• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Otentikasi Komposisi Fitofarmaka Tensigard® Menggunakan Regresi Partial Least Square

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemodelan Otentikasi Komposisi Fitofarmaka Tensigard® Menggunakan Regresi Partial Least Square"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

RIKOLA FEDRI. Pemodelan Otentikasi Komposisi Fitofarmaka Tensigard® Menggunakan Regresi Partial Least Square. Dibimbing oleh AGUS M SOLEH dan UTAMI DYAH SYAFITRI.

Pemodelan kalibrasi menggambarkan hubungan antara absorban pada panjang gelombang tertentu sebagai peubah penjelas (X) dengan konsentrasi larutan unsur atau senyawa yang dianalisis sebagai peubah respon (Y). Dalam kalibrasi sering dijumpai masalah multikolinearitas serta jumlah pengamatan yang jauh lebih kecil dari jumlah peubah (n<p). Berbagai metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain Regresi Komponen Utama dan Regresi Partial Least Square. Dalam penelitian ini diambil studi kasus pemodelan otentikasi komposisi fitofarmaka Tensigard® menggunakan Regresi Partial Least Square.

Analisis Regresi Partial Least Square sudah menunjukkan hasil yang baik, dilihat dari nilai persentase keragaman peubah penjelas (X) dan peubah respon (Y) yang mampu diterangkan, serta dari nilai RMSE dan PRESS. Untuk kombinasi ekstrak seledri, kumis kucing dan bahan pengisi (SDKK) diperoleh model rataan spektrum sidik jari sebagai model terbaik. Untuk kombinasi ekstrak seledri, sambiloto dan bahan pengisi (SDSBL) diperoleh model seleksi spektrum sidik jari sebagai model terbaik. Hasil plot antara komponen pertama dan kedua dari dekomposisi peubah penjelas (X) menunjukkan pola yang relatif tidak jauh berbeda, hanya posisi koordinat yang berbeda. Pencaran titik-titik dari plot tersebut relatif membentuk segitiga komposisi seperti yang diharapkan sesuai dengan segitiga teoritik komposisi campuran.

(2)

PEMODELAN OTENTIKASI KOMPOSISI FITOFARMAKA

TENSIGARD

®

MENGGUNAKAN REGRESI

PARTIAL LEAST SQUARE

RIKOLA FEDRI

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

RIKOLA FEDRI. Pemodelan Otentikasi Komposisi Fitofarmaka Tensigard® Menggunakan Regresi Partial Least Square. Dibimbing oleh AGUS M SOLEH dan UTAMI DYAH SYAFITRI.

Pemodelan kalibrasi menggambarkan hubungan antara absorban pada panjang gelombang tertentu sebagai peubah penjelas (X) dengan konsentrasi larutan unsur atau senyawa yang dianalisis sebagai peubah respon (Y). Dalam kalibrasi sering dijumpai masalah multikolinearitas serta jumlah pengamatan yang jauh lebih kecil dari jumlah peubah (n<p). Berbagai metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain Regresi Komponen Utama dan Regresi Partial Least Square. Dalam penelitian ini diambil studi kasus pemodelan otentikasi komposisi fitofarmaka Tensigard® menggunakan Regresi Partial Least Square.

Analisis Regresi Partial Least Square sudah menunjukkan hasil yang baik, dilihat dari nilai persentase keragaman peubah penjelas (X) dan peubah respon (Y) yang mampu diterangkan, serta dari nilai RMSE dan PRESS. Untuk kombinasi ekstrak seledri, kumis kucing dan bahan pengisi (SDKK) diperoleh model rataan spektrum sidik jari sebagai model terbaik. Untuk kombinasi ekstrak seledri, sambiloto dan bahan pengisi (SDSBL) diperoleh model seleksi spektrum sidik jari sebagai model terbaik. Hasil plot antara komponen pertama dan kedua dari dekomposisi peubah penjelas (X) menunjukkan pola yang relatif tidak jauh berbeda, hanya posisi koordinat yang berbeda. Pencaran titik-titik dari plot tersebut relatif membentuk segitiga komposisi seperti yang diharapkan sesuai dengan segitiga teoritik komposisi campuran.

(4)

PEMODELAN OTENTIKASI KOMPOSISI FITOFARMAKA

TENSIGARD

®

MENGGUNAKAN REGRESI

PARTIAL LEAST SQUARE

OLEH :

RIKOLA FEDRI

G14103002

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sains

Pada

Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul

:

Pemodelan Otentikasi Komposisi Fitofarmaka Tensigard

®

Menggunakan Regresi

Partial Least Square

Nama : Rikola Fedri

NRP : G14103002

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Agus M. Soleh, S.Si, MT

Utami Dyah Syafitri, M.Si

NIP 132232455

NIP 132311922

Mengetahui,

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP 131578806

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 13 Maret 1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, putra pasangan Bapak Syahrial. Z dan Ibu Zunelda.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 20 Tanjung Alam Kodya Bukittinggi pada tahun 1997. Penulis kemudian melanjutkan studi di SLTP Negeri 1 IV Angkat Candung Kab. Agam dan lulus pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan studi di SMU Negeri 1 IV Angkat Candung Kab. Agam pada tahun 2003, dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan bidang penunjang Ekonomi.

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Pemodelan Komposisi Fitofarmaka Tensigard® Menggunakan Regresi Partial Least Square” ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan karya ilmiah ini, antara lain kepada :

1. Bapak Agus M. Soleh, S.Si, MT dan Ibu Utami Dyah Syafitri, M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran serta masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS dan Bapak Mohamad Rafi, S.Si yang telah mengijinkan penulis menggunakan data untuk karya ilmiah ini.

3. Rosit dan Meylinda STK 40, Kang Dudi STK37, Mas Rio STK38, Chia dan Yulia Kimia 40 serta Rini TEP 40 yang telah berbagi ilmu tentang PCR dan PLS.

4. Yusdiyen dan Pera STK40 serta Ami STK41 yang telah berkenan menjadi pembahas skripsi.

5. Keluarga Bapak M. Evri dan Ibu Didit di Bogor yang telah memperkenalkan penulis dengan PLS.

6. Teristimewa karya ilmiah ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Syahrial Z dan Ibu Zunelda serta kedua adik penulis, Adri Buthia dan Fadillurrahman.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Bogor, Januari 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Tensigard®... 1

Simplex-Lattice Design... 1

Model Kalibrasi ... 2

Regresi Partial Least Square... 2

Validasi Silang... 3

Kriteria Kebaikan Model ... 3

BAHAN DAN METODE Bahan ... 3

Metode ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data ... 5

Analisis Pola Data ... 5

SDKK... 5

SDSBL ... 6

Analisis Regresi Partial Least Square... 6

SDKK... 6

SDSBL ... 7

SIMPULAN ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Struktur Matriks Data Keluaran FTIR... 3

Tabel 2. Ramuan Obat Asli Tensigard®... 4

Tabel 3. Kode Komposisi Campuran Untuk Setiap Ramuan ... 4

Tabel 4. Kategori Data ... 5

Tabel 5. Hasil Dekomposisi Peubah Penjelas (X) untuk SDKK ... 6

Tabel 6. Hasil Dekomposisi Peubah Penjelas (X) untuk SDSBL ... 6

Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Partial Least Square Untuk SDKK ... 7

Tabel 8. Hasil analisis Regresi Partial Least Square untuk SDSBL... 8

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Obat Anti Hipertensi Tensigard®... 1

Gambar 2. Simplex-Lattice Design {3,3}... 2

Gambar 3. Segitiga Rancangan Komposisi Campuran Untuk Setiap Ramuan ... 4

Gambar 4. Diagram Alur Analisis... 4

Gambar 5. Data Spektrum SDKK ... 5

Gambar 6. Data Spektrum SDSBL... 5

Gambar 7. Plot Komponen Pertama dan Kedua SDKK Rataan Sidik Jari ... 6

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Simplex-Lattice Design {3,3}Augmented 3 dan Ulangan 3 kali SDKK... 10

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Regresi Partial Least Square (PLS) merupakan salah satu teknik yang menggabungkan antara metode analisis komponen utama dengan regresi berganda. Regresi PLS dapat mengatasi masalah multikolinearitas dan jumlah pengamatan yang lebih kecil dari jumlah peubah (n<p). Dalam pemodelannya setiap komponen diperoleh dengan cara memaksimalkan kovarian antara peubah respon (Y) dengan semua kemungkinan kombinasi linier dari peubah-peubah penjelas (X). Sehingga dengan cara ini akan diperoleh komponen yang mampu menjelaskan sebanyak mungkin keragaman Y dibandingkan dengan komponen yang diperoleh dari analisis komponen utama (Abdi 2003).

Kalibrasi memiliki peranan penting dalam teknik spektroskopi, yaitu untuk menganalisis kandungan unsur-unsur suatu senyawa tanpa perlu melakukan pemisahan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya. Pemodelan kalibrasi menggambarkan hubungan antara absorban pada panjang gelombang tertentu sebagai peubah penjelas (X) dengan konsentrasi larutan unsur atau senyawa yang dianalisis sebagai peubah respon (Y). Dalam k a l i b r a s i s e r i n g d i j u mp a i ma s a l a h multikolinearitas dan jumlah pengamatan yang lebih kecil dari jumlah peubah (n<p). Salah satu metode yang mampu mengatasi masalah tersebut adalah Regresi Partial Least Square.

