ANALISIS EKSTERNAL DAN INTERNAL DALAM MENENTUKAN TINGKAT RESIKO NON PERFORMING FINANCING BANK
PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA
(External and Internal Analyses in Determining Non Performing Financing Risk of Sharia Rural Bank in Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Oleh
Erica Fricillia Romadhoni 20130430074
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR SINGKATAN ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TIJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori ... 11
1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah ... 11
2. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah ... 13
3. Risiko Perbankan ... 14
4. Pembiayaan ... 17
5. Prinsip analisa pembiayaan ... 20
6. Non Performing Finance ... 22
7. Faktor yang mempengaruhi resiko NPF ... 23
a. Gross Domestic Product ... 24
b. Inflasi ... 25
c. Kurs ... 26
d. Resiko pembiayaanmurabahah ... 28
e. Profit Loss Sharing ... 29
ii
C. Kerangka Pemikir ... 32
D. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Jenis dan sumber data ... 36
B. Metode Pengumpulan data ... 37
C. Metode Analisis ... 39
1. Analisis Linear Berganda ... 39
2. Analisis Uji Asumsi Klasik ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 48
B. Hasil dan Pembahasan ... 48
1. Uji Asumsi Klasik ... 56
2. Uji Statistik ... 61
BAB V PENUTUP ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
1.1 Komposisi Pembiayaan yang diberikan BPRS ... 5
1.2 Pembiayaan BPRS berdasarkan Kualiatas Pembiayaan ... 7
2.1 Kreteria kesehatan Non Performing Finance ... 22
4.1 Non Performing Finance 2011-2015 ... 46
4.2 Gross Domestic Product 2011-2015 ... 48
4.3 Perkembangan Inflasi 2011-2015 ... 50
4.4 Perkembangan Kurs mata uang asing 2011-2015 ... 52
4.5 Perkembangan Alokasi Pembiayaan Murabahah ... 53
4.6 Profit Loss Sharing 2011-2015 ... 56
4.7 Uji Heteroskedastisitas ... 60
iv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Grafik Kerangka Pemikiran ... 35
4.1 Uji Normalitas ... 57
4.2 Uji Serial Regresi ... 58
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Erica Fricillia Romadhoni Nomor Mahsiswa : 20130430074
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS EKSTERNAL DAN INTERNAL DALAM MENENTUKAN TINGKAT RESIKO NON PERFORMING FINANCING BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftra Pustaka. Apabila ternyta skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut di batalkan.
Yogyakarta,28 Desember 2016
Motto
“Dream in life, do not live in a dream” - andera hirata-“Ajaibnyawaktu, masalalu yang
menyakitkanlambatlaunbolehberubahmenjelmamenjadi nostalgia romantik yang tidakingindilupakan.”-anderea hirata, sang pemimpi “
“ Doa itu melunakkan yang keras, menentramkan yang bersedih, mendekatkan yang jauh, menguatkan yang lemah, menyatukan yang terpisah dan menjadikan tiada menjadi ada “ - arnova reswari, 16 01
15-Persembahan
Untuk mama dan ayah ku tercinta (Ayah Rustam Edward & mama Riza Yuliana)
Untuk ibu dan bapak angkat ku terkasih (Bapak Ades dan ibu Laila )
Untuk Kakak ku tersayang (Efriza Amillia)
Untuk Almamaterku tercinta
Untukbeloved life partner(Fajar David Budiarga)
Untuk anak Kost Putri Mranggen tercinta ( mbak Juli, mbak Mia, Nanda, Dinda, Arum, Pak Umar, Mba Eka, Duwi, Buge, Resti,Mbak Imas)
Untuk sahabat sahabat terbaikku kakak kakak tercantik (Kak Aisyah dan Kak Mika)
Untuk Keluarga KKN 142 yang selalu mendukung dan memberi pelajaran termanis pasca KKN bulan agustus (Bayu, Falih, Rifai, Bang Sihab, Mbak Neti, Mbak Sasi, Mama Endah, Om Oky, Bembi Fajar, Alfiddah, Mba Tata, Kak Mika, Kak Nurma)
Untuk sepupu sepupu ku tercinta yang tak berhenti mendukung (Iqbal, Kak Tya, Dita, Ayu, Puput, Intan, Zidan, Kak Septi, Kak Arti, Bang Apdi, Kak Bella, Kak Novan, Ifah, Firda.
Untuk ponakan ku tercinta (Putri Alani Syakhila dan Anindiya Faiza Amalia)
Untuk teman teman seperjuangan Ilmu Ekonomi 2013 yang the best (Zozo, Helda, Clara, Laily, Donna, Eni, Ririn, Mayang, Hevi, Meri, Firda, Eni, Lailik )
Untuk temen temen satu bimbingan bersama bunda Dyah Titis Kusuma Wardani (Eko, Afrizal, Lailia, Heni, Ismi)
INTISARI
eksternal maupun internal yang mempengaruhi tingkat resiko NPF di BPRS selain daripada resiko NPF jugaakan dipengaruhi oleh persyaratan kriteria bagi pihak-pihak yang akan mengajukan pembiayaan kepada BPRS yaitu 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy dan Collateral serta 1S (Syariah). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar faktor-faktor baik eksternal dan internal berpengaruh dalam menentukan tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pembiayaan di BPRS yang telah dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Statistik Perbankan Syariah secara Triwulan, tahun 2011-2015. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu pertumbuhan GDP Riil dan Rasio Return PembiayaanProfit loss sharingdibanding Return Total Pembiayaan (RR) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap NPF, inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap NPF. Sedangkan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh positif signifikan terhadap NPF. Temuan yang terakhir adalah bahwa Rasio Pembiayaan Murabahah dibanding PLS (RF) berpengaruh negatif signifikan terhadapNon Performing FinancingBPRS di Indonesia.
Kata kunci : NPF, GDP, Inflasi, Kurs, PembiayaanMurabahah,Profit Loss Sharing,RF dan RR.
Abstract
Non Performing Financing (NPF) is a financing problem in BPRS that is closely related to the performance of BPRS. Therefore, it is needed to analyse both external and internal factors which affect the rate of NPF risk in BPRS. Moreover, NPF risk is also influenced by the criteria of Shariah Bank’s borrowers that is 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy and Collateral and 1S (Shari’ah). This study aims to analyse on how strong the factors both external and internal influence in determining NPF risk of BPRS in Indonesia. The data is used in this study is financing data in BPRS around Indonesia that have been published by Financial Services Authority (OJK) and Shariah Banking Statistics quarterly year, from 2011-2015. Method of data analysis is used in this research is Ordinary Least Square (OLS). The results show that, GDP and Return Ratio of Profit Loss Sharing (RR) have positive but insignificant effects on NPF risk, inflation has negative impact but insignificant on NPF risk. In addition, Exchange Ratehas positive and significant on NPF. Finally, the ratio of Murabahah Financing Allocation (RF) has negative and significant effect on NPF risk of BPRS in Indonesia.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan
rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Ekternal dan Internal dalam
Menentukkan Non Performing Finance Bank Perkreditan Rakyat Syariah di
Indonesia”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi
organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian seterusnya.
Penyelesian skrpsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukunga dari pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang
telamemberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis
menyelesaikan studi.
