• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia Ke Amerika Latin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia Ke Amerika Latin"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA EKSPOR ELEKTRONIKA INDONESIA

KE AMERIKA LATIN

FATHYA NIRMALA HANOUM

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia ke Amerika Latin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

FATHYA NIRMALA HANOUM. Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Integrasi perdagangan internasional seperti FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation) dan SSEC (South-South Economic Cooperation) merupakan peluang bagi Indonesia untuk masuk ke pasar kawasan Amerika Latin, salah satunya ekspor elektronika. Elektronika merupakan sepuluh komoditi unggulan ekspor Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing ekspor elektronika Indonesia, mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor elektronika ke Amerika Latin dan dinamika pasar ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari ITC, WITS, CEPII, World Bank, dan UNCTAD. Metode analisis menggunakan RCA dan Porter’s Diamond untuk mengetahui daya saing, gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor, dan EPD untuk memberikan gambaran dinamika ekspor elektronika Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi elektroniia Indonesia memiliki daya saing komparatif yang ditunjukkan dengan nilai RCA lebih dari satu. Analisis Porter’s Diamond menunjukkan bahwa daya saing kompetitif elektronika Indonesia masih lemah. Hasil estimasi EPD elektronika Indonesia rata-rata menunjukkan pangsa pasar dan permintaan ekspor komoditi elektronika yang bertumbuh. Hasil estimasi gravity model menunjukkan bahwa variabel yang signifikan adalah GDP perkapita Indonesia, jarak ekonomi, harga ekspor, GDP perkapita negara tujuan, dan populasi, sedangkan variabel REER (Real Effective Exchange Rate) tidak berpengaruh.

Kata kunci: ekspor elektronika, RCA, porter’s diamond, EPD, gravity model.

ABSTRACT

FATHYA NIRMALA HANOUM. Analysis of Indonesia Electronic Export Performance to Latin America. Supervised by SRI MULATSIH.

International trade integration such as FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation) and SSEC (South-South Economic Cooperation) are

an opportunity for Indonesia to enter Latin America’s market, expecially to export electronic product. Electronic is one of Indonesia’s preeminent export product. This research aims to analyze competitiveness, factors affect Indonesia’s

electronic export and Indonesia’s electronic export dynamic market to Latin

America. The data used secondary data for this research from ITC, WITS, CEPII, World Bank, and UNCTAD. The methods used are RCA and Porter’s Diamond to analyze competitiveness, gravity model used to analyze factors affect Indonesia’s electronic export, and EPD to analyze Indonesia electronic export dynamic. The result of this research shows that Indonesia electronic product has comparative advantage with value of RCA more than one. Porter’s Diamond shows that

(6)

that exports and demand for electronic product increase. Gravity model estimation shows that significant variables are Indonesia’s GDP percapita, economic

distance, export price, Latin America’s GDP percapita, and population. Whereas

REER (Real Effective Exchange Rate) variable is not significant.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS KINERJA EKSPOR ELEKTRONIKA INDONESIA

KE AMERIKA LATIN

FATHYA NIRMALA HANOUM

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah perdagangan, dengan judul Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia ke Amerika Latin.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kedua orang tua Yuspinaldi, Elly Badriah, dan kedua adik penulis Fahira Anindita Hanoum, Faiz Aditya Makarim Ishaq, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang, serta semangat yang terus diberikan untuk penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih M.Sc, Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan arahan dan nasihat kepada penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku komisi pendidikan yang telah memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. 4. Teman satu bimbingan : Mia, Mira, dan Naufal yang selalu

mengingatkan, memberikan masukan, mendukung dan memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Senior IE IPB : Mbak Dian, Mbak Eno, Ka Uke, Ka Randy dan Ka Yulya yang memberikan bantuan, arahan dan masukan bagi penulis. 6. LABLE Hipotesa 2015 : Wita, Irman, Ana, Budi, Anggita, Erma, Rizke,

Kiki, Anugerah, dan Widiya yang memberikan semangat dan support bagi penulis.

7. Teman satu kosan : Syifa, Afifah, Ati, dan Aisyah yang selalu memberikan keceriaan dan masukan bagi penulis.

8. Teman semasa SMA : Cilla, Allin, Putri, Kaka, Nida, Annisa, Irza, Santi, Mariam , Irina yang selalu memberikan dukungan dari jauh bagi penulis.

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi 49 yang selalu bersama selama empat tahun terakhir, semoga kita semua dapat meraih kesusesan di jalan masing-masing. Aamiin.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

METODE 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 38

(14)

DAFTAR TABEL

Target pertumbuhan ekspor non migas Indonesia 2

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian 15

Uji d Durbin Watson : aturan keputusan 21

Klasifikasi komoditi elektronika Indonesia kode HS 8521 22 Jumlah populasi negara-negara di Amerika Latin (juta jiwa) 22 Volume ekspor elektronika (HS 8521) Indonesia ke Amerika Latin 24 Hasil RCA komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin 24 Hasil indeks RCA komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin 25

Hasil uji estimasi model 26

Posisi Indonesia dalam ekspor elektronika (HS 8521) ke Amerika Latin 31

DAFTAR GAMBAR

Perkembangan ekspor impor Indonesia berdasarkan sektor 2009-2013 1 Nilai ekspor kelompok hasil industri terhadap total ekspor hasil industri

2010-2014 2

Perkembangan ekspor Indonesia ke Amerika Latin 2009-2013 3 Perkembangan ekspor elektronika (HS 8521) Indonesia ke Amerika Latin 4

Konsep perdagangan internasional 6

Kerangka pemikiran penelitian 14

Porter's Diamond Model 17

Matriks daya saing EPD 18

Perkembangan GDP riil negara-negara kawasan Amerika Latin

(2009-2013) 23

Hasil EPD elektronika Indonesia ke Amerika Latin 26

Pohon industri Video / Disc Player 32

Diagram analisis Porter’s Diamond komoditi elektronika Indonesia 34

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil olahan RCA 38

Hasil olahan EPD 39

Uji normalitas 40

Uji hausman 40

Hasil estimasi Pooled Least Square 40

Hasil estimasi Fixed Effect Model 41

Uji chow 41

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan ekspor Indonesia berupa sektor migas dan non migas mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Ekspor Indonesia sebesar 17.21 persen didukung oleh sektor migas, dan 82.79 persen didukung oleh sektor non migas. Sektor non migas sendiri lebih dari 80 persen dipegang oleh peranan sub sektor industri. Ekspor non migas Indonesia saat ini masih didominasi oleh komoditas primer dengan pangsa sebesar 65 persen, sementara ekspor produk manufaktur hanya memiliki pangsa sebesar 35 persen dari total ekspor non migas Indonesia (BPS 2015).

Gambar 1 menjelaskan bahwa selama periode 2009 sampai 2013, ekspor impor Indonesia berdasarkan sektor mengalami fluktuasi. Impor sektor migas semakin meningkat setiap tahunnya, dengan pertumbuhan sebesar 1.38 persen dari tahun 2009 sampai 2013. Sektor non migas masih didominasi oleh arus ekspor dibandingkan dengan impornya. Sektor non migas memiliki peranan penting dalam penyumbang ekspor Indonesia. Sub sektor industri memiliki pertumbuhan sebesar 66.55 persen pada tahun 2013 dari 80.79 persen peran sektor non migas dalam perkembangan ekspor Indonesia.

Sumber : BPS, 2016

Gambar 1 Perkembangan ekspor impor Indonesia berdasarkan sektor 2009-2013 Ekspor non migas Indonesia yang di dominasi oleh sektor primer dari segi permintaan impornya produk manufaktur lebih tinggi dibandingkan dengan produk primer, yakni mencapai 67 persen sementara permintaan impor akan komoditas primer hanya mencapai 33 persen. Salah satu cara yang harus dilakukan agar Indonesia dapat meningkatkan ekspor adalah dengan mengubah struktur ekspor Indonesia dari dominasi komoditas primer menjadi dominasi produk manufaktur untuk mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia. Tahun 2019, Indonesia nantinya akan meningkatkan kontribusi produk manufaktur yang ditargetkan mencapai 65 persen dari total ekspor Indonesia (Tabel 1).

0 50000 100000 150000 200000

2009 2010 2011 2012 2013

J

uta

US$

Tahun

Ekpor Migas Impor Migas

(16)

2

Tabel 1 Target pertumbuhan ekspor non migas Indonesia

Indikator Sasaran 2015 2016 2017 Tahun 2018 2019 Sumber : Renstra Kementrian Perdagangan, 2016

Kementrian perindustrian pun telah mencatat sepuluh komoditi industri yang memiliki peranan penting dalam ekspor Indonesia, salah satunya adalah komoditi elektronika. Kelompok hasil industri elektronika menempati urutan ke empat setelah tekstil sebagai penyumbang ekspor tertinggi di sektor non migas Indonesia. Elektronika menyumbang peranan ekspor Indonesia sebesar 6.88 persen di sektor Industri pada tahun 2014. Peranan sektor elektronika secara keseluruhan dalam ekspor Indonesia sebesar 8.03 persen. Nilai ini cukup tinggi bila melihat kembali ekspor Indonesia ke wilayah Amerika Latin, dimana komoditi ini menjadi salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia. Gambar 2 menjelaskan fluktuasi perkembangan lima sektor unggulan ekspor Indonesia ke negara tujuan.

Sumber : Kementrian Perindustrian, 2016

Gambar 2 Nilai ekspor kelompok hasil industri terhadap total ekspor hasil industri 2010-2014

Indonesia sebagai salah satu negara yang besar telah mengembangkan kerjasama ekonomi dan integrasi ekonomi antar wilayah yang merupakan salah satu ciri sistem internasional selama lima belas tahun terakhir. Salah satu kerjasama yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk masuk ke kawasan Amerika Latin adalah FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation), kerja sama perdagangan ini diikuti oleh negara di Amerika Latin dengan negara-negara di Asia Timur, termasuk negara-negara-negara-negara ASEAN. FEALAC merupakan

0

Pengolahan Kelapa/kelapa Sawit Besi Baja, Mesin, Otomotif

Tekstil Elektronika

(17)

3 salah satu forum yang memungkinkan pembicaraan mengenai penguatan hubungan antara Indonesia dengan kawasan Amerika Latin. Kepentingan Indonesia dalam kerja sama FEALAC ini dapat digunakan untuk pemulihan perekonomian nasional maupun peningkatan kerjasama dan solidaritas antara negara berkembang selatan-selatan. Amerika Latin telah membuktikan sebagai pasar yang potensial bagi Indonesia, sehingga Indonesia dapat memperluas pangsa ekspor Indonesia. Kemajuan negara-negara Amerika Latin selama dekade terakhir telah dianggap penting bagi banyak negara khususnya Indonesia. Inilah yang dapat dijadikan alasan kuat bagi Indonesia mulai melihat Amerika Latin sebagai mitra yang menjanjikan di masa depan.

Sumber : ITC, 2016

Gambar 3 Perkembangan ekspor Indonesia ke Amerika Latin 2009-2013 Gambar 3 menunjukkan fluktuasi ekspor Indonesia ke beberapa negara di kawasan Amerika Latin. Brazil merupakan salah satu pangsa pasar terbesar Indonesia di Amerika Latin, diikuti oleh Argentina dan Chili. Nilai total ekspor Indonesia ke Brazil sebesar US$ 1,528 ribu tahun 2010, dan cenderung berfluktuasi setiap tahunnya. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi Indonesia untuk memingkatkan terus ekspornya di pasar Amerika Latin.

Indonesia bersama dengan negara-negara Amerika Latin tergabung dalam South-South Economic Cooperation (SSEC) pada tahun 1978. Pembangunan dalam SSEC ini telah meningkatkan volume perdagangan antar negara selatan-selatan, arus investasi asing, intergrasi regional, dan masih banyak lagi hal lainnya yang bisa dipertukarkan (UNOSSC 2015). South-South Trade (SST) juga diikuti oleh negara negara wilayah selatan dunia, tidak hanya Indonesia dan Amerika Latin, melainkan pula wilayah Asia, Eropa dan Afrika bagian selatan. Perdagangan antara South-South Trade (SST) dalam perdagangan barang telah meningkat secara fenomenal. Ekspor wilayah selatan kepada negara lain di wilayah selatan sekarang telah mencapai 50 persen dari ekspor wilayah negara berkembang dan juga merupakan ekspor yang terbesar untuk negara-negara yang perekonomiannya sedang berkembang (Agarwal 2013).

(18)

4

simplepolyster, serat polyster bertekstur, tekstil dan garmen (pakaian jadi), sepatu, peralatan plastik, furniture, peralatan rumah tangga, komponen elektronik, peralatan komputer, dan alat musik. Produk-produk Indonesia yang juga memiliki potensi antara lain handicraft dan souvenir, bahan bangunan, alat kesehatan, aksesoris, dan suku cadang mobil (Rioriki 2015). Komoditi unggulan maupun potensial yang diekspor Indonesia ke Amerika Latin berupa komoditi primer dan komoditi manufaktur.

Perumusan Masalah

Elektronika sebagai salah satu dari sepuluh komoditi unggulan Indonesia menurut data Kementrian Perdagangan memiliki pangsa pasar yang begitu besar di wilayah Amerika, Asia, dan Eropa, diantaranya Jepang, Taiwan, Korea Selatan, China, Malaysia, Hongkong, Australia, Singapura, Thailand, Vietnam, Jerman, Italia, Belgia, Polandia, USA, Inggris, Denmark, Perancis, dan Yunani. Tetapi, terjadinya goncangan krisis yang terjadi di pasar ekspor Indonesia seperti Amerika Serikat pada tahun 2008 dan Eropa pada tahun 2010 berdampak negatif bagi perkembangan ekspor Indonesia, tak terkecuali pada komoditi elektronika. Maka dari itu, Indonesia perlu untuk membuka pasar baru yang relatif tidak terkena krisis sebagai tujuan ekspor. Indonesia kini berusaha untuk meningkatkan ekspor elektronika di wilayah Amerika Latin, hal ini dapat dilihat perkembangannya pada Gambar 4.

Sumber: ITC, 2016

Gambar 4 Perkembangan ekspor elektronika (HS 8521) Indonesia ke Amerika Latin

Nilai ekspor elektronika Indonesia di pasar Amerika Latin mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Peningkatan terjadi di beberapa negara, diantaranya Venezuela, Chili, Ekuador, dan Panama. Pertumbuhan ekspor elektronika besar terjadi di Kolombia sebesar 9.62 persen dari tahun 2009 sampai 2013, diikuti oleh Peru sebesar 8.7 persen, meskipun pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, namun tetap saja ekspor elekronika Indonesia ke Peru masih tinggi. Pertumbuhan ekspor elektronika Indonesia di Ekuador dan Venezuela pun meningkat sebesar 8.17 persen dan 7.63 persen dari tahun 2009 sampai 2013.

South-South Economic Cooperation dan FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation) dapat membuka jalan ekspor Indonesia ke wilayah

100000

Argentina Peru Kosta Rika Kolombia Brazil

(19)

5 selatan-selatan, salah satunya wilayah Amerika Latin. Integrasi perdagangan ini ditujukkan untuk dapat meningkatkan ekspor. Produk elektronika Indonesia harus memiliki daya saing agar mampu bersaing dan terus meningkatkan ekspor elektronika di kawasan Amerika Latin. Oleh sebab itu rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana daya saing komparatif dan dinamika ekspor elektronika Indonesia ke kawasan Amerika Latin?

2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi ekspor elektronika Indonesia ke kawasan Amerika Latin?

3. Bagaimana daya saing kompetitif ekspor komoditi elektronika Indonesia ke kawasan Amerika Latin?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis daya saing komparatif dan dinamika ekspor elektronika Indonesia ke kawasan Amerika Latin.

2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor elektronika Indonesia ke kawasan Amerika Latin.

3. Menganalisis daya saing kompetitif ekspor komoditi elektronika Indonesia di kawasan Amerika Latin.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran mengenai kondisi perdagangan Indonesia dengan kawasan Amerika Latin terutama pada komoditas ekspor elektronika, sehingga penelitian ini menjadi salah satu acuan pemerintah dalam membuat sebuah kebijakan yang dapat terus meningkatkan kinerja ekspor elektronika Indonesia di kawasan Amerika Latin.

2. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau informasi tambahan terhadap daya saing ekspor elektronika Indonesia ke kawasan Amerika Latin untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat menambah wawasan serta pemahaman tentang kinerja ekspor elektronika Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

(20)

6

recording or reproducing apparatus) dengan nomenclature product code HS 2012.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perdagangan Internasional

Globalisasi menjadikan perdagangan tidak hanya dilakukan di dalam negeri namun mulai terjadinya perdagangan antar negara. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh pihak-pihak antar kedua negara atau lebih yang dapat dilakukan oleh perorangan maupun pemerintah. Perdagangan Internasional tercermin dari kegiatan ekspor impor suatu negara yang menjadi salah satu komponen pembentukan GDP (Gross Domestic Bruto). Teori perdagangan internasional semakin berkembang, mulai dari teori keunggulan absolut oleh Adam Smith, munculnya teori keunggulan komparatif yang dikembangkan David Ricardo, empat puluh tahun setelah tulisan Adam Smith.

Sumber : Salvatore, 1997

Gambar 5 Konsep perdagangan internasional

(21)

7 Berdasarkan harga relatif P1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan akan sama dengan kuantitas yang diminta. Pada saat berlangsungnya pedagangan internasional antara negara P dan Negara Q tingkat harga berada pada titik P2 dan mengambil asumsi bahwa tidak ada biaya transportasi dalam proses perdagangan tersebut, maka negara P akan mengekspor hasil kelebihan produksi yang ditunjukkan oleh garis B dan E. Sementara itu karena tingkat harga domestik Negara Q berada pada P3, maka negara Q akan mengimpor kekurangan

produksinya sebesar garis B’ dan E’.

Hubungan penawaran dan permintaan kedua negara tersebut pda tingkat harga P2 akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik E* (Panel B). Kurva S dan D pada panel B menunjukkan tingkat penawaran dan permintaan yang terjadi dalam perdagangan internasional. Pada tingkat keseimbangan, kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Negara P sama dengan kuantitas yang diminta oleh Negara Q (Salvatore 1997).

Teori Daya Saing

Kondisi pasar dalam globalisasi menuntut negara untuk meningkatkan daya saing produknya dalam perdagangan internasional, sehingga suatu negara akan mendapatkan keuntungan dari perdagangan yang dilakukan. Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing dapat dilihat atau diidentikkan dengan produktivitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Peningkatan produktivitas ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi (total factor productivity). Suatu negara dapat berdaya saing apabila negara tersebut mampu untuk menekan biaya produksinya serendah mungkin dengan kualitas yang baik. Peranan teknologi sangat dibutuhkan dalam peningkatan daya saing. Keunggulan dalam daya saing dapat dijelaskan oleh dua teori, yakni teori keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Teori Keunggulan Komparatif

Teori ini mengungkapkan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara dapat melakukan spesialisasi dalam produksi dan ekspor komoditi yang memiliki keunggulan absolut lebih kecil dan akan melakukan impor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar (Salvatore 1997). Hal ini juga perlu diingat bahwa dalam konteks dua negara dan dua komoditi, jika salah satu negara telah ditetapkan memiliki keunggulan komparatif dalam suatu komoditi, maka negara satunya harus dianggap memiliki keunggulan komparatif dalam komoditinya.

Teori Keunggulan Kompetitif

(22)

8

mengabaikannya. Ada beberapa kebijakan yang dapat pemerintah lakukan dalam meningkatkan keunggulan kompetitif, diantaranya:

1. Fokus untuk spesialisasi pada faktor-faktor dalam berinovasi/berkreasi. 2. Hindari intervensi dalam pasar.

3. Melaksanakan standarisasi yang ketat pada produk, keamanan, dan lingkungan.

4. Menata ulang kompetisi dalam suatu industri di pasar.

Perusahaan yang ikut andil dalam peningkatan keunggulan kompetitif perlu menerapkan hal-hal berikut, yakni:

1. Meningkatkan inovasi.

2. Melihat pesaing lain sebagai motivator bagi perusahaan tersebut. 3. Menetapkan atau menyusun early-warning systems.

4. Meletakkan hal yang mendasar untuk mendukung dalam peningkatan keunggulan kompetitif.

GravityModel

Shepherd (2013) menyatakan bahwa gravity model merupakan salah satu kunci bagi para peneliti yang tertarik pada efek-efek dari kebijakan yang berhubungan dengan perdagangan. Model ini memberikan hasil yang tepat mengenai perkiraan pada dampak perdagangan terhadap perbedaan kebijakan yang ditetapkan. Gravity model kini lebih sering memasukkan variabel-variabel seperti halnya tarif yang menentukkan adanya batas atau hambatan perdagangan. Pengaturan dalam kebijakan telah memperlihatkan adanya pengaruh pada perdagangan yang dimodelkan pada kerangka gravity, sama halnya dengan kondisi politik maupun karakteristik institusional suatu negara.

Gravity model ini merupakan salah satu model yang menarik yang digunakan oleh para peneliti perdagangan internasional. Gravity model kini tidak hanya sukses diterapkan perdagangan untuk barang, namun model ini telah sukses juga diterapkan pada perdagangan jasa (Kimura dan Lee dalam Shepherd 2013). Gravity model dengan bentuk yang paling sederhana dapat dituliskan sebagai berikut:

log ij c b logGDPi b logGDPj b log ij eij

log ij log distanceij

dimana:

Xij = Ekspor dari negara i ke negara j

GDP = Produk domestik bersih dari tiap-tiap negara

ij = Biaya perdagangan antara kedua negara, jarak adalah jarak geografis antara kedua negara (sebagai proxy yang diamati untuk biaya perdagangan)

eij = Random error term.

C adalah konstanta regresi dan b adalah koefisien yang diduga. RCA (Revealed Comparative Advantage)

(23)

9 ekspor. RCA ini memperlihatkan bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur pada metode ini dintaranya kinerja ekspor suatu produk pada wilayah terhadap total ekspor wilayah tersebut yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Metode RCA telah mengalami beberapa revisi dan modifikasi.

Porter’s Diamond Theory

Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing dapat diidentifikasikan dengan produktifitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan daya saing suatu komoditi adalah:

1. Kondisi faktor. Kondisi faktor yang dilihat dalam suatu negara, diantaranya kemampuan tenaga kerja maupun infrastruktur.

2. Kondisi permintaan. Permintaan domestik yang dilihat dalam barang dan jasa yang dihasilkan suatu industri.

3. Industri terkait dan penunjang. Keberadaan atau ketiadaan industri

pemasok dan “industri terkait” yang kompetitif secara internasional di negara tersebut.

4. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Kondisi dalam negeri menentukan bagaimana perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisasikan, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.

Interaksi antara keempat faktor tersebut ditentukan oleh dua hal, yaitu kesempatan dan peranan atau kebijakan pemerintah. Kedua hal ini bersama-sama dengan keempat faktor-faktor tersebut membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing kompetitif yang disebut Porter’s Diamond Theory.

EPD (Export Product Dynamic)

Export Product Dynamic (EPD) merupakan analisis produk ekspor yang potensial dikembangkan di negara-negara non tradisional ekspor. Analisis EPD dilihat dengan sebuah matriks, terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, sedangkan informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori (“Rising Star”, “Falling Star”, “Lost Opppotunity”, dan “Retreat”).

Teori Pendapatan

(24)

10

mengukur niai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan. GDP riil ini lah yang diukur untuk melihat pertumbuhan ekonomi nasional.

Komponen-komponen pengeluaran pendapatan nasional membagi GDP menjadi empat kelempok pengeluaran, yakni konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor neto (NX). Simbol Y unutk GDP, menunjukkan persamaan matematis pendapatan nasional,

Y merupakan variabel eksogen, dan komponen yang didalamnya merupakan variabel endogen. Persamaan ini merupakan sebuah identitas-persamaan yang harus digunakan agar variabel-variabel bisa didefinisikan. Persamaan ini disebut identitas pos pendapatan nasional.

REER (Real Effective Exchange Rate)

Nilai tukar (exchange rate) antar dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Ekonom dunia membedakan nilai tukar menjadi dua, yakni nilai tukar nominal dan nilai tukar riil (Mankiw 2007). Nilai tukar riil efektif atau Real effective exchange Rate (REER) diperoleh dengan menyesuaikan indeks nominal effective exchange rate (NEER) terhadap harga realtif dan biaya antar ekonomi suatu negara dengan negara lain atau dengan partner dagangnya. Oleh karena itu, perubahan pada REER akan memengaruhi perkembangan nilai tukar nominal dan perbedaan inflasi antar partner untuk perdagangan internasional suatu negara.

Populasi

Populasi diartikan sebagai kumpulan individu-individu sejenis pada suatu daerah tertentu. Istilah populasi berasal dari bahasa Inggris, population yang berarti jumlah penduduk. Perkembangan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa populasi bukan hanya dipandang sebagai suatu hal yang berkaitan dengan masalah-masalah kependudukan, namun bisa lebih luas dari pada itu. Pertambahan populasi suatu negara dapat meningkatkan permintaan suatu barang dan jasa dalam perekonomian, hal ini dapat memengaruhi GDP suatu negara.

Jarak Ekonomi

(25)

11 Harga

Harga dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi ekspor. Jika harga suatu komoditi meningkat maka akan menurunkan ekspor komoditi tersebut. Kondisi ini dapat menyebabkan turunnya permintaan ekspor terhadap komoditi tersebut (cateris paribus).

Kenaikan harga ekspor suatu negara akan menyebabkan konsumen luar negeri mengurangi jumlah permintaan terhadap barang tersebut, sehingga menyebabkan volume ekspor dari suatu negara akan mengalami penurunan (Lipsey, Courant, Purvis, Steiner 1997). Ketika terjadi penurunan harga ekspor, suatu negara akan berusaha untuk mempertahankan pendapatan ekspornya, sehingga akan meningkatkan volume ekspor.

Teori Ekspor

Lipsey (1995) menyatakan bahwa ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara kemudian diperdagangkan kepada negara lain untuk mendapatkan devisa suatu negara. Komponen net export (ekspor dikurangi dengan impor) menjadi salah satu variabel dalam perhitungan pendapatan nasional. Lipsey (1995) berpendapat bahwa pertumbuhan ekspor suatu komoditas dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

1. Adanya daya saing dengan negara-negara lain di dunia. Suatu negara sebaiknya melakukan spesialisasi sehingga negara tersebut dapat mengekspor komoditas yang telah diproduksi untuk dipertukarkan dengan komoditas yang dihasilkan negara lain dengan biaya yang lebih rendah sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut.

2. Adanya penetapan harga pasar dalam negeri dan harga pasar internasional. Jika harga internasional lebih tinggi daripada harga pasar domestik maka produsen lebih memilih untuk memasarkan komoditas yang diproduksi ke pasar internasional sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut.

3. Adanya permintaan dari luar negeri. Semakin tinggi permintaan dari luar negeri terhadap komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara, maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekspor di negara tersebut. 4. Nilai tukar mata uang. Jika suatu negara mengalami apresiasi nilai

tukar maka akan menurunkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut. Hal tersebut terjadi karena harga barang luar negeri lebih murah dibandingkan dengan harga barang domestik sehingga permintaan luar negeri terhadap komoditas tersebut akan menurun.

Penelitian Terdahulu

(26)

12

Peru, and Venezuela). Jarak ekonomi berpengaruh signifikan dan negatif di seluruh negara yang diteliti kecuali Meksiko (jarak ekonomi signifikan pada produk manufaktur). Variabel nilai tukar bilateral signifikan pada ekspor produk primer Australia di tiga negara yakni Brazil, Chili, dan Uruguay. Variabel keterbukaan ekonomi Australia berpengaruh signifikan untuk partner dagang utama, yakni Brazil, Chili, Kolombia, Meksiko, dan Peru. Populasi berpengaruh signifikan positif kecuali pada Brazil dan Ekuador. Populasi berpengaruh besar pada Argentina, Brazil, dan Meksiko dibandingkan negara lainnya. GDP riil berpengaruh signifikan positif terhadap ekspor Australia ke Amerika Latin sebesar 12 dari 34 model regresi.

Hasil kajian oleh Lubis (2010) mengenai analisis kinerja perdagangan sektor elektronik sebelum dan setelah pelaksanaan CAFTA bahwa produk yang paling banyak diekspor Indonesia ke China adalah optical disk drive, kamera digital dan komponen elektronik lainnya. Hasil ISP menunjukkan bahwa produk yang masih memiliki peluang untuk ditingkatkan ekspor ke China hanya optical disk drive dan kamera digital. Adapun untuk produk lainnya yang memiliki indeks ISP negatif mengindikasikan produk tersebut masih dalam tahapan industri baru dan dalam tahap pengenalan pasar. Indeks RCA bilateral menunjukkan sebagian besar produk elektronik impor yang berasal dari China memiliki nilai indeks diatas seribu. Hasil indeks yang sangat tinggi ini konsisten dengan hasil perhitungan ISP.

Yuniarti (2007) menganalisis determinan perdagangan bilateral Indonesia (pendekatan gravity model) yang menyimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fixed effect model. Hasil penelitian mampu menjelaskan determinan perdagangan bilateral Indonesia, dimana variabel pendapatan eksportir dan importir berpengaruh positif, variabel jarak ekonomi berpengaruh negatif. GDP negara eksportir mengukur kapasitas produksi negara tersebut, sehingga semakin besar GDP maka semakin besar kapasitas produksi yang dimiliki yang akan meningkatkan ekspor. Variabel perbedaan endowment tidak berpengaruh terhadap perdaganan bilateral. Populasi berpengaruh terhadap determinasi perdagangan, semakin besar populasi negara mitra dagang menunjukkan potensi pasar yang besar. Keanggotaan dalam FTA tidak berpengaruh pada perdaganan bilateral.

Penelitian oleh Utami (2008) menggunakan gravity model pada analisis variabel-variabel determinan ekspor ASEAN: kasus Indonesia, Thailand, Singapura dan Filipina tahun 1990-2006, mendapatkan hasil faktor determinan ekspor Indonesia yakni pada sektor manufaktur pada GDP, GFCF (Gross Fixed Capital Formation), REER (Real Effective Exchange Rate) memiliki hubungan positif dengan indeks volume ekspor. Perubahan inflasi/CPI year on year berhubungan negatif dengan indeks volume ekspor. Semua variabel dalam penelitian untuk kondisi di Indonesia yang signifikan memengaruhi indeks volume ekspor kecuali variabel REER (Real Effective Exchange Rate). Thailand dan Singapura memiliki determinan ekspor GDP per kapita dan proporsi sektor manufaktur pada GDP. Determinan ekspor Filipina adalah indeks harga ekspor, proporsi GFCF (Gross Fixed Capital Formation), REER (Real Effective Exchange Rate), dan perubahan inflasi.

(27)

13 Latin mempunyai nilai rata-rata lebih dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa alas kaki Indonesia memiliki keunggulan daya saing komparatif. Hasil estimasi EPD, negara yang menempati posisi retreat yaitu Argentina dan Ekuador, sedangkan yang menempati posisi falling star yaitu Brazil, Chili, Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela. Hasil ini mengindikasikan bahwa alas kaki Indonesia di negara-negara tersebut adanya pertumbuhan pangsa pasar ekspor yang positif, namun permintaan terhadap alas kaki Indonesia di negara ini justru negatif. Hasil etsimasi model gravity model yaitu GDP Indonesia, dan jarak ekonomi memiliki hubungan negatif dan signifikan, harga ekspor memiliki hubungan negatif namun tidak berengaruh nyata terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. Sedangkan variabel GDP ke delapan negara di Amerika Latin, nilai tukar mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia.

Kerangka Pemikiran

Komoditi eletronika merupakan salah satu dari sepuluh komoditi unggulan ekspor Indonesia. Indonesia perlu mencari pasar ekspor selain Eropa dan Amerika yang pernah mengalami krisis dan dapat memengaruhi ekspor Indonesia. Adanya kesepakatan perdagangan antara Asia Timur dengan negara-negara kawasan Amerika Latin atau FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation) maupun tergabungnya Indonesia di dalam South-South Economic Cooperation (SSEC) ini membuat adanya kesempatan bagi Indonesia untuk memperluas pangsa ekspornya ke wilayah Amerika Latin. Negara-negara di wilayah Amerika Latin yang menjadi pelaku pasar komoditi elektronika Indonesia diantaranya Argentina, Brazil, Chili, Kosta Rika, Panama, Guatemala, Venezuela, Kolombia, Ekuador dan Peru. Analisis daya saing yang digunakan adalah analisis RCA (Revealed Comparative Advantages) dan analisis Porter’s Diamond Model. Analisis EPD (Export Product Dynamic) menunjukkan dinamika ekspor dan potensi perdagangan komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Amerika Latin mempunyai populasi penduduk yang sangat besar sehingga menjadi pasar yang sangat potensial baik untuk produk elektronik Indonesia.

(28)

14

Gambar 6 Kerangka pemikiran penelitian Hipotesis

Berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian yang telah dibentuk, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. GDP perkapita Indonesia berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.

2. GDP perkapita negara-negara Amerika Latin berpengaruh positif terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.

3. Nilai tukar riil efektif mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.

4. Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.

5. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.

6. Populasi negara-negara Amerika Latin berpengaruh positif terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber. Data diperoleh dari, WDI (World Development Indicator) atau World Bank, Centre d'Etudes Prospectives et

(29)

15 d'Informations Internationales (CEPII), International Trade Centre (ITC) dan UNCTAD serta beberapa jurnal dan literatur yang relevan dengan penelitian ini. Periode dalam analisis ini dimulai dari tahun 2009 sampai 2013. Pengambilan data dimulai dari Desember 2015 hingga Februari 2016.

Tabel 2 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

Jarak Ekonomi dirumuskan sebagai berikut:

Jarak ekonomi jarak geografis GDP t

∑nt GDPt (1)

dimana:

GDPt = GDP Amerika Selatan pada tahun ke-t

∑ = GDP total negara-negara di Amerika Selatan yang di analisis pada tahun ke-t

Harga Ekspor dirumuskan sebagai berikut:

PE olume ekspor komoditi elektronikaNilai Ekspor komoditi elektronika (2)

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan kuantitatif menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan gravity model. Analisis daya saing dilakukan dengan analisis Revealed Comparative Advantages (RCA) dan Porters’s Diamond (pendekatan kualitatif). Analisis dinamika ekspor menggunakan Export Product Dynamics (EPD). Data tersebut diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 dan Microsoft Excel 2007.

Jenis Data Definisi Operasional Sumber Satuan Nilai dan

GDP GDP perkapita Indonesia dan negara-negara negara Amerika Latin dengan mata uang AS

UNCTAD 2016 Mata uang

negara-negara Amerika Latin/ US$ Populasi Jumlah penduduk

negara-negara Amerika Latin

World Bank 2016 Jiwa

Jarak Jarak geografis antara Indonesia-Amerika Latin

(30)

16

Analisis Revealed Comparative Advantages (RCA)

Konsep Revealed Comparative Advantages (RCA) pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara dicerminkan dalam ekspornya. Analisis RCA yang kita gunakan dapat menganalisis posisi daya saing elektronika Indonesia di negara-negara Amerika Latin. Adapun variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Secara matematis, RCA dapat dituliskan seperti persamaaan berikut:

CA

i t

Wi Wt

⁄ (3)

dimana:

Xi = nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin (US$) Xt = nilai total ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin (US$) Wi = nilai ekspor komoditi elektornika dunia ke Amerika Latin (US$) Wt = nilai total ekspor dunia ke Amerika Latin (US$)

t = tahun ke-t

Apabila didapatkan nilai RCA lebih dari satu, maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi yang diekspor. Sedangkan jika nilai RCA kurang dari satu, maka negara tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi yang diekspor. Apabila kita membandingkan nilai RCA antar dua waktu, maka akan diperoleh indeks RCA yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Indeks CA CAt

CAt- (4)

dimana:

RCAt = nilai RCA pada tahun ke-t.

RCAt-1 = nilai RCA pada tahun sebelumnya.

Hasil perhitungan RCA dapat disimpulkan apabila nilai RCA lebih besar dari satu maka dapat diartikan negara Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam persaingan ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin, sedangkan apabila nilai RCA kurang dari satu maka komoditi elektronika Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di Amerika Latin. Indeks RCA dapat diartikan apabila nilai indeks sama dengan satu maka tidak terjadi RCA atau kinerja ekspor alas kaki Indonesia tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya.

Analisis Porter’s Diamond Model

Analisis porter’s diamond dapat memperlihatkan kondisi daya saing kompetitif komoditi elektronika Indonesia di pasar kawasan Amerika Latin.

(31)

17

Sumber : Porter, 1990

Gambar 7 Porter's Diamond Model

Analisis EPD (Export Product Dynamic)

Konsep EPD memperhitungkan apakah suatu produk yang diekspor oleh Indonesia memiliki potensi yang besar ke wilayah Amerika Latin.Rumus perhitungan posisi kelemahan dan kekuatan produk dalam analisis EPD adalah sebagai berikut:

Sumbu X : Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia

umbu ∑ (

i

t)t -( i t)t- t

(5) Sumbu Y : Pertumbuhan pangsa pasar Indonesia di wilayah Amerika Latin

umbu ∑ (

Wi

Wt)t -( Wi

Wt)t- t

(6) dimana:

Xi = nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin (US$)

Xt = nilai ekspor komoditi elektronika Dunia ke Amerika Latin (US$)

Wi = nilai ekspot total Indonesia ke Amerika Latin (US$)

Wt = nilai ekspor total Dunia ke Amerika Latin (US$)

T = jumlah tahun t = tahun ke-t

Matriks posisi daya saing EPD tardiri dari rising star, lost opportunity, falling star, dan retreat. Rising Star menunjukkan adanya peningkatan pangsa pasar dan permintaan ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Lost Opportunity merupakan kondisi pasar dengan penurunan pangsa pasar ekspor yang tidak diharapkan, sehingga kehilangan kesempatan pangsa ekspor elektronika di Amerika Latin. Falling Star merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan pangsa ekspor, namun tidak diikuti oleh peningkatan permintaan terhadap komoditi tersebut. Retreat merupakan kondisi dimana produk suatu negara sudah tidak diinginkan lagi oleh pangsa pasar, sehingga terjadi pangsa ekspor dan permintaan produk yang negatif.

Firm Strategy, Structure and Rivalry

Factor Conditions Demand Condition

(32)

18

Gambar 8 Matriks daya saing EPD Panel Data

Panel data merupakan gabungan antara data time series dan cross section. Panel data memperlihatkan unit cross section yang sama diambil selama jangka waktu tertentu. Secara singkatnya, panel data memiliki jarak yang sama dengan dimensi waktu (Gujarati dan Porter 2009). Baltagi (2005) dalam Gujarati (2009) menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan dari menggunakan panel data, antara lain:

1. Panel data dapat mengatur heterogenitas individual.

2. Panel data memberikan informasi data yang lebih informatif, lebih beragam, kolinieritas yang rendah antar sesama variabel, lebih banyak derajat bebas, dan lebih efisien.

3. Panel data lebih baik dalam mempelajari dynamics of adjustment. 4. Panel data lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur dampak

yang sederhana tapi tidak dapat dideteksi dalam pure cross-section atau pure time-series.

5. Model panel data mengizinkan para penelitinya untuk membangun dan menguji perilaku model yang lebih rumit dari pada purely cross-section atau time-series.

6. Panel data dapat meminimisasi hasil yang bias jika kita menjumlahkan individu-individu atau perusahaan pada jumlah yang besar.

Estimasi Model

Model Pooled Least Square

Pendekatan dengan menggunakan model pooled least square menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga akan terdapat NxT observasi, dimana N menunjukkan jumlah unit cross section dan T menunjukkan jumlah series yang digunakan (Firdaus 2011).

Model yang digunakan yaitu:

yit i i uit (7)

dimana i bersifat konstan untuk semua observasi, atau i .

Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter akan bias. Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda.

Fixed Effect Model (FEM)

FEM (Fixed Effect Model) muncul ketika antara efek individu pada peubah penjelas memiliki korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak.

Model ini memasukkan variabel dummy sehingga terjadi perbedaan nilai Lost

Opportunity Rising Star

(33)

19 parameter yang berbeda-beda baik lintas time series maupun cross section kemudian diduga menggunakan panel data :

it i itj ∑ni iDi eit (8)

dimana :

Yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i

αi = intersep yang berubah-ubah antar unit cross section

Xjit = variabel independan j di waktu t untuk unit cross section i

βj = parameter untuk variabel ke-j

eit = error term di waktu t untuk unit cross section i

Random Effect Model (REM)

REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan kedalam error.

Untuk one way error component:

yit i i uit i (9)

Untuk two way error component:

yit i i uit i t (10)

Asumsi yang paling penting dikaitkan dalam REM adalah nilai harapan dari xituntuk setiap i adalah , atau E i, xit) = 0.

Pemilihan Model

Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan yang efisien. Pendekatan terbaik dalam metode data panel ada dua, yakni menggunakan Uji Chow (Chow Test) dan Uji Hausman (Hausman Test).

Chow Test

Chow test atau yang biasa disebut pengujian F statistik adalah pengujian untuk memilih apakah model yang terbaik menggunakan model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0= Model Pooled Least Square H1= Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap Hipotesa Nol (H0) adalah dengan menggunakan F-satistik. Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1,NT-N-K) apabila nilai Chow Statistik (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari F-Tabel maka cukup bukti untuk menolak hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.

Hausman Test

(34)

20

pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Hausmann test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 = Model Random Effect H1 = Model Fixed Effect

Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut:

H ( EM- FEM) MFEM- M EM - ( EM- FEM) (k) (11) dimana:

M matriks kovarians untuk parameter . k = degree of freedom.

Dasar untuk penolakan H0 digunakan statistik Hausman dan membandingkan dengan Chi-Square. Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari 2-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.

Uji Kesesuaian Model

Terdapat beberapa upaya agar dapat menghasilkan model yang konsisten, sesuai dan efisien, maka diperlukan evaluasi hasil estimasi terhadap model regresi. Kita dapat mengetahui apakah model tersebut memiliki masalah normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah error term sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Cara mendeteksi uji normalitas ini ialah dengan melihat nilai probabilitas yang dihasilkan. Jika nilai probabilitas hasil uji normalitas lebih dari taraf nyata sebesar . 5 maka dapat dinyatakan bahwa model tersebut menyebar normal.

Multikolinearitas

Multikolinaeritas dapat menyebabkan estimator OLS memiliki varians dan kovarians yang besar dan interval kepercayaan akan cenderung sangat lebar banyak koefisian yang tidak signifikan secara statistik dan nilai R2 yang tinggi. Cara mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan spearman’s rho correlation, apabila angka korelasi lebih kecil dari 0.8 maka dapat dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas.

Heteroskedastisitas

Asumsi yang penting dalam classical linear regression model (CLRM) adalah faktor gangguan ui yang muncul pada FRP (fungsi regresi populasi) bersifat homoskedastik, hal ini berarti bahwa mereka semua memiliki varians yang sama. Heteroskedastisitas dapat muncul akibat adanya pencilan dalam suatu data dan kemiringan dalam distribusi satu atau lebih regresor pada model (skewnees) (Gujarati dan Porter 2009).

Autokorelasi

(35)

21 non autokorelasi mendekati dua maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut bebas dari masalah autokrelasi. Penentuan apakah model kita memiliki autokorelasi dapat ditentukan dengan aturan pada Tabel 3.

Tabel 3 Uji d Durbin Watson : aturan keputusan

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl≤d≤du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4

Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du≤d≤4-dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

Jangan tolak du<d<4-du

Sumber : Gujarati 2007

Model Penelitian

Apabila melihat hipotesis dan studi empiris yang disesuaikan dengan fakta di beberapa negara serta berbagai alternatif spesifikasi model yang telah dicoba dengan tetap mempertimbangkan berbagai asumsi yang menjadi acuan dalam model data panel, maka variabel yang diduga memengaruhi aliran ekspor elektronika Indonesia ke negara-negara Amerika Latin adalah GDP perkapita negara-negara Amerika Latin, GDP perkapita Indonesia, nilai tukar riil efektif, populasi, harga ekspor elektornika, jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin. Variabel-variabel yang akan diteliti akan menunjukkan persamaan sebagai berikut :

LNE t LNGDPCAPjt LNGDPCAPt LNJEt LN EE jt 5LNPE t

LNPOPjt it (12)

dimana :

EXt = Nilai ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin pada tahun

ke-t (US$)

GDPCAPjt = GDP perkapita negara-negara Amerika Latin pada tahun t (US$)

GDPCAPt = GDP perkapita Indonesia pada tahun t (US$)

JEt = Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara Amerika

Latin (km)

REERjt = Nilai tukar riil efektif

POPjt = Populasi negara-negara Amerika Latin (Jiwa) PEXt = Harga ekspor elektronika

μit = error term

= intersep

β = slope

diduga memiliki pengaruh positif terhadap aliran ekspor elektronika

Indonesia ke Amerika Latin.

(36)

22

GAMBARAN UMUM

Indonesia mengekspor komoditi elektronika yang di klasifikasikan dengan kode HS (Harmonized System) yakni HS 84, HS 85, HS 90, HS 94, dan HS 95. Penelitian ini fokus pada ekspor komoditi elektronik HS 8521 yakni alat perekam atau reproduksi gambar, klasifikasi dari HS 8521 dapat dilihat pada Tabel 4 disatukan dengan sebuah video tuner maupun tidak. Tahun 2013 ekspor HS 8521 Indonesia ke dunia mencapai US$ 538 juta. Angka ini mengalami penurunan dari dua tahun sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan lebih oleh Indonesia jangan sampai terus merosot nilai ekspor komoditi tersebut di pasar dunia. Indonesia perlu dengan serius mencari pasar yang potensial bagi perkembangan ekspornya, tidak hanya melirik pasar Eropa, Asia, maupun Amerika Serikat.

Tabel 4 Klasifikasi komoditi elektronika Indonesia kode HS 8521

Kode HS (6 digit) Nama Produk

852110 Video recording or reproducing

apparatus- Magnetic tape-type

852190 Video recording or reproducing

apparatus- Other

Sumber : WITS, 2016

Indonesia kini mulai meraba pasar kawasan Amerika Latin. Jumlah populasi di wilayah Amerika Latin yang begitu besar dan terus meningkat setiap tahunnya (Tabel 5) membuat Indonesia tertarik untuk terus meningkatkan ekspornya ke Amerika Latin. Brazil menjadi salah satu negara yang potensial bagi ekspor Indonesia karena populasinya yang besar, sebanyak 204 juta jiwa pada tahun 2013. Argentina dan Kolombia menjadi pasar yang cukup menjanjikan bagi Indonesia dalam upaya peningkatan ekspor elektronika ke wilayah Amerika Latin.

Tabel 5 Jumlah populasi negara-negara di Amerika Latin (juta jiwa)

Negara Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 Argentina 40.8 41.2 41.7 42.1 42.5 Brazil 196.7 198.6 200.5 202.4 204.3 Chili 16.8 17.0 17.2 17.4 17.6 Kosta Rika 4.5 4.5 4.6 4.7 4.7

Panama 3.6 3.6 3.7 3.7 3.8

Guatemala 14.4 14.7 15.0 15.4 15.7 Venezuela 28.6 29.0 29.4 29.9 30.3 Kolombia 45.4 45.9 46.4 46.9 47.3 Ekuador 14.7 14.9 15.2 15.4 15.7 Peru 29.0 29.4 29.8 30.2 30.6 Sumber : UNCTAD, 2016

(37)

23 buat Indonesia untuk mengambangkan ekspornya ke Amerika Latin. GDP rill meningkat berkisar antara 0.1 persen sampai 0.43 persen dari tahun 2009 sampai 2013. GDP yang terus meningkat diperikirakan dapat meningkatkan ekspor komoditi elektronika Indonesia ke kawasan Amerika Latin. Gambar 9 dapat menjelaskan peningkatan GDP riil negara-negara kawasan Amerika Latin periode 2009 sampai 2013.

Sumber : UNCTAD, 2016

Gambar 9 Perkembangan GDP riil negara-negara kawasan Amerika Latin (2009-2013)

Tabel 6 memperlihatkan volume ekspor elektronika Indonesia khususnya untuk produk dengan kode HS 8521 (Video recording or reproducing apparatus) mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2009 sampai 2013. Peru memiliki pertumbuhan yang paling besar dibandingkan dengan sembilan negara lainnya, yakni sebesar 12.2 persen. Ekuador sebesar 11.5 persen, Kolombia sebesar 7.13 persen, Panama, Venezuela dan Chili yakni sebesar 3.7%, 2.31%, dan 1.8%. Meskipun terdapat peningkatan ekspor elektronika (HS 8521) Indonesia ke kawasan Amerika Latin, namun setiap tahun volume ekspornya cenderung turun. Tahun 2013, hampir keseluruhan negara mengalami penurunan volume ekspor, dan yang paling besar adalah Brazil, hanya sebesar 19 ton pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 213 ton.

GDP dan populasi yang meingkat setiap tahunnya dapat menjadikan acuan bagi Indonesia untuk terus berusaha meningkatkan ekspor elektronika dengan melihat kondisi daya saing dan mengetahui kebijakan yang tepat dalam upaya peningkatan ekspor.

0 500000 1000000 1500000

2009 2010 2011 2012 2013

GDP Riil (US$ Juta)

T

a

hu

n

Venezuela

Panama

Guatemala

Ekuador

Chili

Brazil

Kolombia

Kosta Rika

Peru

(38)

24

Tabel 6 Volume ekspor elektronika (HS 8521) Indonesia ke Amerika Latin (ton)

Negara Tahun

Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013

Argentina 90 232 54 229 87 138

Brazil 1413 1043 805 213 19 699

Chili 135 211 196 149 282 195

Kosta Rika 0 11 6 22 19 12

Panama 102 165 335 591 480 335

Guatemala 0 24 13 54 37 26

Venezuela 16 8 142 158 53 75

Kolombia 61 156 367 435 496 303

Ekuador 20 9 31 316 251 125

Peru 15 123 249 239 198 165

Sumber : ITC (diolah), 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Daya Saing Komparatif Elektronika Indonesia ke Amerika Latin Periode 2009-2013

Analisis Revealed Comparative Advantages (RCA)

Ekspor komoditi elektronika Indonesia di Amerika Latin mempunyai nilai ekspor yang tinggi dan cenderung berfluktuatif setiap tahunnya. Oleh karena itu diperlukan kajian atau penelitian yang bisa melihat seberapa besar potensi daya saing komoditi elektronika Indonesia di Amerika Latin dengan menggunakan RCA dan Porter’s Diamond. Hasil analisis daya saing komparatif komoditi elektronika Indonesia mempunyai nilai RCA dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil RCA komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin Negara 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata

Argentina 13.9 28.2 14.4 86.2 27.8 34.1

Peru 6.9 18.1 32.0 32.8 24.0 22.8

Kosta Rika 0.0 27.8 11.6 64.2 66.7 34.1 Kolombia 5.8 16.7 32.0 38.2 57.1 30.0

Brazil 23.2 12.9 13.1 3.4 0.7 10.7

Chili 4.0 10.7 15.5 13.0 23.8 13.4

Ekuador 9.5 1.8 6.3 48.3 63.3 25.9

Guatemala 0.0 26.1 18.4 47.1 34.2 25.2

Panama 11.4 7.5 15.0 84.9 96.3 43.0

Venezuela 6.1 2.1 33.0 60.7 53.7 31.1 Sumber : ITC (diolah), 2016

(39)

25 selama periode 2009 sampai 2013 adalah Argentina sebesar 86.2 pada tahun 2012 yang mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dengan tahun sebelumnya. Rata-rata RCA pada sepuluh negara yang dianalasis pun memiliki nilai yang lebih dari satu. Kondisi ini mengindikasikan bahwa komoditi eleketronika Indonesia memiliki daya saing komparatif di kawasan Amerika Latin. Panama memiliki nilai rata-rata RCA tertinggi dibandingkan negara lainnya, kemudian disusul oleh Argentina, Kosta Rika, Venezuela, dan Kolombia.

Tabel 8 Hasil indeks RCA komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin

Negara 2010 2011 2012 2013

Argentina 2.03 0.51 6.00 0.32

Peru 2.63 1.77 1.03 0.73

Kosta Rika 0.00 0.42 5.53 1.04 Kolombia 2.87 1.92 1.19 1.50

Brazil 0.56 1.01 0.26 0.21

Chili 2.67 1.44 0.84 1.83

Ekuador 0.19 3.48 7.69 1.31 Guatemala 0.00 0.70 2.56 0.73

Panama 0.66 2.00 5.64 1.14

Venezuela 0.34 15.66 1.84 0.88 Rata-rata 1.19 2.89 3.26 0.97 Sumber : ITC (diolah), 2016

Indeks RCA menggambarkan terjadi atau tidaknya perbaikan kinerja ekspor komoditi elektronika Indonesia ke kawasan Amerika Latin. Tabel 8 memperlihatkan rata-rata indeks RCA pada tahun 2010 lebih dari satu, maka hal ini mengindikasikan bahwa terjadi perbaikan kinerja ekspor komoditi elektronika Indonesia mengalami perbaikan. Tahun 2011 dan 2012 kondisi yang terjadi sama, bahwa ada perbaikan pada kinerja ekspor komoditi elektronika Indonesia yang meningkat dari tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA pada tahun 2013 sebesar 0.97 kurang dari satu mengindikasikan bahwa tidak terjadi perbaikan kinerja ekspor komoditi elektronika Indonesia di kawasan Amerika latin.

Analisis Dinamika Ekspor Elektronika Indonesia ke Amerika Latin Periode 2009-2013

(40)

26

Gambar 10 Hasil EPD elektronika Indonesia ke Amerika Latin

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Komoditi Elektronika Indonesia ke Amerika Latin

Penelitian ini menggunakan gravity model untuk dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Variabel yang digunakkan dalam analisis gravity model diantaranya nilai ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin (EXt), GDP perkapita Indonesia

dan negara-negara Amerika Latin (GDPCAPt,, GDPCAPjt), jarak ekonomi (JEjt),

Real Effective Exchange Rate (REERjt), harga ekspor elektronika (PEXt), dan

populasi di negara-negara Amerika Latin (POPjt). Tabel 10 menunjukkan hasil

estimasi gravity model untuk ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin dengan persamaan :

LNE t LNGDPCAPjt LNGDPCAPt LNJEjt LN EE jt 5PE t POPjt it

Estimasi pemilihan model terbaik dilakukan dengan uji hausman (Lampiran 4) dan uji chow (Lampiran 6) untuk memilih random effect model, fixed effect model, atau pooled least square (PLS). Tabel 9 menunjukkan hasil uji estimasi model yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 9 Hasil uji estimasi model Uji Estimasi Model Prob. Kesimpulan

Hausman Test 0.0016 Tolak H0 FEM

Chow Test 0.0000 Tolak H0 FEM

Tabel 9 memperlihatkan bahwa probabiltas uji hausman sebesar 0.0016

lebih kecil dari alpha 5 persen, sehinga dapat disimpulkan cukup bukti untuk

menolak H0, sehingga model yang dipilih adalah fixed effect model. Hasil uji chow menunjukkan hal yang sama untuk menolak hipotesis nol, yakni probabilitias

. kurang dari . 5 sehingga model yang dipakai adalah fixed effect.

Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor (%)

Argentina Peru Kosta Rika Kolombia Brazil

(41)

27 Tabel 10 Hasil estimasi Gravity Model nilai ekspor elektronika Indonesia menggunakan Fixed Effect Model dengan pembobotan cross section (cross-section weighted)

Variabel Koefisien Prob.

LNGDPCAPt -6.872614* 0.027

LNGDPCAPjt 5.556014* 0.0042

LNJEjt -7.250877* 0.0299

LNPEXt 1.724546* 0.0007

LNPOPjt 53.99647* 0.0018

LNREERjt 2.478067 0.4785

C -859.6907* 0.0016

Weighted Statistics

R-squared 0.90515

Prob(F-statistic) 0.00000

Sum squared resid 16.03497

Durbin-Watson stat 2.282579

Unweighted Statistics

R-squared 0.79784

Sum squared resid 17.6742

Durbin-Watson stat 1.939872

Keterangan : Signifikan pada taraf nyata 5% (*)

Model yang digunakan dalam ekpor elektronika Indonesia adalah sebagai berikut:

LNEXPit = -859.6907 - 6.872614LNGDPCAPt + 5.556014LNGDPCAPjt

-7.250877LNJEjt + 1.724546LNPEXt + 53.99647LNPOPjt +

2.478067LNREERjt

Tabel 10 menunjukkan bahwa variabel-variabel yang signifikan memengaruhi ekspor elektronika Indonesia adalah GDP perkapita Indonesia, GDP perkapita negara tujuan, jarak ekonomi, populasi, dan harga ekspor elektronika. Variabel REER (Real Effective Exchange Rate) tidak signifikan memengaruhi ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Hasil estimasi model tersebut memiliki nilai R-squared sebesar 0.90515 yang menunjukkan bahwa 90.5 persen keragaman variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen pada model, sedangkan sisanya sebesar 9.4 persen dijelaskan di luar model.

Model diatas perlu untuk diuji asumsi klasik agar mendapatkan model yang memenuhi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dan matriks korelasi antar variabel (lampiran 8). Model nilai ekspor elektronika Indonesia memiliki nilai R-squared sebesar 0.90515 dan terdapat lima variabel bebas yang siginifikan dan satu variabel yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa model terbebas dari multikolinearitas.

(42)

28

sebesar 16.03497 lebih kecil dari nilai sum square resid pada unweighted statistics sebesar 17.6742, namun karena estimasi model telah menggunakan pembobotan cross-section, masalah heteroskedastisitas dapat diabaikan.

GDP perkapita Indonesia

GDP perkapita Indonesia mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke sepuluh negara di Amerika Latin. GDP perkapita Indonesia mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.027 terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia. Hasil estimasi memperlihatkan bahwa ketika terjadi kenaikan GDP perkapita Indonesia sebesar 1 persen maka akan terjadi penurunan nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke sepuluh negara Amerika Latin sebesar 6.872614 persen (cateris paribus). Hasil penelitian ini didukung oleh studi Yunia (2015) yang menyatakan bahwa kenaikan GDP perkapita Indonesia pada nilai ekspor komoditi di Indonesia maka komoditi tersebut lebih banyak di konsumsi di dalam negeri dibandingkan untuk ekspor, karena terjadi peningkatan daya beli masyarakat Indonesia terhadap komoditi tersebut.

GDP perkapita Negara Tujuan

GDP perkapita negara tujuan mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke sepuluh negara di Amerika Latin. GDP perkapita negara tujuan mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0042 terhadap nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan ketika terjadi kenaikan GDP perkapita negara tujuan sebesar 1 persen maka akan terjadi peningkatan nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke sepuluh negara Amerika Latin sebesar 5.556014 persen (cateris paribus). Hasil estimasi ini didukung oleh penelitian Yuniarti (2007) dimana GDP negara importir (negara tujuan) memiliki hubungan positif dengan perdagangan bilateral. GDP negara importir digunakan sebagai ukuran kapasitas absorpsi, semakin meningkat GDP negara importir mengakibatkan kapasitas absorpsi negara tersebut meningkat, sehingga impor akan meningkat.

Jarak Ekonomi

Gambar

Gambar 1 Perkembangan ekspor impor Indonesia berdasarkan sektor 2009-2013
Tabel 1 Target pertumbuhan ekspor non migas Indonesia
Gambar 3 Perkembangan ekspor Indonesia ke Amerika Latin 2009-2013
Gambar 4. 30100000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tidak wajar opini audit yang diberikan menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan dari Pemda tersebut kurang baik yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya pengalaman kerja yang sudah dijalani dan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh auditor, merupakan bagian dari

Kurang lebih 10% pasien dengan trauma tulang servikal mengalami fraktur kolumna vertebralis kedua yang tidak berhubungan.. Menyingkirkan adanya trauma spinal pada pasien

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam film &#34;Alangkah Lucunya (Negeri Ini)&#34; , maka dapat penulis simpulkan

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, Koefisien Determinasi diperoleh hasil perhitungan secara simultan besarnya pengaruh kedua variabel bebas (kepribadian dan

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat empat faktor yang secara signifikan mempengaruhi keputusan konsumen membeli kosmetika perawatan wajah, yaitu faktor

Salah satu sarana penting dalam upaya mewujudkan kesejahteraan adalah mewujudkankan “keadilan sosial” sebagaimana ditegaskan dalam sila ke-5 Pancasila yang

Sedangkan, usaha yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Muara Pinang , melalui: (1) memberikan keteladanan dalam hal kehadiran dengan selalu berusaha untuk