Pemodelan kalibrasi dalam penelitian ini mengambil studi kasus pemodelan otentikasi komposisi penyusun Fitofarmaka Tensigard®. Dalam otentikasi komposisi fitofarmaka Tensigard® digunakan rancangan simplex-l a t t i c e d e s i g n, s e d a n g k a n pemodelannya menggunakan Regresi PLS dengan responnya adalah komposisi masing-masing bahan Tensigard® tersebut.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melihat kesesuaian pola data dari plot skor komponen hasil dekomposisi peubah penjelas (X) dengan segitiga teoritik rancangan hasil simplex-lattice design. 2. P e mo d e l a n o t e n t i k a s i k o mp o s i s i

p e n y u s u n f i t o f a r ma k a T e n s i g a r d® menggunakan Regresi Partial Least Square.

TINJAUAN PUSTAKA

Tensigard®

Tensigard® merupakan salah satu obat bahan alam (fitofarmaka) yang berkhasiat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tensigard® terdiri dari ekstrak seledri (apium graviolens) dan kumis kucing. (orthosiphon stamineus bent). Ekstrak seledri diketahui mengandung senyawa aktif apigenin yang dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan efek diuretik pada kumis kucing yang dominan sangat dibutuhkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. (Gsianturi, 2002).

Gambar 1. Obat Anti Hipertensi Tensigard®

Simplex- Lattice Design

Simplex-lattice design diperkenalkan pertama kali oleh Scheffė tahun 1958 sebagai salah satu percobaan komposisi (mixture experiment). Dalam mixture experiment, faktor independennya merupakan proporsi dari komponen yang berbeda dalam sebuah campuran. Proporsi dari komponen yang berbeda dalam mixture experiment jumlahnya harus satu. Respon yang diukur diasumsikan hanya tergantung pada proporsi relatif dari komponen dalam campuran (Cornell, 1990).

Tujuan dari mixture experiment adalah untuk memodelkan campuran permukaan (blending surface) dengan suatu bentuk persamaan matematika, sehingga:

1. Prediksi dari respon untuk berbagai campuran atau kombinasi unsur dapat dibuat secara empiris.

2. Beberapa pengukuran pengaruh respon dari setiap komponen satu persatu dan dalam kombinasi dengan komponen lain dapat diperoleh.

Sebuah {q,m} simplex-lattice design untuk q komponen terdiri dari titik yang didefinisikan oleh koordinat berikut:

1 2

0, , , ...,1

i x

m m

= untuk i = 1, 2, ..q

(12)

Sedangkan jumlah design titik pada simplex-lattice adalah:

(

q+ −m 1 !

)

(

m!

(

q−1 !

)

)

(1) dengan:

q

= jumlah komponen

m

= jumlah kisi-kisi (lattice)

Gambar 2. Simplex-Lattice Design {3,3}

Model Kalibrasi

Penggunaan data empirik dan pengetahuan untuk menentukan bagaimana menduga informasi pada peubah respon (Y) yang tidak diketahui berdasarkan informasi pada peubah penjelas (X) yang tersedia melalui suatu fungsi matematik disebut proses kalibrasi (Naes et al, 2002). Dalam bidang kemometrik, model kalibrasi menggambarkan suatu fungsi hubungan antara absorban pada panjang gelombang tertentu sebagai peubah penjelas (X) yang dihasilkan spektrometer dengan konsentrasi larutan unsur atau senyawa yang dianalisis sebagai peubah respon (Y).

Regresi Partial Least Square (PLS)

P a r t i a l L e a s t S q u a r e ( P L S ) dikembangkan pada awalnya oleh Herman Wold pada tahun 1975 untuk mengatasi masalah data yang kompleks. Kelebihan PLS dibandingkan dengan regresi berganda adalah dalam mengatasi masalah kolinearitas data, peubah penjelas (X) yang banyak dan juga dapat secara simultan memodelkan beberapa peubah respon (Y) (Wold et al, 2001).

P L S me n g g a mb a r k a n model untuk masing-masing kelompok peubah melalui hubungan eksternal. Sedangkan model yang menghubungan antara kedua kelompok peubah dinamakan hubungan internal. Model yang diperoleh dengan PLS mengoptimalkan hubungan prediktif antar dua kelompok p e u b a h . S e t i a p k o mp o n e n diperoleh

berdasarkan algoritma Non-linear Iterative Partial Least Square (NIPALS), dengan cara memaksimalkan kovarian antara peubah respon (Y) dengan semua kemungkinan kombinasi linier dari peubah-peubah penjelas (X).

Hubungan eksternal ditulis dengan persamaan berikut:

a

h h

h =1

X = TP' + E = t p' + E (2)

a

h h

h =1

Y = UQ' + F = u q' + F (3)

dengan:

X= peubah penjelas Y= peubah repon

T dan = vektor skor faktor komponen utama peubah X dan Y

U

P dan = vektor pembobot dari peubah X dan Y

Q

E= matriks sisaan peubah penjelas (X) F= matriks sisaan peubah respon (Y) Sedangkan untuk hubungan internal ditulis dengan persamaan berikut:

h h

u = b th (4)

h h h h

b = u' t t' th (5)

dengan:

h

t dan = vektor skor faktor komponen

utama ke-h peubah X dan Y

h

u

h

b = koefisien internal

Pendugaan parameter dalam Regresi PLS didapatkan melalui model persamaan:

Y = XB + F (6)

dengan:

Y= peubah repon X= peubah penjelas

F= matriks sisaan peubah respon (Y) B= koefisien regresi PLS

Secara rinci untuk mendapatkan skor komponen di setiap kelompok peubah pada hubungan eksternal dan hubungan internal, dijabarkan melalui algoritma dibawah ini:

Skor Blok X:

1. Ambil

t

awal= nilai dari

x

i

2. ' ( ' )

' '

t X u X

p

t t u u

(13)

5. Bandingkan t pada langkah 2 dengan t pada langkah 4, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Skor Blok Y:

1. Ambil

u

awal= nilai dari

y

j

2. ' ( ' )

' '

u Y t Y

q

u u t t

= = 3. old new old q q q = 4. ' Yq u q q =

6. Bandingkan u pada langkah 2 dengan u pada langkah 4, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Pertukaran Skor Blok X dan Y: 1. Ambil

u

awal= nilai dari

y

j

2. ' ( ' )

' '

u X u X

p w

u u u u

= = 3. ( ) old old new new old old p w p w p w = =

4. ( )

' '

Xp Xw

t t

p p w w

= = 5. ' ' t Y q t t = 6. old new old q q q = 7. ' Yq u q q =

7. Bandingkan t pada langkah 4 dengan u pada langkah 7, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Validasi Silang

Validasi silang (cross validation) menjadi prosedur standar dalam analisis Regresi PLS, dan sangat diperlukan untuk mendapatkan model terbaik yang mampu menjelaskan dengan baik keragaman data. Validasi silang digunakan untuk menentukan banyaknya komponen dalam model (Wold et al, 2001).

Prosedur dalam validasi silang dimulai dengan mengeluarkan setiap amatan ke-n dan menduga semua model kemungkinan regresi dari n-1 data sisanya. Kemudian hitung selisih antara nilai aktual dengan dugaan dari model regresi yang diperoleh. Jumlah kuadrat dari

s e l i s i h t e r s e b u t d i k u m p u l k a n untuk mendapatkan nilai predictive residual sum of squares (PRESS). Nilai PRESS menunjukkan keterandalan pendugaan dari model (Wold et al, 2001).

(

)

2 1

ˆ n

i i

i

PRESS y y

=

=

− (7)

dengan:

ŷi = respon dugaan

yi = respon aktual

Kriteria Kebaikan Model

Untuk melihat keterandalan pendugaan dari suatu model selain dari nilai PRESS juga dilihat dari nilai root mean square error (RMSE) (Naes et al, 2002).

(

)

2 1

ˆ N

i i

i

RMSE y y N

=

=

− (8)

dengan:

ŷi = dugaan respon

yi = respon aktual

N = jumlah data

BAHAN DAN METODE

Bahan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil penelitian fundamental tahun 2007, yang diketuai Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS, dengan judul Model Otentikasi Komposisi Obat Bahan Alam: Diagram Kontrol Berbasis Plot Komponen Utama Spektra FTIR Bahan Penyusun Obat, bertempat di laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB dan laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB.

