• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Asean-Japan Comprehensive Economic Partnership (Ajcep) Terhadap Arus Perdagangan Dan Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak Asean-Japan Comprehensive Economic Partnership (Ajcep) Terhadap Arus Perdagangan Dan Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK

ASEAN-JAPAN COMPREHENSIVE

ECONOMIC PARTNERSHIP

(AJCEP) TERHADAP

ARUS PERDAGANGAN DAN KONVERGENSI

PERTUMBUHAN EKONOMI

TRI ARIFIN DARSONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Dampak ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) terhadap arus Perdagangan dan Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

TRI ARIFIN DARSONO. Analisis Dampak ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) terhadap Arus Perdagangan dan Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan WIWIEK RINDAYATI.

FTA antara ASEAN dan Jepang yang disebut ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) telah berlangsung sejak tahun 2002, sebagai pintu masuk arus barang. AJCEP merupakan peluang penting bagi pembangunan, ketahanan ekonomi, dan kekuatan ekonomi. Hal tersebut dapat memacu pertumbuhan ekonomi negara dalam kawasan ASEAN-Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor negara-negara ASEAN-Jepang dan negara-negara non anggota, untuk menganalisis terjadinya trade creation atau trade diversion di sektor perdagangan antara negara ASEAN-Jepang dan negara non anggota, serta untuk menganalisis terjadinya konvergensi pertumbuhan ekonomi dari kesepakatan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) antara negara ASEAN-Jepang dengan negara non anggota. Model gravity digunakan untuk menganalisis faktor-faktor impor dan trade creation atau trade diversion. Model GMM dapat digunakan untuk menganalisis terjadinya konvergensi pertumbuhan ekonomi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, waktu yang digunakan dalam penelitian dari tahun 2000 sampai tahun 2013 yang terdiri dari 13 negara. Hasil penelitian menemukan nilai koefisien pada dummy trade creation dan trade diversion bernilai 0.92 dan 31.41. Tanda positif pada dummy trade creation dan trade diversion mengindikasikan adanya trade creation pada arus impor pada negara-negara ASEAN-Jepang dan non anggota serta menemukan konvergensi pertumbuhan ekonomi antara negara ASEAN-Jepang. Tingkat konvergensi 0.0153417 atau menunjukan bahwa kecepatan masing-masing negara untuk mencapai kondisi steady state sebesar 2.00 persen per tahun dengan asumsi cateris paribus. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi konvergen atau half life of convergence sekitar 34 tahun. Dari hasil penelitian ditemukan trade creation hasil kesepakatan AJCEP dan juga terjadinya konvergensi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil tersebut disarankan pemerintah Indonesia harus menjaga hubungan dagang dari negara anggota dan juga negara non anggota, serta meningkatkan investasi di sektor rill yang nantinya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

(5)

SUMMARY

TRI ARIFIN DARSONO. The Impact Analysis of ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) for Trade Flow and Economic Growth’s Convergence. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM and WIWIEK RINDAYATI.

Free Trade Area (FTA) between ASEAN and Japan, which is called ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), has been established since 2002 as goods and services flow gateway. AJCEP plays an important role to bring the development, economic security, and economic power. It can also boost the economic growth among member of ASEAN-Japan. The objectives of this research were to analyze the factors that can influence the ASEAN-Japan countries import with non-member, to analyze the occurrence of trade creation and trade diversion in trading sector among ASEAN-Japan countries with non-member, and to analyze the occurrence of economic growth's convergence in ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) not only among ASEAN-Japan countries, but also with non-member trading partners. The Gravity Model was used to analyze import factors and observing the occurrence of trade creation or trade diversion. The GMM model was used to observe the convergence of economic growth. The research are used Panel data methods with periods 2000 until 2013 in 13 countries. The research found that the coefficient values in trade creation and trade diversion dummy were 0.92 and 31.41. The positive value in trade creation and trade diversion indicated the occurrence of trade creation in the import flow among ASEAN-Japan countries and non-member trading partners, as well as finding the convergence of economic growth among ASEAN-Japan countries. The convergence level was of 0.0153417 can be interpreted that the velocity to reach steady state condition was 2.00 percent per year with the assumption of ceteris paribus. The duration to reach convergence condition or half life of convergence was about 34 years. The research found the trade creation from AJCEP agreement

and the occurrence of economic growth’s convergence. Based on the result, Indonesian government would likely to make relationships among countries member and non-member to invest in real sector that will boost economic growth in Indonesia.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

TRI ARIFIN DARSONO

ANALISIS DAMPAK

INDONESIAN-JAPAN ECONOMIC

PARTNERSHIP AGREEMENT

(IJEPA) TERHADAP

ARUS PERDAGANGAN DAN KONVERGENSI

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN

ASEAN JEPANG

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 2015 ini ialah perdagangan, dengan judul Analisis Dampak ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) terhadap Arus Perdagangan dan Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Beberapa pihak tersebut diantaranya :

1. Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc, dan Dr Ir Wiwiek Rindayati, MSi, selaku ketua komisi pembimbing tesis dan anggota komisi pemimbing tesis. Telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam penulisan tesis ini.

2. Ibu Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS, selaku dosen penguji, Ibu Dr Lukytawati Anggraeni, SP, MSi, selaku ketua program studi Ilmu Ekonomi pascasarjana IPB dan sebagai dosen penguji, Ibu Dr Ir Sri Mulatsih, MSi, selaku dosen Ilmu Ekonomi yang menjadi moderator kolokium, dan bapak Dr Ir Budi Setiawan, MS, yang menjadi moderator seminar. Telah memberikan motivasi, arahan, kritikan, dan saran dalam penulisan tesis ini.

3. Kedua orang tua penulis, Djoko Sriyono, Samsani, kedua saudara penulis Wiwik Oktari Putri dan Rahmad Eko Priyono Susilo, serta Pratica Dewi yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. 4. Sahabat penulis Bramastyo Agung Wibowo, Pangrio Nurjaya, Andri

Sukrudin, Hilman, Wahyu, Luqman Aziz, Asiyef, Setiawan Hari Santoso, Sendi Dian Saputra, Dodi Chandra, Bobby Permana Putra, Erfanda Irwan, Andri Sahlan, Khoerul Imam Fatwani, Raditya Anggoro, Rifki Maulana, Meliana Putri, Yandra, Chandra, Ahmad Hilman, Yanuar, Bagus Rama, Erfanda Irawan, Neva Hadyan Fadhilah dan Fachri Muttaqin yang senantiasa membantu saya dan memberikan masukan-masukan, semangat dan bantuan dalam penulisan tesis ini.

5. Sahabat kontrakan camp rinjani, rekan-rekan HMI komisariat FEM, HMI cabang bogor, yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

6. Keluarga Ilmu Ekonomi fast track 2 yaitu: Bramsatyo Agung Wibowo, Muhamad Fajri, Fahtimah Zahra, Fauzia, dan Silvia Bustami, serta reguler 8 yaitu: Zikra Masegus, Ilhmdi, Stania, dan Mujiburahman.

