• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN PERIKANAN

Oleh :

ANDRI FAHRULSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

(3)

The Information technology becomes one of the best options for companies which addresses the power of information as a competitive advantage in globalization era.The Directorate General for Monitoring and Controlling Marine and Fisheries Resources especially the Directorate of Monitoring Fishery Resources of Ministry for Marine and Fisheries has a role to manage marine and fisheries resources and to utilizehems as well as to maintain the potential of fisheries resources in Indonesia.

The Directorate of Monitoring Fisheries Resources in carrying out its tasks and functions has not been supported yet by a sophisticated information system. To create that kind of system information, need to do well plan, to carry out a research, then to develop software and finally to implement the system information for fisheries monitoring.

This system information will hopefully support the accomplishment of an effective fishery monitoring activities. The development of system information management for fisheries monitoring follows the system development life cycle method. Start from identifying and formulating the current problems, and then designing the conceptual system consists of database structure and flow of processes, develop a software engineering using Microsoft Access and Visual Basic software in order to produce, user friendly menu or windows which are easily accessed by users.

(4)

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang

(5)

Andri Fahrulsyah, NRP. C551030314/TKL. Pengembangan Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si dan Dr. Ir. Darmawan, MAMA

Salah satu fungsi penting dari Kementrian Kelautan dan Perikanan adalah melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh kegiatan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Pengawasan terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia sangat perlu dilakukan. Hal ini menjadi penting karena banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri di wilayah laut Indonesia. Menurut laporan tahunan Ditjen PSDKP tahun 2010, jenis-jenis pelanggaran tersebut antara lain :

1) Kapal penangkapan ikan beroperasi tanpa memenuhi persyaratan sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku,

2) Kapal penangkap ikan tidak melapor hasil tangkapan ikan ke atau di pelabuhan,

3) Kapal perikanan melakukan kegiatan transhipment di tengah laut atau bahkan membawa hasil tangkapannya ke luar negeri,

4) Kapal perikanan melakukan penangkapan ikan di daerah terlarang.

Pelanggaran-pelanggaran itu kalau tidak terkendali dan terjadi secara terus menerus, maka tentu akan merugikan Indonesia secara material yang jumlahnya pasti tidak sedikit. Untuk itu fungsi pengawasan perikanan sangat penting, fungsi pengawasan perikanan yang dilakukan oleh pengawas perikanan pada hakikatnya adalah untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap tertibnya pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan pengawasan perikanan meliputi tiga hal yakni, pengawasan terhadap kegiatan penangkapan ikan, pengawasan usaha budidaya, dan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan, pengangkutan dan pemasaran ikan. Fakta di lapangan menunjukan bahwa perekaman data atau informasi yang dilakukan oleh pengawas perikanan terhadap kapal penangkap ikan masih dilakukan secara manual, yaitu dengan mencatat data pada buku laporan. Kondisi tersebut mengakibatkan data atau informasi sulit diperoleh secara cepat, data tidak konsisten dan tidak akurat sehingga untuk evaluasi dan pelaporannya juga memerlukan waktu yang relatif lama.

(6)

dengan cepat, laporan segera bisa disampaikan ke atasan dan penanganan pelanggaran dapat diselesaikan tepat waktu sesuai ketentuan peraturan yang berlaku? Penelitian ini dilakukan di unit pelaksana teknis pengkalan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan Jakarta. Penelitian ini bertujuan :

1) Menentukan hal-hal yang mempengaruhi lambatnya perolehan data untuk kepentingan pengawas perikanan;

2) Menyusun rancangan sistem informasi manajemen dibidang pengawasan perikanan berbasis komputer.

Untuk mencapai tujuan penelitian, data dianalisis dengan metode pendekatan sistem dengan melalui tahapan sebagai berikut : 1) analisis kebutuhan pelaku sistem informasi manajemen pengawasan perikanan; 2) analisis formulasi masalah sistem informasi manajemen pengawasan perikanan; 3) analisis perancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan meliputi pemodelan dan rekayasa perangkat lunak.

Hasil analisis kebutuhan pelaku sistem informasi adalah sebagai berikut : 1) Pangkalan PSDKP Jakarta memerlukan data pengawasan perikanan terutama

data ketaatan kapal berpangkalan di pelabuhan perikanan Nizam Zachman Jakarta.

2) Pengawas Perikanan memerlukan informasi tentang perijinan kapal penangkap ikan yaitu: SIUP (surat izin usaha perikanan), SIPI (surat izin penangkapan ikan), SIKPI (surat izin kapal pengangkut ikan).

3) Pemilik kapal memerlukan informasi tentang status perijinan kapal untuk pelaksanaan usaha penangkapan ikan.

4) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan memerlukan laporan hasil pelaksanaan pengawasan kapal perikanan oleh pengawas perikanan.

5) Stakeholder lainnya sebagai pengguna data dan informasi memerlukan kemudahan akses untuk memperoleh data pengawasan kapal perikanan dan bahan pengambilan keputusan.

Hasil analisis formulasi masalah sistem informasi manajemen pengawasan perikanan yang ingin dirancang adalah : 1) pengawas perikanan kesulitan memperoleh data perijinan kapal yang terbaru (up to date); 2) belum adanya suatu media penyimpanan data pengawasan perikanan berbasis komputer; 3) penyajian informasi pengawasan perikanan secara lengkap belum terlayani secara cepat dan akurat sehingga stakeholder kesulitan untuk operasional di lapangan; 4) sistem informasi manajemen pengawasan perikanan belum ada.

(7)

keluaran (output). Pada tampilan antar muka dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan, tampilan input diubah menjadi menu file, kedatangan, keberangkatan, di laut, budidaya, pengolahan, dan menu help. Semua menu tersebut berisikan database dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan yang dirancang. Tahapan proses database menjadi informasi yang dibutuhkan pada rancangan tampilan antar muka terdapat dalam menu utility

sedangkan output (keluaran) dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan terdapat pada menu report.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1) Belum adanya sistem informasi dibidang pengawasan perikanan di Direktorat Jenderal PSDKP merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lambatnya aliran data pengawasan perikanan, terutama data yang dapat mendukung pelaksanaan tugas pengawas perikanan dilapangan.

2) Rancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan (SIMWASKAN) yang dibuat melalui pendekatan analisis kebutuhan pelaku sistem terdiri dari tiga bagian yakni, Masukan (input) data, Proses (relasional entitas data dan perancangan diagram alur data), dan Keluaran (output). Bagian masukan (input) data dalam SIMWASKAN terdiri dari menu file, menu kedatangan, menu keberangkatan, menu di laut, menu budidaya, menu pengolahan dan menu help. Bagian proses terdapat dalam menu utility, sedangkan Keluaran (output) pada sistem informasi manajemen pengawasan perikanan adalah menu report. SIMWASKAN memiliki kemampuan untuk pemutakhiran (updating) data, sehingga bisa diaplikasikan untuk manajemen data pengawasan perikanan di seluruh unit pelaksana teknis Ditjen PSDKP. Verifikasi terhadap SIMWASKAN adalah dengan menggunakan data perijinan kapal sehingga dapat diaplikasikan untuk pengawasan terhadap kedatangan kapal perikanan di pelabuhan dan keberangkatan kapal perikanan meninggalkan pelabuhan.

Saran dari penelitian ini antara lain :

1) Rancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan belum optimal berjalan karena masih bersifat modular, sehingga perkembangan data dan informasi terbaru tidak otomatis terdistribusi kepada seluruh unit pengawas perikanan yang ada.

(8)

PENGAWASAN PERIKANAN

Oleh :

ANDRI FAHRULSYAH

Tesis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar

Magister Sains Teknologi Kelautan

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

NAMA MAHASISWA : ANDRI FAHRULSYAH

NO. MAHASISWA : C 551030314

PROGRAM STUDI : Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si Dr. Ir. Darmawan, M.AMA

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Kelautan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Agr

(10)
(11)

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-NYA sehingga Tesis dengan judul “ Pengembangan

Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan” dapat

diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo,

M.Si dan Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.AMA selaku komisi pembimbing yang

telah membantu, membimbing dan memberi masukan agar tesis ini menjadi baik,

serta Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Budi Wiryawan,

M.Sc sebagai dosen penguji. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

seluruh jajaran keluarga besar Direktorat Pengawasan Sumber Daya Ikan, Ditjen

PSDKP, Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk dukungan dan partisipasinya,

penghargaan kepada Direktur Pelayanan Usaha Penangkapan Ikan, Kepala

Pangkalan PSDKP Jakarta untuk bantuan dan dukungan datanya.

Akhirnya untuk kedua orang tua, ayahanda Drs. H. Chairullah, S.Ip, M.AP

dan Ibunda Dra. Hj. Eva Rabita, M.Hum, istri ( Melly Meliana, SE), anak-anak

(Chairifa Naira Melandry dan Muhammad Paltiraja), atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2011

(12)

Penulis lahir di Medan pada tanggal 1 September 1978. Pendidikan Sekolah Dasar pada SDN No. 066653 Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan diselesaikan pada tahun 1990. Melanjutkan Sekolah Menengah Pertama pada SMPN 14 Medan, selesai tahun 1993. Pendidikan Sekolah Menengah Atas pada SMAN 1 Medan diselesaikan tahun 1996. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Riau, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Program Studi Budidaya Perairan dan selesai pada tahun 2002.

Penulis kemudian diterima bekerja sebagai CPNS pada Departemen Kelautan dan Perikanan dan bertugas sebagai staf subdit pengawasan usaha budidaya, Direktorat Pengawasan Sumber Daya Ikan, Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan pada tahun 2002.

(13)

viii

2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 10

2.3 Tingkatan Sistem Informasi ... 11

2.4 Sistem Informasi Manajemen ... 12

2.5 Peranan Sistem Informasi bagi Manajemen ... 14

2.6 Metode Pengolahan Data ... 14

2.7 Basis Data atau Database... 15

2.8 Data Flow Diagram ... 16

2.9 Database Management System (DBMS) ... 17

2.10 Perangkat Lunak...17

2.11 Interaksi Manusia dan Komputer. ... 18

2.12 Pengawasan Perikanan ... 18

2.13 Peranan Sistem Informasi Dalam Pengawasan Perikanan ... 22

3 METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Waktu dan Tempat ... 23

3.2 Tahapan Penelitian ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

(14)

ix

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1. Pangkalan PSDKP Jakarta...31

4.2. Pengawas Perikanan... 32

4.3. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi... 33

4.3.1. Analisis Kebutuhan... 33

4.3.2. Formulasi Masalah... 34

4.3.3. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan... 35

4.3.4. Perancangan Diagram Alur Data (Data Flow Diagram)... 38

4.4. Perancangan Tampilan Antar Muka (User Interface)... 40

4.5. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan... 40

4.8. Kelebihan dan Kekurangan Simwaskan ... 67

5 KESIMPULAN DAN SARAN………...… 68

5.1. Kesimpulan ………... ... 68

5.2. Saran ……… ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(15)

x

Halaman Tabel 1. Tabel Pengelompokkan Data Primer dan Sekunder ... 25 Tabel 2. Analisis Kebutuhan Pelaku Sistem Informasi Manajemen

Pengawasan Perikanan... 35

(16)

xi

Halaman

Gambar 1. Permasalahan pengawasan perikanan... 8

Gambar 2. Diagram alir penelitian... 24

Gambar 3. Bagan/Struktur Organisasi Pangkalan PSDKP Jakarta... 30

Gambar 4. Alur Tugas Pengawas Perikanan... 33

Gambar 5. Diagram Relasi Entitas Database... 37

Gambar 6. Desain perancangan simwaskan... 38

Gambar 7. Diagram Konteks DFD Level 0 SIMWASKAN... 39

Gambar 8. DFD Level 1 SIMWASKAN... 40

Gambar 9. Menu Awal Aplikasi... 41

Gambar 10. Menu Awal Aplikasi SIMWASKAN... 41

Gambar 11. Menu Pilihan File... 43

Gambar 12. Menu Pilihan Kedatangan... 43

Gambar 13. Menu Pilihan Keberangkatan... 44

Gambar 14. Menu Pilihan di Laut... 44

Gambar 15. Menu Pilihan Budidaya... 44

Gambar 16. Menu Pilihan Pengolahan ... 45

Gambar 17. Menu Pilihan Report... 45

Gambar 18. Menu Pilihan Utility... 45

Gambar 19. Menu Pilihan Help... 45

Gambar 20. Menu Pilihan Ganti Password... 46

Gambar 21. Menu Ganti Password ... 46

Gambar 22. Menu Upload Master... 47

Gambar 23. MenuTabel Upload ... 48

Gambar 24. Menu Kedatangan-penerimaan... 49

(17)

xii

Gambar 28. Daftar Database SIPI/SIKPI... 51

Gambar 29. MenuRekaman data SIPI/SIKPI... 51

Gambar 30. Menu Pilih Kedatangan-pemeriksaan ... 51

Gambar 31. Daftar Pemeriksaan Kedatangan Kapal... 52

Gambar 32. Menu Perekaman Data Pemeriksaan Hasil Tangkapan... 53

Gambar 33. Menu Pilih Kedatangan-pemeriksaan... 53

Gambar 34. Daftar Hasil pemeriksaan kapal... 54

Gambar 35. Menu rekaman data hasil pemeriksaan - analisa izin... 55

Gambar 36. Menu rekaman data hasil pemeriksaan - analisa pemeriksaan.. 55

Gambar 37. Menu Rekaman Data Hasil Pemeriksaan – Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen... 56

Gambar 38. Menu pilihan Keberangkatan – Penerbitan SLO... 56

Gambar 39. Daftar Penerbitan SLO Keberangkatan Kapal... 57

Gambar 40. Menu Perekaman Data SLO Kapal Perikanan... 57

Gambar 41. Menu isian untuk cetak SLO ... 57

Gambar 42. Menu Transaksi Penugasan di laut ... 58

Gambar 43. Menu Perekaman Data Surat Penugasan... 58

Gambar 44. Menu Perekaman Data Hasil Pemeriksaaan di Laut... 58

Gambar 45. Menu Laporan pendataan Kedatangan kapal perikanan... 59

Gambar 46. Menu isian periode waktu... 59

Gambar 47. Laporan Pemeriksaan Kedatangan Kapal... 59

Gambar 48. Menu Laporan - keberangkatan kapal perikanan... 60

Gambar 49. Menu isian periode waktu... 60

Gambar 50. Laporan Pemeriksaan Keberangkatan Kapal... 60

Gambar 51. Menu Pemeriksaan Fisik Kapal... 61

(18)

xiii

Gambar 55. Menu Isian untuk Kirim Data/Tabel... 62

Gambar 56. Menu Pilih Utility – Profil User... 63

Gambar 57. Menu isian User... 63

Gambar 58. Menu Isian Profil User... 63

Gambar 59. Menu Pilihan Hak User... 64

Gambar 60. Daftar Hak User... 64

Gambar 61. Menu Perekaman Data Hak User ... 65

Gambar 62. Menu Pilihan User Manual... 65

Gambar 63. Menu Pilih Direktori Program Install... 66

Gambar 64. Menu Pilih Yes or No untuk Instalasi Program... 66

Gambar 65. Menu Pilih Instalasi Program... 67

(19)

xiv

Halaman

Lampiran 1 Contoh pembuatan menu utama dengan menggunakan microsoft

Visual basic.net ... 75 Lampiran 2 Tabel database access perancangan simwaskan... 76 Lampiran 3 Hasil query yang digunakan untuk merancang simwaskan... 77 Lampiran 4 Contoh database yang digunakan sebagai input dalam merancang

(20)

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar.

Secara fisik potensi tersebut berupa perairan nasional seluas 3,1 juta km2, ZEEI

(Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) seluas sekitar 3,0 juta km2, panjang garis

pantai lebih dari 95.150 km dan jumlah pulau sekitar 17.052 pulau. Dari segi

pembangunan, potensi tersebut berupa sumberdaya yang dapat diperbarui adalah

perikanan, mangrove, terumbu karang, industri bioteknologi kelautan sedangkan

dari segi sumber daya yang tidak dapat diperbarui adalah minyak bumi, gas,

bahan tambang dan mineral. Selain itu, energi kelautan berupa pasang surut,

gelombang dan angin, dan industri jasa seperti pariwisata, perhubungan dan

kepelabuhan (KKP, 2008).

Besarnya potensi kelautan dan perikanan Indonesia dapat menjadi sumber

kehidupan dan sumber pembangunan guna meningkatkan kemakmuran rakyat

menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang sejahtera, maju dan mandiri. Untuk

itu, laut harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, dijadikan sebagai masa

depan sumber pembangunan Indonesia dan kepentingan nasional yang besar.

Di masa yang akan datang, prospek pembangunan perikanan Indonesia

menjadi salah satu kegiatan ekonomi strategis dan dinilai cerah. Hal ini juga

dimungkinkan karena adanya perubahan perilaku masyarakat dunia yang

mengalami pergeseran pola konsumsi ke produk-produk perikanan dan hasil laut.

Disamping itu keterbatasan kemampuan pasok perikanan dunia akan menjadikan

ikan sebagai salah satu komoditi strategis dunia.

Hal tersebut sangat didukung oleh potensi perikanan yang dimiliki

Indonesia. Hal lain yang semakin mendorong terciptanya pembangunan perikanan

yang berbasis pada kepentingan masyarakat adalah lahirnya kebijakan pemerintah

dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di wilayah perairan Indonesia dan

ZEEI. Sebagai bentuk komitmen pemerintah Republik Indonesia terhadap sumber

daya kelautan dan khususnya perikanan diterbitkanlah beberapa kebijakan yang

(21)

1) Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 tetang Pengelolaan

Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

3) Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan

Bangsa - Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati);

4) Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan.

Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit

Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia,

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diberikan tanggungjawab untuk

menjalankan tugas pokok, fungsi dan wewenangnya untuk mengelola dan

melakukan pengawasan terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah

Republik Indonesia.

Salah satu fungsi yang penting dari Kementrian Kelautan dan Perikanan

adalah melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh

kegiatan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Untuk itu salah satu

kebijakannya adalah diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor KEP. 02/MEN/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan

Penangkapan Ikan. Pedoman tersebut sangat membantu bagi unit kerja

pengawasan, petugas pengawas perikanan atau pihak lainnya yang terkait dalam

melaksanakan tugas pengawasan perikanan sehingga lebih terarah dan sesuai

dengan ketentuan.

Pengawasan terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan di seluruh

wilayah Negara Republik Indonesia sangat perlu dilakukan. Hal ini penting,

karena banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak baik dari

dalam negeri maupun dari luar negeri di wilayah laut Indonesia. Mereka ingin

memanfaatkan sumber daya laut dan perikanan secara besar-besaran di luar

ketentuan yang berlaku. Menurut laporan tahunan Ditjen PSDKP (KKP 2010),

(22)

1) Kapal penangkapan ikan beroperasi tanpa memenuhi persyaratan sesuai

peraturan dan perundangan yang berlaku,

2) Kapal penangkap ikan tidak melapor hasil tangkapan ikan ke atau di

pelabuhan,

3) Kapal perikanan melakukan kegiatan transhipment di tengah laut atau

bahkan membawa hasil tangkapannya ke luar negeri,

4) Kapal perikanan melakukan penangkapan ikan di daerah terlarang.

Pelanggaran-pelanggaran itu kalau tidak terkendali dan terjadi secara terus

menerus, maka tentu akan merugikan Indonesia secara material yang jumlahnya

pasti tidak sedikit. Untuk itu fungsi pengawasan perikanan sangat penting, fungsi

pengawasan perikanan yang dilakukan oleh pengawas perikanan pada hakikatnya

adalah untuk melaksanakan pengawasan terhadap tertibnya pelaksanaan

pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan agar sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan pengawasan perikanan meliputi tiga

hal yakni, pengawasan terhadap kegiatan penangkapan ikan, pengawasan usaha

budidaya, dan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan, pengangkutan dan

pemasaran ikan.

Kegiatan pengawasan penangkapan ikan dilakukan oleh pengawas

perikanan melalui pemeriksaan terhadap dokumen perijinan kapal dan aktifitas

penangkapan ikan di laut. Sementara itu untuk kegiatan pengawasan usaha

budidaya, objek pengawasan meliputi dokumen perijinan, jenis ikan yang

dibudidayakan dan sarana-prasarana kegiatan budidaya. Untuk kegiatan

pengawasan terhadap pengolahan, pengangkutan dan pemasaran, pemeriksaan

dilakukan di unit pengolahan ikan (UPI) dengan melaksanakan pemeriksaan

dokumen perijinan, jenis ikan yang dilakukan pengolahan, penggunaan bahan

tambahan terhadap ikan, dll.

Kegiatan pengawasan penangkapan perikanan yang dilakukan oleh

pengawas perikanan dilakukan di dua tempat yaitu darat dan laut. Kegiatan

pengawasan perikanan di darat antara lain adalah pengecekan terhadap

kedatangan dan keberangkatan kapal, pemeriksaan dokumen kapal (kelengkapan

dan keabsahan), pemeriksaan alat penangkap dan alat bantu penangkapan,

(23)

oleh kapal pengawas perikanan yang melakukan pemeriksaan terhadap kapal-

kapal perikanan yang sedang melakukan kegiatan penangkapan ikan.

Fakta di lapangan menunjukan bahwa perekaman data atau informasi yang

dilakukan oleh pengawas perikanan terhadap kapal penangkap ikan masih

dilakukan secara manual, yaitu dengan mencatat data pada buku laporan. Kondisi

tersebut mengakibatkan data atau informasi sulit diperoleh secara cepat, data tidak

konsisten dan tidak akurat sehingga untuk evaluasi dan pelaporannya juga

memerlukan waktu yang relatif lama. Selain itu, penyampaian informasi atau

laporan melalui media komunikasi seperti telepon atau transmitter juga masih

dipandang rentan terhadap gangguan antara lain kondisi peralatan, alam atau iklim

serta rendahnya pemahaman dan kemampuan operator.

Kondisi tersebut mengakibatkan sistem pengawasan penangkapan ikan yang

dipandang sebagai kegiatan prioritas untuk dilaksanakan oleh pengawas perikanan

belum berjalan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, penyediaan sistem data

atau informasi kegiatan penangkapan ikan yang lengkap dan akurat menjadi

kebutuhan utama. Tidak semua data dapat diolah dan digunakan sebagai bahan

pertimbangan pengambilan keputusan bagi pimpinan, melainkan data yang sudah

dikelompokkan sehingga bisa diproses lebih lanjut. Untuk itu, diperlukan suatu

sistem informasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki keunggulan

kompetitif seperti sederhananya prosedur, kecepatan respon, kemudahan

transaksi, diperbarui dan bentuk penyajiannya.(Oetomo, 2004)

Kegiatan pengembangan Sistem informasi untuk mengelola data perikanan

merupakan kegiatan sangat strategis karena, pemerintah telah mengeluarkan

kebijakan untuk memfasilitasi kegiatan pengembangan sistem informasi di bidang

perikanan yang tertuang di dalam Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang

perikanan pada pasal 46 disebutkan bahwa :

1) Pemerintah menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan data

statistik perikanan serta menyelengarakan pengumpulan, pengolahan,

analisis, penyimpanan, penyajian dan penyebaran data potensi, sarana

dan prasarana, produksi, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan,

serta data sosial ekonomi yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan

(24)

2) Pemerintah mengadakan pusat data dan informasi perikanan untuk

menyelenggarakan sistem informasi dan data statistik perikanan.

Kemudian dalam pasal 47 disebutkan juga bahwa :

1) Pemerintah membangun jaringan informasi perikanan dengan lembaga

lain, baik di dalam maupun luar negeri.

2) Sistem informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan

mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi

perikanan.

Berdasarkan pada penjelasan dari pasal 46 dan 47 Undang-undang No. 31

tahun 2004 maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan sistem informasi

pengawasan perikanan dapat menunjang kinerja Pemerintah dalam hal penyajian

informasi dan data kegiatan pengawasan perikanan. Sistem informasi pengawasan

merupakan suatu sistem informasi yang didesain berdasarkan kebutuhan

pengawas perikanan untuk mendukung pengawas perikanan melaksanakan tugas

pokok dan fungsi pengawasan terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan.

Menurut surat keputusan Direktur Jenderal PSDKP tahun 2009, unit pelaksana

teknis bidang pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan berjumlah 5 unit

dengan rincian 2 unit setingkat pangkalan pengawasan (eselon III) dan 3 unit

setingkat stasiun (eselon IV). Kelima unit pelaksana teknis tersebut membawahi

62 unit satuan kerja pengawasan dan pos pengawasan dengan kondisi tersebut,

maka diperlukan media untuk memudahkan unit pelaksana teknis pengawasan

tersebut dalam melaksanakan fungsinya.

Perancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan atau

disingkat dengan SIMWASKAN diharapkan dapat membantu para penggunanya

untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan kegiatan serta pengambilan keputusan

secara efektif dalam pengawasan perikanan. Sistem informasi pengawasan

berbasis komputer ini nantinya juga diharapkan dapat menampung dan mengelola

data dengan kapasitas yang besar untuk dapat diolah dan dianalisa menghasilkan

informasi pengawasan yang lengkap, cepat dan akurat bagi unit pelaksana teknis

pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan di pangkalan pengawasan,

stasiun pengawasan dan satker atau pos pengawasan. Agar pelaksanaan

(25)

berjalan optimal maka sistem informasi manajemen pengawasan perikanan mutlak

diperlukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan, karena selain dapat

digunakan untuk menjawab kebutuhan data dan informasi oleh pengawas

perikanan, sistem informasi yang baik akan mampu menyimpan data dalam waktu

lama sehingga menjadi dasar untuk pengambilan kebijakan pengawasan perikanan

di masa mendatang.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan perikanan

oleh pengawas perikanan adalah :

1) Sulitnya memperoleh data perijinan kapal yang terbaru (up to date) sehingga menyulitkan pengawas perikanan untuk mendeteksi keaslian

dokumen kapal pada saat datang melakukan pemeriksaan.

2) Lambatnya penanganan perkara tindak pidana perikanan diakibatkan

oleh lambatnya laporan hasil pelaksanaan pengawasan perikanan di

lapangan ke pihak atasan.

3) Belum adanya sistem pelaporan kegiatan pengawasan perikanan oleh

pengawas perikanan kepada pimpinan secara cepat, tepat dan akurat.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini

telah dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1) Bagaimana upaya agar pengawas perikanan di lapangan dapat segera

memperoleh data dokumen kapal yang terbaru (up to date) ?

2) Apa yang menyebabkan lambatnya penanganan perkara dugaan tindak

pidana perikanan yang ditemukan oleh pengawas peri di lapangan ?

3) Bagaimana sistem yang terbaik yang dibutuhkan oleh pengawas

perikanan agar data perijinan kapal dapat diperoleh dengan cepat,

laporan segera bisa disampaikan ke atasan dan penanganan

pelanggaran dapat diselesaikan tepat waktu sesuai ketentuan peraturan

(26)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1) Menentukan hal-hal yang mempengaruhi lambatnya perolehan data

untuk kepentingan pengawas perikanan.

2) Menyusun rancangan sistem informasi manajemen dibidang

pengawasan perikanan berbasis komputer.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1) Dapat memberikan dukungan ketersediaan data dalam kegiatan

pengawasan dibidang perikanan dengan lebih baik.

2) Dapat mengoptimalkan pengelolaan data dibidang pengawasan

perikanan secara cepat, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

3) Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu dan

teknologi khususnya dibidang sistem informasi manajemen terutama

pada aplikasi pengawasan perikanan.

1.6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, permasalahan yang dihadapi oleh

pengawas perikanan dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan perikanan baik di

darat maupun di laut adalah belum adanya sistem manajemen data yang baik yang

dapat menunjang pelaksanaan kegiatan pengawasan perikanan. Hal tersebut

berimplikasi pada arah kebijakan dan atau pengambilan keputusan yang tanpa

didukung oleh informasi yang tepat sasaran sehingga kebijakan yang ditempuh

(27)

Gambar 1. Permasalahan Pengawasan Perikanan Pengawasan Perikanan

Darat Laut

Data

Sistem Informasi Pengawasan Perikanan

Sistem Manajemen Data Saat ini

Kebijakan baik dan tepat sasaran

Kebijakan kurang tepat sasaran

Terpeliharanya Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

(28)

2.1 Konsep Dasar Sistem

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai berbagai pengertian. Sistem adalah suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian

banyak bagian (Amirin, 1992). Sedangkan menurut Kristanto (2008), suatu sistem

adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul

bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran

tertentu. Dijelaskan oleh Robert N. (2007) Sebuah sistem merupakan cara yang

biasanya berulang kali dilakukan untuk melaksanakan suatu aktivitas atau

seperangkat aktivitas. Sistem diwarnai dengan serangkaian langkah yang berirama, terkoordinir dan terulang yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan

khusus.

Rumusan sistem serupa tidak berbeda jauh dengan rumusan yang

dikemukakan oleh Martin, Merle P. (1991), hanya saja rumusan tersebut

menambahkan unsur rencana ke dalamnya, sehingga sistem itu dikatakannya

merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan

berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.

Diperkuat oleh Robert N, Anthony dan Vijay (2007), bahwa suatu sistem terdiri

atas input, proses transformasi, output dan timbal balik dari lingkungan,

merupakan satuan terorganisir yang terdiri atas dua atau beberapa bagian atau

subsistem yang saling tergantung, dan bisa dibedakan dari lingkungannya dengan

batasan yang jelas.

Menurut Amirin (1992), ciri-ciri pokok suatu sistem adalah sebagai berikut :

1) Sistem bersifat terbuka atau pada umumnya bersifat terbuka. Boleh dikatakan

dalam kenyataan tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Sesuatu sistem

dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya dan sebaliknya,

dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari pengaruh apapun.

2) Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem. Setiap sistem terdiri dari

subsistem yang terbagi lagi ke dalam subsistem yang lebih kecil begitu

(29)

3) Di antara subsistem-subsistem itu terdapat saling ketergantungan, satu sama

lain saling memerlukan masukan (input) yang diperoleh dari sub sistem yang lain, dengan kata lain keluaran (output) satu subsistem diperlukan sebagai masukan bagi subsistem yang lain.

4) Suatu sistem mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya (selft adjustment). Kegiatan ini dimungkinkan karena adanya sistem umpan-balik atau balikan (feedback).

5) Sistem itu juga mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri

(self-regulation). Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan di atas. 6) Sistem itu mempunyai tujuan atau sasaran

Suatu sistem akan disebut sebagai sistem jika mempunyai “ batas ” yang

memisahkan sistem tersebut dari lingkungannya (sistem yang lebih luas lagi atau

lebih besar). Adanya konsep pengertian batas sistem maka memungkinkan adanya

perhatian khusus terhadap sesuatu sistem di dalam kerangka jenjang (hierarki)

sistem. Secara operasional batasan sistem itu digambarkan oleh Kristanto,A.

(2008), dengan cara sebagai berikut :

1) Mencatat semua komponen yang membentuk sistem dan memberikan

batas-batas sekitarnya. Segala sesuatu di luar batas-batas-batas-batas tersebut disebut

lingkungan sistem.

2) Mencatat semua arus atau aliran yang melewati batas sistem. Aliran yang

berasal dari lingkungan ke dalam sistem disebut masukkan (input), sedangkan

aliran dari dalam sistem ke luar sistem disebut keluaran (output).

3) Mencatat atau daftar semua unsur yang turut membantu mencapai tujuan

tertentu dari sistem tersebut kemudian memasukkan ke dalam batas sistem

jika belum dimasukkan.

2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi

Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen dalam

pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh dari hasil pengolahan data di

manapun dan kapanpun. Informasi juga bisa didapat dari sistem informasi yang

berada dalam suatu organisasi yang mengolah transaksi harian guna mendukung

(30)

biasanya menyediakan pelbagai macam laporan yang diperlukan sebagai hasil dari

pengolahan transaksi (Jogiyanto, 1989).

Sistem Informasi didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang saling

berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk

mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan

informasi, yang akan mendukung pembuatan keputusan (Sutedjo, 2002).

Disini penekanan informasi menjadi sangat penting. Informasi dijadikan

sebagai sumberdaya yang sangat berharga, sama halnya seperti sumber daya lain

seperti sumberdaya alam, manusia, dan teknologi. Informasi menambah nilai

mutu manajemen suatu organisasi dimana pengolahan data menjadi titik tolaknya.

Menurut Listiyo (2000), Informasi memberikan sesuatu yang berguna jika sesuai

dengan kebutuhan prima, mempunyai ketelitian dalam pengolahan data, tidak

kadaluarsa, dan dapat dipergunakan secara efektif.

Adapun Komponen Sistem Informasi menurut Burch dan Grudnitski dalam

Jogiyanto (1989), terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah

blok bangunan, yaitu blok masukan (input block), blok model (model block), blok basis data (database block) dan blok kendali (controls block). Masing-masing blok tersebut saling berinteraksi membentuk satu kesatuan untuk mencapai

sasarannya.

2.3 Tingkatan Sistem Informasi

Menurut Oetomo (2004), beberapa sistem informasi berbasis teknologi

informasi dikembangkan berdasarkan lini manajerial. Masing-masing sistem

informasi mempunyai fungsi dan manfaat bagi tiap tingkatan manajerial.

Beberapa tingkatan sistem informasi adalah:

1) Sistem Pemrosesan Transaksi (SPT) merupakan hasil pembentukan kantor

elektronik, dimana sebagian dari pekerjaan rutin diotomatisasi termasuk

proses transaksi. Pada SPT data transaksi yang dimasukan kemudian diolah

untuk menghasdilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan.

2) Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan pengelolaan dari

proses-proses yang menghasilkan informasi untuk manajer guna mendukung operasi

(31)

telah diproses untuk menghasilkan laporan ringkas, keputusan rutin dan

jawaban dari query yang diperlukan.

3) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan peningkatan dari SIM,

tersedia prosedur-prosedur khusus, pemodelan yang unik dalam membantu

manajer mengambil alternative keputusan.

4) Sistem Informasi e-Business merupakan integrasi data dan informasi dari

suatu proses bisnis berbasis internet.

2.4 Sistem Informasi Manajemen

Kombinasi dari istilah sistem, informasi, dan manajemen menjadi kata-kata

baru yaitu “Sistem Informasi Manajemen” (SIM). McLeod.Jr.R dan Schell (2010)

mengemukakan bahwa SIM adalah sebagai suatu sistem berbasis komputer yang

menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan serupa. Output

informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan untuk

membuat keputusan dalam memecahkan masalah. Sedangkan menurut Badriyah

(2002), SIM adalah pendekatan yang terorganisir dan terencana untuk

memberikan eksekutif bantuan informasi yang memberikan kemudahan bagi

proses manajemen.

Menurut Mahyuzir (1989), secara umum pengertian manajemen adalah

pengendalian dan pemanfaatan daripada semua faktor dan sumberdaya yang

menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai atau

menyelesaikan suatu prapta (objective) atau tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menurut Siagian (1999), manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau

ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan

melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Akhirnya, menurut Suroso (2003),

manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan

mempergunakan kegiatan orang lain. Dari ketiga definisi tersebut di atas, ada tiga

hal penting dalam definisi-definisi tersebut. Pertama, ada tujuan yang hendak

dicapai; kedua, tujuan yang hendak dicapai memerlukan/membutuhkan tenaga

orang lain; dan ketiga, kegiatan/aktivitas orang lain tersebut harus dibimbing dan

(32)

Sistem informasi Manajemen yaitu serangkaian sub sistem informasi yang

menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu

mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna

meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar

kriteria mutu yang telah ditetapkan (Wijana, 1997).

Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem berbasis komputer

yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang

sama. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal,

perusahaan atau sub unit dibawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau

salah satu sistem utamanya mengenai apa yang terjadi di masa lalu, apa yang

terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan

ouput dari model matematika. Output informasi digunakan oleh manajer maupun

non manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk

memecahkan masalah (Kristanto, A. 2008).

Sistem informasi manajemen di dalam perancangan, penerapan dan

pengoperasiannya sangat mahal dan sulit. Upaya ini dan biaya yang diperlukan

harus ditimbang-timbang. Ada beberapa faktor yang membuat SIM menjadi

semakin diperlukan, antara lain bahwa manajer harus berhadapan dengan

lingkungan bisnis yang semakin rumit (Harahap, 2000).

Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem informasi dalam

organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua

tingkatan manajemen. SIM menurut George dalam Jogiyanto (1989) adalah

kumpulan dari interaksi-interaksi sistem-sistem infomasi yang menyediakan

informasi baik untuk kebutuhan manajerial maupun kebutuhan operasi. Menurut

Davis (1991), SIM adalah sistem manusia/mesin yang menyediakan informasi

untuk mendukung operasi manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari

suatu organisasi.

Secara teori, komputer tidak harus digunakan di dalam SIM, tetapi

kenyataannya tidaklah mungkin SIM yang kompleks dapat berfungsi tanpa

melibatkan elemen non-komputer dan elemen komputer. Definisi yang diberikan

(33)

komputer adalah sistem mesin. Lebih lanjut Martin (1991), juga menegaskan

bahwa SIM selalu berhubungan dengan persoalan informasi yang berbasis pada

komputer.

2.5 Peranan sistem informasi bagi manajemen

Manajemen membutuhkan informasi untuk mendukung pengambilan

keputusan yang akan dilakukannya. Sumber informasi untuk pengambilan

keputusan manajemen bisa didapatkan dari informasi eksternal dan internal.

Informasi internal dapat diperoleh dari sistem informasi yang dihasilkan dari

operasi PDE (pengolahan data elektronik) dan informasi non PDE diperoleh

melalui studi penelitian secara empiris (Jogiyanto, 1989).

Sistem informasi mempunyai peran penting untuk menyediakan informasi

bagi manajemen semua tingkatan. Agar informasi yang dihasilkan oleh sistem

informasi tepat sasaran dan berguna bagi manajemen, maka analisis sistem perlu

dibuat untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang diinginkan oleh

manajemen. Oleh karena itu, untuk melakukan analisis sistem harus mengerti

terlebih dahulu tujuan kegiatan dari manajemen untuk masing-masing

tingkatannya dan tipe keputusan yang diambilnya. Bentuk informasi yang

dibutuhkan oleh manajemen juga sangat penting untuk diketahui, sehingga

informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akan dapat mengena sesuai yang

dibutuhkan manajemen (Kristanto,1994).

2.6 Metode Pengolahan Data

Menurut Davis, William S. (1983), sistem informasi dapat mempunyai

metode pengolahan data sebagai berikut :

1) Metode pengolahan data terpusat (centralized data processing method),

merupakan metode pengolahan data yang memusatkan pengolahannya pada

suatu tempat tunggal tertentu.

2) Metode pengolahan data tersebar (distributed data processing method),

dengan metode ini masing-masing subsistem dapat melakukan pengolahan

(34)

3) Metode pengolahan kumpulan (batch processing method), merupakan metode

pengolahan data yang mengumpulkan data terlebih dahulu selama beberapa

periode setelah itu diolah untuk memutakhirkan file induk.

4) Metode pengolahan langsung (on line processing method), pada metode ini

transaksi terjadi secara segera dan langsung digunakan untuk memutakhirkan

file induk.

2.7 Basis Data atau Database

Basis data (database) adalah suatu sistem penyusunan dan pengolahan

record-record dengan menggunakan komputer dengan tujuan untuk menyimpan atau merekam serta memelihara data operasional pada sebuah organisasi, sehingga

mampu menyediakan informasi yang optimal yang diperlukan oleh pemakai untuk

mengambil keputusan (Fathansyah, 2001). Menurut McLeod (1998), basis data

adalah suatu koleksi data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan dan

disimpan denga cara yang memudahkan pengambilan kembali.

Fungsi dan peranan basis data dalam suatu sistem informasi berbasis

komputer sangat penting dalam suatu sistem informasi, yaitu merupakan sumber

dalam menyediakan kebutuhan data bagi para pemakai atau pengambil keputusan

(Jenal, 2004).

Basis data dapat disimpan dalam beberapa struktur yaitu : Hirarki,

Jaringan dan Relasional. Struktur basis data relasional lebih banyak digunakan

karena meminimumkan redundancy data, sehingga penyimpanan dan pemeliharaan data lebih sederhana. Di dalam basis data relasional, sekelompok

data atau tabel data atau entitas dihubungkan sesuai dengan keterikatannya

(Mahyuzir, 1989).

C.J. Date dan E.F. Codd adalah professional yang memperkenalkan

pertama kali struktur data base relasional. Struktur ini sampai saat ini merupakan

struktur database yang paling umum digunakan oleh perusahaan atau organisasi

bisnis. Konsep struktur data base relasional terdiri dari tabel-tabel yang saling

berhubungan secara implisit dibangun dengan cara mencocokan nilai-nilai field

data, hal ini yang menjadikannya mudah digunakan dan dipahami oleh para

(35)

2.8 Data Flow Diagram (DFD)

Menurut McLeod.Jr.R dan Schell (2010), dijelaskan bahwa Data Flow Diagram (DFD) adalah tampilan diagram suatu sistem yang menggunakan empat bentuk simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui proses

yang saling berhubungan. Simbol-simbol tersebut menggambarkan: 1. Unsur

lingkungan yang berhubungan dengan sistem; 2. Proses; 3. Arus data; dan 4.

Penyimpanan data. Unsur lingkungan atau terminator di luar batas sistem. Unsur inilah yang memberikan input data ke sistem dan menerima output dari sistem. Unsur ini dapat berupa orang, organisasi atau sistem lain. Unsur ini mempunyai

simbol segi empat persegi panjang. Unsur proses adalah yang mengubah input

menjadi output. Masing – masing proses diberikan penjelasan menggunakan kata kerja dan obyek, tetapi dapat juga nama suatu sistem atau program komputer.

Simbol unsur proses berupa lingkaran atau persegi panjang dengan sudut tumpul.

Unsur aliran data terdiri dari elemen data yang saling berhubungan secara logis

berjalan dari proses ke proses yang lain. Aliran data dapat berjalan secara

bercabang ataupun memusat. Simbol dari aliran data berupa garis lurus atau garis

lengkung seperti anak panah. Unsur penyimpanan data atau storage dapat digambarkan dalam bentuk garis sejajar atau segi empat terbuka atau oval

(McLeod.Jr.R dan Schell 2010).

Di dalam DFD terdapat tingkatan penggambaran. Diawali dengan

penggambaran DFD tingkat atau level 0 yang dikenal dengan nama Diagram Konteks. Diagram konteks hanya menggambarkan suatu proses tunggal dari

keseluruhan sistem dan keterkaitannya dengan lingkungannya (Riyanto, Tosin,

2000).

Setelah Diagram Konteks selesai dibuat, dilakukan analisa dan identifikasi

proses-proses secara lebih detil. Proses–proses tersebut yang merupakan turunan

proses dari sistem tersebut pada diagram konteks. Detil proses pada DFD

dinotasikan sebagai DFD level n. Tingkat kedalaman penyusunan DFD harus

mengikuti kaidah-kaidah yaitu : Pertama, batasi jumlah proses dalam DFD

tunggal sehingga tidak lebih dari enam sampai delapan proses. Kedua,

(36)

dari satu halaman. Salah satu contoh tools untuk membuat DFD adalah Use Case

(McLeod.Jr.R dan Schell, 2010).

2.9 Database Management System (DBMS)

Database management system (DBMS) adalah suatu aplikasi perangkat lunak yang menyimpan struktur database, data itu sendiri, hubungan antar data di

dalam database, maupun laporan dan formulir atau form yang berhubungan dengan database termasuk di dalamnya adalah deskripsi data, nama field, jenis data, jumlah bilangan desimal, jumlah karakter, nilai awal dan semua deskripsi

field lainnya (McLeod.Jr.R dan Schell, 2010).

Oetomo (2004), menyatakan bahwa DBMS merupakan antar muka untuk

pengguna dalam mengorganisasikan database yang dibangunnya. Pengguna

dapat berinteraksi dan mengekplorasi database dengan mudah dan praktis dengan

menggunakan perintah-perintah sederhana dalam bahasa pemrograman tertentu.

Bahasa pemrograman yang sudah sangat dikenal antara lain dBase III+, dBaseIV,

FoxBase, FoxPro, Visual FaoxPro, MA Access dan Visual Basic, dll.

2.10 Perangkat Lunak (software)

Ada dua tipe dasar perangkat lunak yaitu sistem dan aplikasi. Perangkat

lunak sistem untuk menjalankan komputer, sedangkan perangkat lunak aplikasi

untuk mengolah data pengguna. Perangkat lunak aplikasi dapat berupa perangkat

lunak jadi dari vendor, sedangkan perangkat aplikasi dapat dibuat untuk pesanan

atau pemakaian tertentu (Kristanto, 1994).

Perangkat lunak sistem biasanya dibuat oleh pembuat perangkat keras atau

Perusahaan tertentu yang memfokuskan dalam pembuatan perangkat lunak sistem.

Perangkat lunak sistem yang terdapat dipasaran antara lain: Windows XP, Mac

OS, OS/390 IBM, UNIX sedangkan, perangkat lunak aplikasi biasanya dibuat

untuk memfasilitasi pengguna atau pengembang memenuhi kebutuhannya.

Perangkat lunak aplikasi yang dikenal juga sebagai bahasa pemrograman antara

lain adalah Cobol, C++, Java, Visual Basic, bahasa generasi keempat – 4GL

(37)

2.11 Interaksi Manusia dan Komputer

Pada beberapa kasus kehadiran komputer tidak membuat pengguna merasa

mudah berinteraksi dengan komputer. Untuk itu, berbagai langkah dilakukan

untuk memperbaiki cara memakai komputer. Dimulai tahun 1970-an muncul ide

tentang ‘User Friendly’ atau komputer yang bersahabat dengan penggunanya, Tahun 1980-an timbul pengetahuan yang lebih luas lagi yaitu yang dikenal dengan

nama interaksi manusia komputer (IMK) Zakaria dan Prijono (2007).

Kisah sukses produk yang memiliki IMK yang baik adalah graphical user interface (GUI) yang sudah umum kita kenal yaitu penggunaan windows, icon,

mouse, pointer. Beberapa keuntungan yang ada adalah lebih cepat prosesnya, lebih mudah dipelajari, dan lebih banyak waktu untuk mempelajari aplikasi

Zakaria dan Prijono (2007).

SIMWASKAN adalah sistem informasi manajemen pengawasan perikanan

yang menyajikan tampilan menu-menu. Menurut Karuniawan, B. (2002), desain

menu dirancang secara cermat dengan memperhatikan kaidah- kaidah di bawah

ini:

1) Pilihan harus dapat dijalankan atau diproses,

2) Ada informasi visual untuk membantu pengguna,

3) Wajar, masuk akal, mudah dipahami dan mudah diingat oleh pengguna,

4) Struktur menu harus jelas (misal: tree-structured menus atau linear sequences).

2.12 Pengawasan Perikanan

Charles, A. (2001), menyatakan bahwa yang dimaksud pengawasan

(controlling) adalah suatu proses yang dilakukan untuk menjamin bahwa tujuan suatu organisasi dan manajemen dapat dicapai. Pengawasan adalah suatu proses

dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang

dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau

kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya pengawasan harus

(38)

Handayaningrat (1994), menyatakan bahwa pengawasan dimaksudkan

untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan

dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.

Jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan tetapi mencari kebenaran

terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan. Tujuan pengawasan adalah agar pelaksaan

pekerjaan diperoleh secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan sebelumnya.

Macam-macam pengawasan menurut (Handayaningrat, 1994), adalah:

1) Pengawasan dari dalam adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau

unit pengawasan yang dibentuk di dalam organisasi itu sendiri, aparat

pengawas bertindak untuk dan atas nama pimpinan organisasi. Aparat

pengawas ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan

oleh pimpinan organisasi untuk perbaikan atau kebijaksaan lebih lanjut;

2) Pengawasan dari luar adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau

unit dari luar organisasi itu. Aparat atau unit pengawasan bertindak atas

nama atasan dari pimpinan organisasi itu, atau atas nama pimpinan

oeganisasi itu atas permintaannya;

3) Pengawasan preventif adalah pengawasan sebelum suatu rencana

dilaksanakan, pengawasan untuk mencegah terjadinya kekeliruan, kesalahan

dalam pelaksanaan kegiatan;

4) Pengawasan represif, pengawasan kapal ikan dimaksudkan untuk

memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pelaksaan

izin oleh kapal ikan tersebut, berupa surveillance dengan cara melakukan pemeriksaan secara langsung pelaksaan kegiatan kapal ikan tersebut di laut.

Metode pengawasan terdiri dari enam jenis (Handayaningrat, 1994), yaitu:

1) Pengawasan langsung adalah apabila aparat pengawasan atau pimpinan

organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan

pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verivikatif maupun investigatif. Metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakan perbaikan

dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan;

2) Pengawasan tidak langsung adalah apabila aparat pengawasan atau pimpinan

(39)

laporan-laporan yang masuk padanya. Laporan dapat berupa deretan angka-angka

statistik dan lain-lain tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Kelemahan

laporan ini tidak segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan

pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar;

3) Pengawasan formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh unit atau aparat

pengawas yang bertindak atas nama pimpinan organisasi itu atau atasan dari

pimpinan organisasi itu. Dalam pengawasan ini telah diatur prosedur,

hubungan dan tata kerja, dan periode waktunya. Aparat pengawasan ini

harus melakukan pengawasan dan pelaporan pengawasannya secara

periodik, laporan harus disertai saran-saran perbaikan atau penyempurnaan;

4) Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran formal

atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya

dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak

resmi (pribadi), atau secara incginito. Hal ini berguna untuk menghindari kekakuan hubungan antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta suasana

keterbukaan dalam memperoleh informasi tentang pelaksanaan pekerjaan,

usul dan saran-saran dari bawahan;

5) Pengawasan adminstratif adalah pengawasan meliputi bidang keuangan,

kepegawaian dan material;

6) Pengawasan teknis adalah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik,

misalnya pemeriksaan terhadap pembangunan gedung, pembuatan kapal dan

sebagainya;

Prinsip-prinsip pengawasan oleh (Charles, 2001), adalah:

1) Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi;

2) Pengawasan harus obyektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum

daripada kepentingan pribadi;

3) Pengawasan harus berorientasi pada kebenaran menurut peraturan

perundangan yang berlaku (wetmatigheid), berorientasi pada kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan (rechtmatigheid), dan berorientasi terhadap tujuan atau manfaat dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatifheid);

4) Pengawasan harus menjamin daya guna dan hasil guna pekerjaan;

5) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang obyektif, teliti dan tepat;

(40)

7) Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan

dan penyempurnaan pelaksanaan, perencanaan dan kebijaksanaan dimasa

depan.

Pengawasan perikanan sebagai pengawasan represif dapat menggunakan

beberapa sistem (Handayaningrat, 1994), yaitu :

1) Sistem komparatif yaitu mempelajari laporan penangkapan ikan (fishing log book) dibandingkan dengan lamanya trip penangkapan dan jenis ikan yang tertangkap, mengadakan analisis, dan memberikan penilaian serta

penyempurnaan;

2) Sistem verivikatif yaitu pemeriksaan berdasarkan pedoman atau petunjuk teknis dan dibuat laporan periodik, melihat perkembangan dan penilaian

hasil pelaksanaan serta memutuskan tindakan-tindakan lebih lanjut;

3) Sistem Inspekstif yaitu dengan cara mengecek kebenaran dari suatu laporan penangkapan ikan dengan pemeriksaan di tempat (on the spot inspection); 4) Sistem investigative yaitu pemeriksaan dengan titik berat pada penyelidikan

atau penelitian yang lebih mendalam terhadap indikasi adanya pelanggaran

perikanan, baik dari laporan masyarakat atau dari pengamatan langsung di

lapangan, tujuannya untuk memberi keyakinan tentang kebenaran laporan

atau dugaan pelanggaran yang telah diterima sebelumnya.

Keempat sistem tersebut saat ini dipergunakan dalam pelaksanaan kebijakan

pengawasan perikanan di Indonesia dan dikenal dengan sebutan sistem MCSI

singkatan dari monitoring, controlling, surveilance dan investigation.

Pengertian MCS, secara umum dipakai sebagaimana disepakati dalam

konferensi FAO tahun 1981 di Roma dengan uraian sebagai berikut:

1) Monitoring – the continuous requirement for the measurement of fishing

effort characteristics and resources yields;

2) Control – the regulatory conditions under which the exploitation of the resource may be conducted;

3) Surveillance – the degree and types of observation reguired to maintain compliance with the regulatory control imposed on fishing activities.

Penerapan sistem MCS di setiap negara anggota berbeda tergantung dari

(41)

Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, mendefinisikan MCS sebagai

berikut :

1) Monitoring (pemantauan) adalah pencarian dan pengumpulan data,

informasi, fakta yang dilakukan setiap saat secara berkelanjutan untuk

memperoleh kejelasan serta akibat peristiwa yang terjadi;

2) Controlling (pemeriksaan) adalah upaya menemukan terjadinya sebuah

peristiwa yang dilakukan di luar ketentuan perundang-undangan yang

berlaku;

3) Surveillance (pengamatan) adalah tindakan hukum yang dilakukan terhadap

suatu peristiwa tindak pidana yang disengaja atau tidak disengaja oleh

seseorang atau badan hukum.

2.13 Peranan Sistem Informasi Manajemen Dalam Pengawasan Perikanan

Sistem informasi merupakan elemen pokok dari teknologi informasi, dan

telah banyak mengalami perkembangan berkat kemajuan yang telah dicapai dalam

teknologi perangkat keras dan perangkat lunak (Suroso, 2003). Teknologi

informasi merupakan suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data

menjadi informasi dan proses penyaluran data dalam batas ruang dan waktu.

Pemanfaatan teknologi informasi pada kegiatan pengawasan perikanan akan

membantu dalam kemajuan kegiatan pengawasan perikanan, hal ini berkaitan

dengan semakin cepatnya arus informasi yang mengalir dan semakin mudahnya

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Sebagai instansi Pemerintah, pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan

dan perikanan Jakarta dapat diandalkan untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan kegiatan pengawasan perikanan. Sistem informasi akan sangat berguna

bagi kegiatan pengawasan yang dilakukan karena sistem informasi berbasis

komputer dapat menyajikan informasi bagi pemakai dengan kebutuhan yang

serupa ataupun pihak pengawasan untuk mengelola serta mengembangkan

pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan Jakarta menjadi lebih

(42)

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret hingga November 2010, dengan kegiatan pengumpulan data perijinan kapal penangkap ikan yang bersumber dari Direktorat Pelayanan Usaha Penangkapan di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, pengumpulan data pengawasan perikanan dilaksanakan di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Jakarta, penetapan lokasi ini diharapkan dapat mewakili lokasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) lainnya karena tugas dan fungsi pengawas perikanan adalah sama sehingga data yang dibutuhkan bersifat homogen, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan pemrosesan data dan akhirnya perancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan dengan menggunakan perangkat lunak (software).

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan kegiatan penelitian untuk menghasilkan rancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan di UPT Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Perikanan Jakarta adalah sebagai berikut :

1) Survei di lokasi penelitian untuk menganalisis kebutuhan, mengidentifikasi dan memformulasikan permasalahan;

2) Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis sistem berjalan di Pangkalan PSDKP Jakarta. Kemudian, melakukan studi pustaka untuk mendapatkan data pendukung guna memformulasi permasalahan;

3) Perancangan sistem baru dan pengembangan serta perekayasaan perangkat lunak komputer;

4) Uji coba sistem informasi manajemen;

(43)

Gambar 2. Diagram alir penelitian

3.3 Metode Pengumpulan Data

(44)

dan tulisan ilmiah bidang sistem informasi manajemen dan studi literatur berupa peraturan dan perundang-undangan bidang pengawasan perikanan, petunjuk pelaksanaan pengawasan perikanan, laporan pelaksanaan pengawasan perikanan, dll.

Berikut tabulasi pengelompokan data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Tabel 1. Tabel pengelompokan data primer dan sekunder

No Jenis Data Cara Pengumpulan

1 Primer Data perijinan kapal perikanan Pengumpulan data perijinan di Direktorat Pelayanan Usaha Perikanan, Ditjen Perikanan Tangkap

Data pengawas perikanan di Pangkalan PSDKP Jakarta

Penerapan Surat Laik Operasional Kapal Perikanan

Penerapan Hasil Pemeriksaan Kapal oleh pengawas perikanan

Pelaksanaan pemeriksaan kapal perikanan oleh pengawas perikanan

Penanganan pelanggaran oleh pengawas perikanan

Wawancara kepada pengawas perikanan di Pangkalan PSDKP Jakarta

2 Sekunder Teori Sistem Manajemen Informasi Kebijakan Pengawasan Perikanan

Studi Pustaka dan Literatur

3.4 Metode Analisis Data

(45)

3.4.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dari pihak yang terlibat dalam sistem informasi manajemen pengawasan perikanan. Pihak yang terlibat dalam sistem informasi manajemen pengawasan perikanan antara lain :

1) Analisis kebutuhan informasi bagi Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Direktorat Pengawasan Sumber Daya Perikanan mengenai hasil-hasil pelaksanaan tugas pengawas perikanan di lapangan khususnya dalam hal pelaksanaan pengawasan terhadap ketaatan dan kepatuhan kapal perikanan;

2) Analisis kebutuhan informasi Pengawas Perikanan;

3) Analisis kebutuhan informasi bagi Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Jakarta;

3.4.2 Formulasi Masalah

(46)

3.5 Batasan Sistem

Batasan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan pada Pangkalan PSDKP Jakarta diarahkan pada pemanfaatan teknologi informasi berbasis komputer. Desain sistem yang akan disusun adalah berdasarkan kebutuhan pengelolaan data di Ditjen PSDKP dan Pangkalan PSDKP dan sebagai gambaran ruang lingkup sistem informasi yang dibangun di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Jakarta, meliputi:

1) Data perijinan kapal perikanan;

2) Pengawasan kapal perikanan pada saat datang di pelabuhan;

3) Pengawasan kapal perikanan pada saat berangkat dari pelabuhan; 4) Laporan hasil pelaksanaan pengawasan terhadap kapal perikanan.

3.6 Perancangan Sistem

Setelah kebutuhan informasi teridentifikasi dan ditetapkan maka dilakukan analisis dan perancangan dengan pendekatan relasional database. Seperti telah diulas oleh Listiyo,I.S. (2000), bahwa ada beberapa jenis relasi antar entitas di dalam relasional database, yaitu:

1) Relasi satu ke satu (one to one). Satu kolom dalam relasi A dihubungkan dengan paling banyak satu kolom pada relasi B, dan satu kolom pada relasi B dihubungkan dengan paling banyak satu kolom di relasi A.

2) Relasi satu ke banyak (one to many). Satu kolom pada relasi A dihubungkan dengan sejumlah kolom pada relasi B. Kolom pada relasi B hanya dihubungkan dengan paling banyak satu kolom relasi A.

3) Relasi banyak ke banyak (many to many). Satu kolom di dalam relasi A dihubungkan dengan sejumlah kolom di relasi B, dan kolom di relasi B dihubungkan dengan sejumlah kolom di relasi A.

Gambar

Gambar 2.  Diagram alir penelitian
Gambar 3. Bagan/Struktur organisasi Pangkalan PSDKP Jakarta
Gambar 4. Bagan alur tugas pengawas perikanan
Gambar 11. Menu Pilihan File
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepentingan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyimpanan data dan informasi tentang PP sebagai acuan pertimbangan dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di suatu

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka dibutuhkan Sistem Informasi Penjadwalan Perbaikan Kapal dimana sistem ini terdiri dari sub sistem absensi dan jadwal

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka dibutuhkan Sistem Informasi Penjadwalan Perbaikan Kapal dimana sistem ini terdiri dari sub sistem absensi dan jadwal

Kepentingan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyimpanan data dan informasi tentang PP sebagai acuan pertimbangan dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di suatu

Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya suatu sistem yang merancang penentuan jumlah kebutuhan bibit ikan berdasarkan permintaan pasar pada Dinas Perikanan dan Kelautan

Dari hasil pengujian ini diperoleh hasil bahwa sistem informasi pelelangan ikan berbasis web ini mudah dipahami dan dapat membantu dalam proses mengelola hasil

Kepentingan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyimpanan data dan informasi tentang PP sebagai acuan pertimbangan dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di suatu

Tesis dengan judul“Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap” bertujuan untuk untuk merancang suatu sistem