• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT DAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT DAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

i

HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Magister Keperawatan

Disusun Oleh : PRIMA TRISNA AJI

NIM : 20141050013

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(2)

i

HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Magister Keperawatan

Disusun Oleh : PRIMA TRISNA AJI

NIM : 20141050013

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(3)

ii

EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT DAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PENUMPING SURAKARTA

Disusun Oleh : PRIMA TRISNA AJI

NIM : 20141050013

Telah diujikan pada tanggal : 21 Desember 2016

Penguji :

Dr. SN Nurul Makiyah,S.Si.,M.Kes (...)

Novita Kurnia Sari,S.Kep.,Ns.,M.Kep (...)

Azizah Khoiriyati,S.Kep.,Ns.,M.Kep (...)

Mengetahui,

Ketua Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii Yang bertanda tangan dibawah ini, Peneliti : Nama : Prima Trisna Aji

NIM : 20141050013

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis yang berjudul ”Efektivitas Kombinasi Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Penumping Surakarta” adalah benar-benar karya peneliti sendiri. Hal – hal yang bukan dalam tesis tersebut telah diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan Peneliti ini tidak benar, maka peneliti bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tesis dan gelar yang telah diperoleh dari tesis tersebut.

Yogyakarta, Desember 2016 Yang membuat pernyataan

(5)

iv MOTTO :

1. Demi Masa.

2. Sesungguhnya seluruh manusia itu benar-benar dalam kerugian. 3. Kecuali orang-orang yang beriman sholeh dan saling berpesan

dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran. (Al Ashr : 1-3)

(6)

v

Karya ini disampaikan sebagai penghormatan kepada : 1. Keluarga besarku di rumah AM.Priyanto

2. Ibuku tercinta Trisnani

3. Adikku Armada Karima Yudha.

4. Semua yang sudah banyak mendukung baik dalam bermusik, berkarya dan berkarir.

(7)

vi

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “Efektivitas Kombinasi Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tekanan Darah

pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Penumping

Surakarta”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan dan dorongan yang sangat berarti sejak dari persiapan sampai dengan terselesainya penulisan laporan penelitian tesis ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Allah SWT dan Rasulullah SAW atas semua rahmat dan hidayah yang sudah diberikan untuk bisa menyelesaikan penelitian tesis ini. 2. Dr. Ahmad Nurmandi, selaku Direktur Program Pascasarjana

(8)

vii

beserta staf-stafnya yang telah memberikan rekomendasi bagi penulis untuk melakukan penelitian.

4. Dr. SN Nurul Makiyah,S.Si.,M.Kes selaku pembimbing satu tesis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu, mengarahkan, membimbing dan memberikan dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian.

5. Novita Kurnia Sari.,S.Kep,Ns.,M.Kep selaku pembimbing Tesis Universitas Muhamadiyah Yogyakarta yang telah yang telah banyak membantu, mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan sampai laporan penelitian tesis ini terwujud.

6. Keluarga Besarku AM. Priyanto., Amkl.SH.,M.H yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral sampai laporan penelitian tesis ini terwujud.

7. Semua teman-teman Pandawa Lima band, Prima band, Sheila On 7, main bola dan semua Prima and friend yang sudah banyak memberikan suport dan inspirasi untuk menyelesaikan Tesis.

(9)

viii

9. Para teman – teman Mahasiswa Program Magister Keperawatan Angkatan V Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan pahala yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Mohon maaf apabila kurang sempurna dalam penulisan naskah Tesis dan mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun.

Yogyakarta, Desember 2016

(10)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ORISINALITAS ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

E. Keaslian Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 16

1. Teori Adaptasi Regulator Tubuh ... 16

2. Hipertensi. ... 26

3. Terapi Kaki Air Hangat. ... 43

4. Relaksasi Nafas Dalam ... 49

B. Kerangka Teori. ... 54

C. Kerangka Konsep Penelitian ... 55

D. Hipotesis Penelitian ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 57

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

C. Populasi dan Sampel ... 59

D. Variabel Penelitian ... 63

E. Definisi Operasional ... 64

F. Instrumen Penelitian ... 66

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 68

(11)

x

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 89

B. Hasil Penelitian ... 91

1. Karakteristik Responden ... 91

2. Analisis Univariat ... 94

3. Analisis Bivariat... 99

C. Pembahasan ... 104

1. Karakteristik Responden ... 104

2. Efektivitas Kombinasi Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam ... 115

3. Efektivitas Terapi Relaksasi Nafas Dalam untuk Penderita Hipertensi ... 118

4. Efektifitas Kombinasi Terapi Rendam Kaki Air Hangat dengan Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tekanan Darah (mmHg) pada Penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta ... 122

D. Keterbatasan Penelitian ... 134

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 135

B. Saran ... 135

(12)

xi

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi pada Dewasa ... 29 Tabel 2. Tabel Definisi Operasional Penelitian ... 64 Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian... 76 Tabel 4. Karakteristik Responden Penderita Hipertensi pada

Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas dalam di wilayah kerja Puskesmas

Penumping Surakarta ... 94 Tabel 5. Selisih frekuensi Tekanan Darah (mmHg) Penderita

Hipertensi Sebelum Dilakukan Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tekanan Darah di Wilayah

Puskesmas Penumping Surakarta ... 97 Tabel 6. Rerata (x + SD) Tekanan Darah (mmHg) Penderita

Hipertensi Sesudah Dilakukan Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tekanan Darah di Wilayah

Puskesmas Penumping Surakarta ... 99 Tabel 7. Selisih Penurunan Tekanan Darah (mmHg) Penderita

Hipertensi setelah Dilakukan Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tekanan Darah di Wilayah

Puskesmas Penumping Surakarta. ... 101 Tabel 8. Rerata (x + SD) Frekuensi Responden Berdasarkan

Penurunan Tekanan Darah (mmHg) Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat di wilayah kerja Puskesmas

Penumping Surakarta. ... 102 Tabel 9. Uji beda Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan

Tekanan Darah (mmHg) Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Wilayah Kerja Puskesmas Penumping Surakarta ... 104 Tabel 10. Hasil Uji Mann-Whitney Penurunan Tekanan

(13)

xii

Gambar 1 Skema Teori Adaptasi Regulator Tubuh ... 17

Gambar 2 Kerangka Teori ... 54

Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian... 56

(14)

xiii AHA : American Heart Asociation CFR : Case Fatality Rate

DKK : Dinas Kesehatan Kota ECG : Eleqtrocardiografi RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar SA Node : Sinoatrial Node

(15)

xiv

Lampiran 1 Surat Pernyataan Bersedia Berpartisipasi Menjadi

Responden Penelitian ... 146 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 147 Lampiran 3 Cek-List Pemeriksaan Tekanan Darah ... 150 Lampiran 4 Daftar Hadir Terapi Kombinasi Relaksasi Nafas

(16)

xv

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

1

Prima Trisna Aji_2Novita Kurnia Sari_3Nurul Makiyah

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama. Hipertensi memiliki julukan “the sillent killer” karena kadang tidak disertai gejala dan bisa membunuh dengan tiba-tiba. Untuk itu dibutuhkan penanganan untuk menurunkan tekanan darah yang tidak menimbulkan efek samping yaitu penanganan dengan non farmalogis berupa pemberian terapi kombinasi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan sebelum dan sesudah dilakukan kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berkunjung di Puskesmas Penumping Surakarta. Sampel dalam penelitian sebanyak 20 responden dengan teknik sampling yaitu purposive random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Teknik analisis data dengan uji beda satu kelompok paired sample t test sedangkan uji beda dua kelompok menggunakan uji Mann Whitney.

