2005. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikulturalis. Pelangi Aksara. Yogyakarta.

Mahfud, C. 2006. Pendidikan Multikultural. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Munir, A, dkk. 2008. Diskriminasi di Sekeliling Kita: Negara, Politik Diskriminasi, dan Multikulturalisme. Interfidei. Yogyakarta.

Ndraha, T. 2003. Kybernology: Imu Pemerintahan Baru. FT. Rineka Cipta. Jakarta.

Singarimbun, M. 2008 . Metodologi Penelitian survai. LP3ES Indonesia. Jakarta. Syaiful, Nilam Hamiddani. 2013. Merebut Kewarganegaraan Inklusif. UGM.

Yogyakarta.

(60)

Media

www.filsafat.kompasiana.com/2012/10/20/hermeneutik-sebuah-alternatif-metode-penafsiran-497029.html diakses pada hari minggu, 26 Mei 2013, pada pukul 20.00 WIB.

 www.desantara.or.id/04-2011/2543/politik-identitas-sebagai-modus-multikulturalisme/FauziaFitriaNingrum diakses pada hari jumat, 24 Mei 2013, pada pukul 16.25 WIB.

 www.bharian.com.my/bharian/articles/PendudukMalaysiakini28_3juta/A rticle/artikel, diakses pada hari kamis, 26 September 2013, pada pukul 14.29 WIB.

www.assignmentfilzaty.blogspot.com/2011/11/politik-identitas.html/PutriFilzatyEl-Rahman diakses pada hari minggu, 26 Mei 2013, pada pukul 21.00 WIB.

Jurnal

 Setyaningrum, Arie. Jurnal Mandatory Politik Perlawanan: Memetakan Lokasi bagi ‘Politik Identitas’ dalam Wacana Politik Poskolonial. Yogyakarta.

Skripsi

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Banyak nilai- nilai yang terdapat dalam film kartun Upin dan Ipin ini, selain pada episode ramadhan pelajaran berharga tentang nilai-nilai, misalnya nilai sosial pada film kartu

Banyak nilai- nilai yang terdapat dalam film kartun Upin dan Ipin ini, selain pada episode ramadhan pelajaran berharga tentang nilai-nilai, misalnya nilai sosial pada film kartu

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Politik Identitas dan Multikulturalisme di Malaysia dilihat dari serial

Realitas obyektif pada scene 1 adalah Opah meminta kedua cucunya untuk hadir berkunjung kerumah uncle ahtong pada saat perayaan hari raya Imlek, karena Uncle Ahtong tidak