• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Penghematan Energi Dari Pemakaian AC Studi Kasus Gedung RS Inalum Kuala Tanjung Kab.Batubara, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Penghematan Energi Dari Pemakaian AC Studi Kasus Gedung RS Inalum Kuala Tanjung Kab.Batubara, Sumatera Utara"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS PENGHEMATAN PADA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH GEDUNG KOMERSIAL

DENGAN STUDI KASUS DI RS INALUM

KUALA TANJUNG SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Zuhdi Mahendra

NIM. 090401031

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisa Penghematan Energi Dari Pemakaian Ac Studi Kasus Gedung Rs Inalum Kuala Tanjung Kab.Batubara, Sumatera Utara”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub Bidang Konversi Energi, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat dorongan, semangat, doa dan bantuan baik materiil, moril, maupun spirit dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat diatasi. Untuk itu sebagai manusia yang harus tahu berterima kasih, degan penuh ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Eng. Himsar Ambarita, ST., MT. selaku dosen pembimbing, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ing. Ir Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. M. Syahril Gultom MT. Selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua penulis, M.Darlis (Alm) dan Helmiati, S.Pd yang tidak pernah henti-hentinya memberikan dukungan, doa serta kasih sayangnya yang tak terhingga kepada penulis.

5. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin yang telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis kuliah.

6. Bapak Ir. Syahrul Abda, M.Sc. selaku dosen wali penulis.

7. Seluruh adik-adik penulis, Aqqil Limianto dan Alfi Gilang Rahma yang selalu memberikan dukungan serta do’a kepada penulis.

(3)

Cevi Oktora, Andri Setiawan, Pradipta Sigit, Irvin, Andi Yongko, Adventus Patar S, Efinde Beni S, dan banyak lagi yang tidak bisa penulis tuliskan namanya satu persatu yang selalu saling memberikan dukungan, saran dan kritik untuk keberhasilan tugas akhir ini.

9. Rekan-rekan di Laboratorium Menggambar Mesin / CAD yaitu Munawir Rosyadi Siregar, Ramadhan, Syahrul Ramadhan, Zuhdi Mahendra, Tri Septian Marsah, Juliono, Zulvia Chara Nosa Ginting, Fajril Ar-Rahman,Purwatmo, Budi Harry Cipta, Afrinedi, M. Ilham, Sigit Putra Kurniawan, Yogi Aldyansyah, Feby Danimasthari.

10. Kepada Bapak cipto dan PT. Inalum yang telah memberikan kesempatan serta bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Kepada seluruh anggota IMAPALIKO yang selalu memberikan dukungan do’a untuk keberhasilan tugas akhir ini yang tidak bisa penulis tulis namanya satu per satu.

12. Kepada Amanda Fulviona, Rahmat Fadhilah, Ridho Alhamdi, Raih Satria dan Ahmad Surya Putra yang selalu memberikan dukungan, nasehat untuk membuat tugas akhir ini.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak member bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis akan sangat berterima kasih dan dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi tercapainya tulisan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, Desember 2013

Zuhdi Mahendra

(4)

Krisis sumber energi yang semakin parah membuat kita harus berfikir bagaimana cara melakukan penghematan dan efisiensi pemakaian energi. Salah satu dengan mempertimbangkan beban pendingin yang diterima oleh sebuah gedung sesuai dengan arah gedung tersebut. Selain itu pemasangan AC yang tidak sesuai standar pada sebuah gedung juga menjadi salah satu factor terbuang besar energi yang dipakai. Penelitian ini dilakukan pada gedung komersial RS Inalum dengan melakukan simulasi terhadap arah gedung untuk mendapatkan besar beban pendingin pada gedung tersebut. Dari simulasi yang dilakukan akan didapatkan dimana posisi letak gedung yang paling optimal dalam menghemat beban pendingin. Selain itu juga diteliti besar kerugian energy akibat kondensasi yang terjadi pada instalasi pipa yang tidak bagus. Dalam penelitian ini kondisi temperature didalam bangunan di asumsikan 200C karena untuk daerah tropis kenyamanan termal untuk kondisi sejuk nyaman adalah 20,50C-22,80C dan temperature lingkungan di asumsikan 350C karena melihat temperature harian. Dalam hal ini posisi arah gedung diubah-ubah dengan menggunakan software yang penulis buat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dari hasil simulasi yang dilakukan didapatkan besar beban pendingin ketika bangunan menghadap utara (yang sebenarnya) adalah 798,93 kW dan yang paling optimal adalah ketika bangunan diputar menjadi menghadap selatan dengan besar beban pendingin 786,16 kW.

Kata kunci : Energi, beban pendingin, efisiensi

(5)

Energy crisis that is getting worse makes us have to think how to make

savings and energy efficiency. One of the consideration received by the cooling

load of a building in accordance with the direction of the building. In addition to

the installation of air conditioning that does not conform to the standard of a

building is also one factor of the energy used is wasted. The research was

conducted on a commercial building with RS Inalum simulate the direction of the

building to get a big load on the cooling of the building. From the simulation will

be obtained where the position of the optimum location of the building cooling

load in saves. It also investigated large energy losses that occur due to

condensation on the pipe installation is not good. In this study the temperature

conditions inside the building at 200C assume due to the tropical regions of

thermal comfort for cool conditions comfortable is 20.50 C - 22, 80C and 350C

assume environmental temperature as seen daily temperature. In this case the

direction a fox-building will be changed by using software that the author made to

obtain optimal results. From the results of the simulation obtained when large

cooling load of the building facing north ( actual ) is 798.93 kW and the most

optimal when the building is turned into a south facing with large cooling load of

786.16 kW.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SIMBOL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Masalah ... 2

1.4 Batasan Penelitian ... 2

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Mesin Pendingin ... 4

2.1.1 Kompresor ... 4

2.1.2 Kondensor ... 5

2.1.3 Evaporator ... 7

2.1.4 Katup Ekspansi ... 8

2.2 Sistem Refrigerasi ... 8

2.2.1 Siklus Kompresi Uap ... 9

2.3 Beban Pendingin ... 12

2.3.1 Sumber-Sumber Beban Pendingin ... 13

2.3.2 Analisa Beban Pendingin ... 13

2.4 Alasan Refrigerasi dan pengkondisian Udara Penting ... 18

2.5 Sumber Daya Energi ... 19

2.5.1 Sumber Energi ... 19

2.5.2 Elastisitas Energi ... 27

(7)

2.5.4 Target Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi ... 36

2.5.5 Alasan Menghemat Pemakaian Energi ... 36

2.6 Asumsi dalam Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik ... 38

2.7 Pertumbuhan Ekonomi ... 40

2.7.1 Pertumbuhan Penduduk ... 41

2.7.2 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Indonesia 2012-2021 ... 42

2.7.3 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Sumatera Utara ... 46

2.7.4 Rencana Pengembangan Sistem Kelistrikan PT PLN di Provinsi Sumatera Utara ... 47

2.8 Pentingnya Instalasi yang Baik pada AC ... 51

2.8.1 Pentingnya Perawatan terhadap Instalasi pada AC ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

4.1 Perhitungan Koefisien Panas Menyeluruh ... 59

4.2 Beban Pendingin Ruangan ... 74

4.2.1 Perhitungan Beban dari Atap ... 74

4.2.2 Perhitungan Beban Pendingin dari Dinding ... 75

4.2.3 Perhitungan Beban Pendingin dari Pintu ... 77

4.2.4 Perhitungan Beban Pendingin dari Jendela ... 79

4.2.5 Perhitungan Beban Pendingin dari Manusia ... 80

4.2.6 Perhitungan Beban Pendingin dari Lampu ... 82

4.2.7 Perhitungan Beban Pendingin dari Udara Infiltrasi ... 83

4.2.8 Perhitungan Simulasi Pemutaran Arah Gedung ... 85

4.2.9 Verifikasi hasil perhitungan dengan software komersial ... 107

(8)

4.4 Analisa Kerugian Berdasarkan Isolasi Pipa yang Terbuka pada

Kondensor ... 114

4.4.1 Perhitungan Beban Pendingin dari Pipa yang Tidak Terisolasi ... 114

4.4.2 Perhitungan COP ... 115

4.4.3 Perhitungan Kerugian Energi per Bulan ... 116

4.4.4 Perhitungan Kerugian Finansial per Bulan ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran ... 118

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Besar Cooling Load Factor ... 16

Tabel 2.2 Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan ... 27

Tabel 2.3 Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan ... 27

Tabel 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 40

Tabel 2.5Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 41

Tabel 2.6 Pertumbuhan Penduduk ... 42

Tabel 2.7 Pertumbuhan Ekonomi, Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik dan Beban Puncak Periode 2012-2021 ... 42