2. Ibu Dyah Titis Kusuma Wardani,SE.,MIDEc yang dengan kesabaran telah
3. Ayah dan Mama serta kakaku yang senantiasa memberikan dorongan dan
perhatian kepada penulis hingga bisa menyelesaikan studi ini
4. Teman hidup tebaik yang selalu membantu dan memberikan semangat untuk
segera menyelesaikan studi
5. Sahabat sahabat terbaik yang tak pantang memberikan dorongan kepada penulis
untuk memudahkan proses penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,oleh karena itu,
kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk
kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta,28 Desember 2016
DAFTAR SINGKATAN
( LIST OF ABREVIATION)
NPF : Non Performing Finance, yaitu pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang terjadi pada Bank Syariah
BPRS : Bank Perkreditan Rakyat Syariah
UUS : Unit Usaha Syariah
BUS : Bank Umum Syariah
PLS : Profit Loss Sharing
GDP : Gross domestic Product
ROA : Retrun on assets, yaitu rasiop laba sebelum pajak (disetahunkan) terhadap total ast rata-rata
ROE : Retrun on equity, yaitu rasio laba setelah pajak (disetahunkan) terhadap total modal rata-rata
FDR : Financing to deposit ratio, yaitu rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga
NPL : Non Performing loud, yaitu Kredit macet yang terjadi di bank
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Erica Fricillia Romadhoni Nomor Mahsiswa : 20130430074
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS EKSTERNAL DAN INTERNAL DALAM MENENTUKAN TINGKAT RESIKO NON PERFORMING FINANCING BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftra Pustaka. Apabila ternyta skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut di batalkan.
Yogyakarta,28 Desember 2016
Motto
“Dream in life, do not live in a dream” - andera hirata-“Ajaibnyawaktu, masalalu yang
menyakitkanlambatlaunbolehberubahmenjelmamenjadi nostalgia romantik yang tidakingindilupakan.”-anderea hirata, sang pemimpi “
“ Doa itu melunakkan yang keras, menentramkan yang bersedih, mendekatkan yang jauh, menguatkan yang lemah, menyatukan yang terpisah dan menjadikan tiada menjadi ada “ - arnova reswari, 16 01
15-Persembahan
Untuk mama dan ayah ku tercinta (Ayah Rustam Edward & mama Riza Yuliana)
Untuk ibu dan bapak angkat ku terkasih (Bapak Ades dan ibu Laila )
Untuk Kakak ku tersayang (Efriza Amillia)
Untuk Almamaterku tercinta
Untukbeloved life partner(Fajar David Budiarga)
Untuk anak Kost Putri Mranggen tercinta ( mbak Juli, mbak Mia, Nanda, Dinda, Arum, Pak Umar, Mba Eka, Duwi, Buge, Resti,Mbak Imas)
Untuk sahabat sahabat terbaikku kakak kakak tercantik (Kak Aisyah dan Kak Mika)
Untuk Keluarga KKN 142 yang selalu mendukung dan memberi pelajaran termanis pasca KKN bulan agustus (Bayu, Falih, Rifai, Bang Sihab, Mbak Neti, Mbak Sasi, Mama Endah, Om Oky, Bembi Fajar, Alfiddah, Mba Tata, Kak Mika, Kak Nurma)
Untuk sepupu sepupu ku tercinta yang tak berhenti mendukung (Iqbal, Kak Tya, Dita, Ayu, Puput, Intan, Zidan, Kak Septi, Kak Arti, Bang Apdi, Kak Bella, Kak Novan, Ifah, Firda.
Untuk ponakan ku tercinta (Putri Alani Syakhila dan Anindiya Faiza Amalia)
Untuk teman teman seperjuangan Ilmu Ekonomi 2013 yang the best (Zozo, Helda, Clara, Laily, Donna, Eni, Ririn, Mayang, Hevi, Meri, Firda, Eni, Lailik )
Untuk temen temen satu bimbingan bersama bunda Dyah Titis Kusuma Wardani (Eko, Afrizal, Lailia, Heni, Ismi)
INTISARI
eksternal maupun internal yang mempengaruhi tingkat resiko NPF di BPRS selain daripada resiko NPF jugaakan dipengaruhi oleh persyaratan kriteria bagi pihak-pihak yang akan mengajukan pembiayaan kepada BPRS yaitu 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy dan Collateral serta 1S (Syariah). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar faktor-faktor baik eksternal dan internal berpengaruh dalam menentukan tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pembiayaan di BPRS yang telah dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Statistik Perbankan Syariah secara Triwulan, tahun 2011-2015. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu pertumbuhan GDP Riil dan Rasio Return PembiayaanProfit loss sharingdibanding Return Total Pembiayaan (RR) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap NPF, inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap NPF. Sedangkan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh positif signifikan terhadap NPF. Temuan yang terakhir adalah bahwa Rasio Pembiayaan Murabahah dibanding PLS (RF) berpengaruh negatif signifikan terhadapNon Performing FinancingBPRS di Indonesia.
Kata kunci : NPF, GDP, Inflasi, Kurs, PembiayaanMurabahah,Profit Loss Sharing,RF dan RR.
Abstract
Non Performing Financing (NPF) is a financing problem in BPRS that is closely related to the performance of BPRS. Therefore, it is needed to analyse both external and internal factors which affect the rate of NPF risk in BPRS. Moreover, NPF risk is also influenced by the criteria of Shariah Bank’s borrowers that is 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy and Collateral and 1S (Shari’ah). This study aims to analyse on how strong the factors both external and internal influence in determining NPF risk of BPRS in Indonesia. The data is used in this study is financing data in BPRS around Indonesia that have been published by Financial Services Authority (OJK) and Shariah Banking Statistics quarterly year, from 2011-2015. Method of data analysis is used in this research is Ordinary Least Square (OLS). The results show that, GDP and Return Ratio of Profit Loss Sharing (RR) have positive but insignificant effects on NPF risk, inflation has negative impact but insignificant on NPF risk. In addition, Exchange Ratehas positive and significant on NPF. Finally, the ratio of Murabahah Financing Allocation (RF) has negative and significant effect on NPF risk of BPRS in Indonesia.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan
rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Ekternal dan Internal dalam
Menentukkan Non Performing Finance Bank Perkreditan Rakyat Syariah di
Indonesia”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi
organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian seterusnya.
Penyelesian skrpsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukunga dari pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang
telamemberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis
menyelesaikan studi.
2. Ibu Dyah Titis Kusuma Wardani,SE.,MIDEc yang dengan kesabaran telah
3. Ayah dan Mama serta kakaku yang senantiasa memberikan dorongan dan
perhatian kepada penulis hingga bisa menyelesaikan studi ini
4. Teman hidup tebaik yang selalu membantu dan memberikan semangat untuk
segera menyelesaikan studi
5. Sahabat sahabat terbaik yang tak pantang memberikan dorongan kepada penulis
untuk memudahkan proses penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,oleh karena itu,
kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk
kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta,28 Desember 2016
DAFTAR SINGKATAN
( LIST OF ABREVIATION)
NPF : Non Performing Finance, yaitu pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang terjadi pada Bank Syariah
BPRS : Bank Perkreditan Rakyat Syariah
UUS : Unit Usaha Syariah
BUS : Bank Umum Syariah
PLS : Profit Loss Sharing
GDP : Gross domestic Product
ROA : Retrun on assets, yaitu rasiop laba sebelum pajak (disetahunkan) terhadap total ast rata-rata
ROE : Retrun on equity, yaitu rasio laba setelah pajak (disetahunkan) terhadap total modal rata-rata
FDR : Financing to deposit ratio, yaitu rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga
NPL : Non Performing loud, yaitu Kredit macet yang terjadi di bank
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam
menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang
mempertemukan antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan
dana. Melalui pinjaman, perbankan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
kelancaran usahanya. Kegiatan perbankan lainnya yaitu penyimpanan dana. Dalam
kegiatan ini, pihak perbankan berusaha menawarkan keamanan danaterbaik kepada
nasabah dengan jasa yang diperoleh .
UU No. 10 Tahun 1998 tentang bank, bahwa “Bank adalah lembaga penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat”Sedangkan regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008. “Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan pinsip syariah. Berdasarkan dengan jenisnya bank syariah terdiri dari atas: Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)”(Andi, 2009).
