THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE, LIQUIDITY AND COMPANY’S FINANCIAL DISTRESS FOR CONSERVATISM
(An Empirical Study In Companies Listed At Bursa Efek Indonesia (BEI) and Follow CGPI from 2011 to 2014)
Oleh
ERI WARSITAH KURNIA SARI 20130420322
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LIKUIDITAS DAN TINGKAT KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP
KONSERVATISME
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Mengikuti CGPI Tahun 2011- 2014)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE, LIQUIDITY AND COMPANY’S FINANCIAL DISTRESS FOR CONSERVATISM
(An Empirical Study In Companies Listed At Bursa Efek Indonesia (BEI) and Follow CGPI from 2011 to 2014)
Oleh
ERI WARSITAH KURNIA SARI 20130420322
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MOTTO
Allah “WT tidak e e a i seseora g ke uali sesuai de ga kesa ggupa ya
(QS. Al-Baqarah : 286)
…Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya ersa a kesulita ada ke udaha …
(QS. Al-Insyirah : 5-6)
Do a adalah se jata alat kerja ora g eri a
(Muhammad SAW)
Ma jadda wajadda Siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil.
Ma thala al ula sahiral layali “iapa ya g i gi e dapatka ke uliaa , aka ekerjalah sampai jauh malam.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk...
Kedua orangtuaku, Ibu dan Bapak, Purwati dan Suratno
yang dengan bijak membimbing dan menuntunku
menemukan indahnya kesyukuran dan jalan ikhlasku.
Suamiku, Muhamad Huda dan Anakku, Alesha Fahira Nareswari yang telah dengan ikhlas menemani dan membersamai langkah-langkah kecilku baik dalam suka
maupun duka.
Sahabat-sahabat terbaikku
yang telah mengajarkan bagaimana indahnya kebersamaan dalam perbedaan.
Semua guru dan dosenku
yang telah mengajarkan ilmunya dengan penuh keikhlasan.
THANKS TO
Allah SWT
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mampu
membuat segala sesuatu menjadi mudah dan yang mampu membuat
sesuatu menjadi sulit jika dikehendaki-Nya. Dengan ridho-Nya, yang telah
memberikan kekuatan, kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Nabi Muhammad SAW
yang menjadi pelita bagi kehidupan umat manusia menuju keridhaan Allah SWT.
Ibu dan Bapak Tercinta
Terimakasih Ibu dan Bapak yang telah memberikan do’a, kasih sayang dan motivasi yang tak terhingga sepanjang masa, semangat
serta dukungan penuh kepadaku untuk terus menghadapi hal-hal baru.
Suami dan Anakku Tercinta
Terimakasih Muhamad Huda dan Alesha Fahira Nareswari atas do’a, dukungan, motivasi serta semangatnya yang diberikan kepadaku.
Teman dan Sahabat Terbaikku
Teman yang selalu setia menemani dari awal perjuangan kuliah sampai
saat ini Ulfah Tika Saputri dan Mahardhika Kurniawati.
Teman seperjuangan kos Wisma Aulia Farda Fauzia, Aniati Tokomadoran
i
Sahabat terbaikku Putri Kinanti dan Damar Mahardika. Terima kasih atas support
dan bantuannya selama ini. Selamat berjuang menuju gerbang kesuksesan.
Semoga Allah selalu meridhoi kita semua. Aamiin
ii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN……….iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..v
INTISARI ... ….ix
ABSTRAK ... x
KATA PENGANTAR……….xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL……….xvi
DAFTAR GAMBAR………xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
iii
2. Teori Signaling ... 10
3. Teori Akuntansi Positif………12
4. Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) ... 13
5. Konservatisme ... 15
B. Hipotesis dan Hasil Penelitian Terdahulu ... 17
C. Model Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Obyek Penelitian... 24
B. Jenis Data ... 24
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25
F. Uji Statistik Deskriptif ... 30
G. Uji Asumsi klasik ... 30
H. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 35
B. Uji Statistik Deskriptif ... 36
C. Uji Asumsi Klasik ... 40
1. Uji Normalitas………...40
2. Uji Multikolinearitas……….40
iv
4. Uji Autokorelasi………41
D. Uji Hipotesis ... 43
E. Pembahasan ... 47
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 52
A. Simpulan ... 52
B. Saran ... 53
C. Keterbatasan Penelitian ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
v
DAFTAR TABEL
4.1. Proses Pengambilan Sampel ... 34
4.2. Hasil Uji Statistik Deskriptif... 35
4.3. Hasil Uji Normalitas ... 37
4.4. Hasil Uji Multikolinieritas ... 38
4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 39
4.6. Hasil Uji Autokorelasi ... 40
4.7. Hasil Uji Hipotesis ... 41
vi
DAFTAR GAMBAR
x
companies listed at the Bursa Efek Indonesia (BEI) from 2011 to 2014.
Population in this study are all companies listed at the Bursa Efek Indonesia (BEI) and follow CGPI from 2011 to 2014. The sample was determined by purposive sampling method, in order to obtain a total sample of 57 companies. Analysis method of this research is using descriptive statistical analysis and multiple linear regression analysis using SPSS version 22.
The result showed that the corporate governance and liquidity does not effect on conservatism. While financial distress does not effect on conservatism.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan
perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Berbagai informasi yang tersedia dalam laporan
keuangan diperlukan para pengguna seperti investor, kreditur, karyawan, pemasok,
pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Sehingga laporan keuangan harus memiliki
tujuan, aturan dan prinsip-prinsip akuntansi sesuai standar yang berlaku umum.
Laporan keuangan akan meningkat manfaatnya jika laporan keuangan tersebut
berkualitas.
Informasi laba adalah fokus utama dalam pelaporan keuangan yang
menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan selama satu
periode tertentu. Keputusan investasi atau keputusan kontrak yang didasarkan pada
laba yang kurang berkualitas akan dapat menyebabkan kesalahan wealth transfer
karena laba yang kurang berkualitas akan memberikan sinyal yang kurang baik. Laba
yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan,
manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini akan
dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan
biasa disebut dengan masalah keagenan. Secara implisit ada tiga bentuk hubungan
keagenan, yaitu antara pemilik dengan manajemen, kreditur dengan manajemen, dan
pemerintah dengan manajemen.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan memilih metode
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan agar menghasilkan
laporan laba rugi yang berkualitas. Keleluasaan dalam memilih metode akuntansi ini
dapat dimanfaatkan oleh setiap perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan
yang berbeda-beda. Salah satu prinsip dalam akuntansi yang diterapkan dalam
pelaporan keuangan adalah prinsip konservatisme.
