• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Metodologi Penelitian

9. Instrumen dan Alat Bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrumen penelitian,

17

peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.18 Namun demikian penulis memerlukan alat bantu dalam melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan data. Alat bantu tersebut antara lain pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder), dan catatan lapangan.

Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam pedoaman wawancara terekam dengan menggunakan alat bantu tape recorder. Penggunakan alat bantu tape recorder untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan dari subjek penelitian yang diwawancarai. Sedang catatan lapangan merupakan alat bantu yang penting dalam penelitian kualitatif. Penulis membuat catatan lapangan untuk membantunya mencatat pengamatan lapangan dan membantu penulis ketika menganalisis data.19

10. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dan transliterasi yang digunakan berpedoman pada buku Pedoman Penulian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh UIN Jakarta Press. 2007. cet. Ke 2.

18

Dr. Lexy. J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001). H. 19

19

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi terdiri dari 5 bab, berikut adalah sistematika penulisan skripsi:

BAB I Pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah, perumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematik penulisan.

BAB II Membahas mengenai Landasan Teori yang meliputi : pengertian pelayanan sosial, pengertian pelayanan sosial medis, sejarah rehabilitasi medik, pengertian paraplegia.

BAB III Membahas mengenai Gambaran Umum Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatamawati yang terdiri dari ; latar belakang berdirinya instalasi rehabilitasi medik, klasifikasi lembaga, peran dan fungsi instalasi rehabilitasi medik, program pelayanan instalasi rehabilitasi medik, visi, misi, falsafah, tujuan, sumber dana dan pendanaan, organisasi dan struktur organisasi instalasi rehabilitasi medik dan proses pelayanan sosial medik.

BAB IV Merupakan hasil penelitian dan analisis yang berisikan pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik, hasil yang dicapai dan faktor pendukung serta penghambat pelayanan tersebut.

BAB V Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pelayanan Sosial 1. Pelayanan Sosial

Dalam ilmu kesejahteraan sosial ada berbagai istilah pelayanan yang serupa dengan pelayanan sosial. Kesejahteraan sosial itu sendiri menurut Wilensky dan Lebeaux (1965), kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Demi terciptanya hubungan-hubungan persoanal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu mengembangkan kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.20

Dalam undang-undang tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial No. 6/1974 yang menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah;21

”Sesuatu tata kehidupan dan penghidupan sosial maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin.”

Suatu kondisi kehidupan yang diharapkan sebagaimana tertera di atas tidak dapat terwujud jika usaha kesejahteraan sosial tidak

20

www.concern.net/pengertian_kesejahteraansosial.htm 21

Puji Pujiono, Isu-Isu Kesejahteraan Sosial dan Peran Profesi Kesejahteraan Sosial, dalam Seminar di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Maret 2005

dikembangkan. Usaha kesejahteraan sosial (social [welfare] service) itu sendiri pada dasarnya merupakan program atau kegiatan yang didesain untuk menjawab masalah kebutuhan maupun taraf hidup masyarakat.22

Untuk mencapai tujuan dari usaha kesejahteraan sosial yakni memenuhi kebutuhan dan taraf hidup masyarakat, maka dibutuhkan suatu sistem atau wadah yang mampu memenuhi kebutuhan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat dan wadah atau sistem tersebut adalah pelayanan sosial.

Pelayanan adalah suatu usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik berupa materi ataupun non-materi agar orang-orang tersebut dapat mengatasi masalahnya sendiri.23 Ada beberapa istilah yang hampir mirip dengan pelayanan sosial, seperti pelayanan publik misalnya atau yang biasa lebih dikenal dengan pelayanan masyarakat. Pelayanan publik atau masyarakat ini adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk jasa publik maupun barang publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab instansi pemerintah di pusat, di daerah dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan undang-undang.24

22

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial; Pengantar pada Pengertian dan beberapa pokok Bahasan, (Depok, FISIP UI Prees, 2004), cet. 1, hal. 50

23

Depertement Sosial R.I, Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial, Istilah Usaha Kesejahteraan Sosial, (Jakarta; 1997), h. 19

24

Dalam kamus The Social Worker (1999) menyebutkan;25

”Pelayanan sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian sosial, individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.”