Bank syariah juga sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dan
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan dari satu pihak kepada
pihak lain untuk medukung investasi yang telah direncanakan (Mohammad, 2005).
Pada mulanya pembentukan syariah banyak diragukan, karena beberapa alasan:
Pertama, banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan syariah yang bebas
bunga (interest-free base) adalah sesuatu yang tidak lazim. Tidak adanya sistem
bunga atau riba dalam bank syariah dikarenakan, menurut keyakinan Muslim,
bahwasannya riba diharamkan menurut prinsip syariah. Kedua, adanya pertanyaan
tentang bagaimana bank membiayai akanoperasinya (Ensiklopedia Islam, 2014), jika
bank beroperasi tanpa adanya unsur bunga yang merupakan unsur pendapatan ketika
bank meminjamkan modal (pincipal) kepada nasabah atau nasabah menitipkan
dananya kepada bank untuk dikelola atau diinvestasikan kembali. Akan tetapi di lain
pihak sangat mendukung tumbuh dan berkembangnya bank syariah, sebab Bank
Syariah merupakan salah satu alternatif pengembangan ekonomi Islam.
Pembiayaan menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, adalah “Penyediaan
uang atau tagihan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak tersebut yang mewajibkan pihak dibiayai untuk mengembalikan sejumlah uang dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil“(Kasmir, 2004). Perkembangan pembiayaan terutama di Indonesia menyebar luas. Pembiayaan terbesar terdapat di provinsi DKI
Jakarta sebesar 40,98 persen,yakni sebesar Rp77,1 Triliun dari total pembiayaan.
Untuk pulau Jawa, sebaran pembiayaan tersebar merata, yakni berkisar antara Rp 5
hingga 10 Triliun, kecuali di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di pulau Sumatra,
Bangka-Belitung, Bengkulu, dan Sumatra Utara. PulauKalimantan memiliki sebaran
pembiayaan yakni sebesar Rp1 sampai 5 Triliun, kecuali di provinsi Kalimantan
Tengah (Rp645 Miliar). Di pulau Sulawesi, sebaran pembiayaanterbesar di miliki oleh
Sulawesi Selatan (Rp4,9 Triliun), sementara daerah lainnya bervariasi (antara Rp500
Miliarhingga 1 Triliun) dan kurang dari Rp 5 Miliar. Dalam pemberianpembiayaan
atau penyaluran kredit, terdapat masalah pengembalian danadisebut Non Performing Loan (NFL) yang artinya pembiayaan bermasalah (kredit macet). Sedang pada bank syariah disebut sebagai Non Performing Financing (NPF). Pembiayaan bermasalah merupakan suatu resiko dalam melakukan pembiayaan. Dijelaskan bahwa
pembiayaan bermasalah terjadi akibat counterparty dalam memenuhi kewajiban. Disatu sisi, resiko tersebut timbul dari berbagai aktifitas fungsional bank, seperti
penyaluran dana, investasi dan kegiatan jasa perdagangan yang tercatat dalam buku
bank.
Dilain sisi, terjadi karena kinerja debitur yang buruk, ketidakmampuan debitur
dalam memenuhi dana yang telah dibiayai oleh bank. Dalam hal ini, perhatian bank
bukan hanya kondisi keuangannya dan nilai jaminan kredit tetapi termasuk juga
karakter debitur yang melakukan pembiayaan. Berkaitan dengan hal itu, dalam
memberikan pembiayaan kepada nasabah dengan memperhatikan prinsip utama yang
berkaitan kondisi secara keseluruhan calon debitur. Di dunia perbankan syariah
pasti sifat nasabah yang berkeinginan mengajukan pembiayaan. Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir resiko pembiayaan bermasalah atau
kredit macet yang terjadi. Disamping itu, perbankan bisa mengetahui apa penyebab
pembiayaan bermasalah terjadi dan mampu menangani pembiayaan bermasalah
tersebut.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) mempunyai peran penting bagi
masyarakat luas terutama dalam pengembangan UKM atau UMKM di Indonesia.
Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008, BPRS memiliki fungsi yang sama dengan Bank
Umum lainnya, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang kekurangan
dana dengan pihak yang mempunyai dana berlebih. Namun yang menjadi
perbedaannya terdapat pada kegiatan lalu lintas pembayaran. Dalam kurun waktu
beberapa tahun lalu, rata-rata pertumbuhan BPRS sekitar 31, 27% selamalima tahun
terakhir. Berdasarkan data statistik perbankansyariah, hingga Desember 2014, total
aset BPRS telah mencapai Rp 6, 5 Triliun.
Disamping itu, secara kelembagaan jumlah BPRS pun meningkat sampai
bulan Desember 2014. BPRS telah memiliki 163 bank dan439 kantor yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Kinerja BPRS mengalami peningkatan yang cukup
signifikan setiap tahunnya. Berdasarkan laporan laba rugi gabungan BPRS
menyatakan bahwa, total pendapatan BPRS pada tahun 2012 tercatat Rp 593.366
753.272 Miliar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan BPRS mengalami
peningkatan yakni sebesar Rp 159.906 Miliar atau 26, 95%.
Sama halnya dengan Bank Umum, BPRS juga mempunyai fungsi dalam
menghimpun dana masyarakat. Perbedaannya, dalam menghimpun dana, BPRS
menggunakan kontrak khusus yang dalam syariah disebut wadiah. Selain produk
wadiah juga tabungan dan deposito berjangka.
Dalam penyaluran dana perbankan syariah menawarkan produk
pembiayaan-pembiayaan, dengan menggunakan beberapa akad seperti: akad bagi
hasil atau profit-loss sharing (equity-based financing) yaitu mudharabah dan musyarakah, akad jual beli yang berupa piutang (debt-based financing) yakni murabahah, istishna, salamdanqardh(pinjam-meminjam). Juga akad sewa menyewa (ijarah). Sehingga, secara singkat bisa dikatakan bahwa setengah dari total
pembiayaan menggunakan akad jual beli yang berupa piutang, serta jenis pembiayaan
murabahah cukup banyak di BPRS. Skema tersebut banyak diterapkan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia
perbankan pada umumnya.
Untuk mengetahui secara jelas fakta tentang pembiayaan yang dominan
disalurkan oleh BPRS, berikut ini disajikan tabel terkait komposisi pembiayaan yang
diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan. Data yang diambil dalam kurun waktu lima
Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan BPRS (Juta Rupiah)
Akad 2011 2012 2013 2014
(Desember)
2015 (April )
Mudarabah 75.807 99.361 106.851 122.467 133.805
Musyarakah 246.796 321.131 426.528 567.658 582.366
Salam 20 197 26 16 16
Istishna 23.673 20.751 17.614 12.881 12.059
Ijarah 13.815 13.522 8.318 5.179 6.614
Qardh 72.095 81.666 93.325 97.709 108.523
Multijasa 89.230 162.245 234.469 233.456 270.571
Murabahah 2.154.494 2.854.646 3.546.361 3.965.543 4.212.147
Total
Pembiayaan 2.675.930 3.533.520 4.433.492 5.004.909 5.326.101
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2011-2015
Dilihat dari tabel diatas, bahwa sebagian besar pembiayaan yang sering
disalurkan adalah melaluiakadmurabahah, yaitu tiga perempat lebih dari total seluruh pembiayaan. Jika dilihat dari total pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS,
pertumbuhan pembiayaan mengalami perubahan selama tiga tahun dalam lima tahun
periode. Pertumbuhan terbesar terjadi pada April tahun 2015 yaitu sebanyak
transaksi. Menurut Rahmawati (2007) yang selaras dengan Sula (2010), bahwa salah
satu produk yang terjadi “primadona” yang digunakan untuk transaksi perbankan
syariah adalahmurabahah.