7. Sahabat kecil penulis Andya Milano, Dani Putra Amerta, dan Beri Permana Putra.

8. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 8

Manfaat Penelitian 9

Ruang Lingkup Penelitian 9

2 TINJAUAN PUSTAKA 9

Integrasi Ekonomi 9

Liberalisasi Perdagangan 12

Trade Creation dan Trade Diversion 13

Teori Perdagangan International 15

Teori Pertumbuhan Solow 16

Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi 17

Penelitian Terdahulu 17

Kerangka Pemikiran 19

Hipotesis Penelitian 21

3 METODE PENELITIAN 22

Jenis dan Sumber Data 22

Analisis Data Panel 22

Pemilihan Metode Estimasi Panel Statis 23

Pengujian Parameter Model 25

Metode Analisis 26

Definisi Operasional 29

Analisis Model Panel Dinamis 30

Generalized Method of Moments (GMM) 30

4 PEMBAHASAN 33

Pengujian Parameter Model 33

Uji Kelayakan dan Kecocokan Model (Goodness of fit) 34

Uji Normalitas 34

Uji Homoskedastisitas 35

Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Indonesia dari Negara-negara

(12)

Trade Creation dan Trade Diversion antara Negara - 37 negara ASEAN-Jepang dengan Negara Non Anggota 37 Gambaran Umum Kondisi Makroekonomi antara Negara ASEAN-Jepang dan

Negara Non Anggota 39

Kriteria Pemilihan Model GMM 42

Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi antara negara ASEAN-Jepang dan

Negara Non Anggota 43

5 SIMPULAN DAN SARAN 47

Simpulan 47

Saran 47

Daftar Pustaka 48

LAMPIRAN 52

RIWAYAT HIDUP 56

DAFTAR TABEL

1. Tariff bea masuk (%) 4

2. Tahapan – tahapan integrasi ekonomi 10

3. Jenis dan sumber data 22

4. Keterangan variabel model Gravity 28

5. Keterangan variabel model GMM 33

6. Hasil uji Chow dan uji Hausman 33

7. Uji normalitas 34

8. Hasil estimasi koefisien 35

9. Hasil estimasi trade creation dan trade diversion 38

10.Kriteria uji model GMM 42

11.Hasil estimasi konvergensi 43

DAFTAR GAMBAR

1. Kinerja perdagangan Indonesia Jepang sektor migas dan non migas tahun

2000-2010 (Juta USD) 2

2. GDP per kapita negara ASEAN Jepang dan non anggota tahun

2008-2012 (Juta USD) 3

3. Produk impor Indonesia dari Jepang tahun 2007-2013 6 4. Impor Indonesia dari negara-negara ASEAN tahun 2007-2013 7

5. Proses penurunan tariff 11

6. Trade creation dan trade diversion 15

7. Kerangka pemikiran 21

8. GDP per kapita negara ASEAN Jepang dan negara non anggota Tahun

(13)

9. Total perdagangan negara ASEAN Jepang dan negara non anggotam

Tahun 2005-2013 40

10.FDI negara ASEAN Jepang dan negara non anggota Tahun 2005-2013 41 11.Konsumsi negara ASEAN Jepang dan negara non anggota Tahun

2005-2013 42

12.Plot pertumbuhan ekonomi dan GDP per kapita di negara ASEAN-Jepang

dan non anggota tahun 2005 44

13.Plot pertumbuhan ekonomi dan GDP per kapita di negara ASEAN-

Jepang dan non anggota tahun 2013 45

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil olahan data panel statis 52

2. Uji Chow 53

3. Uji Hausman 53

4. Uji normalitas 53

5. Uji multikoloniaritas 53

6. Hasil olahan GMM two step 54

7. Uji arellano bond 54

8. Uji sargan 54

9. Hasil olah GMM fixed effect 55

(14)
(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Free Trade Area (FTA) diatur pada pasal XXIV GATT 1994/ WTO memberikan rambu-rambu pembentukan wilayah pabean bersama atau pabean tunggal (customs union) dan FTA. FTA memberikan kontribusi penting terhadap kemajuan liberalisasi perdagangan bilateral, regional, dan multilateral. Dalam forum WTO sebagai "the first best choice". FTA regional sebagai "the second best" dan FTA bilateral sebagai "the third best" bagi negara anggota merupakan langkah awal (playing field) sebelum memantapkan posisinya pada FTA multilateral. Pada umumnya, negara anggota mendapatkan kepercayaan diri dalam negosiasi FTA regional yang kemudian berkembang dalam FTA bilateral dan akhirnya percaya diri dalam membawa FTA multilateral pada forum WTO (Kemendag 2011).

ASEAN sebagai salah satu kerjasama integrasi ekonomi, menyediakan sarana bagi perwujudan kepentingan ketahanan ekonomi bagi negara anggotanya dan mempunyai peluang yang terbuka untuk dimanfaatkan berkaitan dengan perluasan jaringan ekonomi yang terorganisasikan melalui program-program ASEAN Free Trade Area (AFTA). Salah satu kesempatan penting dari perluasan jaringan ekonomi antar kawasan yang terus meningkat, dengan adanya kerjasama FTA ASEAN dengan Jepang yaitu ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) yang telah berlangsung sejak pada tahun 2002 (ADB 2013).

AJCEP sebagai pintu masuk arus barang yang merupakan peluang yang penting bagi pembangunan, ketahanan ekonomi, berkaitan dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki Jepang yang dapat memacu petumbuhan ekonomi negara dalam kawasan ini melalui hubungan bilateral yang lebih erat sehingga dapat meningkatkan ketahanan ekonomi (ASEAN.org).AJCEP menandai sebuah era baru bagi kemitraan Indonesia dan Jepang dengan dibentuknya Indonesian-Japan Economic Partnership (IJEPA), sehingga terjalin hubungan yang lebih erat di bidang perdagangan melalui kerjasama untuk peningkatan kapasitas, liberalisasi, promosi dan fasilitasi perdagangan dan investasi antara kedua negara (Kemendag 2011).

(16)

Sumber : BPS (2010)

Gambar 1 Kinerja perdagangan Indonesia Jepang sektor migas dan nonmigas tahun 2000-2010 (Juta USD)

Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dalam periode 2000-2010 pada Gambar 1 terus mengalami surplus. Surplus perdagangan ini disumbangkan oleh ekspor migas. Ekspor gas alam pada tahun 2000 menyumbang 29.03 persen dari total ekspor dan minyak mentah menyumbang 14.82 persen. Sementara itu untuk ekspor nonmigas selalu berfluktuatif namun cenderung defisit. Pada tahun 2000 surplus perdagangan Indonesia dengan Jepang mencapai 9 018 juta USD dan pada tahun 2007 (sebelum diberlakukannya FTA) meningkat tajam menjadi 17 103 juta USD (Kemenkeu 2011).

Sejak diberlakukannya FTA pada tahun 2008, surplus perdagangan Indonesia dengan Jepang cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2008 surplus perdagangan masih tercatat sebesar 13 003 juta USD dan pada tahun 2010 turun menjadi 8 816 juta USD. Pada tahun 2010 ekspor Indonesia ke Jepang mengalami perubahan, apabila sebelumnya gas alam dan minyak menjadi penyumbang terbesar, sumbangan ekspor kedua komoditi ini mengalami penurunan masing-masing menjadi 22.84 persen dan 9.91 persen. Sedangkan ekspor biji tembaga meningkat dari 4.30 persen pada tahun 2000 menjadi 11.16 persen pada tahun 2010. Sementara itu nilai impor Jepang ke Indonesia pada tahun 2000 nilai impor Jepang sebesar 1.378 juta USD untuk produk mesin reaktor nuklir, broiler, dan terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 4.241 juta USD, sedangkan impor produk ini pada tahun 2007 sebesar 2.232 juta USD. Untuk produk kendaraan bermotor impor Jepang pada tahun 2007 sebesar 0.9507 juta USD, mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi 2.7631 juta USD (Kemenkeu 2011).

Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap perekonomian masing-masing negara anggotanya. Terdapat harapan bagi negara yang melakukan kerjasama untuk terciptanya iklim pertumbuhan ekonomi yang sehat sehingga dapat meningkatkan perekonomian pada masing-masing negara anggota. Namun apakah masuknya negara-negara maju ini dapat secara efektif membantu majunya negara berkembang di kawasan ASEAN khususnya Indonesia, karena kerjasama tersebut juga sekaligus meningkatkan persaingan diantara negara anggota sendiri. Terdapat kemungkinan peningkatan perekonomian negara-negara

(17)

anggota terutama negara berkembang dengan kemudahan mobilitas kapital dan perdagangan antar negara, namun di sisi lain juga kemungkinan dapat meningkatkan ketimpangan antar negara karena hanya negara maju saja yang dapat memanfaatkan dengan baik (Mankiw 2007). Bisa dilihat pada pada Gambar 2, tingkat GDP per kapita negara ASEAN, Jepang dan non anggota.

Sumber: World Bank (2015)

Gambar 2 GDP per kapita negara ASEAN Jepang dan non anggota tahun 2008-2012 (Juta USD)

Tingkat GDP per kapita berdasarkan Gambar 2 pada tahun 2008-2012 tingkat GDP per kapita Indonesia mengalami peningkatan, begitupun dengan negara -negara ASEAN dan non anggota. Posisi GDP per kapita pada tahun 2012 yang paling tinggi adalah Singapura sebesar 36 110.12 juta USD, Brunai Darussalam sebesar 24 947.10 Juta USD dan yang paling rendah adalah Laos sebesar 706.27 juta USD dan Vietenam sebesar 986.01 juta USD, sedangkan Indonesia sebesar 1 732.18 juta USD. Posisi GDP perkapita Jepang pada tahun 2012 sebesar 36 912.19 juta USD, USA, China, Australia, dan Korea Selatan tingkat GDP per kapita pada tahun 2012 sebesar 45 038.20 juta USD, 3 344.54 juta USD, 37 225.29 juta USD, dan 23 303.01 juta USD. Hal ini menunjukan ketimpangan diantara negara ASEAN Jepang dan non anggota, dengan adanya keterbukaan perdagangan diharapkan akan meningkatkan GDP per kapita masing-masing negara. Tingkat pertumbuhan per kapita negara ASEAN diidentifikasikan meningkat karena adanya keterbukaan arus perdagangan dengan membentuk kerja sama FTA.

Negara maju dengan pendapatan yang tinggi dapat terus menggali dan mengembangkan teknologi dan inovasi baru yang dapat menyebabkan perekonomiannya terus mengalami peningkatan, dan bukan menurun seperti yang disampaikan oleh Solow. Pengembangan teknologi dan inovasi akan dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi masih dapat mengalami peningkatan dan bergerak lebih tinggi. Pendapatan yang tinggi memungkinkan negara maju untuk mengembangkan riset dan teknologi untuk mangatasi dan mencegah penurunan pada pertumbuhan ekonomi dan perekonomiannya. Jika asumsi Solow ini tidak terpenuhi pada keadaan nyata dan dengan adanya pengembangan teknologi dan inovasi di berbagai negara terutama di negara-negara maju, apakah proses konvergensi yang disampaikan Solow akan dapat terjadi (Mankiw 2007).

(18)

Analisis proses konvergensi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan unit analisis kerja sama Indonesia Japan dan negara-negara ASEAN serta non anggota. Terdiri dari negara-negara dengan karakteristik dan tingkat pencapaian yang berbeda. Berdasarkan penelitian ini akan dapat dilihat apakah proses konvergensi yang disampaikan Solow terjadi pada kondisi perekonomian negara-negara ASEAN, Jepang dan non anggota.

Perumusan Masalah

Integrasi ekonomi kawasan ASEAN melalui ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) bertujuan untuk membentuk kawasan yang memiliki kestabilan ekonomi, berdaya saing tinggi dan mengurangi kesenjangan ekonomi antar anggota dengan menghilangkan hambatan perdagangan berupa tarrif, dan non-tarrif. Integrasi ekonomi AJCEP masih berbentuk FTA akan mendorong terjadinya integrasi perdagangan antar kawasan dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengurangi ketimpangan ekonomi antar negara di kawasan AJCEP.

Penentuan tariff bea masuk, besar tariff yang ditentukan Indonesia lebih rendah dengan beberapa negara seperti Jepang, China, Thailand, dan beberapa negara lainnya (Kemendag 2011). Tabel 1 memperlihatkan tariff bea masuk beberapa negara ASEAN termasuk India, Jepang dan China, sebagai berikut.

Tabel 1 Tariff bea masuk (%)

Kelompok Produk India Vietnam Jepang Thailand China Indonesia

(19)

Tabel 1 menunjukan tariff yang diberlakukan oleh setiap negara ASEAN dan beberapa negara seperti Jepang, India, dan China. Rata-rata tariff untuk produk pertanian yang paling tinggi memproteksi produk pertaniannya adalah India, urutan kedua adalah Jepang sedangkan Indonesia menerapkan tariff yang paling kecil yakni sebesar 10.53 persen, begitupun dengan produk non-pertanain India menetapkan tariff yang paling besar dan yang paling rendah adalah Indonesia.

Selain itu tingkat perkembangan perekonomian negara ASEAN-5 ini cukup homogen dan dominan, terlebih ketika mengingat bahwa total perdagangan ASEAN-5 mencatat 92 persen dari total volume perdagangan ASEAN-10. Ukuran PDB dan cadangan internasional juga mencatat angka yang sangat besar yakni 96 persen pada tahun 2008. Singkatnya, potensi negara ASEAN-5 untuk bekerjasama dengan mengacu pada kesamaan indikator yang ada, memiliki peluang yang sangat besar dapat mendorong kerjasama ekonomi kawasan yang sukses, dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi negara yang berpartisipasi sebagaimana halnya negara-negara yang berada di sekitar kawasan ini (Kusuma et al. 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari trade map tahun 2015, komoditi impor utama Indonesia dari Jepang dapat dilihat pada Gambar 3. Produk impor yang masuk ke Indonesia dari jepang adalah mesin, reaktor nuklir, boiler, kendaraan bermotor, besi baja, bahan kimia, peralatan elektronik, plastik dan barang plastik, karet dan barang dari karet, kapal dan other floating structures, dan manmade staple fibers. Nilai impor tertinggi Indonesia dari Jepang pada tahun 2007 ke tahun 2008 rata-rata produk impor Jepang meningkat secara signifikan rata-rata peningkatannya mencapai 50 persen untuk setiap produknya. Untuk produk mesin, reaktor nuklir, dan boiler pada tahun 2007 impornya sebesar 2 232 747 USD, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 4 240 599 USD. Besar impor untuk produk kendaraan bermotor pada tahun 2007 sebesar 950 740 USD, pda tahun 2008 impor kendaraan bermotor sebesar 2 763 142 USD peningkatan yang sangat signifikan sejak diberlakukannya IJEPA. Sementara untuk produk–produk impor lainnya seperti produk elektronik besar impor pada tahun 2007 sebesar 488 616 USD, sedangkan pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang signifikan menjadi 1 984 110 USD.

(20)

Sumber: Trade Map (2015)

Gambar 3 Produk impor Indonesia dari Jepang tahun 2007-2013

Berdasarkan data yang diperoleh dari trade map tahun 2015, komoditi impor utama Indonesia dari negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Gambar 4. Produk impor yang masuk ke Indonesia dari negara-negara ASEAN adalah mesin, reaktor nuklir, boiler, barang-barang elektronik, barang-barang dari plastik, kendaraan bermotor kecuali kereta api, bahan kimia organik, besi baja, gula, optical, photo, dan bahan-bahan medis. Untuk produk mesin, reaktor nuklir, dan boiler pada tahun 2007 impornya sebesar 1 869 218 USD, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 4 405 224 USD. Besar impor untuk produk produk elektronik besar impor pada tahun 2007 sebesar 613 651 USD, pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang signifikan yang mana nilai impornya menjadi 3 875 230 USD. Sementara untuk produk– produk impor lainnya seperti produk kendaraan bermotor pada tahun 2007 nilai impor sebesar 1 114 968 USD, pada tahun 2008 impor kendaraan bermotor meningkat sebesar 2 478 188 USD. Bisa dilihat pada Gambar 4. Impor Indonesia dari Jepang sebagai berikut.

(21)

Sumber: Trade Map (2015)

Gambar 4 Impor Indonesia dari negara-negara ASEAN tahun 2007-2013

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa terjadi perbedaan jumlah impor dari ASEAN dan Jepang ke pasar Indonesia yang beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan sektor perdagangan dan memicu terjadinya trade creation dan atau memicu terjadinya trade diversion antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN-Jepang sebagai dampak dari pembentukan integrasi ekonomi.