Tabel 2.8 Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka pertumbuhan dan Rasio Elektrifikasi ... 43

Tabel 2.9 Kapasitas Pembangkit di Sumatera Utara ... 48

Tabel 2.10 Kapasitas Pembangkit PLTD isolated ... 50

Tabel 2.11 Proyeksi Penjualan Listrik ... 51

Tabel 4.1 Data-data dari Bangunan RS Inalum ... 56

Tabel 4.2 Beban Pendingin dari Atap ... 74

Tabel 4.3 Beban Pendingin dari Dinding A ... 75

Tabel 4.4 Beban Pendingin dari Dinding B ... 76

Tabel 4.5 Beban Pendingin dari Dinding C ... 76

Tabel 4.6 Beban Pendingin dari Dinding D ... 77

Tabel 4.7 Beban Pendingin dari Pintu B ... 78

Tabel 4.8 Beban Pendingin dari Pintu C ... 78

Tabel 4.9Beban Pendingin dari Pintu D ... 78

Tabel 4.10 Beban Konduksi dari Jendela ... 79

Tabel 4.11Panas Transmisi dari Jendela di Dinding B ... 79

Tabel 4.12 Panas Transmisi dari Jendela di Dinding D ... 80

Tabel 4.13 Panas dari Penghuni Ruangan yang dikondisikan ... 80

Tabel 4.14 Nilai Cooling Load Factor ... 81

Tabel 4.15 Nilai Panas dari Udara Infiltrasi... 82

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Kompresi Uap ... 10

Gambar 2.2 Diagram p-h ... 10

Gambar 2.3 Perbandingan Elastisitas Pemakaian Energi sejumlah Negara tahun 1998-2003 ... 29

Gambar 2.4 Perbandingan Penggunaan Intensitas Pemakaian Energi Primer beberapa Negara ... 30

Gambar 2.5 Intensitas Konsumsi Energi akhir per Kapita di Indonesia tahun 2000-2008 ... 31

Gambar 2.6 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN 2012 dan 2021 ... 45

Gambar 2.7 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN 2012-2021 ... 46

Gambar 2.8 Peta Kelistrikan Sumatera Utara ... 48

Gambar 3.1 Alur Pengerjaan Skripsi ... 55

Gambar 4.1 Gambar Teknik Bangunan Rumah Sakit ... 58

Gambar 4.2 Bentuk Dinding Coran ... 63

Gambar 4.3 Diagram Beban Pendingin Ruangan yang dikondisikan ... 84

Gambar 4.4 Grafik Total Beban Pendingin per Jam ... 85

Gambar 4.5 Grafik Total Beban Pendingin Gedung A menghadap Timur ... 92

Gambar 4.6 Grafik Total Beban Pendingin Gedung A menghadap Selatan ... 99

Gambar 4.7 Grafik Total Beban Pendingin Gedung A menghadap Barat ... 105

Gambar 4.8 Grafik Perbedaan Total Beban Pendingin ... 106

(11)

DAFTAR SIMBOL

Huruf Yunani

Simbol Arti Satuan

∆� Perbedaan Temperatur awal dan akhir oC

� Massa Jenis kg/m3

� Effisiensi -

� Konstanta -

Simbol Arti Satuan

Wk Luas penampang pipa �2

K Koefisian perpindahan panas konduksi �/�.�

�� Panas jenis ��/��.�

� Massa jenis ��/�3

ℎ Koefisien perpindahan panas konveksi �/�2.�

� Konduktivitas termal bahan �/�.�

� Ketebalan benda �

�̇ Laju aliran massa ��/�

�� Bilangan Nusselt -

�� Bilangan Prandtl -

�̇ Laju perpindahan panas ��

�� Bilangan Reynold -

�� Temperatur dalam ruangan ℃

�� Temperatur lingkungan ℃

Ѵ Kecepatan aliran air �/�

(12)

ANALYSIS PENGHEMATAN PADA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH GEDUNG KOMERSIAL

DENGAN STUDI KASUS RS INALUM KUALA TANJUNG

SUMATERA UTARA

ZUHDI MAHENDRA NIM. 09 0401 031

Diketahui / Disahkan Disetujui

Ketua Departemen Teknik Mesin Dosen Pembimbing,

Fakultas Teknik – USU

(13)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Sub. Program Studi : Konversi Energi

Bidang Tugas : Teknik Pendingin

Judul Tugas : Analysis Penghematan Pada Sistem Pengkondisian Udara Sebuah

Gedung Komersial Dengan Studi Kasus RS Inalum Kuala Tanjung Sumatera Utara.

Diberikan tanggal : 01-07-2013 Selesai Tgl : 9-12-2012

Dosen Pembimbing : Dr.Eng.Himsar Ambarita Nama Mhs : Zuhdi Mahendra

NIM : 090401031

No Tanggal KEGIATAN ASISTENSI BIMBINGAN Tanda Tangan Dosen

Pembimbing

1 01-07-2013 Menerima spesifikasi tugas

2 04-07-2013 Studi literatur dan pencarian referensi

3 30-07-2013 Survey ke RS Inalum Kuala Tanjung

4 10-08-2013 Analysis

5 09-09-2013 Asistensi laporan Bab 1

6 16-10-2013 Asistensi laporan Bab 2 dan Bab 3

7 07-10-2013 Asistensi laporan Bab 4

8 04-11-2013 Asistensi laporan Bab 5

9 18-11-2013 Asistensi keseluruhan

10 09-12-2013 ACC seminar

CATATAN: Diketahui,

KETUA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FT USU

1. Kartu ini harus diperlihatkan kepada Dosen Pembimbing setiap asistensi

2. Kartu ini harus dijaga bersih dan rapi

3. Kartu ini harus dikembalikan ke Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri

Departemen, bila kegiatan asistensi NIP.196412241992111001

(14)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK USU

M E D A N

TUGAS SARJANA

N A M A : Zuhdi Mahendra

N I M : 090401031

MATA PELAJARAN : Teknik Pendingin

SPESIFIKASI :

Lakukan analysis kemungkinan penghematan yang

dapat dilakukan pada sistem pengkondisian udara

sebuah gedung di kota Medan. Fokus penghematan

adalah pada perbaikan instalasi pengkondisian udara

dan sudut orientasi gedung. Pada perbaikan instalasi

lakukan perhitungan dengan membandingkan dengan

data pengukuran di lapangan. Pada perbaikan sudut

orientasi gedung lakukan analysis dengan

mengembangkan perangkat lunak berdasarkan ASRAE

dan bandingkan hasilnya dengan hasil dari perangkat

lunak komersial. Berikan rekomendasi potensi

penghematan dari hasil analysis.

DIBERIKAN TANGGAL : 01/ 07 / 2013

SELESAI TANGGAL : 09/ 12 / 2013

MEDAN, 1 Juli 2013

KETUA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN, DOSEN PEMBIMBING,

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Dr. Eng Himsar Ambarita, ST.MT

NIP.1964 1224 1992 111001 NIP.1972 0610 200012 1001

AGENDA :2100/ TS / 2013

DITERIMA TGL : 1-7-2013

(15)

ANALYSIS PENGHEMATAN PADA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH GEDUNG KOMERSIAL

DENGAN STUDI KASUS RS INALUM KUALA TANJUNG

SUMATERA UTARA

ZUHDI MAHENDRA NIM. 09 0401 031

Telah diperiksa dan disetujui dari hasil seminar Tugas Skripsi Periode ke-675 Tanggal Desember 2013

Disetujui Oleh:

Dosen Pembanding I Dosen Pembanding II

(16)

ANALYSIS PENGHEMATAN PADA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH GEDUNG KOMERSIAL

DENGAN STUDI KASUS RS INALUM KUALA TANJUNG

SUMATERA UTARA

ZUHDI MAHENDRA NIM. 09 0401 031

Telah diperiksa dan disetujui dari hasil seminar Tugas Skripsi Periode ke-675 Tanggal Desember 2013

Disetujui Oleh:

Pembimbing

(17)

Krisis sumber energi yang semakin parah membuat kita harus berfikir bagaimana cara melakukan penghematan dan efisiensi pemakaian energi. Salah satu dengan mempertimbangkan beban pendingin yang diterima oleh sebuah gedung sesuai dengan arah gedung tersebut. Selain itu pemasangan AC yang tidak sesuai standar pada sebuah gedung juga menjadi salah satu factor terbuang besar energi yang dipakai. Penelitian ini dilakukan pada gedung komersial RS Inalum dengan melakukan simulasi terhadap arah gedung untuk mendapatkan besar beban pendingin pada gedung tersebut. Dari simulasi yang dilakukan akan didapatkan dimana posisi letak gedung yang paling optimal dalam menghemat beban pendingin. Selain itu juga diteliti besar kerugian energy akibat kondensasi yang terjadi pada instalasi pipa yang tidak bagus. Dalam penelitian ini kondisi temperature didalam bangunan di asumsikan 200C karena untuk daerah tropis kenyamanan termal untuk kondisi sejuk nyaman adalah 20,50C-22,80C dan temperature lingkungan di asumsikan 350C karena melihat temperature harian. Dalam hal ini posisi arah gedung diubah-ubah dengan menggunakan software yang penulis buat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dari hasil simulasi yang dilakukan didapatkan besar beban pendingin ketika bangunan menghadap utara (yang sebenarnya) adalah 798,93 kW dan yang paling optimal adalah ketika bangunan diputar menjadi menghadap selatan dengan besar beban pendingin 786,16 kW.