Bank dalam penyaluran pembiayaan terdapat dua model yang digunakan yaitu
pembiayaan prinsip jual beli dan pembiayaan prinsip bagi hasil. Pendapatan bank
yang sangat di tentukan oleh besarnya keuntungan yang diterima dari pembiayaan
yang disalurkan oleh bank. Besarnya keuntungan yang diterima oleh prinsip jual beli
berasal dari mark upyang ditentukan menurut kesepakatan antara bank dan nasabah. Lain halnya, pendapatan dari prinsip bagi hasil yang ditentukan berdasarkan
kesepakatan banyaknya nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan
nasabah. Model bagi hasil tersebut banyak mengandung resiko. Dengan demikian,
sektor bank harus aktif berusaha mengantisipasi terjadi kemungkinan kerugian
terhadap nasabah sejak awal (Muhammad,2008)
Profil resiko pembiayaan BPRS dapat dilihat dari rasio pembiayaan
bermasalah (Non Performing Financing) dan pembentukan cadangan (cash provision).
Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi BPRS, karena itu
mempengaruhi permodalan BPRS tersebut karena dengan NPF yang tinggi akan
menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang rendah akan meningkatkan nilai
profitabilitas BPRS tersebut.
Ratio NPF di lihat dari kualitas pembiayaan, yaitu besar kredit yang berada
dalam kondisikurang lancar,diragukandanmacetdan di bandingkan dengan total
jumlah kredit yang di berikan. Besar persentase NPF yang telah ditentukan oleh Bank
Indonesia, untuk Bank BPRS maupun konvesional batas NPF sebesar 7% untuk bank
umum syariah sedang untuk bank kovensional sebesar 5%. Apabila melebihi batas
NPF yang telah ditentukan, maka akan berpengaruh terhadap penilaian tingkat
kesehatan bank. Disamping itu, ketika resiko pembiayaan meningkat maka margin
atau bunga (bank konvensional) akan meningkat pula. Sementara sistem perbankan
syariah tidak mengenal instrumen bunga, tetapi pembagian keuntungan dan kerugian
(profit-loss sharing). Sehingga keuntungan bank syariah tidak ditentukan pada tingkat
bunga yang telah ditetapkan dimuka.
Besaran Rasio NPF dalam lima tahun belakangan ini selalu berada di batas
ketentuan. Dibawah ini disajikan tabel terkait pembiayaan BPRS berdasarkan kualitas
pembiayaan.
Tabel 1.2 Pembiayaan BPRS Berdasarkan Kualitas Pembiayaan
(Juta Rupiah)
Kolektivitas
Lancar 2.512.328 3.334.885 4.145.119 4.610.238 4.829.382
Non Lancar 163.602 218.635 288.373 394.671 496.720
Kurang lancar 49.319 72.806 90.581 136.251 174.121
Diragukan 44.663 51.649 65.847 81.069 108.815
Macet 69.620 94.180 131.945 177.351 213.784
Total
Pembiayaan 2.675.930 3.533.520 4.433.492 5.004.909 5.326.101
PersentaseNP
F 6,11 % 6.15 % 6,50 % 7,89 % 9,33 %
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK),2011-2015
Menurut Laporan Statistika Perekonomian Bank Indonesia khusus untuk
BPRS bahwa untuk persentase kolektifitas pembiayaan untuk 5 tahun terakhir ini,
tercatat secara persentase, NPF terbesar pada April 2015 sebesar 9, 33%, dengan
kategori pembiayaan macet sebesar Rp 213.784 juta. Demikian hal tersebut terjadi
karena beberapa faktor yang menentukan. Berdasarkan tingkat fluktuasi NPF yang
cukup tinggi,oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mentidaklanjuti hal tersebut,
dengan judul “Analisis Eksternal dan Internal dalam menentukan Tingkat Resiko
Non Performing FinancingBPRS di Indonesia “.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan itu, maka pertanyaan penelitian ini adalah,
Return Total Pembiayaan (RR) berpengaruh secara parsial dalam menentukan
tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia?
2. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat resiko NPF
BPRS di Indonesia.?
3. Jenis pembiayaan apa yang cenderung mengalami pembiayaan bermasalah
sehingga berdampak pada kinerja BPRS di Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk,
1. Mengidentifikasi apakah variabel GDP, Inflasi, Kurs, Rasio Alokasi
Pembiayaan Murabahah terhadap Alokasi Pembiayaan PLS (RF) dan Rasio Return PLS terhadap Return Total Pembiayaan (RR) berpengaruh secara
parsial dalam menentukan tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang berpengaruh signifikan terhadap
tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia.
3. Mengidentifikasi jenis pembiayaan yang cenderung mengalami pembiayaan
bermasalah sehingga berdampak pada kinerja BPRS.
D. Manfaat Penelitian
Merupakan suatu pembelajaran baru yang didapat yaitu usaha dalam menganalisa
suatu laporang keuangan dan diharapkan penulisa bisa mengaplikasikan teori yang
didapat selama perkuliahan guna untuk memecahkan masalah
2. Bagi Lembaga Keuangan
Menambah informasi kepada masyarakat khususnya para praktisi lembaga
keuangan dan berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi dan data
yang di dapat untuk membentuk inovasi baru di bidang keuangan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada 3 jenis pembiayaan dalam BPRS yaitu
jenis pembiayaan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah. Mengingat jumlah dan rasio jenis pembiayaan tersebut cukup besar terhadap total pembiayaan di BPRS
sehingga dampaknya akan menjadi signifikan mempengaruhi NPF. Sehingga
penelitian ini juga mengelompokkan 3 jenis pembiayaan tersebut menjadi 2 kelompok
pembiayaan; yang pertama jenis pembiayaan berdasarkan akad piutang jual beli
(debt-based financing) yaitu Murabahah; yang kedua adalah jenis pembiayaan bedasarkan modal dengan akad bagi hasil (equity-based financing ) yaitu
BAB2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian“bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Siamat, 2005). Berdasarkan definisi tersebut, terlihat bahwa aktivitas utama bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang menjadi sumber
dana bank, kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit, yang sebaiknya tidak
hanya didorong oleh motif memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi bank tetapi
juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Susilo, dkk (2000) menuliskan bahwa secara umum, fungsi utama bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat
untuk berbagai tujuan atau sebagaifinancial intermediary. Secara spesifik fungsi bank dapat dirinci sebagai berikut:
akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan,
begitu pula bank akan menyalurkan dananya kepada masyarakat apabila ada unsur
kepercayaan.
b.Agent of Developmentsektor moneter dan sektor riil mempunyai interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik
apabila tidak didukung oleh sektor moneter. Sehingga kegiatan bank dalam
menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat memungkinkan
masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa,
mengingat kegiatan tersebut berkaitan dengan penggunaan uang. Dan kelancaran
kegiatan tersebut mendorong adanya pembangunan perekonomian dalam masyarakat.
c.Agent of Serviceselain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat, dimana jasa tersebut
erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, seperti jasa
pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, dan jasa penyelesaian tagihan. Jenis
Bank berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas:
A. Bank Umum
B. Bank Perkreditan Rakyat
Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya.
BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan serta kegiatan
system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah (bank syariah). Sementara prinsip kegiatan BPR
dibatasi pada kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
(bank pembiayaan rakyat syariah).
Menurut (Pasal 1 ayat 3) Undang-undang (UU) Perbankan No.7 Tahun 1992,
“Bank Perkereditan Syari’ah adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan
uang hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan dan bentuk lainnya ,dalam bentuk tersebut adanya menyalurkan dana sebagai usaha BPR“. Sedangkan menurut (Pasal 1 Ayat 4) No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga
keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah.” Dengan demikian, Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah
dapat didefinisikan sebagai sebuah lembaga keuangan sebagaimana Bank Perkreditan
Rakyat yang konvensional, yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah
2. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Tujuan didirikannya BPR Syariah adalah:
· 1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat
lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
· 2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
· 3. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan
pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.