Data spektra inframerah penyusun sediaan fitofarmaka Tensigard® dan campurannya merupakan hasil pengukuran spektrometer FTIR (Fourier Transform Infrared), yang berkisar pada bilangan gelombang : 400 – 4000 cm-1. Struktur matriks data keluaran FTIR dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Struktur Matriks Data Keluaran FTIR Bilangan Gelombang (cm-1)

Amatan

3996.27 3994.34 … 399.24

1

2

.

n

(14)

Dalam penelitian ini digunakan dua ramuan obat asli Tensigard® yaitu SDKK dan SDSBL, dimana setiap ramuan terdiri dari tiga unsur penyusun yang dijadikan sebagai peubah respon, seperti tersaji pada Tabel 2. Kombinasi komposisi campuran untuk setiap ramuan obat Tensigard® didapatkan melalui rancangan Simplex Lattice Design {3,3} dan 3 augmented, sehingga dihasilkan 13 kombinasi komposisi ramuan. Masing-masing kombinasi komposisi ramuan diulang tiga kali sehingga diperoleh pengamatan sebanyak 39 buah. Kombinasi komposisi ramuan sebagai hasil rancangan Simplex Lattice Design {3,3} dan 3 augmented terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Tabel 2. Ramuan Obat Asli Tensigard® Peubah Respon Ramuan

Y1 Y2 Y3

SDKK Seledri Kumis Kucing Bahan Pengisi SDSBL Seledri Sambiloto Bahan Pengisi

Segitiga rancangan kombinasi komposisi ramuan hasil plot simplex-lattice design untuk ramuan SDKK dan SDSBL dapat dilihat pada Gambar 3. Segitiga ini digunakan sebagai s e g i t i g a t e o r i t i k u n t u k melakukan penyeleksian terhadap data semua amatan (n=39) sehingga didapatkan data seleksi (n=13) baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari. Segitiga teoritik ini juga digunakan sebagai acuan untuk melihat kesesuaian dengan plot dari skor komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) untuk setiap kategori. Kode komposisi campuran untuk setiap ramuan dapat dilihat pada Tabel 3.

A

0 1

B1

0

C

1 0

13

12 11 10

9 8 7

6 5

4 3 2 1

Simplex Design Plot in Amounts

A: Ekstrak Seledri B: Kumis Kucing/ Sambiloto C: Bahan Pengisi

Gambar 3. Segitiga Rancangan Komposisi Campuran Untuk Setiap Ramuan

Tabel 3. Kode Komposisi Campuran Untuk Setiap Ramuan

Kode

Komposisi Persentase Campuran (%)

Campuran Y1 Y2 Y3 1 0.00 0.00 1.00 2 0.00 0.33 0.67 3 0.00 0.67 0.33 4 0.00 1.00 0.00 5 0.17 0.17 0.67 6 0.17 0.67 0.17 7 0.33 0.00 0.67 8 0.33 0.33 0.33 9 0.33 0.67 0.00 10 0.67 0.00 0.33 11 0.67 0.17 0.17 12 0.67 0.33 0.00 13 1.00 0.00 0.00

Metode

Model kalibrasi yang akan disusun dalam penelitian ini merupakan fungsi hubungan antara persen transmitan yang dihasilkan spektrum inframerah dengan konsentrasi kombinasi komposisi ramuan asli Tensigard®. Langkah-langkah analisis dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Alur Analisis

Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Eksplorasi data input

2. Analisis kesesuaian pola data dari plot skor komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X).

(15)

3. Pemodelan menggunakan metode Regresi Partial Least Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi Data

Berdasarkan daerah panjang gelombang hasil pengukuran spektrometer FTIR, peubah penjelas (X) yang digunakan dalam penelitian ini, terbagi dua yaitu:

1. Daerah semua panjang gelombang, yaitu data spektrum yang berada pada kisaran bilangan gelombang 400–4000 cm-1 yang terdiri dari 1866 panjang gelombang. 2. Daerah sidik jari, yaitu data spektrum

yang berada pada kisaran bilangan gelombang 500–1000 cm-1 yang terdiri dari 260 panjang gelombang.

Jumlah pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari terbagi menjadi tiga kategori seperti yang terlihat pada Tabel 4, yaitu:

A. Data semua amatan, yaitu data dengan jumlah pengamatan sebanyak 39 buah. B. Data seleksi, yaitu data dengan jumlah

pengamatan sebanyak 13 buah, yang diseleksi secara observasi terhadap 39 data semua amatan berdasarkan plot skor komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi dari peubah penjelas (X). C. Data rataan, yaitu data dengan jumlah

pengamatan sebanyak 13 buah rata-rata dari 3 kali ulangan.

Tabel 4. Kategori Data

SDKK / SDSBL Kategori Semua Panjang Gelombang /

Sidik Jari

Jumlah Pengamatan

A Semua Amatan 39

B Seleksi 13

C Rataan 13

Grafik spektra inframerah kombinasi SDKK dapat dilihat pada Gambar 5, yaitu untuk daerah semua panjang gelombang dengan 1866 titik peubah, sedangkan daerah di dalam kotak merupakan daerah sidik jari dengan 260 titik peubah.

SPEKTRUM SELEDRI, KUMIS KUCING DAN BAHAN PENGISI

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90

399 536 673 810 947 1084 1221 1358 1495 1632 1769 1906 2042 2179 3162 2453 2590 2727 2864 3001 1383 3275 3412 3549 3686 3823 3960 BILANGAN GELOMBANG (cm-1)

% T RANS M IT A N

Gambar 5. Data Spektrum SDKK

Grafik spektra inframerah kombinasi SDSBL dapat dilihat pada Gambar 6, yaitu untuk daerah semua panjang gelombang dengan 1866 titik peubah, sedangkan daerah di dalam kotak merupakan daerah sidik jari dengan 260 titik peubah.

SPEKTRUM EKSTRAK SELEDRI, SAMBILOTO DAN BAHAN PENGISI

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 36 8 52 5 68 1 83 7 99 3 115 0 130 6 146 2 161 8 177 4 193 1 208 7 224 3 239 9 255 6 271 2 286 8 302 4 318 0 333 7 349 3 364 9 380 5 396 2

BILANGAN GELOMBANG (cm-1)

% T R ANS MI T A N

Gambar 6. Data Spektrum SDSBL

Analisis Pola Data

SDKK

Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) untuk SDKK, baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 5. Secara keseluruhan proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDKK hasil dekomposisi peubah penjelas (X), baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari relatif sudah cukup besar yaitu diatas 86%. Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua pada daerah sidik jari lebih besar dibandingkan dengan daerah semua panjang gelombang, yaitu di atas 99%.

(16)

Tabel 5. Hasil Dekomposisi Peubah Penjelas (X) untuk SDKK

PC2 P C 1 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 30 20 10 0 -10 -20 -30 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

SDKK Rataan Sidik Jari

PC2 P C 1 10 5 0 -5 -10 30 20 10 0 -1 -2 0 0 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 SDSBL Seleksi Sidik Jari

Proporsi Kumulatif Komponen Pertama dan Kedua

Semua Kategori

Panjang Gelombang Sidik Jari

A 90.10% 99.10%

B 92.70% 99.00%

C 86.00% 99.30%

Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDKK paling besar pada daerah rataan sidik jari yaitu sebesar 99.30%. Keragaman data yang diterangkan sudah cukup besar sehingga hanya dua komponen yang digunakan sudah cukup untuk analisis dan tidak menghilangkan banyak informasi yang dikandung dalam data.

Plot komponen pertama dan kedua untuk SDKK pada daerah rataan sidik jari menunjukkan pola yang relatif serupa dengan rancangan segitiga teoritik pada Gambar 5. Perbedaan hanya disebabkan posisi koordinat yang berbeda. Secara umum pencaran titik-titik dari plot relatif sudah membentuk segitiga, seperti terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Plot Komponen Pertama dan Kedua SDKK Rataan Sidik Jari

SDSBL

Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDSBL hasil dekomposisi peubah penjelas (X), baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 6. Keragaman data yang diterangkan sudah cukup besar, yaitu di atas 86.40% baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari, sehingga hanya dua komponen yang digunakan sudah cukup untuk analisis dan tidak menghilangkan banyak informasi yang dikandung dalam data. Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua pada daerah sidik jari lebih besar

dibandingkan dengan daerah semua panjang gelombang, yaitu di atas 98.60%.

Tabel 6. Hasil Dekomposisi Peubah Penjelas (X) untuk SDSBL

Proporsi Kumulatif Komponen Pertama dan Kedua

Semua Kategori

Panjang Gelombang Sidik Jari

A 90.60% 98.60%

B 86.40% 99.10%

C 90.00% 98.80%

Proporsi kumulatif kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDSBL paling besar pada daerah seleksi sidik jari yaitu sebesar 99.10%. Plot komponen pertama dan kedua SDSBL untuk daerah seleksi sidik jari menunjukkan pola yang relatif serupa dengan rancangan segitiga teoritik pada Gambar 5. Perbedaan hanya disebabkan posisi koordinat yang berbeda. Secara umum pencaran titik-titik dari plot relatif sudah membentuk segitiga seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Plot Komponen Pertama dan Kedua SDSBL Seleksi Sidik Jari

Analisis Regresi Partial Least Square

SDKK

Hasil analisis Regresi PLS untuk SDKK baik pada daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 7. Pemodelan dengan Regresi Partial Least Square untuk SDKK digunakan daerah rataan sidik jari dimana proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) paling besar, yaitu 99.30%. Pada tahap awal akan diekstrak delapan komponen dengan persentase keragaman peubah penjelas (X) yang mampu dijelaskan sebesar 99.99% dan 96.74% untuk peubah respon (Y).