Menurut Suwardjono (1989), konservatisme akuntansi adalah tindakan
kehati-hatian dalam pembuatan laporan keuangan diimplikasikan dengan mengakui biaya
atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan
atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Setiap
perusahaan menerapkan prinsip konservatisme dalam tingkatan yang berbeda-beda.
Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung
lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai
yang tertinggi. Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan
menghasilkan angka-angka pendapatan dan aset cenderung rendah, serta angka-angka
biaya cenderung tinggi. Akibatnya, laporan keuangan akan menghasilkan laba yang
terlalu rendah (understatement).
Prinsip konservatisme akuntansi ini dianggap masih kontroversial sampai saat
Kritikan terhadap penerapan prinsip konservatisme tersebut antara lain konservatisme
akuntansi dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan
keuangan. Sedangkan dukungan terhadap penerapan prinsip konservatisme yaitu
konservatisme akuntansi memiliki manfaat yang digunakan untuk menghindari
perilaku manajer yang oportunistik dalam menggunakan laporan keuangan sebagai
media kontrak.
Meskipun laporan keuangan konservatif tidak menyajikan informasi yang
sebenarnya akan tetapi masih lebih baik dari pada perusahaan melakukan manajemen
laba yang berlebihan. Seperti pada kasus yang terjadi di PT. Indosat, Tbk.
Manajemen PT. Indosat, Tbk diduga secara sengaja membuat laba perusahaan turun
dalam dua tahun terakhir guna menghindari pembayaran pajak secara benar.
Manajernya menjelaskan PT. Indosat, Tbk dan anak perusahaannya mengalami
penurunan laba bersih 13,12 persen dari Rp. 1,623 triliun pada tahun 2007
menjadi Rp. 1,41 triliun pada tahun 2008. Laba bersih akibat peningkatan beban
operasi sekitar 11,38 persen dari Rp. 7,937 triliun menjadi Rp. 3,398 triliun dari Rp.
3,651 triliun. Direktorat Jendral Pajak dan instansi lain terkait harus memeriksa
dugaan perekayasaan laporan keuangan yang dilakukan manajemen Indosat.
(www.sinarharapan.co.id). Kasus ini menunjukkan adanya rekayasa laporan keuangan
terhadap praktik akuntansi konservatif yang dilakukan pihak PT. Indosat, Tbk. Hal ini
dapat menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan
Setiap perusahaan baik itu kecil maupun besar dalam menyajikan laporan
keuangannya harus sesuai dengan akuntansi konservatif. Hasil laporan keuangan
yang disajikan berdasarkan akuntansi konservatif akan memberikan manfaat dan
tidak menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Karena berbagai
informasi yang tersedia dalam laporan keuangan diperlukan para pengguna seperti
investor, kreditur, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat
sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan yang memiliki konsekuensi
ekonomi.
Penerapan prinsip konservatisme bervariasi antar perusahaan. Ada banyak
faktor yang mungkin mempengaruhi penerapan prinsip konservatisme. Salah satu
faktor tersebut adalah Corporate Governance. Good Corporate Governance (GCG)
merupakan suatu konsep tentang tata kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini
diharapkan dapat melindungi pemegang saham dan kreditur agar dapat memperoleh
kembali investasinya. Pelaksanaan Good Corporate Governance menuntut adanya
perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham, terutama pemegang
saham minoritas. Jika pelaksanaan Corporate Governance bagus maka pengelolaan
laporan keuangan yang dihasilkan juga bagus dan perusahan akan cenderung
menerapakan serta mematuhi prinsip-prinsip standar akuntansi dengan baik. Salah
satu untuk mengukur penerapan Corporate Governance adalah dengan melihat Indexs
Corporate Governance atau biasa disebut Corporate Governance Perception Indexs
mengenai CGPI diharapkan dapat memberikan dampak positif terutama yang
menyangkut kepercayaan investor atas dana yang diinvestasikan.
Perusahaan yang melaksanakan Corporate Governance dengan baik akan
lebih konservatif dalam melaporkan kondisi keuangannya. Terdapat beberapa peneliti
telah meneliti adanya pengaruh Corporate Governance terhadap konservatisme.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif Corporate Governance yang
diukur dengan dewan komisaris terhadap konservatisme (Indrayati, 2010;
Limantauw, 2012; Rahmawati, 2010). Sedangkan mekanisme Corporate Governance
yang diukur dengan komite audit juga berpengaruh positif terhadap konservatisme (
Rahmawati, 2010). Penelitian ini memfokuskan pada CGPI karena lebih
komprehensif. Sampai saat ini belum ada penelitian yang mengukur menggunakan
Corporate Governance dengan indeks CGPI dalam menguji hubungannya dengan
konservatisme.
Selain itu, faktor yang mempengaruhi konservatisme lainnya adalah likuiditas.
Likuiditas yaitu rasio yang digunakan untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat
melunasi kewajiban jangka pendek. Perusahaan akan lebih konservatif dalam
melaporkan kondisi kuangannya jika perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi. Karena tingkat likuiditas yang tinggi mencerminkan kinerja perusahaan yang
baik. Beberapa peneliti telah meneliti pengaruh likuiditas terhadap konservatisme.
Hasilnya menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap konservatisme
Faktor lainnya yang mempengaruhi konservatisme adalah Kondisi keuangan
perusahaan yang bermasalah atau biasa disebut Financial Distress yang dapat
mendorong pemegang saham melakukan penggantian manajer perusahaan, yang
kemudian juga dapat menurunkan nilai pasar manajer yang bersangkutan di pasar
tenaga kerja. Tingkat kesulitan keuangan perusahaan dapat mempengaruhi tingkat
konservatisme akuntansi. Teori akuntansi positif memprediksi bahwa kondisi
keuangan perusahaan yang bermasalah dapat mendorong manajer untuk mengurangi
tingkat konservatisme akuntansi walaupun pemegang saham dan kreditur
menghendaki penyelenggaraan akuntansi yang konservatif. Sebaliknya, teori
signaling memprediksi bahwa kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah dapat
mendorong manajer untuk menaikkan tingkat konservatisme akuntansi. Beberapa
peneliti telah meneliti pengaruh tingkat kesulitan keuangan perusahaan terhadap
konservatisme. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan
berpengaruh positif terhadap konservatisme (Harahap, 2012) dan (Pramudita, 2012).
Namun, beberapa peneliti lain menunjukkan bahwa tingkat kesulitan keuangan tidak
berpengaruh terhadap konservatisme (Alhayati, 2013) dan (Mutmainah dan Nugroho,
2012).