3. Resiko Perbankan
Dalam sektor perbankan, terdapat resiko yang dapat menimbulkan kerugian yang
sangat penting untuk di kelola. Resiko tersebut akan menjadi pertimbangan bank pada
setiap jenis pembiayaan dalam memilih jenis akad yang dipakai serta penerapan
manjemen resiko bank yang memicu shareholder value, yaitu memberikan gambaran kepada pengelola bank tentang potensi kerugian di masa depan serta meningkatkan
daya saing bank.
Menurut peraturan Bank Indonesia PBI No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya No.
11/25/PBI/2009 tentang penerapan manajemen resiko pada bank umum, terdapat 8
resiko yang harus dikelola oleh bank, yaitu :
a) Resiko Kredit
Resiko kredit adalah resiko yang terjadi kerika debitur tidak bisa memenuhi
kewajibannya kepada bank. Potensi resiko ini dapat terjadi pada aktivitas operasional
bank seperti perkreditan, aktivasi treasuri dan investasi, dll
b) Resiko Pasar
Resiko pasar adalah resiko yang terjadi akibat perubahan kondisi pasar terkait
c) Resiko likuiditas
Resiko likuiditas adalah resiko yang terjadi karena bank tidak mampu memenuhi
kewajiban jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas atau dari aset likuid
berkualiatas tinggi yang dapat diagunkan. Resiko likuiditas terbagi atas resiko
likuiditas pasar dan likuiditas pendanaan.
d) Resiko Operasional
Resiko operasional adalah resiko yang terjadi akibat tidak berjalannya proses
internal secara optimal. Contohnya adalah kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau
kejadian eksternal yang dapat mempengaruhi operasiaonal bank.
e) Resiko Hukum
Resiko hukum adalah risko yang timbul akibat tuntunan hukum dan kelemahan
aspek yuridis.
f) Resiko Reputasi
Resiko reputasi adalah resiko yang terjadi akibat menurunnya kepercayaan
stakeholderyang bersumber dari presepsi negatif terhadap bank.
g) Resiko Strategis
Resiko strategis adalah resiko yang terjadi akibat ketidaktepatan dalam
h) Resiko Kepatuhan
Resiko kepatuhan adalah resiko yang terjadi akibat bank tidak mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyebab pokok terjadinya resiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya lembaga
keuangan dalam memberikan pinjaman atau melakukan investasi, sehingga penilaian
pembiayaan kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan resiko usaha
yang di biayainya (Arifin, 2006). Pembiayaan merupakan tradisi umat Islam sejak
zaman Rasulullah SAW dengan menggunakan akad atau perjanjian. Kegiatan tersebut
meliputi penerimaan titipan harta, memberikan pinjaman dana untuk keperluan usaha
dan melakukan jasa pengiriman uang.
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008, pembiayaan adalah penyediaan dana atau
pendanaan, yaitu:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentukmudharabahdanmusyarakah.
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentukijarah.
c. Transaksi jual beli dalam berupa piutang, yaitu murabahah, salam, serta istishna’.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam piutangqardh.
Penyaluran dana prinsip jual beli atau pembiayaan murabahah adalah pembiayaan terbesar pada bank syariah khususnya BPR Syariah yang menjadi sumber
utama dalam kontribusi memperoleh pendapatan pada BPRS khususnya terhadap
profitabilitas BPRS. Menurut Rahmawati (2007), praktek perbankan syariah saat ini
masih sangat di dominasi oleh produk murabahah. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa penelitian terdahulu, pada umumnya bank syariah banyak yang menerapkan
murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, yaitu lebih dari tujuh puluh lima persen (75%) dari total kekayaan mereka. Sejak awal tahun 1984, di
Pakistan pembiayaan jenis murabahah mencapai sekitar 87% dari total pembiayaan dalam investasi deposito profit loss sharing. Resiko Pembiayaan atau kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya faktor kesengajaan atau faktor eksternal diluar kendali debitur (Hanafo
dan Halim, 2009). Jadi resiko pembiayaan murabahah adalah resiko pinjaman murabahah yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan maupun faktor eksternal di luar kenali debitur. Resiko pembiayaan bentukmurabahah ini akan dirumuskan oleh Non Performing Financing murabahah yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengolah kredit
bermasalah tersebut. Dengan demikian, pembiayaan bermasalah adalah kredit dengan
4. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
guna menyetujui investasi yang telah di lukakan oleh kedua belah pihak. Dalam
perbankan syariah terdapat beberapa produk pembiayaan, berikut ini merupakan
pembiayaan produk-produk BPR Syariah:
1. PembiayaanMudharabah
Pembiayaanmudharabah, yaitu model pembiayaan bagi hasil yang apabila bank sebagai pemilik modal yang disebut dengan shahibul maal yang menyediakan modal
100 persen kepada pengusaha sebagai pengelolah (mudharib). Kerugian yang
nantinya akan terjadi karena proses usaha yang dilakukan bukan karena kecerobohan
pengelolah modal, maka yang akan bertanggung jawab atas kerugian tersebut oleh
pemilik modal. Sedangkan kerugian yang terjadi karena kecerobohan pengelolah
usaha, maka yang akan bertanggung jawab pleh pengelolah usaha tersebut. Karena
peelaku pemilik modal hanya menyediakan dan menyiapkan modal usaha dan tidak
bisa mencampuri kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengelolah usaha. (Rivai, Arifin,
2010)
2. PembiayaanMusyarakah
investasi kegiatan usaha pihak lainnya. Kesepakatan yang telah disepakati antara
pengusaha dan bank, yaitu dengan menggabungkan modal usaha mereka dan
mengelolah usaha tersebut bersama-sama dengan membuat perjanjian kerugian dan
keuntungan yang akan di tanggung oleh kedua belah pihak akan di sesuaikan ketika
kepakatan awal berlangsung.
3. PembiayaanMurabahah
Murabahah merupakan kesepakatan yang dilakukan antara bank dan nasabah, Bank sebagai penyedia modal untuk membiayayai bahan baku dan modal kerja yang
dibutuhkan nasabah, nasabah akan mengembalikan sebesar harga jual yang telah
disepakati oleh bank dan nasabah yang disebut margin. Harga jual yang telah dicantumkan dalam akad jual beli tidak bisa dirubah selama akad masih berlaku.
Transaksi diserahkan setelah akad, sedangkan pembayaran pembalian dana bank
dapat dilalukan dengan bentuk angsuran atau pelunasan.
Murabahahdalam istilah fiqih yaitu akad jual beli atas suatu barang dengan bank selaku penyedia barang dan nasabah sebagai pihak pemesan untuk membeli barang,
akan tetapi dalam transaksi tersebut, barang yang akan di perjualbelikan termasuk
harga dan keuntungan yang di dapatkan harus memiliki kejelasan (Almushlih, 2001)
4. As-Salam
Secara terminologi ilmu fiqih, as-salam, yaitu deskripsi transaksi barang yang
ketika akad berlangsung akan tetapi penyerahan barang tertunda, misalnya pembelian
barang padaonline shop.
Berkaitan dengan barang yang akan diserahkan secara tertunda, ada juga
persyaratan sebagai berikut:
a. Perlunya barang tersebut diketahui ukuran dan jumlahnya, terdekteksi dengan
jelas dan akurat melalui berbagai media ukur yang dikenal seperti takaran, timbangan
atau kalkulator, apabila bisa dihitung. Jika jumlah atau ukurannya tidak diketahui
kejelasanya maka perjanjian tersebut dibatalkan.
b. Perlunya waktu penyerahan barang sudah jelas ditentukan, untuk mencegah
terjadinya perselisihan.
c. Pelunya tidak diberlakukan riba.