(17)

Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Partial Least Square Untuk SDKK

Daerah Kategori Banyaknya Persentase Persentase RMSE

Data Data Komponen Keragaman X Keragaman Y PRESS Y1 Y2 Y3

Semua Semua Amatan 9 99.864 93.539 0.275 0.013 0.035 0.013

Panjang Seleksi 3 98.233 84.236 0.379 0.055 0.046 0.098

Gelombang Rataan 4 99.480 87.403 0.349 0.019 0.056 0.020

Daerah Semua Amatan 10 99.997 92.717 0.178 0.004 0.012 0.007

Sidik Seleksi 3 99.782 84.057 0.325 0.046 0.098 0.046

Jari Rataan 3 99.851 89.933 0.208 0.005 0.014 0.010

Tahapan selanjutnya yaitu melakukan validasi silang untuk menentukan banyaknya komponen yang akan digunakan dalam model Regresi PLS. Berdasarkan nilai PRESS didapatkan nilai minimum sebesar 0.208 sehingga banyaknya komponen yang akan digunakan dalam model yaitu sebanyak tiga komponen.

Pemodelan Regresi PLS pada tahap selanjutnya menggunakan tiga komponen dengan persentase keragaman yang mampu diterangkan untuk peubah penjelas (X) sebesar 99.85% dan 89.93% untuk peubah respon (Y). Keterandalan model Regresi PLS menggunakan tiga komponen dapat dilihat dari nilai RMSE, yang tersaji pada Tabel 7.

SDSBL

Pemodelan dengan Regresi Partial Least Square untuk SDSBL digunakan daerah seleksi sidik jari dimana proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) paling besar, yaitu 99.10%. Secara keseluruhan hasil analisis Regresi PLS untuk SDSBL baik pada daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 9.

Delapan komponen yang diekstrak pada tahap awal mampu menjelaskan persentase keragaman peubah penjelas (X) sebesar 99.98% dan 97.61% untuk peubah respon (Y). Berdasarkan nilai minimum PRESS sebesar 0.426 pada tahapan validasi silang maka banyaknya komponen yang akan digunakan dalam model yaitu sebanyak tiga komponen.

Pemodelan Regresi PLS pada tahap selanjutnya menggunakan tiga komponen dengan persentase keragaman peubah penjelas (X) yang mampu diterangkan sebesar 99.64% dan 78.81% untuk peubah respon (Y). Keterandalan model Regresi PLS menggunakan tiga komponen dapat dilihat dari nilai RMSE, yang tersaji pada Tabel 9.

SIMPULAN

Plot antara komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) untuk semua panjang gelombang maupun sidik jari menunjukkan pola yang relatif tidak jauh berbeda dengan rancangan segitiga teoritik. Perbedaan hanya pada posisi koordinat yang disebabkan nilai dari skor komponen yang tidak unik. Secara umum pencaran titik-titik dari plot komponen pertama dan kedua sudah membentuk segitiga seperti yang diharapkan.

Regresi Partial Least Square dalam pemodelan otentikasi komposisi fitofarmaka Tensigard® relatif sudah baik. Untuk kombinasi ekstrak seledri, kumis kucing dan bahan pengisi (SDKK), persentase keragaman yang mampu diterangkan oleh model Regresi PLS dengan menggunakan tiga komponen dalam model sebesar 99.85% untuk peubah penjelas (X) dan 89.93% untuk peubah respon (Y). Untuk kombinasi ekstrak seledri, sambiloto dan bahan pengisi (SDSBL), persentase keragaman yang mampu diterangkan oleh model Regresi PLS dengan menggunakan tiga komponen dalam model sebesar 99.64% untuk peubah penjelas (X) dan 78.81% untuk peubah respon (Y).

(18)

Tabel 9. Hasil analisis Regresi Partial Least Square untuk SDSBL.

Daerah Banyaknya Banyaknya Persentase Persentase RMSE

Data Data Komponen Keragaman X Keragaman Y PRESS Y1 Y2 Y3

Semua Semua Amatan 4 99.008 70.096 0.518 0.039 0.083 0.028

Panjang Seleksi 4 99.420 80.746 0.608 0.098 0.098 0.098

Gelombang Rataan 4 99.509 79.870 0.612 0.098 0.098 0.098

Daerah Semua Amatan 6 99.965 73.333 0.545 0.024 0.047 0.022

Sidik Seleksi 3 99.642 78.816 0.426 0.061 0.095 0.036

Jari Rataan 2 98.846 52.545 0.994 0.083 0.084 0.039

DAFTAR PUSTAKA

Abdi H. 2003. Partial Least Square (PLS) Regression. (http://www.utdallas.edu/~herve/Abdi-PLS-pretty.pdf). [14 Juni 2007].

C o r n e l l , J.A. 1990. E x p e r i me n t s w i t h Mixtures: Designs, Models, and the Analysis of Mixture Data. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Gsianturi. 2002. “Kumis Kucing dan Seledri U n t u k H i p e r t e n s i ”. http://www.kompas.com/kesehatan/news/s enior/kiat/0205/15/kiat.htm

Naes T, T Isaksson, T Fearn & T Davies. 2002. A user-friendly guide to Multivariate Calibration and Classification. West Sussex: NIR Publications.

Nur MA & H Adijuwana. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi. Bogor: PAU IPB.

Tobias R. 1995. An Introduction to Partial Least Squares Regression, in Proccedding of the Twentieth Annual SAS Users Group International Conferences, Carry, NC: SAS Institute In., 1250-1257.

Wold S, M Sjostrom & L Eriksson. 2001. PLS-regression: a basic tool of chemometrics. Chemometrics and Intelligent Laboratory Systems 58:109-130.

(19)
(20)

Lampiran 1. Simplex-Lattice Design {3,3} Augmented 3 dan Ulangan 3 kali SDKK

Kode Bahan Bobot Tensigard Tiap Kapsul (mg) 250

A Ekstrak Seledri Ektrak Seledri (mg) 92

B Ekstrak Kumis Kucing Ekstrak Kumis Kucing (mg) 28

C Bahan Pengisi Pengisi (mg) 130

Proses FTIR Berdasarkan Bobot Bahan

RunOrder A B C A (mg) B (mg) C (mg)

1 0.3333 0.3333 0.3333 61.3327 18.6665 86.6658

2 0.3333 0.0000 0.6667 61.3327 0.0000 173.3342

3 1.0000 0.0000 0.0000 184.0000 0.0000 0.0000

4 0.0000 0.3333 0.6667 0.0000 18.6665 173.3342

5 0.0000 0.3333 0.6667 0.0000 18.6665 173.3342

6 0.1667 0.1667 0.6667 30.6673 9.3335 173.3342

7 0.6667 0.3333 0.0000 122.6673 18.6665 0.0000

8 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 56.0000 0.0000

9 0.3333 0.3333 0.3333 61.3327 18.6665 86.6658

10 0.3333 0.3333 0.3333 61.3327 18.6665 86.6658

11 0.6667 0.3333 0.0000 122.6673 18.6665 0.0000

12 0.6667 0.1667 0.1667 122.6673 9.3335 43.3342

13 0.1667 0.1667 0.6667 30.6673 9.3335 173.3342

14 1.0000 0.0000 0.0000 184.0000 0.0000 0.0000

15 0.6667 0.1667 0.1667 122.6673 9.3335 43.3342

16 0.3333 0.6667 0.0000 61.3327 37.3335 0.0000

17 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 260.0000

18 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 56.0000 0.0000

19 1.0000 0.0000 0.0000 184.0000 0.0000 0.0000

20 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 260.0000

21 0.1667 0.6667 0.1667 30.6673 37.3335 43.3342

22 0.6667 0.0000 0.3333 122.6673 0.0000 86.6658

23 0.0000 0.6667 0.3333 0.0000 37.3335 86.6658

24 0.3333 0.6667 0.0000 61.3327 37.3335 0.0000

25 0.6667 0.3333 0.0000 122.6673 18.6665 0.0000

26 0.3333 0.0000 0.6667 61.3327 0.0000 173.3342

27 0.0000 0.3333 0.6667 0.0000 18.6665 173.3342

28 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 56.0000 0.0000

29 0.3333 0.0000 0.6667 61.3327 0.0000 173.3342

30 0.6667 0.0000 0.3333 122.6673 0.0000 86.6658

31 0.1667 0.1667 0.6667 30.6673 9.3335 173.3342

32 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 260.0000

33 0.3333 0.6667 0.0000 61.3327 37.3335 0.0000

34 0.6667 0.1667 0.1667 122.6673 9.3335 43.3342

35 0.1667 0.6667 0.1667 30.6673 37.3335 43.3342

36 0.1667 0.6667 0.1667 30.6673 37.3335 43.3342

37 0.0000 0.6667 0.3333 0.0000 37.3335 86.6658

38 0.0000 0.6667 0.3333 0.0000 37.3335 86.6658

39 0.6667 0.0000 0.3333 122.6673 0.0000 86.6658

(21)