Hasil : 1) Ada perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah kombinasi terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi dengan nilai p value 0,000 dan 0,001. 2) Ada perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah sistol pada penderita hipertensi dengan nilai p value

0,02; sedangkan tekanan darah diastole tidak ada perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah terapi relaksasi nafas dalam dengan nilai p 1,000; 3) Kombinasi terapi rendam kaki air hangat lebih efektif dibandingkan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta dengan nilai p < 0,05.

Kesimpulan : Kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

Kata kunci : Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat, Relaksasi Nafas Dalam, Hipertensi

1

Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Pembimbing Pendamping)

3

(17)

xvi

Penumping Surakarta

Prima Trisna Aji1, Novita Kurnia Sari2, Sri Nabawiyati Nurul Makiyah3 ABSTRACT

Background: Hypertension is a global health problem requiring attention because it is the main cause of death. The long-term uncontrolled hypertension may result in impaired vision, coronary occlusion, renal failure and stroke. For that reasons, there should be an immediate management to lower the blood pressure without side effect, non-pharmacological management in the form of combined warm water-foot submerging and deep breathing relaxation therapy. Objective: To find out the effectiveness of combined warm water-foot submerging and deep breathing relaxation therapy on the lowering blood pressure in Hypertensive patients in work area of Puskesmas Penumping Surakarta.

Method: This study was a quasi experimental research. The population of research was hypertensive patients present in Puskesmas Penumping Surakarta in 2014, with the mean number of 175 per month. The sample of research consisted of 20 respondents taken using purposive random sampling technique. Technique of collecting data used was observation sheet. Technique of analyzing data used was one-group paired sample t-test while two-group test was conducted using Mann Whitney test.

Result: 1) There was a difference of effect between before and after the administration of warm water-foot submerging therapy on the lowering systolic and diastolic blood pressures in hypertensive patients with p value of 0.000 and 0.001; (2) There was a difference of effect between before and after the administration of deep breathing relaxation on the lowering systolic blood pressure in hypertensive patients with p value of 0.02, but no difference on diastolic blood pressure with p value of 1.000; 3) the combined warm water-foot submerging therapy was more effective than the deep breathing relaxation therapy on the lowering systolic blood pressure in hypertensive patients with p value < 0.05 in the work area of Puskesmas Penumping Surakarta.

Summary : Combination therapy of warm water and soak feet deep breathing relaxation is effective in lowering blood pressure in hypertensive patients in Puskesmas Penumping Surakarta.

Key words: Combined Warm Water-Foot Submerging Therapy, the Deep Breathing Relaxation Therapy, Hypertension

1

Student of Nursing Master Study Programe of Postgraduate Program Universitas Muhammadiyah Yogyakarta2 Nursing Study Programe, Faculty of

Medicine and Health Science, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 3 Medical Study Programe, Faculty of Medicine and Health Science Universitas

(18)
(19)

xv

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

1

Prima Trisna Aji_2Novita Kurnia Sari_3Nurul Makiyah

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama. Hipertensi memiliki julukan “the sillent killer” karena kadang tidak disertai gejala dan bisa membunuh dengan tiba-tiba. Untuk itu dibutuhkan penanganan untuk menurunkan tekanan darah yang tidak menimbulkan efek samping yaitu penanganan dengan non farmalogis berupa pemberian terapi kombinasi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan sebelum dan sesudah dilakukan kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berkunjung di Puskesmas Penumping Surakarta. Sampel dalam penelitian sebanyak 20 responden dengan teknik sampling yaitu purposive random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Teknik analisis data dengan uji beda satu kelompok paired sample t test sedangkan uji beda dua kelompok menggunakan uji Mann Whitney.

Hasil : 1) Ada perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah kombinasi terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi dengan nilai p value 0,000 dan 0,001. 2) Ada perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah sistol pada penderita hipertensi dengan nilai p value

0,02; sedangkan tekanan darah diastole tidak ada perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah terapi relaksasi nafas dalam dengan nilai p 1,000; 3) Kombinasi terapi rendam kaki air hangat lebih efektif dibandingkan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta dengan nilai p < 0,05.

Kesimpulan : Kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

Kata kunci : Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat, Relaksasi Nafas Dalam, Hipertensi

1

Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Pembimbing Pendamping)

3

(20)

xvi

Penumping Surakarta

Prima Trisna Aji1, Novita Kurnia Sari2, Sri Nabawiyati Nurul Makiyah3 ABSTRACT

Background: Hypertension is a global health problem requiring attention because it is the main cause of death. The long-term uncontrolled hypertension may result in impaired vision, coronary occlusion, renal failure and stroke. For that reasons, there should be an immediate management to lower the blood pressure without side effect, non-pharmacological management in the form of combined warm water-foot submerging and deep breathing relaxation therapy. Objective: To find out the effectiveness of combined warm water-foot submerging and deep breathing relaxation therapy on the lowering blood pressure in Hypertensive patients in work area of Puskesmas Penumping Surakarta.

Method: This study was a quasi experimental research. The population of research was hypertensive patients present in Puskesmas Penumping Surakarta in 2014, with the mean number of 175 per month. The sample of research consisted of 20 respondents taken using purposive random sampling technique. Technique of collecting data used was observation sheet. Technique of analyzing data used was one-group paired sample t-test while two-group test was conducted using Mann Whitney test.

Result: 1) There was a difference of effect between before and after the administration of warm water-foot submerging therapy on the lowering systolic and diastolic blood pressures in hypertensive patients with p value of 0.000 and 0.001; (2) There was a difference of effect between before and after the administration of deep breathing relaxation on the lowering systolic blood pressure in hypertensive patients with p value of 0.02, but no difference on diastolic blood pressure with p value of 1.000; 3) the combined warm water-foot submerging therapy was more effective than the deep breathing relaxation therapy on the lowering systolic blood pressure in hypertensive patients with p value < 0.05 in the work area of Puskesmas Penumping Surakarta.

Summary : Combination therapy of warm water and soak feet deep breathing relaxation is effective in lowering blood pressure in hypertensive patients in Puskesmas Penumping Surakarta.

Key words: Combined Warm Water-Foot Submerging Therapy, the Deep Breathing Relaxation Therapy, Hypertension

1

Student of Nursing Master Study Programe of Postgraduate Program Universitas Muhammadiyah Yogyakarta2 Nursing Study Programe, Faculty of

Medicine and Health Science, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 3 Medical Study Programe, Faculty of Medicine and Health Science Universitas

(21)

1 A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di negara-negara maju maupun berkembang. Diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025. 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia (WHO, 2012).

(22)

tenaga kesehatan mencapai 36,8% atau dengan kata lain sebagian besar hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis (63,2%). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2013), jumlah penderita hipertensi esensial sebanyak 554.771 (67,57%) kasus.

Jumlah kasus hipertensi dalam tiga tahun terakhir (2011-2013) di Surakarta mencapai 143.365 dan untuk prevalensi hipertensi di Surakarta tahun 2012 adalah sebesar 14,9%. Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan jumlah kasus tertinggi dibandingkan dengan penyakit yang lain dikota Surakarta. Berdasarkan data DKK Surakarta, pada tahun 2013 jumlah kasus tertinggi hipertensi di Puskesmas Penumping Surakarta sebesar 198.645 kasus.

(23)

meningkatkan beban kerja saat memompa tingginya tekanan darah (Smeltzer & Bare, 2010).

Penanganan secara farmakologis terdiri atas pemberian obat yang bersifat diuretik, beta blocker, calcium chanell blocker, dan vasodilator dengan memperhatikan tempat, mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan. Penanganan secara farmakologis ini mempunyai efek samping yang bermacam-macam tergantung dari lama serta durasi obat yang digunakan. Contohnya penggunaan obat yang dalam durasi lama bisa merusak fungsi ginjal (Smeltzer & Bare, 2010).

Penggunaan relaksasi nafas dalam sebagai managemen non farmakologi maupun intervensi keperawatan mandiri dalam menurunkan tekanan darah dan kecemasan pada penderita hipertensi primer di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Suwardianto (2011) tekanan darah pada penderita hipertensi, terbukti teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

(24)

relaksasi nafas dalam bekerja secara resiprok atau saling berbalasan sehingga timbul penghilangan kecemasan serta menurunkan tekanan darah. Sistem saraf simpatis yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon berlangsung meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola didaerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasukan darah yang lebih banyak) mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh : melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepineprin (noradrenaline) yang merangsang jantung dan pembuluh darah, faktor stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon efineprin dan norefineprin (Endang, 2014).

(25)

Alasan memilih kombinasi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam dikarenakan selain tindakan ini praktis, mudah, murah bisa dijangkau dan bisa diterapkan bagi pasien hipertensi serta tidak mempunyai efek samping. Untuk tindakan farmakologis sendiri obat adalah sesuatu zat kimiawi yang meskipun tujuannya untuk mengobati tetapi apabila dikonsumsi dalam jangka panjang akan memberikan efek yang merugikan bagi tubuh (Hambing, 2006).

(26)

penurunan hipertensi. Sedangkan responden yang diambil adalah penderita hipertensi yang umurnya adalah 34 – 75 tahun.

Terapi rendam kaki air hangat adalah salah satu jenis terapi hidroterapi secara langsung selain hidroterapi yang lainnya seperti hidroterapi secara langsung yaitu terapi dalam bentuk cair jacuzzi wrippol, kolam panas dan dingin, Under Water Message, Affusion, Shower, Jet Shower. Sedangkan hidroterapi secara tidak langsung adalah dengan steam, Sauna, Lonozon bath, vapozen. Sedangkan Relaksasi nafas dalam sendiri adalah salah satu metode relaksasi yang mempunyai tujuan bisa mengurangi nyeri, ketegangan cemas, merelaksasi dan bisa menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Kedua intervensi ini dipilih dikarenakan salah satu metode yang efektif yang mudah, murah meriah dan efektif apabila dikombinasikan menjadi satu untuk menurunkan tekanan darah dan menurunkan kecemasan ketegangan pada pasien. (Vidyahana, 2016)

(27)

darah tinggi dan ketidakteraturan denyut jantung, mengurangi nyeri kepala, nyeri punggung dan nyeri lainnya serta mengatasi gangguan tidur. Respon relaksasi nafas dalam dan Rendam kaki air hangat dalam menurunkan tekanan darah adalah memperlebar pembuluh darah pada proses vasodilatasi pembuluh darah sistem saraf simpatis yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola didaerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasukan darah yang lebih banyak) mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh : melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepineprin (noradrenaline) yang merangsang jantung dan pembuluh darah (Benson & Proctor, 2002).

Tindakan kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam direndam pada kaki penderita hipertensi setinggi mata kaki selama 10 – 15 menit dan dilakukan setiap pagi dan dilakukan selama 7 hari berturut-turut dengan suhu 32 ˚C - 35 ˚C. Alasan dilakukan pada pagi hari dikarenakan pagi hari adalah

(28)

sensitif dikarenakan proses setelah istirahat dimalam hari. Sedangkan dilakukan selama 7 hari berturut-turut dikarenakan pada pembuluh darah pada pasien hipertensi memiliki kekakuan pada pembuluh darah, sehingga diperlukan waktu selama 7 hari berturut-turut untuk menjaga elastisitas pembuluh darah supaya tidak terjadi kenaikan tekanan darah kembali (Paul, 2016).

Hasil dokumentasi didapatkan bahwa di Puskesmas Penumping Surakarta angka kejadian peringkat tertinggi adalah penyakit hipertensi dengan insidensi masyarakat yang memeriksakan diri di Puskesmas Penumping Surakarta rata-rata per bulan pada tahun 2013 sebanyak 175 angka kejadian penyakit Hipertensi. Tingkatan umur juga dapat mempengaruhi tingkat tekanan darah dikarenakan pada orang yang mengalami obesitas dan lansia pada dinding pembuluh darah banyak terdapat kolesterol yang menyumbat aliran pembuluh darah sehingga aliran darah meningkat (Roehadi, 2008).

(29)

akses serta biaya yang terjangkau dalam pelaksanaan tindakan keperawatan relaksasi nafas dalam dan rendam kaki air hangat untuk menurunkan tekanan darah. Selama ini masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta tindakan yang dilakukan pada tekanan darah tinggi adalah memeriksakan ke sarana fasilitas kesehatan apabila timbul gejala keluhan.

Bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta tingginya angka kejadian hipertensi dan kurang pengetahuannya tentang metode non farmakologis dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi membuat peneliti tertarik untuk meneliti penelitian dengan judul “Efektifitas

Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam (deep breathing) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

(30)

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui keefektifan kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Keilmuan atau teori :

Untuk menambah ilmu terutama dalam kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan penyakit hipertensi dan memperkuat atau memperbarui teori yang ada tentang penyakit hipertensi.

2. Bagi Institusi pendidikan

Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam hal pemahaman perkembangan dan upaya pencegahan yang berhubungan dengan hipertensi.

3. Bagi Penderita Hipertensi

(31)

hangat dan relaksasi nafas dalam secara mandiri dan rutin untuk menjaga tekanan darah supaya stabil.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi keilmuan untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan variabel yang lain tentang penelitian untuk menurunkan tekanan darah dengan tindakan mandiri keperawatan yang lainnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini belum pernah dilakukan namun penelitian yang mirip dengan penelitian ini antara lain :

(32)

kelompok kontrol dan kelompok intervensi perlakuan. (3) Terapi menggunakan terapi rendam kaki air hangat. Perbedaan dari penelitian ini adalah (1) Untuk responden menggunakan responden lansia (2) Variabel yang diteliti adalah derajad insomnia pada responden.

2. Penelitian Ervan (2013) dengan dengan judul Efektivitas Latihan Nafas Dalam terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan dengan penelitian ini adalah (1) Variabel relaksasi nafas dalam (2) Meneliti tingkat penurunan tekanan darah (3) Jenis penelitian dengan quasi eksperimen (4) Responden penderita hipertensi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah (1) Tempat wilayah penelitian di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan (2) Sampel menggunakan 80 responden dimana 40 responden menjadi kelompok eksperimen dan 40 responden menjadi kelompok kontrol.

(33)

menggunakan desaign quasi eksperimen Pre-test dan Post-test Control Group (3) Responden penderita hipertensi (4) Penurunan tekanan darah. Perbedaan penelitian ini adalah variabel yang diteliti (1) Kecemasan (2) Penderita Hipertensi Primer (3) Jumlah responden penelitian sejumlah 43 responden. 4. Penelitian Sutrisno (2013) dengan judul tesis Pengaruh Edukasi

(34)

5. Penelitian Miswar (2004) dengan judul Faktor-faktor yang Berperan terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kabupaten Klaten dengan penelitian ini adalah (1) Responden penderita hipertensi (2) Jenis penelitian analitik dengan rancangan cause control study.

Perbedaan penelitian Miswar (2004) dengan penelitian ini variabel yang diteliti adalah (1) Riwayat Keluarga (2) Obesitas (3) Kebiasaan Merokok (4) Stress (5) Konsumsi Alkohol (6) Konsumsi Garam.

6. Penelitian Kozani (2006) dengan judul Faktor yang Berperan terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Puskesmas Penumping Surakarta dengan penelitian ini adalah (1) Penderita Hipertensi (2) Tempat penelitian di Wilayah kerja Puskesmas penumping Surakarta. Perbedaan penelitian ini adalah (1) Hanya melakukan penelitian faktor yang berperan terhadap hipertensi secara umum dan tidak meneliti keefektifan dalam terapi untuk menurunkan tekanan darah (2) Variabel yang diteliti adalah kejadian hipertensi bukan penurunan tekanan darah.

(35)

Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak dengan penelitian ini adalah (1) Penderita Hipertensi (2) Tempat penelitian di Wilayah Kerja UPK Puskesmas Khatulistiwa (3) Terapi rendam kaki air hangat (4) Penurunan Tekanan Darah. Perbedaan penelitian ini adalah (1) Hanya melakukan penelitian Pengaruh tanpa kombinasi dengan terapi yang lainnya (2) Untuk penderita hipertensi pada kelompok Lansia.

(36)

16 A. Landasan Teori

1. Teori Adaptasi Regulator Tubuh

Teori adaptasi menurut Roy (1991) adalah keperawatan sebagai proses interpersonal yang diawali oleh adanya kondisi maladaptasi akibat perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Manusia sebagai sistem, berinteraksi dengan lingkungan dan mengatasi lingkungan melalui mekanisme adaptasi bio-psikososial. Adaptasi ditingkatkan apabila terjadi peningkatan atau pengurangan pemenuhan kebutuhan.

Didalam menghadapi perubahan atau stimulus, manusia harus menjaga integritas dirinya dan selalu beradaptasi secara menyeluruh (holistic adaptif system). Tindakan keperawatan diarahkan untuk mengurangi atau mengatasi dan meningkatan kemampuan adaptasi peran manusia.

(37)

perubahan, menurut teori adaptasi Roy bergantung pada stimulus yang masuk dan tingkat atau kemampuan adaptasi manusia tersebut. Tingkat atau kemampuan adaptasi seseorang ditentukan oleh 3 hal yaitu : masukan (input), kontrol, efektor dan keluaran (Roy, 1991).

Gambar 1. Skema Teori Adaptasi Regulator Tubuh Teori Roy

(Alligood, 2014)

Pada mekanisme efektor terdiri dari mekanisme koping, regulator dan kognator. Regulator disini mempunyai subsistem meliputi komponen-komponen meliputi input, proses dan output. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau

(38)

endokrin. Respon otonom disini adalah respon neural dan brain sistem serta spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem. Pada Regulator disini pada penderita hipertensi adalah pada efektivitas relaksasi nafas dalam dan rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah (Mosby, 2015).

Pada teori adaptasi regulator tubuh pada pasien hipertensi diatas perubahan atau stimulus yang menimbulkan akibat pada manusia terdiri tiga yaitu :

a. Fokal yaitu stimulus yang berhadapan langsung dengan penderita hipertensi adalah tekanan darah.

b. Konstekstual yaitu Stimulus yang dialami seseorang internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi yang dapat diukur dan dapat dilaporkan secara objektif serta rangsangan ini muncul bersamaan yang menimbulkan respon negatif pada penderita hipertensi disini adalah Heart Rate atau denyut jantung.

(39)

lalu pada penderita hipertensi adalah pada gaya hidup pasien.