5. Istishna’
Pembiayaan istishna’ adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli, bank akan membelikan barang yang dibutuhakan oleh nasabah dengan syarat dan kriteria yang
telah di tentukan oleh nasabah, namun harga jual harus di tetapkan oleh kedua belak
pihak yaitu antara bank dan nasabah pada jangka waktu tertentu serta diiringi dengan
pengembalian dan bank yang disesuaikan dengan kemampuan nasabah dalam
6. Ijarah
Pembiayaan ijarah merupakan peralihan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang telah jatuh tempo, dikarenakan nasabah tidak bisa melakukan pengembalian
tagihan dari pihak ketiga. Pembiayaan tersebut menggubakan prinsip pengambil
alihan hutang, bank akan menerima ujroh/fee dari nasabah dengan berdasarkan pembayaran yang disepakati kedua belah pihak.
Menurut fiqih, ijarah adalah hak penggunaan barang dan jasa dengan membayar imbalan ketika akad pemindahan hak guna barang atau jasa dilakukan pada waktu
tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri. Pada dasarnya, bank tidak memiliki barang, namun menyewa dari
pihak lain menyewakannya barang tersebut kepada nasabah dengan nilai sewa yang
lebih tinggi.
b. Fungsi Pembiayaan
Berdasarkan dengan tujuan pembiayaan, menurut Sinungan (1983) pembiayaan
secara umum untuk:
1. Meningkatkan utilitas dari modal uang.
2. Meningkatkan utilitas suatu barang.
3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang .
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
7. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
5. Prinsip-prinsip Analisa Pembiayaan
Menurut Kasmir (2008), prinsip-prinsip penilaian kredit secra umum dilakukan
dengan analisa 6C dan 7P yang terdiri dari sebagai berikut :
a). Prinsip 6C
1. Character yaitu kemauan dan kemampuan nasabah untuk membayar. Sumber analisis: daftar riwayat hidup calon debitur.
2. Capacity yaitu kemampuan calon debitur untuk menghasilkan atau mengelola keuangan untuk memenuhi kewajibannya. Sumber analisis: laporan keuangan yang
sudah berjalan, rencana keuangan.
3. Capital yaitu tujuannya guna untuk mengetahui struktur modal calon debitur. Berapa yang berasal dari perusahan sendiri dan dari pihak lain. Sumber analisis:
perhitunganworking capital, modal tertanam,debt to equity ratio.
4. Collateral yaitu barang yang diserahkan oleh debitur sebagai jaminan atas pembiayaan. Syarat jaminannya dapat diidentifikasi, dapat ditentukan nilainya,
5. Condition of economic, yaitu situasi dan kondisi pollitik, sosial, ekonomi, budaya yang terlibat dan mempengaruhi perkembangan perekonomian yang mungkin akan
dapat mempengaruhi kelancaran usaha calon debitur, Contohnya kebijakan moneter,
kebijakan pemerintah dan perpajakan.
b). Prinsip 7P
1. People, yaitu penilaian kinerja terhadap calon debitur dan juga mitra usaha.
2. Purpose, yaitu penilaian atas maksud dan tujuan permohonan pembiayaan oleh calon debitur.
3. Party, yaitu mengklasifikasi debitur berdasarkan model, kebutuhan, skala usaha dan legalitas.
4. Payment, yaitu penilaian terhadap sumber sumber pengembalian pembiayaan agar penyelesaian pembiayaan sesuai dengan kesepakatan dan dapat dilaksanakan tanpa
hambatan.
5. Prospect, yaitu untuk menilai harapan ke depan terutama terhadap objek pembiayaan yang dibiayai
6. Profitability, yaitu pembiayaan yang dibiayai oleh bank akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak baik bank adn nasabah.
6. Non Performimg Finance (NPF)
Non Performing Financing bank syariah adalah total pembiayaan tidak lancar/macet berdasarkan kaualitas aktiva produktif yang ditentukan oleh Bank
Indonesia. Pokoknya prinsip yang disarkan yaitu ketepatan waktu nasabah dalam
melakukan pengembalian dana pokok pinjaman maupun bunga. Mekanisme
pengolahan kredit yang stabil bisa menekan NPF semakin kecil.
Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank, tingginya NPF
akan mempengaruhi permodalan bank tersebut.Besarnya rasio NPF yang
diperbolehkan Bank Indonesia untuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah maksimal 7%,
apabila melebihi angka tersebut akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank.
NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah.
Formulasi tingkat pembiayaan bermasalah yang tercermin dalam rasio NPF
sebagai berikut :
Rasio NPF: Pembiayaan Kolektabilitas ( KL,L,M) X 100
Total Pembiayaan
Formula diatas digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan
yang terjadi pada bank syariah. Semakin rendah rasio maka menunjukkan bahwa
tersebut kemudian dibandingkan denga kriteria kesehatan NPF bank syariah yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti tabel berikut.
Tabel 2.1 Kriteria kesehatanNon Performing Financing
Nilai NPF Predikat
NPF < 2% Sehat
2% ≤ NPF < 5% Sehat
5% ≤ NPF < 8 % Cukup Sehat
8% ≤ NPF < 12% Kurang Sehat
NPF ≥ 12% Tidak Sehat
Sumber : SE BI No 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Resiko NPF BPRS
Resiko yang terjadi terhadap bank akan mengakibatkan kerugian, karena itu
harus dihindari dan bila terlanjur terjadi maka wajib untuk di tangani. Resiko jenis
pembiayaan akan dipertimbangkan oleh bank syariah dalam memilih jenis akad yang
akanpergunakan. Salah satunya yaitu, Murabahah merupakan pembiayaan dengan resiko paling kecil dari sisi resiko kredit, resiko mark up, resiko likuiditas, maupun resiko operasional. Lain halnya, pembiayaan mudharabah yang memiliki resiko paling tinggi darimurabahahakan tetapi lebih rendah darimusyarakah.
tertentu dan tidak memberikan hak penuh kepada mudharib untuk menjalankan usahanya, serta tanpa campur tangan shahibul maal dan kerugiaan di tanggung oleh shahibul maal. Dengan itu, akad pembiayaan ini sangat kritis dan rentan terhadap
resiko. Pembiayaan murabahah memiliki resiko terkecil dikarenakan memiliki tingkat
pengembalian (return)yang pasti. Maka kedua pihak (antara debitur dan bank) harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran serta akad jual beli tersebut
tidak bisa berubah selama akad tersebut berlaku dan masih berlangsung.
a. Gross Domestic Product (GDP)
Gross domestic product gunanya untuk mengukur semua barang dan jasa yang
diperoleh dalam perekonomian negara dalam periode waktu tertentu. Hubungan GDP
dengan pembiayaan bermasalah adalah apabila terjadi penurunan penjualan serta
pendapatan perusahaan dalam pengembalian pinjaman akan mengakibatkan
bertambahnya outsanding kredit dalam kategori non lancar (Rahmawulan, 2008).
Dengan demikian, saat GDP meningkat maka NPF menurun, karena saat ekonomi
makro meningkat kemampuan nasabah untuk memenuhi capability to pay back meningkat maka NPF menurun secara bersamaan.
Total nilai uang pada setiap barang dan jasa dalam perekonomian negara
merupakan salah satu kategori pertumbuhan ekonomi pada periode tertentu.
Berdasarkan Sukirno (Soebagia, 2005) dalam junal ekonomi bisnis oleh Mutmainah
(2012), bahwa pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan GDP riil, untuk mengetahui hal
pada tahun sebelumnya. Menurut hal tersebut, pertumbuhan ekonomi artinya
perkembangan produksi barang dan jasa secara fisik yang berlaku di suatu negara.
Oleh karena itu, dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang stabil dan meningkat
akan mengurangi tingkat NPF.
b.Inflasi
Definisi inflasi merupakan kenaikan tingkat harga umum yang terjadi secara
terus-menerus yang menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat serta diiringi
dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang negara.
Umumnya inflasi di artikan dengan naiknya harga barang dan jasa secara
keseluruhan dalam jangka waktu dan tempat tertentu akibatnya jumlah permintaan
uang yang lebih meningkat dibandingkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
Pengaruhnya perubahan inflasi terhadap NPF adalah inflasi yang tinggi
mengakibatkan turunnya pendapat riil masyarakat sehingga turunnya standar hidup
masyarakat. Sebelum terjadi inflasi debitur masih lancar dalam melakukan
pembayaran, akan tetapi setelah inflasi terjadi, harga barang dan jasa mengalami
peningkatan yang cukup tinggi, dengan pendapatan debitur yang tidak mengalami
kenaiakan, maka kemampuan debitur tersebut dalam membayar angsuran menjadi
melemah dan menurun sebab sebagian besar atau bahkan seluruh penghasilannya
sudah di gunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena harga yang
Menurut Putong, (Soebagio, 2005) bahwa Inflasi umumnya memberikan
akibat yang bisa merugikan perekonomian. Karena itu, menurut beliau sebab dari
kerisauan masyarakat dalam menghadapi harga naik secara terus-menerus dan
perekonomian tidak berjalan stabil, pada satu sisi ada masyarakat berlebihan untuk
memborong barang, sementara masyarakat yang kekurangan uang tidak bisa membeli
barang. Akibat dari kerisauan itu pula, masyarakat cendrung mengambil tabungan
untuk membeli dan menumpuk barang sehingga banyaknya bank yang mengalami
rush, sehinggabank kekurangan dana dan berakibat bank ditutup (bangkrut) maka turunya dana investasi. Singkatnya,bahwa semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi
tingkat kemungkinan terjadinya NPF.
Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing Financing ini, karena inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan berakibat buruk terhadap kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat, yaitu Pertama, inflasi yang tinggi akan berakibta pada pendapatan riil masyarakat turun sehingga mengiringi taraf hidup masyarakat juga turun. Kedua, Inflasi yang tidak stabil akan menimbulkan ketidakpastian para ekonomi dalam
pengambilan keputusan. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan inflasi di negara tetangga membuat tingkat suku bunga riil menjadi
tingkat kompetitif yang bisa menekan nilai tukar rupiah. Oleh sebab itu,
meningkatnya inflasi menyebabkan kemampuan nasabah dalam membayar tagihan
kredit yang akan di tanggung oleh Basri (Wikutama, 2010).
Kurs adalah harga dalam negeri dari mata uang luar negeri (Hendry, 2011).
Nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang Indonesia yang menggambarkan
kestabilan ekonomi di negara Indonesia. Menguatnya nilai tukar rupiah Indonesia,
maka semakin kuat rupiah semakin stabilnya pula perekonomian negara. Nilai tukar
memiliki pengaruh negatif dan postif terhadap pelaku ekspor dan impor disuatu
negara. Dalam artinya bahwa penurunan nilai tukar (mata uang domestik nilainya
turun terhadap mata uang asing), hal tersebut akan menguntungkan para eksportir,
sebab eksportir akan mendapatkan keuntungan lebih tinggi dari selisih turunnya kurs
mata uang domestik terhadap kurs mata uang asing.
Perubahan kurs mata uang pula berpengaruh terhadap kelancaran usaha nasabah.
Jika nilai rupiah jatuh dibandingkan dengan valuta asing apabila jika usaha tersebut
dijlaksanakan menggunakan bahan impor, maka akan memukul usaha nasabah sert
bisa meningkatkan rasio pembiayaan bermasalah. Penurunan rupiah terhadap valuta
asing mengakibatkan pinjaman mata uang asing meningkat. Peningkatan jumlah
kewajiban tergantung pada kemampuan membayar kewajiban yag telah disepakati
kepada bank,bahkan banyak kasus yang disebabkan ketidakmampuan membayar
dapat meningkatkan besaran NPF. (Wikutama, 2010)
Lembaga keuangaan bank dihadapkan pada resiko turunnya kualiatas kredit
valuta asing apabila rupiah tiba-tiba anjlok dikarenakan dana global yang tidak stabil
(Troy, 2009). Pinjaman dari kredit masalah berdominasi pada dollar AS yang akan
dana mereka di pasar keuangan dalam negeri. Apabila bank menerbitkan surat utang
dollar AS dan menyalurkan kredit dalam mata uang rupiah, maka utang yang
diperoleh akan sangat besar. Wikutama (2010) menyebutkan bahwa perbankan akan
menghadapi masalah besar karena depresiasi rupiah akan membuat portofolio aset
perbankan dalam bentuk kredit semakin memburuk. Tugas Bank Indonesia adalah
mengupayakan menahan laju perlemahan rupiah dengan menaikkan suku bunga yang
berpotensi meningkatkan NPF.
d. Rasio Pembiayaan Murabahah terhadap Alokasi Pembiayaan Profit Loss
Sharing
Dana yang dimpun dari masyarakat biasanya bisa berbentuk giro, tabungan dan
deposito dalam prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah. Penyaluaran dan yang dilakukan pleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran, yaitu
prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap (Karim, 2008). Penilaian kelayakan pembiayaan pada bank syariah, selain didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya dan dapat diterima (acceptable) dari segi syariah
(Muhammad, 2008).
Dari beberapa pola penyaluran pembiayaan yang ada pada bank syariah, terdapat
dua pola utama yang dijalankan bank dalam penyaluran pembiayaan, yakni
pembiayaan dengan prinsip jual beli dan pembiayaan prinsip bagi hasil. Penghasilan
pembiayaan yang disalukan kepada nasabah. Keuntungan yang di dapat dari prinsip
jual beli berasal dari mark up yang ditentukan brtdasarkan kesepakatan besarnya
nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. Bentuk pembiayan
prinsip bagi hasil ini ,banyak mengandung resiko, oleh sebab itu, pihak bank harus
aktif berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian nasabah sejak awal
(Muhammad, 2008).
Rasio berikut menjelaskan besarnya alokasi murabahah dibandingkan alokasi pembiayaanprofit loss sharing(RF). Perhitungan variabel adalah sebagai berikut, :
RF = Alokasi PembiayaanMurabahah
Alokasi PembiayaanProfit Loss Sharing
Rahmawati (2007) mengatakan bahwa,praktek perbankan syariah saat ini sangat
di dominasi oleh pembiayaan murabahah. Hal tersebut dapat di buktikan melalui beberapa hasil penelitian, bahwa bank syariah pada umumnya sering menerapkan
murabahah sebagai metode pembiayaan, yakni kurang lebih 75% dari total kekayaan nasabah. Bermula dari awal 1984, di pakistam pembiayaan jenis murabahah mencapai sekitar 87% dari total pembiayaan dalam investasi deposito Profit Loss Sharing.
Menurut data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk
murabahah sendiri lebih cendrung pada pembiayaan yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mefokuskan pada seberapa besar pengaruh
pembiayaan murabahah (yang menjadi sumber utama pendapatan bank) terhadap NPF.
Siamat dalam rahman Rochamanika (2012), menyatakan bahwa pembiayaan
bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya
faktor kesenjangan atau faktor eksternal diluar kendali peminjam atau nasabah.