Lampiran 2. Simplex-Lattice Design {3,3} Augmented 3 dan Ulangan 3 kali SDSBL

Kode Bahan Bobot Tensigard Tiap Kapsul (mg) 250

A Ekstrak Seledri Ektrak Seledri (mg) 92

B Ekstrak Sambiloto Ekstrak Sambiloto (mg) 28

C Bahan Pengisi Pengisi (mg) 130

Proses FTIR Berdasarkan Bobot Bahan

RunOrder A B C A (mg) B (mg) C (mg)

1 0.3333 0.3333 0.3333 61.3327 18.6665 86.6658

2 0.0000 0.6667 0.3333 0.0000 37.3335 86.6658

3 0.6667 0.1667 0.1667 122.6673 9.3335 43.3342

4 0.3333 0.6667 0.0000 61.3327 37.3335 0.0000

5 0.1667 0.1667 0.6667 30.6673 9.3335 173.3342

6 0.0000 0.6667 0.3333 0.0000 37.3335 86.6658

7 0.3333 0.3333 0.3333 61.3327 18.6665 86.6658

8 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 56.0000 0.0000

9 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 260.0000

10 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 260.0000

11 0.1667 0.6667 0.1667 30.6673 37.3335 43.3342

12 0.6667 0.0000 0.3333 122.6673 0.0000 86.6658

13 0.6667 0.0000 0.3333 122.6673 0.0000 86.6658

14 0.3333 0.6667 0.0000 61.3327 37.3335 0.0000

15 0.3333 0.3333 0.3333 61.3327 18.6665 86.6658

16 0.1667 0.6667 0.1667 30.6673 37.3335 43.3342

17 0.6667 0.3333 0.0000 122.6673 18.6665 0.0000

18 0.3333 0.0000 0.6667 61.3327 0.0000 173.3342

19 0.0000 0.3333 0.6667 0.0000 18.6665 173.3342

20 1.0000 0.0000 0.0000 184.0000 0.0000 0.0000

21 0.0000 0.3333 0.6667 0.0000 18.6665 173.3342

22 0.6667 0.0000 0.3333 122.6673 0.0000 86.6658

23 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 56.0000 0.0000

24 0.1667 0.1667 0.6667 30.6673 9.3335 173.3342

25 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 56.0000 0.0000

26 0.6667 0.1667 0.1667 122.6673 9.3335 43.3342

27 0.1667 0.1667 0.6667 30.6673 9.3335 173.3342

28 0.1667 0.6667 0.1667 30.6673 37.3335 43.3342

29 0.0000 0.3333 0.6667 0.0000 18.6665 173.3342

30 0.6667 0.3333 0.0000 122.6673 18.6665 0.0000

31 0.6667 0.1667 0.1667 122.6673 9.3335 43.3342

32 0.3333 0.6667 0.0000 61.3327 37.3335 0.0000

33 1.0000 0.0000 0.0000 184.0000 0.0000 0.0000

34 1.0000 0.0000 0.0000 184.0000 0.0000 0.0000

35 0.3333 0.0000 0.6667 61.3327 0.0000 173.3342

36 0.0000 0.6667 0.3333 0.0000 37.3335 86.6658

37 0.6667 0.3333 0.0000 122.6673 18.6665 0.0000

38 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 260.0000

39 0.3333 0.0000 0.6667 61.3327 0.0000 173.3342

(22)

PEMODELAN OTENTIKASI KOMPOSISI FITOFARMAKA

TENSIGARD

®

MENGGUNAKAN REGRESI

PARTIAL LEAST SQUARE

RIKOLA FEDRI

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Regresi Partial Least Square (PLS) merupakan salah satu teknik yang menggabungkan antara metode analisis komponen utama dengan regresi berganda. Regresi PLS dapat mengatasi masalah multikolinearitas dan jumlah pengamatan yang lebih kecil dari jumlah peubah (n<p). Dalam pemodelannya setiap komponen diperoleh dengan cara memaksimalkan kovarian antara peubah respon (Y) dengan semua kemungkinan kombinasi linier dari peubah-peubah penjelas (X). Sehingga dengan cara ini akan diperoleh komponen yang mampu menjelaskan sebanyak mungkin keragaman Y dibandingkan dengan komponen yang diperoleh dari analisis komponen utama (Abdi 2003).

Kalibrasi memiliki peranan penting dalam teknik spektroskopi, yaitu untuk menganalisis kandungan unsur-unsur suatu senyawa tanpa perlu melakukan pemisahan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya. Pemodelan kalibrasi menggambarkan hubungan antara absorban pada panjang gelombang tertentu sebagai peubah penjelas (X) dengan konsentrasi larutan unsur atau senyawa yang dianalisis sebagai peubah respon (Y). Dalam k a l i b r a s i s e r i n g d i j u mp a i ma s a l a h multikolinearitas dan jumlah pengamatan yang lebih kecil dari jumlah peubah (n<p). Salah satu metode yang mampu mengatasi masalah tersebut adalah Regresi Partial Least Square.

Pemodelan kalibrasi dalam penelitian ini mengambil studi kasus pemodelan otentikasi komposisi penyusun Fitofarmaka Tensigard®. Dalam otentikasi komposisi fitofarmaka Tensigard® digunakan rancangan simplex-l a t t i c e d e s i g n, s e d a n g k a n pemodelannya menggunakan Regresi PLS dengan responnya adalah komposisi masing-masing bahan Tensigard® tersebut.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melihat kesesuaian pola data dari plot skor komponen hasil dekomposisi peubah penjelas (X) dengan segitiga teoritik rancangan hasil simplex-lattice design. 2. P e mo d e l a n o t e n t i k a s i k o mp o s i s i

p e n y u s u n f i t o f a r ma k a T e n s i g a r d® menggunakan Regresi Partial Least Square.

TINJAUAN PUSTAKA

Tensigard®

Tensigard® merupakan salah satu obat bahan alam (fitofarmaka) yang berkhasiat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tensigard® terdiri dari ekstrak seledri (apium graviolens) dan kumis kucing. (orthosiphon stamineus bent). Ekstrak seledri diketahui mengandung senyawa aktif apigenin yang dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan efek diuretik pada kumis kucing yang dominan sangat dibutuhkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. (Gsianturi, 2002).

Gambar 1. Obat Anti Hipertensi Tensigard®

Simplex- Lattice Design

Simplex-lattice design diperkenalkan pertama kali oleh Scheffė tahun 1958 sebagai salah satu percobaan komposisi (mixture experiment). Dalam mixture experiment, faktor independennya merupakan proporsi dari komponen yang berbeda dalam sebuah campuran. Proporsi dari komponen yang berbeda dalam mixture experiment jumlahnya harus satu. Respon yang diukur diasumsikan hanya tergantung pada proporsi relatif dari komponen dalam campuran (Cornell, 1990).

Tujuan dari mixture experiment adalah untuk memodelkan campuran permukaan (blending surface) dengan suatu bentuk persamaan matematika, sehingga:

1. Prediksi dari respon untuk berbagai campuran atau kombinasi unsur dapat dibuat secara empiris.

2. Beberapa pengukuran pengaruh respon dari setiap komponen satu persatu dan dalam kombinasi dengan komponen lain dapat diperoleh.

Sebuah {q,m} simplex-lattice design untuk q komponen terdiri dari titik yang didefinisikan oleh koordinat berikut:

1 2

0, , , ...,1

i x

m m

= untuk i = 1, 2, ..q

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Regresi Partial Least Square (PLS) merupakan salah satu teknik yang menggabungkan antara metode analisis komponen utama dengan regresi berganda. Regresi PLS dapat mengatasi masalah multikolinearitas dan jumlah pengamatan yang lebih kecil dari jumlah peubah (n<p). Dalam pemodelannya setiap komponen diperoleh dengan cara memaksimalkan kovarian antara peubah respon (Y) dengan semua kemungkinan kombinasi linier dari peubah-peubah penjelas (X). Sehingga dengan cara ini akan diperoleh komponen yang mampu menjelaskan sebanyak mungkin keragaman Y dibandingkan dengan komponen yang diperoleh dari analisis komponen utama (Abdi 2003).

Kalibrasi memiliki peranan penting dalam teknik spektroskopi, yaitu untuk menganalisis kandungan unsur-unsur suatu senyawa tanpa perlu melakukan pemisahan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya. Pemodelan kalibrasi menggambarkan hubungan antara absorban pada panjang gelombang tertentu sebagai peubah penjelas (X) dengan konsentrasi larutan unsur atau senyawa yang dianalisis sebagai peubah respon (Y). Dalam k a l i b r a s i s e r i n g d i j u mp a i ma s a l a h multikolinearitas dan jumlah pengamatan yang lebih kecil dari jumlah peubah (n<p). Salah satu metode yang mampu mengatasi masalah tersebut adalah Regresi Partial Least Square.

Pemodelan kalibrasi dalam penelitian ini mengambil studi kasus pemodelan otentikasi komposisi penyusun Fitofarmaka Tensigard®. Dalam otentikasi komposisi fitofarmaka Tensigard® digunakan rancangan simplex-l a t t i c e d e s i g n, s e d a n g k a n pemodelannya menggunakan Regresi PLS dengan responnya adalah komposisi masing-masing bahan Tensigard® tersebut.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melihat kesesuaian pola data dari plot skor komponen hasil dekomposisi peubah penjelas (X) dengan segitiga teoritik rancangan hasil simplex-lattice design. 2. P e mo d e l a n o t e n t i k a s i k o mp o s i s i

p e n y u s u n f i t o f a r ma k a T e n s i g a r d® menggunakan Regresi Partial Least Square.

TINJAUAN PUSTAKA

Tensigard®

Tensigard® merupakan salah satu obat bahan alam (fitofarmaka) yang berkhasiat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tensigard® terdiri dari ekstrak seledri (apium graviolens) dan kumis kucing. (orthosiphon stamineus bent). Ekstrak seledri diketahui mengandung senyawa aktif apigenin yang dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan efek diuretik pada kumis kucing yang dominan sangat dibutuhkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. (Gsianturi, 2002).

Gambar 1. Obat Anti Hipertensi Tensigard®

Simplex- Lattice Design

Simplex-lattice design diperkenalkan pertama kali oleh Scheffė tahun 1958 sebagai salah satu percobaan komposisi (mixture experiment). Dalam mixture experiment, faktor independennya merupakan proporsi dari komponen yang berbeda dalam sebuah campuran. Proporsi dari komponen yang berbeda dalam mixture experiment jumlahnya harus satu. Respon yang diukur diasumsikan hanya tergantung pada proporsi relatif dari komponen dalam campuran (Cornell, 1990).

Tujuan dari mixture experiment adalah untuk memodelkan campuran permukaan (blending surface) dengan suatu bentuk persamaan matematika, sehingga:

1. Prediksi dari respon untuk berbagai campuran atau kombinasi unsur dapat dibuat secara empiris.

2. Beberapa pengukuran pengaruh respon dari setiap komponen satu persatu dan dalam kombinasi dengan komponen lain dapat diperoleh.

Sebuah {q,m} simplex-lattice design untuk q komponen terdiri dari titik yang didefinisikan oleh koordinat berikut:

1 2

0, , , ...,1

i x

m m

= untuk i = 1, 2, ..q

(25)

Sedangkan jumlah design titik pada simplex-lattice adalah:

(

q+ −m 1 !

)

(

m!

(

q−1 !

)

)

(1) dengan:

q

= jumlah komponen

m

= jumlah kisi-kisi (lattice)

Gambar 2. Simplex-Lattice Design {3,3}

Model Kalibrasi

Penggunaan data empirik dan pengetahuan untuk menentukan bagaimana menduga informasi pada peubah respon (Y) yang tidak diketahui berdasarkan informasi pada peubah penjelas (X) yang tersedia melalui suatu fungsi matematik disebut proses kalibrasi (Naes et al, 2002). Dalam bidang kemometrik, model kalibrasi menggambarkan suatu fungsi hubungan antara absorban pada panjang gelombang tertentu sebagai peubah penjelas (X) yang dihasilkan spektrometer dengan konsentrasi larutan unsur atau senyawa yang dianalisis sebagai peubah respon (Y).

Regresi Partial Least Square (PLS)

P a r t i a l L e a s t S q u a r e ( P L S ) dikembangkan pada awalnya oleh Herman Wold pada tahun 1975 untuk mengatasi masalah data yang kompleks. Kelebihan PLS dibandingkan dengan regresi berganda adalah dalam mengatasi masalah kolinearitas data, peubah penjelas (X) yang banyak dan juga dapat secara simultan memodelkan beberapa peubah respon (Y) (Wold et al, 2001).

P L S me n g g a mb a r k a n model untuk masing-masing kelompok peubah melalui hubungan eksternal. Sedangkan model yang menghubungan antara kedua kelompok peubah dinamakan hubungan internal. Model yang diperoleh dengan PLS mengoptimalkan hubungan prediktif antar dua kelompok p e u b a h . S e t i a p k o mp o n e n diperoleh

berdasarkan algoritma Non-linear Iterative Partial Least Square (NIPALS), dengan cara memaksimalkan kovarian antara peubah respon (Y) dengan semua kemungkinan kombinasi linier dari peubah-peubah penjelas (X).

Hubungan eksternal ditulis dengan persamaan berikut:

a

h h

h =1

X = TP' + E = t p' + E (2)

a

h h

h =1

Y = UQ' + F = u q' + F (3)

dengan:

X= peubah penjelas Y= peubah repon

T dan = vektor skor faktor komponen utama peubah X dan Y

U

P dan = vektor pembobot dari peubah X dan Y

Q

E= matriks sisaan peubah penjelas (X) F= matriks sisaan peubah respon (Y) Sedangkan untuk hubungan internal ditulis dengan persamaan berikut:

h h

u = b th (4)

h h h h

b = u' t t' th (5)

dengan:

h

t dan = vektor skor faktor komponen

utama ke-h peubah X dan Y

h

u

h

b = koefisien internal

Pendugaan parameter dalam Regresi PLS didapatkan melalui model persamaan:

Y = XB + F (6)

dengan:

Y= peubah repon X= peubah penjelas

F= matriks sisaan peubah respon (Y) B= koefisien regresi PLS

Secara rinci untuk mendapatkan skor komponen di setiap kelompok peubah pada hubungan eksternal dan hubungan internal, dijabarkan melalui algoritma dibawah ini:

Skor Blok X:

1. Ambil

t

awal= nilai dari

x

i

2. ' ( ' )

' '

t X u X

p

t t u u

(26)

5. Bandingkan t pada langkah 2 dengan t pada langkah 4, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Skor Blok Y:

1. Ambil

u

awal= nilai dari

y

j

2. ' ( ' )

' '

u Y t Y

q

u u t t

= = 3. old new old q q q = 4. ' Yq u q q =

6. Bandingkan u pada langkah 2 dengan u pada langkah 4, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Pertukaran Skor Blok X dan Y: 1. Ambil

u

awal= nilai dari

y

j

2. ' ( ' )

' '

u X u X

p w

u u u u

= = 3. ( ) old old new new old old p w p w p w = =

4. ( )

' '

Xp Xw

t t

p p w w

= = 5. ' ' t Y q t t = 6. old new old q q q = 7. ' Yq u q q =

7. Bandingkan t pada langkah 4 dengan u pada langkah 7, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Validasi Silang

Validasi silang (cross validation) menjadi prosedur standar dalam analisis Regresi PLS, dan sangat diperlukan untuk mendapatkan model terbaik yang mampu menjelaskan dengan baik keragaman data. Validasi silang digunakan untuk menentukan banyaknya komponen dalam model (Wold et al, 2001).

Prosedur dalam validasi silang dimulai dengan mengeluarkan setiap amatan ke-n dan menduga semua model kemungkinan regresi dari n-1 data sisanya. Kemudian hitung selisih antara nilai aktual dengan dugaan dari model regresi yang diperoleh. Jumlah kuadrat dari

s e l i s i h t e r s e b u t d i k u m p u l k a n untuk mendapatkan nilai predictive residual sum of squares (PRESS). Nilai PRESS menunjukkan keterandalan pendugaan dari model (Wold et al, 2001).

(

)

2 1

ˆ n

i i

i

PRESS y y

=

=

− (7)

dengan:

ŷi = respon dugaan

yi = respon aktual

Kriteria Kebaikan Model

Untuk melihat keterandalan pendugaan dari suatu model selain dari nilai PRESS juga dilihat dari nilai root mean square error (RMSE) (Naes et al, 2002).

(

)

2 1

ˆ N

i i

i

RMSE y y N

=

=

− (8)

dengan:

ŷi = dugaan respon

yi = respon aktual

N = jumlah data

BAHAN DAN METODE

Bahan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil penelitian fundamental tahun 2007, yang diketuai Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS, dengan judul Model Otentikasi Komposisi Obat Bahan Alam: Diagram Kontrol Berbasis Plot Komponen Utama Spektra FTIR Bahan Penyusun Obat, bertempat di laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB dan laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB.

Data spektra inframerah penyusun sediaan fitofarmaka Tensigard® dan campurannya merupakan hasil pengukuran spektrometer FTIR (Fourier Transform Infrared), yang berkisar pada bilangan gelombang : 400 – 4000 cm-1. Struktur matriks data keluaran FTIR dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Struktur Matriks Data Keluaran FTIR Bilangan Gelombang (cm-1)

Amatan

3996.27 3994.34 … 399.24

1

2

.

n

(27)

5. Bandingkan t pada langkah 2 dengan t pada langkah 4, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Skor Blok Y:

1. Ambil

u

awal= nilai dari

y

j

2. ' ( ' )

' '

u Y t Y

q

u u t t

= = 3. old new old q q q = 4. ' Yq u q q =

6. Bandingkan u pada langkah 2 dengan u pada langkah 4, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Pertukaran Skor Blok X dan Y: 1. Ambil

u

awal= nilai dari

y

j

2. ' ( ' )

' '

u X u X

p w

u u u u

= = 3. ( ) old old new new old old p w p w p w = =

4. ( )

' '

Xp Xw

t t

p p w w

= = 5. ' ' t Y q t t = 6. old new old q q q = 7. ' Yq u q q =

7. Bandingkan t pada langkah 4 dengan u pada langkah 7, jika sama (selisihnya ada dalam batas toleransi tertentu) iterasi dihentikan, tetapi jika tidak kembali ke langkah 2.

Validasi Silang

Validasi silang (cross validation) menjadi prosedur standar dalam analisis Regresi PLS, dan sangat diperlukan untuk mendapatkan model terbaik yang mampu menjelaskan dengan baik keragaman data. Validasi silang digunakan untuk menentukan banyaknya komponen dalam model (Wold et al, 2001).

Prosedur dalam validasi silang dimulai dengan mengeluarkan setiap amatan ke-n dan menduga semua model kemungkinan regresi dari n-1 data sisanya. Kemudian hitung selisih antara nilai aktual dengan dugaan dari model regresi yang diperoleh. Jumlah kuadrat dari

s e l i s i h t e r s e b u t d i k u m p u l k a n untuk mendapatkan nilai predictive residual sum of squares (PRESS). Nilai PRESS menunjukkan keterandalan pendugaan dari model (Wold et al, 2001).

(

)

2 1

ˆ n

i i

i

PRESS y y

=

=

− (7)

dengan:

ŷi = respon dugaan

yi = respon aktual

Kriteria Kebaikan Model

Untuk melihat keterandalan pendugaan dari suatu model selain dari nilai PRESS juga dilihat dari nilai root mean square error (RMSE) (Naes et al, 2002).

(

)

2 1

ˆ N

i i

i

RMSE y y N

=

=

− (8)

dengan:

ŷi = dugaan respon

yi = respon aktual

N = jumlah data

BAHAN DAN METODE

Bahan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil penelitian fundamental tahun 2007, yang diketuai Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS, dengan judul Model Otentikasi Komposisi Obat Bahan Alam: Diagram Kontrol Berbasis Plot Komponen Utama Spektra FTIR Bahan Penyusun Obat, bertempat di laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB dan laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB.

Data spektra inframerah penyusun sediaan fitofarmaka Tensigard® dan campurannya merupakan hasil pengukuran spektrometer FTIR (Fourier Transform Infrared), yang berkisar pada bilangan gelombang : 400 – 4000 cm-1. Struktur matriks data keluaran FTIR dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Struktur Matriks Data Keluaran FTIR Bilangan Gelombang (cm-1)

Amatan

3996.27 3994.34 … 399.24

1

2

.

n

(28)

Dalam penelitian ini digunakan dua ramuan obat asli Tensigard® yaitu SDKK dan SDSBL, dimana setiap ramuan terdiri dari tiga unsur penyusun yang dijadikan sebagai peubah respon, seperti tersaji pada Tabel 2. Kombinasi komposisi campuran untuk setiap ramuan obat Tensigard® didapatkan melalui rancangan Simplex Lattice Design {3,3} dan 3 augmented, sehingga dihasilkan 13 kombinasi komposisi ramuan. Masing-masing kombinasi komposisi ramuan diulang tiga kali sehingga diperoleh pengamatan sebanyak 39 buah. Kombinasi komposisi ramuan sebagai hasil rancangan Simplex Lattice Design {3,3} dan 3 augmented terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Tabel 2. Ramuan Obat Asli Tensigard® Peubah Respon Ramuan

Y1 Y2 Y3

SDKK Seledri Kumis Kucing Bahan Pengisi SDSBL Seledri Sambiloto Bahan Pengisi

Segitiga rancangan kombinasi komposisi ramuan hasil plot simplex-lattice design untuk ramuan SDKK dan SDSBL dapat dilihat pada Gambar 3. Segitiga ini digunakan sebagai s e g i t i g a t e o r i t i k u n t u k melakukan penyeleksian terhadap data semua amatan (n=39) sehingga didapatkan data seleksi (n=13) baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari. Segitiga teoritik ini juga digunakan sebagai acuan untuk melihat kesesuaian dengan plot dari skor komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) untuk setiap kategori. Kode komposisi campuran untuk setiap ramuan dapat dilihat pada Tabel 3.

A

0 1

B1

0

C

1 0

13

12 11 10

9 8 7

6 5

4 3 2 1

Simplex Design Plot in Amounts

A: Ekstrak Seledri B: Kumis Kucing/ Sambiloto C: Bahan Pengisi

Gambar 3. Segitiga Rancangan Komposisi Campuran Untuk Setiap Ramuan

Tabel 3. Kode Komposisi Campuran Untuk Setiap Ramuan

Kode

Komposisi Persentase Campuran (%)

Campuran Y1 Y2 Y3 1 0.00 0.00 1.00 2 0.00 0.33 0.67 3 0.00 0.67 0.33 4 0.00 1.00 0.00 5 0.17 0.17 0.67 6 0.17 0.67 0.17 7 0.33 0.00 0.67 8 0.33 0.33 0.33 9 0.33 0.67 0.00 10 0.67 0.00 0.33 11 0.67 0.17 0.17 12 0.67 0.33 0.00 13 1.00 0.00 0.00

Metode

Model kalibrasi yang akan disusun dalam penelitian ini merupakan fungsi hubungan antara persen transmitan yang dihasilkan spektrum inframerah dengan konsentrasi kombinasi komposisi ramuan asli Tensigard®. Langkah-langkah analisis dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Alur Analisis

Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Eksplorasi data input

2. Analisis kesesuaian pola data dari plot skor komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X).

(29)

3. Pemodelan menggunakan metode Regresi Partial Least Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi Data

Berdasarkan daerah panjang gelombang hasil pengukuran spektrometer FTIR, peubah penjelas (X) yang digunakan dalam penelitian ini, terbagi dua yaitu:

1. Daerah semua panjang gelombang, yaitu data spektrum yang berada pada kisaran bilangan gelombang 400–4000 cm-1 yang terdiri dari 1866 panjang gelombang. 2. Daerah sidik jari, yaitu data spektrum

yang berada pada kisaran bilangan gelombang 500–1000 cm-1 yang terdiri dari 260 panjang gelombang.

Jumlah pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari terbagi menjadi tiga kategori seperti yang terlihat pada Tabel 4, yaitu:

A. Data semua amatan, yaitu data dengan jumlah pengamatan sebanyak 39 buah. B. Data seleksi, yaitu data dengan jumlah

pengamatan sebanyak 13 buah, yang diseleksi secara observasi terhadap 39 data semua amatan berdasarkan plot skor komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi dari peubah penjelas (X). C. Data rataan, yaitu data dengan jumlah

pengamatan sebanyak 13 buah rata-rata dari 3 kali ulangan.

Tabel 4. Kategori Data

SDKK / SDSBL Kategori Semua Panjang Gelombang /

Sidik Jari

Jumlah Pengamatan

A Semua Amatan 39

B Seleksi 13

C Rataan 13

Grafik spektra inframerah kombinasi SDKK dapat dilihat pada Gambar 5, yaitu untuk daerah semua panjang gelombang dengan 1866 titik peubah, sedangkan daerah di dalam kotak merupakan daerah sidik jari dengan 260 titik peubah.

SPEKTRUM SELEDRI, KUMIS KUCING DAN BAHAN PENGISI

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90

399 536 673 810 947 1084 1221 1358 1495 1632 1769 1906 2042 2179 3162 2453 2590 2727 2864 3001 1383 3275 3412 3549 3686 3823 3960 BILANGAN GELOMBANG (cm-1)

% T RANS M IT A N

Gambar 5. Data Spektrum SDKK

Grafik spektra inframerah kombinasi SDSBL dapat dilihat pada Gambar 6, yaitu untuk daerah semua panjang gelombang dengan 1866 titik peubah, sedangkan daerah di dalam kotak merupakan daerah sidik jari dengan 260 titik peubah.

SPEKTRUM EKSTRAK SELEDRI, SAMBILOTO DAN BAHAN PENGISI

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 36 8 52 5 68 1 83 7 99 3 115 0 130 6 146 2 161 8 177 4 193 1 208 7 224 3 239 9 255 6 271 2 286 8 302 4 318 0 333 7 349 3 364 9 380 5 396 2

BILANGAN GELOMBANG (cm-1)

% T R ANS MI T A N

Gambar 6. Data Spektrum SDSBL

Analisis Pola Data

SDKK

Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) untuk SDKK, baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 5. Secara keseluruhan proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDKK hasil dekomposisi peubah penjelas (X), baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari relatif sudah cukup besar yaitu diatas 86%. Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua pada daerah sidik jari lebih besar dibandingkan dengan daerah semua panjang gelombang, yaitu di atas 99%.

