ii
PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM
DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERKAWINAN
DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN
TESIS
Program Studi Magister Ilmu Agama Islam Konsentrasi Hukum Islam
Diajukan Oleh: Hadee Muna NIM: 09130022
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
iv
PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM
DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERKAWINAN
DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN
TESIS
Program Studi Magister Ilmu Agama Islam Konsentrasi Hukum Islam
Diajukan Oleh: Hadee Muna NIM: 09130022
PROGRAM PASCASARJANA
v
PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM
DALAM PELAKSANAANHUKUM PERKAWINAN
DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN
Tesis
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam mencapai derajat Strata Dua (S2) Program Studi Magister Ilmu Agama Islam
Konsentrasi Hukum Islam
Diajukan oleh Hadee Muna NIM :09130022
PROGRAM PASCASARJANA
vi
TESIS
Dipersiapkan dan disusun Oleh :
Hadee Muna
NIM : 09130022
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 14 Mei 2012
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua : Prof. Dr. Tobroni, M.Si ...
Sekretaris : Drs. Moh. Nurhakim, MA ...
Penguji I : Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si ...
vii
PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM DALAM PELAKSANAAN
HUKUM PERKAWINAN
DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN
Yang diajukan oleh:
Hadee Muna
NIM :09130022
Telah disetujui
Tanggal, 10 Mei 2012
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Tobroni, M.Si Drs. Moh. Nurhakim, MA
Direktur Ketua Program Studi
Program Pascasarjana Magister Ilmu Agama Islam
viii SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : Hadee Muna
NIM : 09130022
Program Studi : Magister Agama Islam
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tesis dengan judul
PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM DALAM PELAKSANAAN
HUKUM PERKAWINAN DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik di suatu Perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun
keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur Plagisti, saya bersedia Tesis ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh dibatalkan, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan hak bebas Royalty Non Ekslusif.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 10 Mei 2012 Yang menyatakan
ix
KATA PENGATAR
Alhamdulillah, segala puji hanya hak dan milik Allah Swt. Penguasa alam
semesta, tiada daya dan kekuatan melainkan kehendak Allah yang telah
mencurahkan rahmat dan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam semoga tercurah keharibaan seorang
hamba pilihan Nabi akhir zaman Muhammad Saw. Berserta keluarganya,
Sahabat-sahabatnya, dan Para Tabi’it Tabi’in.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesain studi
Progeram Studi Magister Agama Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penulis tesis ini dapat diselesaikan adalah berkat pertolongan Allah Swt, serta
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang menjadikan penulis mampu
mengatasi berbagai hambatan dan rintangan. Oleh karena itu penulis tidak mungkin
melupakan jasa mereka, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhadjir Effendi, M.AP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang, Dr. Latipun M.Kes selaku Direktur PPS,
Prof. Dr. Syamsul Arifin M.Si selaku Wadir 1 PPS UMM, Prof. Dr.
Tobroni M.Si selaku Kaprodi Program Magister Agama Islam
sekaligus selaku pebimbing utama, dan Drs. Moh. Nurhakim, MA
selaku dosen pembimbing II yang senantiasa sabar dan teliti dalam
membimbing kami. Terima kasih sudah meluangkan waktu
ditengah-tengah kesibukannya.
2. Kepada Staf TU PPS UMM terima kasih sudah memberikan
pelayanan dengan baik.
3 Kepada Ayahnda H.Waehama Muna berdua Ibunda Hj.Hasanah
Kama sebagai perantaran penulis lahir ke dunia yang selalu
memberikan kasih sayang sepanjang jalan, atas doa beliau berdua
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
4. Kepada para ulama Majelis agama Islam Wilayah Yala yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian
sehingga penulis mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
x
5. Seluruh Pengampu Program Studi Magister Ilmu Agama Islam
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang atas bekal Ilmu
yang disampaikan kepada penulis.
6. Seluruh karyawan dan petugas perpustakaan Program pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang atas kesempatan serta fasilitas
yang disediakan sehingga dapat membantu penulis mendapat sumber
rujukan penulisan tesis ini.
7. Adinda tercinta, yang membantu dan menghibur disela-sela
kepanikan dan kesusahan selama penulis berada di pulau jawa
sehingga penulis menyelasaikan tesis ini.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 program pascasarjana
yang selalu memberikan surport buat penulis.
9. Semua anggota IPMITI yang selalu memberikan suport buat penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Semua pihak yang membantu penyelesaian tesis ini baik langsung
maupun tidak langsung.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tesis
ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Malang, 10 Mei 2012
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
PERSETUJUAN...ii
PENGESAHAN...iii
PERNYATAAN...iv
ABSTRAK...v
KATA PENGANTAR...vii
PEDOMAN TRANSLITERASI...ix
DAFTAR ISI...x
BAB I PENDAHULUAN... ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 11
1.3 Pembatasan Masalah... 11
1.4 Tujuan Penelitian... 12
1.5 Manfaat Penelitian... 13
1.6 Kegunaan Penelitian... 13
1.7 Penelitian Terdahulu... 14
1.8 Sistematika Pembahasan... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 19
2.1 Kajian Tentang Hukum Keluarga Islam... 19
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 56
3.1 Pendekatan Penelitian... 56
3.2 Jenis Penelitian... 58
3.3 Lokasi dan Informan Penelitian... 60
3.4 Metode Pengumpulan Data... 61
3.5 Analisis Data... 64
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN... 67
4.1 Gambaran Umum Majelis Agama Islam di Propinsi Yala... 67
4.2 Pelaksanaan Hukum Perkawinan di MAIY... 80
4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Hukum Perkawinan di MAIY... 98
4.4 Diskusi Hasil Penelitian...107
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...115
5.2 Saran-saran... 118
DAFTAR PUSTAKA... 120
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufiq, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, LP3ES, Jakarta,
1989.