Penelitian ini merupakan replikasi Alhayati (2013) tentang pengaruh tingkat
hutang dan tingkat kesulitan keuangan terhadap konservatisme. Tujuannya yaitu
menguji kembali variabel tingkat kesulitan keuangan tersebut. Perbedaan penelitian
ini dengan sebelumnya yaitu dengan mengubah variabel tingkat hutang dengan
CGPI. Sampel yang digunakan berasal dari seluruh sektor di BEI yang terdaftar pada
indeks CGPI selama kurun waktu 4 tahun yaitu dari periode 2011 sampai dengan
periode 2014.
Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul “Pengaruh Corporate Governance, Likuiditas dan Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan terhadap Konservatisme (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Mengikuti CGPI Tahun 2011-2014) ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh positif Corporate Governance (menggunakan
proksi CGPI) terhadap konservatisme?
2. Apakah terdapat pengaruh positif likuiditas terhadap konservatisme?
3. Apakah terdapat pengaruh negatif tingkat kesulitan keuangan perusahaan
terhadap konservatisme?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai adanya pengaruh positif
antara Corporate Governance terhadap konservatisme.
2. Menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai adanya pengaruh positif
3. Menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai adanya pengaruh negatif
antara tingkat kesulitan keuangan perusahaan terhadap konservatisme.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
1. Menambah literatur, pengembangan ilmu akuntansi dan acuan penelitian
pada bidang akutansi, terutama untuk peneliti yang ingin melakukan
penelitian yang lebih lanjut mengenai konservatisme akuntansi.
2. Sebagai sarana informasi tentang konservatisme serta menambah
pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi manajemen
dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap konservatisme akuntansi.
3. Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai konservatisme agar diperoleh hasil yang bermanfat bagi penulis
dimasa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1. Bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan jalannya mekanisme
corporate governance dalam operasional perusahaan guna meningkatkan
hasil laporan keuangan.
2. Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor sebagai suatu tinjauan
yang dapat bermnfaat dalam rangka menyediakan informasi yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara
prinsipal dan agen dimana keduanya menjalankan sebuah perusahaan yang
akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak
tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya
(Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wardhani, 2008). Agen memiliki lebih
banyak informasi dibandingkan dengan prinsipal, hal tersebut akan
menimbulkan adanya asimetri informasi yaitu suatu kondisi perolehan
informasi yang tidak seimbang antara pihak manajemen sebagai penyedia
informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder sebagai pengguna
informasi.
Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan yang
menyatakan bahwa perusahaan merupakan nexus of contract yaitu tempat
bertemunya kontrak dari berbagai pihak yang berpotensi memunculkan
konflik kepentingan. Konflik tersebut terlihat dari kebijakan investasi,
kebijakan dividen dan pendanaan. Ketiga kebijakan tersebut dapat
dimanfaatkan investor untuk mengatur manajer dan menstransfer keuntungan
dari kekayaan kreditor. Upaya yang dilakukan oleh investor tersebut akan
2. Teori Signaling
Teori signaling merupakan suatu teori yang menjelaskan mengapa
perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan
keuangan kepada pihak eksternal. Hal tersebut karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan lebih banyak
mengetahui mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang
dibandingkan pihak eksternal. Kurangnya informasi yang didapatkan oleh
pihak eksternal menyebabkan mereka melindungi diri dengan cara
memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Walaupun begitu
perusahaan tetap dapat meningkatkan nilai perusahaannya dengan mengurangi
asimetri informasi. Dengan memberikan sinyal pada pihak eksternal, salah
satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan
mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang
merupakan salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi (Wolk, et al.
2000).
Teori ini menyatakan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer
untuk mengurangi asimetri informasi. Melalui laporan keuangan manajer
memberikan informasi bahwa mereka menggunakan prinsip konservatisme
untuk menghasilkan laba yang lebih berkualitas, karena prinsip ini dapat
mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva
Tujuan teori signaling yaitu membawa dampak yang baik bagi para
pemakai laporan keuangan. Manajer berusaha menginformasikan kesempatan
yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Salah satu
contohnya, manajer sangat erat hubungannya dengan keputusan yang
berkaitan dengan aktivitas investasi maupun operasi perusahaan. Manajer
mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai prospek perusahaan di
masa yang akan datang. Oleh sebab itu manajer dapat mengestimasi secara
baik laba dimasa mendatang.
Watts (2003) menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang
sistematik atau relatif permanen merupakan salah satu ciri dari konservatisme
akuntansi sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisme akuntansi mampu
menghasilkan laba yang berkualitas karena prinsip ini dapat menghambat
perusahaan untuk melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva
yang tidak overstate. Penman dan Zhang (2002) dan Fala (2007) menyatakan
bahwa konservatisme akuntansi mencerminkan kebijakan akuntansi yang
permanen. Laba yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan
akuntansi yang konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metode
3. Teori Akuntansi Positif (PAT)
Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak
(contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship) antara
manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak
pengelola pasar modal, dan institusi pemerintah. Menurut (Belkaoui, 2007)
mendefinisikan Possitive Accounting Theory (PAT) adalah untuk
menjelaskan dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas
biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya
dengan berbagai individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi.
Keuntungan Possitive Accounting Theory adalah regulator bisa
meramalkan konsekuensi ekonomis dari berbagai kebijakan atau praktik
akuntansi. Pendekatan positif berkaitan dengan usaha menguji atau
menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau
fakta-fakta dunia nyata. Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian
empirik terhadap asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritisi akuntansi normatif
(Harahap ,2012).
4. Corporate Governance
Untuk mengurangi adanya masalah keagenan, maka dibuatlah
kontrak-kontrak dalam perusahaan baik kontrak-kontrak antara pemegang saham dengan
manajernya maupun kontrak antara manajemen dengan karyawan, pemasok
dan kreditur. Namun, dengan menggunakan kontrak tersebut masalah yang
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mekanisme Corporate Governance
memiliki peran penting dalam mengurangi konflik tersebut. Good Corporate
Governance (GCG) merupakan suatu konsep tentang tata kelola perusahaan
yang sehat. Implementasi tata kelola perusahaan yang baik perlu senantiasa
dimonitor, dievaluasi agar selalu terjaga kualitas penerapannya dan agar
senantiasa selalu selaras dengan perkembangan perundang-undangan dan
peraturan-peraturan yang berlaku. Konsep ini diharapkan dapat melindungi
pemegang saham dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya.
Pelaksanaan Good Corporate Governance menuntut adanya perlindungan
yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham, terutama pemegang saham
minoritas. Penilaian tata kelola perusahaan juga dapat dilakukan dengan
berpartisipasi mengikuti Corporate Governance Perception Index (CGPI)
bekerjasama dengan Majalah SWA yang diselenggarakan oleh Indonesian
Institute Corporate Governance sejak tahun 2001.
Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset
dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia melalui perancangan riset yang mendorong perusahaan
meningkatkan kualitas penerapan konsep Corporate Governance melalui
perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) dengan
melaksanakan evaluasi dan benchmarking. Perusahaan yang melaksanakan
Corporate Governance dengan baik sangat berpengaruh besar terhadap
Corporate Governance Perception Index (CGPI) memiliki 4 tahapan
penilaian yang meliputi:
1) Self Assessment
Adalah penilaian mandiri oleh seluruh organ, anggota, dan pemangku
kepentingan dari perusahaan mengenai kualitas pelaksanaan GCG di
perusahaan. Pada tahapan ini perusahaan mengisi kuesioner dengan
mengajak responden memberikan persepsinya secara jujur dan objektif
guna memberikan umpan balik dan evaluasi kepada perusahaan.
2) Kelengkapan Dokumen
Kelengkapan dokumen adalah pemenuhan persyaratan penilaian dengan
menyerahkan berbagai dokumen yang telah dimiliki perusahaan dalam
pelaksanaan GCG dan dokumen lainnya terkait dengan tema penilaian.
Bagi perusahaan yang telah menyerahkan dokumen yang dipersyaratkan
pada penyelenggaraan pada CGPI sebelumnya, maka pada CGPI yang
terbaru cukup hanya memberikan pernyataan konfirmasi bahwa dokumen
sebelumnya masih berlaku.
3) Penyusunan Makalah
Penyusunan makalah merupakan salah satu pemenuhan persyaratan
penilain yang menjelaskan serangkaian proses dan program implementasi
GCG di perusahaan dan upaya manajemen terkait dengan tema penilaian.
Uraian makalah menggambarkan arah dan fokus penilaian yang sesuai
4) Observasi
Observasi adalah tahapan akhir penilaian sebagai salah satu bagian
penting dari proses riset dan pemeringkatan CGPI berupa peninjauan
langsung oleh tim penilaian CGPI untuk memastikan bahwa proses
pelaksanaan serangkaian program pelaksanaan GCG dan upaya
manajemen terkait dengan tema penilaian.
Hasil pemeringkatan program CGPI menggunakan norma penilaian
berdasarkan rentang skor yang dicapai oleh peserta CGPI dengan kategorisasi
atas tingkat kualitas implementasi GCG yang menggunakan istilah
“terpercaya”. Perusahaan yang mendapatkan nilai antara 55,00 s/d 69,99
mendapatkan predikat sebagai perusahaan “cukup terpercaya”. Perusahaan
yang mendapatkan nilai antara 70,00 s/d 84,99% mendapatkan predikat
sebagai perusahaan “terpercaya”. Perusahaan yang mendapatkan nilai antara
85,00 s/d 100% mendapatkan predikat sebagai perusahaan “sangat
terpercaya”.
5. Konservatisme
Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang
ditunjukkan untuk mengukur dan mengakui aktiva dan laba dengan penuh
kehati-hatian karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi
ketidakpastian. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan
yang tidak pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau
hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Akuntansi mengakui biaya atau
rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan
atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar hal
tersebut merupakan implikasi dari konservatisme (Suwardjono,1989).
Konservatisme merupakan prinsip yang paling mempengaruhi
penilaian dalam akuntansi. Namun konservatisme juga merupakan konsep
yang masih kontroversial. Pemikiran serta bukti empiris menunjukkan masih
terdapat kontroversi mengenai manfaat akuntansi yang konservatif, ada
penelitian yang menyatakan bahwa akuntansi yang konservatif tidak
bermanfaat, namun ada pula penelitian yang menyatakan akuntansi yang
konservatif bermanfaat, yang diuraikan sebagai berikut:
a) Akuntansi konservatif tidak bermanfaat
Kritik terhadap konservatisme menyatakan bahwa pada awalnya prinsip
ini memang akan menyebabkan laba dan aktiva menjadi rendah, namun
akhirnya akan membuat laba dan aktiva menjadi tinggi di masa
mendatang. Dengan kata lain, laba dan aktiva menjadi tidak konservatif
di masa mendatang.
b) Akuntansi konservatif bermanfaat
Pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme menyajikan
laba dan aktiva dengan prinsip menunda pengakuan keuntungan dan
secepatnya mengakui adanya kerugan. Prinsip ini memang akan
Apabila terjadi kenaikan laba dan aktiva di masa mendatang akibat
penerapan prinsip ini, hal tersebut disebabkan oleh keuntungan yang
semula ditunda pengakuannya, telah diakuioleh perusahaan karena
dipastikan akan terealisasi. Jadi, bukan berarti peningkatan laba dan
aktiva di masa mendatang merupakan cermin dari tidak konservatifnya
perusahaan.
Selain hal tersebut di atas, konservatisme akuntansi memberikan
manfaat yang signifikan bagi pengguna informasi keuangan. Pengunaan
akuntansi yang konservatif dalam kontrak diantara kelompok yang berbeda
pada perusahaan dapat menurunkan masalah asimetri infomasi dan moral
hazard yang berasal dari konflik agen (Watss, 2003 dalam Lara, et al. 2005).
B. Hipotesis dan Hasil Penelitian Terdahulu
1. Pengaruh Corporate Governance terhadap konservatisme
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami corporate governance. Teori keagenan (agency theory)
menjelaskan adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu
perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan yaitu ketidak sejajaran
kepentingan antara principal dan agent. Masalah keagenan ini dapat
diminimumkan melalui mekanisme monitoring yang bertujuan untuk
menyelaraskan berbagai kepentingan yaitu dengan menerapkan Corporate
Corporate Governance merupakan suatu alat dan mekanisme yang
penting dalam memonitoring fungsi dan kegiatan dari kinerja manajer. Sistem
Corporate Governance terdiri atas hubungan antara pemegang saham,
manajer, kreditor, pemerintah dan stakeholders. Dengan adanya Corporate
Governance, investor akan lebih percaya kepada manajemen karena tidak
adanya bias antara manajemen dan investor. Corporate Governance memiliki
efek dalam setiap pelaporan keuangan perusahaan. Informasi mengenai CGPI
(Corporate Goverance Perception Indexs) diharapkan dapat memberikan
dampak positif terutama yang menyangkut kepercayaan investor atas dana
yang diinvestasikan. CGPI merupakan program riset dan pemeringkatan
penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui
perancangan riset yang mendorong perusahaan meningkatkan kualitas
penerapan konsep Corporate Governance.
