PENGAWASAN PERIKANAN
Oleh :
ANDRI FAHRULSYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2011
The Information technology becomes one of the best options for companies which addresses the power of information as a competitive advantage in globalization era.The Directorate General for Monitoring and Controlling Marine and Fisheries Resources especially the Directorate of Monitoring Fishery Resources of Ministry for Marine and Fisheries has a role to manage marine and fisheries resources and to utilizehems as well as to maintain the potential of fisheries resources in Indonesia.
The Directorate of Monitoring Fisheries Resources in carrying out its tasks and functions has not been supported yet by a sophisticated information system. To create that kind of system information, need to do well plan, to carry out a research, then to develop software and finally to implement the system information for fisheries monitoring.
This system information will hopefully support the accomplishment of an effective fishery monitoring activities. The development of system information management for fisheries monitoring follows the system development life cycle method. Start from identifying and formulating the current problems, and then designing the conceptual system consists of database structure and flow of processes, develop a software engineering using Microsoft Access and Visual Basic software in order to produce, user friendly menu or windows which are easily accessed by users.
© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang
Andri Fahrulsyah, NRP. C551030314/TKL. Pengembangan Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si dan Dr. Ir. Darmawan, MAMA
Salah satu fungsi penting dari Kementrian Kelautan dan Perikanan adalah melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh kegiatan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Pengawasan terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia sangat perlu dilakukan. Hal ini menjadi penting karena banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri di wilayah laut Indonesia. Menurut laporan tahunan Ditjen PSDKP tahun 2010, jenis-jenis pelanggaran tersebut antara lain :
1) Kapal penangkapan ikan beroperasi tanpa memenuhi persyaratan sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku,
2) Kapal penangkap ikan tidak melapor hasil tangkapan ikan ke atau di pelabuhan,
3) Kapal perikanan melakukan kegiatan transhipment di tengah laut atau bahkan membawa hasil tangkapannya ke luar negeri,
4) Kapal perikanan melakukan penangkapan ikan di daerah terlarang.
Pelanggaran-pelanggaran itu kalau tidak terkendali dan terjadi secara terus menerus, maka tentu akan merugikan Indonesia secara material yang jumlahnya pasti tidak sedikit. Untuk itu fungsi pengawasan perikanan sangat penting, fungsi pengawasan perikanan yang dilakukan oleh pengawas perikanan pada hakikatnya adalah untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap tertibnya pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan pengawasan perikanan meliputi tiga hal yakni, pengawasan terhadap kegiatan penangkapan ikan, pengawasan usaha budidaya, dan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan, pengangkutan dan pemasaran ikan. Fakta di lapangan menunjukan bahwa perekaman data atau informasi yang dilakukan oleh pengawas perikanan terhadap kapal penangkap ikan masih dilakukan secara manual, yaitu dengan mencatat data pada buku laporan. Kondisi tersebut mengakibatkan data atau informasi sulit diperoleh secara cepat, data tidak konsisten dan tidak akurat sehingga untuk evaluasi dan pelaporannya juga memerlukan waktu yang relatif lama.
dengan cepat, laporan segera bisa disampaikan ke atasan dan penanganan pelanggaran dapat diselesaikan tepat waktu sesuai ketentuan peraturan yang berlaku? Penelitian ini dilakukan di unit pelaksana teknis pengkalan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan Jakarta. Penelitian ini bertujuan :
1) Menentukan hal-hal yang mempengaruhi lambatnya perolehan data untuk kepentingan pengawas perikanan;
2) Menyusun rancangan sistem informasi manajemen dibidang pengawasan perikanan berbasis komputer.
Untuk mencapai tujuan penelitian, data dianalisis dengan metode pendekatan sistem dengan melalui tahapan sebagai berikut : 1) analisis kebutuhan pelaku sistem informasi manajemen pengawasan perikanan; 2) analisis formulasi masalah sistem informasi manajemen pengawasan perikanan; 3) analisis perancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan meliputi pemodelan dan rekayasa perangkat lunak.
Hasil analisis kebutuhan pelaku sistem informasi adalah sebagai berikut : 1) Pangkalan PSDKP Jakarta memerlukan data pengawasan perikanan terutama
data ketaatan kapal berpangkalan di pelabuhan perikanan Nizam Zachman Jakarta.
2) Pengawas Perikanan memerlukan informasi tentang perijinan kapal penangkap ikan yaitu: SIUP (surat izin usaha perikanan), SIPI (surat izin penangkapan ikan), SIKPI (surat izin kapal pengangkut ikan).
3) Pemilik kapal memerlukan informasi tentang status perijinan kapal untuk pelaksanaan usaha penangkapan ikan.
4) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan memerlukan laporan hasil pelaksanaan pengawasan kapal perikanan oleh pengawas perikanan.
5) Stakeholder lainnya sebagai pengguna data dan informasi memerlukan kemudahan akses untuk memperoleh data pengawasan kapal perikanan dan bahan pengambilan keputusan.
Hasil analisis formulasi masalah sistem informasi manajemen pengawasan perikanan yang ingin dirancang adalah : 1) pengawas perikanan kesulitan memperoleh data perijinan kapal yang terbaru (up to date); 2) belum adanya suatu media penyimpanan data pengawasan perikanan berbasis komputer; 3) penyajian informasi pengawasan perikanan secara lengkap belum terlayani secara cepat dan akurat sehingga stakeholder kesulitan untuk operasional di lapangan; 4) sistem informasi manajemen pengawasan perikanan belum ada.
keluaran (output). Pada tampilan antar muka dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan, tampilan input diubah menjadi menu file, kedatangan, keberangkatan, di laut, budidaya, pengolahan, dan menu help. Semua menu tersebut berisikan database dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan yang dirancang. Tahapan proses database menjadi informasi yang dibutuhkan pada rancangan tampilan antar muka terdapat dalam menu utility
sedangkan output (keluaran) dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan terdapat pada menu report.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1) Belum adanya sistem informasi dibidang pengawasan perikanan di Direktorat Jenderal PSDKP merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lambatnya aliran data pengawasan perikanan, terutama data yang dapat mendukung pelaksanaan tugas pengawas perikanan dilapangan.
2) Rancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan (SIMWASKAN) yang dibuat melalui pendekatan analisis kebutuhan pelaku sistem terdiri dari tiga bagian yakni, Masukan (input) data, Proses (relasional entitas data dan perancangan diagram alur data), dan Keluaran (output). Bagian masukan (input) data dalam SIMWASKAN terdiri dari menu file, menu kedatangan, menu keberangkatan, menu di laut, menu budidaya, menu pengolahan dan menu help. Bagian proses terdapat dalam menu utility, sedangkan Keluaran (output) pada sistem informasi manajemen pengawasan perikanan adalah menu report. SIMWASKAN memiliki kemampuan untuk pemutakhiran (updating) data, sehingga bisa diaplikasikan untuk manajemen data pengawasan perikanan di seluruh unit pelaksana teknis Ditjen PSDKP. Verifikasi terhadap SIMWASKAN adalah dengan menggunakan data perijinan kapal sehingga dapat diaplikasikan untuk pengawasan terhadap kedatangan kapal perikanan di pelabuhan dan keberangkatan kapal perikanan meninggalkan pelabuhan.
Saran dari penelitian ini antara lain :
1) Rancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan belum optimal berjalan karena masih bersifat modular, sehingga perkembangan data dan informasi terbaru tidak otomatis terdistribusi kepada seluruh unit pengawas perikanan yang ada.
