• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

!

(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Pelayanan Sosial Medis Bagi Penderita Paraplegia di Instalasi

Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati Jakarta telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Program Studi Kesejahteraan

Sosial.

Jakarta, 28

Desember 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Ismat Firdaus, M. Si

NIP 19700903 199603 1 001 NIP 150411196 Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Hj. Elidar Husein, MA Nurkhayati Nurbus, M. Si NIP 19451125 197106 2 001 NIP 19740809 199803 2 002

Pembimbing

(3)

ABSTRAK

Fitrah Nasuha

Fungsi Pelayanan Sosial Medis bagi Penderita Paraplegia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati Jakarta

Paraplegia atau kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah (kaki) disebakan oleh kerusakan syaraf tulang belakang atau susmsum tulang belakang yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit yang menyerang syaraf tulang belakang dan untuk pemulihannya memerlukan upaya rehabilitasi medis dalam memperbaiki dan mempertahankan fungsi-fungsi tubuh dan otot bagian perut keatas. Akan tetapi, permasalahan penderita paraplegia tidak hanya semata terfokus pada fisik namun juga mempengharui kondisi psikologi, ekonomi dan sosial, oleh karenanya jenis pelayanan sosial medis dibutuhkan sebagai pendukung dan penunjang di Instalasi Rehabilitasi Medik sebagai suatu pelayanan yang menangani masalah emosional, sosial dan ekonomi penderita. Berdasarkan hal tersebut penulis sangat tertarik mengadakan penelitian mengenai pelayanan sosial medis begi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta.

Metodelogi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang kemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian obsevasi dan wawancara mendalam terhadap berbagai kegiatan pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia yang dilakukan oleh pekerja sosial medis yang terdapat di instalasi rehabilitasi medik. Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yaitu; 2 orang pekerja sosial medis, 1 orang pasien rawat jalan dan 1 orang pasien rawat inap.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum wr. wb

Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia

Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan

kasih serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesama manusia hanya

karena Allah semata. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan

besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarganya yang suci, para

sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang insya Allah hingga kini terus

mencintainya.

Skripsi dengan judul ” Pelayanan Sosial Medis bagi Penderita

Paraplegia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati Jakarta ”

merupakan salah satu wujud upaya penulis dalam memberikan sedikit

pengetahuan mengenai penderita paraplegia dan pelaayanan sosial medis yang

memang belum begitu diketatahui atau dikenal.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Oleh

karena itu segal kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh

merupakan suatu masukan yang sangat berharga dan sangat membantu penulis

dalam membuat skripsi ini. Karenanya, sudah sepantasnya penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

(5)

Wahidin Saputra, MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs.

H. Mahmud Jalal, MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi

Umum dan Drs. Studi Rizal, MA sebagai Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

2. Bapak Helmy Rustandi, MA selaku ketua jurusan Kessos, dan Bapak

Ismet Firdaus,M.Si selaku ketua jurusan Kessos.

3. Ibu Napsiyah, selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan

dan bersabar membimbing penulis selama ini. Permohonan maaf tak

lupa penulis ucapkan atas segala kesalah yang telah penulis lakukan

4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan seluruh Civitas

Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan

membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

5. Dr. Peny Kusumastuti, SP. RM, selaku kepala pimpinan instalasi

rehabilitasi medik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian skripsi di IRM RSUP Fatmawati.

6. Ibu keduaku, Ibu Soraya selaku Pekerja Sosial Medis. Terima kasih atas

segala didikannya dan kesabarannya dalam menjelaskan segala bentuk

pelayanan sosial di IRM. Sukses S2-nya Bu

7. Bapak Madina, selaku Pekerja Sosial medis. Terima kasih atas waktunya

meski sibuk harus melakukan berbagai kunjungan Bapak bersedia

meluangkan waktu untuk saya wawancarai.

8. Mama dan Papa tercinta, terima kasih atas dukungannya selama ini dan

(6)

9. Kakakku yang paling cerewet kak Eci, terima kasih atas segala

tempaannya insya Allah pita gak akan ngecewain kakak. Boar alias

borin alias debo adikku termanja, pita sayang kamu. Zuki, si cuek yang

sudah sidang terlebih dahulu, you are my best brother. Mbai, adik

bungsuku semoga cepat lulus dan buat bangga kami semua. Kak yii,

akhirnya pita bisa kak terima kasih untuk semua dukungan kalian

semua, pita sayang kalian semua.

10.Nda, terima kasih atas segala omelan dan dorongannya dan akhirnya aku

selesai Nda. ya meski telat, tapi kan better late than never

11.Ipul, terima kasih untuk semuanya you are my best friend. Semoga apa

yang kamu harapkan tercapai dan membuat orang tua kamu bangga akan

prestasi yang sudah kamu dapat. Sebagai teman sekaligus sahabat aku

terus mendoakan kesuksesanmu. Semangat.

12.Dha, adikku yang selalu baik dan berfikir positif. Selalu menerima orang

lain dengan apa adanya. Selalu terbuka dan ramai. Pita selalu berdoa

agar Dha mendapatkan yang terbaik dalam hidup dan terima kasih telah

berbagi berbagai pengalaman sehingga pita dapat melihat segala sesuatu

dari berbagai sudut pandang.

13.Putri yang telah jauh. Setiap orang pernah melakukan kesalahan dan

sudah menjadi kewajiban setiap orang mengakui kesalahan yang telah

diperbuat serta memaafkan setiap kesalahan lainnya.

14.Teman-temanku yang selalu ada saat aku merasa sendiri dan

membutuhkan bantuan Ndy, Zee, Ade, Nana, Emy, Sarti Dea, Izul,

(7)

selama ini. Terima kasih atas pengertian dan perhatiannya semoga kita

selalu suksek.

15.Semua anak Kessos yang tidak bisa disebutkan satu persatu, maju terus

pantang mundur. Semangat.

Sebagai kata terakhir penulis berharap skripsi ini bermanfaat baik bagi

penulis, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainnya. Sekali lagi

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya semoga yang telah

kita lakukan selama ini dapat menjadi amal shaleh dan diterima disisi Allah

SWT. Amiin.

Jakarta, 11 Desember 2009

Fitrah Nasuha

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1

Subjek Penelitian

...

11

Tabel 1.2

Theorythical Sampling

...

12

Tabel 2.3

Susunan Sumsum Tulang Belakang dan Pembagian Urat

Saraf.

...

38

Tabel 3.4

Jumlah Fasilitas Ruang Pelayanan di Instalasi Rehabilitasi

Medik

...

52

Tabel 4.5

Jumlah Pasien di Ruang Rawat inap Rehabilitasi Medik

RSUP Fatmawati pada Bulan Mei 2009

...

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Tulang Belakang

...

36

Gambar 3.2 Alur Pelayanan di Instalasi Rehabilitasi Medik ...

56

Gambar 3.3 Struktur Oraganisasi Medik

...

58

Gambar 3.4 Struktur Organisasi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati

...

(10)

DAFTAR ISTILAH

RSUP : Rumah Sakit umum Pusat

IRM : Instalasi Rehabilitasi Medik

PRM : Pusat Rehabilitsi Medik

BAKORREPENCATU : Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Cacat

Tubuh

UPRM : Unit Pelayanan Rehabilitasi Medik

SMF : Satuan Medis Fungsional

R3M : Ruang Rawat Rehabilitasi Medik

IRNA : Instalasi Rawat Inap

IRJ : Instalasi Rawat Jalan

IGD : Instansi Gawat Darurat

OT : Okupasi Terapi / pelatihan keseharian

TW : Terapi Wicara / pelatihan bicara

PO : Prostetik Ortetik / pembuatan alat bantu

WS : Workshop / pembuatan kursi roda

PSI : Psikologi

PSM : Pekerja Sosial Medik

Rounde : Kunjungan rutin setiap awal minggu kekamar-kamar

pasien dan memantau perkembagan pasien

Case Conference : Pertemuan rutin setiap awal minggu setelah

kunjungan kekamar-kamar pasien membahas kondisi

(11)

Family Meeting : Pertemuan setiap hari kamis dengan keluarga pasien

dan tim rehabilitasi medik membahas kondisi pasien

KOMDIK : Karyawan non Dokter

WK.KA.BID : Wakil Kepala Bidang

SDM : Sumber Daya Manusia

DEPKES : Departemen Kesehatan

MENKES : Menteri Kesehatan

TM : Tidak Mampu

Paraplegia : Kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah / kaki

Paraplegic : Sebutan untuk pasien penderita kelumpuhan pada

kedua anggota gerak bawah

Cervical 1-4 : Saraf yang mengatur diafrakma

Cervical 5 : Saraf yang mengatur mengangkat lengan kesamping

dan menekuk siku

Cervical 6 : Saraf yang mengatur pengulur pergelangan tangan

Cervical 7 : Saraf yang mengatur meluruskan siku

Cervical 8 : Saraf yang mengatur tangan dan jari-jari tangan

Thoracic 1 : Saraf yang mengatur tangan dan jari-jari tangan

Thoracic 2-8 : Saraf yang mengatur urat-urat dada

Thoracic 6-12 : Saraf yang mengatur urat-urat perut

Lumbar 1-5 : Saraf yang menagatur urat-urat kaki

Sacral1 : Saraf yang mengatur urat-urat kaki

Sacral 2-5 : Saraf yang mengatur usus besar dan kandung kemih

(12)

Biceps : Menekuk siku

Triceps : Meluruskan Siku

Afasia : Kelainan bahasa

Disartia : Kelainan Komunikasi

Delayed Speech : Ruang Terapi Wicara

(13)

ABSTRAK

………

I

KATA PENGANTAR

………..

Ii

DAFTAR

TABEL………

Vi

DAFTAR GAMBAR

………...

vii

DAFTAR ISTILAH

...

viii

DAFTAR ISI

...

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Maslah ………. 1

B. Perumusan dan Pembtasan Masalah

1. Pembatasan Masalah ………. 8

2. Perumusan Masalah

………...

8

C. Tujuan Penelitian ……….. 7

D. Manfaat Penelitian

(14)

2. Manfaat Praktis ………. 8

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian ………... 8

2. Jenis-Jenis Penelitian ………. 9 3. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 10

4.Subjek, Informan dan Objek Penelitian ………. 11

5. Sumber Data ……….. 13

6. Teknik Pengumpulan Data ……… 13

7. Teknik Analisis Data ………. 14

8. Teknik Keabsahan Data ……… 15

9. Instrumen dan Alat Bantu

………..

15

10. Teknik Penulisan

………..

16

F. Sistematika Penulisan

………

16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pelayanan Sosial

1. Pelayanan Sosial

………

18

(15)

………..

3. Tahapan Pelayanan Sosial

………..

22

B. Pelayanan Sosial medis

1. Pengertian Pelayanan Sosial Medis

………...

1. Sejarah Rehabilitasi Medik

………

28

2. Pengertian Rehabilitasi Medik

………...

29

D. Paraplegia

1. Pengertian Paraplegia

……….

34

2. Penyebab paraplegia

………..

35

(16)

………..

4. Kemandirian Paraplegia

……….

39

BAB III GAMBARAN UMUM INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP FATMAWATI

A. Sejarah Singkat Instalasi Rehabilitasi Medik

………

43

B. Klasifikasi Lembaga

………..

D. Peran Instalasi Rehabilitasi Medik

………

48

(17)

F. Sumber Dana dan Pola Pendanaan

……….

56

G.Organisasi dan Struktur Organisasi Instalasi Rehabilitasi

Medik……….

.

57

H. Jumlah Karyawan Instalasi Rehabilitasi Medik

………

60

I. Jumlah Pasien Rawat Inap di Ruang Rehabilitasi Medik

…...

61

BAB IV TAHAPAN, FUNGSI DAN FAKTOR PENDUKUNG-PENGHAMBAT PELAYANA N SOSIAL MEDIS BAGI PENDERITA PARAPLEGIA DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP FATMAWATI

A. Tahapan Pelayanan Sosial Medis bagi Penderita paraplegia

(18)

3. Tahap Rencana intervensi

………..

70

4. Tahap Impelmentasi Rencana Intervensi ………..

a. Penumbuhan Kesadaran ……….. 71

b. Pemberian Kemampuan ……….. 73

c. Pemberian Kesempatan

………

di Instalasi Rehabilitasi Medik

………...

80

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelayanan Sosial Medis

(19)

A. Kesimpulan

………

88

B. Saran

………..

88

DAFTAR PUSTAKA

...

91

LAMPIRAN – LAMPIRAN

OUT LINE SKRIPSI

(20)

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan dan Fokus Masalah

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

D. Metodologi Penelitian

E. Jenis Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG TEORI PELAYANAN SOSIAL MEDIS,

PARAPLEGIA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Teori Pelayanan Sosial

1. Pengertian Pelayanan Sosial

2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial

3. Tahapan-Tahapan Pelayanan Sosial

B. Teori Pelayanan Sosial Medis

1. Pengertian Pelayanan Sosial Medis

2. Tujuan Pelayanan Sosial Medis

3. Fungsi Pelayanan Sosial Medis

4. Ruang Lingkup Pelayanan Sosial Medis

C. Rehabilitasi Medik

1. Sejarah Rehabilitasi Medik

2. Pengertian Rehabilitasi Medik

D. Paraplegia

(21)

2. Penyebab Paraplegia

3. Kemandirian Paraplegia

BAB III GAMBARAN UMUM INSTALSI REHABILITASI MEDIK RSUP FATAMAWATI JAKARTA

1. Sejarah Singkat Berdirinya Instalasi Rehabilitasi

Medik RSUP Fatmawati Jakarta

2. Klasifikasi Lembaga

3. Peran dan Fungsi Lembaga

4. Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik

5. Visi. Misi, Falsafah dan Tujuan Instalasi Rehabilitasi

Medik

6. Sumber dana dan Pola Pendanaan

7. Organisasi dan Struktur Organisasi Instalasi

Rehabilitasi Medik

8. Jumlah Karyawan di Instalasi Rehabilitasi Medik

9. Jumlah Pasien di Ruang Rawat Inap Rehabilitasi

Medik

10.Kedudukan Pekerja Sosial Medis dalam Struktur

Organisasi

(22)

1. Proses Pelayanan Sosial Medis bagi Penderita

Paraplegia

2. Fungsi Pelayanan Sosial Medis bagi Penderita

Paraplegi

3. Faktor Pendukung dan Penghambat

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memiliki penampilan menarik serta sempurna adalah dambaan

setiap manusia di bumi ini. Namun kenyataan hidup tak selalu sejalan

dengan apa yang diharapkan dan diidamkan. Hal ini sebagaimana dialami

oleh mereka yang lahir kedunia dalam keadaan tidak sempurna secara fisik

atau dalam keadaan cacat. Meskipun kecacatan seseorang tidak hanya

terjadi karena bawaan lahir namun juga karena suatu penyakit, kecelakaan,

korban peperangan atau pun sebab lainnya yang mengakibatkan pada

kelumpuhan permanen atau seumur hidup.

Belum dapat diketahui secara pasti berapa jumlah penyandang cacat

di Indonesia, namun berdasarkan hasil survey yang dilakukan Departemen

Sosial RI tahun 1978 populasi penyandang cacat di Indonesia adalah 3,11%

dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara menurut data yang berhasil

dihimpun oleh WHO pada tahun 2004 penderita cacat tubuh di Indonesia

mencapai 10 % dari jumlah penduduk Indonesia.1 Sedangkan menurut data

kantor wilayah DKI tahun 2004 tercatat sekitar 3.849 penyandang cacat

tubuh di Jakarta, akan tetapi data-data tersebut masih jauh dari kenyataan

yang ada di masyarakat. Hal ini karena masih belum adanya kesadaran dari

masyarakat untuk melapor pada pemerintah setempat tentang keberadaan

1

www.depsos.go.id, 12 Januari 2009

(24)

keluarga atau kerabat mereka yang mengalami kecacatan. Serta kurangnya

pendataan yang dilakukan oleh pemerintah tentang berapa banyak populasi

penyandang cacat tubuh di Indonesia. Seperti mereka yang mengalami

kelumpuhan pada dua anggota gerak bawah atau kaki belum dapat diketahui

berapa jumlah atau populasi mereka.

Jelas sekali bagi seseorang yang mengalami kelumpuhan akan

mendapatkan kesulitan dalam bergerak dan beraktifitas dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam dunia kedokteran atau dunia medis seorang pasien yang

mengalami kelumpuhan disebut juga sebagai paraplegics. Sedang,

kelumpuhan itu sendiri dikenal dengan nama paraplegia. Paraplegia adalah

terjadinya kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah yakni kaki, hal ini

terjadi karena adanya penyepitan syaraf di tulang belakang yang disebabkan

oleh kecelakaan, jatuh duduk, trauma atau pun karena suatu penyakit.

Tingkat kelumpuhan yang dialami oleh setiap penderita sangat bervariasi

mulai dari perlemahan gerakan kaki, kelayuan pada kaki, hilangnya rasa

sakit, dan pada akhirnya mengalami kelumpuhan total mulai dari batas perut

hingga ujung jari kaki.2

Kondisi tersebut membuat para penderita paraplegia mengalami

kelumpuhan secara permanen atau seumur hidup. Hal ini tentunya tidak

dapat dengan mudah diterima oleh penderita, terlebih jika kelumpuhan

tersebut terjadi bukan karena bawaan lahir melainkan karena suatu penyakit

atau kecelakaan. Berbagai masalah akan timbul dengan kelumpuhan yang

dialami oleh seseorang. Secara fisik jelas sekali mereka akan mengalami

2

(25)

keterbatasan gerak dan kesulitan beraktifitas. Kondisi psikis atau kejiwaan

penderita paraplegi ini tentunya pun ikut berubah. Mereka akan mengalami

depresi yang dalam, kehilangan kepercayaan diri, kehilangan semangat

hidup dan akan mengalami keputusasaan yang dalam. Kondisi kejiwaan

penderita paraplegia akan menjadi lebih labil dan sensitive dengan berbagai

hal yang ada disekitar penderita paraplegia, terlebih jika lingkungan

sosialnya (baik keluarga, sekolah, kantor dan masyarakat tempat tinggal)

tidak dapat menerima penderita paraplegia ini dengan baik karena

kelumpuhan yang ada pada dirinya. Dari segi finansial pun akan sangat

berpengaruh, terutama bagi penderita paraplegia yang menjadi tulang

punggung keluarga atau pencari nafkah. Beban hidup para penderita

paraplegia bertambah karena seperti kita ketahui bahwa penderita paraplegia

membutuhkan kursi roda, biaya obat-obatan dan kontrol ke rumah sakit,

hingga biaya perubahan rumah demi menunjang kemudahan penderita

paraplegia dalam beraktifitas di atas kursi rodanya. Jika penderita paraplegia

ini tidak memiliki keterampilan khusus yang dapat menunjang penghidupan

dan kehidupannya, karena seperti kita ketahui di Indonesia ini jarang sekali

ada perusahaan atau perkantoran yang mau menerima para penderita

paraplegia dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.

Dalam undang-undang kenegaraan telah dijelaskan secara jelas

bahwa setiap manusia siapa pun itu memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Seperti yang tertera dalam UU RI NO. 4 tahun 1997 tentang penyandang

cacat yang berbunyi;3

3

(26)

“ bahwa penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang juga memiliki hak, kedudukan, kewajiban dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam aspek kehidupan dan penghidupan.

Oleh karenanya, para penderita paraplegia ini membutuhkan suatu

lahan atau tempat rehabilitasi yang dapat mengembalikan keberfungsian

sosial mereka. Seperti yang tertuang dalam UU RI No. 4 tahun 1997 pasal 7

tentang penyandang cacat yang berbunyi;4

“ Rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan penglaman. “

Rehabilitasi bagi penderita paraplegia yang diselenggarakan di

rumah sakit dikenal dengan istilah rehabilitasi medik, yaitu suatu bentuk

pelayanan kesehatan total yang dilakukan secara multidisipliner untuk

membantu memulihkan kemampuan-kemampuan fisik, mental dan sosial

penderita paraplegia sehingga ia mampu melaksanakan fungsi dan perannya

kembali di masyarakat secara optimal.5

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati adalah salah satu rumah sakit

yang menyediakan pelayanan rehabilitasi mediknya. Rehabilitasi medik ini

dikenal dengan nama Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM), dalam Instalasi

Rehabilitasi Medik ini ada tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter

ahli rehabilitasi, psikologi, perawat rehabilitasi, fisioterapi, okupasiterapi,

prostetik ortetik, terapi wicara, bengkel kursi roda dan pekerja sosial medis.

Tim ini bekerja sama memberikan pelayanan terbaik pada pasien paraplegia,

4

UU RI No. 4 (Pasal 7)/1997 Tentang Penyandang Cacat 5

(27)

tidak hanya membantu menangani masalah fisik sebagai akibat dari

kelumpuhan yang disandangnya tetapi juga masalah fungsi sosial yang

menyertainya. Pelayanan rehabilitai merupakan suatu usaha untuk

memulihkan organ-organ yang tersisa, sehingga penderita paraplegia

mampu menjalankan kembali fungsi sosialnya di masyarakat.

Dari uraian di atas jelas bahwa penderita paraplegia mengalami

berbagai gangguan pada fisiknya yang berpengaruh besar pada kondisi

psikologis dan sosialnya, karena kelumpuhan yang dialaminya dapat

membuat seseorang menjadi rendah diri, frustasi dan sebagainya. Dalam

setting rumah sakit khususnya di instalasi rehabilitasi medik pelayanan

sosial yang diberikan oleh pekerja sosial medis dianggap mampu

menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada diri penderita paraplegia.

Pelayanan sosial medis yang diberikan dapat dilakukan dengan cara

menjalin hubungan baik dengan penderita paraplegia dalam rangka

mengurangi tekanan sosial dan emosional yang dapat memperlambat

penyembuhan penderita. Selain itu pelayanan yang dapat dilakukan oleh

pekerja sosial medis adalah melakukan kunjungan rumah hal ini dilakukan

agar pekerja sosial lebih memahami keadaan yang dihadapi oleh penderita

paraplegia. Pelayanan yang dilakukan sampai pada tahap pemberian bantuan

dalam mencarikan dana atau donatur untuk pembelian alat bantu hingga

biaya perawatan.

Berdasarkan pada uraian diatas penulis bermaksud mengadakan

(28)

“PELAYANAN SOSIAL MEDIS BAGI PENDERITA PARAPLEGIA DI

INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP FATMAWATI JAKARTA”

B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah. 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis akan melakukan

penelitian yang berfokus pada pelayanan sosial medis bagi penderita

paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Menyadari keterbatasan penulis dalam berbagai hal seperti

keterbatasan ilmu pengetahuan, waktu, biaya dan hal lainnya maka

penelitian ini penulis batasi pada :

1. Bagaimana tahapan pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia

di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta ?

2. Bagaimana fungsi pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di

instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta ?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat proses pelayanan sosial

medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP

Fatmawati Jakarta?

C. Tujuan Penelitian

(29)

1. Mengetahui tahapan pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di

instalasi rehabilitasi medik di RSUP Fatmawati Jakarta.

2. Mengetahui fungsi pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di

instalasi rehabilitasi medik di RSUP Fatmawati Jakarta.

3. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pelayanan sosial

medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP

Fatmawati Jakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang diharapkan penulis dari penelitian ini

adalah :

a. Memberikan gambaran tentang proses pelayanan sosial medis yang

diberikan oleh pekerja sosial medis di instalasi rehabilitasi medik

terhadap penderita paraplegia.

b. Memberikan sumbangsih pengetahuan kepada mahasiswa

kesejahteraan sosial khususnya dan kepada masyarakat luas

umumnya mengenai pelayanan sosial medis.

(30)

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan

juga sebagai bahan kajian bagi para peminat studi kesjahteraan sosial,

terutama bagi para mahasiswa kesejahteraan sosial.

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang penulis gunakan adalah

pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku dapat

diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara

utuh.6

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat

diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi,

dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan

dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis

maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan

informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan

menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia7.

Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin

mendeskripsikan, memperoleh gambaran nyata dan menggali informasi

6

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja : Rosdakarya, 1991)., h, 3.

7

(31)

yang jelas mengenai fungsi pelayanan sosial medis bagi penderita

paraplegia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati Jakarta.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

yaitu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang

keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan

utama meggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan

sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian

dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.8

Metode deskriptif dapat diartikan pula sebagai upaya untuk

melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya penelitian

analisis deskriptif adalah penelitian non hipotesa sehingga dalam

langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.9

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual

secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah

atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang berlaku, juga

menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah

8

Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia (UI Prees), 2006), cet. 1, hal. 71

9

(32)

yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan

rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.10

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah

untuk menguraikan, memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin

program pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi

rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP

Fatmawati, jln. RS Fatmawati Jakarta Selatan.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Maret hingga bulan Mei 2009,

sebelumnya penulis telah melakukan praktikum I selama 4 bulan yang

dilakukan pada bulan September hingga Desember 2008

4. Subjek, Informan dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pekerja sosial medis selaku

pelaksana pelayanan sosial medis dan pasien penderita paraplegia selaku

penerima pelayanan sosial medis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP

Fatmawati Jakarta. Penulis berupaya melakukan penelitian ini dengan

mengunakan sudut pandang orang-orang yang menjadi sumber data

10

(33)

primer penelitian ini, melalui interaksi dengan subjek penelitian terjadi

secara alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang

subjek tidak berubah.11

Oleh karenanya, peneliti menggambarkan tabel yang

menjelaskan tentang subjek penelitian.

NO Subjek Penelitian Posisi

1. Gambaran Pelayana Sosial

Medis, hasil yang telah

dicapai serta faktor

penghambat dan pendukung

Pekerja Sosial Medis

2. Gambaran pelaksanaan

pelayanan sosial medis dan

hasil dari pelayanan tersebut

Penderita Paraplegia

Tabel 1.

Subjek Penelitian

Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi

mengenai situasi dan latar penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen dalam

buku Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Moleong, pemanfaatan

Informan dalam penelitian adalah agar dalam waktu yang singkat

banyak informasi yang didapatkan.12 Sedang menurut Neuman konsep

sample dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana

11

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001). H. 25 12

(34)

memiliki informan atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan

informasi yang mantap dan terpercaya mengenai informasi-informasi

yang ada.13

Untuk memilih sampel informan lebih tepat dilakukan dengan sengaja

(purpose sampling). Dalam penelitian ini penulis memilih informan

yang berhubungan dengan pelayanan sosial medis, yaitu 2 orang pekerja

sosial medis dan 2 orang pasien penderita paraplegia.

Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel sebagai berikut

Informasi yang dicari Informan Jumlah

Gambaran pelayanan

sosial medis, hasil yang

telah dicapai serta

faktor pendukung dan

penghambat

Pekerja sosial medis 2 0rang

Gambaran pelaksanaan

pelayanan sosial medis

dan hasil dari

pelayanan tersebut

Pesien penderita

paraplegia

2 orang

Tabel 2

Theorythical Sampling

13

Lawrence W. Neuman, Social Research Methods:Qualitatif dan Quantitatif Approaches

(35)

Sedangkan objek penelitian ini adalah pelayanan sosial medis

bagi penderita paraplegia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP

Fatmawati Jakarta.

5. Sumber Data

Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh melalui

hasil observasi dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari buku , majalah dan berbagai

literatur lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

6. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah tehnik

pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa

pengumpulan data dalam bentuk kalimat, pernyataan, kata dan gambar.14

Pelaksanaan tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan:

a. Observasi atau pengamatan, yaitu pengamatan langsung kepada

suatu obyek yang diteliti15 Peneliti menggunakan instrumen

observasi dalam mengamati proses pelayanan sosial medis yang

14

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : Fisip UI, 2001), h. 40

15

(36)

dilakukan oleh pekerja sosial medis di instalasi rehabilitasi medik

bagi penderita paraplegia.

b. Interview atau wawancara merupakan salah satu bentuk alat

pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis

data.16 Peneliti melakukan wawancara demi memperoleh data yang

diperlukan dan berhubungan dengan tema yang peneliti ajukan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan berbagai

sumber. Diantaranya dengan staf pegawai instalasi rehabilitasi

medik, kepala pimpinan instalasi rehabilitasi medik dan tentunya

dengan pekerja sosial medis itu sendiri serta kepada penderita

paraplegia.

c. Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak

dapat diperoleh dengan cara wawancara atau observasi. Tehnik

dokumentasi penulis lakukan dengan cara menelaah buku-buku,

majalah, artikel maupun sumber-sumber yang berkaitan dengan

pelayanan sosial medis di instalasi rehabilitasi medik terhadap

penderita paraplegia.

7. Teknik Analisis Data

Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan

mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokan data. Nasir

mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting

16

(37)

dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi

arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.17

Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber data

yang tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa

pihak staf, pekerja sosial medis dan penderita paraplegia. Pada tahap

akhir dari analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada,

agar menghasilkan data-data yang konkrit tentang pelayanan sosial

medis yang dilakukan oleh pekerja sosial medis terhadap penderita

paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati.

8. Teknik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik

triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi

yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lain.

Dalam hal ini penulis menggunakan pasien penderita paraplegia sebagai

sumber pengecekan keabsahan data yang penulis terima dari pekerja

sosial medis mengenai pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia

9. Instrumen dan alat bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrumen penelitian,

17

(38)

peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.18

Namun demikian penulis memerlukan alat bantu dalam melakukan

kegiatan pengumpulan dan pencatatan data. Alat bantu tersebut antara

lain pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder), dan catatan

lapangan.

Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur

dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai

dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam

pedoaman wawancara terekam dengan menggunakan alat bantu tape

recorder. Penggunakan alat bantu tape recorder untuk merekam hasil

wawancara memerlukan persetujuan dari subjek penelitian yang

diwawancarai. Sedang catatan lapangan merupakan alat bantu yang

penting dalam penelitian kualitatif. Penulis membuat catatan lapangan

untuk membantunya mencatat pengamatan lapangan dan membantu

penulis ketika menganalisis data.19

10. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dan transliterasi yang digunakan

berpedoman pada buku Pedoman Penulian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis

dan Disertasi) yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

diterbitkan oleh UIN Jakarta Press. 2007. cet. Ke 2.

18

Dr. Lexy. J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001). H. 19

19

(39)

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi terdiri dari 5 bab, berikut adalah sistematika

penulisan skripsi:

BAB I Pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah, perumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metodologi penelitian dan sistematik penulisan.

BAB II Membahas mengenai Landasan Teori yang meliputi : pengertian pelayanan sosial, pengertian pelayanan sosial medis, sejarah

rehabilitasi medik, pengertian paraplegia.

BAB III Membahas mengenai Gambaran Umum Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatamawati yang terdiri dari ; latar belakang

berdirinya instalasi rehabilitasi medik, klasifikasi lembaga, peran

dan fungsi instalasi rehabilitasi medik, program pelayanan

instalasi rehabilitasi medik, visi, misi, falsafah, tujuan, sumber

dana dan pendanaan, organisasi dan struktur organisasi instalasi

rehabilitasi medik dan proses pelayanan sosial medik.

BAB IV Merupakan hasil penelitian dan analisis yang berisikan pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi

medik, hasil yang dicapai dan faktor pendukung serta

penghambat pelayanan tersebut.

(40)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pelayanan Sosial 1. Pelayanan Sosial

Dalam ilmu kesejahteraan sosial ada berbagai istilah pelayanan yang

serupa dengan pelayanan sosial. Kesejahteraan sosial itu sendiri menurut

Wilensky dan Lebeaux (1965), kesejahteraan sosial sebagai sistem yang

terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang

dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar

mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Demi terciptanya

hubungan-hubungan persoanal dan sosial yang memberi kesempatan kepada

individu-individu mengembangkan kemampuan mereka seluas-luasnya dan

meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat.20

Dalam undang-undang tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial

No. 6/1974 yang menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah;21

”Sesuatu tata kehidupan dan penghidupan sosial maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin.”

Suatu kondisi kehidupan yang diharapkan sebagaimana tertera di

atas tidak dapat terwujud jika usaha kesejahteraan sosial tidak

20

www.concern.net/pengertian_kesejahteraansosial.htm 21

Puji Pujiono, Isu-Isu Kesejahteraan Sosial dan Peran Profesi Kesejahteraan Sosial, dalam Seminar di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Maret 2005

(41)

dikembangkan. Usaha kesejahteraan sosial (social [welfare] service) itu

sendiri pada dasarnya merupakan program atau kegiatan yang didesain

untuk menjawab masalah kebutuhan maupun taraf hidup masyarakat.22

Untuk mencapai tujuan dari usaha kesejahteraan sosial yakni

memenuhi kebutuhan dan taraf hidup masyarakat, maka dibutuhkan suatu

sistem atau wadah yang mampu memenuhi kebutuhan serta meningkatkan

taraf hidup masyarakat dan wadah atau sistem tersebut adalah pelayanan

sosial.

Pelayanan adalah suatu usaha pemberian bantuan atau pertolongan

kepada orang lain baik berupa materi ataupun non-materi agar orang-orang

tersebut dapat mengatasi masalahnya sendiri.23 Ada beberapa istilah yang

hampir mirip dengan pelayanan sosial, seperti pelayanan publik misalnya

atau yang biasa lebih dikenal dengan pelayanan masyarakat. Pelayanan

publik atau masyarakat ini adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam

bentuk jasa publik maupun barang publik yang pada prinsipnya menjadi

tanggung jawab instansi pemerintah di pusat, di daerah dan dilingkungan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun

dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan undang-undang.24

22

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial; Pengantar pada Pengertian dan beberapa pokok Bahasan, (Depok, FISIP UI Prees, 2004), cet. 1, hal. 50

23

Depertement Sosial R.I, Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial, Istilah Usaha Kesejahteraan Sosial, (Jakarta; 1997), h. 19

24

(42)

Dalam kamus The Social Worker (1999) menyebutkan;25

”Pelayanan sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian sosial, individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.”

Khan (1969) merumuskan konteks pelayanan sosial adalah sebagai

berikut;26

”Program-program yang disediakan oleh selain kriteria pasar untuk menjamin suatu pemenuhan tingkat kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan, untuk meningkatkan kebutuhan komunal dan keberfungsian sosial, untuk memfasilitasi akses terhadap pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga pada umumnya, dan untuk membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan.”

Oleh karenanya, pelayanan sosial dapat pula diartikan sebagai suatu

kondisi dimana adanya eksistensi program-program yang mengacu pada

cakupan kesehatan, pendidikan dan tujuan kesejahteraan lainnya untuk

meningkatkan kualitas dan fungsi dari kehidupan, memfasilitasi akses

pelayanan dan membantu mereka yang berada dalam kesulitan.

2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial

Dwi Heru Sukoco, dalam bukunya Kemitraaan dalam Pelayanan

menyebutkan ada sembilan jenis pelayanan sosial;27

a. Pelayanan pengasramahan yakni pelayanan pemberian tempat tinggal

sementara kepada klien. Dengan adanya pelayanan ini klien dapat

25

Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial, (Jakarta; 1997), h. 179

26

Mohamad Suud, 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial, (Jakarta; Prestasi Pustaka, 2006), cet. ; h. 9

27

(43)

menginap, istirahat, tidur dan menyimpan barang-barang pribadi

miliknya.

b. Pelayanan pemakanan yaitu dimana pelayanan ini memberikan makan

dan minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar terjamin gizi

dan kualitasnya.

c. Pelayanan konsultasi, pelayanan ini berupa bimbingan untuk

meningkatkan kemampuan dan kemauan berinteraksi dengan orang lain,

menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan sosial hingga

memecahkan suatu masalah.

d. Pelayanan pemeriksaan kesehatan yaitu pelayanan pengontrol dan

pengecekan kesehatan klien oleh tenaga medis profesional agar

diketahui tingkat kesehatan klien.

e. Pelayanan pendidikan, pemberian kesempatan kepada klien agar dapat

mengikuti pendidikan formal.

f. Pelayanan keterampilan yaitu pelayanan bimbingan keterampilan

seperti; pertukangan, perbengkelan, perkebunan, salon dan lain

sebagainya yang dapat menunjang kreatifitas klien sehingga klien dapat

bekerja dengan keterampilan yang memadai.

g. Pelayanan keagamaan yaitu pelayanan bimbingan mental spiritual

dengan menjalankan aktivitas agama masing-masing dan mengikuti

ceramah-ceramah keagamaan yang dianut atau diyakini oleh klien.

h. Pelayanan hiburan yaitu pelayanan yang ditujukan untuk memberikan

rasa gembira dan senang melalui berbagai hiburan seperti; musik, media

(44)

i. Pelayanan transportasi yaitu pelayanan untuk mempercepat daya

jangkau klien, baik kekeluarga, pusat pelatyanan, lokasi rekreasi.

3. Tahapan Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial memiliki beberapa tahapan, diantaranya;28

a. Tahapan pendekatan awal yaitu suatu proses tahapan penjajagan

awal, konsultasi dengan pihak-pihak terkait, sosialisasi program

pelayanan, identifikasi calon penerimaan pelayanan, pemberian

motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan, penempatan calon

penerima layanan, serta identifikasi sarana dan prasarana

pelayanan.

b. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) adalah

suatu proses kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk

mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan, dan sistem

sumber penerima klien.

c. Perencanaan pemecahan masalah (planning) adalah suatu proses

perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah, serta

penetapan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan tersebut.

d. Pelaksanaan pemecahan masalah (intervention) yaitu suatu

proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah

dirumuskan. Kegiatan pelaksanaan masalah yang dilaksanakan

adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi, dan

28

(45)

pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan

fisik, bimbingan keterampilan, bimbingan psikososial,

bimbingan sosial, pengembangan mayarakat, resosialisasi dan

advokasi.

e. Tahapan bimbingan yaitu pelayanan yang diberikan kepada klien

untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa, dan raga si klien.

Bimbingan ini terdiri dari fisik, keterampilan, psikososial, sosial,

resosialisasi, pengembangan masyarakat dan advokasi.

f. Tahapan bimbingan dan pembinaan lanjutan adalah suatu proses

pemberdayaan dan pengembangan agar penerima pelayanan

dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan

sosialnya.

g. Tahapan evaluasi yaitu proses kegiatan untuk mengetahui

efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah

atau indikator-indokator keberhasilan pemecahan masalah.

h. Tahapan terminasi, suatu proses kegiatan pemutusan hubungan

pelayanan atau bantuan atau pertolongan antar lembaga dan

penerima pelayanan (klien).

i. Tahapan rujukan yaitu kegiatan merancang, melaksanakan,

mensupervisi, mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan

rujukan penerima program pelayanan kesejahteraan sosial.

B. Pelayanan Sosial Medis

(46)

Pelayanan sosial medis adalah pelayanan yang diberikan kepada

pasien untuk membantu menyelesaikan masalah sosial, ekonomi maupun

emosional yang dihadapi oleh pasien akibat dari suatu penyakit atau

kecacatan yang diderita, agar pasien dapat berfungsi sosial kembali di dalam

keluarga maupun lingkungan sosialnya.29

2. Tujuan Pelayanan Sosial medis

Tujuan dari pelayanan sosial medis yang diberikan oleh pekerja

sosial medis adalah demi membangun kembali kepercayaan diri pasien serta

mengembalikan keberfungsian sosial pasien sehingga pasien dapat kembali

pada keluarga dan dapat berbaur dengan lingkungan sosialnya.30

3. Fungsi Pelayanan Sosial Medis

Mary Johnston dalam bukunya Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial

Medis Dengan Klien Dalam Setting Rumah Sakit, Secara rinci menjelaskan

ada enem fungsi pokok dari pelayanan sosial medis, yakni sebagai berikut;

31

a. Memberikan bantuan dalam upaya menyelesaikan

masalah-masalah emosional, sosial dan ekonomi seorang pasien yang

timbul sebagai akibat penyakit yang dideritanya.

b. Membina hubungan kekeluargaan yang baik.

29

Soraya , Pelayanan Sosial Medis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati, dalam Seminar Sehari Membangun Sinergitas Pelayanan Sosial Medis dan Peningkatan Kualitas Peran Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit, (Jakarta; Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Mei 2007), hal. 1

30

Ibid, hal. 6 31

(47)

c. Memperlancar hubungan antara rumah sakit, pasien dan keluarga.

d. Membantu penyesuaian diri pasien dengan masyarakat dan

sebaliknya.

e. Mempersiapkan kelengkapan administrasi atau pembayaran bagi

pasien.

4. Bentuk Pelayanan Sosial Medis

a. Memberikan bimbingan sosial

b. Kelengkapan administrasi untuk pembayaran

c. Kunjungan

d. Memfasilitasi kebutuhan pasien – donatur

e. Persiapan rencana pemulangan pasien

f. Penyaluran pasien kelembaga sosial32

Dalam bukunya yang berjudul Relasi Dinamis antara Pekerja Sosial

dengan Klien dalam Setting Rumah Sakit, Mary Johnston membahas lebih

mendalam tentang bimbingan sosial medis.

Lebih lanjut Mery Johnston menyebutkan bahwa bimbingan sosial

dalam prakteknya dibagi menjadi dua bagian yakni bimbingan sosial

perseorangan atau case work, dan bimbingan sosial kelompok atau group

work.33

32

Soraya , Pelayanan Sosial Medis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati, dalam Seminar Sehari Membangun Sinergitas Pelayanan Sosial Medis dan Peningkatan Kualitas Peran Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit, (Jakarta; Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Mei 2007), hal. 6

33

(48)

5. Ruang Lingkup Pelayanan Sosial Medis

Istilah pelayanan sosial medis pada perkembangan lebih lanjut

mengalami pergeseran sesuai dengan perubahan paradigma pelayanan sosial

dan pelayanan kesehatan dengan istilah pelayanan sosial dalam

pemeliharaan kesehatan (social service in health care).

Dewasa ini praktik pelayanan sosial dalam pemeliharaan kesehatan

meliputi empat jenis pelayanan;

a. Pelayanan sosial di rumah sakit (hospital – base service)

b. Pelayanan sosial dalam pusat jagaan kesehatan primer (social service

in primary health care)

c. Pelayanan sosial dalam kesehatan masyarakat (social sevice in

public health)

d. Pelayanan sosial dalam jagaan atau perawatan jangka panjang

(social sevice in long term care)34

Bracht, 1995 dan Moroney, 1995 dalam bukunya Social Work in

Health Care mengemukakan pelayanan sosial dalam kesehatan masyarakat

memfokuskan pada aspek sosial, kesehatan dan ditinjau dari kondisi sosial

dari kesehatan dan kesejahteraan.35 Seting kesehatan masyarakat termasuk

klinik bersalin dan kesehatan anak, lembaga perencanaan kesehatan dan

34

Adi Fahrudi , Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit; Tinjauan Konseptual, dalam Seminar Sehari Membangun Sinergitas Pelayanan Sosial Medis dan Peningkatkan Kualitas Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit, (Jakarta; Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Mei 2007), hal. 3 35

(49)

juga dalam organisasi kesehatan di tingkat nasional dan juga internasional

separti WHO.36

Pelayanan sosial dalam jagaan kesehatan primer pula berurusan

dengan masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat termasuk pencegahan

penyakit. Pelayanan sosial bekerja dalam berbagai badan kesehatan primer

termasuk pusat ketetanggaan, klinik, dan organisasi pelayanan kesehatan.37

Pelayanan sosial dalam rumah sakit baik rumah sakit besar ataupun

rumah sakit kecil biasanya membutuhkan spesifikasi pelayanan sosial

tersendiri yang terdiri dari pediatrik, pusat trauma, rehabilitasi orthopedik,

dialisis, neonatal, onkologi (kanker), dan pelayanan dalam ruang gawat

darurat.38

C. Rehabilitasi Medik

1. Sejarah Rehabilitasi Medik

Tahun 1946 sesudah perang Dunia Kedua, Revolusi Indonesia

berkecamuk dengan hebat dan terdapat banyak korban peperangan yang

anggota badannya. Pada saat yang kritis seperti itu di sebuah Rumah Sakit

Solo Dr. Soeharso dan Suroto R memulai pekerjaannya membuat kaki-kaki

palsu dan alat bantu lainnya dengan alat yang sederhana untuk membatu

mereka yang mengalami amputasi atau kecacatan. Kemudian pada tahun

1951 secara resmi didirikan sebuah Rehabilitation Center di Solo guna

membantu pasien korban peperangan yang mangalami kecacatan dengan

36

Dubois, B & Miley, K.K, Social Work An Empowering Professional, (Boston; Ally and Bacon, 1999)

37

Dubois, B & Miley, K.K, Social Work An Empowering Professional, (Boston; Ally and Bacon, 1999)

38

(50)

memberikan pelatihan okupasional dan membuatkan kaki-kaki palsu atau

alat bantu lainnya demi mempermudah pekrjaan sehari-hari para korban

peperangan.

Dalam perkembangannya sendiri rehabilitasi medik di Indonesia

pada awalnya mengalami berbagai hambatan seperti pertentangan dari

berbagai pihak, baik dari fakultas-fakultas kedokteran, pemerintah hingga

masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, setelah Rehabilitation Center ini

didirikan secara berangsur baik instansi pendidikan kedokteran,

pemerintahan dan masyarakat dapat menerima keberadaan rehabilitasi

medik.

Rehabilitation Center ini baru diresmikan pada tahun 1978, jadi

setelah 27 tahun Rehabilitation Center ini berdiri barulah keluar Surat

Keputusan Menteri Kesehatan No. 134 Tahun 1978 yang mengatakan

bahwa di seluruh rumah sakit di Indonesia, yaitu rumah sakit tipe A, B dan

C haruslah terdapat unit rehabilitasi medik. Kemudian pada tahun 1982

keluarlah Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang berlakunya Sistem

Kesehatan Nasional, yang didalamnya menyatakan bahwa upaya kesehatan

perlu dilaksanakan dengan peran serta masyarakat yang mencakup upaya

promotif, kuratif dan rehabilitasi medik.39

2. Pengertian Rehabilitasi Medik

Pada umumnya rehabilitasi diartikan sebagai pemulihan atau

penyembuhan, dan kegiatan rehabilitasi adalah suatu rangkaian kegiatan

39

(51)

penyembuhan masalah-masalah yang diakibatkan oleh kecacatan serta

memulihkan kemampuan-kemapuan untuk melaksanakan peran sosial dalam

rangka peklaksanaan tugas-tugas atau kegiatan kehidupan sehari-harinya.

Dalam bukunya yang berjudul Para Cacat Henry H. Keser

mendefinisikan bahwa rehabilitasi adalah suatu pemulihan (restorasi)

kepada penderita cacat sehingga dapat mencapai kegunaan seppenuh

mungkin dari kemampuan jasmani, mental, sosial, jabatan dan penghidupan

ekonomi.40

Dari definisi tersebut nampak bahwa kegiatan rehabilitasi medik

tidak hanya ditujukan pada pulihnya kemapuan jasmani saja akan tetapi

meliputi kemampuan mental, sosial, pekerjaan dan penghidupan ekonomi.

Pengertian rehabilitasi medik dalam buku Pedoman Rehabilitasi

Medik Preventif di Rumah Sakit adalah sebagai berikut;

”Rehabilitasi medik adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan total yang dilakukan secara multidisipliner, untuk membantu memulihkan kemampuan-kemampuan fisik, mental dan sosial penderita yang terganggu akibat penyakit dan lain-lain sehingga ia mampu melakukan fungsi dan peranannya kembali di masyarakat secara ooptimal.”41

Rehabilitasi medik dalam pelaksanaanya haruslah sesuai dengan apa

yang menjadi ketentuan sebagai usaha pelayanan dalam bidang kesehatan,

yakni yang meliputi usaha-usaha sebagai berikut;

1. Peningkatan (Promotif)

Promotif adalah usaha dalam hal penigkatan kesehatan

masyarakat. Peningkatan ini dapat dicapai melalui pendidikan

40

Henry H. Keser, Para Cacat, (1982), hal ; 20 41

(52)

mengenai kesehatan masyarkat, seperti tentang hidup sehat dengan

gizi baik, lingkungan hidup bersih, termasuk menghindari kecacatan.

Secara spesifik contoh kegiatan ini adalah penyuluhan tentang sikap

tubuh yang baik untuk mengurangi resiko kecacatan.

2. Pencegahan (Preventif)

Preventif adalah usaha pencegahan terhadap suatu penyakit,

dalam halnya masalah penderita cacat, usaha ini berupa pencegahan

terhadap terjadinya kecacatan yang lebih lanjut akibat penyakit.

Secara rinci, tahapan pencegahan di bidang rehabilitasi medik

mencakup yang dilakukan oleh tim;

a. Mencegah atau mengurangi angka kesakitan

b. Mengurangi akibat lanjut kelainan.

c. Mencegah mengurangi terjadinya ketidakmampuan akibat

kelainan.

d. Mencegah terjadinya ketunaan setelah keadaan ketidakmampuan.

3. Penyembuhan (Kuratif)

Kuratif adalah usaha penyembuhan terhadap suatu penyakit,

usaha ini juga termasuk usaha pengobatan dan perawatan.

4. Pemulihan (Rehabilitasi)

Rehabilitasi adalah usaha pemulihan kesehatan dari sakit,

cidera, cacat pada umumnya yang dilakukan oleh tim, yaitu;

a. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik

b. Psikologi.

(53)

d. Terapi Wicara.

e. Okupasi Terapi.

f. Prostetik Ortetik.

g. Pekerja Sosial Medis.

h. Perawat Rehabilitasi Medik.42

Dalam hasil dari lokakarya Rehabilitasi Medik Indonesia,

WHO memberikan batasan pengertian rehabilitasi medik, yaitu;

” Rehabilitasi medik adalah proses pelayanan medik yang bertujuan mengembangkan kesanggupan fungsional dan psikologik seseorang dan bila perlu mengembangakan mekanisme kompensatorik, sehingga memungkinkan bebas dari ketergantungan dan mengalami hidup yang aktif.”43

Dari pernyataan diatas, jelas bahwa ukuran keberhasilan

suatu usaha rehabilitasi medik adalah sejauhmana yang bersangkutan

(pasien atau si penderita sakit) dapat melepaskan diri dari

ketergantungan pada orang lain, serta kemapuannya untuk

meningkatkan kondisi-kondisi kehidupannya. Untuk itu dalam

mencapai tujuan rehabilitasi medik dibutuhkan beberapa keahlian

khusus, antara lain;

a. Fisio Terapi

Fisio terapi dalam rehabilitasi medik mempunyai fungsi

untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, melatih serta

memperkuat otot-otot dan memperbaiki koordinasi otot-otot agar

42

Albert Hutapea, Dasar Rehabilitasi Medik, (Jakarta; 1986) 43

(54)

pasien dapat berfungsi kembali semaksimal mungkin dengan

cacatnya. Seorang fisio terapi (fisioterapis) haruslah memiliki

keahlian dalam gerakan dan fungsi bagian-bagain tubuh, namun

adakalanya seorang fisioterapis juga melakukan tindakan-tindakan

yang bersifat preventif dan promotif, misalnya latihan relax bagi

orang-orang yang kelewat sibuk atau memperkuat otot-otot untuk

mencegah sobekan pada para olahragawan.

b. Okupasi Terapi

Terapi okopasional atau okupasi terapi adalah suatu usaha

untuk membantu pasien dengan memberikan terapi berupa latihan

kerja atau beberapa kegiatan untuk melatih otot-otot anggota badan

yang menjadi kaku karena suatu penyakit, misalnya pemberian

latihan menyulam, menganyam, menjahit, melukis dengan benang

dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan oleh seorang okupasional

terapis berupa kegiatan-kegiatan mental maupun fisik yang

merangsang pertumbuhan pasien agar dapat berfungsi secara

maksimal dalam kegiatan di rumah, di tempat kerja maupun di

lingkungan.

c. Ortetik Prostetik

Ortetik prostetik atau OP merupakan dua pengetahuan

penting tentang cara-cara pengukuran, pembuatan dan pemasangan

alat-alat penguat atau pengganti tubuh yang lumpuh.

(55)

Pengetahuan ini dipakai untuk membantu pasien dalam

mengatasi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan masalah

psikologis yang sering timbul akibat penyakit yang diderita. Selain

itu juga untuk mengurangi depresi, membantu mendorong pasien

mengembalikan rasa percaya diri dengan memberikan psikoterapi.

Fungsi dari psikologi itu sendiri adalah untuk menangani

permasalahan psikis penderita atau pasien.

e. Terapi Wicara

Keahlian ini dipakai untuk mengembalikan dan membatasi

kecacatan dalam hal kemampuan berbahasa dan berbicara.

f. Pekerja Sosial Medis

Keahlian ini mempunyai tanggung jawab dalam mengatasi

atau memperbaiki fungsi sosial pasien yang terganggu akibat cacat

yang disandangnya. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut,

pekerja sosial melakukan pendekatan dengan pasien, keluarga pasien

dan lingkungan pergaulan serta masyarakat di mana pasien tinggal.

Dalam melakukan pendekatan ini, pekerja sosial dapat menerapkan

metode-metode pekerjaan sosial yang dapat dipakai dalam pekerjaan

sosial di rumah sakit.44

D. Paraplegia

1. Pengertian Paraplegia

44

(56)

Ada beberapa definisi mengenai paraplegia Bernaddete Fallon dalam

bukunnya yang berjudul So You Are Paralyed mendefinisikan bahwa

paraplegia adalah kelumpuhan pada kaki dan bagian batang tubuh (tulang

belakang) yang diakibatkan kerusakan atau penyakit sumsum tulang

belakang.45

Sedangkan dalam sebuah artikel kesehatan mendefinikan paraplegia

adalah kelumpuhan dua anggota gerak bawah yang diakibatkan cederanya

tulang belakang atau kerusakan pada syaraf tulang belakang.46

Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan secara garis besar

paraplegia adalah kelumpuhan pada dua anggota gerak bawah atau kaki

yang diakibatkan oleh kecelakaan atau penyakit yang secara langsung

menyerang syaraf tulang belakang.

2. Penyebab Paraplegia

Berdasarkan dari penjelasan definisi pada sebelumnya bahwa

penyebab dari seseorang menjadi paraplegic atau mengalami kelumpuhan

adalah diakibatkan oleh kecelakaan atau penyakit yang menyerang secara

langsung syaraf tulang belakang atau sumsum tulang belakang.

Seseorang yang mengalami kecelakaan atau kerusakan pada syaraf

atau sumsum tulang belakang tidak serta merta langsung mengalami

kelumpuhan. Tingkat di mana seseorang mengalami kelumpuhan bervariasi

mulai dari perlemahan gerakan kaki, pada bagian yang lumpuh biasanya

45

Fallon Bernaddete, So You Are Paralyed, hal. 1 46

www.Apparelyzed.com, Jenis Kelumpuhan-Quadriplegia (Tertraplegia) dan Paraplegia,

(57)

penderita tidak dapat merasakan tekanan atau mati rasa, hingga pada

akhirnya penderita tidak dapat merasakan apa – apa pada kedua tungkai

kakinya.

Tulang belakang itu sendiri terdiri atas suatu rantai

lingkaran-lingkaran tulang, vertebrae (tulang belakang / punggung), agak menyerupai

gulungan-gulungan benang yang banyak tersusun satu di atas yang lainnya

masing-masing dengan suatu ”badan” tulang di depan. Ada 24 buah

lingkaran, 7 buah lingkaran di leher yang biasa disebut cervical, 12 buah di

bagian dada sebelah belakang thoracic, dan 5 di bagian belakang yang

paling sempit atau lumbar. Berikut gambar tulang belakang itu sendiri;

GAMBAR I. Struktur Tulang Belakang47

Pada lingkar-lingkar tulang belakang terdapat piringan sendi,

penyangga elastik untuk menerima sentakan-sentakan sehari-hari. Selain itu

pada kanal tulang belakang paling ujung yang terhubung langsung ke otak

ekor abu-abu tersebut biasa dikenal dengan sebutan sumsum tulang

belakang.48 Sumsum tulang belakang bekerja seperti kabel telepon dua arah

47

www. Apparelyzed.com, Jenis Kelumpuhan - Quadriplegia (Tetraplegia) dan Paraplegia,

diakses pada November 2008 48

Gambar

Gambaran Pelayana Sosial
Gambaran pelayanan
GAMBAR I. Struktur Tulang Belakang47
Tabel 3  Susunan Sumsum Tulang Belakang dan Pembagian Urat
+4

Referensi

Dokumen terkait