Perusahaan yang melaksanakan Corporate Governance dengan baik
sangat berpengaruh besar terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan
tersebut. Hal ini akan mempengaruhi perusahaan untuk lebih konservatif
dalam melaporkan kondisi keuangannya. Semakin baik kualitas penerapan
Corporate Governance menjadikan perusahaan semakin dipercayai oleh
kreditor, investor dan mitra lain. Karena semakin baik kualitas penerapan
Corporate Governance berarti perusahaan akan semakin memperhatikan
tingkat kualitas laba perusahaan tersebut dengan menerapkan akuntansi
Terdapat beberapa peneliti telah meneliti adanya pengaruh Corporate
Governance terhadap konservatisme. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif Corporate Governance yang diukur dengan dewan komisaris
terhadap konservatisme (Indrayati, 2010). Semakin besar ukuran dewan
komisaris maka semakin besar kekuatan dari dewan komisaris dalam
melakukan pengawasan sehingga penggunaan akuntansi yang konservatif
akan semakin tinggi pula. Sedangkan mekanisme Corporate Governance
yang diukur dengan komite audit juga berpengaruh positif terhadap
konservatisme (Rahmawati, 2010). Dengan adanya komite audit dalam suatu
perusahaan, maka proses pelaporan keuangan akan termonitor dengan baik
sehingga kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen akan dapat
terminimalisir. Komite audit ini akan memastikan bahwa perusahaan
menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang menghasilkan infomasi keuangan
perusahaan yang akurat dan berkualitas. Oleh karena itu, keberadaan komite
audit ini akan mendorong penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi
dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit ini akan
meningkatkan kualitas keseluruhan dari proses pelaporan keuangan
perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Begitupun dengan
mekanisme Corporate Governance yang diukur dengan kepemilikan
manajerial memiliki pengaruh positif terhadap konservatisme (Pramana
(2010). Watts (2003) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi merupakan
menerapkan konservatisme perusahaan akan lebih cepat mengakui berita
buruk dan tidak cepat mengakui berita baik. Hal tersebut menyebabkan nilai
yang disajikan dalam neraca lebih kecil dari nilai aktiva bersih yang akan
didistribusikan secara internal. Adanya potensi tindakan manajer yang
membesar-besarkan laba dan upanya untuk mentransfer kekayaan untuk diri
sendiri, maka pemegang saham menghendaki manajer untuk menerapkan
akuntansi yang lebih konservatif
CGPI merupakan salah satu informasi yang masuk di pasar modal.
Informasi mengenai CGPI diharapkan dapat memberikan dampak positif
terutama yang menyangkut kepercayaan investor atas dana yang
diinvestasikan. Semakin tinggi tingkat CGPI maka perusahaan akan semakin
konservatif. Dari uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Corporate Governance berpengaruh positif terhadap konservatisme
2. Pengaruh likuiditas terhadap konservatisme
Likuiditas merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar rasio likuditas
perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya dan mencerminkan bahwa kinerja perusahaan dalam mengelola
laporan keuangan itu sangat baik. Semakin besar rasio likuiditas maka
perusahaan akan semakin berhati-hati dari tindakan seperti pemanipulasian
laporan keuangan. Pada penelitian ini likuiditas diproksikan dengan current
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Purnama dan Daljono,
2013; Nasir, Ilham dan Yusniati, 2014; Hardinsyah, 2013) menunjukkan
bahwa likuditas berpengaruh positif terhadap konservatisme. Likuditas yang
tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Jika perusahaan
dengan kondisi keuangan yang kuat maka semakin konservatif. Kondisi
keuangan perusahaan yang kuat dan kredibel akan membuat biaya-biaya yang
melekat pada perusahaan tersebut semakin besar, contohnya bisa jadi adanya
tuntutan karyawan untuk menaikkan gaji dan upah. Semakin besar rasio
likuiditas maka perusahaan akan semakin berhati-hati, karena dengan
meningkatnya aktiva lancar suatu perusahaan, biaya-biaya yang ditanggung
juga semakin tinggi sehingga perusahaan akan lebih konservatif. Dari uraian
di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Likuiditas berpengaruh positif terhadap konservatisme
3. Pengaruh tingkat kesulitan keuangan perusahaan terhadap konservatisme
Prediksi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (Financial
Distress) yang kemudian mengalami kebangkrutan merupakan suatu analisis
yang penting bagi pihak-pihak seperti kreditur, investor dan mitra lain. Bagi
kreditur analisis ini menjadi bahan pertimbangan utama dalam memutuskan
menarik kembali piutangnya, menambah piutang untuk mengatasi kesulitan
tersebut atau mengambil kebijakan lain. Kesulitan keuangan mengakibatkan
perusahaannya serta dana untuk membayar hutangnya sehingga akan
membuat tingkat hutang semakin tinggi.
Teori signaling ini bisa diasumsikan bahwa pemberian informasi yang
mengakui adanya laba yang rendah dapat membantu mengurangi adanya
konflik antara manajer dan pemegang saham, karena manajer dengan teori ini
berusaha menyampaikan informasi secara jujur dengan penuh kehati-hatian.
Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan tetap menggunakan
akuntansi konservatif maka laporan keuangan menjadi understatement
sehingga akan memberikan sinyal buruk bagi pihak eksternal terutama pihak
kreditur sehingga pihak kreditur tidak akan memberikan pinjaman untuk
kelangsungan usaha perusahaan sehingga ketika perusahaan sedang
mengalami financial distress maka perusahaan tidak akan menerapkan
prinsip konservatisme dalam penyusunan laporan keuangan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Harahap, 2012) dan
(Pramudita, 2012) menunjukkan bahwa tingkat kesulitan keuangan
perusahaan berpengaruh positif terhadap konservatisme. Namun, penelitian
yang dilakukan oleh (Alhayati ,2013) dan (Mutmainah dan Nugroho, 2012)
menunjukkan bahwa tingkat kesulitan keuangan tidak berpengaruh terhadap
konservatisme.
Jika perusahaan mengalami financial distress maka perusahaan tidak
menerapkan prinsip konservatisme yang akan menimbulkan sikap pesimis
memberikan kepercayaan kepada kreditur dan investor bahwa perusahaan
akan tetap bertahan meskipun dalam kondisi kesulitan keuangan sehingga
perusahaan lebih memilih metode yang kurang konservatif agar kreditur akan
tetap memberikan pinjaman kepada perusahaan sehingga perusahaan akan
tetap berjalan. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3: Tingkat kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap
konservatisme
C. Model Penelitian
Bagian model penelitian ini menggambarkan hubungan antara variabel-variabel
penelitian dan bentuk hipotesis yang dirumuskan. Model penelitian dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
+
+
[image:39.612.156.487.487.597.2]-
Gambar 2.1 Model Penelitian Hubungan Antar Variabel Penelitian Corporate Governance
Likuiditas
Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek/Subyek Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang ikut dalam
pemeringkatan CGPI dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2011 - 2014. Data CGPI diperoleh dari situs majalah SWA.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ditentukan dengan tehnik purposive sampling.
Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang mengikuti pemeringkatan dalam Corporate Governance
Perception Indexs dan terdaftar di BEI periode 2011-2014.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2011-2014.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengumpulkan seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam penelitian. Data sekunder
adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat yang besarannya
dipengaruhi variabel independen (bebas). Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Laporan
laba rugi yang konservatif akan menunda pengakuan pendapatan yang
belum terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut akan segera
dibebankan pada periode tersebut dibandingkan menjadi cadangan (biaya
yang ditangguhkan) pada neraca. Rumus dari pengukuran konservatisme
yang dilakukan oleh Givoly dan Hyan adalah sebagai berikut :
CONACCit = NIit– CFOit
Keterangan :
CONACCit = tingkat konservatisme perusahaan i tahun t
NIit = net income ditambah depresiasi perusahaan i tahun t
Konservatisme dalam penelitian ini diproksikan dengan total
akrual, yaitu selisih antara laba bersih yang ditambah depresiasi dengan
arus kas operasi. Hasil tersebut dibagi dengan rata-rata total aktiva
perusahaan. Kemudian hasil dari CONACC dikali -1 supaya semakin
besar CONACC semakin besar konservatisme.
2. Variabel Independen
a. Corporate Governance
Corporate Governance merupakan suatu alat dan mekanisme yang
penting dalam memonitoring fungsi dan kegiatan dari kinerja manajer.
Dalam penelitian ini Corporate Governance diproksikan dengan indeks
Corporate Governace atau biasa disebut Corporate Governance
Perception Indexs (CGPI) yaitu indeks yang dihasilkan dari program riset
dan pemeringkatan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia
melalui perancangan riset yang mendorong perusahaan meningkatkan
kualitas penerapan konsep Corporate Governance melalui perbaikan
yang berkesinambungan dengan melaksanakan evaluasi dan
benchmarking. Corporate Governance Perception Indexs dapat diukur
dengan melihat perolehan skor pemeringkatan GCG dalam
pemeringkatan yang dilaksanakan oleh IICG sebagai lembaga swadaya
masyarakat independen bekerjasama dengan majalah SWA sebagai media
b. Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas juga dapat diartikan
kemampuan perusahaan untuk segera memenuhi kewajiban atau utang
yang harus dibayar dengan harta lancarnya. Perusahaan yang mempuyai
likuiditas sehat setidaknya memliki rasio lancer sebesar 100%. Dalam
penelitian ini likuiditas menggunakan proksi current ratio (CR) yang
artinya membandinkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Aktiva lancar (current assets) merupakan pos-pos yang berumur satu
tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha yang normal yang lebih
besar. Sedangkan kewajiban lancar (current liability) merupakan
kewajiban pembayaran dalam satu tahun atau siklus operasi yang normal
dalam usaha. CR dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
CR = current ratio
c. Tingkat kesulitan keuangan perusahaan
Tingkat kesulitan keuangan merupakan munculnya sinyal atau
gejala-gejala awal kebangkrutan terhadap penurunan kondisi keuangan yang
dialami oleh suatu perusahaan, atau juga kondisi yang terjadi sebelum
kegagalan perusahaan dalam kegiatan operasional untuk menghasilkan
suatu laba dan ketidakmampuan suatu perusahaan dalam melunasi
hutangnya. Kesulitan keuangan akan diukur dengan menggunakan Fungsi
diskriminan Z (Zeta) yang ditemukan oleh Altman (2000) dengan
menggunakan 5 rasio yang dapat digunakan untuk dapat melihat
perbedaan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Dimana
semakin besar nilai ZScore maka semakin tinggi tingkat kesulitan
keuangan perusahaan tersebut. Namun, Altman (2000) memodifikasi
ZScore karena persamaan yang lama hanya memiliki keakuratan 30%
(Altman dalam Sari dan Adhariani, 2009) . Fungsinya adalah sebagai
berikut :
Z = 0.717T1 + 0.874T2 + 3.107T3 + 0.42T4 + 0.998T5
Keterangan :
T1 = Selisih Current Asset dan Liabilities / Total Aset (%) T2 = Laba Ditahan / Total Aset (%)
T3 = Laba Sebelum Pajak / Total Aset (%) T4 = Nilai Buku Modal / Total Utang (%) T5 = Penjualan / Total Aset
3. Variabel Kontrol
a. Leverage
Leverage merupakan rasio antara jumlah jaminan dan dana yang
dipinjam yang dialokasikan untuk trading. Perusahaan dengan tingkat
antara pemegang saham dan pemegang obligasi yang akan
mempengaruhi permintaan kontraktual terhadap akuntansi konservatif
(Ahmed dan Duellman, 2007). Leverage dihitung dengan total hutang
jangka panjang dibagi rata-rata total aset.
b. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang
dihadapi perusahaan sehingga akan mempengaruhi penggunaan
prinsip akuntansi yang konservatif (Wardhani, 2008). Perusahaan yang
besar akan menghadapi biaya politis yang tinggi, sehingga untuk
mengurangi biaya politis tersebut maka perusahaan akan lebih
menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif.
Perusahaan-perusahan berukuran besar akan cenderung melaporkan laba rendah
secara relative permanen dengan menyelenggarkan akuntansi
konservatif. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
F. Metoda Analisa Data 1. Uji Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi pada setiap variabel penelitian.
Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah data,
nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini untuk
menguji apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya estimasi yang bias, mengingat tidak pada semua
data regresi dapat diterapkan. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan
uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2011). Alat pengujian yang digunakan adalah One Sample
Kolmogorov-Smirnov (KS), dengan kriteria pengujian α = 0,05
apabila sig > α (5%) maka residual terdistribusi normal, apabila sig <
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen (Ghozali, 2011). Untuk menguji adanya
multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar
variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation
factor (VIF). Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
tolerance value atau
Nilai Variance Factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan
batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10
maka terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Ghozali,
2011). Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat menggunakan uji
glejser yaitu dengan cara meregresikan antara variabel independen
dengan nilai absolute residualnya. Apabila sig > 0,05 maka tidak
d. Uji Autokorelasi
Uji auotokorelasi disini bertujuan untuk menguji apakah dalam
satu model regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode saat ini (t) dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1).
Jika terdapat autokorelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Untuk mengetahui gejala autokorelasi maka dapat
menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan kriteria bila nilai du
< DW< 4-dU berarti tidak terdapat masalah auotokorelasi.
3. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda dengan alasan bahwa variabel independennya lebih
dari satu. Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara
konservatisme dengan variabel-variabel independennya. Penelitian ini
menggunakan model regresi linier berganda dengan persamaan sebagai
berikut:
KONSER = β0 + β1CGPI + β2LIKUID + β3TKKP + β4LEV + β5SIZE+ e
Keterangan:
KONSER : Tingkat Pengungkapan Konservatisme β0 : Koefisien Konstanta
β12345 : Koefisien Regresi
LIKUID : Likuiditas
TKKP : Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan LEV : Leverage
SIZE : Ukuran Perusahaan e : Error
1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model
dalam menerangkan variabel independen model tersebut dalam
menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya. Nilai koefisien
determinasi berada di antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel–variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
2. Uji Nilai F (Uji Simultan)
Uji nilai F bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan nilai signifikansi. Jika nilai sig < α, maka
terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian ini menggunakan significance level
3. Uji Nilai t (Uji Signifikan Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui kemampuan masing-masing
variabel independen secara individu (parsial) dalam menjelaskan
perilaku variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan significance level 0,05 (α = 5%). Hipotesis didukung
apabila nilai p-value < alpha 5% dan koefisien regresi searah dengan
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
A. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mendapatkan bukti
empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam BEI tahun 2013 sampai
2015. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
3. Proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba.
4. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
5. Leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
6. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
7. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
8. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel
independen dalam penelitian ini mampu memberikan pengaruh
dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.
B. Saran
Beberapa saran dalam penelitian ini yang dapat dijadikan
pertimbangan dalam penelitian selanjutnya adalah:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan periode pengamatan
yang lebih lama sehingga memberikan kemungkinan yang lebih besar
untuk memperoleh kondisi sebenarnya serta menambah jumlah sampel
penelitian.
2. Menambahkan atau menggunakan variabel lain yang mungkin dapat
mempengaruhi manajemen laba.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan unit analisis yang
lebih luas seperti laporan keberlanjutan atau media pengungkapan
lainnya, sehingga informasi yang diperoleh dalam melakukan
penilaian tingkat manajemen laba menjadi lebih luas.
C. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat diperbaiki
dalam penelitian selanjutnya antara lain:
1. Rendahnya adjusted R2 dari model yang diuji dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015.
Dengan metode purposive sampling maka diperoleh 143 perusahaan yang
[image:53.612.146.533.303.608.2]disajikan dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Prosedur Pemilihan Sampel
Uraian Jumlah
Perusahaan manufaktur yang listing di BEI berturut selama 3
tahun
126
Perusahaan dengan mata uang dollar 25
Perusahaan dengan nilai ekuitas dan laba negatif 51
Perusahaan yang delisting di BEI tahun 2015 1
Perusahaan yang memenuhi kriteria 49
Jumlah laporan tahunan yang diteliti (tiga tahun) 147
Sampel yang mengalami outlier 4
B. Uji Kualitas Data 1. Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan
gambaran atau deskripsi pada setiap variabel penelitian. Statistik
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah data, nilai
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.
Penelitian ini menggunakan delapan variabel yaitu manajemen laba
(DAC), kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI),
proporsi dewan komisaris independen (PD), ukuran perusahaan (SIZE),
leverage (LEV), profitabilitas (PROF) dan kualitas audit (KAUD). Hasil
uji statistik deskriptif disajikan pada tabel 4.2
[image:54.612.151.541.432.672.2]Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAC 143 -3.26818 -.08803 -1.4345798 .66113762
KM 143 .00000 64.20715 2.8024709 9.22990658
KI 143 16.53539 98.95830 68.9847920 18.33132630
PD 143 .00000 133.33333 36.18743488 15.78159256
SIZE
143 17441.00000 91831526.0000 0
7524838.58741
26
15544878.1107
4738
LEV 143 .03720 1.99510 .4513029 .27918868
PROF 143 .09046 76.25762 11.5520311 13.33546962
KAUD 143 .00000 1.00000 .4615385 .50027078
Valid N
(listwise) 143
Berdasarkan Tabel 4.2 hasil statistik deskriptif menunjukkan
bahwa masing-masing variabel memiliki jumlah sampel sebanyak 143
perusahaan. Hasil statistik deskriptif untuk variabel manajemen laba
(DAC) menunjukkan rata-rata sebesar -1,4345798 dengan nilai standar
deviasi sebesar 0,66113762 serta nilai minimum sebesar -3,26818
dimiliki oleh perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk tahun 2015
dan nilai maksimum sebesar -0,08803 dimiliki oleh perusahaan Pyridam
Farma Tbk tahun 2015. Variabel kepemilikan manajerial (KM)
menunjukkan rata-rata sebesar 2,8024709 dengan nilai standar deviasi
sebesar 9,22990658 dan nilai minimum sebesar 0,0000 yang dimiliki
oleh beberapa perusahaan diantaranya yaitu perusahaan Astra Auto Part
Tbk tahun 2015, Budi Acid Jaya Tbk tahun 2015, Charoen Pokphand
Indonesia Tbk tahun 2015, Champion Pasific Indonesia Tbk tahun 2015,
Fajar Surya Wisesa Tbk tahun 2015, Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
tahun 2015, Indomobil Sukses International Tbk tahun 2015 serta nilai
maksimum sebesar 64,20715 yang dimiliki oleh perusahaan Star
Petrochem Tbk tahun 2015.
Variabel kepemilikan institusional (KI) menunjukkan rata-rata
sebesar 68,9847920 dengan nilai standar deviasi 18,33132630 dan nilai
minimum sebesar 16,53539 yang dimiliki oleh perusahaan Bakrie
Sumatera Plantations tahun 2015 serta nilai maksimum sebesar 98,95830
tahun 2015. Variabel proposi dewan komisaris independen (PD)
menunjukkan rata-rata sebesar 36,1874488 dengan nilai standar deviasi
sebesar 15,78159256 dan nilai minimum sebesar 0,00000 yang dimiliki
oleh beberapa perusahaan diantaranya yaitu Champion Pasific Indonesia
Tbk tahun 2015, 2014 dan 2013, Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
tahun 2015, 2014 dan 2013, Indofarma Tbk tahun 2014 dan 2013,
Unilever Indonesia Tbk tahun 2015, 2014 dan 2013 serta nilai
maksimum sebesar 133,33333 yang dimiliki oleh perusahaan Bentoel
International Investama Tbk tahun 2015.
