• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Pengembangan Usaha Perikanan Karang Di Kota Sabang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Pengembangan Usaha Perikanan Karang Di Kota Sabang"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN KARANG

DI KOTA SABANG PROVINSI ACEH

IMELDA AGUSTINA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pola Pengembangan Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

IMELDA AGUSTINA. Pola Pengembangan Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang. Dibimbing oleh MUSTARUDDIN, NIMMI ZULBAINARNI dan JOHN HALUAN.

Pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang belum berjalan efektif. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai pemikiran agar usaha perikanan karang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan terutama nelayan kecil. Namun pengembangan disektor perikanan karang masih memiliki peluang besar, terutama yang berbasis pada komoditas unggulan. Penelitian ini bertujuan untuk, menentukan penangkapan usaha perikanan karang yang unggul berdasarkan aspek teknis, lingkungan dan sosial ekonomi, menganalisis kelayakan finansial dan merumuskan strategi pengembangan usaha perikanan karang.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sabang, waktu penelitian pada bulan Oktober-November 2015. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan perangkat analisis antara lain metode skoring, finansial dan analisis SWOT. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan di lapang berkaitan dengan pengembangan perikanan karang. Sedangkan data sekunder berasal dari instansi yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Sabang.

Hasil kajian menujukkan bahwa analisis untuk jenis usaha penangkapan ikan karang unggulan dari gabungan teknik, lingkungan dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di perairan Kota Sabang adalah pancing (VA gab=2,000) dan ,bubu (VA gab= 0,757).

Dari analisis finansial pada alat tangkap pancing diperoleh hasil Net Present Value bernilai positif sebesar Rp 64.374.546-, Internal Rate of Return sebesar 28% , B/C ratio sebesar 3,86, sehingga usaha perikanan karang pada alat tangkap pancing dikatakan layak untuk dikembangkan di Kota Sabang. Dari hasil analisis SWOT untuk mengoptimalkan pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang, maka didapatkan strategi-strategi usaha pengembangan perikanan karang yaitu meningkatkan kapasitas produksi, memperbaiki mutu terhadap ekspor, mengembangkan alat tangkap unggulan, melakukan konservasi terumbu karang, memanfaatkan tenaga penyuluh, mengundang investor, meningkatkan pengawasan investasi.

(5)

SUMMARY

IMELDA AGUSTINA. Reef Fishery Fishing Effort Development Pattern in Kota Sabang, Aceh Province. Supervised by MUSTARUDDIN, NIMMI ZULBAINARNI and JOHN HALUAN.

Reef fishery business development in Kota Sabang has not run effectively yet. This condition will grow some thinking in order to the reef fishery able to increase a fisher welfare especially for traditional fisher. Nevertheless, development in the reef fishery have still big opportunity on the prime commodities.

This research aimed to analyze the types of prime commodities , determine best fishing activity based on technic, environtment and social economic aspects, analyze feasibility financial and formulate the bussiness development strategy of reef fishery. Research and analyze methods had been done and data used in this research were primarly and secondary. The primarly data were strategy, weakness, opportunity and threat which came from observation and the fisher directly. The secondary data was production number and price which came from the district official of marine and fisheries affair. This result showed of best fishing activity was hand line (VA gab=2,000) dan bubu (VA gab= 0,757).

Based on the feasibility financial calculation, the hand line autocomes with NPV Rp 64.374.546-, IRR 28% and B/C ratio 3,86. The bussiness development strategy is suggested to be developing production capacity, repairing the fish quality for export, developing the best fishing activity (hand line), doing the reef conservation, utilyzing the fishery instructor, inviting the investor and increasing the investment control.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

PRAKATA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

POLA PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN KARANG

DI KOTA SABANG PROVINSI ACEH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Oktober, dengan judul Pengembangan Usaha Perikanan Karang Kota Sabang Provinsi Aceh.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Mustaruddin, S.TP. Dr. Nimmi Zulbainarni, S. Pi., M.Si dam Prof. Dr.Ir. John Haluan M. Sc. selaku Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan. Semoga proposal ini dapat menjadi panduan penulis dalam melakukan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen dan staf pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Laut yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama menempuh pendidikan di IPB;

2. Keluarga besar di Sabang ayahanda Imran Ibrahim dan ibunda Asdewi Alida, S.Pd serta keluarga penulis Taufik Abdillah dan Farisha Maulidina atas motivasi yang diberikan selama ini; dan

3. Teman-teman seperjuangan Yulia, Auliya, Ratu serta keluarga kemuning 25 dan teman-teman TPL 2014 atas kebersamaan yang terjalin erat selama ini.

Penulis berharap tesis ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para pembaca. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan isi tesis. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Kerangka Pemikiran 4

2 METODE 5 Waktu dan Tempat Penelitian 5

Jenis dan Sumber Data 5

Metode Penelitian 6

Analisis Skooring 6

Analisis Finansial 7

Analisis Pengembangan Perikanan Karang (SWOT) 10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Analisis Skoring 12

Penilaian Aspek Teknik 12

Penilaian Aspek Lingkungan 13

Penilaian Aspek Sosial Ekonomi 14

Gabungan Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial Ekonomi 15

Analisis Finansial 17

Biaya Investasi Usaha Pancing 17

Biaya Operasional Usaha Pancing 18

Penerimaan Usaha Pancing 18

Analisis Kelayakan Finansial 19

Strategi Pengembangan Perikanan Karang (SWOT) 20

Identifikasi Faktor Internal 20

Kekuatan 20

Kelemahan 21

Identifikasi Faktor Eksternal 22

Peluang 22

Ancaman 23

4 SIMPULAN DAN SARAN 31 Simpulan 31

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 36

(12)

DAFTAR TABEL

1 Produksi ikan karang 2

2 Nilai produksi ikan karang 2

3 Matriks faktor strategi internal (IFAS) 10

4 Matriks faktor strategi eksternal (EFAS) 10

5 Matriks SWOT 11

6 Penilaian aspek teknik 12

7 Standarisasi penilaian aspek teknik` 12

8 Penilaian aspek lingkungan 13

9 Standarisasi aspek lingkungan 14

10 Penilaian aspek sosial ekonomi 15

11 Standarisasi aspek sosial ekonomi 15

12 Gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi 16 13 Standarisasi gabungan teknik, lingkungan dan sosial ekonomi 16

14 Biaya invesati usaha pancing 17

15 Biaya operasional pancing 18

16 Penerimaan usaha perikanan karang di Kota Sabang 19

17 Finansial usaha penangkapan pancing 19

18 IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) usaha perikanan

karang di Kota Sabang 22

19 EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary) usaha perikanan

karang di Kota Sabang 24

20 Matriks SWOT pada usaha pengembangan perikanan karang di Kota

Sabang 25

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penilitian 4

2 Gambar peta Kota Sabang 5

3 Jenis-jenis ikan karang 48

4 Jenis-jenis alat penangkapan ikan karang 49

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran 1 Nilai rata-rata aspek teknik 36

2 Lampiran 2 Nilai rata-rata aspek lingkungan 37

3 Lampiran 3 Nilai rata-rata aspek sosial ekonomi 39 4 Lampiran 4 Biaya investasi usaha perikanan karang 40 5 Lampiran 5 Biaya perawatan usaha perikanan karang 40 6 Lampiran 6 Operasional usaha perikanan karang 41 7 lampiran 7 Penerimaan usaha perikanan karang 42

8 Lampiran 8 Analisis finansial pancing 43

(13)

DAFTAR ISTILAH

1 SLIN : Sistem Logistik Ikan Nasional 2 Hand Line : Alat Tangkap Pancing

3 Tondak : Alat Tangkap Panah Ikan 4 Bubu : Alat Perangkap Ikan 5 NPV : Net Present Value 6 B/C ratio : Benefit-cost Ratio 7 IRR : Internal Rate of Return 8 IFAS : Faktor Strategi Internal 9 EFAS : Faktor Strategi Eksternal

10 SWOT : Strategi Weakness Opportunities Threat)

11 CCRF : Code of Conduct for Responsible Fisheries

(14)
(15)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas ikan karang merupakan ikan target di Kota Sabang yang permintaan ekspornya (Singapura dan Hongkong) cenderung meningkat dari tahun ketahun. Peningkatan tersebut dominan karena kelimpahan ikan karang terutama di kawasan terunbu karang yang masuk kawasan konservasi Sabang. Manfaat penting dari keberadaan daerah konservasi ikan karang tersebut adalah dapat melindungi habitat ikan karang dan menjamin mata pencaharian bagi nelayan di Kota Sabang. Usaha penangkapan ikan karang berdampak positif secara ekonomi bagi masyarakat. Salah satu jenis ikan karang yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan adalah ikan kerapu. Ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta memilih peluang pasar dalam dan luar negeri yang sangat baik. Permintaan pasar internasional akan ikan kerapu yang terus meningkat, memberikan peluang besar bagi pengembangan usaha penagkapan ikan karang di Kota Sabang (Kordi 2001).

Saat ini, pemanfaatan sumberdaya ikan karang di Kota Sabang masih terbatas pada usaha penangkapan yang dikembangkan dengan skala kecil. Usaha penangkapan yang dikelola dan dilengkapi dengan peralatan pendukung yang memadai dapat menjamin kontinyuitas produksi ikan. Selain dapat meningkatkan volume dan nilai ekspor, peningkatan produksi juga dapat menjamin ketersesediaan sumber protein hewani bagi masyarakat (Mayunar 1996).

(16)

2

Tabel 1 Produksi ikan karang Jumlah Produksi (Kg)

Jenis Ikan Karang 2010 2011 2012 2013 2014

Ikan Kerapu Macan 81.821 26.025 45.200 18.636 18.900 Ikan kerapu Tikus 68.435 54.559 25.100 16.226 16.900 Ikan Kerapu sunuk Merah 77.493 36.805 21.800 14.324 16.266 Ikan mata merah 45.833 26.236 24.563 12.800 12.992 Sumber: Dinas Kelautan dan Kota Sabang 2015

Berdasarkan Tabel 1 hasil tangkapan tersebut cukup fluktuatif, namun pada tahun terakhir (2014) meningkat kembali. Hasl ini merupakan indikasi adanya peluang untuk pengembangan lanjut kegiatan perikanan karang di Kota Sabang.Untuk melihat, nilai produksi hasil tangkapan setiap jenis ikan di setiap tahun selama 2 tahun (2010-2014).

Tabel 2 Nilai produksi ikan karang

Usaha penangkapan ikan merupakan kegiatan utama pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan. Adapun usaha penangkapan ikan yang dominan dilakukan dalam menangkap ikan karang di Kota Sabang, adalah pancing(hand line),tondak (alat penembak ikan) dan bubu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga dilakukan penyeleksian terhadap unit penangkapan ikan yang tepat unit penangkapan ikan karang di Kota Sabang.

Usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang belum berjalan efektif. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai pemikiran agar usaha perikanan karang yang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan terutama nelayan kecil. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan usaha perikanan karang sehingga potensi perikan karang dapat dimanfaatkan secara baik dan berkelanjutan. Pemanfaatan potensi sumberdaya karang kecil banyak dilakukan oleh nelayan umumnya tetapi belum memberikan hasil maksimal yang dapat meningkat kesejahteraan mereka. Usaha tersebut masih banyak terkendala dengan berbagai masalah antara lain masalah seperti alat tangkap yang kurang tepat, fasilitas penangkapan yang sangat sederhana, nelayan belum terampil dalam mengoperasikan unit penangkapan, pasar dan kelembagaan nelayan belum berjalan dengan baik sehingga usaha tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Mengacu pada penelitian (Budiman 2014), usaha penangkapan ikan merupakan kegiatan ekonomi yang dipengaruhi oleh faktor produksi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal dan biaya pengeluaran untuk melihat nilai usaha pada perikanan karang yang dapat dikembangkan, sehingga dilihat dari hasil pengeluaran dan pemasukan yang didapat apakah usaha tersebut layak dikembangkan

Jenis Ikan Karang Nilai Produksi (Rp)

2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata %

Ikan kerapu macan 2.118.024 188.775.000 1.626.688.000 484.536.000 567.000.000 573.823.405 30% Ikan kerapu tikus 2.175.000 1.884.372.000 409.184.000 194.712.000 202.800.000 538.648.600 20% Ikan kerapu sunuk

merah 2.346.656 2.439.830.000 174.400.000 200.536.000 325.320.000 628.486.531 35% Ikan mata merah 1.145.825 183.652.000 171.941.000 307.200.000 389.760.000 210.739.765 15%

(17)

3 Kondisi keuangan suatu usaha biasanya dilihat dari kriteria Net Present value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit-cost Ratio (B/C ratio). Suatu usaha perikanan tangkap akan dikatakan sehat dan dapat dikembangkan lebih lanjut apabila hasil analisis keuangannya menunjukkan NPV>0, IRR lebih besar dari suku bunga (interest rate) yang berlaku dan B/C ratio>1 .

Perumusan Masalah

Kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan karang terutama untuk jenis ikan karang di Kota Sabang diperkirakan belum berjalan optimal terutama untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang bertanggungjawab dan berorientasi pada kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dikaji untuk mengoptimalkan usaha perikanan karang, yaitu:

1. Unit penangkapan yang tepat untuk menangkap ikan karang dikaitkan dengan kondisi perairan Kota Sabang belum diketahui secara pasti

2. Usaha penangkapan ikan karang masih belum dapat mengangkat kesejahteraan nelayan. Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan apakah usaha tersebut layak dikembangkan secara finansial.

3. Bagaimana strategi untuk kebijakan pengembangan ikan karang agar usaha penangkapan ikan karang berjalan efektif.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Adapun tujuan khusus penelitian adalah :

1. Menentukan usaha penangkapan pada ikan karang yang unggul berdasarkan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang .

3. Merumuskan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan khususnya pelaku usaha perikanan karang di Kota Sabang terkait kepentingan :

1. Menentukan unit penangkapan ikan karang yang tepat di perairan laut Sabang.

2. Tersedianya informasi data finansial, kelayakan pengembangan usaha penangkapan ikan karang, dan jenis unit penangkapan yang layak.

(18)

4

Kerangka Pemikiran

Potensi sumberdaya perikanan memiliki prospek yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan demi tercapainya tingkat pendapatan dan kesajahteraan bagi masyarakat, khususnya nelayan. Salah satu jenis komoditi perikanan yang dirintis untuk meningkatkan pendapatan adalah perikanan karang dimana ikan karang ini merupakan salah satu jenis komoditi yang dapat untuk disesuaikan sehingga ikan karang ini memiliki harga jual yang tinggi baik di pasar lokal maupun di pasar internasional. Permasalahan pada perikanan karang di Kota Sabang yaitu unit penangkapan yang belum langka, belum dapat mengangkat kesejahteraan nelayan dan belum ada kebijakan untuk pengembangan perikanan karang yang efektif.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kondisi umum Kota Sabang

- Produksi ikan karang (kerapu macan, kerapu tikus, kerapu sunuk merah dan mata merah)

- Permintaan ekspor (Singapura dan Hongkong) - Alat tangkap ikan karang (pancing, bubu dan Tondak)

Permasalahan yang dihadapi

- Unit Penangkapan ikan karang yang tepat belum diketahui

- Usaha penangkapan ikan karang belum dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan

- Kebijakan pengembangan ikan karang belum berjalan efektif

Analisis skooring - Aspek teknik - Aspek lingkungan - Aspek sosial

ekonomi

Analisis finansial - NPV - IRR - B/C ratio

Analisis SWOT - Matriks IFAS - Matriks EFAS - Matriks SWOT

Alat tangkap unggulan Usaha yang layak Strategi pengembangan

(19)

5

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sabang Provinsi Aceh pada bulan Oktober dan November 2015. Kota Sabang menjadi tempat pengembangan usaha perikanan karang.

Gambar 2 Peta Kota Sabang

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan di lapangan berkaitan dengan pengembangan perikanan karang serta alat tangkap yang digunakan nelayan. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Sabang dan isntansi terkait lainnya.

Adapun rincian data yang dikumpulkan, baik dari jenis data primer maupun data sekunder adalah:

1). Data ikan karang di Kota Sabang diantaranya meliputi jenis ikan karang hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan, dan upaya penangkapan.

2). Data terkait dengan unit penangkapan ikan karang yang tepat berdasarkan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi. wanwancara dan kusioner dengan analisis skoring.

3). Data terkait analisis finansial ikan karang di Kota Sabang Provinsi Aceh.

(20)

6

Metode Penelitian

Metode pada penelitian ini yaitu metode pengumpulan data primer dengan cara wawancara dan pembagian kusioner . Data yang dikumpulkan langsung untuk analisis skoring, analisis finansial dan analisis SWOT. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan metode purposive sampling, bertujuan untuk memilih responden yang benar-benar mengerti dan paham maksud dan tujuan dari penelitian. responden yang mewakili sampel populasi nelayan sebagai pelaku usaha perikanan karang kelompok nelayan setempat yang menguasai kondisi masyarakat nelayan setempat, staf dinas kelautan dan perikanan Kota Sabang, termasuk beberapa orang masyarakat dan penjual ikan. Pengumpulan data sekunder dengan cara telaah pustaka terhadap hasil studi literatur dan yang tersedia dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang untuk melihat nilai produksi Ikan karang yaitu ikan kerapu macan, ikan kerapu tikus, ikan kerapu sunu merah dan ikan mata merah selama lima tahun 2010-2014.

Analisis Skoring

Analisis skoring digunakan untuk menentukan unit penangkapan ikan karang yang tepat berdasarkan aspek teknik lingkungan dan sosial ekonomi di perairan Sabang.

Pada pemilihan alat tangkap yang umumnya digunakan di Kota Sabang adalah alat tangkap pancing dan tondak sedangkan alat tangkap bubu masih jarang digunakan oleh nelayan sehingga pada penelitian ini melihat apakah alat tangkap bubu dapat dikembangkan di Kota Sabang sehingga analisis skoring ini dapat melihat hasil alat tangkap yang baik digunakan untuk perikanan karang dan ramah terhadap lingkungan.

Pemilihan alat tangkap unggulan dilakukan dengan menggunakan standarisasi fungsi nilai (Kuntora & Listiarini 1983) dengan rumus sebagai berikut:

Dimana : Untuk V(X) = fungsi nilai dari variabel x, xo= nilai terburuk kriteriax; x1= nilai terbaik pada kriteria x; V(A)= Fungsi nilai dari alternatif A; Vi(Xi)= funsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i; xi= kriteria ke-i; i= 1, 2, 3,....,n.

(21)

7 Kriteria-Kriteria pada Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial ekonomi

Analisis ini dilakukan secara deskriptif untuk menyeleksi sifat keandalan teknologi dari unit penangkapan ikan karang dalam meminimalisir sifat destruktif terhadap sumberdaya ikan, ekosistem, lingkungan sekitar, dan masyarakat.

Pemberian skor terhadap kriteria terkait pada setiap aspek unit penangkapan ikan ini dilakukan menggunakan metode rating. Secara spesifik, skor yang diberikan untuk setiap kriteria dari setiap aspek unit penangkapan ikan karang ini mengacu pada kriteria-kriteria dari aspek. Skor yang diberikan berkisar antara 1–4, dimana semakin tinggi keandalandari aspek (destruksi unit penangkapan ikan rendah), maka semakin tinggi skor yang diberikan, dan bila sebaliknya (destruksi unit penangkapan ikan tinggi) maka semakin rendah skor yang diberikan.

Kriteria dan skor dalam analisis aspek teknologi unit penangkapan ikan karang

Pada kriteria aspek teknik kriteria yang dilihat adalah ukuran alat tangkap (Nomor alat tangkap), konguitas produksi, kelangkapan produksi yang diberikan range dari 1-4 dimana nilai 1 tidak ada (sangat rendah) dan nilai 4 sangat lengkap (tinggi), ukuran palka (kg/trip), kapasitas es (balok/trip) jumlah ABK (orang/unit), kekuatan mesin (PK), serta ukuran kapal (GT).

Kriteria dan skor dalam analisis aspek lingkungan penangkapan ikan karang Pada kriteria aspek lingkungan kriteria yang dilhat adalah selektivitas yang tinggi, keramahan terhadap lingkungan, kualitas hasil tangkapan, keamanan bagi nelayan, keamanan produk bagi konsumen, dampak pada biodiversity, keamanan bagi ikan-ikan yang dilindungi pada kriteria ini range yang diberikan 1-4 dimana nilai 1 tidak baik untuk setiap kriteria dan nilai 4 sangat baik untuk setiap kriteria dan kriteria selanjutnya adalah by catch rendah (kg/trip).

Kriteria dan skor dalam analisis aspek sosial ekonomi penangkapan ikan karang

Pada kriteria aspek sosial ekonomi kriteria yang dilhat adalah jumlah hasil tangkapan (kg/trip) pada kriteria ini tidak menggunakan rating hasil yang digunakan jumlah tangkapan yang dihasilkan oleh nelayan (kg/trip), tingkat keuntungan, tingkat investasi, kemandirian dalam pembuatan dan perawatan, daya beli rumah tangga nelayan, pemulihan kesehatan nelayan, dan mememnuhi peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dimanan range yang diberikan pada setiap kriteria adalah 1-4 dimana nilai 1 merupakan tidak baik (rendah) sedangka nilai 4 sangat baik.

Analisis Finansial

(22)

8

biaya-manfaat. Analisis ini melihat kelayakan usaha perikanan karang layak atau tidak untuk dilanjutkan. Adapun kriteria/parameter tersebut adalah Net Preset Value (NPV), Net Benefit–Cost Ratio (B/C ratio), Internal Rate of Return (IRR).

a. Analisis net present value (NPV)

Net Preset Value (NPV) digunakan untuk menilai manfaat investasi usaha perikanan karang yang merupakan jumlah nilai kini dari manfaat bersih dan dinyatakan dalam rupiah (Kasmir & Jakfar 2009).

Perhitungan Net Preset Value (NPV) menggunakan rumus :

∑ ( )

NPV>0 = investasi usaha perikanan karang tersebut layak sehingga menjadi pertimbangan positif untuk pengembangannya.

NPV<0 = investasi usaha perikanan karang tersebut tidak layak dilaksanakan, sehingga menjadi pertimbangan negatif dalam pengembangannya.

NPV=0 = investasi usaha perikanan karang tersebut hanya mengembalikan manfaat yang persis sama dengan tingkat socialopportunity cost of capital.

b. Analisis benefit-cost ratio (B/C ratio)

Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) merupakan perbandingan dimana present value sebagai pembilang terdiri atas total dari manfaat bersih investasi usahakarang yang bersifat positif, sedangkan sebagai penyebut terdiriatas persent value total yang bernilai negatif atau pada keadaan biaya kotor lebihbesar daripada manfaat kotor usaha perikanan karang tersebut.(Kasmir & Jakfar, 2009) Perhitungan Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) menggunakan rumus

B/C ratio =

Bt = benefit pada periode tertentu Ct = cost pada periode tertentu

(23)

9 B/C rasio>1= investasi usaha perikanan karang menguntungkan (NPV>0). B/Cratio< = investasi usaha perikanan karang tersebut layak sehingga

menjadi pertimbangan positif untuk pengembangannya. B/Cratio≤1= investasi usaha perikanan karang tersebut tidak layak

dilaksanakan, sehingga menjadi pertimbangan negatif bagi dukungan lembaga keuangan.

c. Analisis internal rate of return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suku bunga maksimal untuk sampai kepada NPV=0, jadi dalam keadaan batas untung rugi. Bila setiap manfaat yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha perikanan karang tersebut (Kasmir & Jakfar, 2009). Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) menggunakan rumus :

IRR= [

]

Keterangan :

i1 = interest rate yang menghasilkan NPV positif i2 = interest rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV pada discount rate i1

NPV2 = NPV pada discount rate i2 Bila:

IRR > dari interest rate (suku bunga) yang berlaku.

IRR sama dengan interest rate yang berlakumaka NPV usaha perikanan karang tersebut sama dengan 0 (nol). IRR < dari interest rate yang berlaku maka nilai NPV lebih kecil dari 0, berarti usaha perikanan karang tersebut tidak layak dilaksanakan dan ini menjadipertimbangan negative.

Beberapa asumsi yang digunakan dalam perkiraan cashflow usaha perikanan karang di Kota Sabang adalah sebagai berikut:

1. Umur proyek selama 10 tahun

2. Menggunakan discount factor 12% mengacu pada Bank Indonesia (2015) sesuai dengan tingkat bunga deposito 1 Tahun yaitu Bank Indonesia

3. Penerimaan hanya berasal dari penjualan hasil tangkapan;

4. Umur ekonomis untuk biaya penyusutan diasumsikan untuk kapal 10 tahun,mesin 5 tahun dan usaha penangkapan 2 tahun; dan

(24)

10

Analisis Pengembangan Perikanan Karang (SWOT)

Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan karang yang mendukung dengan mengidentifikasi fakator-faktor yang berpengaruh ada dua jenis faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Dan di analasis menggunakan matriks IFAS dan matriks EFAS untuk melihat strategi-strategi yang dapat dikembangkan agar pengembangan perikanan karang berjalan secara efektif

Tabel 3 Matriks faktor strategi internal

Faktor-faktor

(Weaknesess/W) Bobot kelemahan1 Ratingkelemahan 1 Ancaman 1 bobot kelemahan 2 Ratingkelemahan 2

Ancaman 2

Jumlah W C

D

Total (A+C) = 1 (B+D)

Tabel 4Matrik faktor strategi eksternal

(25)

11

Konsep Operasional

1. Ikan karangadalah salah satu jenis ikan bernilai ekonomis baik di pasaran lokal maupun internasional yang hidup di laut dan biasa dibudidayakan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) misalnya kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) dan kerapu lumpur/tikus (Cromileptesaltivelis)

2. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya

3. Pengembangan usaha adalah gambaran masa depan tentang usaha agribisnis ikan kerapu

4. Analisis SWOT adalah Analisis lingkungan ekstrenal dan internal yang berpengaruh pada pengembangan usaha budidaya ikan kerapu.

5. Faktor Internal adalah Faktor dari dalam kelompok usaha yang mencakup kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok usaha tersebut.

6. Faktor Ekstrenal adalah Faktor dari lingkungan di luar kelompok usaha baik lingkungan makro (kebudayaan, pendidikan, sosiologi, demografi, ekonomi, politik, hukum, SDA, pemerintah, dan tekhnologi) Maupun lingkungan mikro yaitu konsumen, pesaing, pemasok, lembaga keuangan, dan saluran distribusi.

7. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan dan kemampuan dalam pengembangan produk oleh unit usaha di pasaran.

8. Kelemahan adalah keterbatasan (kekurangan) dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan menjadi penghalang kinerja yang dapat menjadi penyebab terjadinya kerugian.

9. Peluang adalah perubahan yang dapat dilihat sebelumnya untuk waktu dekat, dimasa mendatang yang akan memberikan keuntungan bagi kegiatan usaha.

10. Ancaman adalah gejal-gejala yang merupakan dampak negatif atas keberhasilan usaha, namun umumnya berada di luar kendali usaha.

Tabel 5Analisis SWOT Eksternal

Internal

Peluang (O) Ancaman (T)

Kekuatan (S) Strategi SO

(kekuatan-peluang)

Strategi ST (kekuatan-ancaman)

Kelemahan (W) Strategi WO

(kelemahan-peluang)

(26)

12

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Skoring

Analisis skoring dilakukan terhadap aspek teknik, aspek lingkungan dan aspek sosial ekonomi. Analisis skoring diperlukan untuk mendapatkan urutan perioritas alat penangkapan yang terbaik.

Penilaian Aspek Teknik

Penilaian aspek teknik ini mendukung pemilihan usaha penangkapan yang tepat menggunakan pertimbangan-pertimbangan teknis yang berpengaruh, seperti ukuran alat tangkap, kontinyuitas produksi, kelengkapan peralatan, kapasitas palka, kapasitas muat es, penyerapan jumlah ABK, kapasitas mesin penggerak, ukuran armada. Analisis teknik ini sangat berkaitan dengan kelayakan pengoperasian usaha penangkapan ikan karang apakah termasuk efektif atau tidak bila dioperasikan. Tabel 6 menyajikan hasil penilaian aspek teknis usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang.

Tabel 6 Penilaian aspek teknik Usaha

Penangkapan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

Pancing 29 2,1 2,6 32,5 2,1 2,0 27,5 2,7

Tondak 1,4 1,7 2,3 25 1,3 1,5 23,5 2,5

Bubu 1,8 1,9 2,4 31,5 1,7 1,7 26,5 2,6

Keterangan:

X1 = Ukuran alat tangkap X2 = Kontinyuitas produksi

X3 = Kelengkapan peralatan produksi X4 = Ukuran palka

X5 = Kapasitas es X6 = Jumlah ABK

X7 = Kekuatan mesin (PK) X8 = Ukuran kapal (GT)

Hasil standarisasi dari penilaian aspek teknik tersebut disajikan pada Tabel7.

Tabel 7Standarisasi penilaian aspek teknik Usaha

Penangkapan V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 VA UP

Pancing 1,000 0,571 1,000 0,224 0,533 0,313 1,000 0,556 5,197 1 Tondak 0,000 0,000 0,727 0,000 0,000 0,000 0,836 0,000 1,563 3 Bubu 0,014 0,286 0,818 0,765 0,267 0,125 0,959 0,333 3,567 2 Keterangan :

(27)

13 Pancing merupakan usaha penangkapanyang paling unggul dari aspek teknik dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Pada kriteria ukuran alat tangkap, kelengkapan peralatan produksi serta kekuatan mesin (PK) menghasilkannilai yang tinggi sebesar 1,000 sehingga nilai VA dari pancing ( VA= 5,197). Operasi penangkapan ikan mudah dilaksanakan, organisasi usaha kecil dimana dengan modal sedikit usaha sudah dapat berjalan, syarat daerah penangkapan ikan relatif sedikit dan dapat dipilih dengan mudah, ikan yang tertangkap seekor demi seekor sehingga kesegarannya terjamin (Katimpali 2012).

Pancing merupakan usaha penangkapan yang memiliki nilai tertinggi dari aspek teknis karena usaha penangkapan ini memiliki range kedalaman operasi penangkapan yang cukup dalam dan dapat dioperasikan lebih lama dibandingkan dengan usaha penangkapan lain (Hergiyatno2013). Bubu merupakan usaha penangkapan unggulan kedua dari aspek teknik dikarenakan pada setiap kriteria yaitu ukuran alat tangkap,kontinguitas produksi, kelengkapan alat produksiukuran palka, kapasitas es, jumlah ABK, dan ukuran kapal(GT) menghasilkan nilai yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha penangkapan tondak sehingga nila VA dari bubu adalah (VA=3,567), dan pada alat tangkap unggulan ketigaadalah usaha penangkapan tondak (VA=1,563).

Penilaian Aspek Lingkungan

Penilaian aspek lingkungan usaha penangkapan perikanan karang di Kota Sabang menggunakan beberapa kriteria yaitu mempunyai selektivitas yang tinggi, tidak merusak habitat, by-catch rendah, dampak ke biodiversity rendah, dan tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi. Nilai yang dimasukkan pada tiap kriteria merupakan nilai rata-rata dari hasil penilaian responden. Penilaian aspek lingkungan ini penting untuk menyeleksi sifat ramah lingkungan dari alat tangkap perikanan karang.

Tabel 8 Penilaian aspek lingkungan

Keterangan :

X1 = Selektivitas yang tinggi

X2 = Keramahan terhadap lingkungan X3 = Kualitas hasil tangkapan

X4 = Keamanan bagi nelayan

X5 = Keamanan produk bagi konsumen X6 = By catch rendah

X7 = Dampak pada biodiversty

X8 = Keamanan bagi ikan-ikan yang dilindungi

Hasil standarisasi dari penilaian aspek lingkungan tersebut disajikan pada Tabel 9. Usaha

Penangkapan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

Pancing 3,4 3,2 3,7 3,5 3,8 1,3 3,8 3,7

Tondak 2,8 2,6 3 2,7 3,5 1,2 2,4 3,8

(28)

14

Tabel 9 Standarisasi aspek lingkungan Usaha

Penangkapan V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 VA UP

Pancing 1,000 1,000 1,000 0,170 1,000 0,043 1,000 0,929 6,142 1 Tondak 0,400 0,455 0,300 0,000 0,400 0,000 0,364 1,000 2,918 2 Bubu 0,300 1,000 0,000 0,128 0,000 0,000 0,455 0,429 2,311 3 Keterangan :

V1, V2, V3,V4, V5, V6, V7, V8 = fungsi nilai dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8

Pancing merupakan usaha penagkapan yanng paling unggul untukaspek lingkungan dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Pancing mempunyai selektivitas tinggi, keramahan terhadap habitat ikan , kualitas hasil tangkapan, keamananproduk bagikonsumen,dampak biodiversity menghailkan nilai tinggi sebesar 1,000 dan nilai VA dari pancing (6,142). Usaha penangkapan unggul yang kedua pada aspek lingkungan yaitu tondak di karenakan pada kriteria keamanan ikan-ikan yang dilindungi menghasilkan nilai yang tinggi sebesar 1,000 sehingga nilai VA dari Tondak (2,918). Usaha penangkapan unggul ketiga bubu menghasilkan nilai VA sebesar (2,311).Arimoto (1999), teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap yang tidak memberikan dampak lingkungan, tidak merusak dasar perairan (benthic disturbance). Kemungkinan hilangnya alat tangkap kecil, serta kontribusinya terhadap polusi rendah. karena tingkat selektivitas dan ramah lingkungan yang tinggi pada alat tangkap tersebut dan nilai investasinya juga realtif rendah atau terjangkau oleh kebanyakan masyarkat nelayan setempat, sehingga lebih diminati untuk dijadikan usaha (Akmaluddin2014). Namun kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia jauh lebih besar dampaknya dibandingkan kerusakan yang terjadi secara alamiah (Pet-Soede et al 2001)

Penilaian Aspek Sosial Ekonomi

(29)

15 Tabel 10 Penilaian aspek sosial ekonomi

Usaha

Penangkapan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Pancing 13 2,6 2,9 2,8 2,9 3 34

Tondak 7 2,6 3,7 2,6 3,2 3,4 2,8

Bubu 17,5 3,3 3,5 3,3 2,6 2,7 3,3

Keterangan :

X1 = Jumlah hasil tangkapan X2 = Tingkat keuntungan X3 = Tingkat Investasi

X4 = Kemandirian dalam pembuatan dan perawatan X5 = daya beli rumah tangga nelayan

X6 = Pemulihan kesehatan nelayan

X7 = Memenuhi peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku

Hasil standarisasi dari penilaian aspek sosial ekonomi tersebut disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11Standarisasi penilaian aspek sosial ekonomi Usaha

Penangkapan V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 VA

Pancing 0,273 0,000 0,000 0,182 0,300 0,300 1,000 2,055 Tondak 0,000 0,000 1,000 0,000 0,600 0,700 0,034 2,334 Bubu 0,477 0,875 0,750 0,636 0,000 0,000 0,050 2,788 Keterangan :

V1, V2, V3, V4, V5, V6, V7 = Fungsi nilai dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Pancing merupakan usaha penangkapan yang paling unggul dari aspek sosial ekonomi dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Pancing mempunyai nilai yang baik pada kriteria memenuhi peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku berjumlah nilai 1,00 tetapi pada kriteria yang lainnya menghasilkan nilai diatas 0.000 pada kriteria jumlah hasil tangkapan, tingkat keuntungan, tingkat investasi, kemandirian dalam pembuatan dan perawatan, daya beli rumah tangga nelayan, pemulihan kesehatan nelayan sehingga nilai VA pada pancing (VA=2,055). Usaha penangkapan urutan unggul kedua dan ketiga, yang unggul dari aspek ekonomi berturut-turut adalah bubu dan (VA=2,788) tondak (VA=2,334). Berdasarkan pertimbangan semua aspek pengembangan, maka nilai yang didapatkan setiap usaha penangkapan untuk setiap aspek perlu digabungankan. Bagian berikut akan menyajikan hasil analisis terkait penilaian gabungan semua aspek tersebut.

Gabungan Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial Ekonomi

(30)

16

bagian dari ekosistem perairan Indonesia. Selama ini potensi perikanan tersebut dan alat tangkap yang ada telah menjadi bagian dari kehidupan nelayan dan masyarakat Kota Sabang. Pemilihan alat tangkap yang terandalkan dari aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi yang akan diterapkan pada nelayan perikanan karang.

Tabel 12 Gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi Usaha X3 = Aspek sosial ekonomi

Gabungan penilaian tersebut memberi ilustrasi kelebihan dan kekurangan suatu alat tangkap dibandingkan dengan alat tangkap lainnya dalam mendukung perikanan karang di Kota Sabang.

Tabel 13 Standarisasi hasil penilaian gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi

Usaha

Penangkapan VA1 VA2 VA3 VA gab Prioritas

Pancing 1,000 1,000 0,000 2,000 1

Tondak 0,000 0,158 0,078 0,237 3

Bubu 0,551 0,000 0,205 0,757 2

Keterangan :

V1, V2, V3 = Fungsi nilai dari X1 = Aspek teknik, X2= Aspek lingkungan dan X3= Aspek sosial ekonomi

Berdasarkan Tabel 13 pancing merupakan usaha penangkapan yang paling unggul (prioritas 1) dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di Kota Sabang. Hal ini ditunjukan oleh fungsi nilai gabungan (VA gab=2,000) dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan, dan sosial ekonomi. Pancing merupakan alat tangkap digunakan oleh nelayan di Kota Sabang untuk menangkap ikan karang. Bubu merupakan usaha penangkapan unggulan kedua dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan, dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di Kota Sabang (VA gab= 0,757), alat tangkap ini dapat menjadi alternatif pilihan bila nelayan tidak tertarik menggunakan alat tangkap pancing. Tondak merupakan usaha penangkapan unggulan ketiga dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungani, dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di Kota (VA gab=0,237).

(31)

17 pengembangan teknologi penangkapan, maka dikhawatirkan akan terjadinya degradasi sumberdaya ikan yang signifikan ( Septifitri 2010).

Analisis Finansial

Analisis finansial perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengusahaan usaha perikanan karang yang dinyatakan unggul dari aspek teknik,lingkungan dan sosial ekonomi terutama dalam memberi manfaat finansial yang layak bagi nelayan dan pelaku perikanan lainnya di lokasi. Hasil analisis kelayakan secara finansial ini juga memberi informasi tentang prospek investasi yang dilakukan pada usaha perikanan karang tersebut, sehingga keputusan bisnis yang diambil lebih baik dalam mendukung pengembangan usaha perikanan karang dalam jangka panjang di Kota Sabang. Sedangkan usaha perikanan karang yang terpilih sebagai unggulan berdasarkan hasil analisis sebelumnya adalah pancing. Hasil analisis kelayakan usaha pancing ini akan diuraikan secara detail mulai dari kebutuhan biaya investasi, kebutuhan biaya operasional, penerimaan usaha, kelayakan dari nilai NPV, kelayakan dari nilai IRR, dan kelayakan dari nilai B/C ratio.

Biaya Investasi Usaha Pancing

Untuk mendukung pemanfaatan potensi perikanan karang yang berkelanjutan di Kota Sabang, usaha perikanan tangkap yang dikembangkan harus didukung dengan biaya investasi yang memadai. Pancing umumnya dikembangkan dalam skala menengah ke bawah di lokasi. Hal ini disamping karena nelayan hanya melakukan aktivitasnya sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan biaya investasi yang cukup.

Usaha penangkapan dengan alat tangkap dari jenis pancing, kapal dan alat tangkap masing-masing dibutuhkan satu unit tangkap tersebut. Alat pendukung penangkapan hanya cooler box Peralatan pendukung tersebut juga disiapkan bersamaan dengan pengadaan kapal dan alat tangkap.

Tabel 14 Biaya investasi usaha pancing

Alat Nilai (Rp)

Kapal (3-5 GT) 110.000.000 Mesin (23-32 PK) 40.000.000 Alat Tangkap (No. 8-10) 3.000.000 cooler box (50x30 cm) 2.500.000

Total 155.500.000

(32)

18

Biaya Operasional Usaha Pancing

Secara umum, usaha perikanan karang di Kota Sabang biasanya membutuhkan biaya operasional yang tidak terlalu besar karena dilakukan dalam skala kecil dan operasinya tidak melibatkan banyak orang. Biaya operasional harus tersedia setiap trip saat nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan. Di Kota Sabang, operasi penangkapan ikan menggunakan pancing ini dapat dilakukan sepanjang tahun baik pada musim puncak, biasa, maupun musim pacekelik.

Setiap jenis usaha penangkapan mempunyai jumlah trip tersendiri untuk beroperasi secara normal setiap tahunnya, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh jumlah hari dibutuhkan untuk setiap tripnya. Jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan untuk setiap trip operasi penangkapan ikan menggunakan pancing. ada musim puncak, kegiatan penangkapan dapat dilakukan lebih sering, sehingga trip penangkapan pada musim ini bisa lebih banyak, sedangkan pada musim paceklik hasil tangkapan sedikit sehingga nelayan jarang berangkat melaut (trip penangkapan sedikit).Setiap trip operasi tersebut membutuhkan biaya untuk pengadaan bahan kebutuhan operasi penangkapan yang terdiri dari solar atau bensin sebagai bahan bakar, umpan, oli, es, air bersih, dan perbekalan.

Tabel 15 Biaya operasional pancing

Bahan Volume Harga

Biaya Operasional (Rp/Tahun) Oli 47,05 liter 150.000 7.058.000 Solar 2950 liter 9500 25.025.000 pancing yaitu mencapai Rp 25.025.000 per tahun. Kebutuhan solar tersebut termasuk banyak karena daerah penangkapan yang jauh.Olidigunakan untuk mendukung operasi kapal ke/dari lokasi daerah penangkapan (fishing ground) yang kebutuhannya bervariasi setiap usaha perikanan karang. Kebutuhan biaya operasional untuk oli bagi usaha pancing adalah Rp 7.058.000 per tahun.Oli ini menjadi pelumas mesin yang intensif digunakan dalam operasi penangkapan ikan.Penggunaan air bersih, es dan perbekalan dalam operasi penangkapan menggunakan pancing termasuk besar mengingat waktu operasi yang membutuhkan waktu berjam-jam.

Penerimaan Usaha Pancing

(33)

19 setiap trip operasi penangkapan. Jenis karang yang ditangkap oleh usaha penangkapan tersebut di Kota Sabang sama.

Tabel 16 Penerimaan usaha perikanan karang di Kota Sabang Nama Ikan

Tabel 16 menunjukkan total penerimaan yang termasuk tinggi didapatkan oleh usaha perikanan pancing pada ikan kerapu sebesar Rp 62.400.000 per tahun ikan merah mata , Rp 17.280.000 per tahun, pada ikan layur Rp 5.632.000 per tahun. Dan pada ikan kakap sebesar Rp 11.200.000 per tahun.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan usaha berdasarkan parameter finansial merupakan analisis penting mengetahui layak tidaknya suatu usaha perikanan karang untuk dikembangkan terus sebagai penopang kehidupan masyarakat pesisir dan ekonomi daerah di Kota Sabang. Analisis kelayakan usaha juga penting untuk mengetahui posisi usaha perikanan pancing bila akan diusahakan sebagai usaha unggulan di lokasi.

Untuk memastikan hal ini dan kemungkinan pengembangan yang lebih baik ke depan, analisis kelayakan usaha perikanan tersebut berdasarkan kriteria/parameter finansial standar dianggap perlu dilakukan. Parameter finansial yang dianalisis terkait kelayakan pancing adalah Net Present Value (NPV), Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C), dan Internal Rate Return (IRR).

Tabel 17 Finansial usaha penangkapan pancing

Paramater Nilai

NPV Rp64.374.546

IRR 28%

B/C ratio 3,86

(34)

20

nelayan yang menggantungkan kehidupannya dari kegiatan penangkapan ikan. (Rosalina 2011).

Strategi Pengembangan Perikanan Karang (SWOT)

Pemilihan alternatif strategi pengembangan perikanan karang yang berkelanjutan di Kota Sabang sangat ditentukan oleh kepentingan stakeholders yang ada, kondisi pengelolaan saat ini, dan alternatif strategi pengembangan yang ditawarkan pada penelitian ini menggunakan annalisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

Analisis SWOT yang dilakukan dengan tepat juga menunjukkan berbagai peluang yang sebaiknya dimanfaatkan, terutama dengan mengembangkan faktor-faktor pendukung dan mengubah potensi yang dimiliki menjadi kekuatan yang efektif sehingga usaha tersebut memiliki keunggulan yang dapat diandalkan. Namun kemampuan memanfaatkan peluang pada suatu usaha akan menimbulkan ancaman bagi usaha karena pesaing akan mengambil dan memanfaatkan kelemahan lawannya. Menurut (Rangkuti 2001) Analisis ini membandingkan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.

Identifikasi Faktor Internal A.Kekuatan

Kekuatan (Strengths) merupakan kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasiyang berakibat pada pemilikan keunggulan dan kemampuan dalam pengembangan produk oleh unit usaha di pasaran.

1.Biomasa ikan karang di Kota Sabang besar

Biomassa ikan karang besar dapat menjamin kegiatan pemanfaatan secara jangka panjang dan kelestarian stock ikan karang di perairan Kota Sabang. 2. Alternatif usaha penangkapan ikan karang banyak

Nelayan mempunyai banyak alternatif alat tangkap (pancing, bubu dan tondak) sehingga dapat dipilih sesuai musim dan kondisi perairan.

3. Produk unggulan memiliki nilai ekonomi tinggi

Produk ikan karang termasuk juga yang di Sabang mempunyai nilai jual yang tinggi baik di pasar ekspor maupun pasar lokal. Di samping untuk konsumsi, beberapa jenis ikan karang ada juga yang dijadikan sebagai ikan hias, sehingga secara ekonomis pengusahaannya lebih menguntungkan.

4. Biaya pemasaran rendah

(35)

21 masyarakat untuk langsung datang ke lokasi. Sedangkan untuk ekspor dapat memanfaatkan pelabuhan bebas yang ada di Kota Sabang.

5. Kualitas harga ikan karang yang bagus

Ikan karang adalah salah satu jenis ikan bernilai ekonomis baik di pasaran lokal maupun internasional sehingga harga ikan karang komoditas unggulan di Kota Sabang

A. Kelemahan

Kelemahan merupakan keterbatasan (kekurangan) dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan menjadi penghalang kinerja yang dapat menjadi penyebab terjadinya kerugian. Adapun kelemahan-kelemahan pada usaha perikanan karang :

1. Ikan karang yang tertangkap sudah mulai kecil

Sumberdaya laut yang dapat di akses tersebut umumnya berada dalam tahap kritis yaitu ikan-ikan hasil tangkap masih tergolong kecil.

2. Alat tangkap yang digunakan tidak selektif

Banyak teknologi yang digunakan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan perairan. Lingkungan perairan ini menjadi korban dari ulah kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak, racun dan alat-alat tangkap yang membahayakan kelestarian sumberdaya ikan juga merupakan salah satu faktor yang merusak lingkungan perairan.

3. Kualitas SDM masih rendah

Nelayan ikan karang Kota Sabang umumnya berpendididkan SD atau tidak bersekolah (60%). Kondisi ini cukup menyulitkan dalam pembinaan dan introduksi program pengembangan perikanan karang.

4. Peralatan pendukung penangkapan tidak lengkap

Terhambatnya usaha perikanan serta hasil tangkapan ikan karang di karenakan kurangnya fasilitas alat tangkap yang ramah lingkungan yang digunakan nelayansalah satunya alat tangkap bubu.

5. Usaha pengolahan ikan karang belum berkembang

Usaha pengolahan ikan karang untuk peningkatan nilai tambah hasil perikanan dan pengembangan produk di Kota Sabang masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari minimnya tempat pengolahan ikan secara modern. Dengan potensi hasil kegiatan perikanan yang besar.

(36)

22

Tabel 18IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang.

4 Biaya pemasaran rendah 0,084 3 0,252 5 Kualitas harga ikan karang yang 4 Peralatan pendukung penagkapan

tidak lengkap

Sumber: Data primer tahun 2015

Identifikasi Faktor Eksternal A. Peluang

Peluang adalah perubahan yang dapat dilihat sebelumnya dalam waktu dekat, dimasa mendatang yang akan memberikan keuntungan bagi kegiatan usaha. Peluang-peluang yang dimiliki oleh usaha perikanan karang antara lain:

1. Ketertarikan investor tinggi

Modal merupakan salah satu masalah mereka dalam menanamkan suatu investasi baru. Ketertarikan investor untuk usaha perikanan karang selain jenis ikan karang yang banyak dan juga aspek sosial dan ekonomi memiliki keuntungan yang besar bagi investor tersebut. Harga ikan karang relatif tinggi 2. Harga rata-rata ikan karang berkisar Rp.50.000 hingga Rp.100.000 per

(37)

23 3. Pasar ekspor ikan karang terbuka

Pangsa pasar hasil ikan karang cukup baik, termasuk untuk tujuan ekspor. Saat ini ikan karang dari Sabang di ekspor ke Singapura dan Hongkong.

4. Dukungan PEMDA terhadap pengelolaan

Otonomi daerah memberikan peluang yang luas kepada daerah untuk menggali dan mengolah potensi daerah, termasuk potensi produksi ikan karang.

5. Minat konsumen lokal terhadap ikan karang

permintaan tertinggi dari sekumpulan konsumen yang memiliki minat terhadap ikan karang. Ikan karang dari Kota Sabang banyak diminati oleh konsumen lokal tidak hanya di Aceh, tetapi juga Sumatera Utara dan Jawa. Ikan karang tersebut umumnya dijadikan sebagai menu istimewa restoran atau hotel.

B. Ancaman

Ancaman adalah gejala-gejala yang merupakan dampak negatif atas keberhasilan usaha, namun umumnya berada diluar kendali usaha. Apabila ancaman tersebut tidak diatasi maka akan menjadi ganjalan bagi usaha yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Adapun ancaman yang dihadapi oleh usaha perikanan karang antara lain:

1. Penangkapan secara destruktif oleh nelayan luar

Banyaknya minat nelayan luar untuk menangkap di Kota Sabang karena ikan karang lebih banyak hidup di perairan Kota Sabang selain hasil tangkapan yang baik dan banyak nelayan luar ini menggunakan alat tangkap yang lebih baik dibandingkan nelayan Kota Sabang sehingga mengurangi hasil tangkapan ikan karang pada nelayan Kota Sabang.

2. Penambangan batu karang

Penggunaan batu karang jenis karang untuk bahan pembuat kapur, di beberapa tempat masih marak dilakukan. Hal ini cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Sementara batu karang tersebut merupakan habitat utama ikan karang pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah.

3. Patroli pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah

Kurangnya keamanan dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang merupakan salah satu faktor yang harus diwaspadai. Demikian juga dengan jawaban responden bahwa pencurian ikan sering terjadi pada malam hari. 4. Kondisi cuaca yang sering tidak menentu

Perubahan cuaca di Kota Sabang tidak yang sering tidak menentu sehingga para nelayan tidak dapat pergi melaut. Ikan karang tidak tergantung dengan musim karena habitatnya di dasar laut, hanya saja nelayan tidak dapat melaut pada saat gelombang yang tinggi.

5. Belum ada regulasi yang jelas tentangpemanfaatan ikan karang

(38)

24

daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dan kelestarian ikan karang. Kebijakan reklamasi yang tidak berdasarkan kepada analisa dampak lingkungan pada beberapa daerah juga berpengaruh terhadap ekosistem ikan karang. Perizinan pengembangan usaha bagi kelangan dunia usaha selama ini sebagian besar menjadi kewenangan pusat. Kadangkala dalam hal ini pemberian izin tersebut tanpa memperhatikan kepentingan daerah dan masyarakat setempat.

Setelah faktor – faktor eksternal suatu usaha perikanan karang diidentifikasi, suatu tabel 21 EFAS (Exernal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis eksternal dalam kerangka peluang dan ancaman usaha perikanan karang.

Tabel 19 EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang

Faktor Eksternal Bobot Rating Skore

Peluang

1 Ketertarikan investor tinggi 0,098 3 0,295

2 Harga ikan karang relatif tinggi 0,107 3 0,321

3 Pasar ekspor ikan karang terbuka 0,101 4 0,405

4 Dukungan PEMDA terhadap pengelolahan 0,098 4 0,393 5 Minat konsumen lokal tinggi terhadap ikan

karang

0,101 3 0,303

Ancaman

1 Penangkapan secara destruktif oleh nelayan luar

0,095 2 0,191

2 Penambangan batu karang 0,092 2 0,185

3 Patroli pemanfaatan kawasan sekitar karang rendah

0,095 1 0,095

4 Kondisi cuaca yang sering tidak menentu 0,107 2 0,214 5 Belum ada regulasi yang jelas pemanfaatan

ikan karang

0,104 1 0,104

Total 1,000 2,51

Sumber: Data primer tahun 2015

(39)

25 Tabel 20 Matriks SWOT pada Usaha Pengembangan Perikanan Karang di Kota Sabang

Internal Peluang (Opportunities) Acaman (Threats)

1. Ketertarikan investor

1. Biomasa ikan karang di Kota Sabang besar

(40)

26

1. Strategi S – O (Strenghts – Opportunities)

Strategi ini disusun dengan menggunakan seluruh kekuatan dan peluang yang dimiliki. Beberapa strategi yang dapat diambil antara lain:

 Meningkatkan kapasitas produksi ikan karang. Strategi ini diambil dengan pertimbangan bahwa kekuatan yangbiaya pemasaran rendah, ketersediaan laut serta peluang yang berupa harga tinggi, dasar perairan yang baik dan selera konsumen tinggi maka kekuatan dan peluang tersebut sangat mendukung peningkatan volume produksi karang.

 Meningkatkan dan Mempertahankan Mutu Produk. Strategi ini diambil dengan pertimbangan bahwa peluang dalam keanggotaan WTO dan selera konsumen yang cukup tinggi dan didukung oleh kekuatan yang berupa umur produktif dan biaya pemasaran yang rendah maka upaya meningkatkan dan mempertahankan mutu produk harus dilakukan sehingga keberadaan di pasaran internasional dapat dipertahankan dan nantinya dapat meningkatkan penerimaan devisa.

2. Strategi W – O (Weakness – Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan yang dimiliki. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu:

 Melakukan sosialisasi Peraturan Daerah tentang penertiban izin usaha yang memanfaatkan sumberdaya perairan. Strategi ini diambil karena dilihat dari kelemahan kurangnya alat penangkapan.

 Peluang untuk menjajaki kerja sama dengan investor asing, khususnya untuk sektor kelautan dan perikanan ini semakin terbuka lebar seiring dengan rencana dibukanya kembali pembahasan mengenai Perpres No. 39 Tahun 2014. Aturan ini tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka di Bidang Penanaman Modal. Bidang usaha cold storage diusulkan agar lebih terbuka terhadap investor asing. Di dalam Perpres tersebut, bidang usaha jasa perdagangan cold storage terbuka dengan kepemilikan asing maksimal 33% dan hanya terbatas di lokasi Sumatra, Jawa, dan Bali. Sementara di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, kepemilikan asing bisa mencapai 67%.

3. Strategi S – T (Strenghts – Threats)

Strategi ini dilakukan dalam rangka memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Adapun strategi yang dilakukan adalah :

 Kriteria alat tangkap ramah lingkungan didasarkan pada Monintja, (2000), yaitu selektivitas tinggi, artinya teknologi yang digunakan mampu meminimalkan hasil tangkapan yang bukan merupakan target.Tidak destruktif terhadap habitat yang akan membahayakan kelestarian produksi ikan. Tidak membahayakan nelayan yang mnegoperasikan teknologi tersebut. Menghasilkan ikan yang bermutu tinggi dan tidak membahayakan kesehatan konsumen.

(41)

27 Tak hanya itu, menetapkannya sebagai ekosistem penting habitat esensial sumberdaya ikan dan kawasan konservasi perlu dilakukan untuk generasi saat ini maupun yang akan datang. Selain itu, upaya penyelamatan yang dilakukan secara global juga diharapkan dapat memperkuat kerjasama internasional yang telah dilakukan Indonesia bersama negara-negara Coral triangle. Upaya ini juga diperkuat dengan Komitmen Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan terumbu karang dan Konservasi Kawasan Perairan di tingkat internasional (KKP dan TNI AL).

4. Strategi W – T (Weakness – Threats)

Strategi ini untuk mengatasi kelemahan yang berpadu dengan ancaman harus segera diatasi. Untuk mengatasi dapat diambil strategi sebagai berikut :  Pengawasan terhadap penangkapan ilegal lebih ditekankan pada pengurangan penggunaan bahan dan alat tangkap terlarang dapat menyebabkan rusaknya lingkungan perairan sering dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untyk menggunakan alat dan bahan yang ilegal untuk menguras potensi yang tersedia. Tindak lanjut dari pengawasan sendiri harus didorong oleh pemerinrah dengan menyusun aturan tentang waktu yang tepat untuk melakukan penagkapan ikan dan kapan waktu yangtidak dapat dilakukan penangkapan. Dendan adanya pengaturan tersebut diharapkan kontinuitas sumberdaya pada tahun-tahun berikutnya tetap terjaga. Perlu adanya koordinasi yang baik dan kebijakan pengelolaan antara pemerintah daerah (Taeran, 2013).

Pembahasan dilakukan terhadap kekayaan jenis spesies ikan karang bukan merupakan indikator yang bagus untuk tekanan perikanan, tapi kelimpahan, struktur ukuran dan biomassa dari populasi ikan dinilai responsif terhadap variasi-variasi tekanan perikanan. Tekanan perikanan biasanya pertama kali menyingkirkan individu-individu berukuran besar (seperti Serranidae, Lutjanidae) dari populasi. Struktur ukuran dari populasi ikan adalah variabel yang sangat responsif terhadap perubahan dari tekanan perikanan atau interfensi pengelolaan (Hastuty 2014). Perikanan karang ekonimis penting di Kota Sabang adalah ikan kerapu macan, ikan kerapu tikus, ikan kerapu sunuk merah dan ikan mata merah.

Potensi sumberdaya ikan karang perlu dimanfaatkan dengan baik sehingga membawa kesejahteraan bagi masyarakat pesisir di Kota Sabang. Menurut Hanna (1995), peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal harus menjadi tujuan dari setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya alam, partisipasi mereka perlu diakomodir secara optimal dan disertai dengan pembinaan yang terus meneurus. Hal ini karena masyarakat lokal dan pihak terkait yang dekat dengan potensi perikanan yang sehari-hari aktivitasnya di kawasan tersebut. Produksi perikanan pada tahun 2010 perikanan karang jumlah produksinya naik turun dari potensi sumberdaya ikan yang ada tentu memberi ruang untuk pengembangan produksi perikanan karanng di Kota Sabang. Menurut Fauzi (2005) pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dilakukan secara selektif dengan memilih beberapa produk perikanan yang dijadikan unggulan, dan selanjutnya pemerintah menetapkan regulasi untuk implementasi pengelolaannya.

(42)

28

tikus, ikan kerapu sunuk merah dan ikan mata merah dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan untuk jenis ikan karang di kota Sabang. Produksi keempat jenis ikan karang ini cukup dominan. Mamuaya et al (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa produksi ikan yang stabil dengan nilai yang cukup tinggi dapat menjamin keberlanjutan ekonomi perikanan bagi daerah sekitarnya. Ekonomi perikanan akan berkembang dengan baik sangat tergantung pada kontribusi masyarakat kawasan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar secara berkelanjutan. Produksi perikanan yang terjaga dengan dapat menarik minat investor untuk mengembangan potensi perikanan yang ada sehingga menjadi lebih besar dan berdaya saing.

Melihat perkembangannya dari tahun ke tahun, maka jumlah hasil penangkapan ikan tersebut cukup fluktuatif atau cenderung tidak stabil keberadaannya di Kota Sabang. Kondisi yang fluktuatif dapat mempersulit pengaturan kegiatan penangkapan dan membuat rencana produksi perikanan terutama untuk komditas ikan karang. Konteks yang lebih luas, fluktuasi hasil tangkapan ikan yang didapat nelayan di Kota Sabang dalam memberi indikasi belum stabilnya pengelolaan sumberdaya perikanan di lokasi dan masih lemahnya penguasaan terhadap hal-hal teknik untuk pengembangan kegiatan penangkapan. Idealnya nelayan dapat melakukan modifikasi tertentu dari alat tangkap yang dimiliki untuk menghasilkan produk perikanan yang dinginkan.

Pemilihan alat tangkap ikan karang mempertimbangkan banyak aspek untuk memastikan bahwa suatu alat tangkap yang dipilih benar-benar handal untuk mendukung pengelolaan potensi perikanan yang diinginkan. Pertimbangan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi dalam pemilihan alat tangkap yang tepat bagi pemanfaatan potensi ikan karang di Kota Sabang. Berdasarkan Usaha penangkapan ikan karang unggulan dari ketiga aspek yaitu teknik, lingkungan dan sosial ekonomi yang dapat dikembangkan di Kota Sabang adalah pancing (VA gab = 2,000) bubu (VA gab = 0,757) dan tondak (VA gab = 0,237). Menurut Dahuri (2001) pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan menggunakan alat tangkap yang sesuai dan ramah lingkungan dapat mendukung pembangunan ekonomi perikanan jangka panjang.

Bila ditinjau dari aspek teknologi, lingkungan dan sosial ekonomi, pancing merupakan alat tangkap yang paling unggul dibandingkan dua alat tangkap lainnya. Keunggulan alat tangkap lebih karena skala pengusahaan yang termasuk mudah untuk digunakan yang sesuai dengan kriteria yang ada seperti ukuran alat tangkap, kelengkapan peralatan produksi serta kekuatan mesin. Hasil penelitian Mamuaya et al (2007) memperlihatkan kapasitas penyediaan es, perbekalan dan kapasitas muat palka dengan keberlanjutan usaha perikanan di Manado. Usaha perikanan dengan kondisi teknisk yang lebih baik dapat membawa keuntungan yang lebih besar, sehingga mendukung keberlanjutan kegiatan ekonomi berbasis perikanan di perairan pantai Manado.

(43)

29 Terkait dari ketiga aspek alat tangkap bubu memiliki prospek cerah untuk dikembangkan untuk masa mendatang. Hal ini terjadi karena hasil tangkapan dan tingkatan keuntungan yang didapat dalam operasi alat tangkap ini lebih tinggi dibandingkan alat tangkap tondak . Besarnya keuntungan dan hasil tangkapan dari alat tangkap ini lebih karena skala pengusahaan yang besar, sehingga lebih daat menyiasati berbagai perusahaan terutama terkait musim dan dan cuaca yang terjadi dalam operasi penangkapan ikan. Rossiter (1997) menyatakan bahwa hasil tangkapan dan keuntungan yang tidak stabil menjadi penyebab utama terjadinya kegiatan penangkapan ilegal seperti penggunaan bahan kimia dan bahan peledak di perairan Indonesia. Kondisi ini menyebabkan banyak nelayan yang tidak peduli kelestarian sumberdaya ikan, apalagi berusaha melakukan konservasi habitat.

Bubu juga cukup baik dari ketiga aspek tersebut karena juga menerapkan teknologi ramah lingkungan melalui pengaturan ukuran mata jaring dan ketahanan alat tangkapnya juga lama. Pengoperasianalat tangkap ini yang dipasang tetap sehingga tidak begitu aktif dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Menurut Makino etal (2009) keaktifan alat tangkap dalam suatu kegiatan operasi penangkapan ikan sangat mempengaruhi ketahanan alat tangkap tersebut dan dampaknya terhadap ekosistem perairan. Alat tangkap yang bergerak terus dalam operasinya akan cepat rusak karena berinteraksi dengan komponen perairan (terutama bagian dasar) dapat menyebabkan destruksi yang lebih besar.

Terkait dengan ini, pemilihan alat tangkap dalam kaitan dengan peluang pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang, pancing dan bubu dapat diandalkan dan lebih dapat membawa manfaat baik bagi nelayan sekitar maupun bagi kelestarian sumberdaya ikan. Tondak banyak tidak sesuai dengan aspek pengelolaan dan diindikasikan cenderung mengancam kelestarian sumberdaya ikan bila terus dikembangkan.

Dalam analisis kelayakan finansial, hal ini mempengaruhi pertimbangan biaya dengan penerimaan dari operasi penangkapan ikan yang selanjutnya mempengaruhi pencapaian standar kelayakan usaha.Namun demikian, pengaruh tersebut belum tentu berdampak nyata bila usaha perikanan karang mempunyai keunggulan dari aspek lain, seperti hemat dalam operasional dan mempunyai produktifitas (jumlah trip) yang baik pada musim banyak ikan. Menurut Hamdan et al (2006) optimalisasi produksi perikanan pada musim puncak dan musim sedang dapat menutupi kerugian usaha perikanan di musim puncak. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan operasional yang mendukung optimalisasi ini sehingga usaha perikanan yang dilakukan nelayan dalam terus bertahan. Permasalahan utama yang banyak dialami oleh nelayan yang ada ketergantungan pada alam dam musin (Haryono 2015). Misalnya pada musim ikan nelayan akan sangat sibuk sedangkan pada musim paceklik nelayan akan menganggur mencari kegiatan ekonomi yang lain. Namun nelayan di Kota Sabang umumnya telah memiliki kesadaran diri untuk mengantisipasi hal tersebut. Nelayan telah memiliki kesadaran untuk menghadapi perubahan alam atau musim yang terjadi, diantaranya pengaturan jenis alat tangkap yang digunakan.

Gambar

Tabel 1 Produksi ikan karang
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Peta Kota Sabang
Tabel 3 Matriks faktor strategi internal
+5

Referensi

Dokumen terkait

d. Entitas lain yang berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku wajib dikonsolidasikan, namun tidak termasuk perusahaan.. Pengendalian adalah Pengendalian

Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ) adalah kegiatan kurikuler yang wajib diikuti oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang ( UNNES ) yang mengambil program

Agustin Linda Astuti P UNSRI dr.. Mulyo Hadi Wibowo

Tempat : Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara Demikian undangan ini disampaikan atas perhatian diucapkan terima kasih. 1

Model pembelajaran experiential learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang menekankan pada proses pembangunan pengetahuan lewat

Secara umum Aplikasi Sistem Informasi Umat Berbasis Web yang telah dibuat dapat memberikan suatu laporan sistem informasi mengenai umat yang ada di Gereja Gembala Yang

[r]

Geopolitik Dan Wawasan Nusantara Materi PKn kelas XI SMK