Kata kunci : Energi, beban pendingin, efisiensi

(18)

Energy crisis that is getting worse makes us have to think how to make

savings and energy efficiency. One of the consideration received by the cooling

load of a building in accordance with the direction of the building. In addition to

the installation of air conditioning that does not conform to the standard of a

building is also one factor of the energy used is wasted. The research was

conducted on a commercial building with RS Inalum simulate the direction of the

building to get a big load on the cooling of the building. From the simulation will

be obtained where the position of the optimum location of the building cooling

load in saves. It also investigated large energy losses that occur due to

condensation on the pipe installation is not good. In this study the temperature

conditions inside the building at 200C assume due to the tropical regions of

thermal comfort for cool conditions comfortable is 20.50 C - 22, 80C and 350C

assume environmental temperature as seen daily temperature. In this case the

direction a fox-building will be changed by using software that the author made to

obtain optimal results. From the results of the simulation obtained when large

cooling load of the building facing north ( actual ) is 798.93 kW and the most

optimal when the building is turned into a south facing with large cooling load of

786.16 kW.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan AC sebagai alat pengkondisian udara di dalam ruangan seperti hotel, gedung perkantoran, gedung perkuliahan, supermarket, dsb sudah sangat sering kita jumpai.Pada beberapa tahun terakhir ini kurang lebih setengah dari seluruh biaya pembangunan sarana yang diperlukan suatu bangunan kira 30-50% dihabiskan untuk sistem pengkondisian udara.Banyaknya energi yang dikeluarkan untuk sistem pengkondisian udara membuat para ahli berfikir untuk menghemat energi yang digunakan dalam sistem pengkondisian udara tanpa mengurangi fungsinya sebagai sistem penyegaran udara.

Karena besarnya kehilangan energi pada bangunan-bangunan komersial yang diakibatkan oleh kesalahan dalam pemasangan instalasi dari AC pada bangunan tersebut. Maka pada skripsi kali ini akan diteliti besar dari kehilangan energi karena kesalahan dalam pemasangan instalasi AC pada sebuah gedung komersial.

Setelah diteliti salah satu penyebab borosnya penggunaan energi dalam sistem pengkondisian udara atau alatnya yang dikenal AC adalah karena instalasi dari pemasangan AC itu sendiri yang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya. Contoh dari instalasi yang tidak baik ini adalah tidak diisolasinya semua saluran pipa dari evaporator menuju kondensor sehingga akan mengakibatkan kerja kondensor bertambah yang akan menyebabkan keborosan dalam penggunaan energi. Selain instalasi yang tidak baik, letak dari kondensor juga mempengaruhi dalam berapa besar energi yang akan dikeluarkan saat penggunaan AC.

Selain masalah diatas arah gedung juga merupakan salah satu faktor dalam menghemat energi.Karena arah dari gedung tersebut mempengaruhi berapa besar beban pendingin dari suatu gedung.Jadi sangat dianjurkan dulu menghitung beban pendingin suatu gedung menurut arah gedung sebelumnya membangunnya.

(20)

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui total beban pendingin pada bangunan komersial menurut arah bangunan.

2. Mengetahui kerugian konveksi dari proses kondensasi yang terjadi di pipa kondensor AC.

3. Mengetahui kerugian listrik per bulan dan per tahun akibat dari pipa yang tidak terisolasi sempurna di kondensor AC pada bangunan komersial

1.3 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang bisa dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Pengembangan ilmu teknik pendingin dalam rangka penurunan emisi gas rumah kaca.

2. Memberikan saran dan solusi perbaikan terhadap instalasi AC yang kurang baik pada gedung komersial.

3. Mengetahui arah gedung yang paling optimal dalam menghemat pemakaian energi.

4. Mengurangi kerugian yang diterima akibat dari pemasangan instalasi AC yang tidak baik.

1.4 Batasan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang dikaji dalam penulisan skripsi ini maka perlu kiranya diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Survey dilakukan di RS Inalum Tanjung Gading.

(21)

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada skripsi ini adalah :

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Mesin Pendingin

Mesin pendingin adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan [7]. Adapun siklus mesin pendingin yang paling banyak digunakan adalah siklus kompresi uap. Secara garis besar komponen sistem pendingin siklus kompresi uap terdiri dari:

2.1.1 Kompresor

Tugas kompresor adalah “mengangkat” refrigeran dari evaporator, mengkompres, dan “mendorong” ke kondensor. Kompresor ini harus dijaga tekanan evaporator tetap rendah agar refigeran bisa menguap dan tekanan kondensor tetap [3].Untuk melakukan tugas ini kepada kompresor kita berikan energi listrik yang diubahnya menjadi mekanik untuk melakukan kompresi. Bisa dikatakan kompresor adalah bagian utama dari suatu SKU. Jika dibandingkan harga kompresor mencakup 30-40% dari harga total satu unit SKU.

Fungsi kompresor adalah menetapkan perbedaan tekanan dalam suatu sistem pendinginan [7]. Oleh karenanya menyebabkan zat pendingin dalam suatu sistem mengalir dari satu bagian ke bagian lainnya. Kompresor dikategorikan suatu pompa yang bertugas untuk mensirkulasikan zat pendingin, tetapi tugasnya adalah mengadakan tekanan untuk hal tersebut. Tekanan yang disebabkan oleh kompresor tersebut dapat membuat uap cukup panas untuk pendingin dalam ruang udara yang hangat.Pada saat yang sama, kondensor menaikkan tekanan zat pendingin diatas titik kondensasi pada suhu ruangan udara, sehingga ia akan berkondensasi. Itulah perbedaan antara tekanan tinggi dan tekanan rendah yang memaksa cairan pendingin mengalir melalui tabung kapiler masuk ke evaporator.

Dipasaran tersedia banyak jenis kompresor yang umum digunakan

pada SKU. Masing-masing tentunya memiliki kelebihan dan

(23)

spesifikasi yang diinginkan. Berdasarkan prinsip kerjanya secara umum kompresor dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu : tipe perpindahan positif (positif displacement) dan Roto-dynamic. Prinsip kerja kompresor jenis positive displacement, secara ringkas adalah sebagai berikut : uap refigeran dari evaporator dihisap dan dijebak pada suatu ruang tertentu, kemudian ditekan hingga tekanannya melebihi tekanan kondensor dan kemudian dilepas ke kondensor. Setelah langkah ini selesai, maka proses akan diulang lagi. Sebenarnya jika melihat proses aliran ini, aliran fluida pada kompresor ini tidaklah kontinu tetapi terputus-putus. Tetapi karena frekuensinya terputusnya sangat tinggi, aliran akan kelihatan tidak terputus atau kontinu. Sementara pada kompresor tipe roto-dynamic tekanan refigeran dihasilkan dengan mengubah energi kinetik dengan menggunakan elemen yang berotasi.Oleh karena itu , aliran fluida pada kompresor tipe ini kontinu.

2.1.2 Kondensor

Karena zat pendingin meninggalkan kompresor dalam bentuk uap bertekanan tinggi, maka diperlukan suatu proses untuk mengubah uap menjadi cairan kembali. Inilah fungsi kondensor mengembunkan uap menjadi cairan sehingga dapat dipakai kembali dalam siklus pendinginan [7].

Kondensor adalah suatu alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah fasa pada refigeran dari keadaan superheat menjadi cair, bahkan terkadang sampai pada kondisi subcooled [3]. Untuk kembali mereview tugas dari kondensor, ingat kembali diagram p-h dimana tugas kondensor adalah membawa refigeran dari titik 2 (setelah melalui kompresor) sampai ke titik 3 (sebelum masuk ke katup ekspansi). Proses ini adalah proses membuang panas pada temperatur kondensasi, Tc yang

diasumsikan konstan.

(24)

ruang sekitarnya. Sebagian dari panas yang ditransfer ke dalam ruangan adalah panas laten yang diambil zat pendingin dalam evaporator.

Sarana medium pendingin yang biasa digunakan untuk melakukan tugas ini adalah udara lingkungan dan air atau gabungan dari keduanya.Masing-masing sarana medium ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.Dalam hal ini kondensor dibagi berdasarkan medium yang digunakan dapat dibagi 3 bagian, yaitu : (1)Kondensor berpendingin udara, (2) Kondensor berpendingin air,dan (3) Kondensor berpendingin gabungan (Evaporative Condenser). Jika sarana medium yang digunakan adalah udara maka kelebihan yang didapat adalah tidak diperlukannya pipa untuk mengalirkannya dan tidak perlu repot untuk membuangnya karena setelah panas diserap bisa langsung dilepas ke udara lingkungan

(25)

pipa-pipa kondensor dan udara juga ditiupkan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penguapan di kondensor. Karena panas penguapan air sangat tinggi, dan ini diambil dari refigeran melalui dinding pipa maka jenis ini akan mempunyai koefisien panas yang sangat baik. Hal-hal yang disebutkan diatas adalah salah satu perbedaan utama kondensor berpendingin air dan bependingin udara.

2.1.3 Evaporator

(26)

2.1.4 Katup Expansi

Fungsi dari katup expansi ada dua, yaitu (1) menurunkan refigeran dari tekanan kondensor sampai tekanan evaporator dan (2) mengatur jumlah aliran refigeran yang masuk ke evaporator.Pada kondisi pengaturan yang ideal, sangat dipantangkan jika cairan refigeran dari evaporator masuk ke kompresor [3]. Hal ini bisa terjadi, misalnya karena beban pendingin berkurang refigeran yang menguap dari evaporator akan berkurang. Jika pasokan refigeran cair dari kondensor tetap mengalir maka hal ini akan memaksa cairan refigeran masuk ke kompresor. Untuk menghindari hal inilah katup expansi difungsikan. Jika beban berkurang, maka pasokan refigeran akan berkurang, sehingga menjamin hanya uap refigeran yang masuk ke kompresor.

Jenis katup expansi dapat dibagi 7, yaitu; 1. Tabung expansi manual

2. Tabung kapiler 3. Orifice

4. Katup expansi automatic 5. Katup expansi thermostatic 6. Katup expansi mengapung 7. Katup expansi elektronik

2.2 Sisitem Refrigerasi

Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalau dari suatu benda/ruangan ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungan. Sesuai dengan konsep kekekalan energi, panas tidak bisa dimusnahkan tapi bisa dipindahkan. Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses aliran panas dan perpindahan panas.

Siklus refrigerasi memperlihatkan apa yang terjadi pada panas setelah dikeluarkan dari udara oleh refigeran di dalam koil (evaporator). Siklus ini didasari oleh dua prinsip, yaitu :

(27)

2. Titik didih suatu cairan dapat diubah dengan jalan mengubah tekanan yang bekerja padanya. Hal ini sama artinya bahwa temperatur suatu cairan dapat ditingkatkan dengan jalan menaikkan tekanannya, begitu juga sebaliknya.

Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Sistem refrigerasi mekanik

Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau alat-alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refigerasi mekanik adalah :

a. Siklus kompresi uap (SKU) b. Refrigerasi siklus udara

c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah d. Siklus sterling

2. Sistem refrigerasi non mekanik

Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrigerasi non mekanik adalah :

a. Refrigerasi termoelektrik b. Refrigerasi siklus absorbs c. Refrigerasi steam jet d. Refrigerasi magnetic e. Heat pipe

2.2.1 Siklus Kompresi Uap

(28)

Qc

Gambar.2.1 Siklus kompresi uap

Pada siklus kompresi uap, di evaporator refigeran akan menghisap panas dari dalam ruangan sehingga panas tersebut akan menguapkan refigeran. Kemudian uap refigeran akan dikompres oleh kompresor hingga mencapai tekanan kondensor, dalam kondensor uap refigeran dikondensasikan dengan cara membuang panas dari uap refigeran ke lingkungan. Kemudian refigeran akan diteruskan ke evaporator. Dalam diagram P-h siklus kompresi uap ideal dapat dilihat dalam gambar berikut ini

Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap seperti pada gambar 2.2 diatas adalah sebagai berikut :

a. Proses kompresi (1-2)

Prose ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropic. Kondisi awal refigeran pada saat masuk ke dalam kompresor adalah uap

(29)

jenuh bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi refigeran akan menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropic, maka temperatur keluar kompresor pun akan meningkat. Besarnya kerja kompresi per satuan massa refigeran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4) :

Wk =h1-h2 ……….(2.1)

Dimana : Wk = besarnya kerja kompresor (kJ/kg)

h1 = entalpi refigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)

h2 = entalpi refigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)

b. Proses kondensasi (2-3)

Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refigeran yang bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa didalam kondensor terjadi pertukaran kalor antara refigeran dengan lingkungannya (udara), sehingga panas berpindah dari refigeran ke udara pendingin yang menyebabkan uap refigeran mengembun menjadi cair. Besar per satuan massa refigeran yang dilepas di kondensor dinyatakan sebagai (Himsar Ambarita 2012 hal 4):

Qc =h2-h3 ……….(2.2)

Dimana : Qc = besarnya panas yang dilepas oleh kondensor (kJ/kg)

h2 = entalpi refigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)

h3 = entalpi refigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)

c. Proses expansi (3-4)

Proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur, atau dapat dituliskan dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4):

(30)

Proses penurunan tekanan terjadi pada katup expansi yang berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfungsi untuk mengatur laju alirann refigeran dan menurunkan tekanan.

d. Proses evaporasi (4-1)

Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan, temperatur konstan) di dalam evaporator. Panas dari dalam ruangan akan diserap oleh cairan refigeran yang bertekanan rendah sehingga refigeran akan berubah fasa menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refigeran saat masuk evaporator sebenarnya adalah campuran cair dan uap, seperti pada titik 4 dari gambar 2.2 diatas.

Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4) ;

Qe = h1 – h4 ……….(2.4)

Dimana : Qe = besarnya panas yangnb diserap oleh evaporator (kJ/kg)

h1 = entalpi refigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)

h4 = entalpi refigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)

Selanjutnya, refigeran kembali masuk kedalam kompresor dan bersirkulasi lagi.Begitu seterusnya sampai kondisi yang diinginkan tercapai.Untuk menentukan harga entalpi pada masing-masing titik dpat dililhat dari tabel sifat-sifat refigeran.

2.3 Beban Pendingin

(31)

sebagai contoh kita mendinginkan air dari 100ͦC sampai menjadi es 0ͦC maka panas yang diserap dari air mulai dari 100ͦC sampai menjadi es 0ͦC disebut panas sensibel. Namun jika air yang suhunya sudah 0ͦC didinginkan lagi hingga menjadi es disebut panas laten karena disini tidak terjadi perubahan temperatur tapi melainkan yang terjadi adalah perubahan fasa.

2.3.1 Sumber-Sumber Beban Pendingin

Secara umum beban pendingin terbagi dua yaitu beban pendingin dari luar dan beban pendingin dari dalam. Beban pendingin dari luar diantaranya adalah penambahan kalor radiasi matahari melalui benda transparan, penambahan kalor konduksi matahari melalui dinding luar dan atap, penambahan kalor konduksi matahari melalui benda transparan seperti kaca, infiltrasi udara luar yang masuk ke dalam ruangan yang dikondisikan, ventilasi udara luar yang masuk kedalam ruangan yang dikondisikan.

Sedangkan beban pendingin dari dalam diantaranya adalah penambahan kalor karena ada orang yang berada di dalam ruangan yang dikondisikan, penambahan kalor karena ada cahaya tambahan di dalam ruangan yang dikondisikan, penambahan kalor karena adanya motor-motor listrik di dalam ruangan yang dikondisikan dan penambahan kalor karena adanya peralatan-peralatan listrik atau pemanas yang ada di dalam ruangan yang dikondisikan.

2.3.2 Analisa Beban Pendingin

(32)

Sebelum melakukan perhitungan beban pendingin pada suatu ruangan yang dikondisikan, ada beberapa data yang harus dimiliki. Data-data yang harus dimiliki sebelum melakukan perhitungan beban pendingin adalah sebagai berikut :

1. Lokasi bangunan dan arahnya.

2. Konstruksi bangunan, hal ini dibutuhkan untuk mengetahui koefisien perpindahan panas menyeluruh dari kontruksi bangunan.

3. Kondisi di luar gedung, misalnya apakah ada pelindung pohon atau bangunan tinggi yang menghindari gedung dari paparan sinar matahari.

4. Kondisi design di dalam gedung, misalnya pada temperatur dan RH berapa gedung akan dikondisikan.

5. Jadwal penghuni di dalam gedung.

6. Jumlah lampu dan peralatan listrik yang dipasang di dalam gedung. 7. Jadwal beroperasinya peralatan-peralatan di dalam gedung.

8. Kebocoran udara (infiltrasi) dan penambahan udara (ventilasi).

Informasi-informasi diatas akan digunakan sebagai parameter disaat melakukan perhitungan beban pendingin pada suatu ruangan. Berikut adalah prosedur dalam melakukan perhitungan beban pendingin suatu ruangan dengan menggunakan metoda CLTD :

A. Beban Pendingin dari Luar

1. Panas konduksi dari dingin, atap dan konduksi dari dinding yang berbahan dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69):

�� =�� (����)���� ……….(2.5)

Dimana Qs adalah beban pendingin (Watt) dan merupakan

(33)

CLTD adalah cooling load temperatur difference ditampilkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 (Bahan ini akan disertakan sebagai bahan kedua di dalam skripsi ini). Data pada tabel ini adalah kondisi di USA pada 40ͦ LU di bulan july, dan untuk yang bukan lintang akan dikoreksi dengan persamaan berikut :

�������� = (����+��)�+ (25,5− ��) + (��−29,4)

Nilai LM akan disertakan di dalam Lampiran dan k adalah koreksi karena pengaruh warna = 1(gelap),= 0,83(medium),=0,65(cerah). Tr adalah temperatur ruangan yang

direncanakan. Tm adalah temperatur udara luar maksimum –

(beda temperatu harian/2).

2. Panas Transmisi dari dinding kaca dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69)

�� =�������� ……….(2.6)

Dimana A adalah luas penampang, dan SC adalah koefisienn baying (shading coefficient). SCL adalah solar cooling load factor ditampilkan pada Lampiran 5. Panas ini adalaah panas sensibel.

3. Panas dari atap, partisi dan lantai dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69)

�� =�� (��− ��) ………(2.7)

Dimana U dihitung berdasarkan bahan atap dan lantai.To

temperatur diluar ruangan yang dijaga pada temperatur Tr.

B. Beban Pendingin dari Dalam

1. Panas dari tubuh manusia di dalam ruangan

Tubuh manusia beraktivitas dan selalu mengeluarkan panas ke udara sekelilingnya. Terdapat dua jenis panas yang dikeluarkan oleh tubuh manusia yaitu panas laten dan panas sensibel. Masing-masing panas ini dapat dihitung dengan persamaan berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 69) :

(34)

��= �� ( �����ℎ�������) ……….(2.9)

Sensibel heat gain dan laten heat gain adalah perkiraan panas sensibel dan panas laten yang akan dikeluarkan manusia. Datanya ditampilkan pada gambar tabel berikut. Dan N adalah jumlah manusia yang ada di ruangan. CLF adalah cooling load factor yang datanya ditampilkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tingkat Panas yang Didapatkan dari Penghuni yang dikondisikan

Total Panas, W % Panas Sensibel

Panas Panas

Pancaran Panas/Sinar Dewasa Disesuaikan Sensibel Laten

(35)

Kerja berat Pabrik 440 425 170 255 54 19

2. Panas dari lampu/penerangan

Lampu atau alat penerangan mengubah energi listrik menjadi cahaya, dan sebagian energi ini akan berubah menjadi panas. Sebagai catatan bola lampu akan terasa panas setelah dihidupkan beberapa lama. Besar panas yang dilepaskan bola lampu ke lingkungan adalah panas sensibel dan dapat dihitung menggunakan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 70) :

�� =������������� ………(2.10)

Dimana W adalah daya total lampu, Ful lighting use, Fsa special

allowance factor dan CLF adalah cooling load factor.

3. Panas dari motor listrik

Di dalam ruangan yang dikondisikan biasanya terdapat motor listrik. Contohnya motor penggerak pompa air. Untuk menghitung besar panasnya dapat menggunkan persamaan berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 70):

�� =�������� ……….(2.11)

P adalah total daya motor, Ef factor efisiensi dan CLF adalah

cooling load factor.(Lampiran 6)

4. Panas dari peralatan dapur dan memasak

(36)

�� = ������������� ……….(2.12) CLF cooling load factor yang ditampilkan pada Lampiran 6 5. Panas dari udara ventilasi dan udara infiltrasi

Persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung panas sensibel dan panas laten dari tambahan udara ventilasi ini adalah sebagai berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 70) :

�� = 1,23� (�0− ��) ………(2.13)

�� = 3010� (�0− ��) ……….(2.14)

Dan beban total adalah :

������ = 1,2�(ℎ0− ℎ�) ……….(2.15)

Dimana Q adalah laju aliran udara ventilasi.

2.4 Alasan Refrigerasi dan Pengkondisian Udara Penting

Pada saat ini issu global yang sedang berkembang adalah tentang Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan pengurangan penggunaan konsumsi energi. Sesuai dengan hasil konvensi PBB mengenai perubahan iklim ada 6 jenis golongan Gas Rumah Kaca yaitu Karbondioksida (CO2), Dinitrooksida (N2O), Metana (CH4),

sulfurhexaflorida (SF6), Ferflorokarbon (PFCS) dan Hidroflorokarbon (HFCS).

Sesuai dengan hal diatas maka dapat disimpulkan kalau semua kegiatan manusia yang melepas gas-gas tersebut ke atmosfer adalah kegiatan emisi Gas Rumah Kaca.

(37)

Dalam hal ini tindak lanjut dari Pemerintahan Republik Indonesia adalah dengan menyusun Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai dengan Peraturan Presiden no.6/2011. Dan dalam menyokong kebijakan pemerintah pusat ini maka pemerintah daerah juga diinstruksikan unutk menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dalam pencapaian target penurunan emisi GRK di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan fakta-fakta diatas menunjukkan kalau semua tindakan pengkonsumsian energi harus dilakukan penghematan.Tujuannya adalah untuk melakukan penyelamatan pelestarian lingkungan. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Medan konsumsi energi di hotel, supermarket, gedung industry lebih banyak dihabiskan karena pemakaian AC. Pemborosan energi oleh pemakaian AC ditambah banyak lagi karena instalasi pemasangan AC yang tidak sesuai dengan standarisasinya. Sehingga hal itu mengakibatkan pemborosan energi listrik.

Karena besarnya konsumsi energi untuk AC yang digerakkan oleh energi listrik dan berasal dari energi fosil, maka AC adalah salah satu kegiatan emisi GRK yang sangat significant. Maka salah satu target yang harus dilakukan adalah bagaimana mengurangi emisi GRK dari sektor sistim refrigerasi dan pengkondisian udara.

2.5Sumber Daya Energi 2.5.1 Sumber Energi

Sumber-sumber energi dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori umum – energi celestial atau sumber perolehan (income energy), yakni energi yang mencapai bumi dari angkasa luar, dan energi modal (capital energy), yakni energi yang telah ada di dalam bumi [6].Energi perolehan termasuk diantaranya adalah energi surya dan energi bulan, sedangkan sumber-sumber modal diantaranya adalah sumber energi atom dan panas bumi (geothermal).

(38)

meteor yang sedang memasuki atmosfer bumi.Sumber energicelestial yang berguna hanyalah energi elektromagnetik dari mataharinya bumi, yang disebut sebagai energi surya langsung, serta energi potensial dari bulannya bumi yang mengalirkan pasang.

Energi surya langsung juga membangkitkan beberapa sumber energi tak langsung yang tidak terhabiskan. Pemasangan energi surya dengan rotasi bumi, menghasilkan beberapa arus konveksi besar dalam bentuk angina di atmosfer dan arus laut di samudera. Penyerapan energi surya juga membangkitkan gradien panas yang besar bahan, penguapan permukaan air menimbulkan awan yang bila terkondensasi menjadi hujan pada ketinggian yang cukup, akan menjadi sumber hidroelektrik atau tenaga air. Angin juga menimbulkan gelombang-gelombang lautan yang besar dan mempunyai potensi untuk membangkitkan energi.

Sumber utama energi modal yang digunakan sekarang ini adalah energi atom. Istilah energi atom yang dipakai disini, mempunyai arti sebagai energi yang dilepaskan sebagai hasil dari suatu reaksi tertentu yang melibatkan atom-atom termasuk energi nuklir dan kimia.

Sumber-sumber energi utama terakhir dari energi bahan bakar yang tersedia adalah energi geothermal (panas bumi). Sumber ini sebenarnya adalah energi thermal yang terperangkap dibawah dan di dalam lapisan-lapisan (crust) padat bumi. Energi ini mengejewantah sebagai uap, air panas, dan karang panas (hot rock) dan dilepaskan secara alamiah dalam bentuk fumarole, geyser, sumber air panas dan letusan gunung api. Meskipun dibawah kulit bumi tersebut terdapat cadangan energi termal yang sangat besar, belumlah memungkinkan untuk membornya melalui kulit bumi tersebut, walaupun beberapa percobaan telah dilakukan. Konsekensinya, cadangan energi geothermal yang terpakai hanyalah yang terdapat pada kantong-kantong yang terperangkat diantara kulit bumi, dan beberapa kantong yang terdapat di dekat active fault lines.

(39)

Perusahaan The Pacific Gas and Electric Company mengoperasikan sebuah komplek tenaga geothermal berdaya 400 MWe di Geyserville,

California.

Beberapa sumber energi yang masih ada sampai sekarang adalah sebagai berikut :

a. Batubara

Sesuai dengan data dari Badan Geologi Kementerian ESDM pada tahun 2010, sumber daya batubara yang ada Indonesia adalah 104,8 milyar ton yang tersebar di seluruh Indonesia terutama di Kalimantan (51.9 milyar ton) dan Sumatera (52,5 milyar ton). Dari semua sumber daya batu bara yang ada dilaporkan bahwa cadangan batubara yang tersisa hanya 21,1 milyar ton (Kalimantan 9,9 milyar ton, Sumatera 11,2 milyar ton).

(40)

mewajibkan produsen batubara untuk menjual sebagian produksinya ke pemakai dalam negeri.

PLN pada saat ini telah dapat mengelola pasokan batubara dengan lebih baik dari aspek kecukupan dan kualitas. Harga batubara di pasar internasional yang cenderung turun sepanjang tahun 2012 akibat melemahnya demand batubara global telah membuat ketersediaan batubara untuk pasar domestic meningkat.

Untuk sumber energi dari batubara sendiri saat ini terdapat rencana pengembangan beberapa PLTU mulut tambang di Sumatera. Yang dimaksud PLTU mulut tambang disini adalah PLTU batubara yang berlokasi di dekat tambang batubara yang mempunyai low rank tapi tidak mempunyai infrastruktur transportasi yang memadai mengangkut batubara secara besar-besaran, sehingga batubara low rank pada tambang tersebut pada dasarnya menjadi tidak tradable. Sesuai dengan hal itu harga batubara untuk PLTU diharapkan disesuaikan dengan formula cost plus.

PLTU batubara ditujukan unutk mengatasi haraga batubara yang termasuk rendah dibandingkan harga bahan bakar fosil lainnya.Tetapi akibat dari pembakaran batubara dapat mengahasilkan emisi gas karbon yang bisa menimbulkan efek pemanasan global dan juga selain itu dapat menyebabkan dampak negatif pada lingkungan. Maka pengembangan dari PLTU batubara harus memperhitungkan dampak negatif yang bisa ditimbulkan terhadap lingkungan. Di dalam pengembangan PLTU batubara terdapat penggunaan teknologi ultra supercritical yang menjadi perhatian khusus PLN dalam merencanakan PLTU skala besar di pulau Jawa,Bali dan Sumatera. Beberapa teknologi bersih batubara seperti IGCC dan CCs yang belum bisa disosialisasikan karena belum mencukupi tahapan yang matang secara teknik dan komersial.

b. Gas Alam

(41)

seperti Natuna(53,06 Tscf), Tangguh Irian (53,06 Tscf), Sumsel (26,68 Tscf), kaltim (21,49 Tscf). Namun walaupun mempunyai pasokan gas yang cukup banyak, pihak PLN masih mengakami kesulitan dalam persoalan memasok pasokan gas ke pembangkit dan juga PLN mempunyai masalah dalam mengakses ke sumber-sumber gas alam yang besar karena sudah terikat kontrak jangka panjang dengan pembeli luar negri. Dan inilah sebenarnya tugas wajib dari pemerintah supaya Negara kita bisa memiliki sumber daya alam yang kita miliki sendiri. Namun demikian PLN terus berupaya untuk memperoleh pasokan gas dari sumber sumber tersebut dan mulai menunjukkan hasil. Sebagai contoh, PLN telah memperoleh pasokan LNG dari Bontang untuk FSRU Jakarta yang memasok Muara Karang dan Priok, dan PLN telah memperoleh indikasi pasokan LNG dari Tangguh untuk dikirim ke Arun.

Dalam mengatasai hal ini PLN juga memberlakukan cara dengan mengurangi pemakaian BBM pada pembangkit dan mencoba mencari alternatif baru beralih ke CNG dan LNG.

LNG (liquifi ed Natural Gas) dan Mini-LNG

Dikarenakan harga gas alam dan LNG yang tergolong mahal maka membutuhkan biaya yang sangat besar untuk digunakan dalam skala besar. Dalam hal itu PLN merencanakan menggunakan LNG unutk pembangkit beban puncak di daerah Sumatera, Jawa-Bali. Karena didaerah ini listrik harus tetap berjalan. Sementara didaerah Indonesia bagian Timur PLN mencanagkan menggunakan mini LNG sebagai pembangkit beban puncak. Berikut beberapa proyek di Indonesia yang menggunakan LNG.

1. Arun

(42)

gas di Arun juga akan disalurkan ke Belawan dan PLTG di Paya Pasir. Untuk semua kebutuhan gas tersebut adalah sekitar 12,5 bbtud di Arun, 12,5 bbtud di Pangkalan Brandan, 75 bbtud di Belawan dan 10 bbtud di Paya Pasir.

2. Gas Jabung (Jambi)

Dari data yang di dapat ada sekitar 20-30 bbtud persedian gas di lapangan Jabung Jambi yang bisa tahan sampai 7 tahun kedepan. PLN menginginkan gas tersebut bisa dikonversi menjadi mini LNG untuk bisa dimanfaatkan memenuhi kebutuhan beban puncak di Sumatera Bagian Selatan tersebut sebesar 500 MW pada tahun 2015.

Adapun rencana pemanfaatan LNG/mini-LNG di Indonesia Timur adalah sebagai berikut.

Simenggaris: PLN akan mengambil gas dari Simenggaris yang dijadikan LNG untuk memasok pembangkit peaker di Kalimantan Timur, yaitu Tanjung Batu, Sambera dan Batakan.

Untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit peaker di Indonesia Timur lainnya, PLN memerlukan gas dalam bentuk mini LNG dari lapangan Sengkang (Wasambo) atau Pagerungan atau KEI (Kangean) untuk dikirim ke pembangkit peaking di Makasar 150 MW, Manado 50 MW dan Pesanggaran Bali 250 MW.

CNG (Compressed Natural Gas)

CNG pada mulanya dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi sumur-sumur gas dengan kapasitas relatif kecil maupun sumur-sumur gas marginal, namun kemudian PLN juga memutuskan untuk menggunakan CNG skala besar untuk pembangkit di Jawa. PLN telah memetakan potensi pemanfaatan CNG untuk pembangkit peaking di Indonesia Barat, Indonesia Timur dan Jawa.

(43)

Baring (50 MW), yang diharapkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2012.

Rencana pemanfaatan CNG lainnya di Indonesia Barat adalah: a. CNG Sungai Gelam dengan kapasitas sebesar 4,5 bbtud akan digunakan untuk pembangkit peaker 104 MW. b. CNG dari gas Jambi Merang sebesar 15 bbtud akan dialokasikan untuk pembangkit peaker di Duri dengan kapasitas sekitar 312 MW. c. CNG untuk pembangkit peaker di Jambi dengan kapasitas sebesar 100 MW. d. CNG untuk pembangkit peaker di Lampung dengan kapasitas sebesar 200 MW. Rencana pemanfaatan CNG di Indonesia Timur adalah pembangkit peaker Bangkanai di Kalimantan Tengah (CNG stationary) dan Lombok (CNG marine).Untuk Pulau Jawa, kebutuhan gas dalam bentuk CNG adalah sebagai berikut:a. Grati sebanyak 30 bbtud untuk PLTG peaking Grati, b. Tambak Lorok sebanyak 16 bbtud untuk mengoperasikan sebagian dari PLTGU sebagai pembangkit peaking, c. Gresik sebanyak 20 bbtud untuk mengoperasikan pembangkit peaking dan sebagian CNG untuk dikirim ke Lombok, d. Muara Tawar sebanyak 30 bbtud untuk memenuhi kebutuhan operasi peaking.

Coal Bed Methane (CBM)

(44)

CBM di Kalimantan Selatan untuk kelistrikan di Indonesia telah memberikan pemahaman mengenai keekonomian gas CBM ini.

c. Panas Bumi

Beberapa data tentang laporan studi mengenai resource dan reserve tenaga panas bumi di Indonesia. Salah satu dari laporan studi oleh BaratJEC pada tahun 2007 Master Plan Study for Geothermal Power Development in the Republic of Indonesia .Dari laporan tersebut, potensi panas bumi Indonesia yang dapat dieksploitasi adalah 9.000 MW, tersebar di 50 lapangan, dengan potensi minimal 12.000 MW. Di dalam skripsi ini juga menjelaskan terdapat rencana untuk mengembangkan banyak proyek PLTP, terutama di Sumatera, Jawa dan beberapa di Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara dan Maluku. Dalam hal ini Pemerintah menugaskan kepada PLN untuk mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan energi terbarukan sesuai Peraturan Presiden No. 4/2010 dan Peraturan Menteri ESDM No. 02/2010, Peraturan Menteri ESDM No. 15/2010, Peraturan Menteri ESDM No. 01/201242 terdapat hampir 4000 MW proyek PLTP. Namun kenyataannya proyek PLTP tersebut tidak berjalan lancar seperti yang diharapkankarena PLN berharap masalah-masalah yang menghambat pengembangan panas bumi dapat segera diatasi.

d. Tenaga Air

(45)

sudah direncanakan dan sedang konstruksi (5.956 MW) dan potensi baru (16.027 MW).

Seiring dengan menipisnya sumber – sumber energi yang maka harus dilakukan langkah taksis dalam mengatasi permasalahan tersebut.Dalam hal ini ada dua hal yang bisa dilakukan yaitu mencari sumber-sumber energi terbarukan atau melakukan efisiensi dalam pemakaian energi tersebut.

e. Energi Baru dan Terbarukan Lainnya

Selain dari sumber energi yang sudah ada terdapat juga sumber energi dalam bentuk yang berbeda seperti energi matahari dan energi kelautan. Besarnya potensi dan pemanfaatan energi terbarukan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dam 2.3.

Tabel 2.2 Potensi dan pemanfaatan energi terbarukan

Jenis Satuan Potensi Developed %

PLTP MW 27,140 827 3.047

PLTA MW 75,000 4,125 5.500

PLT Surya GW 1,200 0.001

PLT Angin MW 9,290 1 0.006

Biomassa MW 49,810 445 0.9

Biogas MW 680

Gambut 10^6 BOE 16,880

Tidal MW 240,00

Sumber : Rencana Penyedian Tenaga Listrik 2009-2018

Tabel 2.3 Potensi dan pemanfaatan energi terbarukan

NO Terbarukan Sumber Daya Kapasitas Terpasang %

(46)

2 Biomasssa 49.810 MWe 445,0 MWe 0,89

3 Tenaga Surya 4,80

kWh/m2/hari

12,1 MWe -

4 Tenaga Angin 9.290 MWe 1,1 MWe 0,1

5 Kelautan 240 GWe 1,1 MWe 0,1

Sumber : Rencana Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021

2.5.2 Elastisitas Energi

Elastisitas energi adalah hasil dari perbandingan antara laju pertumbuhan konsumsi energi dengan laju pertumbuhan ekonomi. Semakin kecil angka elastisitas, maka semakin efisien penggunaan energi di suatu negara.

(47)

Sumber : DESDM, 2006

Gambar 2.3: Perbandingan elastisitas pemakaian energi sejumlah Negara tahun 1998-2003

(48)

Sumber: kementrian ESDM, 2009

Gambar 2.4: Perbandingan penggunaan intensitas pemakaian energi primer beberapa Negara

(49)

Sumber: kementrian ESDM, 2009

Gambar 2.5. Intensitas konsumsi energi akhir Per Kapita di Indonesia, tahun 2000-2008

Dari aspek harga energi memperlihatkan kalau harga energi di Indonesia belum menyentuh harga yang seharusnya.Hal ini dikerenakan harga energi di Indonesia masih di subsidi oleh Negara. Beberapa dampak negatif masih di subsidi oleh pemerintah adalah : (1) tingginya ketergantungan pada sumber energi minyak bumi yang ditunjukkan oleh dominasi minyak bumi dalam kombinasi pasokan sumber energi domestik (energi mix). Sinyal harga yang rendah tersebut menjadi disinsentif bagi usaha diversifikasi maupun konservasi (penghematan) energi, (2) Subsidi BBM di APBN mengancam keberlangsungan fiskal (fiscal sustainability) pemerintah, (3) tidak optimalnya pemanfaatan sumber energi lain, baik fosil energi seperti gas alam dan batu bara yang cadangannya jauh lebih besar dari minyak bumi maupun energi baru dan terbarukan, (4) maraknya penyelundupan BBM ke luar negeri sehingga tingkat permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan nyata di sektor transportasi, industri, dan rumahtangga, (5) maraknya kegiatan pengoplosan BBM yang merugikan negara dan konsumen umum, dan (6) sinyal harga mendistorsi kelayakan investasi di sektor hilir migas [20].

(50)

Karena teknologi yang belum mendukung banyak aktivitas eksplorasi minyak di Indonesia terpaksa diberikan kepada kontraktor perusahaan minyak asing dengan sistem kontrak produksi sharing (KPS) dengan skema pembagian 85 persen untuk pemerintah pusat dan 15 persen untuk kontraktor. Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai Negara Indonesia belum bisa menikmati sepenuhnya sumber daya alam yang kita miliki.

Sementara itu investasi energi masih terbatas.Hal ini terlihat dengan jumlah kilang minyak yang berproduksi di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Energi Sumber Daya Mineral tahun 1990-2008 menunjukkan pertumbuhan rata-rata jumlah kilang minyak sebesar 1.39 persen dari 8 kilang minyak tahun 1990-2003 menjadi 10 kilang minyak tahun 2007- 2008. Penyebab rendahnya investasi di Indonesia dalam bidang energi disebabkan : (1) regulatory environment problem, karena berbagai peraturan menciptakan ketidakpastian dan inkonsistensi sehingga menciptakan regulatory risk yang besar sehingga menjadi disensentif bagi investor dalam dan luar negeri, (2) pricing policy problem, kecenderung penetapan harga di dalam negeri yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor dan ini mensyaratkan agar harga energi menjadi masalah strategik, (3) high cost economy, dengan proses pasar energi yang menyangkut perencanaan proyek di Indonesia perlu dibangun suatu proses menyeluruh yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka sehingga para investor dapat menghemat biaya dan efisien dalam melakukan proses eksplorasi, (4) inconsistency tax sistem, ada inkonsistensi di bidang perpajakan yang berkaitan dengan implementasi regulasi baru, dan (5) limited infrastructure, infrastruktur jalan, transmisi, transportasi, dan pelabuhan yang menghubungkan wilayah eksplorasi dan distribusi dirasakan sangat kurang sehingga menghambat investasi [20].

(51)

kayu, tumbuhan, kotoran hewan, dan sumber-sumber organik lainnya, yang dapat didigunakan sebagai sumber energi.

Elastisitas energi Indonesia pada 2009 masih cukup tinggi yaitu 2,69. Sebagai perbandingan menurut penelitian International Energi Agency (IEA) tahun 2009,angka elastisitas Thailand adalah 1,4, Singapura 1,1 dan negara-negara maju berkisar dari 0,1-0,6.

Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per produksi domestic bruto (PDB). Semakin rendah angka intensitas, maka semakin efisien penggunaan energi di sebuah negara. Intensitas energi primer Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 565 TOE (ton oil equivalent) per 1 juta US$. Artinya untuk meningkatkan PDB sebesar 1 juta US$, Indonesia memerlukan energi sebanyak 565 TOE. Sebagai perbandingan, intensitas energi Malaysia adalah 493 TOE/juta US$ dan rata-rata intensitas energi negara maju dalam organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan (OECD) hanyalah 164 TOE perjuta US$.

Disadari atau tidak, Indonesia tergolong negara yang sangat boros dalam mengonsumsi energi, termasuk energi listrik. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari dua indikator, yakni intensitas dan elastisitas energi. Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi dengan produk domestik bruto (PDB), sedangkan elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, semakin kecil angka intensitas dan elastisitas energi suatu negara maka semakin efisien pula penggunaan energi di negara yang bersangkutan.

(52)

maju yang pada kurun yang sama angka elastisitasnya rata-rata hanya mencapai 0,55-0,65. Dalam hal ini yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan gerakan hemat listrik adalak Kementrian ESDM dan Kementrian Dalam Negri.

Dalam hal ini budaya yang harus dilakukan dalam kalangan masyarakat adalah dengan melakukan penghematan pemakaian energi terutama energi listrik. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengeffisiensikan sebaik mungkin dalam setiap menggunakan energi. Ada dua keuntungan utama apabila hal ini dilakukan yaitu pengeluaran masyarakat dalam menggunakan energi akan berkurang dengan sendirinya serta bisa ikut serta dalam menjaga pasokan energi agar tidak habis dengan percuma. Karena apapun itu alasannya persedian energi akan habis, Cuma kita bisa menundanya dengan melakukan pengeffisiensian dalam setiap pemakaian energi.

Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka menggunakan energi secara effisien seperti mematikan lampu yang tak terpakai di siang hari, mematikan televisi yang tidak sedang ditonton, mematikan AC di ruangan yang tak terpakai, juga tindakan-tindakan lain yang bisa menghemat energi listrik. Jika sekian juta pelanggan rumah tangga bisa melakukan, penghematannya pasti cukup besar nilainya.

Dan juga sesuai dengan yang diteliti di dalam skripsi ini adalah dengan melakukan effisiensi energi dalam bidang pemakaian energi dari penggunaan AC dengan cara pemasangan yang sesuai standarisasi serta letak bangunan yang sesuai dengan standarisasi agar bisa menghemat pemakaian energi sedikit mungkin. Apabila cara ini bisa disosialisasikan dengan baik kepada seluruh masyarkat maka bisa dapat dipastikan Indonesia menjadi salah satu negara yang pemakaian energinya paling sedikit serta penyumbang aktif dalam penghematan menjaga sumber daya energi yang ada.

(53)

golongan masyarakat ini, isi hemat baiya dari penggunaan energi tidak akan terlalu berpengaruh, tetapi masalah yang bisa diberikan kepada masyrakat golongan menengah keatas ini adalah akibat yang timbul dari pemakaian energi terlalu banyak dengan percuma. Karena dengan itu mereka akan menyadari pentingnya dalam hal menghemat energi dengan cara mengeffisienkan setiap pemakaian energi.

2.5.3 Optimasi Penggunaan Energi

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi adalah mengenai kebijakan penyediaan energi yang optimal dan melaksanakan konservasi, melaksanakan diversifikasi dalam memanfaatkan energi, menetapan harga energi ke arah harga keekonomian, dan pelestarian lingkungan.

Kebijakan konservasi energi dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi kuantitas energi yang memang benar- benar diperlukan. Upaya konservasi energi dapat diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, mulai dari pemanfaatan sumber daya energi sampai pada pemanfaatan akhir, dengan menggunakan teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Efisiensi merupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan konservasi energi. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau output berguna yang sama.

(54)

melonjak hampir dua kalinya, dari 777,9 juta SBM (508,9 juta SBM, tanpa biomasa) menjadi 1182,1 juta SBM (902,1 juta SBM, tanpa Biomasa). Penghematan energi di sisi kebutuhan (hilir) akan menjamin ketersediaan suplai energi sekaligus menghindarkan Indonesia menjadi negara importir energi di masa mendatang atau meningkatkan ketahanan energi nasional.

Walaupun konsumsi energi per kapita Indonesia masih rendah namun dalam bidang intensitas energi primer di Indonesia masih termasuk yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Pada tahun 2009, intensitas energi Indonesia berkisar 0,24 KTOE/USD Konstan 2005. Sedangkan Jepang, Jerman, Thailand, dan Malaysia pada tahun yang sama berturut-turut adalah 0,12; 0,12; 0,23; dan 0,22 KTOE/USD Konstan 2005 (IEA, 2010). Tingkat intensitas energi, yang dihitung dengan membagi volume penggunaan energi nasional (Ton Oil Equivalent) dengan nilai Produk Domestik Bruto (dalam USD), merupakan salah satu indeks makro yang menyatakan seberapa efisien pemanfaatan energi di suatu negara untuk menghasilkan nilai tambah ekonominya. Yang dimana dapat disimpulkan kalau pemanfaatan energi di Indonesia tidak produktif atau masih boros.

Selain hal tersebut, di tingkat global, isu perubahan iklim khususnya adanya desakan peningkatan peran negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dalam penurunan emisi gas rumah kaca telah mendorong arah pembangunan yang ramah lingkungan dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah. Upaya penerapan teknologi hemat energi dinilai sebagai upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang tepat dan ekonomis serta membawa dampak langsung pada pelaku energi.

(55)

energi yang ada. Hasil dari simulasi tersebut kemudian dibandingkan dengan target-target jangka panjang yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti misalnya penurunan intensitas energi 1% per tahun hingga tahun 2025, penurunan elastisitas energi kurang dari 1 hingga tahun 2025 dan sebagainya.

2.5.4 Target Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi

Dengan dibuat perencanaan dalam efisiensi dan elastisitas energi diharpkan bisa meningkatkan serta pemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya menghemat pemakaian energi dengan mengefisiensikan setiap pemakaian energin baik di rumah tangga, industry dan gedung-gedung komersial.

Sehingga tujuan dari perencanaan efisiensi dan elastisiatas enrgi seperti dampak penghematan, keekonomian hingga rencana penerapan dari teknologi hemat energi tersebut untuk mencapai target Kebijakan Energi Nasional yang meliputi penurunan elastisitas energi kurang dari satu pada tahun 2025 dan penurunan intensitas energi sebesar 1% per tahun dapat tercapai.

2.5.5 Alasan menghemat pemakaian energi

(56)

standarnya secara langsung akan dapat membantu dalam menghemat energi.

Generasi-generasi yang dilahirkan dalam situasi yang telah maju akan sulit membayangkan betapa banyak waktu yang pernah diperlukan untuk melakukan hal-hal yang sederhana dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Pada awal sejarah yang agak lanjut, manusia dapat pula memanfaatkan suatu sumber daya alam lain, yaitu tenaga air. Sumber energi ini merupakan bentuk energi yang terbarukan, dipakai untuk pertukangan dan untuk peggilingan. Sekitar abad ke- 13, suatu sumber energi batu yaitu batu bara memperkaya spectrum jenis-jenis energi yang dimanfaatkan manusia. Pada taraf ini pemakaian batu bara masih terbatas untuk memasak dan pemanasan. Pad awal ke- 18 telah ditemukan mesin uap yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi. Revolusi Industri di Eropa, dimana energi mulai digunakan secara besar-besaran.

Karena semakin banyaknya kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan energi membuat cadangan energi menjadi sedikit dan dibutuhkan penghematan dalam setiap penggunaan energi tersebut. Apabila penghematan tidak dilakukan di prediksi dalam waktu dekat pasokan energi dimuka bumi akan habis dan itu bisa berakibat buruk bagi pertumbuhan lingkungan kehidupan manusia. Dalam melakukan penghematan ini ada dua cara yang bisa dilakukan yaitu mencari energi terbarukan atau melakukan effesiensi dalam pemakaian energi tersebut. Dan dalam skripsi hal yang penulis kemukan adalah bagaimana kita bisa melakukan effisiensi energi dalam pemakaian AC ditinjau dari cara pemasangan AC tersebut.

2.6 Asumsi dalam Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik

(57)

melayani kebutuhan tenaga listrik saat ini maupun di masa yang akandatang agar PLN dapat memenuhi kewajiban yang diminta oleh Undang-Undang tersebut. Sebagai langkah awal PLN harus dapat memperkirakan kebutuhan tenaga listrik paling tidak hingga 10 tahun ke depan.

Kebutuhan tenaga listrik pada suatu daerah didorong oleh tiga faktor utama, yaitu pertumbuhan ekonomi, program elektrifi kasi dan pengalihan captive power ke jaringan PLN. Pertumbuhan ekonomi dalam pengertian yang sederhana adalah proses meningkatkan output barang dan jasa. Proses tersebut memerlukan tenaga listrik sebagai salah satu input untuk menunjangnya, disamping input-input barang dan jasa lainnya. Disamping itu hasil dari pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong peningkatan permintaan barang-barang/peralatan listrik seperti televisi, pendingin ruangan, lemari es dan lainnya. Akibatnya permintaan tenaga listrik akan meningkat.

Faktor kedua adalah program elektrifikasi. Sebagai upaya PLN untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan rasio elektrifikasi maka PLN perlu melistriki semua masyarakat yang ada dalam wilayah usahanya. Hal ini secara langsung akan menjaga eksistensi wilayah usaha PLN dan sekaligus meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia, khususnya pada daerah-daerah yang telah menjadi wilayah usaha PLN.

PLN dalam hal ini berencana untuk menambah pelanggan baru yang besar, yaitu rata-rata 2,5 juta per tahun, sehingga rasio elektrifikasi akan mencapai 92,3% pada tahun 2021. Penambahan pelanggan baru tersebut tidak hanya mencakup mereka yang berada di wilayah usaha PLN saat ini tetapi juga mencakup mereka yang berada di luar wilayah usaha.

Gambar

Tabel 2.1 Tingkat Panas yang Didapatkan dari Penghuni yang dikondisikan
Tabel 2.2 Potensi dan pemanfaatan energi terbarukan
Gambar 2.3: Perbandingan elastisitas pemakaian energi sejumlah Negara tahun 1998-2003
Gambar 2.4: Perbandingan penggunaan intensitas pemakaian energi
+7

Referensi

Dokumen terkait