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan rata-rata total aset
sebesar Rp.7524838,587416 ribu dengan nilai standar deviasi sebesar
Rp.15544878,110747 ribu dan nilai minimum sebesar Rp.17441,00000
ribu dimiliki oleh perusahaan Bakrie Sumatera Plantations tahun 2014
serta nilai maksimum sebesar Rp.91831526,00000 ribu dimiliki oleh
perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2015. Variabel
leverage (LEV) menunjukkan rata-rata sebesar 0,4513029 dengan nilai
standar deviasi sebesar 0,27918868 dan nilai minimum sebesar 0,03720
dimiliki oleh perusahaan Jaya Pari Steel Tbk tahun 2013 serta nilai
maksimum sebesar 1,99510 yang dimiliki oleh perusahaan Tunas Baru
Lampung Tbk tahun 2014.
Variabel profitabilitas (PROF) menunjukkan rata-rata sebesar
minimum sebesar 0,09046 dimiliki oleh perusahaan Indomobil Sukses
International Tbk tahun 2015 serta nilai maksimum sebesar 76,25762
dimiliki oleh perusahaan Berlina Tbk tahun 2014. Variabel kualitas
audit (KAUD) menunjukkan rata-rata sebesar 0,4615385 dengan nilai
standar deviasi sebesar 0,50027078 dan nilai minimum sebesar 0,00000
dimiliki oleh beberapa perusahaan diantaranya yaitu perusahaan Astra
International Tbk tahun 2015, 2014 dan 2013, Astra Auto Part Tbk tahun
2015, 2014 dan 2013, Budi Acid Jaya Tbk tahun 2015, 2014 dan 2013,
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk tahun 2015, 2014 dan 2013,
Champion Pasific Indonesia Tbk tahun 2015, 2014 dan 2013, serta nilai
maksimum sebesar 1,00000 dimiliki oleh beberapa perusahaan
diantaranya yaitu perusahaan Asahimas Flat Glass Tbk tahun 2015, 2014
dan 2013, Berlina Tbk tahun 2015, 2014 dan 2013, Charoen Pokphand
Indonesia Tbk tahun 2015, 2014 dan 2013, Fajar Surya Wisesa Tbk
tahun 2015, 2014 dan 2013.
C. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji
multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode uji
One-Sample Kolmogorov-Smirnov (KS). Pengujian ini digunakan
berdistribusi normal. Pengujian normalitas disajikan dalam tabel
[image:58.612.180.528.178.280.2]berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 143
Kolmogorov-Smirnov 0,063
Asymp. Sig (2-tailed) 0,200
Sumber: Hasil Olah Data, 2017
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, hasil uji normalitas menunjukkan
nilai Asymp sig 0,200 berada diatas 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka
distribusi dari populasi adalah normal, maka data dalam penelitian ini
berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan menganalisis
korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance
inflation factor (VIF). Hasil pengujian multikolinieritas disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Kesimpulan
[image:58.612.179.531.587.700.2]PROF 0,966 1,036 Tidak terjadi multikolinearitas KAUD 0,834 1,199 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber :Hasil Olah Data, 2017
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil pengujian multikolinearitas
menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel independen
memiliki nilai kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1. Dengan
demikian, disimpulkan bahwa model regresi bebas dari gangguan
multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisistas yang digunakan dalam penelitian
digunakan untuk menguji ada atau tidaknya kesamaan variance dari
satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan mnggunakan uji Glejser, dengan hasil
[image:59.612.169.527.472.656.2]yang dijelaskandalam tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Kesimpulan
KM 0,426 Tidak terjadi heteroskedastisitas KI 0,867 Tidak terjadi heteroskedastisitas
PD 0,681 Tidak terjadi heteroskedastisitas
SIZE 0,293 Tidak terjadi heteroskedastisitas
LEV 0,053 Tidak terjadi heteroskedastisitas
PROF 0,060 Tidak terjadi heteroskedastisitas
KAUD 0,116 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Pada tabel 4.5 hasil pengujian heteroskedastisitas melalui uji
glejser menunjukkan nilai signifikansi masing-masing varaibel
independen lebih besar dari 0,05 (>5%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung gangguan
heteroskedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Uji Autokolerasi berfungsi untuk menguji apakah dalam model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Hasil uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan
[image:60.612.173.535.450.506.2]uji Durbin- Watson (D-W) disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Hasil Olah Data, 2017
Hasil uji Durbin Watson (DW) yang tersaji dalam tabel 4.6.
menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*Durbin- Watson (DW)
adalah 1,9150 Rumus uji autokolerasi yang digunakan dalam penelitian
adalah DU < Dw < (4 – DU). Nilai DU pada tabel Durbin Watson (DW)
adalah 1,8303, maka nilai 4-DU= 2,1697, sehingga1,8303 < 1,9150 <
2,1697. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidakterjadi autokorelasi
dalam model regresi penelitian. Nilai DU Nilai
Durbin-Watson
Nilai 4-DU Kesimpulan
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis H1 sampai dengan H7 menggunakan analisis regresi
linier berganda, yaitu untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial (KM),
kepemilikan institusional (KI), proporsi dewan komisaris (PD), ukuran
perusahaan (SIZE), leverage (LEV), profitabilitas (PROF) dan kualitas audit
(KAUD) terhadap manajemen laba (DAC). Hasil pengujian statistik
[image:61.612.161.520.314.579.2]menggunakan regresi linier berganda disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel Koefisien
Regresi t Hitung
Sig. Kesimpulan
KM 0,007 1,321 0,189 Tidak Terdukung
KI -0,007 -2,618 0,010 Terdukung
PD 0,006 1,870 0,064 Tidak Terdukung
SIZE -8,160 -2,503 0,014 Terdukung
LEV -0,522 -2,972 0,004 Tidak Terdukung
PROF -0,015 -4,033 0,000 Tidak Terdukung
KAUD -0,060 -0,568 0,571 Tidak Terdukung
Konstanta -0,674 -3,060 0,003 Koefisien
Determinasi (R2)
0,284
Adjusted (R2) 0,247
F Hitung 7,638
Signifikansi 0,000 Sumber : Hasil Olah Data, 2017
1. Uji Nilai t
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.7
didapatkan hasil bahwa Hipotesis 1, variabel kepemilikan manajerial
nilai signifikansinya yaitu nilai sig 0,189 > α (0,05). Hipotesis yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif
terhadap manajemen laba tidak berhasil didukung.
Untuk hipotesis 2, variabel kepemilikan institusional (KI)
ditemukan bepengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini
dilihat dari nilai signifikansinya yaitu 0,010 < α (0,05) dan nilai
koefisien beta menunjukkan arah negatif yaitu -0,007. Dimana
hipotesis yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh <