LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN USAHA PERIKANAN
PADA USAHA IKAN NILA KERAMBA DI KARANG INTAN
KELOMPOK 3
KELAS REGULER BANJARBARU
NAMA ANGGOTA :
NAINI PRESTIANA 2004020007
FARIDHAH LATIFAH 2004020009
MELINDA RAHMAWATI 2004020001
MUHAMMAD SYAHRIANSYAH 2004020103 LUCKY FITRIANA SYAH PUTRA 2004020102
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN 2023
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
II.Budidaya perairan merupakan cara yang paling efektif menangani
masalah
III. pemenuhan
kebutuhan ikan akibat penurunan produksi perikanan tangkapan
IV. akibat perubahan
musim dan
overfishing.
Menurut (Tookwinas dan Charearnrid
V. (1988), budidaya ikan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) memiliki
VI. beberapa keunggulan
daripada di kolam, antara lain: 1) Budidaya KJA biasanya
VII. dipasang di tempat yang memiliki kondisi lingkungan
perairan yang baik;
VIII. sehingga 2) ikan yang diisikan di KJA dapat lebih banyak ; 3) Biaya persiapan
IX. KJA jauh lebih murah daripada biaya konstruksi kolam; 4) KJA tidak perlu
X. kegiatan
penggantian air.
XI. Secara umum, budidaya perairan
dapat memenuhi permintaan produk XII. perikanan,
memperbaiki gizi, menciptakan
lapangan kerja
baru atau
tambahan, XIII. dan
berkontribusi pada ekonomi rumah tangga, terutama
di pedesaan
(Baluyut, XIV. 1989).
Budidaya Keramba
Jaring Apung (KJA) adalah salah satu budidaya
XV. perairan dengan
pemanfaatan
badan air yang ada,
menggunakakan konstruksi
XVI. jaring dengan permukaan yang terbuka sehingga memudahkan
pemberian pakan.
XVII. Keberhasilan
praktik KJA sangat bergantung pada kesesuaian lokasi yang dipilih.
XVIII. Dasar
pertimbangan
lokasi tersebut meliputi kualitas air, bahaya polusi dari
XIX. lingkungan
sekitar, kegiatan navigasi, rekreasi dan konservasi.
Hal lain yang
XX. harus
diperhatikan
adalah: kelayakan ekonomis hewan yang dibudidaya, XXI. kemampuannya
dalam mentoleransi lingkungan KJA, teknik
pemeliharaan dari XXII. mulai benih
sampai
pemanenan dan penanggulangan
penyakit. Ikan masih
XXIII. menjadi
kelompok yang paling sering dibudidayakan di KJA untuk tujuan XXIV. komersial,
terutama jenis
ikan sirip
karnivora.
Walaupun demikian, beberapa
XXV. percobaan
budidaya KJA terhadap udang, kepiting lumpur
dan sotong juga telah
XXVI. dilakukan
(Marichamy et al., 1979; Yodying et al., 1979; Chua 1982).
XXVII.
XXVIII.
XXIX. 2 XXX.
XXXI. Persyaratan
lokasi yang sudah sesuai perlu diperkuat dengan persyaratan
XXXII. umum lainnya sehingga budidaya KJA di laut tersebut dapat berkelanjutan.
XXXIII. Persyaratan
tersebut antara lain: a) Keberadaan suatu spesies yang karakteristik
XXXIV. biologisnya
sesuai untuk dibudidayakan dan sesuai dengan kondisi lingkungan
XXXV. laut yang ada (terutama suhu dan salinitas).
Ketersediaan
juvenile (anakan) yang
XXXVI. harus tersedia baik berasal dari tangkapan liar hewan liar maupun melalui usaha
XXXVII. pembenihan
; b) Kapasitas untuk menyediakan makanan ikan yang cukup untuk
XXXVIII. produksi
komersial dengan strategi untuk menggunakan
produk lokal maupun
XXXIX. impor; c) Adanya
permintaan pasar yang signifikan dengan harga awal yang
XL. tinggi sehingga biaya
pemeliharaan bisa
ditutupi; d) Sesuai dengan kondisi
XLI. geografis sosio- ekonomi
(keberadaan orang yang bersedia melakukan usaha XLII. KJA), memiliki
bakat untuk
mengembangkan
usaha budidaya, dan peraturan serta
XLIII.kerangka kerja yang
memungkinkan
aktivitas budidaya berkembang
pesat; e)
XLIV.Kemampuan
untuk mengatasi masalah biologis (nutrisi, patologi), y a n g
XLV. memerlukan penelitian/
pengembangan.
XLVI.Budidaya KJA yang berhasil terbukti menjadi kegiatan perikanan yang
XLVII. produktif.
Keberhasilan KJA dan kelayakan komersialnya
secara nyata terhadap
XLVIII. pengembanga n sistem budidaya perairan skala besar telah
terbukti di
beberapa
XLIX. negara antara lain Jepang, Hong Kong, Norwegia,
Inggris dan Perancis. Namun
L. demikian, masih terdapat kendala teknis utama yang perlu
dikembangkan
LI. pemecahanannya
antara lain
persediaan benih dan pakan. Salah satu ikan bernilai
LII.ekonomis tinggi
yang banyak
dibudidayakan
dengan KJA adalah jenis-jenis ikan
LIII. kerapu (serranida).
Budidaya ikan kerapu telah menjadi industri penting di
LIV. seluruh wilayah Asia–Pasifik dan membuka lapangan kerja bagi petani skala kecil
LV. di seluruh Asia (ACIAR, 2013).
LVI. Budidaya perairan
merupakan cara yang paling efektif menangani
masalah
LVII. pemenuhan
kebutuhan ikan akibat penurunan produksi perikanan tangkapan
LVIII. akibat
perubahan musim dan overfishing.
Menurut (Tookwinas dan Charearnrid
LIX. (1988),
budidaya ikan menggunakan
Keramba Jaring Apung (KJA) memiliki
LX. beberapa keunggulan
daripada di kolam, antara lain: 1) Budidaya KJA biasanya
LXI. dipasang di tempat yang memiliki kondisi lingkungan
perairan yang baik;
LXII. sehingga 2) ikan yang diisikan di KJA dapat lebih banyak ; 3) Biaya persiapan
LXIII.KJA jauh lebih murah daripada biaya konstruksi kolam; 4) KJA tidak perlu
LXIV.kegiatan
penggantian air.
LXV. Secara umum, budidaya perairan
dapat memenuhi permintaan produk LXVI. perikanan,
memperbaiki gizi, menciptakan
lapangan kerja
baru atau
tambahan, LXVII. dan
berkontribusi pada ekonomi rumah tangga, terutama
di pedesaan
(Baluyut, LXVIII. 1989).
Budidaya Keramba
Jaring Apung (KJA) adalah salah satu budidaya
LXIX. perairan dengan
pemanfaatan
badan air yang ada,
menggunakakan konstruksi
LXX. jaring dengan permukaan yang terbuka sehingga memudahkan
pemberian pakan.
LXXI. Keberhasilan
praktik KJA sangat bergantung pada kesesuaian lokasi yang dipilih.
LXXII. Dasar
pertimbangan
lokasi tersebut meliputi kualitas air, bahaya polusi dari
LXXIII. lingkungan
sekitar, kegiatan navigasi, rekreasi dan konservasi.
Hal lain yang
LXXIV. harus
diperhatikan
adalah: kelayakan ekonomis hewan yang dibudidaya, LXXV. kemampuanny
a dalam
mentoleransi
lingkungan KJA, teknik
pemeliharaan dari LXXVI. mulai benih
sampai
pemanenan dan penanggulangan
penyakit. Ikan masih
LXXVII. menjadi
kelompok yang paling sering dibudidayakan di KJA untuk tujuan LXXVIII. komersial,
terutama jenis
ikan sirip
karnivora.
Walaupun demikian, beberapa
LXXIX. percobaan
budidaya KJA
terhadap udang, kepiting lumpur dan sotong juga telah
LXXX. dilakukan
(Marichamy et al., 1979; Yodying et al., 1979; Chua 1982).
LXXXI.
LXXXII.
LXXXIII. 2 LXXXIV.
LXXXV.Persyaratan
lokasi yang sudah sesuai perlu
diperkuat dengan persyaratan
LXXXVI. umum
lainnya sehingga budidaya KJA di laut tersebut dapat
berkelanjutan.
LXXXVII. Persyaratan tersebut antara lain: a) Keberadaan suatu spesies yang karakteristik
LXXXVIII.biologisnya sesuai untuk dibudidayakan dan
sesuai dengan kondisi lingkungan LXXXIX. laut yang
ada (terutama suhu dan salinitas).
Ketersediaan
juvenile (anakan) yang
XC. harus tersedia baik berasal dari tangkapan liar hewan liar maupun melalui usaha
XCI. pembenihan; b) Kapasitas untuk menyediakan
makanan ikan yang cukup untuk XCII. produksi
komersial dengan strategi untuk menggunakan
produk lokal maupun
XCIII. impor; c) Adanya
permintaan pasar yang signifikan dengan harga awal yang
XCIV.tinggi sehingga biaya
pemeliharaan bisa ditutupi; d) Sesuai dengan kondisi
XCV. geografis sosio- ekonomi
(keberadaan orang yang bersedia melakukan usaha XCVI. KJA), memiliki
bakat untuk
mengembangkan
usaha budidaya, dan peraturan serta
XCVII. kerangka
kerja yang
memungkinkan
aktivitas budidaya berkembang
pesat; e)
XCVIII. Kemampuan
untuk mengatasi masalah biologis (nutrisi, patologi), y a n g
XCIX. memerlukan penelitian/
pengembangan.
C. Budidaya KJA yang berhasil terbukti menjadi
kegiatan perikanan yang
CI. produktif.
Keberhasilan KJA dan kelayakan komersialnya
secara nyata terhadap
CII. pengembangan sistem budidaya perairan skala besar telah
terbukti di
beberapa
CIII. negara antara lain Jepang, Hong
Kong, Norwegia,
Inggris dan
Perancis. Namun CIV. demikian,
masih terdapat kendala teknis utama yang perlu dikembangkan
CV. pemecahananny a antara lain persediaan benih dan pakan. Salah satu ikan bernilai
CVI. ekonomis tinggi
yang banyak
dibudidayakan
dengan KJA adalah jenis-jenis ikan
CVII. kerapu (serranida).
Budidaya ikan kerapu telah menjadi industri penting di
CVIII. seluruh
wilayah Asia–Pasifik
dan membuka
lapangan kerja bagi petani skala kecil
CIX. di seluruh Asia (ACIAR, 2013).
CX. Budidaya perairan
merupakan cara yang paling efektif menangani
masalah
CXI. pemenuhan
kebutuhan ikan akibat penurunan produksi perikanan tangkapan
CXII. akibat
perubahan musim dan overfishing.
Menurut (Tookwinas dan Charearnrid
CXIII. (1988),
budidaya ikan menggunakan
Keramba Jaring Apung (KJA) memiliki
CXIV. beberapa keunggulan
daripada di kolam, antara lain: 1) Budidaya KJA biasanya
CXV. dipasang di tempat yang memiliki kondisi lingkungan
perairan yang baik;
CXVI. sehingga 2) ikan yang diisikan di KJA dapat lebih banyak ; 3) Biaya persiapan
CXVII. KJA jauh lebih murah daripada biaya konstruksi kolam; 4) KJA tidak perlu
CXVIII. kegiatan
penggantian air.
Salah satu sektor andalan Provinsi Kalimantan Selatan adalah sektor perikanan dan kelautan. Potensi perikanan Kalimantan Selatan meliputi garis pantai sepanjang 1.330 km, perairan umum 1.000.000 ha, kolam 2.400 ha, tambak 53.382 ha dan minapadi/sawah 3.752 ha. Produksi perikanan Kalimantan Selatan tahun 2013 sebesar 339.437, 3 ton, yang terdiri dari
perikanan tangkap sebesar 241.704,2 ton dan perikanan budidaya sebesar 97.733,1 ton. Produksi perikanan tangkap di laut memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan dan kelautan.
Hasil produksi perikanan Kalimantan Selatan secara umum masih banyak diserap untuk kebutuhan domestik sehingga menyebabkan usaha pemasaran ekspor hasil perikanan masih belum berkembang secara baik. Untuk itu, pemerintah daerah terus mendorong peningkatan produksi perikanan dengan berbagai cara, seperti memberikan pelatihan dan tata cara penangkapan ikan dengan metode yang ramah lingkungan, memberikan bantuan berupa kapal penangkap ikan, meningkatkan infrastruktur dan pembangunan sarana pengolahan hasil laut, sehingga hasil yang diperoleh bukan hanya sebagai bahan baku tetapi sudah menjadi produk olahan.
Budidaya ikan dalam karamba merupakan salah satu kegiatan budidaya yang banyak dikembangkan masyarakat Kalimantan Selatan mengingat potensi perairan umum yang cukup luas, yaitu sebesar 1.000.000 ha. Tingkat pemanfaatan lahan budidaya karamba di Kalimantan Selatan sebesar 87.699 m2 dengan produksi sebesar 26.915 ton.
Budidaya ikan dalam karamba di Kalimantan Selatan berkembang pesat di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Tabalong dan Banjar.
Sedangkan untuk budidaya jaring apung berkembang pesat di Kabupaten Banjar. Adapun jenis ikan yang banyak dibudidayakan antara lain betok, gabus, nila, mas dan patin.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari tetang perikanan keramba
2. Mengetahui jenis ikan yang terdapat di tempat keramba
1.3 Kegunaan
1. Memperoleh wawasan tentang perikanan keramba
2. Sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Usaha Perikan
1.4 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Oktober 2023 yang berlokasi Jl. Datu Panjang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://dpmptsp.kalselprov.go.id/web/potensi-perikanan/
Lampiran :