Semakin tinggi kredit bermasalah yang dimiliki oleh sebuah bank, maka semakin
rendah produktivitas aktiva bank yang bersangkutan, walaupun sebuah bank memiliki
modal besar, jika kualitas aktiva produktifnya sangat buruk, maka kondisi modalnya
dapat menjadi buruk. Oleh sebab itu, akan menimbulkan berbagai permasalahan yang
cukup serius terkait cadangan, penilaian aset, pemberian pinjaman kepada pihak
terkait, dan sebagainya (Hendro dan Rahardjo, 2013). Besarnya kecilnya NPF ini
menunjukkan kinerja suatu bank daalm pengelolahan dana yang disalurkan, jika
pembiayaan bermasalah membesar, maka akan menurunkan besaran pendapatan suatu
bank.
e. Rasio Return Profit Lost Sharing dibandingkan Return Total Pembiayaan
mengembangkan bahwa variabel rasio retrun profit loss sharing (PLS) dibanding returntotal pembiayaan. Profit loss sharingmenurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah
adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Di dalam istilah lain profit loss sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai
adalah profit loss sharing, dimana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan.
Formulasi perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan oleh pembiayaan
profit loss sharing dengan retrun total pembiayaan. Perhitungan variabel RR adalah
sebagai berikut :
RR = Return Profit Loss sharing (mudahrabah + Musyarakah)
Return Total Pembiayaan
Model Pembiayaan PLS kurang diminati oleh bank syariah karena model
pembiayaan berbasis PLS relatif beresiko tinggi dengan retrun yang didapatkan bisa
positif atau negatif tergantung pada hasil akhir bisnis yang dibiayai (Khan dan Chapra,
bank konvensional, hal ini tidak boleh terjadi karena semua jenis simpanan (giro,
tabungan serta deposito) harus memiliki jaminan tertentu. Akibatnya adanya
pengikisan dana deposan,hingga akhirnya bank syariah mulai ragu untuk
meningkatkan model pembiayaan dalam tahap mula operasioanal.
B. Penelitian Terdahulu
1. Yuliani (2007) meneliti tentang hubungan efisiensi operasional dengan kinerja
profitabilitas pada sektor perbankan yang go public di Bursa Efek Jakarta. Variabel penelitian yang digunakan yaitu ROA, MSDN, CAR, BOPO, LDR. Sedangkan model
analisis yang digunakan yaitu regresi time-series cross-section. Penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini secara
bersama-sama atau simultan mampu memberikan kontribusi terhadap variabel
terikatnya (ROA) sedangkan berdasarkan hasil uji parsial bahwa variabel BOPO dan
CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA.
2. Nusantara (2009) meneliti tentang analisis pengaruh NPL, CAR, LDR,dan BOPO
terhadap profitabilitas bank. Variabel yang digunakan adalah NPL, CAR, LDR,
BOPO, NIM, dan ROA. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi
linier berganda. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data NPL, CAR, LDR, dan
BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA bank go publik Sedangkan pada bank
3. Dewi (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank
syariah di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah ROA, CAR, FDR, NPF dan
ROE. Metode penelitian yang digunakan adalah pengujian asumsi klasik, analisis
regresi linear berganda dan uji hipotesis. Hasil dari penelitianCapital Adequacy Ratio (CAR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia,Non Performing Financing(NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di 38 Indonesia, Rasio Efisiensi
Operasional (REO) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah
di Indonesia.
4. Akhtar (2011) meneliti tentang factors influencing the profitability of Islamic
Banks of Pakistan. Variabel yang digunakan adalah ROA, ROE,Bank’s Size, Gearing Ratio, Asset Management, NPLs ratio, CAR, dan Operating Efficiency. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa
CAR mempunyai hubungan positif dan secara statistik signifikan pada tingkat
signifikansi 5%, sedangkan asset management secara statistik berpengaruh signifikan
positif apada model 1 dan tidak signifikan positif pada model 2. Ukuran bank
dilaporkan mempunyai hubungan tidak signifikan negatif. Sedangkan rasio NPLs
mempunyai hubungan negatif terhadap ROA dan ROE.
2.1 Tabel Peneilitian terdahulu
No Peneliti Variabel
1. Yuliani (2007)
‘Hubungan efisiensi operasional dengan kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go publik di Bursa Efek Jakarta’
ROA, MSDN, CAR, BOPO, LDR
Variabel-variabel bebas dalam penelitian ini secara bersama sama/simultas mampu
memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya (ROA).
Sedangkan berdasarkan hasil uji parsial bahwa variabel BOPO dan
CAR berpengaruh signifikan.
2. Nusantara (2009)
“Analisis pengaruh NPL, CAR, LDR dan BOPO terhadap profitabilitas bank’.
NPL, CAR, LDR
dan BOPO NPL, CAR, LDR, dan BOPO secaraparsial signifikan terhadap ROA bankgo public. Sedangkan pada banknon go public, hanya yang berpengaruh signifikan
3. Dewi (2010)
“Faktor-faktor yang
mempengaruhi profitabilitas bank syariah di Indonesia.”
ROA, CAR, FDR, NPF dan ROE
CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
Syariah di Indonesia, sedangkan NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah Indonesia, ROE berpengaruh signifikan negatif terhadap pada Bank Syariah di Indonesia
4, Akhtar (2011)
“factors influencing the profitability of Islamic Banks of Pakistan.”
CAR mempunyai hubugan postif dan secara statistik signifikan terhadap tingkat signifikan
asset managemen secara statistik berpengaruh signifikan
Efficiency. Dilaporkan mempunyai hubungan Signnifikan negatif . Sedangkan rasio NPLs memiliki hubungan negatif terhadap ROA dan ROE
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran merupakan ringkasan serangkaian penjelasan yang
tertuang dalam kajian pustaka berikut, atau deskripsi tentang teori kinerja yang
dipakai guna untuk memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah
yang di tetapkan (Rodoni, 2010).
Berikut penjelasan penjelasan kerngka pemikiran penelitian yang akan
dilakukan :
Peranan lembaga keuangan sangatlah penting bagi pertumbuhan ekonomi serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan yang berkaitan dengan lembaga
keuangan perbankan mestinya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi baik
ekonomi mikro maupun makro. Salah satu lembaga keuangan perbankan yang
mempunyai keterdekatan khusus terhadap masyarakat adalah Bank Perkreditan
Rakyat Syariah merupakan lembaga kuangan yang mudah dicapai oleh masyarakat
karena BPRS mempunyai fungsi menghimpun serta mmenyalurkan dana sama halnya
denga bank umum syariah, hanya yang membedakannya BPRS memiliki
Adanya pemberiaan kredit akan mengakibatkan timbulnya masalah terhadap kredit
tersebut. Kredit bermasalah atau pembiayaan bermasalaah pada BPRS disebut Non Performing FinancingDengan adanya berapa faktor ekternal dan internal yang dapat menentukan terjadinya NPF maka penulis menganalisis beberapa variabel antara lain:
Gross Domestic Product, Inflasi, Kurs, Rasio alokasi murabahah terhadap rasio alokasi Profit Loss Sharing dan Rasioreturn Profit Loss Sharing dibandingkan return total pembiayaan di BPRS seluruh Indonesia.
Pembiayaan yang diberikan Bank Pembiayaan Rakyat tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014 tumbuh dengan signifikan di setiap tahun kedepannya. Hal
tersebut dapat menghidupkan dan meningkatakan perekonomian sektor riil di
Indonesia.
Grafik 2.1 Kerangka Pemikiran
Inflasi
Gross Domestic Product (GDP)
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan hasil sementara atas kebenaran yang dibuktikan harus
bersifat logis, jelas dan dapat diuji. Hipotesa yang akan diajukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat resiko Non Performing Financing.
2. Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat resikoNon Performing Financing.
3. Perubahan nilai tukar atau kurs berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat resikoNon Performing Financing.
Non Performing Financing(NPF)
RasioProfit Loss Sharing
Rasio Pembiayaan
4. Rasio alokasi pembiayaan murabahah terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing (RF) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat resiko Non Performing Financing.