• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Karbon untuk Redam Perubahan Iklim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pajak Karbon untuk Redam Perubahan Iklim"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Pajak Karbon untuk Redam Perubahan Iklim

Untuk mengerem terus naiknya emisi CO2, pakar lingkungan Jerman Ottmar Edenhofer usulkan pajak karbon. Dengan itu pendosa lingkungan dan iklim harus membayar mahal jika tidak mau mereduksi tingkat emisinya.

Sebuah gagasan yang terdengar kontroversial. Pakar iklim Ottmar Edenhofer dari Institut Riset Dampak Perubahan Iklim di Potsdam, Jerman dalam kerangka KTT Iklim PBB di Lima

mengusulkan penerapan pajak karbon untuk pendosa iklim. Apakah ada manfaatnya bagi negara yang menerapkannya? Berikut wawancara dengan redaktur iptek dan lingkungan DW Irene Quaile .

DW: Anda mengusulkan pajak CO2 dalam 10 tahun ke depan, mengapa kita perlu langkah ini?

Edenhofer: Kita perlu pajak CO2 karena kapasitas penyimpanan di atmosfir kini makin terbatas, hanya tersisa untuk 1000 gigaton CO2. Artinya, jika makin langka, perlu harga. Jika tidak investor, konsumen dan perusahaan tidak tahu, ke arah mana mereka harus menanamkan investasi. Jika kelangkaan ditegaskan dalam harga, maka investasi juga akan ditanamkan pada arah yang tepat.

DW: Kita tahu sejak lama ada masalah iklim, tapi problem apa yang kini makin mendesak?

Edenhofer : Yang paling gawat adalah tertutupnya pintu peluang. Jika laju emisi tetap seperti saat ini, hanya dalam dua sampi tiga dekade, kapasitas penampungan CO2 di atmosfir akan habis. Tapi dengan penerimaan dari pajak CO2 kita mungkin punya kemungkinan bertindak lebih besar. Misalnya digunakan membangun infrastruktur yang lebih baik dan mengurangi utang luar negeri di banyak negara berkembang.

DW: Bagaimana Anda meyakinkan para politisi pada tema ini?

Edenhofer: Saya bisa berargumentasi, pajak CO2 bisa memperbaiki drastis kualitas udara lokal, misalnya di Cina atau Meksiko. Jadi kepada politisi lokal, saya bisa mengatakan, dengan

pendapatan dari pajak karbon, kalian punya dana untuk pembangunan infrastruktur yang diperlukan dalam kurun 10 hingga 20 tahun ke depan.

DW: Bagaimana memotivasi negara-negara yang masih punya cadangan besar bahan bakar fossil dan industrinya juga diuntungkan, untuk ikut melindungi iklim.

Edenhofer: Yang menentukan adalah menanamkan visi jangka panjang, dampak dari kebijakan mereka saat ini, bisa memicu perubahan iklim yang dampaknya juga akan melanda negara bersangkutan. Para politisi juga melihat keuntungan jangka pendek dari perlindungan iklim. Kualitas buruk udara di Beijing misalnya, merugikan lokasi investasi ibukota Cina itu. Karenanya pemerintah Cina kini mempertimbangkan intensif tema perlindungan iklim.

(2)

Edenhofer: Kerugian dari pajak CO2 bisa diatasi secara mudah, dengan menginvestasikan penerimaan untuk meningkatkan kualitas lokasi produksi. Kita bisa menginvestasikannya pada sistem pendidikan dan infrastruktur, yang disebut pelan-pelan mulai turun mutunya. Amat logis, jika kita juga membiayai pembangunan infrastruktur dengan pendapatan dari pajak karbon atau lelang sertifikat CO2.

Ottmar Edenhofer adalah wakil direktur Institut Riset Dampak Iklim di Potsdam, Jerman sekaligus ketua kelompok kerja III pada Dewan Iklim PBB-IPCC.

SUMBER : http://www.dw.com/id/pajak-karbon-untuk-redam-perubahan-iklim/a-18105673

Pajak karbon: Solusi Perbaikan Kualitas Lingkungan?

Dibuat: Kamis, 14 April 2011 11:01 Ditulis oleh BPPK

Ditulis oleh : Rahadi Nugroho

Dulu pada waktu SD saya diajarkan bahwa musim penghujan di Indonesia berlangsung dari bulan Oktober hingga April sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April hingga Oktober. Namun beberapa tahun yang lalu kita mengalami musim kemarau yang sangat panjang bahkan akhir-akhir ini hujan dengan intensitas yang cukup tinggi disertai badai seperti tak kenal musim melanda Indonesia. Fenomena-fenomena anomali cuaca dan cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di Indonesia. Mungkin masih segar dalam ingatan kita banjir besar yang melanda Australia dan badai salju yang melanda Eropa dan Amerika yang menyebabkan ditundanya sebagian besar penerbangan. Apa yang menyebabkan perubahan cuaca akhir-akhir ini?

Para ahli berpendapat bahwa fenomena cuaca ektsrem akhir-akhir ini disebabkan oleh pemanasan global yang mengakibatkan menipisnya lapisan es di kutub utara dan selatan bumi yang menyebabkan air laut di daerah tersebut terkena radiasi sinar matahari secara langsung. Ya, suhu bumi telah meningkat dalam beberapa dekade dan menyebabkan menipisnya lapisan es serta meningkatkan permukaan air laut sebesar 10 sampai 25 cm selama abad 20 dan diprediksi meningkat 9 sampai 88 cm selama abad 21. Mengapa suhu bumi meningkat? Meningkatnya temperatur bumi disebabkan oleh semakin banyaknya energi matahari yang dipantulkan kembali oleh bumi terperangkap oleh gas-gas seperti karbondioksida (CO2) dan metana yang semakin

banyak terkandung di dalam atmosfer. Fenomena ini yang dikenal sebagai efek rumah kaca (greenhouse effect).

(3)

international Indonesia dapat menurunkan emisi karbon hingga 41% pada tahun 2020

sebagaimana yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam KTT tentang iklim di Copenhagen, Denmark beberapa waktu yang lalu.

Bagaimana Strategi Penurunan Emisi Karbon yang dilakukan Pemerintah Indonesia? Emisi karbon Indonesia didominasi oleh konversi lahan dan penggundulan hutan, namun demikian dalam beberapa dekade ke depan emisi dari sektor energi bisa jadi lebih tinggi dari emisi karbon dari penggundulan hutan dan konversi lahan apabila tidak dilakukan upaya yang serius untuk membatasi emisi karbon dari sektor energi. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia permintaan energi Indonesia tumbuh 7% tiap tahun. Ketergantungan yang tinggi terhadap batu bara sebagai sumber energi bagi pembangkit listrik dikhawatirkan akan menaikan posisi sektor energi sebagai penghasil emisi karbon tertinggi menggantikan konversi lahan dan penggundulan hutan. Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk mengendalikan emisi karbon dari sektor energi, diantaranya dengan:

1. Pemanfaatan sumber energi panas bumi

Seperti diketahui 40% sumber panas bumi dunia ada di Indonesia, dengan kata lain Indonesia adalah penghasil panas bumi terbesar di dunia. Energi panas bumi menghasilkan emisi mendekati nol atau bisa dikatakan tanpa emisi sama sekali. Namun, pengembangan energi panas bumi di Indonesia baru mencapai 3%. Subsidi listrik bisa jadi merupakan penyebab dari tidak berkembangnya pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi terutama untuk pembangkit listrik. Listrik yang dihasilkan dari pembangkit dengan sumber energi dari fosil seperti batu bara dan minyak bumi lebih murah dibandingkan dengan listrik yang dihasilkan dengan pembangkit dari panas bumi sehingga memberikan keunggulan komparatif kepada listrik dari pembangkit fosil. Pengembangan sumber energi yang rendah emisi seperti panas bumi penting bagi Indonesia. Dalam beberapa tahun ke depan dengan perhatian terhadap iklim yang cukup tinggi, negara dengan sumber energi yang rendah emisi mempunyai keunggulan komparatif tersendiri. Jadi, perlu dipertimbangkan pencabutan subsidi listrik terbatas sebagai insentif investor untuk mengembangkan listrik dari panas bumi.

2. Pajak karbon

(4)

2014. Pajak karbon sejumlah Rp 80.000 setiap ton emisi CO2 akan diterapkan dan dijadwalkan naik 5% setiap tahun. Pajak karbon akan dikenakan kepada penggunaan listrik dari bahan bakar fosil, minyak solar, minyak tanah dan bensin. Sebagai akibat pengenaan pajak karbon, harga listrik diperkirakan naik Rp 60 per kwh, minyak solar dan minyak tanah naik Rp 225 per liter dan harga bensin diperkirakan naik sekitar Rp 190 per liter. Selain dikenakan pada konsumsi listrik dari bahan bakar fosil, minyak tanah dan bensin, Wardhana dalam policy papernya mengusulkan agar pajak karbon juga dikenakan untuk konsumsi bahan bakar cair seperti avtur dan naphta serta bahan bakar gas seperti gas alam, propana, butana dan etana.

Penerapan pajak karbon akan efektif jika pajak yang dikenakan lebih besar dari biaya untuk mengurangi emisi karbon. Penerapan pajak karbon dan penghapusan subsidi tidak saja akan mengurangi emisi tetapi juga meningkatkan pendapatan pemerintah.

Pemanfaatan Pendapatan dari Pajak Karbon

Dengan pajak karbon sebesar Rp 80.000 per ton emisi CO2 pada tahun 2014 dan direncanakan

naik secara real 5% setiap tahun, pendapatan negara yang diperoleh dari pajak karbon diperkirakan mencapai Rp 95 trilyun pada tahun 2020. Pendapatan tersebut dapat dipergunakan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu menghadapi kenaikan harga yang diperkirakan terjadi karena penerapan pajak karbon. Selain untuk membantu masyarakat yang kurang mampu, pendapatan dari pajak karbon juga dapat dipergunakan sebagai insentif untuk investasi pada sumber-sumber energi yang rendah emisi karbon.

Kesimpulan

Penerapan pajak karbon dan penggunaan energi yang ramah lingkungan semoga menjadi alternatif kebijakan publik untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia tidak saja bagi kita sekarang tetapi juga bagi anak cucu kita dengan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan dan berorientasi kepada lingkungan.

“Pada hakekatnya bumi yang kita tempati sekarang bukanlah kita warisi dari nenek moyang kita tetapi kita pinjam dari anak cucu kita”.

Dimuat pada Majalah Gagas Pajak Edisi III

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda – Benda yang Berkaitan dengan

lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

Keuntungan lainnya adalah dapat mengatur konsumsi arus listrik dengan tetap mempertahankan besar tegangan yang diinginkan, sehingga ballast elektronik dapat

Dimensi empathy (empati) dapat dilihat dari keramahan pegawai dalam proses layanan kesehatan dan kemudahan untuk dihubungi oleh masyarakat dalam

Artikel ini berargumen bahwa meskipun banyak pengamat meramalkan kemerosotan partai dakwah tersebut dalam Pemilu Legislatif 2014, ternyata citra negatif itu relatif tidak

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai R Square sebesar 0,845 Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi pengaruh disiplin kerja dan komunikasi terhadap kinerja

Intransitive Game Mechanics Guarantees Balance 120 Case Study 5.4 Attribute Balance Using SPS 126 Case Study 5.5 Using Game Theory Analysis to.. Achieve