Abdul Wahab al-Khalaf, Ilm Usul al-Fiqh, Jakarta: Maktabah al-Da’wah al -Islamiyah Syabab al-Azhar, 1990.
Adurrahman, Dinamika Masyarakat Islam Dalam Wawasan Fiqih, Editor. Hilman
Latief, Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, 2002.
Ahmad Hasan The Early Development of Islamic Jurisprudence. Delhi: Adam Publishers & Distributors. Cet. II. 1984.
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, Yogyakarta: PustakaProgresif, 1997.
Ali, Muhammad DaudHukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. Edisi 5. Cet. V. 1996.
Al-Khathib, Muhammad ‘Ajjaj. ‘Ulum al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu.
Beirut: Dar al-Fikr. 1989.
Amir Syarifuddin. Ushul Fiqh., Jilid 1. Jakarta: Logos. Cet. I. 1999.
Ancok Djamaluddin, (dkk), Psikologi Islam Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, Jakarta: PT. Raja Wali, 1990.
Arifin Bincit. Langka-Suka Patani Darussalam. Yala: Pusat Kebudayaan Sempadan Selatan, 1998.
Ayah Bangnara. Patani Dahulu dan Sekarang. Patani: Putra Batu Putih, 1977.
Azzam Abdul Wahab, Filsafat dan Puisi Iqbal, Bandung: PT. Perpustakaan Salman Institut Teknologi Bandung, 1985.
Azra Azyumardi, Renasains Islam Asia Tenggara, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
xv
Bahsah Abdul Halim, Raja Campa dan Dinasti Jembal dalam Pattani Besar ( Pattani, Kelantan, Terangganu), Malaysia, Kelantan: PT. Pustaka Reka, 1994.
Buku Panduan Seminar Pengetahuan Hukum Islam Perdata di Hadyai-Thailand, Perlembaggaan Kehakiman bagian, 2007.
Capakia Ahamad Umar, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan Thailand, University Kebangsaan Malaysia: Bangi, 2002.
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Daud Muhammad Ali. Hukum Islam dan Peradilan Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1997.
Fairuzabadiy, Muhammad Ibn Ya’qubAl-Qamus al-Muhith. Beirut: Daral-Fikr, Cet. I. 1995.
Fathi Ahamad al-Patani. Pengantar Sejarah Patani. Malaysia Kedah: PT Pustaka Darussalam, 1994.
Hadi Sutrino. Metodologi Researh. Yogyakarta :Andi Offset. 1989.
Hamid, Zahri, Peranan Ulama Indonesia Dewasa ini, Yogyakarta: PT. Bina Usaha, 1984.
Hanafi, Hassan, Cakrawala Baru Peradaban Global, Yogyakarta: PT. IRCISOD, 2003.
Hasballah, , Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999
xvi
Ichtijanto, Kontribusi Hukum Islam Terhadap Hukum Nasional dalam Mimbar Hukum, No. 13, 1994.
Ismail Che Daud. Tokoh-tokoh Ulama Semenangjung Melayu. Kotabaru: Zul Rahim,
1996.
John L. Esposito & John O. Voll. Demokrasi di Negara-negara Muslim. Bandung: Mizan, 1999.
Kehakiman, Kementerian, Karn Sammana Karn Chai Kodmai Thai Nai Khet Changwad Pattani, Narathiwat, Yala, lea satul, Bangkok: Kementerian Kehakiman, 1982.
Khalaf Adul Wahab. Ilmu ‘Usul Al-Fiqh. Cairo: Maktabah ad-Da’wah al-Islamiyah. 1956.
Komite Islam Nasional. Pra’Theathai kab lok Muslim. Bakok: Komite Islam
nasional, TT.
Lapindus, Ira. M., Sejarah Sosial Ummat Islam, Cet. II, Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 2000.
Lohwithi Wisrut. Perubahan Masyarakat dengan Pembaharuan pendidikan Agama Islam di Thailand, Muslim Thai News paper, 2005.
Majid Abdul, dkk, Al-Islam, Malang: PT. Lembaga Studi Islam Kemuhammadiyah Universitas Muhammadiyah Malang, 1996.
Majalah Sayam Rath, Islam Nai Asia, No. 50, Bangkok: 1996.
Majelis Agama Islam, Karn Borihan Ongkon Sasena Islam, Majlis Wilayah Yala, 2005.
xvii
Mahmud Musthafa Nik, Sejarah Perjuangan Melayu Pattani 1785-1954, PT: University Kebangsaan malaysia, 1999.
Malek, Zambri A, Umat Islam Pattani Sejarah dan Politik, Malaysia: PT. Hizbi, Shah Alam, Malaysia, 1993.
Martin Van Bruinessen. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan
1995.
Mas’ud, Muhammad Khalid. Filsafat Hukum Islam dan Perubahan Sosial. Terj. oleh Yudian W. Asmin. Surabaya: Al Ikhlas, 1995.
Muhammad Amin Summa. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Muhammad Shagir Abdullah. Perkembangan Ilmu Figh dan Tokoh-tokohnya di Asia tenggara. Solo: Ramadhani, 1985.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta: PP. Al-Munawwir Krapyak. 1984
Musa Muhammad Yusuf. Al-Islam wa al-Hajah al-Insaniyyah Ilaih. Terj.oleh A.
Malik Madani dan Hamim Ilyas dengan judul “Islam Suatu KajianKomprehensif”. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. I. 1988.
Narong Siripachana. Kwam Penma Khong Kodmai Islam le’ Dato’ Yuthitham, Bangkok: PT. Popit Press, 1975.
Nasr Sayyed Hossein, The Heart of Islam: Pesan-pesan Universal Ilmu Islam Untuk Kemanusiaan, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003.
Natsir, M, Agama dan Negara dalam Negara Islam, Jakarta: PT. Media Dakwah, 2001.
xviii
Pian Kobkua Suwannathat, Sejarah Thai Zaman Bangkok, Malaysia: PT. Perpustakaan Negara Malaysia, 1991.
Pitsuwan, Surin, Islamn di Muang Thai, Jakarta: LP3ES, 1989.
Prayunsak Chalaiyundecha. Muslim nai Pra’thethai. Bankok: Pustaka Sultan Sulaiman, 1998.
Seni Madakakorn. Pra’watisat Patani Boran Rach-anacat Langka-Suka yu Thinai.
Bankok, 1996.
Sulaiman rasjid. Fiq Islam. Bandung: Sinar Baru Algensido, 1996.
Suma Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Syaltut, Mahmud. Al-Islam Aqidah wa Syari’ah. Kairo: Dar al-Qalam. Cet. III. 1966.
Syubki Badrudin, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman, Jakarta: PT. Gema Insani Press, 1995.
Syukri Ibrahim, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, Malaysia: PT. University Kebangsaan Malaysia, 2002.
Tebba, Sudirman, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara,
Bandung: PT. Pustaka Mizan, 1993.
Usman Isan, “ Kebangkitan Ulama-ulama Pattani dan Kelantan”, dalam Utusan Kiblat, No. 126, 1981.
Visit Laminon, Pelaksanaan Hukum Islam di Empat Propisi Selatan Thai,
Kementerian Kehakiman, 1982.
Winarno Surakhmad. Dasar dan Teknik Research. Badung PT :Tarsito. 1972.
Yahya, Mukhtar dan Fatchurrahman. Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami.
xix
Yusdani, Peran Kepentingan Umum Dalam Reaktualisasi Hukum: Kajian Konsp Hukum Islam Najmuddin At-Tufi, Yogyakarta: PT. UII Press, 2000.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam masuk ke Asia Tenggara sebagai wilayah priferi dunia Islam melalui
suatu proses damai yang berlangsung selama berabad-abad. Kompleksitas agama
di Asia Tenggara menujukkan bahwa Islam bukanlah agama pertama yang
tumbuh besar. Dengan kata lain, Islam masuk ke lapisan masyarakat yang telah
mempunyai pemahaman keagamaan yang mapan. Agama asli masyarakat Asia
Tenggara pertama bersentuhan dengan Hindu, kemudian Budha dan berinteraksi
memunculkan tradisi khas berbentuk matriks budaya-agama pribumi yang
berlangsung dalam waktu lama. Dalam kondisi demikianlah agama Islam masuk,
dan baru kemudian Kristen.
Penyebaran Islam di wilayah kerajaan Patani1 pada umumnya melalui dua
peringkat, yaitu peringkat pengenalan dan peringkat pengislaman secara
besar-besaran. Peringkat pengenalan adalah suatu proses yang lama dan penerimaannya
adalah terbatas yang tersebar di kalangan individu tertentu saja. Masuknya Islam
pada peringkat permulaan berhubungan dengan kedatangan peniaga Arab, Persia,
dan India ke negara di Asia Tenggara yang hubungan perdagangan secara erat
sudah terbentuk semenjak abad ke-10 M. Keadaan ini turut berlaku dikawasan
1 Patani semula merupakan sebuah nama Negara kemudian dijajah oleh Thailand pada abad 18 M.
2
Thailand Selatan yang menjadi pelabuhan maju pada abad ke-10 M. dan menjadi
jalan perniagaan yang dilalui oleh para pedagang Arab dan persia, masuknya
Islam di Patani pada peringkat kedua bermula dengan Islamnya Raja Patani yaitu
Raja Paya Tunkapa. Dengan Islamnya raja, menteri, serta sebagian rakyatnya,
maka tersebarlah Islam di seluruh negeri Patani. Nama Raja diganti menjadi
Sulthan Isma’el Syah. Memeluk Agama Islam secara besar-besaran ini berlaku
sekitar tahun 1457 M. Dengan Islamnya Patani kedudukan politik di semenanjung
tanah Melayu mengalami perubahan besar karena Patani menjadi sebagian dunia
Melayu yang berasaskan Islam. Islam berkembang dan dibangunkan di Patani atas
runtuhan asas budaya Hindu dan Budha yang bertapak sudah sekian lama
(Capakia, 2002: 25-26).
Secara garis besar masyarakat Islam tergabung ke dalam tiga kelompok
Negara. Pertama, di negara Islam, antara lain Pakistan, Iran dan Saudi Arabia.
Kedua, negara-negara yang mayoritas penduduk beragama Islam, antara lain
Indonesia, Turki dan Mesir. Ketiga, negara-negara yang mayoritas penduduknya
beragama lain, antara lain Filipina, Thailand dan beberapa negara di kawasan
Afrika dan Eropa (Cik Hasan, 1998:19).
Thailand merupakan negara yang termasuk di dalam kelompok negara yang
ketiga yang mayoritas penduduknya beragama Budha.Negara Thailand adalah
sebuah negeri yang pemerintahannya terdiri dari tujuh puluh tujuh (77) propinsi,
di mana mayoritas penduduk Thailand adalah beragama Budha, sedangkan
penduduk Thailand yang beragama Islam hanya berjumlah 10% dari semua
3
Selatan yaitu, Patani, Yala, Songkla, Narathiwat dan Setul. Propinsi tersebut yang
dikenal dengan sebutan masyarakat Islam Patani (Surin, 1989: 65).
Patani adalah salah satu wilayah Thailand yang pernah mengukir sejarah
gemilang kejayaan Islam. Pada abad ke-15, Negeri ini menjadi sebuah Negara
Islam terbesar di Asia Tenggara dengan nama Kerajaan Islam Patani Darussalam.
Orang Arab menyebutnya Al-Fathani Darussalam. Pada akhir abad ke- 18 M,
negeri Patani mengalami masa surut, di mana terjadi ketidak stabilan di bidang
politik. Dalam keadaan seperti itu, orang-orang Siam2 mendapat kesempatan besar
untuk menyerangnya. Mereka telah beberapa kali melakukan penyerangan
meskipun sering kali mengalami kegagalan. Akhirnya mereka berhasil
menaklukkan dan menguasai Patani pada tahun 1785 M. kemudian Patani
diresmikan menjadi wilayah Thailand pada tahun 1902 (Syukri, 2002 :130).
Kaum Muslim Patani atau Thailand Selatan hidup dalam dunia yang
berbeda dengan kaum pemerintah di daerah itu. Upaya pemerintah dalam
mengambil langkah-langkah untuk menjamin kaum muslim secara
berangsur-angsur akan menerima status orang Thai beragama Islam yang selama ini kaum
Muslim menganggap diri mereka sebagai orang muslim Melayu. Salah satu
caranya adalah memberi otonomi hukum di bidang yang berkaitan dengan hukum
perdata yaitu tentang keluarga dan warisan kepada kaum muslim yang tinggal di
Propinsi Thailand Selatan. Berkenaan dengan hal ini, pemerintah Thailand
2 Siam semula merupakan sebuah negara kecil sebelum diganti menjadi Thailand, dan nama Siam
4
memberi peluang kepada kaum muslim untuk menyelenggarakan lembaga
keagamaan, khususnya di bidang hukum keluarga dan warisan (Narong,1975: 47).
Pihak kerajaan pusat telah mengeluarkan UU atau ketetapan kerajaan yang
isinya: pertama, mengangkat seorang Muslim sebagai Chula Rajmontri3
(Syaikhul Islam) bagi Negara Thailand, yang berfungsi sebagai penasehat kepada
kementrian dalam negeri dan kementerian pendidikan. Kedua, membentuk
Jama’ah Jawatan Kuasa Islam tertinggi bagi Negara Thailand yang diketuai oleh
Chula Rajmuntri. Ketiga, membentuk Jama’ah Kekuatan Islam bagi propinsi
sebagai penasehat (Gubenur) dan berfungsi sebagai pengurus mengurus urusan
agama Islam bagian Propinsi. Dengan adanya UU itu, maka lahirlah lembaga
keagamaan di Thailand Selatan yang mayoritas penduduk beragama Islam.
Di Thailand, pemerintah mengakui secara resmi hanya hukum perdata
Islam yang berkaitan dengan keluarga dan warisan saja, itupun diakui hanya di
Propinsi Thailand Selatan, selain itu hukum keluarga dan warisan selain Propinsi
Thailand Selatan, hukum Islam tidak diakui oleh pemerintah secara resmi.
Sebagai mana dalam UU, pelaksanaan hukum Islam tahun 1946 menyatakan
bahwa, hukum Islam yang berlaku di Propinsi Thailand Selatan, hanya hukum
keluarga dan warisan (Kementrian, 1982:93).
Sebenarnya Agama Islam selain pengertian nama atas sebuah Agama,
syariatnya juga mencakup seluruh aspek kehidupan, dalam aturan hidup manusia
baik laki-laki maupun perempuan diatur dengan rapi dan komprehensif, sejak dini
3 Chula Rajmontri adalah istilah yang berasal dari bahasa Thai yang berarti pemimpin tertinggi
5
masa kanak-kanak sampai lanjutnya usia. Secara singkat, Islam dengan syariatnya
mencakup seluruh aspek dalam kehidupan manusia secara universal.
Oleh karenanya, seiring dengan perkembangan Islam di dunia secara
makro, di mana umat Islam sudah tersekat oleh batas-batas negara, etnis, dan
geografi, hukum Islampun baik secara konseptual maupun praktek dituntut untuk
menemukan formulasi yang sesuai dengan tabiatnya. Menilik kepada realitas
sekarang di negara-negara yang mayoritas penduduk Muslim, apa lagi yang
minoritas muslim sangat kesulitan untuk menerapkan hukum Islam, hal ini
ditambah lagi kalau harus mengacu pada produk para imam mazhab tertentu
dengan argumentasi bahwa hukum Islam itu berlaku secara universal, ini menjadi
sebuah agenda persoalan yang menyangkut posisi dan ektensi hukum Islam di
suatu negara.
Dalam sejarah Thailand Selatan, berkat perjuang dan kerja keras para
tokoh Agama terdahulu, hukum Islam di Thailand Selatan sampai saat sekarang
ini masih utuh dan di peraktekkan oleh kaum Muslim di daerah itu baik dalam
praktek amaliyah sehari-hari maupun oleh Lembaga-lembaga keagamaan. Dalam
praktek amaliyah sehari-hari, bila terjadi kesulitan dalam praktek keagamaan,
mereka langsung menemui ulama-ulama setempat atau lembaga-lembaga
keagamaan untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi.
Kuam Muslim di Thailand Selatan tergolong penganut hukum Islam
Mazhab Syafi’i. Ini dapat dibuktikan bahwa semua tulisan dan kitab-kitab hukum
Islam yang di pakai di lembaga-lembaga pendidikan daerah itu, baik lembaga
6
karya-karya para ulama mazhab Syafi’i, baik itu ulama dari tanah Arab, maupun
dari setempat yang belajar di tanah Arab, yang karya-karyanya berkibar di dunia
internasional juga di kawasan Asia Tenggara, seperti Syeikh Daud bin Abdillah
bin Idris al-Fathani (1769-1874), Muhammad bin Ismail Daudy al-Fathani
(1844-1908), Syikh Ahmad bin Muhammad bin Musthofa al-Fathani (1856-(1844-1908),
Zainul Abidin bin Ahamad al-Fathani dan lain-lainnya (Shagir, 1987 :6-11).
Umat Islam Thailanad Selatan, percaya bahwa Islam adalah Agama yang
sempurna dalam segala aspeknya. Islam merupakan anugerah Allah SWT untuk
manusia. Maka Islam sangatlah bernilai dan dengan ini setiap orang Islam wajib
menjaganya diri setiap hinaan serta ancaman. Umat Islam juga berpandangan
bahwa mereka senantiasa siap mengorbankan semua harta yang dimiliki,
meskipun nilainya sama dengan hidup mereka untuk kepentingan Agama Allah.
Dalam keadaan tertentu, berkorban bahkan hukumnya wajib. Mengorbankan
hidup seseorang dalam rangka membela Agama atau Allah disebut sabilillah.
Sebagian orang menggunakan istilah fanatisme untuk menjuluki kondisi umat
Islam di Thialand Selatan. Dengan menggunakan ukuran non-Islam, anggapan ini
boleh jadi benar.
Oleh karena itu pemerintah memberi kebebasan dalam urusan hukum
keluarga bagi umat Islam Thailand Selatan, urusan tersebut dikecualikan dari
perundang-undang negara Thai. Tindakan ini, disamping menujukkan sikap dan
tindakan politik, seandainya pemerintah menutut ketaatan penuh kepada kode
hukum pidana dan kode hukum perdata yang telah diperlakukan, pasti akan
menghadapi perlawanan dan tantangan yang lebih dahsyat dari apa yang telah
7
Pemerintah Thailand, mengeluarkan tiga undang-undang untuk kaum
Muslim dalam urusan Agama Islam di negeri itu. Undang-undang itu adalah :
Pertama, tentang undang-undang mengayomi Islam ( Patronage of Islamic Act)
tahun 1945. Kedua, tentang undang-undang pelaksanaan hukum Islam yang
berkaitan dengan soal keluarga dan warisan di Thailand Selatan, tahun 1946.
Ketiga, undang-undang tentang urusan masjid, tahun 1947 (Komite Islam
Nasional, tt :285). Kecual undang-undang pelaksanaan hukum Islam yang
berkaitan dengan keluarga dan warisan yang hanya dikhususkan kepada kaum
Muslim di Thailand Selatan saja.
Untuk pertama kalinya sebagai akibat diberlakukan undang-undang
melindungi Islam tahun 1945, pimpinan Agama manjadi sah di mata negara.
Ulama-ulama yang terhormat menjadi anggota dewan Islam di tingkat propinsi
“menjadi dewan propinsi yang berkaitan dengan urusan Agama Islam” (pasal
VII). Kaum ulama melegitimasi, negara dan kekuasaan. Rumusan itu sepertinya
mengandung suatu kontradiksi teoritis. Kemurnian Agama hanya dapat dicapai
apabila negara itu sendiri menjadi alat kehendak Ilahi dan landasannya tidak lain
dari pada Syari’ah (Surin, 1989 :91). Undang-undang melindungi Islam itu
kelihatannya memang hendak melindungi golongan Muslim Melayu, tetapi
dengan undang-undang itu para Penjabat Thailand, justru memperoleh wewenang
lebih besar untuk mencapai urusan Agama masyarakat Muslim Melayu. Ini berarti
undang-undang itu tidak memberi harapan apapun kepada Muslim Melayu
(Hasbullah, 2003: 264).
Maka selanjutnya beberapa tokoh Agama, dan masyarakat kemudian
8
1945 berdirilah MAIY (Majelis Agama Islam Wilayah Yala) yang merupakan
organisasi sosial keagamaan atau suatu wadah yang terdiri atas kelompok tokoh
Agama dalam menjalankan kegiatan keagamaan di dalam masyarakat Muslim
Melayu.
Tetapi menjadi titik pembahasan yang belum memuaskan di kalangan
masyarakat Thailand Selatan. Kerajaan Thailand supaya menghindari
akibat-akibat kekerasan, maka mengadakan kompromi dan menyetujui bahwa tidak
memaksakan kehendaknya di bidang hukum keluarga dan hukum warisan.
Mengapa yang diakui hanya pada bagian syari’at yang berkaitan dengan hukum
keluarga dan hukum warisan saja, umat Islam yang berada di bawah kerajaan
Thailand, pembaharuan hukum diadakan oleh kaum penjajah dalam upaya mereka
untuk memodernisasikan masyarakat-masyarakat itu. Sementara mereka
meghadapi tantangan dari golongan Agama, bidang yang paling peka dan paling
berbahaya adalah bidang “Hukum Perorangan” Personal Law (Surin, 1989 :93).
Demikian juga Majelis Agama Islam menganggap hukum perorangan
(Personal Law) sebagai bidang yang paling dipengaruhi Islam dan yang memberi
ciri khusus kepada masyarakat. Di sini ada dua bagian dalam syari’at: ibadah
(yang menyangkut hubungan pribadi seseorang dengan Allah) dan mu’amalah
(yang menyangkut kegiatan sosial). Ritual-ritual ibadah dengan sendirinya harus
dipelajari dengan cermat agar dapat dilaksanakan dengan cara yang paling benar.
Akan tetapi, dalam kegiatan-kegiatan antar-individu, biasanya yang berlaku
adalah praktek-praktek dan adat kebiasaan daerah, sehingga Majelis Agama Islam
tidak berhak memberi kebijakan. Pemerintah sangat membatasi, hanya hukum
9
Seandainya pemerintah menuntut ketaatan penuh kepada kode hukum
pidana dan kode hukum perdata yang telah diberlakukan di masa
pemerintahannya, pemerintah pasti akan menghadapi perlawanan yang lebih hebat
daripada apa yang benar-benar telah terjadi.
Demikianlah pemerintah mengakui secara resmi hanya hukum perdata
Islam yang berkaitan dengan keluarga dan warisan saja, itupun diakui hanya di
Propinsi Thailand Selatan, oleh karena urusan keluarga begitu penting artinya
bagi orang Melayu Muslim, maka urusan tersebut dikecualikan dari
perundangan-undangan negara. Tindakan ini, di samping menujukkan sikap menghormati
kebudayaan minoritas, juga merupakan tindakan politik yang praktis di pihak
pemerintah Thai.
Bidang hukum keluarga, di mana ketentuan-ketentuan Islam ditaati dengan
cermat. Situasi dalam masyarakat Islam Melayu Thailand Selatan pada pergantian
abad yang lalu adalah demikian pula. Tentang soal ini, Joseph Schacht,
mengatakan selama hukum suci (syari’ah) diakui secara resmi sebagai ideal
keagamaan, ia tidak dapat melepaskan haknya atas kesahihan teoretis yang
eksklusif, dan mengakui eksistensi suatu hukum sekuler yang otonomi,
wakil-wakilnya, kaum ulama, merupakan satu-satunya golongan yang berwenang untuk
menafsirkan nurani keagamaan kaum muslim, dan wawasan bahwa hukum harus
diatur oleh Agama tetap merupakan asumsi yang pokok, bagi orang-orang muslim
yang moderen sakalipun (Joseph, 1970: 557).
Demikian juga Seyyed Houssein Nasr, memberi pernyataan yang sangat
10
Muslim. Yang tetap utuh sepanjang zaman adalah aspek dari Syariah yang secara
langsung menyangkut pribadi manusia, seperti perkawinan, perceraian dan
warisan. Dengan demikian soal-soal itu dinyatakan sebagai termasuk dalam
hukum perorangan. Bidang ini sejak dulu merupakan tempat berlindung dan
bertahan yang telah memungkinkan masyarakat Islam untuk tetap Islam,
walaupun harus hidup di bawah berbagai bentuk lembaga politik selama
abad-abad yang lalu. Oleh sebab itu, apa yang sedang dibahas ini merupakan tempat
berlindung paling akhir dari aspek-aspek hukum syari’ah dalam masyarakat Islam
secara keseluruhan (Nasr, 1981: 27).
Sebelumnya terbentuknya lembaga Majelis Agama Islam di Thailand
Selatan, bangsa Melayu yang beragama Islam tidak di pedulikan oleh pemerintah.
Mereka diperintah Raja yang beragama Budha yang tidak memikirkan keadaan
umat Islam. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan yang berkaitan dengan
Agama Islam diserahkan atas kesadaran dan inisiatif mereka sendiri. Secara
keseluruhan lahirnya kegiatan Islam dapat dikatakan atas usaha tokoh masyarakat
yang merasa dirinya bertanggung jawab untuk menegakan Agama Allah dan
membawa umat Islam Melayu kejalan yang benar. Sebagai fokus wilayah dalam
penelitian ini adalah masyarakat Islam Patani yang berdomisili di daerah propinsi
Yala, (maksud dari peneliti adalah keseluruhan masyarakat Propinsi Yala yang
beragama Islam atau yang dikenal dengan sebutan masyarakat Islam Patani ).
Disinilah eksistensi dan peran Majelis Agama Islam Propinsi Yala
Thailand Selatan dalam pelaksanaan hukum keluarga, menjadi penting untuk
mengarahkan masyarakat agar dapat membina dimensi hukum Islam agar sesuai
11
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan ganbaran latar belakang di atas, maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan Majelis Agama Islam dalam melaksanakan hukum
perkawinan di propinsi Yala Thailand Selatan ?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat Majelis Agama Islam
dalam melaksanakan hukum perkawinan di Thailand Selatan?
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian hukum keluarga (al-Ahwâl as-Syakhshiyah), terdapat dua
pengertian. Pertama, dalam pengertian yang luas meliputi hukum perkawinan,
perceraian, warisan, hibah, wasiat dan wakaf. (Daud, 1997: 56). Kedua, dalam arti
yang sempit yaitu hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga dan
pembentukannya, atau dengan kata lain hukum yang berkaitan dengan perkawian
dan perceraian.
Yang dimaksudkan dengan hukum keluarga dalam penelitian ini adalah,
hukum keluarga dalam pengertian yang kedua dalam arti yang sempit. Hanya
hukum yang berkaitan dengan perkawinan saja, tidak termasuk di dalamnya
hukum warisan, karena untuk menyesuaikan dengan bahasa undang-undang
pelaksanaan hukum Islam di Thailand Selatan tahun 1946 yang berbunyi,
Krobkrua lea’ Moraduk”. Kata “Krobkrua” adalah Keluarga. Sedangkan
“Moraduk” adalah Warisan. Hukum keluarga yang dimaksudkan UU, tersebut
12
Yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah tema-tema kajian
tentang MAIY dalam pelaksanaan hukum perkawinan di masyarakat Propinsi
Yala Thailand Selatan. Aspek-aspek peranan yang dimaksud penulis adalah
kedudukan dan tugas MAIY di lembaga keagamaan. Aspek-aspek itu adalah
mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang berkaitan dalam soal
perkawinan di MAIY.
1.4 Tujuan Penelitian
Sebagaimana permasalahan yang telah dikemukakan diatas, terdapat
beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian
tentang peran Majelis Agama Islam dalam melaksanakan hukum perkawinan di
Negara bermayoritas Budha:
1. Untuk mengetahui Proses yang dilaksanakan oleh Majelis Agama Islam
Propinsi Yala Thailand Selatan dalam pelaksanaan hukum perkawinan dalam
membina masyarakat, khususnya dalam mengamalkan ajaran Agama Islam
untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang benar-benar Islami.
2. Untuk mengetahui pendukung dan penghambatan Majelis Agama Islam dalam
pelaksanaan hukum perkawinan di dalam realita kehidupan masyarakat Muslim
di bawah pemerintah Budha yang berlainan peradaban dan kebudayaan serta
adanya tantangan dari pihak pemerintah dan juga dari kalangan masyarakat
13
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu manfaat praktis dan manfaat
teoritis seabagai berikut:
Manfaat praktis, memusat dan menerapkan pengetahuan serta pemahaman
agama dalam proses membina nilai-nilai keislaman di tengah kehidupan
masyarakat Melayu dan memberi pemahaman yang baru pada masyarakat tentang
peranan majelis agama Islam dalam pekalasanaan hukum perkawinan, supaya
mereka mengambil kesempatan yang diberi oleh pemerintah kepada umat Islam
selama ini mereka di abaikan, dan mengemukakan ide-ide yang bermanfaat dalam
beberapa aspek bagi kepentingan umat Islam di Propinsi Yala.
Manfaat teoritis, untuk menjadi bahan rujukan dan sumbangan pada
masyarakat pada umumnya, kepada majelis agama Islam, sekaligus kepada
masyarakat muslim khususnya di propinsi Yala Thailand Selatan, dan juga
menjadi sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
hukum perkawinan.
1.6 Kegunaan Penelitian
Penelitian tentang Peranan Majelis Agama Islam dalam melaksakan
hukum perkawinan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“Peranan “ artinya “bagian yang dimainkan”. Peranan juga diaratikan “tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok dalam suatu pertiwa” (Munif,
2002 :58). Sedangkan MAI (Majelis Agama Islam) sebagai lembaga Islam yang
merupakan bagian penting dari kebangkitan Islam dalam dasawarsa terakhir abad
14
tetapi mewakili lahirnya orientasi sosial politik alternatif yang dapat dipercaya.
Gerakan-gerakan ini mencerminkan aspirasi ganda dari kalangan professional
berpendidikan modern dan dari masyarakat Muslim yang menghendaki partisipasi
yang lebih besar dalam proses politik dan terwujudnya masyarakat yang lebih
Islami. (John L. Esposito & John O. Voll, 1999; 5).
Dengan penelitian ini, penulis mencoba untuk mendeskripsikan tentang
peranan Majelis Agama Islam dalam merekonstruksi hukum perkawianan secara
total. Selanjutnya adalah untuk mengetahui sejauh mana MAIY menghadapi
problematika dalam melaksanakan citra-citra hukum perkawinan di dalam realitas
kehidupan masyarakat Muslim Propinsi Yala di bawah Pemerintahan Pusat
Thailand. Serta adanya dukungan dan tantangan dari pihak pemerintah dan juga
dari kalangan masyarakat Muslim sendiri.
1.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Peran Majelis Agama Islam dalam melaksanakan
hukum perkawinan di Thailand Selatan sejauh pengetahuan penulis, sebelumnya
tidak ada yang melakukannya secara rinci dan komprehensif. Namun dalam hal
ini ada beberapa karya-karya terdahulu yang meneliti dan membahas hal-hal yang
mengarah dengan tema dimaksud, tetapi pembahasan yang ada tersebut tidak
mencakupi peranan majelis agama Islam dalam pelaksanaan hukum perkawinan,
bahkan lebih memfokus pada satu sudut bahasan saja, sebagaimana dalam
buku-buku dan karya-karya tersebut:
Dr. Suri Piysuwan. Dalam bukunya yang berjudul, Islam di Muang Thai,
15
Buku yang terdiri dari enam bab ini membahas gerakan Muslim Melayu di
Thailand Selatan, dia lebih menekankan kepada aspek sosio-politik dalam
pembahasannya. Pemerintah Thailand usaha keras dalam upaya mengintegrasikan
masyarakat Islam di propinsi selatan, khususnya para ulama dikalangan
Lembaga-lembaga Islam kedalam birokrasi pemerintah Thailand. Dengan diberi peluang
kepada ulama menyelenggarakan lembaga agama Islam, secara tidak langsung
mereka dianggap sebagai pejabat pemerintah Thailand. Dan terdapat dalam bab
lima, Surin menguraikan upaya integrasi pemeritah yang berkaitan dengan
pesantren (pondok) yang kemudian diubah menjadi sekolah swasta dengan
kurikulum yang sekuler, dan upaya pemerintah menepatkan orang-orang Budha di
propinsi selatan Thailand.
Karya Siripachana. Dalam karyanya berjudul, Kwam Penma Khong
Kodmai Islam Lea’ Dato’ Yuttitham (Kondisi Hukum Islam dan Qadhi
pengadilan), Penerbit: Kementerian Kehakiman, Bangkok, 1982. yang
mengandungi bahasan yang berkaitan dengan historis, Beliau memberi gambaran
permulaan pengakuan pemerintah Thailand terhadap ulama dengan meresmikan
lembaga-lembaga keagamaan Qadhi Pengadilan. (Dato’ Yuttitham).
Karya Puminarong. Dalam karyanya berjudul, Kodmai Islam Lea’ Dato’ Yuttitham (Hukum Islam dan Qadhi Pengadilan) dia lebih menekankan kepada
aspek sosiologi dalam pembahasannya, dengan melihat dampak positif dan negatif
sosial terhadap peranan Lembaga-lembaga Islam di propinsi Thailand selatan.
16
menjelaskan secara detail dampak yang berkaitan dengan program pembaruan
yang dilancarkan oleh pemerintah hingga berdirinya organisasi gerakan Muslim
Malayu untuk melawan kebijakan-kebijakan tersebut. Malik mendiskripsikan
kajiannya dalam bentuk cerita, namun dalam aspek kronologi dia hanya sedikit
menampilkan waktu kejadian. Sumber-sumber dalam penulisannya bagian besar
merupakan sumber primer, namun pandangan penulis, tulisan Malik itu terdapat
perbedaan dengan penulis-penulis yang lain. Oleh karena itu, penulis harus
mempertimbangkan dalam menggunakan sumber ini.
Dalam buku-buku dan karya-karya tersebut di atas, belum terwujud secara
utuh dan ditail atau belum memadai jika dibandingkan dengan perumusan
masalah yang penulis tampilkan, karena buku-buku dan karya-karya tersebut
hanya sekedar memberi gambaran secara umum tentang lembaga-lembaga Islam
di Selatan Thailand. Maka, dalam penelitian ini penulis mencoba membahas sisi
baru untuk melengkapi dan menjawab permasalahan yang dirumuskan di atas
dengan melihat kepada beberapa aspek di antaranya adalah aspek hukum Islam,
historis, sosialogis dan politik.
Sekaligus sebagai kerangka teori dalam penelitian ini. Dari aspek historis,
penulis mencoba melihat dalam konteks pasang surat peranan Majelis Agama
Islam dari waktu ke waktu. Dari pemerintahan monarki absolut sampai kepada
rezim konstitusional di Thailand.
Dari aspek sosiologis, penulis mencoba melihat dampak positif dan negatif
masyarakat terhadap peranan Majelis Agama Islam dalam pelaksanaan hukum
perkawinan. Baik masyarakat Islam yang tergolong dalam kelompok yang
17
keabsahannya. Sikap masyarakat terhadap produk hukum Islam di Majelis Agama
Islam juga berbeda-beda ada yang menerima dan menolaknya, berdasar pada
pernilaian mereka terhadap ulama Majelis Agama Islam itu sendiri.
Dari aspek politik, penulis melihat sejauh manakah hubungan pemerintah
dengan Majelis Agama Islam dalam memberi kewenangan pelaksanaan hukum
perkawian. Dan, sejauh manakah keseriusan pemerintah memberi peluang kepada
Majelis Agama Islam dalam menyelegrakan hukum Islam untuk membina
masyarakat secara Islami.
1.8 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Pada
bagian pendahuluan yakni pada bab pertama, terdapat pendahuluan yang
mencakup latar belakang masalah yang membicarakan signifikansi hukum Islam
dalam merespon tuntutan kemajuan zaman yang terus berjalan dengan tanpa lesu
dan berhenti. Penulis juga memberikan penjelasan tentang peran MAI dalam
melakukan rekontruksi terhadap hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan
hukum keluarga dan warisan upaya MAI dalam memasyarakatkan umat Muslim
atau mewujudkan masyarakat yang Islami, dengan ini juga penulis megambarkan
sepintas tetang kedudukan umat Islam yang dibawah penjajahan Pemerintah
Thailand, kemudian selanjutnay penulis mengemukakan dalam bahasan bab ini
juga perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian
terdahulu, dan terakhir adalah sistematika dalam menulis penelitian tesis ini.
Bab kedua, sebagai bab kajian pustaka, penulis membahas konsep hukum
18
dalam bab ini juga penulis membahas sejarah pengembangan lembaga
pentadbiran urusan Agama Islam di Thailand.
Adapaun pada bab ketiga, penulis menjelaskan metode penelitian yang
meliputi: Jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan masalah, rancangan
penelitian, informan penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, dan
analisis data.
Bab keempat, sebagai bab analisis, penulis akan membahas tentang
gambaran umum MAIY. Lebih mendalam penulis juga meanalisis tentang
peranan MAIY dalam pelaksanaan hukum perkawinan yang telah dilaksanakan
dalam masyarakat Muslim Melayu Propinsi Yala, dan penulis akan membahas
penerapan hukum perkawinan di Thailand Selatan yang menjadi faktor
pendukung dan faktor penghambatan MAIY yang mengambil berperanan sentral
dalam mengilamisasikan masyarakat dan pembinaan hukum khususnya, dalam
pelaksanaaan hukum perkawinan di Propinsi Yala Thailand Selatan, yang akan
menjadi fokus pembahasan, serta diskusi hasil penelitian ini.
Dan pada bab kelima, sebagai bagian penutup yang berisi dengan
kesimpulan, kemudian dilanjutkan dengan saran-saran untuk ditindaklanjuti pada