PENGAWASAN PERIKANAN
Oleh :
ANDRI FAHRULSYAH
Tesis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar
Magister Sains Teknologi Kelautan
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
NAMA MAHASISWA : ANDRI FAHRULSYAH
NO. MAHASISWA : C 551030314
PROGRAM STUDI : Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si Dr. Ir. Darmawan, M.AMA
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Kelautan
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Agr
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-NYA sehingga Tesis dengan judul “ Pengembangan
Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan” dapat
diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo,
M.Si dan Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.AMA selaku komisi pembimbing yang
telah membantu, membimbing dan memberi masukan agar tesis ini menjadi baik,
serta Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Budi Wiryawan,
M.Sc sebagai dosen penguji. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
seluruh jajaran keluarga besar Direktorat Pengawasan Sumber Daya Ikan, Ditjen
PSDKP, Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk dukungan dan partisipasinya,
penghargaan kepada Direktur Pelayanan Usaha Penangkapan Ikan, Kepala
Pangkalan PSDKP Jakarta untuk bantuan dan dukungan datanya.
Akhirnya untuk kedua orang tua, ayahanda Drs. H. Chairullah, S.Ip, M.AP
dan Ibunda Dra. Hj. Eva Rabita, M.Hum, istri ( Melly Meliana, SE), anak-anak
(Chairifa Naira Melandry dan Muhammad Paltiraja), atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2011
Penulis lahir di Medan pada tanggal 1 September 1978. Pendidikan Sekolah Dasar pada SDN No. 066653 Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan diselesaikan pada tahun 1990. Melanjutkan Sekolah Menengah Pertama pada SMPN 14 Medan, selesai tahun 1993. Pendidikan Sekolah Menengah Atas pada SMAN 1 Medan diselesaikan tahun 1996. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Riau, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Program Studi Budidaya Perairan dan selesai pada tahun 2002.
Penulis kemudian diterima bekerja sebagai CPNS pada Departemen Kelautan dan Perikanan dan bertugas sebagai staf subdit pengawasan usaha budidaya, Direktorat Pengawasan Sumber Daya Ikan, Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan pada tahun 2002.
viii
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 10
2.3 Tingkatan Sistem Informasi ... 11
2.4 Sistem Informasi Manajemen ... 12
2.5 Peranan Sistem Informasi bagi Manajemen ... 14
2.6 Metode Pengolahan Data ... 14
2.7 Basis Data atau Database... 15
2.8 Data Flow Diagram ... 16
2.9 Database Management System (DBMS) ... 17
2.10 Perangkat Lunak...17
2.11 Interaksi Manusia dan Komputer. ... 18
2.12 Pengawasan Perikanan ... 18
2.13 Peranan Sistem Informasi Dalam Pengawasan Perikanan ... 22
3 METODOLOGI PENELITIAN ... 23
3.1 Waktu dan Tempat ... 23
3.2 Tahapan Penelitian ... 23
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24
ix
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1. Pangkalan PSDKP Jakarta...31
4.2. Pengawas Perikanan... 32
4.3. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi... 33
4.3.1. Analisis Kebutuhan... 33
4.3.2. Formulasi Masalah... 34
4.3.3. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan... 35
4.3.4. Perancangan Diagram Alur Data (Data Flow Diagram)... 38
4.4. Perancangan Tampilan Antar Muka (User Interface)... 40
4.5. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan... 40
4.8. Kelebihan dan Kekurangan Simwaskan ... 67
5 KESIMPULAN DAN SARAN………...… 68
5.1. Kesimpulan ………... ... 68
5.2. Saran ……… ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
x
Halaman Tabel 1. Tabel Pengelompokkan Data Primer dan Sekunder ... 25 Tabel 2. Analisis Kebutuhan Pelaku Sistem Informasi Manajemen
Pengawasan Perikanan... 35
xi
Halaman
Gambar 1. Permasalahan pengawasan perikanan... 8
Gambar 2. Diagram alir penelitian... 24
Gambar 3. Bagan/Struktur Organisasi Pangkalan PSDKP Jakarta... 30
Gambar 4. Alur Tugas Pengawas Perikanan... 33
Gambar 5. Diagram Relasi Entitas Database... 37
Gambar 6. Desain perancangan simwaskan... 38
Gambar 7. Diagram Konteks DFD Level 0 SIMWASKAN... 39
Gambar 8. DFD Level 1 SIMWASKAN... 40
Gambar 9. Menu Awal Aplikasi... 41
Gambar 10. Menu Awal Aplikasi SIMWASKAN... 41
Gambar 11. Menu Pilihan File... 43
Gambar 12. Menu Pilihan Kedatangan... 43
Gambar 13. Menu Pilihan Keberangkatan... 44
Gambar 14. Menu Pilihan di Laut... 44
Gambar 15. Menu Pilihan Budidaya... 44
Gambar 16. Menu Pilihan Pengolahan ... 45
Gambar 17. Menu Pilihan Report... 45
Gambar 18. Menu Pilihan Utility... 45
Gambar 19. Menu Pilihan Help... 45
Gambar 20. Menu Pilihan Ganti Password... 46
Gambar 21. Menu Ganti Password ... 46
Gambar 22. Menu Upload Master... 47
Gambar 23. MenuTabel Upload ... 48
Gambar 24. Menu Kedatangan-penerimaan... 49
xii
Gambar 28. Daftar Database SIPI/SIKPI... 51
Gambar 29. MenuRekaman data SIPI/SIKPI... 51
Gambar 30. Menu Pilih Kedatangan-pemeriksaan ... 51
Gambar 31. Daftar Pemeriksaan Kedatangan Kapal... 52
Gambar 32. Menu Perekaman Data Pemeriksaan Hasil Tangkapan... 53
Gambar 33. Menu Pilih Kedatangan-pemeriksaan... 53
Gambar 34. Daftar Hasil pemeriksaan kapal... 54
Gambar 35. Menu rekaman data hasil pemeriksaan - analisa izin... 55
Gambar 36. Menu rekaman data hasil pemeriksaan - analisa pemeriksaan.. 55
Gambar 37. Menu Rekaman Data Hasil Pemeriksaan – Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen... 56
Gambar 38. Menu pilihan Keberangkatan – Penerbitan SLO... 56
Gambar 39. Daftar Penerbitan SLO Keberangkatan Kapal... 57
Gambar 40. Menu Perekaman Data SLO Kapal Perikanan... 57
Gambar 41. Menu isian untuk cetak SLO ... 57
Gambar 42. Menu Transaksi Penugasan di laut ... 58
Gambar 43. Menu Perekaman Data Surat Penugasan... 58
Gambar 44. Menu Perekaman Data Hasil Pemeriksaaan di Laut... 58
Gambar 45. Menu Laporan pendataan Kedatangan kapal perikanan... 59
Gambar 46. Menu isian periode waktu... 59
Gambar 47. Laporan Pemeriksaan Kedatangan Kapal... 59
Gambar 48. Menu Laporan - keberangkatan kapal perikanan... 60
Gambar 49. Menu isian periode waktu... 60
Gambar 50. Laporan Pemeriksaan Keberangkatan Kapal... 60
Gambar 51. Menu Pemeriksaan Fisik Kapal... 61
xiii
Gambar 55. Menu Isian untuk Kirim Data/Tabel... 62
Gambar 56. Menu Pilih Utility – Profil User... 63
Gambar 57. Menu isian User... 63
Gambar 58. Menu Isian Profil User... 63
Gambar 59. Menu Pilihan Hak User... 64
Gambar 60. Daftar Hak User... 64
Gambar 61. Menu Perekaman Data Hak User ... 65
Gambar 62. Menu Pilihan User Manual... 65
Gambar 63. Menu Pilih Direktori Program Install... 66
Gambar 64. Menu Pilih Yes or No untuk Instalasi Program... 66
Gambar 65. Menu Pilih Instalasi Program... 67
xiv
Halaman
Lampiran 1 Contoh pembuatan menu utama dengan menggunakan microsoft
Visual basic.net ... 75 Lampiran 2 Tabel database access perancangan simwaskan... 76 Lampiran 3 Hasil query yang digunakan untuk merancang simwaskan... 77 Lampiran 4 Contoh database yang digunakan sebagai input dalam merancang
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar.
Secara fisik potensi tersebut berupa perairan nasional seluas 3,1 juta km2, ZEEI
(Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) seluas sekitar 3,0 juta km2, panjang garis
pantai lebih dari 95.150 km dan jumlah pulau sekitar 17.052 pulau. Dari segi
pembangunan, potensi tersebut berupa sumberdaya yang dapat diperbarui adalah
perikanan, mangrove, terumbu karang, industri bioteknologi kelautan sedangkan
dari segi sumber daya yang tidak dapat diperbarui adalah minyak bumi, gas,
bahan tambang dan mineral. Selain itu, energi kelautan berupa pasang surut,
gelombang dan angin, dan industri jasa seperti pariwisata, perhubungan dan
kepelabuhan (KKP, 2008).
Besarnya potensi kelautan dan perikanan Indonesia dapat menjadi sumber
kehidupan dan sumber pembangunan guna meningkatkan kemakmuran rakyat
menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang sejahtera, maju dan mandiri. Untuk
itu, laut harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, dijadikan sebagai masa
depan sumber pembangunan Indonesia dan kepentingan nasional yang besar.
Di masa yang akan datang, prospek pembangunan perikanan Indonesia
menjadi salah satu kegiatan ekonomi strategis dan dinilai cerah. Hal ini juga
dimungkinkan karena adanya perubahan perilaku masyarakat dunia yang
mengalami pergeseran pola konsumsi ke produk-produk perikanan dan hasil laut.
Disamping itu keterbatasan kemampuan pasok perikanan dunia akan menjadikan
ikan sebagai salah satu komoditi strategis dunia.
Hal tersebut sangat didukung oleh potensi perikanan yang dimiliki
Indonesia. Hal lain yang semakin mendorong terciptanya pembangunan perikanan
yang berbasis pada kepentingan masyarakat adalah lahirnya kebijakan pemerintah
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di wilayah perairan Indonesia dan
ZEEI. Sebagai bentuk komitmen pemerintah Republik Indonesia terhadap sumber
daya kelautan dan khususnya perikanan diterbitkanlah beberapa kebijakan yang
1) Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 tetang Pengelolaan
Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;
3) Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan
Bangsa - Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati);
4) Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan.
Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diberikan tanggungjawab untuk
menjalankan tugas pokok, fungsi dan wewenangnya untuk mengelola dan
melakukan pengawasan terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah
Republik Indonesia.
Salah satu fungsi yang penting dari Kementrian Kelautan dan Perikanan
adalah melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh
kegiatan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Untuk itu salah satu
kebijakannya adalah diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor KEP. 02/MEN/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Penangkapan Ikan. Pedoman tersebut sangat membantu bagi unit kerja
pengawasan, petugas pengawas perikanan atau pihak lainnya yang terkait dalam
melaksanakan tugas pengawasan perikanan sehingga lebih terarah dan sesuai
dengan ketentuan.
Pengawasan terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan di seluruh
wilayah Negara Republik Indonesia sangat perlu dilakukan. Hal ini penting,
karena banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri di wilayah laut Indonesia. Mereka ingin
memanfaatkan sumber daya laut dan perikanan secara besar-besaran di luar
ketentuan yang berlaku. Menurut laporan tahunan Ditjen PSDKP (KKP 2010),
1) Kapal penangkapan ikan beroperasi tanpa memenuhi persyaratan sesuai
peraturan dan perundangan yang berlaku,
2) Kapal penangkap ikan tidak melapor hasil tangkapan ikan ke atau di
pelabuhan,
3) Kapal perikanan melakukan kegiatan transhipment di tengah laut atau
bahkan membawa hasil tangkapannya ke luar negeri,
4) Kapal perikanan melakukan penangkapan ikan di daerah terlarang.
Pelanggaran-pelanggaran itu kalau tidak terkendali dan terjadi secara terus
menerus, maka tentu akan merugikan Indonesia secara material yang jumlahnya
pasti tidak sedikit. Untuk itu fungsi pengawasan perikanan sangat penting, fungsi
pengawasan perikanan yang dilakukan oleh pengawas perikanan pada hakikatnya
adalah untuk melaksanakan pengawasan terhadap tertibnya pelaksanaan
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan agar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan pengawasan perikanan meliputi tiga
hal yakni, pengawasan terhadap kegiatan penangkapan ikan, pengawasan usaha
budidaya, dan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan, pengangkutan dan
pemasaran ikan.
Kegiatan pengawasan penangkapan ikan dilakukan oleh pengawas
perikanan melalui pemeriksaan terhadap dokumen perijinan kapal dan aktifitas
penangkapan ikan di laut. Sementara itu untuk kegiatan pengawasan usaha
budidaya, objek pengawasan meliputi dokumen perijinan, jenis ikan yang
dibudidayakan dan sarana-prasarana kegiatan budidaya. Untuk kegiatan
pengawasan terhadap pengolahan, pengangkutan dan pemasaran, pemeriksaan
dilakukan di unit pengolahan ikan (UPI) dengan melaksanakan pemeriksaan
dokumen perijinan, jenis ikan yang dilakukan pengolahan, penggunaan bahan
tambahan terhadap ikan, dll.
Kegiatan pengawasan penangkapan perikanan yang dilakukan oleh
pengawas perikanan dilakukan di dua tempat yaitu darat dan laut. Kegiatan
pengawasan perikanan di darat antara lain adalah pengecekan terhadap
kedatangan dan keberangkatan kapal, pemeriksaan dokumen kapal (kelengkapan
dan keabsahan), pemeriksaan alat penangkap dan alat bantu penangkapan,
oleh kapal pengawas perikanan yang melakukan pemeriksaan terhadap kapal-
kapal perikanan yang sedang melakukan kegiatan penangkapan ikan.
Fakta di lapangan menunjukan bahwa perekaman data atau informasi yang
dilakukan oleh pengawas perikanan terhadap kapal penangkap ikan masih
dilakukan secara manual, yaitu dengan mencatat data pada buku laporan. Kondisi
tersebut mengakibatkan data atau informasi sulit diperoleh secara cepat, data tidak
konsisten dan tidak akurat sehingga untuk evaluasi dan pelaporannya juga
memerlukan waktu yang relatif lama. Selain itu, penyampaian informasi atau
laporan melalui media komunikasi seperti telepon atau transmitter juga masih
dipandang rentan terhadap gangguan antara lain kondisi peralatan, alam atau iklim
serta rendahnya pemahaman dan kemampuan operator.
Kondisi tersebut mengakibatkan sistem pengawasan penangkapan ikan yang
dipandang sebagai kegiatan prioritas untuk dilaksanakan oleh pengawas perikanan
belum berjalan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, penyediaan sistem data
atau informasi kegiatan penangkapan ikan yang lengkap dan akurat menjadi
kebutuhan utama. Tidak semua data dapat diolah dan digunakan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan bagi pimpinan, melainkan data yang sudah
dikelompokkan sehingga bisa diproses lebih lanjut. Untuk itu, diperlukan suatu
sistem informasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki keunggulan
kompetitif seperti sederhananya prosedur, kecepatan respon, kemudahan
transaksi, diperbarui dan bentuk penyajiannya.(Oetomo, 2004)
Kegiatan pengembangan Sistem informasi untuk mengelola data perikanan
merupakan kegiatan sangat strategis karena, pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan untuk memfasilitasi kegiatan pengembangan sistem informasi di bidang
perikanan yang tertuang di dalam Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang
perikanan pada pasal 46 disebutkan bahwa :
1) Pemerintah menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan data
statistik perikanan serta menyelengarakan pengumpulan, pengolahan,
analisis, penyimpanan, penyajian dan penyebaran data potensi, sarana
dan prasarana, produksi, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan,
serta data sosial ekonomi yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan
2) Pemerintah mengadakan pusat data dan informasi perikanan untuk
menyelenggarakan sistem informasi dan data statistik perikanan.
Kemudian dalam pasal 47 disebutkan juga bahwa :
1) Pemerintah membangun jaringan informasi perikanan dengan lembaga
lain, baik di dalam maupun luar negeri.
2) Sistem informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan
mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi
perikanan.
Berdasarkan pada penjelasan dari pasal 46 dan 47 Undang-undang No. 31
tahun 2004 maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan sistem informasi
pengawasan perikanan dapat menunjang kinerja Pemerintah dalam hal penyajian
informasi dan data kegiatan pengawasan perikanan. Sistem informasi pengawasan
merupakan suatu sistem informasi yang didesain berdasarkan kebutuhan
pengawas perikanan untuk mendukung pengawas perikanan melaksanakan tugas
pokok dan fungsi pengawasan terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan.
Menurut surat keputusan Direktur Jenderal PSDKP tahun 2009, unit pelaksana
teknis bidang pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan berjumlah 5 unit
dengan rincian 2 unit setingkat pangkalan pengawasan (eselon III) dan 3 unit
setingkat stasiun (eselon IV). Kelima unit pelaksana teknis tersebut membawahi
62 unit satuan kerja pengawasan dan pos pengawasan dengan kondisi tersebut,
maka diperlukan media untuk memudahkan unit pelaksana teknis pengawasan
tersebut dalam melaksanakan fungsinya.
Perancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan atau
disingkat dengan SIMWASKAN diharapkan dapat membantu para penggunanya
untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan kegiatan serta pengambilan keputusan
secara efektif dalam pengawasan perikanan. Sistem informasi pengawasan
berbasis komputer ini nantinya juga diharapkan dapat menampung dan mengelola
data dengan kapasitas yang besar untuk dapat diolah dan dianalisa menghasilkan
informasi pengawasan yang lengkap, cepat dan akurat bagi unit pelaksana teknis
pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan di pangkalan pengawasan,
stasiun pengawasan dan satker atau pos pengawasan. Agar pelaksanaan
berjalan optimal maka sistem informasi manajemen pengawasan perikanan mutlak
diperlukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan, karena selain dapat
digunakan untuk menjawab kebutuhan data dan informasi oleh pengawas
perikanan, sistem informasi yang baik akan mampu menyimpan data dalam waktu
lama sehingga menjadi dasar untuk pengambilan kebijakan pengawasan perikanan
di masa mendatang.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan perikanan
oleh pengawas perikanan adalah :
1) Sulitnya memperoleh data perijinan kapal yang terbaru (up to date) sehingga menyulitkan pengawas perikanan untuk mendeteksi keaslian
dokumen kapal pada saat datang melakukan pemeriksaan.
2) Lambatnya penanganan perkara tindak pidana perikanan diakibatkan
oleh lambatnya laporan hasil pelaksanaan pengawasan perikanan di
lapangan ke pihak atasan.
3) Belum adanya sistem pelaporan kegiatan pengawasan perikanan oleh
pengawas perikanan kepada pimpinan secara cepat, tepat dan akurat.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini
telah dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1) Bagaimana upaya agar pengawas perikanan di lapangan dapat segera
memperoleh data dokumen kapal yang terbaru (up to date) ?
2) Apa yang menyebabkan lambatnya penanganan perkara dugaan tindak
pidana perikanan yang ditemukan oleh pengawas peri di lapangan ?
3) Bagaimana sistem yang terbaik yang dibutuhkan oleh pengawas
perikanan agar data perijinan kapal dapat diperoleh dengan cepat,
laporan segera bisa disampaikan ke atasan dan penanganan
pelanggaran dapat diselesaikan tepat waktu sesuai ketentuan peraturan
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1) Menentukan hal-hal yang mempengaruhi lambatnya perolehan data
untuk kepentingan pengawas perikanan.
2) Menyusun rancangan sistem informasi manajemen dibidang
pengawasan perikanan berbasis komputer.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1) Dapat memberikan dukungan ketersediaan data dalam kegiatan
pengawasan dibidang perikanan dengan lebih baik.
2) Dapat mengoptimalkan pengelolaan data dibidang pengawasan
perikanan secara cepat, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
3) Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu dan
teknologi khususnya dibidang sistem informasi manajemen terutama
pada aplikasi pengawasan perikanan.
1.6. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, permasalahan yang dihadapi oleh
pengawas perikanan dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan perikanan baik di
darat maupun di laut adalah belum adanya sistem manajemen data yang baik yang
dapat menunjang pelaksanaan kegiatan pengawasan perikanan. Hal tersebut
berimplikasi pada arah kebijakan dan atau pengambilan keputusan yang tanpa
didukung oleh informasi yang tepat sasaran sehingga kebijakan yang ditempuh
Gambar 1. Permasalahan Pengawasan Perikanan Pengawasan Perikanan
Darat Laut
Data
Sistem Informasi Pengawasan Perikanan
Sistem Manajemen Data Saat ini
Kebijakan baik dan tepat sasaran
Kebijakan kurang tepat sasaran
Terpeliharanya Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
2.1 Konsep Dasar Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai berbagai pengertian. Sistem adalah suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian
banyak bagian (Amirin, 1992). Sedangkan menurut Kristanto (2008), suatu sistem
adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran
tertentu. Dijelaskan oleh Robert N. (2007) Sebuah sistem merupakan cara yang
biasanya berulang kali dilakukan untuk melaksanakan suatu aktivitas atau
seperangkat aktivitas. Sistem diwarnai dengan serangkaian langkah yang berirama, terkoordinir dan terulang yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan
khusus.
Rumusan sistem serupa tidak berbeda jauh dengan rumusan yang
dikemukakan oleh Martin, Merle P. (1991), hanya saja rumusan tersebut
menambahkan unsur rencana ke dalamnya, sehingga sistem itu dikatakannya
merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan
berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.
Diperkuat oleh Robert N, Anthony dan Vijay (2007), bahwa suatu sistem terdiri
atas input, proses transformasi, output dan timbal balik dari lingkungan,
merupakan satuan terorganisir yang terdiri atas dua atau beberapa bagian atau
subsistem yang saling tergantung, dan bisa dibedakan dari lingkungannya dengan
batasan yang jelas.
Menurut Amirin (1992), ciri-ciri pokok suatu sistem adalah sebagai berikut :
1) Sistem bersifat terbuka atau pada umumnya bersifat terbuka. Boleh dikatakan
dalam kenyataan tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Sesuatu sistem
dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya dan sebaliknya,
dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari pengaruh apapun.
2) Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem. Setiap sistem terdiri dari
subsistem yang terbagi lagi ke dalam subsistem yang lebih kecil begitu
3) Di antara subsistem-subsistem itu terdapat saling ketergantungan, satu sama
lain saling memerlukan masukan (input) yang diperoleh dari sub sistem yang lain, dengan kata lain keluaran (output) satu subsistem diperlukan sebagai masukan bagi subsistem yang lain.
4) Suatu sistem mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (selft adjustment). Kegiatan ini dimungkinkan karena adanya sistem umpan-balik atau balikan (feedback).
5) Sistem itu juga mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri
(self-regulation). Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan di atas. 6) Sistem itu mempunyai tujuan atau sasaran
Suatu sistem akan disebut sebagai sistem jika mempunyai “ batas ” yang
memisahkan sistem tersebut dari lingkungannya (sistem yang lebih luas lagi atau
lebih besar). Adanya konsep pengertian batas sistem maka memungkinkan adanya
perhatian khusus terhadap sesuatu sistem di dalam kerangka jenjang (hierarki)
sistem. Secara operasional batasan sistem itu digambarkan oleh Kristanto,A.
(2008), dengan cara sebagai berikut :
1) Mencatat semua komponen yang membentuk sistem dan memberikan
batas-batas sekitarnya. Segala sesuatu di luar batas-batas-batas-batas tersebut disebut
lingkungan sistem.
2) Mencatat semua arus atau aliran yang melewati batas sistem. Aliran yang
berasal dari lingkungan ke dalam sistem disebut masukkan (input), sedangkan
aliran dari dalam sistem ke luar sistem disebut keluaran (output).
3) Mencatat atau daftar semua unsur yang turut membantu mencapai tujuan
tertentu dari sistem tersebut kemudian memasukkan ke dalam batas sistem
jika belum dimasukkan.
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh dari hasil pengolahan data di
manapun dan kapanpun. Informasi juga bisa didapat dari sistem informasi yang
berada dalam suatu organisasi yang mengolah transaksi harian guna mendukung
biasanya menyediakan pelbagai macam laporan yang diperlukan sebagai hasil dari
pengolahan transaksi (Jogiyanto, 1989).
Sistem Informasi didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang saling
berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk
mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan
informasi, yang akan mendukung pembuatan keputusan (Sutedjo, 2002).
Disini penekanan informasi menjadi sangat penting. Informasi dijadikan
sebagai sumberdaya yang sangat berharga, sama halnya seperti sumber daya lain
seperti sumberdaya alam, manusia, dan teknologi. Informasi menambah nilai
mutu manajemen suatu organisasi dimana pengolahan data menjadi titik tolaknya.
Menurut Listiyo (2000), Informasi memberikan sesuatu yang berguna jika sesuai
dengan kebutuhan prima, mempunyai ketelitian dalam pengolahan data, tidak
kadaluarsa, dan dapat dipergunakan secara efektif.
Adapun Komponen Sistem Informasi menurut Burch dan Grudnitski dalam
Jogiyanto (1989), terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah
blok bangunan, yaitu blok masukan (input block), blok model (model block), blok basis data (database block) dan blok kendali (controls block). Masing-masing blok tersebut saling berinteraksi membentuk satu kesatuan untuk mencapai
sasarannya.
2.3 Tingkatan Sistem Informasi
Menurut Oetomo (2004), beberapa sistem informasi berbasis teknologi
informasi dikembangkan berdasarkan lini manajerial. Masing-masing sistem
informasi mempunyai fungsi dan manfaat bagi tiap tingkatan manajerial.
Beberapa tingkatan sistem informasi adalah:
1) Sistem Pemrosesan Transaksi (SPT) merupakan hasil pembentukan kantor
elektronik, dimana sebagian dari pekerjaan rutin diotomatisasi termasuk
proses transaksi. Pada SPT data transaksi yang dimasukan kemudian diolah
untuk menghasdilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan.
2) Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan pengelolaan dari
proses-proses yang menghasilkan informasi untuk manajer guna mendukung operasi
telah diproses untuk menghasilkan laporan ringkas, keputusan rutin dan
jawaban dari query yang diperlukan.
3) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan peningkatan dari SIM,
tersedia prosedur-prosedur khusus, pemodelan yang unik dalam membantu
manajer mengambil alternative keputusan.
4) Sistem Informasi e-Business merupakan integrasi data dan informasi dari
suatu proses bisnis berbasis internet.
2.4 Sistem Informasi Manajemen
Kombinasi dari istilah sistem, informasi, dan manajemen menjadi kata-kata
baru yaitu “Sistem Informasi Manajemen” (SIM). McLeod.Jr.R dan Schell (2010)
mengemukakan bahwa SIM adalah sebagai suatu sistem berbasis komputer yang
menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan serupa. Output
informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan untuk
membuat keputusan dalam memecahkan masalah. Sedangkan menurut Badriyah
(2002), SIM adalah pendekatan yang terorganisir dan terencana untuk
memberikan eksekutif bantuan informasi yang memberikan kemudahan bagi
proses manajemen.
Menurut Mahyuzir (1989), secara umum pengertian manajemen adalah
pengendalian dan pemanfaatan daripada semua faktor dan sumberdaya yang
menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai atau
menyelesaikan suatu prapta (objective) atau tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menurut Siagian (1999), manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau
ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan
melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Akhirnya, menurut Suroso (2003),
manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang lain. Dari ketiga definisi tersebut di atas, ada tiga
hal penting dalam definisi-definisi tersebut. Pertama, ada tujuan yang hendak
dicapai; kedua, tujuan yang hendak dicapai memerlukan/membutuhkan tenaga
orang lain; dan ketiga, kegiatan/aktivitas orang lain tersebut harus dibimbing dan
Sistem informasi Manajemen yaitu serangkaian sub sistem informasi yang
menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu
mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna
meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar
kriteria mutu yang telah ditetapkan (Wijana, 1997).
Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem berbasis komputer
yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang
sama. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal,
perusahaan atau sub unit dibawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau
salah satu sistem utamanya mengenai apa yang terjadi di masa lalu, apa yang
terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan
ouput dari model matematika. Output informasi digunakan oleh manajer maupun
non manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk
memecahkan masalah (Kristanto, A. 2008).
Sistem informasi manajemen di dalam perancangan, penerapan dan
pengoperasiannya sangat mahal dan sulit. Upaya ini dan biaya yang diperlukan
harus ditimbang-timbang. Ada beberapa faktor yang membuat SIM menjadi
semakin diperlukan, antara lain bahwa manajer harus berhadapan dengan
lingkungan bisnis yang semakin rumit (Harahap, 2000).
Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem informasi dalam
organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua
tingkatan manajemen. SIM menurut George dalam Jogiyanto (1989) adalah
kumpulan dari interaksi-interaksi sistem-sistem infomasi yang menyediakan
informasi baik untuk kebutuhan manajerial maupun kebutuhan operasi. Menurut
Davis (1991), SIM adalah sistem manusia/mesin yang menyediakan informasi
untuk mendukung operasi manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari
suatu organisasi.
Secara teori, komputer tidak harus digunakan di dalam SIM, tetapi
kenyataannya tidaklah mungkin SIM yang kompleks dapat berfungsi tanpa
melibatkan elemen non-komputer dan elemen komputer. Definisi yang diberikan
komputer adalah sistem mesin. Lebih lanjut Martin (1991), juga menegaskan
bahwa SIM selalu berhubungan dengan persoalan informasi yang berbasis pada
komputer.
2.5 Peranan sistem informasi bagi manajemen
Manajemen membutuhkan informasi untuk mendukung pengambilan
keputusan yang akan dilakukannya. Sumber informasi untuk pengambilan
keputusan manajemen bisa didapatkan dari informasi eksternal dan internal.
Informasi internal dapat diperoleh dari sistem informasi yang dihasilkan dari
operasi PDE (pengolahan data elektronik) dan informasi non PDE diperoleh
melalui studi penelitian secara empiris (Jogiyanto, 1989).
Sistem informasi mempunyai peran penting untuk menyediakan informasi
bagi manajemen semua tingkatan. Agar informasi yang dihasilkan oleh sistem
informasi tepat sasaran dan berguna bagi manajemen, maka analisis sistem perlu
dibuat untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang diinginkan oleh
manajemen. Oleh karena itu, untuk melakukan analisis sistem harus mengerti
terlebih dahulu tujuan kegiatan dari manajemen untuk masing-masing
tingkatannya dan tipe keputusan yang diambilnya. Bentuk informasi yang
dibutuhkan oleh manajemen juga sangat penting untuk diketahui, sehingga
informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akan dapat mengena sesuai yang
dibutuhkan manajemen (Kristanto,1994).
2.6 Metode Pengolahan Data
Menurut Davis, William S. (1983), sistem informasi dapat mempunyai
metode pengolahan data sebagai berikut :
1) Metode pengolahan data terpusat (centralized data processing method),
merupakan metode pengolahan data yang memusatkan pengolahannya pada
suatu tempat tunggal tertentu.
2) Metode pengolahan data tersebar (distributed data processing method),
dengan metode ini masing-masing subsistem dapat melakukan pengolahan
3) Metode pengolahan kumpulan (batch processing method), merupakan metode
pengolahan data yang mengumpulkan data terlebih dahulu selama beberapa
periode setelah itu diolah untuk memutakhirkan file induk.
4) Metode pengolahan langsung (on line processing method), pada metode ini
transaksi terjadi secara segera dan langsung digunakan untuk memutakhirkan
file induk.
2.7 Basis Data atau Database
Basis data (database) adalah suatu sistem penyusunan dan pengolahan
record-record dengan menggunakan komputer dengan tujuan untuk menyimpan atau merekam serta memelihara data operasional pada sebuah organisasi, sehingga
mampu menyediakan informasi yang optimal yang diperlukan oleh pemakai untuk
mengambil keputusan (Fathansyah, 2001). Menurut McLeod (1998), basis data
adalah suatu koleksi data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan dan
disimpan denga cara yang memudahkan pengambilan kembali.
Fungsi dan peranan basis data dalam suatu sistem informasi berbasis
komputer sangat penting dalam suatu sistem informasi, yaitu merupakan sumber
dalam menyediakan kebutuhan data bagi para pemakai atau pengambil keputusan
(Jenal, 2004).
Basis data dapat disimpan dalam beberapa struktur yaitu : Hirarki,
Jaringan dan Relasional. Struktur basis data relasional lebih banyak digunakan
karena meminimumkan redundancy data, sehingga penyimpanan dan pemeliharaan data lebih sederhana. Di dalam basis data relasional, sekelompok
data atau tabel data atau entitas dihubungkan sesuai dengan keterikatannya
(Mahyuzir, 1989).
C.J. Date dan E.F. Codd adalah professional yang memperkenalkan
pertama kali struktur data base relasional. Struktur ini sampai saat ini merupakan
struktur database yang paling umum digunakan oleh perusahaan atau organisasi
bisnis. Konsep struktur data base relasional terdiri dari tabel-tabel yang saling
berhubungan secara implisit dibangun dengan cara mencocokan nilai-nilai field
data, hal ini yang menjadikannya mudah digunakan dan dipahami oleh para
2.8 Data Flow Diagram (DFD)
Menurut McLeod.Jr.R dan Schell (2010), dijelaskan bahwa Data Flow Diagram (DFD) adalah tampilan diagram suatu sistem yang menggunakan empat bentuk simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui proses
yang saling berhubungan. Simbol-simbol tersebut menggambarkan: 1. Unsur
lingkungan yang berhubungan dengan sistem; 2. Proses; 3. Arus data; dan 4.
Penyimpanan data. Unsur lingkungan atau terminator di luar batas sistem. Unsur inilah yang memberikan input data ke sistem dan menerima output dari sistem. Unsur ini dapat berupa orang, organisasi atau sistem lain. Unsur ini mempunyai
simbol segi empat persegi panjang. Unsur proses adalah yang mengubah input
menjadi output. Masing – masing proses diberikan penjelasan menggunakan kata kerja dan obyek, tetapi dapat juga nama suatu sistem atau program komputer.
Simbol unsur proses berupa lingkaran atau persegi panjang dengan sudut tumpul.
Unsur aliran data terdiri dari elemen data yang saling berhubungan secara logis
berjalan dari proses ke proses yang lain. Aliran data dapat berjalan secara
bercabang ataupun memusat. Simbol dari aliran data berupa garis lurus atau garis
lengkung seperti anak panah. Unsur penyimpanan data atau storage dapat digambarkan dalam bentuk garis sejajar atau segi empat terbuka atau oval
(McLeod.Jr.R dan Schell 2010).
Di dalam DFD terdapat tingkatan penggambaran. Diawali dengan
penggambaran DFD tingkat atau level 0 yang dikenal dengan nama Diagram Konteks. Diagram konteks hanya menggambarkan suatu proses tunggal dari
keseluruhan sistem dan keterkaitannya dengan lingkungannya (Riyanto, Tosin,
2000).
Setelah Diagram Konteks selesai dibuat, dilakukan analisa dan identifikasi
proses-proses secara lebih detil. Proses–proses tersebut yang merupakan turunan
proses dari sistem tersebut pada diagram konteks. Detil proses pada DFD
dinotasikan sebagai DFD level n. Tingkat kedalaman penyusunan DFD harus
mengikuti kaidah-kaidah yaitu : Pertama, batasi jumlah proses dalam DFD
tunggal sehingga tidak lebih dari enam sampai delapan proses. Kedua,
dari satu halaman. Salah satu contoh tools untuk membuat DFD adalah Use Case
(McLeod.Jr.R dan Schell, 2010).
2.9 Database Management System (DBMS)
Database management system (DBMS) adalah suatu aplikasi perangkat lunak yang menyimpan struktur database, data itu sendiri, hubungan antar data di
dalam database, maupun laporan dan formulir atau form yang berhubungan dengan database termasuk di dalamnya adalah deskripsi data, nama field, jenis data, jumlah bilangan desimal, jumlah karakter, nilai awal dan semua deskripsi
field lainnya (McLeod.Jr.R dan Schell, 2010).
Oetomo (2004), menyatakan bahwa DBMS merupakan antar muka untuk
pengguna dalam mengorganisasikan database yang dibangunnya. Pengguna
dapat berinteraksi dan mengekplorasi database dengan mudah dan praktis dengan
menggunakan perintah-perintah sederhana dalam bahasa pemrograman tertentu.
Bahasa pemrograman yang sudah sangat dikenal antara lain dBase III+, dBaseIV,
FoxBase, FoxPro, Visual FaoxPro, MA Access dan Visual Basic, dll.
2.10 Perangkat Lunak (software)
Ada dua tipe dasar perangkat lunak yaitu sistem dan aplikasi. Perangkat
lunak sistem untuk menjalankan komputer, sedangkan perangkat lunak aplikasi
untuk mengolah data pengguna. Perangkat lunak aplikasi dapat berupa perangkat
lunak jadi dari vendor, sedangkan perangkat aplikasi dapat dibuat untuk pesanan
atau pemakaian tertentu (Kristanto, 1994).
Perangkat lunak sistem biasanya dibuat oleh pembuat perangkat keras atau
Perusahaan tertentu yang memfokuskan dalam pembuatan perangkat lunak sistem.
Perangkat lunak sistem yang terdapat dipasaran antara lain: Windows XP, Mac
OS, OS/390 IBM, UNIX sedangkan, perangkat lunak aplikasi biasanya dibuat
untuk memfasilitasi pengguna atau pengembang memenuhi kebutuhannya.
Perangkat lunak aplikasi yang dikenal juga sebagai bahasa pemrograman antara
lain adalah Cobol, C++, Java, Visual Basic, bahasa generasi keempat – 4GL
2.11 Interaksi Manusia dan Komputer
Pada beberapa kasus kehadiran komputer tidak membuat pengguna merasa
mudah berinteraksi dengan komputer. Untuk itu, berbagai langkah dilakukan
untuk memperbaiki cara memakai komputer. Dimulai tahun 1970-an muncul ide
tentang ‘User Friendly’ atau komputer yang bersahabat dengan penggunanya, Tahun 1980-an timbul pengetahuan yang lebih luas lagi yaitu yang dikenal dengan
nama interaksi manusia komputer (IMK) Zakaria dan Prijono (2007).
Kisah sukses produk yang memiliki IMK yang baik adalah graphical user interface (GUI) yang sudah umum kita kenal yaitu penggunaan windows, icon,
mouse, pointer. Beberapa keuntungan yang ada adalah lebih cepat prosesnya, lebih mudah dipelajari, dan lebih banyak waktu untuk mempelajari aplikasi
Zakaria dan Prijono (2007).
SIMWASKAN adalah sistem informasi manajemen pengawasan perikanan
yang menyajikan tampilan menu-menu. Menurut Karuniawan, B. (2002), desain
menu dirancang secara cermat dengan memperhatikan kaidah- kaidah di bawah
ini:
1) Pilihan harus dapat dijalankan atau diproses,
2) Ada informasi visual untuk membantu pengguna,
3) Wajar, masuk akal, mudah dipahami dan mudah diingat oleh pengguna,
4) Struktur menu harus jelas (misal: tree-structured menus atau linear sequences).
2.12 Pengawasan Perikanan
Charles, A. (2001), menyatakan bahwa yang dimaksud pengawasan
(controlling) adalah suatu proses yang dilakukan untuk menjamin bahwa tujuan suatu organisasi dan manajemen dapat dicapai. Pengawasan adalah suatu proses
dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau
kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya pengawasan harus
Handayaningrat (1994), menyatakan bahwa pengawasan dimaksudkan
untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan
dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.
Jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan tetapi mencari kebenaran
terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan. Tujuan pengawasan adalah agar pelaksaan
pekerjaan diperoleh secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya.
Macam-macam pengawasan menurut (Handayaningrat, 1994), adalah:
1) Pengawasan dari dalam adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau
unit pengawasan yang dibentuk di dalam organisasi itu sendiri, aparat
pengawas bertindak untuk dan atas nama pimpinan organisasi. Aparat
pengawas ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
oleh pimpinan organisasi untuk perbaikan atau kebijaksaan lebih lanjut;
2) Pengawasan dari luar adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau
unit dari luar organisasi itu. Aparat atau unit pengawasan bertindak atas
nama atasan dari pimpinan organisasi itu, atau atas nama pimpinan
oeganisasi itu atas permintaannya;
3) Pengawasan preventif adalah pengawasan sebelum suatu rencana
dilaksanakan, pengawasan untuk mencegah terjadinya kekeliruan, kesalahan
dalam pelaksanaan kegiatan;
4) Pengawasan represif, pengawasan kapal ikan dimaksudkan untuk
memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pelaksaan
izin oleh kapal ikan tersebut, berupa surveillance dengan cara melakukan pemeriksaan secara langsung pelaksaan kegiatan kapal ikan tersebut di laut.
Metode pengawasan terdiri dari enam jenis (Handayaningrat, 1994), yaitu:
1) Pengawasan langsung adalah apabila aparat pengawasan atau pimpinan
organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan
pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verivikatif maupun investigatif. Metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakan perbaikan
dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan;
2) Pengawasan tidak langsung adalah apabila aparat pengawasan atau pimpinan
laporan-laporan yang masuk padanya. Laporan dapat berupa deretan angka-angka
statistik dan lain-lain tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Kelemahan
laporan ini tidak segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar;
3) Pengawasan formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh unit atau aparat
pengawas yang bertindak atas nama pimpinan organisasi itu atau atasan dari
pimpinan organisasi itu. Dalam pengawasan ini telah diatur prosedur,
hubungan dan tata kerja, dan periode waktunya. Aparat pengawasan ini
harus melakukan pengawasan dan pelaporan pengawasannya secara
periodik, laporan harus disertai saran-saran perbaikan atau penyempurnaan;
4) Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran formal
atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya
dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak
resmi (pribadi), atau secara incginito. Hal ini berguna untuk menghindari kekakuan hubungan antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta suasana
keterbukaan dalam memperoleh informasi tentang pelaksanaan pekerjaan,
usul dan saran-saran dari bawahan;
5) Pengawasan adminstratif adalah pengawasan meliputi bidang keuangan,
kepegawaian dan material;
6) Pengawasan teknis adalah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik,
misalnya pemeriksaan terhadap pembangunan gedung, pembuatan kapal dan
sebagainya;
Prinsip-prinsip pengawasan oleh (Charles, 2001), adalah:
1) Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi;
2) Pengawasan harus obyektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi;
3) Pengawasan harus berorientasi pada kebenaran menurut peraturan
perundangan yang berlaku (wetmatigheid), berorientasi pada kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan (rechtmatigheid), dan berorientasi terhadap tujuan atau manfaat dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatifheid);
4) Pengawasan harus menjamin daya guna dan hasil guna pekerjaan;
5) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang obyektif, teliti dan tepat;
7) Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan
dan penyempurnaan pelaksanaan, perencanaan dan kebijaksanaan dimasa
depan.
Pengawasan perikanan sebagai pengawasan represif dapat menggunakan
beberapa sistem (Handayaningrat, 1994), yaitu :
1) Sistem komparatif yaitu mempelajari laporan penangkapan ikan (fishing log book) dibandingkan dengan lamanya trip penangkapan dan jenis ikan yang tertangkap, mengadakan analisis, dan memberikan penilaian serta
penyempurnaan;
2) Sistem verivikatif yaitu pemeriksaan berdasarkan pedoman atau petunjuk teknis dan dibuat laporan periodik, melihat perkembangan dan penilaian
hasil pelaksanaan serta memutuskan tindakan-tindakan lebih lanjut;
3) Sistem Inspekstif yaitu dengan cara mengecek kebenaran dari suatu laporan penangkapan ikan dengan pemeriksaan di tempat (on the spot inspection); 4) Sistem investigative yaitu pemeriksaan dengan titik berat pada penyelidikan
atau penelitian yang lebih mendalam terhadap indikasi adanya pelanggaran
perikanan, baik dari laporan masyarakat atau dari pengamatan langsung di
lapangan, tujuannya untuk memberi keyakinan tentang kebenaran laporan
atau dugaan pelanggaran yang telah diterima sebelumnya.
Keempat sistem tersebut saat ini dipergunakan dalam pelaksanaan kebijakan
pengawasan perikanan di Indonesia dan dikenal dengan sebutan sistem MCSI
singkatan dari monitoring, controlling, surveilance dan investigation.
Pengertian MCS, secara umum dipakai sebagaimana disepakati dalam
konferensi FAO tahun 1981 di Roma dengan uraian sebagai berikut:
1) Monitoring – the continuous requirement for the measurement of fishing
effort characteristics and resources yields;
2) Control – the regulatory conditions under which the exploitation of the resource may be conducted;
3) Surveillance – the degree and types of observation reguired to maintain compliance with the regulatory control imposed on fishing activities.
Penerapan sistem MCS di setiap negara anggota berbeda tergantung dari
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, mendefinisikan MCS sebagai
berikut :
1) Monitoring (pemantauan) adalah pencarian dan pengumpulan data,
informasi, fakta yang dilakukan setiap saat secara berkelanjutan untuk
memperoleh kejelasan serta akibat peristiwa yang terjadi;
2) Controlling (pemeriksaan) adalah upaya menemukan terjadinya sebuah
peristiwa yang dilakukan di luar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku;
3) Surveillance (pengamatan) adalah tindakan hukum yang dilakukan terhadap
suatu peristiwa tindak pidana yang disengaja atau tidak disengaja oleh
seseorang atau badan hukum.
2.13 Peranan Sistem Informasi Manajemen Dalam Pengawasan Perikanan
Sistem informasi merupakan elemen pokok dari teknologi informasi, dan
telah banyak mengalami perkembangan berkat kemajuan yang telah dicapai dalam
teknologi perangkat keras dan perangkat lunak (Suroso, 2003). Teknologi
informasi merupakan suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data
menjadi informasi dan proses penyaluran data dalam batas ruang dan waktu.
Pemanfaatan teknologi informasi pada kegiatan pengawasan perikanan akan
membantu dalam kemajuan kegiatan pengawasan perikanan, hal ini berkaitan
dengan semakin cepatnya arus informasi yang mengalir dan semakin mudahnya
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Sebagai instansi Pemerintah, pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan
dan perikanan Jakarta dapat diandalkan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan kegiatan pengawasan perikanan. Sistem informasi akan sangat berguna
bagi kegiatan pengawasan yang dilakukan karena sistem informasi berbasis
komputer dapat menyajikan informasi bagi pemakai dengan kebutuhan yang
serupa ataupun pihak pengawasan untuk mengelola serta mengembangkan
pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan Jakarta menjadi lebih
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret hingga November 2010, dengan kegiatan pengumpulan data perijinan kapal penangkap ikan yang bersumber dari Direktorat Pelayanan Usaha Penangkapan di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, pengumpulan data pengawasan perikanan dilaksanakan di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Jakarta, penetapan lokasi ini diharapkan dapat mewakili lokasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) lainnya karena tugas dan fungsi pengawas perikanan adalah sama sehingga data yang dibutuhkan bersifat homogen, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan pemrosesan data dan akhirnya perancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan dengan menggunakan perangkat lunak (software).
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan kegiatan penelitian untuk menghasilkan rancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan di UPT Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Perikanan Jakarta adalah sebagai berikut :
1) Survei di lokasi penelitian untuk menganalisis kebutuhan, mengidentifikasi dan memformulasikan permasalahan;
2) Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis sistem berjalan di Pangkalan PSDKP Jakarta. Kemudian, melakukan studi pustaka untuk mendapatkan data pendukung guna memformulasi permasalahan;
3) Perancangan sistem baru dan pengembangan serta perekayasaan perangkat lunak komputer;
4) Uji coba sistem informasi manajemen;
Gambar 2. Diagram alir penelitian
3.3 Metode Pengumpulan Data
dan tulisan ilmiah bidang sistem informasi manajemen dan studi literatur berupa peraturan dan perundang-undangan bidang pengawasan perikanan, petunjuk pelaksanaan pengawasan perikanan, laporan pelaksanaan pengawasan perikanan, dll.
Berikut tabulasi pengelompokan data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Tabel 1. Tabel pengelompokan data primer dan sekunder
No Jenis Data Cara Pengumpulan
1 Primer Data perijinan kapal perikanan Pengumpulan data perijinan di Direktorat Pelayanan Usaha Perikanan, Ditjen Perikanan Tangkap
Data pengawas perikanan di Pangkalan PSDKP Jakarta
Penerapan Surat Laik Operasional Kapal Perikanan
Penerapan Hasil Pemeriksaan Kapal oleh pengawas perikanan
Pelaksanaan pemeriksaan kapal perikanan oleh pengawas perikanan
Penanganan pelanggaran oleh pengawas perikanan
Wawancara kepada pengawas perikanan di Pangkalan PSDKP Jakarta
2 Sekunder Teori Sistem Manajemen Informasi Kebijakan Pengawasan Perikanan
Studi Pustaka dan Literatur
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dari pihak yang terlibat dalam sistem informasi manajemen pengawasan perikanan. Pihak yang terlibat dalam sistem informasi manajemen pengawasan perikanan antara lain :
1) Analisis kebutuhan informasi bagi Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Direktorat Pengawasan Sumber Daya Perikanan mengenai hasil-hasil pelaksanaan tugas pengawas perikanan di lapangan khususnya dalam hal pelaksanaan pengawasan terhadap ketaatan dan kepatuhan kapal perikanan;
2) Analisis kebutuhan informasi Pengawas Perikanan;
3) Analisis kebutuhan informasi bagi Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Jakarta;
3.4.2 Formulasi Masalah
3.5 Batasan Sistem
Batasan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan pada Pangkalan PSDKP Jakarta diarahkan pada pemanfaatan teknologi informasi berbasis komputer. Desain sistem yang akan disusun adalah berdasarkan kebutuhan pengelolaan data di Ditjen PSDKP dan Pangkalan PSDKP dan sebagai gambaran ruang lingkup sistem informasi yang dibangun di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Jakarta, meliputi:
1) Data perijinan kapal perikanan;
2) Pengawasan kapal perikanan pada saat datang di pelabuhan;
3) Pengawasan kapal perikanan pada saat berangkat dari pelabuhan; 4) Laporan hasil pelaksanaan pengawasan terhadap kapal perikanan.
3.6 Perancangan Sistem
Setelah kebutuhan informasi teridentifikasi dan ditetapkan maka dilakukan analisis dan perancangan dengan pendekatan relasional database. Seperti telah diulas oleh Listiyo,I.S. (2000), bahwa ada beberapa jenis relasi antar entitas di dalam relasional database, yaitu:
1) Relasi satu ke satu (one to one). Satu kolom dalam relasi A dihubungkan dengan paling banyak satu kolom pada relasi B, dan satu kolom pada relasi B dihubungkan dengan paling banyak satu kolom di relasi A.
2) Relasi satu ke banyak (one to many). Satu kolom pada relasi A dihubungkan dengan sejumlah kolom pada relasi B. Kolom pada relasi B hanya dihubungkan dengan paling banyak satu kolom relasi A.
3) Relasi banyak ke banyak (many to many). Satu kolom di dalam relasi A dihubungkan dengan sejumlah kolom di relasi B, dan kolom di relasi B dihubungkan dengan sejumlah kolom di relasi A.