(30)

3. Pemodelan menggunakan metode Regresi Partial Least Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi Data

Berdasarkan daerah panjang gelombang hasil pengukuran spektrometer FTIR, peubah penjelas (X) yang digunakan dalam penelitian ini, terbagi dua yaitu:

1. Daerah semua panjang gelombang, yaitu data spektrum yang berada pada kisaran bilangan gelombang 400–4000 cm-1 yang terdiri dari 1866 panjang gelombang. 2. Daerah sidik jari, yaitu data spektrum

yang berada pada kisaran bilangan gelombang 500–1000 cm-1 yang terdiri dari 260 panjang gelombang.

Jumlah pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari terbagi menjadi tiga kategori seperti yang terlihat pada Tabel 4, yaitu:

A. Data semua amatan, yaitu data dengan jumlah pengamatan sebanyak 39 buah. B. Data seleksi, yaitu data dengan jumlah

pengamatan sebanyak 13 buah, yang diseleksi secara observasi terhadap 39 data semua amatan berdasarkan plot skor komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi dari peubah penjelas (X). C. Data rataan, yaitu data dengan jumlah

pengamatan sebanyak 13 buah rata-rata dari 3 kali ulangan.

Tabel 4. Kategori Data

SDKK / SDSBL Kategori Semua Panjang Gelombang /

Sidik Jari

Jumlah Pengamatan

A Semua Amatan 39

B Seleksi 13

C Rataan 13

Grafik spektra inframerah kombinasi SDKK dapat dilihat pada Gambar 5, yaitu untuk daerah semua panjang gelombang dengan 1866 titik peubah, sedangkan daerah di dalam kotak merupakan daerah sidik jari dengan 260 titik peubah.

SPEKTRUM SELEDRI, KUMIS KUCING DAN BAHAN PENGISI

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90

399 536 673 810 947 1084 1221 1358 1495 1632 1769 1906 2042 2179 3162 2453 2590 2727 2864 3001 1383 3275 3412 3549 3686 3823 3960 BILANGAN GELOMBANG (cm-1)

[image:30.595.323.511.86.227.2]

% T RANS M IT A N

Gambar 5. Data Spektrum SDKK

Grafik spektra inframerah kombinasi SDSBL dapat dilihat pada Gambar 6, yaitu untuk daerah semua panjang gelombang dengan 1866 titik peubah, sedangkan daerah di dalam kotak merupakan daerah sidik jari dengan 260 titik peubah.

SPEKTRUM EKSTRAK SELEDRI, SAMBILOTO DAN BAHAN PENGISI

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 36 8 52 5 68 1 83 7 99 3 115 0 130 6 146 2 161 8 177 4 193 1 208 7 224 3 239 9 255 6 271 2 286 8 302 4 318 0 333 7 349 3 364 9 380 5 396 2

BILANGAN GELOMBANG (cm-1)

[image:30.595.323.510.334.471.2]

% T R ANS MI T A N

Gambar 6. Data Spektrum SDSBL

Analisis Pola Data

SDKK

Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) untuk SDKK, baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 5. Secara keseluruhan proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDKK hasil dekomposisi peubah penjelas (X), baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari relatif sudah cukup besar yaitu diatas 86%. Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua pada daerah sidik jari lebih besar dibandingkan dengan daerah semua panjang gelombang, yaitu di atas 99%.

(31)

Tabel 5. Hasil Dekomposisi Peubah Penjelas (X) untuk SDKK

PC2 P C 1 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 30 20 10 0 -10 -20 -30 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

SDKK Rataan Sidik Jari

PC2 P C 1 10 5 0 -5 -10 30 20 10 0 -1 -2 0 0 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 SDSBL Seleksi Sidik Jari

Proporsi Kumulatif Komponen Pertama dan Kedua

Semua Kategori

Panjang Gelombang Sidik Jari

A 90.10% 99.10%

B 92.70% 99.00%

C 86.00% 99.30%

Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDKK paling besar pada daerah rataan sidik jari yaitu sebesar 99.30%. Keragaman data yang diterangkan sudah cukup besar sehingga hanya dua komponen yang digunakan sudah cukup untuk analisis dan tidak menghilangkan banyak informasi yang dikandung dalam data.

Plot komponen pertama dan kedua untuk SDKK pada daerah rataan sidik jari menunjukkan pola yang relatif serupa dengan rancangan segitiga teoritik pada Gambar 5. Perbedaan hanya disebabkan posisi koordinat yang berbeda. Secara umum pencaran titik-titik dari plot relatif sudah membentuk segitiga, seperti terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Plot Komponen Pertama dan Kedua SDKK Rataan Sidik Jari

SDSBL

Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDSBL hasil dekomposisi peubah penjelas (X), baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 6. Keragaman data yang diterangkan sudah cukup besar, yaitu di atas 86.40% baik untuk daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari, sehingga hanya dua komponen yang digunakan sudah cukup untuk analisis dan tidak menghilangkan banyak informasi yang dikandung dalam data. Proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua pada daerah sidik jari lebih besar

[image:31.595.321.513.134.234.2]

dibandingkan dengan daerah semua panjang gelombang, yaitu di atas 98.60%.

Tabel 6. Hasil Dekomposisi Peubah Penjelas (X) untuk SDSBL

Proporsi Kumulatif Komponen Pertama dan Kedua

Semua Kategori

Panjang Gelombang Sidik Jari

A 90.60% 98.60%

B 86.40% 99.10%

C 90.00% 98.80%

[image:31.595.322.512.383.543.2]

Proporsi kumulatif kumulatif komponen pertama dan kedua untuk SDSBL paling besar pada daerah seleksi sidik jari yaitu sebesar 99.10%. Plot komponen pertama dan kedua SDSBL untuk daerah seleksi sidik jari menunjukkan pola yang relatif serupa dengan rancangan segitiga teoritik pada Gambar 5. Perbedaan hanya disebabkan posisi koordinat yang berbeda. Secara umum pencaran titik-titik dari plot relatif sudah membentuk segitiga seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Plot Komponen Pertama dan Kedua SDSBL Seleksi Sidik Jari

Analisis Regresi Partial Least Square

SDKK

Hasil analisis Regresi PLS untuk SDKK baik pada daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 7. Pemodelan dengan Regresi Partial Least Square untuk SDKK digunakan daerah rataan sidik jari dimana proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) paling besar, yaitu 99.30%. Pada tahap awal akan diekstrak delapan komponen dengan persentase keragaman peubah penjelas (X) yang mampu dijelaskan sebesar 99.99% dan 96.74% untuk peubah respon (Y).

(32)
[image:32.595.112.512.96.240.2]

Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Partial Least Square Untuk SDKK

Daerah Kategori Banyaknya Persentase Persentase RMSE

Data Data Komponen Keragaman X Keragaman Y PRESS Y1 Y2 Y3

Semua Semua Amatan 9 99.864 93.539 0.275 0.013 0.035 0.013

Panjang Seleksi 3 98.233 84.236 0.379 0.055 0.046 0.098

Gelombang Rataan 4 99.480 87.403 0.349 0.019 0.056 0.020

Daerah Semua Amatan 10 99.997 92.717 0.178 0.004 0.012 0.007

Sidik Seleksi 3 99.782 84.057 0.325 0.046 0.098 0.046

Jari Rataan 3 99.851 89.933 0.208 0.005 0.014 0.010

Tahapan selanjutnya yaitu melakukan validasi silang untuk menentukan banyaknya komponen yang akan digunakan dalam model Regresi PLS. Berdasarkan nilai PRESS didapatkan nilai minimum sebesar 0.208 sehingga banyaknya komponen yang akan digunakan dalam model yaitu sebanyak tiga komponen.

Pemodelan Regresi PLS pada tahap selanjutnya menggunakan tiga komponen dengan persentase keragaman yang mampu diterangkan untuk peubah penjelas (X) sebesar 99.85% dan 89.93% untuk peubah respon (Y). Keterandalan model Regresi PLS menggunakan tiga komponen dapat dilihat dari nilai RMSE, yang tersaji pada Tabel 7.

SDSBL

Pemodelan dengan Regresi Partial Least Square untuk SDSBL digunakan daerah seleksi sidik jari dimana proporsi kumulatif komponen pertama dan kedua hasil dekomposisi peubah penjelas (X) paling besar, yaitu 99.10%. Secara keseluruhan hasil analisis Regresi PLS untuk SDSBL baik pada daerah semua panjang gelombang maupun daerah sidik jari dapat dilihat pada Tabel 9.

Delapan komponen yang diekstrak pada tahap awal mampu menjelaskan persentase keragaman peubah penjelas (X) sebesar 99.98% dan 97.61% untuk peubah respon (Y). Berdasarkan nilai minimum PRESS sebesar 0.426 pada tahapan validasi silang maka banyaknya komponen yang akan digunakan dalam mod

Gambar

Gambar 1. Obat Anti Hipertensi Tensigard ®
Gambar 2. Simplex-Lattice Design {3,3}
Tabel 1. Struktur Matriks Data Keluaran FTIR
segitiga teoritik untuk melakukan penyeleksian terhadap data semua amatan Gambar 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait