PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN NPK TERHADAP
SERAPAN HARA DAN HASIL JAGUNG MANIS
DI LATOSOL DRAMAGA
FITRI MAISESI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pupuk Organik dan NPK terhadap Serapan Hara dan Hasil Jagung Manis di Latosol Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
ABSTRAK
Fitri Maisesi. Pengaruh Pupuk Organik dan NPK terhadap Serapan Hara dan Hasil Jagung Manis di Latosol Dramaga. Dibimbing oleh BUDI NUGROHO dan ATANG SUTANDI.
Budidaya jagung manis yang dilakukan oleh petani di sekitar Bogor umumnya hanya menggunakan pupuk anorganik tanpa mencampurkan kembali batang jagung ke dalam tanah dan digunakan sebagai pakan ternak. Budidaya terus menerus seperti di atas dapat menyebabkan penurunan bahan organik tanah. Percobaan ini dilakukan untuk menguji efektivitas pupuk organik dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Percobaan ini dilakukan di kebun percobaan IPB di Cikabayan dari Mei 2014 hingga November 2014. Rancangan faktorial acak kelompok digunakan dalam percobaan ini dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk organik dengan 3 tingkat dosis, yaitu: O0 = 0 t/ha, O1 = 2,5
t/ha (6:25 kg/plot) dan O2 = 5 t/ha (12,5 kg/plot). Faktor kedua adalah pupuk NPK
dengan 4 tingkat yaitu: P0 = 0%, P1 = 50%, P2 = 75% dan P3 = 100% dosis standar
pupuk NPK. Dosis standar pupuk NPK terdiri dari urea 250 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Variabel yang diukur adalah tinggi tanaman, bobot tongkol dan biomassa kering, serapan hara dan Efektivitas Agronomi Relatif (RAE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dapat meningkatkan tinggi tanaman sedangkan pupuk organik secara tunggal tidak berpengaruh nyata. Perlakuan kombinasi pupuk organik dan NPK dapat meningkatkan bobot tongkol dan bobot biomassa kering. Pupuk NPK dapat meningkatkan serapan N, K dan biomassa kering, namun tidak berpengaruh pada serapan P. Dari nilai RAE menunjukkan bahwa pupuk organik efektif dalam mengurangi dosis pupuk NPK.
ABSTRACT
Fitri Maisesi. Effect of Organic Manure and NPK on Nutrient Uptake and Yield of Sweet Corn in Dramaga’s Latosol. Supervised by BUDI NUGROHO and ATANG SUTANDI.
Sweet corn cultivation carried out by farmers around Bogor commonly only use inorganic fertilizers without incorporating the corn stalks into the soil and used as animal feed. Cultivation as above continously can lead to decreased of soil organic matter. This trial was conducted to test the effectiveness of organic manure and NPK fertilizer on the growth and yield of sweet corn. This trial was conducted in IPB experimental station at Cikabayan from May 2014 until November 2014. Factorial randomized block design was used in this trial with two factors. The first factor was the organic manure with 3 levels of dosages, namely: O0 = 0 t/ha, O1 = 2.5 t/ha (6:25 kg/plot) and O2 = 5 t/ha (12.5 kg/plot).
The second factor was the NPK fertilizer with 4 levels namely: P0 = 0%, P1 =
50%, P2 = 75% and P3 = 100% standard dosage of NPK. Standard dosage of NPK
fertilizer consisting of urea 250 kg/ha, SP-36 150 kg/ha and KCl 200 kg/ha. Variables measured were plant height, weight of cob and dry biomass, nutrient uptake and Relative Agronomic Effectiveness (RAE). The results showed that treatment of NPK fertilizer increased crop height while main effect of organic manure did not significantly incrace. Treatment with a combination of organic manure and NPK fertilizer increased the weight of cob and dry biomass. NPK fertilizers influenced the uptake of N, K and dry biomass, but not significanly on the uptake of P. Acording to relative agronomic effectiveness showed that the application of organic manure could reduce the NPK fertilizer.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN NPK TERHADAP
SERAPAN HARA DAN HASIL JAGUNG MANIS
DI LATOSOL DRAMAGA
FITRI MAISESI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah Pengaruh Pupuk Organik dan NPK terhadap Serapan dara dan Hasil Jagung Manis di Latosol Dramaga
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Budi Nugroho, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, ilmu yang bermanfaat, serta motivasi yang positif kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr Ir Atang Sutandi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc selaku dosen penguji atas kritik, saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
2. Seluruh staf Laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3. Seluruh staf Kebun Cikabayan Institut Pertanian Bogor yang membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian di lapang.
4. Kedua orang tua penulis, Ayah (Horma Bilsan Saleleubaja) dan Ibu (Sartina) serta seluruh keluarga atas dukungan moril maupun materil yang tiada tara, doa dan harapan mereka senantiasa menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Sahabat-sahabat penulis yaitu Frisca Angelina, Febrina Berlianti, Helena Ayu, Titin Marpaung, Gabriella Stephanie, Ovie Indriani, Lirana Fitra, Rehulina, Reynaldo, Yudika Saragi, Ajeng Febrina, Nurul Fitrianis Naini, Dea Astylia, Zarina, Dwi Septiana, Linda Kuswardini, yang senantiasa menemani dan mendukung penulis selama masa perkuliahan berlangsung. 6. Ricky Andreas, Natalia, Lady dan seluruh teman-teman GBI-Lautan Bogor
yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
7. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terutama keluarga besar MSL 47 VIVA SOIL!!!
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Klasifikasi dan Morfologi Jagung Manis 2
Nitrogen dalam Tanah dan Tanaman 4
Fosfor dalam Tanah dan Tanaman 4
Kalium dalam Tanah dan Tanaman 5
Pupuk Organik 5
METODOLOGI PENELITIAN 6
Bahan dan Alat 6
Pelaksanaan Penelitian 6
Persiapan lahan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Pertumbuhan Jagung 10
Produksi Jagung (Bobot Tongkol dengan Kelobot) 10
Biomas Kering 11
Serapan Hara N, P, dan K Jagung Manis 12
RAE (Relative Agronomic Effectiveness) 12
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16
DAFTAR TABEL
1. Perlakuan pupuk oganik dan NPK yang diberikan per petak percobaan 8 2. Pengaruh tunggal pupuk organik dan NPK terhadap tinggi jagung manis
umur 8 MST 10
3. Pengaruh interaksi pupuk organik (O) dan pupuk NPK (P) terhadap produksi Jagung layak jual (Tongkol dengan Kelobot) 10 4. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dan Kombinasinya dengan Pupuk
NPK terhadap bobot Biomas Kering 11
5. Pengaruh Tunggal pupuk NPK terhadap serapan N, dan K Jagung Manis 12
DAFTAR GAMBAR
1. Grafik RAE pengaruh penambahan pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk NPK pada produksi bobot tongkol jagung dengan kelobot 13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil analisis ragam terhadap tinggi tanaman 8 MST 17 2. Hasil analisis ragam terhadap produksi tongkol 17
3. Hasil analisis ragam terhadap biomas kering 17
4. Hasil analisis ragam terhadap serapan N 17
5. Hasil analisis ragam terhadap serapan P 18
6. Hasil analisis ragam terhadap serapan K 18
7. Hasil analisis contoh pupuk organik 19
8. Hasil uji mutu pupuk organik ‘ORGAMIC’ 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pupuk organik adalah pupuk yang hampir seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari materi makhluk hidup seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah, pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Hara utama yang paling mendapatkan perhatian dalam budidaya tanaman pertanian adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K). Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun semua protein dan asam nukleat, dan dengan demikian merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Fosfor merupakan bagian dari inti sel, sangat penting dalam pembelaan sel, dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Fosfor juga dapat merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji, atau gabah, selain itu juga sebagai penyusun lemak dan protein. Sedangkan kalium sangat penting dalam setiap proses metabolisme dalam tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium (Russel 1973).
Lahan-lahan pertanian, khususnya lahan kering di sekitar perkotaan umumnya ditanami dengan jagung manis, sangat jarang ditanami jenis jagung lainnya. Jagung manis sangat disukai oleh masyarakat, karena dapat dikonsumsi langsung melalui direbus, dibakar atau dijadikan sebagai lauk pauk. Sebagai contoh di sekitar kota Bogor para petani umumnya membudidayakan jagung manis sehingga toko-toko sarana pertanian jarang sekali yang menyediakan benih jagung selain jagung manis. Para petani menyukai menanam jagung manis karena umurnya pendek dan begitu dipetik dari pohon, dapat langsung dijual dengan harga yang cukup menguntungkan. Namun cara budidaya yang dilakukan oleh petani umumnya hanya menggunakan pupuk anorganik dan brangkasan dijadikan pakan ternak. Apabila hal ini terus menerus dilakukan maka akan terjadi degradasi tanah dengan penurunan kadar bahan organik dan kemasaman tanah semakin meningkat.
Penggunaan pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia selama siklus pertumbuhan tanaman. Pemberian bahan organik dan pupuk anorganik (NPK) merupakan suatu usaha dalam memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki keseimbangan hara yang terdapat didalam tanah.
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Jagung Manis
Dalam dunia tumbuhan jagung manis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Graminales
Familia : Graminaceae Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung (Zea mays, L ) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, selain itu jagung juga menjadi alternatif sumber pangan. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok, selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai bahan pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji jagung), dibuat tepung (dari biji jagung, dikenal sebagai tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji jagung dan tepung tongkolnya). Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap generatif. Tinggi jagung sangat bervariasi, jagung umumnya mempunyai tinggi batang antara 1 m sampai 3 m.
Kataren (1986) menggolongkan jagung (Zea mays, L) termasuk dalam family rumput-rumputan (Graminae) dan menurut jenisnya dibagi dalam beberapa golongan: a) Dent Corn (Zea mays indenrata) b) Flint Corn (Zea mays indurata) c) Sweet Corn (Zea mays saccharata) d) Pop Corn (Zea mays everta) e) Waxy Corn (Zea mays tumicata) f) Solf atau Foloue Corn (Zea mays anylaceal). Jagung berasal dari daerah tropis, namun karena banyak tipe jagung dengan variasi sifat-sifat yang dimilikinya dan sifat-sifat-sifat-sifat adaptasi yang tinggi maka jagung dapat menyebar luas dan dapat hidup baik diberbagai tipe iklim.
3 pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku diatas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalam dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium. Pemupukan nitrogen dengan jumlah dosis yang berbeda menyebabkan perbedaan perkembangan sistem perakaran dan jagung (Smith et al.1995).
Batang jagung tegak dan mudah diidentifikasi. Ruas terbungkus 7 pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun banyak mengandung lignin. Batang jagung berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang selebar 1.25 cm – 2.50 cm.
Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10 – 20 helai pertanaman (Purwono dan Hartono 2006).
Bunga betina jagung berupa tongkol yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan rambut. Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (Monoecious). Bunga betina berwarna putih panjang dan biasa disebut rambut jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari disepanjang rambutnya. Tiap kuntum memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang gluma (glumae). Bunga jantan tumbuh dibagian pucuk berupa karangan bunga (inflorescence), serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun (ketiak daun). Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2 – 5 hari lebih dini dari bunga betinanya (protandri). Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol (bunga betina). Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan silang (cross pollinated crop). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain. Sangat jarang penyerbukan yang serbuk sarinya dari individu jagung yang sama (Purwono dan Hartono 2006).
Jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelebot. Setiap tongkol terdiri dari 200 – 400 butir biji jagung. Biji jagung terdiri dari tiga bagian, bagian paling luar disebut pericarp, bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji, sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono dan Hartono 2006).
4
adalah jumlah dan distribusi sinar matahari, curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Lahan budidaya jagung harus mendapat sinar matahari yang cukup dan tidak terlindung dari pohon dan bangunan dengan suhu optimum 23-27°C. Distribusi air yang merata selama pertumbuhan penting untuk jagung, karena jagung memerlukan air untuk tumbuh, terutama saat menjelang berbunga dan saat tumbuhnya biji.
Umur tanaman kurang baik digunakan sebagai pedoman untuk menentukan umur panen, karena dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah curah hujan, suhu udara dan kesuburan tanah. Sekalipun demikian, umumnya saat panen dicapai pada usia 7-8 minggu setelah tanaman jagung berbunga (Sudjana 1978). Dalam penyimpanan biji jagung, masalah kadar air sangat menentukan daya simpan selain faktor lainnya. Penyimpanan jagung dapat dilaksanakan dalam beberapa bentuk; berkulit, tongkol terkelupas, dan pipilan. Biji jagung disimpan dalam keadaan kering dengan kadar air maksimum 14% (Subandi 1988).
Panen jagung mulai dapat dilakukan jika biji sudah masak secara fisiologi yaitu pada waktu pengisian biji telah mencapai jumlah optimal. Kadar air biji merupakan kriteria untuk saat panen yang tepat sekitar 25-30%. Selain dari kadar air juga dapat dilihat dari tanda-tanda luar tanaman yaitu menguningnya daun dan kelobot, biji berwarna kuning emas, mengkilat dan keras (untuk jagung kuning).
Nitrogen dalam Tanah dan Tanaman
Pada umumnya nitrogen diserap oleh tumbuhan dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-), tetapi nitrat yang terserap segera direduksi menjadi
amonium melalui enzim yang mengandung molybdenum (Hardjowigeno 2007). Ion-ion ammonium dan beberapa karbohidrat mengalami sintesis diubah menjadi asam amino, terutama terjadi dalam hijau daun. Dengan demikian, apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih lebar, sehingga fotosintesis lebih banyak. Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang tersedia bagi proses fotosintesis secara kasar sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan.
Pengaruh nitrogen dalam penambahan pertumbuhan daun tidak hanya pada daun semata-mata sebab semakin tinggi pemberian nitrogen, semakin cepat sintesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma.
Fosfor dalam Tanah dan Tanaman
5
Kalium dalam Tanah dan Tanaman
Menurut Russel (1973) kalium memiliki peran yang sangat penting dalam proses fotosintesis, sebab apabila terjadi kekurangan kalium dalam daun, maka kecepatan asimilasi karbon dioksida (CO2) akan menurun. Kalium berperan
membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buah-buahan.
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan dasar yang diambil dari alam dengan kandungan unsur hara tertentu. Pupuk organik merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk organik banyak mengandung bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
6
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 hingga November 2014 yang diawali dengan percobaan lapang di kebun percobaan University Farm Cikabayan IPB Cikabayan, Darmaga. Analisis tanaman dilakukan di Laboratorim Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, Kampus IPB Darmaga.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis varietas jagung manis Seleksi Dramaga III (SD III), pupuk Urea, SP-36, KCl, pupuk organik, serta bahan-bahan kimia untuk analisis tanaman. Alat yang digunakan dalam percobaan lapang adalah cangkul, tali raffia, tugal, ember, meteran, label percobaan, ajir contoh, plastik, timbangan, alat tulis sedangkan alat yang digunakan di laboratorium adalah labu kjeldhal atau tabung disgestasi, tabung reaksi, spektrofotometer, flamefotometer, labu destilasi, pipet, buret dan
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan
Pertama-tama lahan diolah dengan menggunakan traktor tangan kemudian dibuat petakan dengan ukuran 10.4 m x 2.4 m disiapkan sebanyak 36 petak untuk 12 perlakuan dan 3 ulangan.
Rancangan Percobaan dan Perlakuan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan Faktorial Acak Kelompok dengan dua faktor perlakuan :
Faktor 1 : Pupuk Organik (O) dengan 3 taraf, yaitu : O0 : 0 t/ha (kontrol)
O1 : 2.5t/ha (6.25 kg/petak)
O2 : 5 t/ha (12.5 kg/petak) sebagai dosis standar
Faktor 2: Pupuk NPK (P) dengan 4 taraf, yaitu : P0 : 0% NPK (Kontrol)
P1 : 50% dosis standar pupuk NPK
P2 : 75% dosis standar pupuk NPK
7
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Faktorial Acak Kelompok dengan model linier :
Yijk = µ + Ti +Aj+ Bk + (AB)jk +Eijk
Yijk = Hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i dengan
perlakuan pupuk organik taraf ke-j dan NPK pada taraf ke-k µ = Nilai Tengah
Ti = Efek blok ke-i
Aj = Efek dari pupuk organik taraf ke-j (O1, O2 dan O3)
Bk = Efek NPK pada taraf ke-k (P0, P1, P2 dan P3)
(AB)jk = Efek interaksi antara pupuk organik taraf ke-j dengan NPK pada taraf
ke-k
Eijk = Galat percobaan
Pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan uji jarak Duncan dengan taraf 5 %.
Penanaman
Tanaman indikator pada percobaan ini adalah jagung manis. Sebanyak 2 butir benih jagung manis/lubang ditanam dengan cara ditugal pada jarak tanam 80 cm x 40 cm.
Pemupukan
Aplikasi pupuk organik dan NPK diberikan pada waktu yang berbeda. Pupuk organik diberikan satu minggu sebelum tanam dengan cara ditebar pada jalur tanaman dan diaduk rata. Pemupukan SP-36 sebagai sumber P dan KCl sebagai sumber K hanya diberikan satu kali pada saat tanam. Pemupukan Urea sebagai sumber N diberikan dua kali yaitu pada saat tanam umur 1 minggu setelah tanam (MST) dan umur 4 MST masing-masing setengah dosis dari dosis yang telah ditentukan (Tabel 1). Perlakuan pupuk organik dalam penelitian ini yaitu O0=0 t/ha, O1= 2.5 t/ha dan O2= 5 t/ha sedangkan dosis standar pupuk NPK untuk
8
Tabel 1. Perlakuan pupuk oganik dan NPK yang diberikan per petak percobaan
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman, penyiangan gulma, dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan mengganti benih yang tidak tumbuh. Penyiangan dilakukan saat kondisi gulma yang tumbuh cukup banyak, sedangkan pembumbunan dilakukan 4 MST dengan cara menimbun perakaran tanaman dengan tanah agar tanaman tidak mudah tumbang dan patah oleh pengaruh cuaca, serta dilakukan pengendalian hama dikarenakan daun jagung banyak yang dimakan oleh ulat.
Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi jagung 4 minggu setelah tanam (MST), 6 MST dan 8 MST serta produksi jagung yaitu bobot tongkol dan brangkasan jagung.
Pemanenan
9
Analisis laboratorium
Analisis daun yang dilakukan meliputi: kadar Nitrogen (%), Fosfor (%) dan Kalium (%) dengan metode pengabuan basah dengan larutan H2SO4 dan
H2O2.
RAE (Relative Agronomic Effectiveness)
Perhitungan RAE menunjukkan perbandingan persentase suatu hasil produksi yang diperoleh pada perlakuan pemupukan dengan perlakuan pupuk tertentu bila dibandingkan dengan pupuk standar. Adapun rumus perhitungan RAE yaitu sebagai berikut :
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Jagung
Hasil Analisis Ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung umur 8 minggu setelah tanam (MST) sedangkan pupuk organik dan kombinasi pupuk organik dan NPK tidak nyata. Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk NPK terhadap tinggi jagung manis disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh tunggal pupuk organik dan NPK terhadap tinggi jagung manis umur 8 MST
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan tanpa pupuk NPK memiliki tinggi tanaman paling rendah yaitu P0 =164 cm, sedangkan paling tinggi
adalah perlakuan pupuk NPK standart (1 x dosis standar) yaitu pada perlakuan P3
=222 cm. Pada perlakuan P3 dosis pupuk yang ditambahkan adalah 1 dosis standar
NPK (250 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha dan 200 kg KCl/ha) sehingga tinggi tanaman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0 atau tanpa pupuk
NPK. Pada perlakuan NPK pada dosis P1, P2 dan P3, diduga hara dalam tanah
lebih tersedia sehingga lebih mendukung pertumbuhan jagung manis. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman membutuhkan pasokan unsur hara yang cukup khususnya pupuk N, P dan K selama pertumbuhannya.
Produksi Jagung (Bobot Tongkol dengan Kelobot)
Hasil analisis Ragam (Lampiran 2) perlakuan pupuk organik, pupuk NPK dan kombinasi pupuk organik dan NPK berpengaruh sangat nyata pada variabel bobot tongkol.
Tabel 3. Pengaruh interaksi pupuk organik (O) dan pupuk NPK (P) terhadap produksi Jagung layak jual (Tongkol dengan Kelobot)
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan
11 Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (O0P0) memiliki hasil
paling rendah yaitu 0.74 kg/petak. Setelah ditambahkan pupuk organik hasil uji Duncan menunjukkan adanya peningkatan produksi yang berbeda nyata untuk setiap perlakuan dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk. Hasil produksi paling tinggi yaitu pada perlakuan kombinasi pupuk organik dengan pupuk NPK yaitu O2P3=10.75 kg/petak yang mendapatkan pupuk setara dengan 5 ton/ha
pupuk organik, 250 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha dan 200 kg KCl/ha.
Setiap perlakuan berbeda nyata dengan kontrol (O0P0), perlakuan O0P1
tidak berbeda nyata dengan O1P0, tetapi berbeda nyata lebih rendah dari perlakuan
yang lain kecuali dengan perlakuan O1P0 dan O0P2. Hal tersebut karena
tampaknya penambahan pupuk organik saja tidak cukup dalam meningkatkan produksi jagung. Setiap peningkatan dosis pupuk NPK meningkatkan bobot tongkol jagung, demikian juga setiap peningkatan dosis pupuk organik. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik dan pupuk NPK dapat saling melengkapi dalam meningkatkan bobot tongkol.
Perlakuan pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk NPK meningkatka bobot tongkol dengan bertambahnya dosis pupuk yang ditambahkan seperti pada perlakuan O0P2 dengan dosis pupuk 75% dosis NPK standar
menghasilkan nilai produksi sebesar 7.35 kg/petak, dan perlakuan O2P3 dengan
dosis pupuk 100% NPK standar menghasilkan produksi sebesar 10.75 kg/petak. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pemberian bahan organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produksi jagung (Djuniwati et al. 2003; Banuwa et al. 2008).
Biomas Kering
Hasil analisis ragam pengaruh pupuk organik dan pupuk NPK terhadap bobot biomas tanaman (Lampiran 3) menunjukkan perlakuan pupuk organik, pupuk NPK dan kombinasinya berpengaruh sangat nyata terhadap bobot biomas kering.
Tabel 4. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dan Kombinasinya dengan Pupuk NPK terhadap bobot Biomas Kering
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan
Hasil uji Duncan pengaruh pupuk organik dan pupuk NPK terhadap biomas kering (Tabel 4) menunjukkan bahwa sertiap perlakuan berbeda nyata dengan perlakuan control (O0P0). Perlakuan O0P1 nyata lebih tinggi dari kontrol
tetapi nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Setiap peningkatan dosis pupuk NPK menimbulkan peningkatan bobot biomas kering, demikian juga
12
pada setiap peningkatan dosis pupuk organik. Perlakuan dengan biomas kering terendah adalah perlakuan kontrol, (O0P0) yaitu 0.83 g/petak dan yang
tertinggi adalah perlakuan O2P3 yaitu 10.32 g/petak. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa semakin tinggi pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk NPK yang ditambahkan semakin tinggi bobot biomas yang dihasilkan.
Serapan Hara N, P, dan K Jagung Manis
Hasil analisis ragam (Lampiran 4, 5, dan 6) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata pada serapan N dan K jagung manis sedangkan pada serapan P tidak nyata. Hasil uji Duncan pengaruh penambahan pupuk organik dan pupuk NPK terhadap serapan N dan K disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa Perlakuan pupuk NPK meningkatkan nilai serapan N dan K berturut-turut paling tinggi adalah perlakuan P3 yaitu 75.99
g/petak dan P2 yaitu 32.52 g/petak sedangkan nilai serapan N dan K paling rendah
adalah perlakuan P0 berturut-turut yaitu 42.39 g/petak dan 22.06 g/petak.
Tabel 5. Pengaruh Tunggal pupuk NPK terhadap serapan N, dan K Jagung Manis
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan
Dari hasil uji pengaruh tunggal pupuk NPK terhadap serapan hara, perlakuan tidak berpengaruh nyata pada serapan P karena, di dalam tanah P terdapat dalam berbagai bentuk persenyawaan yang sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman. Sebagian besar pupuk yang diberikan ke dalam tanah, tidak dapat digunakan tanaman karena diduga bereaksi dengan bahan tanah lainnya, sehingga menjadi tidak tersedia.
RAE (Relative Agronomic Effectiveness)
Efektivitas Relatif Agronomi (RAE) dihitung berdasarkan bobot tongkol jagung dan hasilnya disajikan pada Gambar 1.
Perlakuan Serapan N Perlakuan Serapan K
g/petak g/petak
P0 42.39b P0 22.06b
P1 60.06a P1 30.66a
P2 62.00a P2 32.52a
13
Gambar 1 Grafik RAE pengaruh penambahan pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk NPK pada produksi bobot tongkol jagung dengan kelobot
Dalam penelitian ini sebagai standar adalah petak yang mendapatkan perlakuan pupuk NPK secara tunggal, sehingga perlakuan lain dibandingkan dengan perlakuan ini. Hasil perhitungan RAE untuk setiap perlakuan yang dicobakan diketahui bahwa perlakuan pupuk organik dalam kombinasi pupuk NPK menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan pupuk NPK saja. Pada perlakuan O2P3 menunjukkan nilai RAE paling tinggi yaitu
116%, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan standar dan perlakuan yang lain. Hal ini berarati produksi petak perlakuan O2P3 16% lebih tinggi
dibandingkan petak standar. Berdasarkan grafik RAE peningkatan perlakuan dari O1P3 ke O2P3 mengalami kenaikan nilai RAE sebesar 10% sedangkan dari
perlakuan O1P2 ke O1P3 mengalami penurunan nilai RAE sebesar 1% yang
14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Perlakuan pupuk N P K secara tunggal dapat meningkatkan tinggi tanaman sementara perlakuan pupuk organik tunggal, tanpa kombinasi dengan pupuk mineral tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
2. Perlakuan pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk NPK mampu meningkatkan bobot tongkol dan bobot biomas kering.
3. Pupuk NPK mampu meningkatkan serapan N dan K biomas tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan serapan P
4. Kombinasi perlakuan pupuk organik dan pupuk NPK berdasarkan hasil analisis RAE, memiliki efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar.
Saran
1. Perlu dilakukan pengembalian sisa tanaman ke lahan untuk menghasilkan bahan organik tanah.
15
DAFTAR PUSTAKA
[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2014. Hasil Analisis Contoh Pupuk Organik. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.
Banuwa IS, MA Ulung, M Utomo. 2003. Pengaruh pemberian sisor (night soil) terhadap serapan NPK dan hasil tanaman jagung ( Zea Mays L). J Tanah Trop. 16: 111-113
Djuniwati S, Hartono A, Indriyati LT. 2003. Pengaruh bahan organik (Pueraria javanica) dan fosfat alam terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung (Zea Mays) pada Andisol Pasir Sarongge.J Tanah dan Lingkungan.5: 16-22.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Mediyatama Sarana Perkasa. Hermawan A. 2002. Pemberian kompos isi rumen abu sekam padi dan pupuk
NPK terhadap beberapa karakteristik kimia tanah Ultisols dan keragaan tanaman kedelai. J. Tanah Trop. 15: 7-13.
Jackson ML. 1958.Soil Chemical Analysis.Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. NJ. p 498.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta (ID) : UI-Press.
Leiwakabessy FM, Wahjudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. nitrogen use efficiency In Maize research for stress environment. p 39-43. Soepardi G. 1977. Masalah Kesuburan Tanah dan Pupuk. Bogor (ID):
Departemen Ilmu Tanah IPB.
Subandi M, Syam, Widjono A. 1998. Jagung. Bogor (ID):Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. hlm 422
Sudjana A, Rifin A, dan Sudjadi M. 1978. Jagung. Bogor (ID): Buletin Teknik No. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.hlm 42 hlm.
Sugito Y, Nuraini Y, Nihayati E. 1995. Sistem Pertanian Organik. Malang (ID): Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. p.40-79.
16
17 Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST
Lampiran 2.Hasil Analisis Ragam Terhadap Produksi Tongkol
Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Terhadap Biomas Kering
18
Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Terhadap Serapan P
19
Lampiran 7. Hasil Analisis Contoh Pupuk Organik
Sumber: Balai Penelitian Tanah 2014
Keterangan : *tidak termasuk ruang lingkup akreditasi Td (tidak terdeteksi)
Limit Deteksi Hg : 0.4 pb
Lampiran 8. Hasil Uji Mutu Pupuk Organik ‘ORGAMIC’
20
(Gambar 1.Persiapan Lahan Blok 1 dan 2) (Gambar 2. Persiapan Lahan Blok 3)
(Gambar 3. Pupuk Organik) (Gambar 4. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl)
( a) (b)
21
(Gambar 6.Tanaman 1 MST) (Gambar 7. Tanaman 4 MST)
(Gambar 8. Penyiangan) (Gambar 9. Pembumbunan)
22
23
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kab.Kep.Mentawai Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 15 Mei 1992 dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Horma Bilsan Saleleubaja dan Sartina Sababalat. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 13 Tuapejat-Sipora Mentawai pada tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 02 Tuapejat-Sipora dan lulus tahun 2007. Setelah itu, Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 02 Tuapejat-Sipora dari tahun 2007 sampai 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).