Roy (1991) mengemukakan pandangan tentang manusia sebagai penerima asuhan keperawatan dalam kaitannya dengan teori adaptasi, bahwa manusia adalah makhluk bio psiko sosio kultural secara utuh (holistik). Adaptasi dijelaskan oleh Roy melalui sistem efektor atau model adaptasi yang terdiri dari : a. Fisiologis yaitu terdiri dari : Oksigenasi, eliminasi, nutrisi,

aktivitas dan istirahat, sensori, cairan dan eleqtrolit, fungsi saraf, fungsi endokrin dan reproduksi.

b. Konsep diri menunjukkan pada nilai kepercayaan, emosi, cita-cita, serta perhatian yang diberikan untuk menyatakan keadaan fisik.

c. Fungsi peran menggambarkan hubungan interaksi seseorang dengan orang lain yang tercermin dalam peran primer, sekunder dan tersier.

(40)

Pada proses fisiologis penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi pada perlakuan rendam kaki air hangat secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis pada tubuh. Terapi rendam kaki air hangat berdampak pada pembuluh darah dimana air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar dan pada pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot ligament yang mempengaruhi sendi tubuh. Air hangat mempunyai dampak psikologis dalam tubuh sehingga air hangat bisa digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan merilekskan otot apabila dilakukan dengan melalui kesadaran dan kedisplinan. Hidroterapi rendam kaki air hangat ini sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Peni, 2008).

(41)

untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon berlangsung meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola didaerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasukan darah yang lebih banyak) mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh : melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepineprin (noradrenaline) yang merangsang jantung dan pembuluh darah, faktor stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon efineprin dan norefineprin.

(42)

yaitu tentang kemampuan klien mencegah terjadinya kembali masalah yang sudah pernah dialami.

Peran perawat menurut Zaidin (2010) meliputi : (a) Pelaksana pelayanan keperawatan (b) Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi Kependidikan (c) Pendidik dalam keperawatan (d) Peneliti dan pengembang keperawatan. Menurut Brunner dan Sudarth (2008) peran ini dirancang untuk memenuhi perawatan kesehatan saat ini dan kebutuhan keperawatan dari konsumen yang merupakan penerima pelayanan keperawatan :

a. Peran Pelaksana. Peran pelaksana dari perawat mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perawat ketika ia mengemban tanggung jawab yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan dan kebutuhan perawatan pasien secara individu, keluarga mereka dan orang terdekat pasien.

(43)

memimpin sekelompok besar perawat atau profesional perawat kesehatan yang berhubungan.

c. Peran Peneliti. Peran peneliti dari perawat pada mulanya dianggap hanya dilakukan oleh para akademikus, perawat ilmuwan dan mahasiswa keperawatan di tingkat sarjana. Kini, partisipasi dalam proses penelitian dianggap sebagai tanggung jawab dari perawat dalam praktek klinis.

Menurut Roy (1991) elemen dalam proses keperawatan meliputi pengkajian tingkat pertama, pengkajian tingkat kedua, diagnosis keperawatan, perencanaan, penentuan tujuan, intervensi dan evaluasi. Dalam praktik keperawatan, penerapan konsep holistik pada proses asuhan keperawatan melalui pendekatan model adaptasi Roy dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Pengkajian Tingkat Pertama

(44)

manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-sosial secara utuh.

b. Pengkajian Tingkat Kedua

Pada tahap ini perawat menganalisis kegawatan dan gambaran tingkah laku klien, baik individu, keluarga maupun masyarakat secara menyeluruh terkait dengan kognator yaitu proses pikir individu (psiko-sosial) dan regulator yaitu proses fisiologis tubuh (biologi). Kemudian diidentifikasi sebagai respon yang adaptif atau maladaptif setelah diberikan dukungan oleh perawat. Perawat mengumpulkan data stimulus yang menjadi penyebab baik stimulus focal, konstektual maupun residual yang juga terkait dengan empat model adaptasi yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

c. Diagnosis Keperawatan

(45)

(1991), menyatakan ada tiga alternatif yang dapat digunakan yaitu :

1) Menggunakan tipologi diagnosis yang dikembangkan oleh Roy dan terkait dengan model adaptasi yaitu fisiologis, konsep diri dan fungsi peran dan interdependen.

2) Meneruskan diagnosis dengan mengobservasi tingkah laku yang berhubungan dengan stimulus, baik fokal, konstektual, maupun residual.

3) Sebagai suatu kesimpulan suatu model adaptasi yang berhubungan dengan stimulus.

d. Intervensi

(46)

e. Evaluasi

Merupakan tahap akhir proses keperawatan. Pada tahap ini yang dilakukan adalah membandingkan tingkah laku klien sebelum dan sesudah implementasi. Hal ini terkait dengan kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek, baik bio, psiko dan sosial. (Roy, 1991)

2. Hipertensi.

a. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistolik dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal tekanan (tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg) (Murwani, 2011).

(47)

menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah >160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension (garis batas hipertensi). Batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (Udjianti, 2010).

Menurut Scholze (2007) pengertian hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

b. Etiologi

(48)

Wahdah (2011) hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1) Hipertensi primer (essensial) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik. Gejalanya disebabkan rasa sakit yang umum misalnya pening kepala menjurus menjadi berat, sakit kepala ini biasanya dirasakan dibelakang kepala. Gejala yang lain adalah merasa letih, nerves, palpitasi, badan terasa lemah dan insomnia. Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi faktor penyebab adalah faktor genetik atau keturunan, gaya hidup (kebiasaan makan, alkohol dan merokok).

(49)

3) Hipertensi diagnosis berdasarkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Ketika tekanan darah sistolik dan diastolik berada pada kategori yang berbeda, maka dipilih kategori yang lebih tinggi untuk mengklasifikasikan tekanan darah individu (Scohlze, 2007).

Selain itu menurut Sudarta (2013) untuk klasifikasi penderita hipertensi batasan klasifikasinya sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi pada Dewasa (Sudata, 2013)

No Kategori Tekanan Darah Sistolik

c. Faktor Risiko Hipertensi

(50)

Penelitian epidemiologis Isti (2005) telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor risiko hipertensi diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya manisfestasi penyakit hipertensi esensial dipengaruhi oleh jenis kelamin, faktor riwayat keluarga serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, status ekonomi, status gizi dan konsumsi alkohol. Adapun gambaran beberapa faktor risiko dapat dilihat di bawah ini:

1) Umur

(51)

(2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa orang yang berusia > 45 tahun berhubungan dengan tingginya risiko hipertensi.

2) Jenis Kelamin

(52)

3) Obesitas

Penelitian Wibisono (2012) menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami kenaikan berat badan lebih dari 5 kg selama pengamatan 6 tahun, mengalami hipertensi (tekanan diastole > 95 mmHg) 2 kali lebih banyak dibandingkan yang berat badannya tetap. Bila mahasiswa ini telah gemuk pada saat dimulainya penelitian, insidensi hipertensi meningkat 5 kali lebih tinggi. Pada obesitas atau kelebihan BB > 20%. Diatas BB normal, akan mengalami hipertensi dua kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak obesitas. Adanya korelasi timbal balik antara obesitas dengan hipertensi serta pengurangan berat badan penderita obesitas dan hipertensi akan diikuti penurunan tekanan darah (Wibisono, 2012).

4) Merokok.

(53)

sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya.

Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya untuk menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat menurunkan insidensi penyakit Jantung Koroner (PJK) sekitar 24,4%. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan kebutuhan oksigen jantung, merangsang pelepasan adrenaline, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya (Tandra, 2006).

5) Konsumsi Alkohol

(54)

pembuluh darah sehingga orang tersebut selain merasakan lebih rileks juga tekanan darahnya menurun, tetapi segera setelah yang bersangkutan berhenti minum, maka pengaruh itu akan segera hilang dan tekanan darah akan naik kembali dan kemungkinan akan melebihi tekanan darah sebelumnya (Salma, 2009).

Hasil penelitian Siauw (2000) menunjukkan bahwa orang yang minum minuman keras (beralkohol) sampai dengan lima kali atau lebih satu kali adalah 0,3 liter, jadi lima kali adalah 1,5 liter per-hari, kemungkinan akan menderita hipertensi adalah sangat tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak minum sama sekali akan menderita stroke meningkat. Telah diketahui bahwa minum alkohol rata-rata 0,06 liter per-hari dapat meningkatkan tekanan darah diastolik rata-rata 2 mmHg.

6) Konsumsi Natrium

(55)

berperan yaitu sistem renin angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan dalam proses konversi Angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensi II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada timbulnya hipertensi (Salma, 2009).

d. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis hipertensi menurut Smeltzer (2014) diantaranya yaitu:

1) Pemeriksaan fisik dapat mengungkap bahwa tidak ada abnormalitas lain selain tekanan darah tinggi.

2) Perubahan pada retina disertai dengan hemoragi, eksudat, penyempitan arteriol dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan papiledema dapat terlihat pada kasus hipertensi berat.

(56)

4) Penyakit arteri koroner dengan angina atau infark miokardium adalah dampak yang paling sering terjadi. 5) Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi berikutnya akan

terjadi gagal jantung.

6) Perubahan patologis dapat terjadi di ginjal (nokturia dan peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kadar kreatinin.

7) Dapat terjadi gangguan serebro vaskuler (stroke atau serangan iskemik transien yaitu perubahan dalam penglihatan atau kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplagia transien atau permanen).

e. Patofisiologi

(57)

Vasokontriksi ini mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, secara tidak langsung juga merangsang pelepasan aldosteron. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Muttaqin, 2009).

Peningkatan tekanan darah terus menerus akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital, juga mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Karena pembuluh darah menebal maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini mengakibatkan stroke. Infark miokard, gagal jantung dan gagal ginjal (Udjianti).

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi menurut Murwani (2011) yang dapat dilakukan antara lain: 1) Mengukur tekanan darah pada kedua tangan ketika

(58)

2) Mengukur berat badan, tinggi badan (berat badan ideal, gemuk, obesitas).

3) Pemeriksaan khusus:

a) Jantung (pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer, sesak nafas)

b) Electrocardiogram (ECG) c) Foto torax

d) Echocardiogram

e) Pada mata fundus copy (pembuluh darah pada retina menjadi tipis)

4) Pemeriksaan darah: kolesterol, urin acid, gula darah, kreatinin, ureum, clearance, trigleserida, elektrolit 5) Pemeriksaan Jugularis Vena Perifer (JVP)

Pemeriksaan penunjang menurut Nugroho (2011) yang dapat dilakukan diantaranya yaitu:

a) Mencari faktor risiko : kolesterol serum, trigliserida, gula darah

(59)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Sudarta (2014 ) diantaranya yaitu:

a) Elektrocardiogram (ECG) : peninggian gelombang P indikasi hipertensi

b) Radiologi : Thorax foto : mendeteksi adanya klasifikasi area katup

c) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebri d) Laboratorium : ureum, kreatinin-elektrolit g. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi menurut Murwani (2009) diantaranya yaitu:

1) Pada ginjal : hematuri, kencing sedikit. 2) Pada otak : stroke, euchephalitis. 3) Pada mata : retinopati hipertensi.

4) Pada jantung : terjadi pembesaran ventrikal kiri dengan/tanpa payah jantung, infark jantung.

h. Penatalaksanaan

(60)

mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

1) Penatalaksanaan keperawatan Modifikasi gaya hidup

Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan non farmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut:

a) Teknik-teknik mengurangi stres. b) Penurunan berat badan

c) Pembatasan alkohol, natrium, tembakau

d) Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)

e) Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi

2) Penatalaksanaan Medis

(61)

a) Diuretik

Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan. Horoklorotiazid dapat diberikan sendiri pada klien dengan hipertensi ringan atau klien yang baru. Banyak obat anti hipertensi dapat menyebabkan retensi cairan karena itu sering kali diuretik diberi bersama antihipertensi.

b) Simpatolitik

Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik), penghambat adrenergik alfa dan penghambat neuron adrenergik diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik. c) Penghambat Andrenergik-Alfa

(62)

yang bertanggung jawab dalam penimbunan lemak di arteri (arteriosklerosis)

d) Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik yang bekerja perifer)

Penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi yang kuat yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin menjadi berkurang dan ini menyebabkan baik curah jantung maupun tahanan vaskular perifer menurun. Reserpin dan guanetidin (dua obat yang paling kuat) dipakai untuk mengendalikan hipertensi beta. Hipotensi ortostatik merupakan efek samping yang sering terjadi, klien harus dinasihatkan untuk bangkit perlahan-lahan dari posisi berbaring atau dari posisi duduk. Obat-obat dalam kelompok ini dapat menyebabkan retensi natrium dan air.

(63)

sehingga menyebabkan vasodilatasi. Refleks takikardi disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.

f) Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor)

Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II (vasokontriktor) dan menhambat pelepasan aldosteron. Kaptopril, enalapril dan lisinapril adalah ketiga antagonis angiotensin. Obat-obatan ini dipakai pada klien dengan kadar renin serum yang tinggi..

3. Terapi Kaki Air Hangat.

Pengertian

(64)

Hidroterapi atau rendam kaki air hangat adalah secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama dampaknya air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Pada pengobatan tradisional Cina kaki merupakan jantung kedua pada manusia dikarenakan ada banyak titik akupuntur ditelapak kaki terdiri enam meridian yaitu hati, kantung empedu di kandung kemih, jantung, ginjal, limfa dan perut sehingga mewakili (berhubungan) dengan seluruh bagian tubuh terutama organ vital jantung berada pada terdapat telapak kaki kiri sehingga bisa memperbaiki sirkulasi darah ke jantung. Merendam kaki dengan air panas bisa memanaskan seluruh tubuh, meningkatkan sirkulasi darah kebagian atas dan menekan sirkulasi (Hambing, 2006).

(65)

kesadaran dan kedisplinan. Hidroterapi rendam kaki air hangat ini sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Peni, 2008).

Dalam pemaparan Dinas Kesehatan Indonesia (2014) air hangat membuat kita merasa santai, meringankan sakit dan tegang pada otot dan memperlancar peredaran darah. Maka dari itu, berendam air hangat bisa membantu menghilangkan stres dan membuat kita tidur lebih mudah. Suhu air hangat yang dipakai berkisar 35 ˚C.

(66)

aromatherapy mampu meredakan ketegangan otot dan menstimulus produksi kelenjar otak yang membuat tubuh terasa lebih tenang dan rileks.

Pengobatan Tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah jantung kedua tubuh manusia, barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik akupuntur di telapak kaki. Enam meridian (hati, empedu, kandung kemih, ginjal, limpa dan perut) ada dikaki (Arnot, 2009). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang sudah dilakukan Khotimah (2012) bahwa terapi rendam kaki air hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur. Rendam kaki air hangat pada kaki efektif digunakan untuk meningkatkan kuantitas tidur pada lansia yang mengalami gangguan tidur.

(67)

Menurut Peni (2008) penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak hanya menggunakan obat-obatan melainkan bisa menggunakan tindakan alternatif non farmakologis dengan menggunakan metode yang lebih murah dan mudah yaitu dengan menggunakan metode terapi rendam air hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta dapat menurunkan tekanan darah apabila dilakukan secara melalui kesadaran dan kedisplinan (Madyastuti, 2011).

Terapi rendam kaki air hangat merupakan salah satu terapi yang memberikan efek teraupetik karena air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Dampak tersebut dapat mempengaruhi oksigenasi jaringan, sehingga dapat mencegah kekakuan otot, menghilangkan rasa nyeri, menenangkan jiwa dan merilekskan tubuh (Kusumastuti, 2009).

(68)

Dalam penelitian terkait yang sudah dilakukan untuk rendam kaki air hangat oleh Agung (2015) dan Khoiroh (2014) untuk hasilnya sejalan yaitu setelah dilakukan rendam kaki air hangat mendapatkan hasil bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat 160 mmHg dan rata-rata tekanan diastolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat adalah 100 mmHg. Setelah dilakukan terapi rendam kaki air hangat, hasil rata-rata tekanan darah sistolik menurun menjadi 150 mmHg, sedangkan pada rata-rata tekanan darah diastolik menurun menjadi 90 mmHg. Pada hasil penelitian tersebut terjadi penurunan yang signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi.

Prosedur rendam kaki air hangat ini yaitu dengan menggunakan air hangat yang bersuhu 32 ˚C – 35 ˚C secara

(69)

stres, sirkulasi darah yang buruk seperti hipertensi, nyeri otot dapat meringankan gejala keluhan tersebut. Hidroterapi rendam kaki air hangat juga mampu meringankan denyut nadi dan tekanan darah yang meningkat dengan mengurangi tingkat stres dan memperbaiki pembengkakan sendi. Pada suhu hangat pada kaki akan merangsang pembuluh darah akan terjadi vasodilatasi, pada terapi air hangat ini akan mempengaruhi saraf simpatis untuk memproduksi renin yang kemudian berperan mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II, pada angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron meningkatkan retensi natrium dan air yang meningkatkan vasopresin sehingga menurunkan tekanan darah (Peni, 2008).

4. Relaksasi Nafas Dalam

a. Pengertian

(70)

dan bagaimana menghembuskan nafas dalam secara perlahan (Teti, 2015).

b. Tujuan

Menurut Smeltzer & Bare (2002) tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres fisik maupun emosional yaitu menurunkan menurunkan kecemasan dan menurunkan tekanan darah. Relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif dalam menurunkan rasa nyeri juga untuk menurunkan tekanan darah pada klien. c. Prosedur

Relaksasi nafas dalam ada beberapa macam. Miltenberger (2004) menggambarkan 4 macam relaksasi yaitu relaksasi otot, pernafasan diafragma, meditasi dan relaksasi perilaku.

(71)

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan melonggarkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu dengan damai, indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat juga dilakukan dengan mendengarkan musik atau bernyanyi (Lany, 2012).

Teknik relaksasi menurut Endang (2014) menghasilkan respon fisiologis terintegrasi dan juga mengganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai “respon relaksasi Benson”. Relaksasi merupakan 2 perpanjangan serabut otot skeletal dan ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut otot (Neila, 2011).

(72)

merespon terjadinya peningkatan peningkatan reflek baroreseptor (Muttaqin, 2009).

(73)
(74)

B. Kerangka Teori.

(Peni, 2009)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Faktor pengendalian hipertensi

: Arah sebab akibat

Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian Kombinasi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam

Etiologi :

1. Kelainan Ginjal 2. Diet kebiasaan makan 3. Stres

4. Gaya Hidup

5. Lain-lain : Obat-obatan, pre-eklamsi dll

Pasien Hipertensi

1. Penurunan tekanan sistolik 2. Penurunan tekanan

diastolik

Tekanan Darah terkontrol Terapi Rendam Kaki Air

Hangat angiotensin I menjadi II Peregangan

kardiopulmonari diteruskan saraf vagus ke

medulla oblongata Impuls afferen

baroreseptor merangsang saraf parasimpatis dan menghambat saraf simpatis

Vasodilatasi sistemik Saraf parasimpatis berjalan

(75)

C. Kerangka Konsep Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur efektifitas kombinasi terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam (deep breathing) terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

(76)

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

(77)

57 A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu yang tujuan untuk mengungkapkan adanya pengaruh suatu manipulasi adaptif terhadap responden. Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variabel yang mungkin berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol dengan ketat. Pengontrolan yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen dalan laboratorium.

Mengingat penelitian ini adalah penelitian yang menguji keefektifan sehingga tidak dimungkinkan untuk untuk mengontrol semua variabel bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi eksperimen). Adapun jenis desain dalam bentuk penelitian ini adalah berbentuk desain nonequivalent (pretest dan posttest) control group design. Desain quasi eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut :

(78)

Keterangan :

Kelompok A : Kelompok hipertensi sebelum dilakukan terapi kombinasi relaksasi nafas dalam dan rendam kaki air hangat pada kelompok intervensi.

Kelompok B : Kelompok hipertensi sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam pada kelompok kontrol Kelompok A1 : Kelompok hipertensi setelah dilakukan tindakan

intervensi kombinasi relaksasi nafas dalam dan rendam kaki air hangat.

Kelompok B1 : Kelompok hipertensi setelah dilakukan relaksasi nafas dalam pada kelompok kontrol.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

(79)

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2016 sampai dengan 14 Agustus 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi.

Sugiyono (2002) menyebutkan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berkunjung memeriksakan diri di Puskesmas Penumping Surakarta di Kalurahan Bumi, Kalurahan Sriwedari dan Kalurahan Penumping yang memiliki angka insidensi penyakit hipertensi yang tinggi.

2. Sampel

a. Besar Sampel.

(80)

n = ( 4a2 (Zcrit + Zpwr)2 D2

*Keterangan :

n : Jumlah sampel

Zcrit : Nilai berdasarkan ketepatan untuk kriteria

signifikasi yang diharapkan ditetapkan sebesar 5% (hipotesis dua arah) = 1,96 (Dharma, 2011). Zpwr : Nilai berdasarkan ketepatan untuk kekuatan

statistik yang diharapkan ditetapkan sebesar 95% = 1.645 (Dharma, 2011)

a : Estimasi variant kedua kelompok diasumsikan sama untuk dua kelompok.

D : Perbedaan minimum yang diharapkan antara dua mean (effect size)

Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini mengikuti rumus diatas dengan :

1) Minimum expected difference (D) 0,8 2) Estimated standart deviation (a) 0,5 3) Desired Power 0,95

(81)

Maka besar sampel yang dibutuhkan adalah : n = ( 4a2 (Zcrit + Zpwr)2

D2

n = ( 40,52 (1,960 + 1,645)2 0,82

= 20,306 = 20

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 20 responden untuk kelompok perlakuan dan 20 responden untuk kelompok kontrol.

b. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan simple random sampling. Teknik penetapan sampel ini dilakukan dengan metode pengambilan sampel secara acak sederhana dengan asumsi bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh populasi tidak dipertimbangkan dalam penelitian. Setiap individu dapat dijadikan sampel tanpa mempertimbangkan karakteristik atau stratifikasi yang dimiliki oleh individu tersebut (Kelana, 2011).

(82)

Surakarta yang dibagi menjadi beberapa wilayah dari mencakup beberapa kalurahan seperti kalurahan Sondakan, Penumping dan kalurahan Bumi dengan cara mengambil data dari pasien yang memeriksakan diri di Puskesmas Penumping Surakarta.

c. Kriteria Sampel.

1) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi, target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Bersedia menjadi responden penelitian.

b) Penderita hipertensi yang memeriksakan diri di Puskesmas Penumping Surakarta hipertensi ringan diatas yang mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

c) Penderita hipertensi yang berumur 34 – 75 tahun. d) Kesadaran compos mentis

e) Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan

(83)

hipertensi setelah memeriksakan diri ke Puskesmas Penumping Surakarta.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi, target yang tidak terjangkau untuk diteliti (Nursalam, 2012). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

a) Penderita hipertensi yang sudah terkena komplikasi penyakit seperti stroke.

b) Penderita hipertensi yang mengkonsumsi alkohol. c) Pasien yang menolak atau tidak kooperatif. d) Pasien yang mengalami stres.

D. Variabel Penelitian

(84)

E. Definisi Operasional

Tabel 2. Tabel Definisi Operasional Penelitian.

No. Variabel pengertian Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel independen :

a. Terapi Rendam Kaki Air

Hangat adalah metode terapi

dengan merendam kaki

menggunakan air hangat

setinggi mata kaki selama 10

menit dengan suhu 32 ˚C – 35

˚C dengan bertujuan untuk

menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi.

Frekuensi dilakukan sehari sekali setiap pagi, lamanya 10 menit dilakukan selama 7 hari berturut-turut.

Waktu untuk melakukan

kombinasi rendam kaki air hangat dilakukan pada pagi hari.

Untuk tetap mempertahankan suhu air hangat supaya tetap stabil, maka pada waskom diberikan handul tebal seperti inhalasi uap sebagai penutup rendam kaki air hangat.

Observasi Hasil pengukuran

Untuk mengukur

suatu tindakan menarik nafas dalam lewat hidung dan ditahan tiga detik kemudian keluarkan hembuskan lewat

mulut bertujuan untuk

menurunkan tekanan darah dilakukan setiap hari pada waktu pagi hari selama 7 hari berturut-turut.

Observasi. Hasil pengukuran

(85)

3. Variabel Dependen

Penurunan tekanan darah adalah suatu keadaan dimana tekanan

darah pasien hipertensi

mengalami penurunan tekanan darah setelah diberikan tindakan kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam.

Responden tekanan sistolik dan

pada tekanan

diastolik.

Rasio

4. Jenis Kelamin adalah perbedaan

bentuk, sifat, dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan yang

menentukan perbedaan peran

dalam menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan.

mengukur waktu keberadaan

suatu benda atau makhluk yang

6. Pendapatan adalah penghasilan

yang diperoleh oleh suatu

keluarga dalam rentang satu bulan.

pengobatan yang dilakukan

dengan menggunakan obat medis pada penderita hipertensi yang

bertujuan untuk menurunkan

Gambar

Gambar 1. Skema Teori Adaptasi Regulator Tubuh
Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian Kombinasi rendam kaki air hangat dan  relaksasi nafas dalam
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 2. Tabel Definisi Operasional Penelitian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,001 maka dapat disimpulkan ada pengaruh teknik kombinasi hidroterapi rendam hangat dan terapi relaksai benson terhadap penurunan tekanan

darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam pada lansia hipertensi di UPT Rumah pelayanan Lanjut Usia Budi

Latar Belakang : Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia

9 perubahan tekanan darah responden pada saat pre test mayoritas responden memiliki kategori hipertensi ringan dan sedang kemudian diberikan terapi rendam kaki

Hasil penelitian Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Penderita Diabetes Melitus di Kelurahan Loa Tebu didapatkan hasil p-value 0,001

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masi & Rottie 2017, di Puskesmas Bahu Manado dengan mengunakan metode rendam kaki air hangat dengan suhu 390 C – 400 C selama 15 menit,

Perbedaan Sistolik dan Diastolik Pada Kelompok Eksperimen Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistole pada

2021 Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Dengan Garam dan Serai Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dengan rancangan yang