Khan (1969) merumuskan konteks pelayanan sosial adalah sebagai berikut;26

”Program-program yang disediakan oleh selain kriteria pasar untuk menjamin suatu pemenuhan tingkat kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan, untuk meningkatkan kebutuhan komunal dan keberfungsian sosial, untuk memfasilitasi akses terhadap pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga pada umumnya, dan untuk membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan.”

Oleh karenanya, pelayanan sosial dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi dimana adanya eksistensi program-program yang mengacu pada cakupan kesehatan, pendidikan dan tujuan kesejahteraan lainnya untuk meningkatkan kualitas dan fungsi dari kehidupan, memfasilitasi akses pelayanan dan membantu mereka yang berada dalam kesulitan.

2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial

Dwi Heru Sukoco, dalam bukunya Kemitraaan dalam Pelayanan menyebutkan ada sembilan jenis pelayanan sosial;27

a. Pelayanan pengasramahan yakni pelayanan pemberian tempat tinggal sementara kepada klien. Dengan adanya pelayanan ini klien dapat

25

Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial, (Jakarta; 1997), h. 179

26

Mohamad Suud, 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial, (Jakarta; Prestasi Pustaka, 2006), cet. ; h. 9

27

menginap, istirahat, tidur dan menyimpan barang-barang pribadi miliknya.

b. Pelayanan pemakanan yaitu dimana pelayanan ini memberikan makan dan minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar terjamin gizi dan kualitasnya.

c. Pelayanan konsultasi, pelayanan ini berupa bimbingan untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan sosial hingga memecahkan suatu masalah.

d. Pelayanan pemeriksaan kesehatan yaitu pelayanan pengontrol dan pengecekan kesehatan klien oleh tenaga medis profesional agar diketahui tingkat kesehatan klien.

e. Pelayanan pendidikan, pemberian kesempatan kepada klien agar dapat mengikuti pendidikan formal.

f. Pelayanan keterampilan yaitu pelayanan bimbingan keterampilan seperti; pertukangan, perbengkelan, perkebunan, salon dan lain sebagainya yang dapat menunjang kreatifitas klien sehingga klien dapat bekerja dengan keterampilan yang memadai.

g. Pelayanan keagamaan yaitu pelayanan bimbingan mental spiritual dengan menjalankan aktivitas agama masing-masing dan mengikuti ceramah-ceramah keagamaan yang dianut atau diyakini oleh klien. h. Pelayanan hiburan yaitu pelayanan yang ditujukan untuk memberikan

rasa gembira dan senang melalui berbagai hiburan seperti; musik, media entertaiment, serta kunjungan ketempat-tempat wisata atau rekreasi.

i. Pelayanan transportasi yaitu pelayanan untuk mempercepat daya jangkau klien, baik kekeluarga, pusat pelatyanan, lokasi rekreasi.

3. Tahapan Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial memiliki beberapa tahapan, diantaranya;28

a. Tahapan pendekatan awal yaitu suatu proses tahapan penjajagan awal, konsultasi dengan pihak-pihak terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerimaan pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan, penempatan calon penerima layanan, serta identifikasi sarana dan prasarana pelayanan.

b. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) adalah suatu proses kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan, dan sistem sumber penerima klien.

c. Perencanaan pemecahan masalah (planning) adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah, serta penetapan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Pelaksanaan pemecahan masalah (intervention) yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan pelaksanaan masalah yang dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi, dan

28

pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan fisik, bimbingan keterampilan, bimbingan psikososial, bimbingan sosial, pengembangan mayarakat, resosialisasi dan advokasi.

e. Tahapan bimbingan yaitu pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa, dan raga si klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik, keterampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, pengembangan masyarakat dan advokasi.

f. Tahapan bimbingan dan pembinaan lanjutan adalah suatu proses pemberdayaan dan pengembangan agar penerima pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan sosialnya.

g. Tahapan evaluasi yaitu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah atau indikator-indokator keberhasilan pemecahan masalah. h. Tahapan terminasi, suatu proses kegiatan pemutusan hubungan

pelayanan atau bantuan atau pertolongan antar lembaga dan penerima pelayanan (klien).

i. Tahapan rujukan yaitu kegiatan merancang, melaksanakan, mensupervisi, mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerima program pelayanan kesejahteraan sosial.

B. Pelayanan Sosial Medis

Pelayanan sosial medis adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien untuk membantu menyelesaikan masalah sosial, ekonomi maupun emosional yang dihadapi oleh pasien akibat dari suatu penyakit atau kecacatan yang diderita, agar pasien dapat berfungsi sosial kembali di dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.29

2. Tujuan Pelayanan Sosial medis

Tujuan dari pelayanan sosial medis yang diberikan oleh pekerja sosial medis adalah demi membangun kembali kepercayaan diri pasien serta mengembalikan keberfungsian sosial pasien sehingga pasien dapat kembali pada keluarga dan dapat berbaur dengan lingkungan sosialnya.30

3. Fungsi Pelayanan Sosial Medis

Mary Johnston dalam bukunya Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial Medis Dengan Klien Dalam Setting Rumah Sakit, Secara rinci menjelaskan ada enem fungsi pokok dari pelayanan sosial medis, yakni sebagai berikut;

31

a. Memberikan bantuan dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah emosional, sosial dan ekonomi seorang pasien yang timbul sebagai akibat penyakit yang dideritanya.

b. Membina hubungan kekeluargaan yang baik.

29

Soraya , Pelayanan Sosial Medis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati, dalam Seminar Sehari Membangun Sinergitas Pelayanan Sosial Medis dan Peningkatan Kualitas Peran Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit, (Jakarta; Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Mei 2007), hal. 1

30

Ibid, hal. 6 31

Mary Johnston, Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial Dengan Klien Dalam Setting Rumah Sakit, (Surakarta ; 1988), hal. 48

c. Memperlancar hubungan antara rumah sakit, pasien dan keluarga. d. Membantu penyesuaian diri pasien dengan masyarakat dan

sebaliknya.

e. Mempersiapkan kelengkapan administrasi atau pembayaran bagi pasien.

4. Bentuk Pelayanan Sosial Medis

a. Memberikan bimbingan sosial

b. Kelengkapan administrasi untuk pembayaran c. Kunjungan

d. Memfasilitasi kebutuhan pasien – donatur e. Persiapan rencana pemulangan pasien f. Penyaluran pasien kelembaga sosial32

Dalam bukunya yang berjudul Relasi Dinamis antara Pekerja Sosial dengan Klien dalam Setting Rumah Sakit, Mary Johnston membahas lebih mendalam tentang bimbingan sosial medis.

Lebih lanjut Mery Johnston menyebutkan bahwa bimbingan sosial dalam prakteknya dibagi menjadi dua bagian yakni bimbingan sosial perseorangan atau case work, dan bimbingan sosial kelompok atau group work.33

32

Soraya , Pelayanan Sosial Medis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati, dalam Seminar Sehari Membangun Sinergitas Pelayanan Sosial Medis dan Peningkatan Kualitas Peran Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit, (Jakarta; Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Mei 2007), hal. 6

33

Mary Johnston, Relasi Dinamis antara Pekerja Sosial dengan Klien dalam Setting Rumah Sakit, (Surakarta; 1988), hal. 46

5. Ruang Lingkup Pelayanan Sosial Medis

Istilah pelayanan sosial medis pada perkembangan lebih lanjut mengalami pergeseran sesuai dengan perubahan paradigma pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan dengan istilah pelayanan sosial dalam pemeliharaan kesehatan (social service in health care).

Dewasa ini praktik pelayanan sosial dalam pemeliharaan kesehatan meliputi empat jenis pelayanan;

a. Pelayanan sosial di rumah sakit (hospital – base service)

b. Pelayanan sosial dalam pusat jagaan kesehatan primer (social service in primary health care)

c. Pelayanan sosial dalam kesehatan masyarakat (social sevice in public health)

d. Pelayanan sosial dalam jagaan atau perawatan jangka panjang (social sevice in long term care)34

Bracht, 1995 dan Moroney, 1995 dalam bukunya Social Work in Health Care mengemukakan pelayanan sosial dalam kesehatan masyarakat memfokuskan pada aspek sosial, kesehatan dan ditinjau dari kondisi sosial dari kesehatan dan kesejahteraan.35 Seting kesehatan masyarakat termasuk klinik bersalin dan kesehatan anak, lembaga perencanaan kesehatan dan

34

Adi Fahrudi , Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit; Tinjauan Konseptual, dalam Seminar Sehari Membangun Sinergitas Pelayanan Sosial Medis dan Peningkatkan Kualitas Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit, (Jakarta; Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Mei 2007), hal. 3 35

juga dalam organisasi kesehatan di tingkat nasional dan juga internasional separti WHO.36

Pelayanan sosial dalam jagaan kesehatan primer pula berurusan dengan masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat termasuk pencegahan penyakit. Pelayanan sosial bekerja dalam berbagai badan kesehatan primer termasuk pusat ketetanggaan, klinik, dan organisasi pelayanan kesehatan.37

Pelayanan sosial dalam rumah sakit baik rumah sakit besar ataupun rumah sakit kecil biasanya membutuhkan spesifikasi pelayanan sosial tersendiri yang terdiri dari pediatrik, pusat trauma, rehabilitasi orthopedik, dialisis, neonatal, onkologi (kanker), dan pelayanan dalam ruang gawat darurat.38

C. Rehabilitasi Medik

1. Sejarah Rehabilitasi Medik

Tahun 1946 sesudah perang Dunia Kedua, Revolusi Indonesia berkecamuk dengan hebat dan terdapat banyak korban peperangan yang anggota badannya. Pada saat yang kritis seperti itu di sebuah Rumah Sakit Solo Dr. Soeharso dan Suroto R memulai pekerjaannya membuat kaki-kaki palsu dan alat bantu lainnya dengan alat yang sederhana untuk membatu mereka yang mengalami amputasi atau kecacatan. Kemudian pada tahun 1951 secara resmi didirikan sebuah Rehabilitation Center di Solo guna membantu pasien korban peperangan yang mangalami kecacatan dengan

36

Dubois, B & Miley, K.K, Social Work An Empowering Professional, (Boston; Ally and Bacon, 1999)

37

Dubois, B & Miley, K.K, Social Work An Empowering Professional, (Boston; Ally and Bacon, 1999)

38

Dubois, B & Miley, K.K, Social Work An Empowering Professional, (Boston; Ally and Bacon, 1999)

memberikan pelatihan okupasional dan membuatkan kaki-kaki palsu atau alat bantu lainnya demi mempermudah pekrjaan sehari-hari para korban peperangan.

Dalam perkembangannya sendiri rehabilitasi medik di Indonesia pada awalnya mengalami berbagai hambatan seperti pertentangan dari berbagai pihak, baik dari fakultas-fakultas kedokteran, pemerintah hingga masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, setelah Rehabilitation Center ini didirikan secara berangsur baik instansi pendidikan kedokteran, pemerintahan dan masyarakat dapat menerima keberadaan rehabilitasi medik.

Rehabilitation Center ini baru diresmikan pada tahun 1978, jadi setelah 27 tahun Rehabilitation Center ini berdiri barulah keluar Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 134 Tahun 1978 yang mengatakan bahwa di seluruh rumah sakit di Indonesia, yaitu rumah sakit tipe A, B dan C haruslah terdapat unit rehabilitasi medik. Kemudian pada tahun 1982 keluarlah Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang berlakunya Sistem Kesehatan Nasional, yang didalamnya menyatakan bahwa upaya kesehatan perlu dilaksanakan dengan peran serta masyarakat yang mencakup upaya promotif, kuratif dan rehabilitasi medik.39

2. Pengertian Rehabilitasi Medik

Pada umumnya rehabilitasi diartikan sebagai pemulihan atau penyembuhan, dan kegiatan rehabilitasi adalah suatu rangkaian kegiatan

39

penyembuhan masalah-masalah yang diakibatkan oleh kecacatan serta memulihkan kemampuan-kemapuan untuk melaksanakan peran sosial dalam rangka peklaksanaan tugas-tugas atau kegiatan kehidupan sehari-harinya.

Dalam bukunya yang berjudul Para Cacat Henry H. Keser mendefinisikan bahwa rehabilitasi adalah suatu pemulihan (restorasi) kepada penderita cacat sehingga dapat mencapai kegunaan seppenuh mungkin dari kemampuan jasmani, mental, sosial, jabatan dan penghidupan ekonomi.40

Dari definisi tersebut nampak bahwa kegiatan rehabilitasi medik tidak hanya ditujukan pada pulihnya kemapuan jasmani saja akan tetapi meliputi kemampuan mental, sosial, pekerjaan dan penghidupan ekonomi.

Pengertian rehabilitasi medik dalam buku Pedoman Rehabilitasi Medik Preventif di Rumah Sakit adalah sebagai berikut;

”Rehabilitasi medik adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan total yang dilakukan secara multidisipliner, untuk membantu memulihkan kemampuan-kemampuan fisik, mental dan sosial penderita yang terganggu akibat penyakit dan lain-lain sehingga ia mampu melakukan fungsi dan peranannya kembali di masyarakat secara ooptimal.”41

Rehabilitasi medik dalam pelaksanaanya haruslah sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan sebagai usaha pelayanan dalam bidang kesehatan, yakni yang meliputi usaha-usaha sebagai berikut;

1. Peningkatan (Promotif)

Promotif adalah usaha dalam hal penigkatan kesehatan masyarakat. Peningkatan ini dapat dicapai melalui pendidikan

40

Henry H. Keser, Para Cacat, (1982), hal ; 20 41

mengenai kesehatan masyarkat, seperti tentang hidup sehat dengan gizi baik, lingkungan hidup bersih, termasuk menghindari kecacatan. Secara spesifik contoh kegiatan ini adalah penyuluhan tentang sikap tubuh yang baik untuk mengurangi resiko kecacatan.

2. Pencegahan (Preventif)

Preventif adalah usaha pencegahan terhadap suatu penyakit, dalam halnya masalah penderita cacat, usaha ini berupa pencegahan terhadap terjadinya kecacatan yang lebih lanjut akibat penyakit. Secara rinci, tahapan pencegahan di bidang rehabilitasi medik mencakup yang dilakukan oleh tim;

a. Mencegah atau mengurangi angka kesakitan b. Mengurangi akibat lanjut kelainan.

c. Mencegah mengurangi terjadinya ketidakmampuan akibat kelainan.

d. Mencegah terjadinya ketunaan setelah keadaan ketidakmampuan. 3. Penyembuhan (Kuratif)

Kuratif adalah usaha penyembuhan terhadap suatu penyakit, usaha ini juga termasuk usaha pengobatan dan perawatan.

4. Pemulihan (Rehabilitasi)

Rehabilitasi adalah usaha pemulihan kesehatan dari sakit, cidera, cacat pada umumnya yang dilakukan oleh tim, yaitu;

a. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik b. Psikologi.

d. Terapi Wicara. e. Okupasi Terapi. f. Prostetik Ortetik. g. Pekerja Sosial Medis.

h. Perawat Rehabilitasi Medik.42

Dalam hasil dari lokakarya Rehabilitasi Medik Indonesia, WHO memberikan batasan pengertian rehabilitasi medik, yaitu;

” Rehabilitasi medik adalah proses pelayanan medik yang bertujuan mengembangkan kesanggupan fungsional dan psikologik seseorang dan bila perlu mengembangakan mekanisme kompensatorik, sehingga memungkinkan bebas dari ketergantungan dan mengalami hidup yang aktif.”43

Dari pernyataan diatas, jelas bahwa ukuran keberhasilan suatu usaha rehabilitasi medik adalah sejauhmana yang bersangkutan (pasien atau si penderita sakit) dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada orang lain, serta kemapuannya untuk meningkatkan kondisi-kondisi kehidupannya. Untuk itu dalam mencapai tujuan rehabilitasi medik dibutuhkan beberapa keahlian khusus, antara lain;

a. Fisio Terapi

Fisio terapi dalam rehabilitasi medik mempunyai fungsi untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, melatih serta memperkuat otot-otot dan memperbaiki koordinasi otot-otot agar

42

Albert Hutapea, Dasar Rehabilitasi Medik, (Jakarta; 1986) 43

Naskah Lengkap dan Hasil Lokakarya Rehabilitasi Medik Indonesia I, Lokakarya Rehabilitasi Medik dan Unit rehabilitasi RSCM, (Jakarta; 1980), hal. 249

pasien dapat berfungsi kembali semaksimal mungkin dengan cacatnya. Seorang fisio terapi (fisioterapis) haruslah memiliki keahlian dalam gerakan dan fungsi bagian-bagain tubuh, namun adakalanya seorang fisioterapis juga melakukan tindakan-tindakan yang bersifat preventif dan promotif, misalnya latihan relax bagi orang-orang yang kelewat sibuk atau memperkuat otot-otot untuk mencegah sobekan pada para olahragawan.

b. Okupasi Terapi

Terapi okopasional atau okupasi terapi adalah suatu usaha untuk membantu pasien dengan memberikan terapi berupa latihan kerja atau beberapa kegiatan untuk melatih otot-otot anggota badan yang menjadi kaku karena suatu penyakit, misalnya pemberian latihan menyulam, menganyam, menjahit, melukis dengan benang dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan oleh seorang okupasional terapis berupa kegiatan-kegiatan mental maupun fisik yang merangsang pertumbuhan pasien agar dapat berfungsi secara maksimal dalam kegiatan di rumah, di tempat kerja maupun di lingkungan.

c. Ortetik Prostetik

Ortetik prostetik atau OP merupakan dua pengetahuan penting tentang cara-cara pengukuran, pembuatan dan pemasangan alat-alat penguat atau pengganti tubuh yang lumpuh.

Pengetahuan ini dipakai untuk membantu pasien dalam mengatasi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan masalah psikologis yang sering timbul akibat penyakit yang diderita. Selain itu juga untuk mengurangi depresi, membantu mendorong pasien mengembalikan rasa percaya diri dengan memberikan psikoterapi. Fungsi dari psikologi itu sendiri adalah untuk menangani permasalahan psikis penderita atau pasien.

e. Terapi Wicara

Keahlian ini dipakai untuk mengembalikan dan membatasi kecacatan dalam hal kemampuan berbahasa dan berbicara.

f. Pekerja Sosial Medis

Keahlian ini mempunyai tanggung jawab dalam mengatasi atau memperbaiki fungsi sosial pasien yang terganggu akibat cacat yang disandangnya. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, pekerja sosial melakukan pendekatan dengan pasien, keluarga pasien dan lingkungan pergaulan serta masyarakat di mana pasien tinggal. Dalam melakukan pendekatan ini, pekerja sosial dapat menerapkan metode-metode pekerjaan sosial yang dapat dipakai dalam pekerjaan sosial di rumah sakit.44

D. Paraplegia

1. Pengertian Paraplegia

44

Manihuruk, Majalah Penderita Cacat dan Usaha Rehabilitasinya, Majalah Gema Insani Para Penyandang Cacat, (Jakarta; 1981)

Ada beberapa definisi mengenai paraplegia Bernaddete Fallon dalam bukunnya yang berjudul So You Are Paralyed mendefinisikan bahwa paraplegia adalah kelumpuhan pada kaki dan bagian batang tubuh (tulang belakang) yang diakibatkan kerusakan atau penyakit sumsum tulang belakang.45

Sedangkan dalam sebuah artikel kesehatan mendefinikan paraplegia adalah kelumpuhan dua anggota gerak bawah yang diakibatkan cederanya tulang belakang atau kerusakan pada syaraf tulang belakang.46

Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan secara garis besar paraplegia adalah kelumpuhan pada dua anggota gerak bawah atau kaki yang diakibatkan oleh kecelakaan atau penyakit yang secara langsung

Dokumen terkait