Dampak ekonomi dari FTA dapat dibagi dalam dampak statis dan dampak dinamis. Dalam dampak statis dengan adanya penurunan tariff standar atasefisiensi alokasi sumber daya, dan dampak dinamis, di mana produktivitas yang lebih tinggi dan akumulasi modal berdampak pada pertumbuhan ekonomi (Salvatore 1996).

Dampak statis adalah penciptaan perdagangan dan mengurangi pembelokan (diversion). Mengurangi atau penghapusan hambatan perdagangan antara pihak-pihak yang mengadakan persetujuan FTA yang akan merubah harga barang-barang dan jasa yang diperdagangkan, pada gilirannya berpengaruh pada volume perdagangan dan kesejahteraan ekonomi kedua negara. Penghapusan hambatan perdagangan berarti terjadinya perluasan perdagangan yang dilakukan antara pihak bersangkutan, dengan menggerakkan konsumen dalam negara yang mengimpor barang dan jasa dengan harga lebih murah, dan di pihak produsen negara pengekspor memperoleh laba sebagai hasil ekspor yang lebih besar. Secara teoritis kemakmuran kedua negara dengan adanya FTA akan semakin membaik (improving the economic welfare).

(22)

Trade creation (penciptaan perdagangan) terjadi ketika beberapa produk yang produksi dalam negeri digantikan oleh produk impor dengan biaya produksi yang relatif lebih murah yang mana produknya berasal dari negara anggota, maka dengan adanya kegiatan ini maka akan meningkat kesejahteraan negara-negara tersebut (Salvatore 1996). Dalam trade diversion, hal ini terjadi ketika barang impor dengan biaya yang lebih rendah dari luar serikat atau non anggota digantikan oleh barang impor dengan biaya yang lebih tinggi dari negara anggota, dengan sendirinya hal ini akan mengurangi kesejahteraan (Salvatore 1996). Pengalihan ini akan menghasilkan penambahan biaya dan dapat mengurangi pendapatan suatu negara.

Khususnya Indonesia untuk mengantisipasi banyaknya produk impor yang masuk ke pasar Indonesia dari hasil kesepakatan ini, ditambah juga pemerintah telah membuat suatu kebijakan yang berkenaan dengan tariff bea masuk dalam IJEPA yang tertuang dalam peraturan menteri keuangan (PMK) No. 95/PMK.011/2008 tentang penetapan tariff bea masuk dalam rangka persetujuan antara Indonesia dengan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi. Peraturan Menteri Keuangan telah disesuaikan dengan kesepakatan yang diperoleh saat IJEPA terbentuk (Kemenkeu 2011). Untuk mengetahui dampak FTA terhadap arus impor Indonesia setelah diberlakukan kerjasama Indonesia dengan Jepang maka perlu dilakukan suatu kajian atau penelitian yang mengidentifikasi dampak yang dimaksud. Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas dapat ditarik permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi impor negara ASEAN-Jepang dan non anggota dari kesepakatan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)?

b. Apakah akan terjadi trade creation dan trade diversion dari perjanjian ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) antara negara ASEAN-Jepang dengan negara non anggota?

c. Apakah terjadi konvergensi pertumbuhan ekonomi dari kesepakatan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) antara dengan negara ASEAN-Jepang dengan non anggota?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang berjudul Analisis Dampak ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) terhadap arus Perdagangan dan Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi adalah:

a. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor negara ASEAN-Jepang dan non anggota dari kesepakatan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP).

b. Menganalisis terjadinya trade creation dan trade diversion dari perjanjian ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) antara negara ASEAN-Jepang dengan negara non anggota.

(23)

Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat dari penelitian mengenai analisis dampak ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) terhadap arus perdagangan dan konvergensi pertumbuhan ekonomi antara lain:

a. Bagi pemerintah selaku pengambil keputusan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan dasar pengambilan kebijakan ekonomi dalam merencanakan strategi pembangunan yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan peningkatan arus perdagangan dengan mekanisme integrasi ekonomi antar negara.

b. Bagi akademisi dan peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dan sumber referensi untuk penelitian lebih mendalam mengenai konsep creasi perdagangan dengan kebijakan dalam perdagangan internasional

c. Bagi pembaca, penelitian mampu membuka wawasan makro pembaca serta dapat menambah pengetahuan mengenai kebijakan perdagangan yang melihat trade cration dan trade diversion dan konvergensi pertumbuhan ekonomi.

d. Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi sasaran penerapan dan peningkatan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan wawasan di bidang ekonomi yang selama ini di pelajari oleh penulis.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya mengenai analisis dampak ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) terhadap arus perdagangan dan konvergensi pertumbuhan ekonomi yaitu: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Brunei Darusalam, Jepang dan negara non anggota seperti Korea Selatan, Amerika, Australia, dan China pada tahun 2000 sampai tahun 2013. Selain itu variabel yang digunakan adalah nilai impor, GDP, populasi, dummy FTA, dan jarak negara, GDP perkapita, foreign direct investment, household final consumption expenditure, total perdagangan.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Integrasi Ekonomi

Integrasi ekonomi adalah integrasi ekonomi regional yang terjadi saat beberapa negara membentuk sebuah pakta perdagangan bebas yang tujuannya membuka akses perdagangan seluas mungkin satu sama lain. Makna integrasi regional ke sebuah pemahaman mendalam tentang perdagangan internasional lebih dari sekedar penghapusan tariff impor dan kuota untuk menghilangkan segmentasi pasar dengan menyerukan totalitas integrasi kedalam ranah yang lebih tinggi (Venables dan Anthony 2000).

(24)

beberapa bentuk integrasi (El-Agraa dan Ali 1997), akan tetapi inti dari integrasi sendiri adalah penghapusan diskriminasi hambatan perdagangan antara, paling tidak, dua negara yang berpartisipasi dan tawaran beberapa bentuk kerjasama dan koordinasi antar negara-negara yang berpartisipasi. Tabel 2 dibawah ini menjelaskan tahapan-tahapan integrasi ekonomi, sebagai berikut:

Negara anggota perdagangan bebas menghapus semua hambatan perdagangan satu sama lain, akan tetapi setiap negara memiliki hak untuk menentukan jenis kebijakan yang akan diterapkan untuk negara yang tidak berpartisipasi dalam perdagangan bebas. Perjanjian tersebut termasuk penghapusan hambatan tariff dan non-tariff perdagangan seperti kuota dan subsidi. Inti dari komitmen perdagangan bebas adalah hanya komoditas tertentu saja dari negara anggota yang tariffnya dihapus. Contoh perjanjian perdagangan bebas antara lain European Free Trade Association (EFTA), yang mencakup Inggris, Austria, Denmark, Norwegia, Portugal, Swedia, Swiss dan Finlandia serta North American Free Trade Area (NAFTA) yang dibentuk oleh Amerika Serikat, Kanada dan Mexico 1993 (El-Agraa dan Ali 1997).

(25)

ini berbeda dengan NAFTA yang dimulai dengan strategi FTA. Tahapan ini merupakan integrasi ekonomi yang menjelaskan sistematika konsep untuk membangun sebuah integrasi ekonomi yang sebenarnya (El-Agraa dan Ali 1997).

Pembentukan FTA merupakan upaya beberapa negara dalam melakukan integrasi ekonomi di dunia perdagangan internasional. Menurut Salvatore (1996), integrasi ekonomi adalah suatu kebijakan komersial yang secara diskriminatif mengurangi atau bahkan menghapus hambatan-hambatan perdagangan hanya kepada para negara anggota. Kesepakatan penurunan atau penghapusan hambatan perdagangan hanya akan berlaku bagi negara-negara yang saling sepakat dan tidak berlaku atau diterapkan bagi negara-negara di luar itu. Secara grafis kegiatan perdagangan internasional yang telah melakukan penurunan tariff sebagai konsekuensi dari pembentukan FTA dapat dijelaskan melalui Gambar 5, sebagai berikut:

Qa - Qb = Jumlah barang impor yang telah terkena tariff di Indonesia Qa’ - Qb’ = Jumlah barang impor setelah penurunan tariff di Indonesia pasar internasional maupun pasar ASEAN-Jepang adalah sebesar Pw. Ketika barang-barang yang berasal dari ASEAN-Jepang masuk ke pasar Indonesia, pemerintah Indonesia memberlakukan harga impor yang sudah dikenakan tariff sebesar Pw+t dan jumlah barang-barang impor tersebut sebesar Qa-Qb, serta jumlah barang-barang ekspor di ASEAN-Jepang yang terkena tariff sebesar Qc-Qd. Untuk mengantisipasi diberlakukannya tariff pada barang-barang impor, negara dalam

(26)

kawasan ini melakukan kesepakat untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas (FTA). Setelah FTA terbentuk, negara-negara anggota memberlakukan penurunan tariff sesuai kesepakatan terhadap barang-barang impor yang masuk ke negara-negaranya.

Hal ini juga dilakukan Indonesia terhadap barang-barang impor yang beredar di pasar Indonesia. Jika tariff diturunkan oleh pemerintah Indonesia, maka hal ini akan berdampak pada jumlah barang-barang impor yang akan meningkat sebesar Qa’-Qb’ dan harga akan berubah dari Pw+t menjadi Pa. Kemudian, barang ekspor dari ASEAN-Jepang juga akan meningkat sebesar Qc’-Qd’ dan harga barang-barang tersebut berubah dari Pw+t menjadi Pb.

Liberalisasi Perdagangan

Liberalisasi perdagangan merupakan aktivitas perdagangan yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor dengan mengurangi atau menghilangkan hambatan perdagangan berupa tariff dan non tariff, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan GDP (Gross Domestik Product). Baik negara domestik maupun internasional, para pelaku ekonomi yang melakukan perdagangan memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya (Krugman dan Obstfeld 2005). Selain motif mencari keuntungan, mengungkapkan beberapa alasan utama terjadinya perdagangan:

 Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.

 Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale).

GDP sering digunakan sebagai indikator dalam menentukan arah pembangunan. GDP sendiri mengandung pengertian sebagai pendapatan yang diterima oleh sebuah negara yang diukur berdasarkan nilai total barang dan jasa yang diproduksi negara tersebut. Barang dan jasa atau output yang dihasilkan suatu negara secara tidak langsung mempengaruhi jumlah penawaran. Semakin banyak jumlah yang diproduksi, maka penawaran ekspor suatu negara juga meningkat. Jumlah komoditas yang diproduksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau kapasitas supplier (dalam hal ini adalah negara) dalam memproduksi output (Mankiw 2007).

GDP merupakan faktor penting dalam penawaran ekspor. Hal ini terkait dengan meningkatnya GDP maka pembayaran untuk tenaga kerja dan modal akan meningkat sehingga akan mendorong produktivitas dari tenaga kerja dan modal tersebut. Peningkatan produktivitas ini diharapkan dapat meningkatkan produksi barang dan jasa sehingga output nasional akan meningkat.

(27)

atas dasar efisiensi membuat sebuah negara memiliki keunggulan komparatif

(Krugman dan Obstfeld 2005). Tekanan kompetitif akibat dari kehadiran perdangan bebas menghasilkan efisiensi yang lebih besar, produktifitas yang lebih besar, dan kelayakan hidup yang lebih tinggi. Di sisi lain, penyesuaian biaya sangat diperlukan untuk menghapus hambatan bagi perdagangan bebas. Ini merupakan bagian dari proses untuk memperoleh keuntungan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang (Dodge 2003).

Trade Creation dan Trade Diversion

Dalam trade creation (penciptaan perdagangan) terjadi ketika beberapa produk yang di produksi didalam negeri atau impor dari negara non anggota dengan biaya yang tinggi digantikan oleh produk yang diproduksi dari negara serikat atau pabean dengan biaya yang lebih rendah, maka hal ini akan meningkatkan kesejahteraan (Salvatore 1996). Trade diversion, terjadi ketika impor dari luar serikat atau non anggota dengan biaya yang lebih rendah digantikan oleh produk dari negara anggota yang diproduksi dengan biaya yang lebih tinggi, dengan sendirinya hal ini akan mengurangi kesejahteraan (Salvatore 1996) atau terjadi pengalihan perdagangan dari eksportir yang lebih efisien kepada eksportir yang kurang efisien dari negara anggota FTA sebagai akibat pembentukan free trade area atau customs union (Markusen et al. 1995).

Ilustrasi terjadinya trade creation dan trade diversion dapat dilihat melalui Gambar 6 yang menjelaskan tentang keadaan perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN-Jepang dan empat negara pengimpor utama Indonesia, Gambar 6 menunjukkan analisis perdagangan barang di Indonesia yang dilindungi oleh kebijakan tariff sebesar S ROW with tarrif yang merupakan kurva penawaran yang elastis sempurna, dengan tingkat harga sebesar (Pra IJEPA P), pada tingkat harga tersebut tingkat konsumsi Indonesia sebesar Qd, sedangkan produksi domestik sebesar Qs, maka total impor Indonesia sebesar (Qd-Qs) dari negara lain yang merupakan non anggota. Adanya tarifff ini dapat meningkatkan penerimaan pemerintah dari pengenaan tarifff yakni sebesar bidang (BCFG) (Salvatore 1996).

Pada saat tariff dihilangkan dengan dibentuknya kerjasama FTA ini maka produk impor dari negara ASEAN dan Jepang akan menggantikan produk-produk yang berasal dari rest of the world (empat pengimpor utama Indonesia). Sehingga harga duty-free negara ASEAN dan Jepang lebih rendah dibandingkan dengan harga tarifff-inclusive dunia, maka permintaan produk impor meningkat dan produksi domestik Indonesia menurun. Tingkat konsumsi Indonesia meningkat

menjadi (Qd’) sedangkan tingkat produksi domestik turun menjadi (Qs’), dengan

(28)

trade creation dengan dibentuknya FTA. Secara lebih spesifik segitiga ini terbentuk berkat bergesernya produksi sebesar Qs dari produsen domestik yang kurang efisien di Indonesia dengan tingkat biaya sebesar (Qs Qs’ BE) kepada produsen di negara-negara ASEAN dan Jepang yang lebih efisien dengan biaya produksi sebesar

(QsQs’ FB). Sedangkan segitiga (CGH) terbentuk karena adanya trade creation

yang disebabkan di adakannya FTA, peningkatan permintaan dari Qd ke Qd’

dengan tingkat harga yang lebih rendah. Pada tingkat konsumsi seperti ini Indonesia memperoleh keuntungan sebesar (Qd Qd’ HC) dengan pembelian sebesar (Qd Qd’ GH) (Salvatore 1996).

Trade diversion merupakan efek dari adanya FTA yang dapat mengubah volume perdagangan yang sedang berlangsung sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan kesejahteraan itu sendiri tergantung pada mana yang lebih unggul antara dua kekuatan yang dimunculkan oleh pembentukan FTA tersebut trade creation atau trade diversion. Kesejahteraan negara non anggota pada jangka pendek kemungkinan besar menurun karena pendayagunaan faktor-faktor produksi dalam perekonomian menurun karena permintaan barang impor menurun sehingga secara keseluruhan menjadi kurang efisien. Hal tersebut dapat terus terjadi jika volume perdagangan negara non anggota tidak membaik. Jika FTA menimbulkan efek trade creation, maka yang dapat memetik keuntungan adalah negara anggota dan juga negara non anggota. Sebaliknya jika terjadi tarde diversion negara anggota bisa saja untung dan bisa saja rugi, namun negara luar anggota dipastikan akan merugi (Salvatore 1996).

Dampak trade diversion yang di sebebkan oleh FTA bisa dilihat pada Gambar 6. Dalam Gambar 6 tersebut memperlihatkan bahwasanya dengan adanya kerjasama Indonesia dengan Jepang dan negara-negara ASEAN, impor telah merubah arah perdagangan dari produsen negara non anggota yang merupakan negara impor utama Indonesia (China, USA, Australia, dan Korea Selatan) dengan harga produk yang rendah ke negara anggota yang harga produknya tinggi. Dengan penghapusan tariff membuat produk dari negara anggota yang harga sesungguhnya mahal terlihat lebih murah, dan sebaliknya harga barang impor dari negara non anggota yang sesungguhnya murah terlihat lebih mahal dengan adanya tariff tersebut.

(29)

Sumber: Salvatore (1996)

Gambar 6 Trade Creation dan Trade Diversion

Dalam kasus lainnya dimana Inggris setelah mengikuti kerangka kesepakatan tariff bersama dengan Uni Eropa. Sebelum kesepakatan tersebut terjadi, Inggris mengimpor daging domba dari Selandia Baru sebagai produsen daging domba termurah. Namun setelah kesepakatan tariff dengan Uni Eropa ditandatangani, mengimpor daging domba dari Selandia Baru menjadi lebih mahal dibandingkan mengimpor daging domba dari Perancis. Dengan demikian kesepakatan tariff tersebut menyebabkan pengalihan perdagangan dari Selandia Baru ke Inggris menjadi Prancis ke Inggris. Prancis memperoleh keuntungan dari impor yang dilakukan Inggris terhadap daging dombanya, sedangkan Inggris memperoleh keuntungan dapat mengimpor daging domba lebih murah dari Prancis dari impor sebelumnya dengan Selandia Baru. Kedua negara yang terikat dalam kesepakatan free trade memperoleh dampak positif dengan meningkatnya volume dan nilai perdagangan antar kedua negara (Suranovic 2012).

Trade creation maupun trade diversion akan menciptakan peningkatan volume dan nilai perdagangan, meningkatkan lapangan kerja di sektor produksi, meningkatkan pemasukan pajak dan tingkat kesejahteraan agregat antar kedua negara yang tergabung dalam free trade area tersebut (Salvatore 1996).

Teori Perdagangan International

(30)

negara akan ekspor (impor) suatu jenis barang jika negara tersebut dapat (tidak dapat) membuatnya dengan biaya produksi lebih efisien atau dengan harga jual lebih murah dibandingkan negara lain. Jadi teori ini lebih menekankan kepada efisiensi dalam penggunaan input atau faktor produksi, misalnya tenaga kerja, di dalam proses produksi yang menekankan pada keunggulan atau tingkat daya saing dari produk yang dihasilkan di dalam perdagangan internasional (Krugman dan Obstfeld 2005).

Teori David Ricardo yang dikenal dengan model Ricardo menyatakan adanya kemungkinan tingkat produksi ditentukan oleh alokasi satu faktor produksi tunggal yaitu tenaga kerja ke berbagai sektor ekonomi. Gagasan dasar mengenai keunggulan komperatif, artinya biaya produksi suatu produk yang dihasilkan oleh suatu negara lebih rendah dibandingkan negara lainnya untuk produk yang sama. Model faktor spesifik menyatakan bahwa faktor produksi yaitu tenaga kerja bisa berpindah ke sektor lain dan ada faktor produksi yang bersifat spesifik terikat pada sektor tertentu, dan mampu menjelaskan distribusi pendapatan. Selanjutnya model Heckscher-Ohlin menyatakan faktor produksi bisa bergerak antar sektor. Hal ini menekankan pada keterkaitan antara perbedaan faktor produksi suatu negara dan perbedaan proporsi penggunaan sumber daya dalam memproduksi berbabagi macam barang, sehingga model ini dapat menjelaskan pola perdagangan (Krugman dan Obstfeld 2005).

Teori Pertumbuhan Solow

Model pertumbuhan Solow merupakan sebuah model yang berkontribusi dalam pembentukan teori pertumbuhan neoklasik yang juga menjadi sebuah dasar pemikiran dalam pembentukan liberalisasi perdagangan antar negara. Model ini menyatakan bahwa perekonomian semua negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan asumsi bahwa negara-negara tersebut memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja dan produktivitas yang sama (Mankiw 2007).

Model Solow menjelaskan interaksi antara pertumbuhan tenaga kerja, pertumbuhan modal dalam suatu perekonomian. Kemajuan teknologi juga ditetapkan sebagai faktor residu dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan juga diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya (Mankiw 2007). Selanjutnya, karena tingkat kemajuan teknologi (sebagai penentu produktivitas tenaga kerja) ditentukan secara eksogen, sehingga model ini terkadang juga disebut sebagai model pertumbuhan eksogen. Adapun perumusan model ini menggunakan fungsi agregat standar, yaitu:

Dimana,

Y = produk domestik bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja

(31)

Pada proses produksi, model ini memunculkan adanya skala pengembalian yang semakin berkurang (diminishing return) dari penggunaan input-inputnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diasumsikan kurang dari satu dan modal swasta diasumsikan dibayar berdasarkan produk marjinalnya sehingga tidak ada ekonomi eksternal dan keadaan ini akan berujung pada kondisi mapan (steady state).

Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi

Konvergensi pertumbuhan adalah kecenderungan perekonomian negara berkembang tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian negara maju. Perekonomian negara berkembang diharapkan akan dapat mengejar ketertinggalannya sehingga ketimpangan perekonomian antar negara akan menurun. Negara berkembang mempunyai rata-rata tingkat pendapatan per kapita kurang dari 1/10 dari rata-rata pandapatan negara maju. Perbedaan pendapatan ini terlihat dalam hampir semua ukuran kualitas hidup (Mankiw 2007). Jika perekonomian negara berkembang dapat mengejar perekonomian negara maju, maka hal ini akan menunjukan pergerakan yang konvergen dan merata, namun sebaliknya maka negara berkembang akan terjebak dalam kemiskinan karena negara sedang berkembang tidak menggunakan sumber daya secara full employment.

Terdapat dua jenis konvergensi, yaitu konvergensi nominal dan riil. Konvergensi nominal dijelaskan oleh variabel tingkat inflasi dan suku bunga, sedangkan konvergensi riil dijelaskan oleh variabel pendapatan per kapita, produktivitas pekerja, dan tingkat harga komparatif (Angeloni et al, 2005). Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kondisi konvergensi di negara ASEAN Jepang dan non anggota dimana konvergensi yang dimaksud adalah konvergensi riil dengan menggunakan variabel pendapatan per kapita.

Selanjutnya pengujian mengenai tingkat konvergensi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan konsep konvergensi absolut dan konsep konvergensi kondisional. Konsep ini menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian berhubungan positif dengan jarak antara level pendapatan per kapita perekonomian tersebut dengan kondisi steady state (Barro dan Salai 1992). Konvergensi absolut diukur hanya melalui kondisi pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah dan tidak melihat faktor-faktor lain. Sedangkan konvergensi kondisional merupakan kecenderungan kondisi pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah dengan memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi.

Penelitian Terdahulu

(32)

dan memiliki hasil yang diharapkan, konsisten dengan model. Peneliti menemukan pengaruh positif dari model gravity terhadap arus perdagangan dari ukuran negara, jarak ekonomi), stabilitas politik, perbatasan bersama, dan perjanjian asosiasi, dan dampak positif dari jarak.

Studi Olaywiola (2013) mengenai economic integration trade facilitation and agricultural exports performance in ECOWAS member states. Model yang digunakan adalah data panel statis dan data panel dinamis dengan metode GMM. Data yang digunakan trade facilitation, kebijakan, infrastruktur, GDP per kapita, jumlah hari pada proses ekspor dan impor dari satu negara dengan negara lain, produksi pertanian, ekspor pertanian diukur dari GDP dan variabel integrasi. Hasil dari penelitian ini, tingkat integrasi ekonomi memiliki kapasitas untuk memfasilitasi perdagangan dalam ECOWAS sub-region pada tingkat sebelum diadakan integrasi ekonomi. Fasilitas perdagangan sangat signifikan dan memiliki dampak positif yang mempengaruhi tingkat perdagangan terhadap ekspor dan impor hal ini berarti bahwa untuk memfasilitasi perdagangan pada masa yang akan datang. Hal ini penting karena menjadi ketergantungan dalam proses fasilitas perdagangan, peran integrasi ekonomi, dan fasilitasi perdagangan. Hasil estimasi ekspor pertanian menyatakan integrasi ekonomi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan secara statistik, ini berarti diperlukan usaha untuk meningkatkan integrasi perdagangan dalam rangka untuk mempromosikan ekspor pertanian di kawasan ini.

Studi Estrada et al. (2012) mengenai the PRC’s free trade agreements with ASEAN, Japan, and the Republic of Korea: a comparative analysis. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif didasarkan pada teori integrasi ekonomi dan analisis kuantitatif didasarkan pada model keseimbangan umum (CGE). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran daerah, tingkat pembangunan ekonomi, kedekatan geografis, struktur ekonomi, hubungan perdagangan pra-integrasi, substitusi antara produk anggota dan produk yang bukan anggota, dan struktur tariff. Faktor-faktor ini berkaitan dengan FTA bilateral potensial antara RRC dan ASEAN Jepang, dan Korea Selatan dan potensi negara.

Berdasarkan analisis metode kualitatif penilaian FTA ASEAN-RRC, Jepang dan Korea Selatan, terlihat adanya dampak positif pada tingkat kesejahteraan dan juga ada dampak negatif pada saat anggota serikat pabean setuju untuk menghilangkan tariff dan pembatasan kuantitatif pada impor dari dalam serikat dan memaksakan set tariff eksternal umum pada impor dari luar serikat. Efek-perdagangan berpengaruh positif pada penciptaan Efek-perdagangan yang timbul dari penggantian biaya produk yang tinggi dalam negeri dengan impor lebih murah dari negara-negara anggota FTA. Pada Model CGA statis hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak RRC kesejahteraan bahkan bisa menjadi negatif di bawah CJFTA dan CKFTA. Model dinamis menggabungkan dampak perdagangan terhadap pertumbuhan melalui investasi. Perkiraan kesejahteraan dan output keuntungan RRC dalam model dinamik menunjukkan bahwa ASEAN adalah mitra lebih cocok dari Jepang atau Korea Selatan, mirip dengan hasil dari model statis untuk pola perdagangan yang ada antara RRC.

(33)

yang melakukan perdagangan luar negeri pada tahun 1965-2000. Data yang digunakan antara lain jumlah populasi, GDP per kapita konstan 2000, dan share investasi pada GDP masing-masing negara. Penelitian ini kemudian menghasilkan bahwa dengan adanya perdagangan pada sektor yang sama akan menurunkan ketimpangan antar negara anggota trading partners.

Studi Rahman et al. (2008) mengenai Japan-Malaysia free trade agreement: expectations and achievements. Model yang digunankan adalah time series untuk perdagangan Malaysia dengan dunia dan Jepang, dengan menggunakan model pertumbuhan eksponensial. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspor, impor, trade value, growth rate of trade value, dan avarage growth rate of trade value. FTA pada perdagangan bilateral antara Malaysia dan Jepang dianalisis dalam hal pertumbuhan perdagangan, dan share perdagangan.

Selama menjalankan perjanjian ini untuk beberapa indicator, ditemui variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap perjanjian bilateral kedua negara yang dilihat dari pertumbuhan perdagangan, share perdagangan, prediksi pertumbuhan dan tingkat pertumbuhan. Model empiris yang di dapatkan adalah Y = 7892e0.0728x dengan nilai R2 = 0,845. Rata-rata nilai perdagangan = 20.427 juta, deviasi standar = 8.629 juta. Kurva tren yang berasal dari model ini biasanya curam dan menunjukkan peningkatan kemiringan, karena hubungan fungsional antara variabel independen dan variabel dependen berjalan ke arah yang sama.

Studi Yang dan Zarzosov (2013) mengenai panel data analysis of trade creation and trade diversion effects: the case of ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Penulis menggunakan data agregat dan data terpilah untuk empat kategori yaitu: produk pertanian mentah, produk yang diproduksi, produk kimia dan mesin dan peralatan transportasi) diperdagangkan oleh 31 negara dan mencakup periode yang berasal dari tahun 1995 hingga 2010. Adanya masalah bias endogenitas yang berasal dari variabel penelitian dan cara mengatasinya dengan mengendalikan efek cross section untuk mendapatkan estimasi bias dan konsisten. Menurut hasil estimasi menggunakan data agregat, perjanjian antara ASEAN dan China menghasilkan efek perdagangan yang positif. Hasil estimasi positif dan signifikan menegaskan bahwa dengan mengurangi dan menghilangkan hambatan tariff di ACFTA meningkatkan total volume perdagangan tidak hanya di kalangan negara-negara anggota intra-blok, tetapi juga antara ekstra-blok.

Efek ACFTA diperkirakan untuk produk ekspor barang manufaktur dan produk kimia terjadinya trade creation yang signifikan, efek trade diversion untuk bahan baku pertanian, serta mesin dan peralatan transportasi. Berdasarkan temuan penulis, kebijakan perdagangan yang sebenarnya antara China dan ASEAN harus dipertahankan, karena tidak hanya memperoleh keuntungan pertumbuhan perdagangan intra-regional ACFTA dan pembangunan, tetapi juga manfaat negara extra-blok.

Kerangka Pemikiran

(34)

dengan tetap menggunakan aturan WTO sebagai payung perjanjian agar tidak keluar dari alur perjanian yang telah ditetapkan pada peraturan WTO.

Indonesia sebagai salah satu negara anggota yang tergabung dalam WTO, membentuk beberapa kawasan perdagangan bebas dengan negara mitra dagang salah satunya kerjasama ASEAN-Jepang. Pembentukan ASEAN-Jepang FTA memberikan dampak terhadap arus perdagangan Indonesia terutama impor sebagai hasil dari kerjasama dalam FTA. Produk-produk impor yang masuk ke dalam pasar Indonesia telah banyak digunakan oleh konsumen domestik sehingga perlu ada kebijakan dari pemerintah untuk mengatasi peredaran barang impor tersebut. Selain itu dengan adanya liberlasasi perdagangan, dengan penurunan tariff akan merangsang perekonomian setiap negara, sehingga nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bisa dilihat dari peningkatan produksi untuk setiap negara yang menjalin kerja sama.

Terkait dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai efek pembentukan ASEAN-Jepang FTA berupa dampak ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) terhadap arus perdagangan dan konvergensi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Menganalisis arus perdagangan dari kesepakatan ini dengan menganalisis menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor negara-negara ASEAN-Jepang dengan non anggota, dan menganalisis terjadinya trade creation dan trade diversion di sektor perdagangan antara negara ASEAN, Jepang dengan negara non anggota. Analisis ini menggunakan panel data stastis dan panel dinamis, dimana panel stastis menggunakan model gravity. Variabel yang digunakan pada analisis statis adalah impor, GDP, jarak ekonomi tingkat populasi, dummy impor negara anggota dan non anggota, serta dummy FTA,

(35)

Gambar 7 Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian dalam penelitian ini yang didasarkan pada landasan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dari permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk analisis trade creation dan trade diversion, tingkat GDP suatu negara dapat berhubungan positif dengan Impor tetapi dapat pula berhubungan negatif, hal ini disebabkan kondisi ekonomi dari negara mitra dagangnya. Untuk biaya perdagangan antara negara dagang dengan proxy pada jarak berhubungan negatif dengan arus impor, tetapi dapat pula berhubungan positif dikarenakan kondisi tingkat pendapatan negara mitra dagangnya. Sedangkan untuk tingkat populasi memiliki hubungan Pembentukan ASEAN Jepang Comperhensive Economic Partnership

Agreengement

Kebijakan Pemerintah Indonesia Dampak ekonomi dari ASEAN Jepang bagi arus perdagangan terhadap negara non anggota terutama

Impor

Trade Divertion

Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi

Hadirnya produk Impor sebagai hasil kerja sama ASEAN Jepang

Integrasi

Trade Creation GATT

(36)

postif dengan arus impor, dan dummy kebijakan berpengaruh positif terhadap arus impor setelah pemberlakuan FTA.

b. Konvergensi pendapatan terjadi dikawasan ASEAN-Jepang dan non anggota, namun tingkat konvergensinya masih kecil. Untuk tingkat FDI, total perdagangan, konsumsi rumah tangga, dan dummy FTA berpengaruh positif terhadap pendapatan.

3 METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel merupakan gabungan dari data time series, data cross section dan data sekunder. Data time series yang digunakan adalah data tahunan pada tahun 2000 – 2013 dan cross section yang terdiri dari delapan negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Brunei Darusalam, Jepang dan negara non anggota seperti Korea Selatan, Amerika, Australia, dan China.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari berbagai sumber, yaitu ASEANStat, World Bank (World Development Indicators, WDI 2012), International Monetary Fund (International Financial Statistics 2012), trade map, CEPII, Kementerian Perdagangan dan sumber-sumber lainnya. Data yang dikumpulkan tersebut merupakan data panel Tabel 3 jenis dan sumber data dalam penelitian, sebagai berikut.

Tabel 3 Jenis dan sumber data

Data Satuan Sumber

Impor Juta USD Trade Map

GDP Juta USD WDI

Populasi Juta CeEPII

Jarak Ekonomi KM CEPII

GDP per Kapita Juta USD WDI

Total Perdagangan Juta USD WDI

Household Final Consumption Expenditure Juta USD WDI

Foreign Direct Investment Juta USD WDI

Analisis Data Panel

(37)

jumlah derajat bebas dan lebih efisien, c. Lebih baik dalam studi dynamics of adjustment, d. Lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi oleh data cross section atau time series murni dan e. dapat digunakan untuk mengonstruksi dan menguji model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan data cross section atau time series murni (Baltagi 2005).

Analisis data panel juga memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam penggunaannya, khususnya apabila data panel dikumpulkan atau diperoleh dengan metode survei. Permasalahan tersebut antara lain: a. Relatif besarnya data panel karena melibatkan komponen cross section dan time series menimbulkan masalah desain survei, pengumpulan dan manajemen data, diantaranya coverage, nonresponse, kemampuan daya ingat responden (recall), frekuensi, dan waktu wawancara, b. Distorsi kesalahan pengamatan (measurement error) yang umumnya terjadi karena kegagalan respon, seperti pertanyaan yang tidak jelas, ketidaktepatan informasi, dan lain-lain, c. Masalah selektivitas, yakni selfselectivity, nonresponse, attrition (jumlah responden yang terus berkurang pada survei lanjutan), dan d. Cross section dependence yang dapat mengakibatkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak tepat (missleadinginference).

Pemilihan Metode Estimasi Panel Statis

Pemilihan model estimasi regresi data panel terdapat dua pendekatan, yaitu Fixed Effect dan Random Effect (Firdaus, 2011). Keuduanya dibedakan berdasarkan pada asumsi ada atau tidak adanya korelasi antara error dengan komponen bebasnya (Firdaus, 2011). Adapun penjelasan dari masing-masing pendekatan sebagai berikut:

Pendekatan Fixed Effect

Pendekatan fixed effect merupakan metode yang digunakan ketika antara efek individu dan variabel penjelas memiliki hubungan dengan variabel Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi tersebut membuat komponen eror dari efek individu dan waktu dimasukan sebagai bagian dari intersep (Firdaus 2011). Dalam model ini dimungkinkan untuk memasukan variabel dummy (D) untuk memudahkan adanya perubah intersep. Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu:

Yit= Σ αiDi+ βXit + uit...(1.0) Pada pendekatan fixed effect dapat dilakukan pembobotan (weighted) atau dengan pembobotan (cross section weight) atau yang sering disebut General Least Square (GLS). Pembobotan yang dilakukan pada model ini bertujuan untuk mengurangi heterogenitas antara unit cross section.

Pendekatan Random Effect

Pendekatan random effect digunakan ketika tidak adanya korelasi antara efek individu dan regresor. Hal tersebut komponen error dari efek individu dan waktu dimasukan ke dalam eror (Firdaus 2011). Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu:

(38)

εit = uit+ Vit + Wit...(1.2) Keterangan:

uit = komponen cross sectioneror Vi = komponen time serieseror Wit = komponen combinations eror

Dalam menentukan model pendekatan terbaik pada metode data panel statis perlu dilakukan pengujian secara statistik. Pengujian tersebut meliputi uji Chow, uji Hausman, dan uji LM (breush-pagan). Menurut (Firdaus 2011) tahapan dalam pengujian data panel yaitu:

Uji Hausman

Uji Hausman merupakan pengujian yang dapat di jadikan dasar sebagai penentu pemilihan model fixed effect atau model random effect yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah sebagai berikut:

, menggunakan random effect model

, menggunakan fixed effect model

Membandingkan nilai statistik hausman dengan chi-square digunakan sebagai dasar penolakan hipotesis nol. Penolakan dilakukan ketika nilai statistik H dalam pengujian lebih besar daripada (k), sehingga model yang digunakan yaitu fixed effect, dan begitu pula sebaliknya. Nilai F-satatistik dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut:

...(1.3)

Keterangan:

= vektor statistik variabel random effect = vektor statistik variabel fixed effect

= matriks kovarians untuk dugaan model fixed effect = matriks kovarians untuk dugaan model random effect

= derajat bebas Uji Chow

Uji Chow adalah pengujian statistik sebagai dasar pemilihan model PLS atau model fixed effect yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:

, Menggunakan PLS

, Menggunakan fixed effect model

Nilai F-statistik digunakan sebagai dasar penolakan hipotesis nol. Penolakan dilakukan ketika nilai statistik dalam pengujian lebih besar daripada F-statistik, sehingga model yang digunakan yaitu fixed effect, dan begitu pula sebaliknya. Nilai F-satatistik dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut:

(39)

Keterangan:

RRSS = hasil pendugaan model PLS URSS = hasil pendugaan model fixed effect N = jumlah data cross section

K = jumlah data time series T = jumlah variabel penjelas Uji LM (Breush-Pagan)

Uji LM (Breush-Pagan) adalah pengujian statistik sebagai dasar pemilihan model random effect atau model pooled least square yang akan digunakan. Hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:

: Menggunakan pooled least square. : Menggunakan random effect model

Membandingkan nilai statistik LM dengan Chi-square digunakan sebagai dasar penolakan hipotesis nol. Penolakan dilakukan ketika nilai statistik LM dalam pengujian lebih besar daripada Tabel, sehingga model yang digunakan yaitu random effect, dan begitu pula sebaliknya.

Pengujian Parameter Model

Uji hipotesis digunakan untuk meganalisis apakah variabel-variabel yang digunakan pada model regresi signifikan atau tidak. Terdapat tiga jenis uji hipotesis yang dapat dilakukan pada model regresi (Juanda 2009). Uji tersebut adalah uji-F, uji-t, dan koefisien determinasi.

Uji-F

Uji-F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah:

:

: Minimal terdapat satu 0

Jika Prob(F-statistic) < taraf nyata (5 persen), maka tolak H0, yang berarti dengan tingkat kepercayaan 1- dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel terikat, begitu pula sebaliknya.

Uji-t

Uji-t merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah:

: 0

: 0

Gambar

Gambaran Umum Kondisi Makroekonomi antara Negara ASEAN-Jepang dan
Gambar 1 Kinerja perdagangan Indonesia Jepang sektor migas dan nonmigas tahun
Gambar 2 GDP per kapita negara ASEAN Jepang dan non anggota  tahun 2008-
Tabel 1  Tariff bea masuk (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait