• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Sumber Tenaga Listrik Cadangan Menggunakan Solar Cell, Baterai dan Inverter Untuk Keperluan Rumah Tangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Sumber Tenaga Listrik Cadangan Menggunakan Solar Cell, Baterai dan Inverter Untuk Keperluan Rumah Tangga"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN SUMBER TENAGA LISTRIK CADANGAN

MENGGUNAKAN SOLAR CELL, BATERAI DAN INVERTER

UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA

Skripsi

Diajukan Oleh

ANDA ANDYCKA S

NIM. 090821016

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERSETUJUAN

JUDUL : PEMBUATAN SUMBER TENAGA LISTRIK

CADANGAN MENGGUNAKAN SOLAR CELL,

BATERAI DAN INVERTER UNTUK

KEPERLUAN RUMAH TANGGA

KATEGORI : SKRIPSI

NAMA : ANDA ANDYCKA S

NIM : 090821016

PROGRAM STUDI : SARJANA (S-1) FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN : FISIKA

FAKULTAS : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 1 Februari 2014

Diketahui/disetujui oleh

Program Studi S-1 Fisika Instrumentasi

Ketua Pembimbing

Dr. Marhaposan Situmorang Drs. Kurnia Brahmana, M.Si

(3)

PERYATAAN

PEMBUATAN SUMBER TENAGA LISTRIK CADANGAN

MENGGUNAKAN SOLAR CELL, BATERAI DAN INVERTER

UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya

Medan, Januari 2012

(4)

ABSTRAK

(5)

ABSTRACT

One of problems in electrical energy is the limited source of fossil, which is main

source of electrical energy in indonesia. The solution for this problem can be

solved by using renewable energy. Solar cell is one of electrical source, which is

using sunlight as a source, sustainable and green energy. Because solar cell come

from sunlight, so the output is unstable depending on weather and environment.

One of solutions is using battery to store energy. Research was conducted to

design a Solar Cell to Battery Charging System so the stored electrical energy

could be used for lighting and home use.

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Pembuatan Sumber Tenaga Listrik Cadangan Menggunakan Solar Cell, Baterai dan Inverter Untuk Keperluan Rumah

Tangga”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen

Fisika Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini hingga selesai, penulis menyadari bahwa,

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai

pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, dengan keikhlasan dan kerendahan hati, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Kurnia Brahmana, M.Sc selaku dosen pembimbing saya yang

telah bersedia dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing dan

mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku dekan di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku ketua Departemen Fisika FMIPA – USU.

4. Buat istri tersayang Maya Mayyesa, yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk dukungan, kepercayaan, dan

semangat yang telah engkau berikan selama penulisan skripsi ini, terima

kasihku dan juga kasih sayangku yang tulus untuk dirimu, sayangku. I Love

you.

5. Buat anakku Muhammad Robby Filasa Sitorus, yang selalu membuat penulis

(7)

lucu dan menggemaskan. Semoga engkau dapat tumbuh dengan baik dan

menjadi anak yang berbakti, sehat selalu dan menjadi manusia yang selamat

baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.

6. Buat kedua orang tua dan juga mertua dari penulis. Terima kasih atas

dukungan yang teramat banyak yang telah diberikan kepada penulis. Maaf jika

ada kelakuan penulis yang salah selama masa penulisan skripsi ini, Dan juga

terima kasih atas segala doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT untuk

kesuksesan penulisan Skripsi.

7. Kepada Atasan dan juga teman-teman PNS di tempat kerja saya yang telah

memberi dukungan moril pada saya selama penulisan Skripsi ini

8. Seluruh Dosen dan Karyawan Departemen Fisika FMIPA – USU yang juga telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

baik langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari Skripsi ini masih belum sempurna baik dalam hal materi dan

penyajiannya. Untuk ini dengan segala kebesaran hati, penulis mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihakl yang dapat menjadi

bahan masukan bagi penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap bahwa

skripsi ini akan dapat berguna bagi pembaca.

Medan, 30 Januari 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK . ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR . ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR . ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Pembatasan Masalah ... 4

1.4. Metodologi Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Sel Surya ... 6

2.1.1. Sejarah Sel Surya ... 6

2.1.2. Proses pembangkitan arus pada Solar Cell ... 9

(9)

2.1.4. Kurva IV ... 12

2.1.5. Arus Short Circuit ... 13

2.1.6. Tegangan Open Circuit ... 14

2.1.7. Efek Resistif ... 15

2.1.8. Efek Temperatur ... 16

2.1.9. Efek Intensitas Cahaya Matahari ... 18

2.2. Sistem Penyimpanan Energi (Baterai) . ... 19

2.2.1. Tegangan Baterai ... 20

2.2.2. Kapasitas Baterai ... 21

2.2.3. Parameter charging dan Discharging Baterai ... 23

(10)

3.2.2. Pencatuan Energi Listrik dari Solar Cell

ke Baterai ... 34

3.2.3. Pengubahan energy listrik DC dari Baterai menjadi energi listrik AC ... 36

3.2.4. Penerusan Energi Listrik dari Inverter ke Beban 36 3.3. Perancangan dan Realisasi Perangkat Keras ... 37

(11)

4.6.1. Pengujian Hari Pertama ... 50

4.6.2. Pengujian Hari Kedua ... 52

4.6.3. Pengujian Hari Ketiga ... 53

4.7. Penggunaan Alat ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 57

5.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pembangkit Listrik Tenaga Batubara di Tampa, USA ... 1

Gambar 1.2 Sekeping Solar Cell ... 2

Gambar 2.1 Transfer Energi Surya ke Bumi ... 7

Gambar 2.2 Foton yang menciptakan Elektron Hole ... 10

Gambar 2.3 Pergerakan Elektron dan Hole ... 11

Gambar 2.4 Pertemuan Elektron dan Hole ... 11

Gambar 2.5 Kurva IV solar cell yang menunjukkan arus short circuit .. 13

Gambar 2.6 Kurva IV solar cell yang menunjukkan tegangan open circuit ... 14

Gambar 2.7 karakteristik Resistansi ... 15

Gambar 2.8 Resistansi seri dan shunt pada rangkaian solar cell ... 15

Gambar 2.9 Efek temperature pada karakteristik IV solar cell ... 17

Gambar 2.10 Kurva IV terhadap perubahan intensitas cahaya matahari . 19 Gambar 2.11 Kurva tegangan baterai saat discharge untuk beberapa baterai ... 21

(13)

pada 25 celcius ... 25

Gambar 2.13 Diagram Fungsional ATmega8535 ... 28

Gambar 2.14 Pin ATmega8535 ... 30

Gambar 2.15 Power Inverter ... 31

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem ... 33

Gambar 3.2 Modul Surya ... 37

Gambar 3.3 Solar Charger ... 38

Gambar 3.4 Batere ... 39

Gambar 3.5 Power Inverter 300 Watt ... 39

Gambar 3.6 Power Changeover ... 40

Gambar 3.7 Power Supply ... 40

Gambar 3.8 Modul LCD dan Mikrokontroler ... 41

Gambar 3.9 Diagram Alir Sistem ... 42

Gambar 4.1 Pengujian ADC setelah penambahan penguat instrumentasi 43 Gambar 4.2 Grafik Beban ... 44

Gambar 4.3 Grafik perbandingan beban sebenarnya dan beban terukur 45

(14)

Gambar 4.5 Grafik pengukuran Perubahan Arus dan Tegangan Solar Cell

menggunakan Multimeter Digital ... 47

Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengujian Hari Pertama ... 51

Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengujian Hari Kedua ... 53

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perbandingan Beban, Beban Terukur, dan Deviasi . ... 45

Tabel 4.2 Pengujian Minimum LED ... 48

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Alat Hari Pertama ... 51

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Alat Hari Kedua ... 52

(16)

ABSTRAK

(17)

ABSTRACT

One of problems in electrical energy is the limited source of fossil, which is main

source of electrical energy in indonesia. The solution for this problem can be

solved by using renewable energy. Solar cell is one of electrical source, which is

using sunlight as a source, sustainable and green energy. Because solar cell come

from sunlight, so the output is unstable depending on weather and environment.

One of solutions is using battery to store energy. Research was conducted to

design a Solar Cell to Battery Charging System so the stored electrical energy

could be used for lighting and home use.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Energi listrik merupakan energi yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Dari kebutuhan yang sifatnya mendasar seperti untuk kebutuhan rumah

tangga hingga untuk kebutuhan komersial hampir semuanya membutuhkan energi

listrik. Peningkatan kebutuhan energi Listrik dapat merupakan indikator

peningkatan kemakmuran, namun bersamaan dengan itu juga menimbulkan

masalah dalam usaha penyediaannya. Pada saat ini, ketersediaan sumber energi

listrik tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia.

Terjadinya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir

merupakan dampak dari terbatasnya energi listrik yang dapat disalurkan oleh

PLN.

(19)

Salah satu upaya untuk mengatasi krisis energi listrik adalah mengurangi

ketergantungan terhadap sumber energi fosil. Hal ini dikarenakan energi fosil

yang ada jumlahnya terbatas dan energi fosil ini juga merupakan energi yang tidak

dapat diperbaharui, membutuhkan jutaan tahun untuk menciptakannya. Karena

kelangkaan tersebut, tentu saja akan berdampak terhadap segi ekonominya.

Keterbatasan tersedianya sumber energi fosil sebagai penghasil energi

listrik telah mendorong penelitian dan pengembangan kearah penggunaan sumber

energi alternatif salah satunya adalah sumber energi matahari.

Pemakaian energi surya di Indonesia mempunyai prospek yang sangat

baik, mengingat bahwa secara geografis sebagai negara tropis, melintang garis

katulistiwa berpotensi energi surya yang cukup baik.

Pemanfaatan Tenaga Surya melalui konversi Photovoltaic telah banyak

diterapkan antara lain penerapan sistem individu dan sistem hybrid yaitu sistem

penggabungan antara sumber energi konvensional dengan sumber energi

terbarukan.

Sinar matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan alat yang

disebut photovoltaic atau solar cell (sel surya).

(20)

Sel surya ini akan menghasilkan listrik searah (DC) apabila permukaannya

terkena sinar matahari dengan intensitas tertentu. Potensi dari sumber energi

matahari dapat memberikan sumbangan yang besar bila dapat dimanfaatkan

secara optimal dengan mendesain suatu sistem pengubah energi yang dapat

mensuplai kebutuhan energi. Penggunaan sumber energi matahari ini mempunyai

beberapa keuntungan antara lain tersedianya sumber energi yang cuma-cuma,

ramah lingkungan sehingga bebas polusi dan tak terbatas. Oleh karena itu, perlu

dilakukan kajian yang lebih detail untuk memahami sistem listrik yang berasal

dari sumber energi matahari ini.

Satu masalah yang muncul pada penggunaan energi matahari ini adalah

energi yang dihasilkan berubah-ubah tergantung pada musim dan lingkungan. Hal

ini akan sangat dirasakan pada daerah-daerah dimana intensitas mataharinya

berubah-ubah secara ekstrim. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem

penyimpanan energi yaitu accumulator atau baterai. Energi matahari yang

dihasilkan dari matahari dapat digunakan untuk mencharging daya ke accumulator untuk selanjutnya dari accumulator tersebut dapat digunakan untuk

mencatu beban.

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti merancang suatu alat pembangkit

listrik menggunakan panel surya (sekumpulan sel-sel surya) yang dilengkapi charger

otomatis untuk baterai sebagai penyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh panel

surya. Sistem ini terdiri dari modul sel surya (solar cell) sebagai penghasil energi

listrik, mikrokontroller ATMega8535 sebagai control, batere, dan inverter. Peneliti

(21)

keperluan penerangan rumah dan diharapkan penelitian ini akan sangat berguna

bagi kepentingan umum.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sistem pencatuan solar

cell menggunakan baterai sebagai salah satu upaya mengatasi krisis energi

sehingga sumber energi matahari atau solar cell dapat menjadi sumber energi listrik yang dipergunakan untuk kebutuhan penerangan di sebuah rumah.

1.3 Pembatasan Masalah

Pada pembahasan berikutnya agar lebih terarah sesuai dengan tujuan,

maka pokok pembahasan perlu dibatasi yakni sebagai berikut:

1. Karakteristik sel photovoltaic dan daerah kerja sistem photovoltaic.

2. Menggunakan panel Solar Cell berkapasitas 20 watt, arus maksimum 1.7

Ampere dan tegangan maksimum 18 volt.

3. Menggunakan batere 12 volt sebagai tempat penyimpanan arus listrik pada saat

Solar Cell mendapat energi dari sinar matahari.

4. Pengaruh perubahan intensitas cahaya dan suhu terhadap arus dan tegangan

Solar Cell tidak dibahas.

1.4 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode :

1. Metode kepustakaan yaitu berdasarkan literature yang meliputi buku-buku dan

(22)

2. Metode penelitian yaitu pembuatan alat-alat yang dilakukan di Laboratorium

Elektronika FMIPA USU.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat :

1. Dijadikan sebagai pengembangan dari teori yang didapatkan oleh peneliti

selama perkuliahan.

2. Bermanfaat bagi pengembangan pembangkit daya listrik alternatif.

3. Memberikan informasi tentang pembuatan pembangkit daya listrik alternatif

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SEL SURYA

Sel surya pada dasarnya sebuah foto dioda yang besar dan dirancang dengan

mengacu pada gejala photovoltaik sehingga dapat menghasilkan daya sebesar

mungkin. Sel surya mempunyai pengertian yaitu suatu elemen aktif yang mengubah

cahaya matahari menjadi listrik. Pengertian tersebut berdasarkan irisan sel surya yang

terdiri dari bahan semi konduktor positif dan negatif dengan ketebalan minimum 0,3

mm, yang apabila suatu cahaya jatuh padanya, maka pada kedua kutubnya timbul

perbedaan tegangan sehingga menimbulkan suatu arus searah. Silicon jenis P

merupakan lapisan permukaan yang dibuat sangat tipis supaya cahaya matahari dapat

menembus langsung mencapai junction. Bagian P ini diberi lapisan nikel yang

berbentuk cincin sebagai terminal keluaran positif. Di bawah bagian P terdapat

bagian jenis N yang dilapisi dengan nikel juga sebagai terminal keluaran negatif.

2.1.1 Sejarah Sel Surya

Prinsip dasar pembuatan sel surya adalah memanfaatkan efek photovoltaik,

yaitu suatu efek yang dapat mengubah langsung cahaya matahari menjadi energi

listrik. Efek photovoltaic pertama kali dikenali pada tahun 1839 oleh Fisikawan

Perancis Alexandre-Edmond Becquerel. Akan tetapi, sel surya yang pertama

dibuat baru pada tahun 1883 oleh Charles Fritts, yang melingkupi semikonduktor

selenium dengan sebuah lapisan emas yang sangat tipis untuk membentuk

sambungan-sambungan. Alat tersebut hanya memiliki efisiensi 1%. Russell Ohl

(24)

Sensitive Device"). Masa emas teknologi tenaga surya tiba pada tahun 1954 ketika

Bell Laboratories, yang bereksperimen dengan semikonduktor, secara tidak

disengaja menemukan bahwa silikon yang didoping dengan unsur lain menjadi

sangat sensitif terhadap cahaya. Hal ini menyebabkan dimulainya proses produksi

sel surya praktis dengan kemampuan konversi energi surya sebesar sekitar 6

persen.

Gambar 2.1 Transfer Energi Surya ke Bumi

Gambar diatas mengilustrasikan transfer energi dari matahari ke

bagian-bagian bumi. Dapat terlihat bahwa sekitar setengah dari energi masukan diserap

oleh air dan daratan, sedangkan yang lainnya diradiasikan kembali ke luar

angkasa. (Nilai 1 PW = 1015 W).

Pertama kali penggunaan sel surya diperuntukkan bagi satelit-satelit ruang

angkasa pada tahun 1958, dikarenakan ringan dan dapat diandalkan, tahan lama dan

energi matahari di angkasa lebih besar dari bumi. Tapi penggunaan sel Surya pada

masyarakat umum belum begitu meluas dikarenakan mahalnya biaya untuk

pembangkitan energi listrik menggunakan sel surya, yaitu sekitar $250 per watt

(25)

Setelah terjadinya krisis energi pada tahun 1973, maka pemanfaatan sel surya

bagi masyarakat umum terbuka. Hal ini disebabkan karena adanya penelitian yang

lebih mendalam tentang proses produksi sel surya sehingga saat ini, biaya per watt

energi listrik menggunakan sel surya pada akhir tahun 2012 adalah sekitar $ 0,6 per

watt, dan harga produksi ini akan semakin menurun sesuai dengan perjalanan waktu.

Solar cell adalah divais yang dapat mengubah energi matahari menjadi

energi listrik. Jadi secara langsung arus dan tegangan yang dihasilkan oleh solar

cell bergantung pada penyinaran matahari. Pada solar cell ini dibutuhkan material

yang dapat menangkap matahari dan energi tersebut digunakan untuk memberikan

energi ke elektron agar dapat berpindah melewati band gapnya ke pita konduksi,

dan kemudian dapat berpindah ke rangkaian luar. Melalui proses tersebutlah arus

listrik dapat mengalir dari solar cell. Umumnya, divais dari solar cell ini

menggunakan prinsip PN junction.

Pada pelaksanaannya, sel surya tidak dipakai sendirian, tetapi biasanya

dirakit menjadi Modul Surya. Modul Surya (fotovoltaic) adalah sejumlah sel surya yang dirangkai secara seri dan paralel untuk meningkatkan tegangan dan arus

yang dihasilkan sehingga cukup untuk pemakaian sistem catu daya beban. Untuk

mendapatkan keluaran energi listrik yang maksimum maka permukaan modul

surya harus selalu mengarah ke matahari.

Komponen utama sistem surya photovoltaic adalah modul yang

merupakan unit rakitan beberapa sel surya photovoltaic. Untuk membuat modul

photovoltaic secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film.

Modul photovoltaic kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana,

(26)

photovoltaic tersusun dari beberapa sel photovoltaic yang dihubungkan secara seri

dan paralel.

Pembangkit listrik yang memanfaatkan energi surya mempunyai beberapa

keuntungan yaitu:

1. Sumber energi yang digunakan sangat melimpah dan cuma-cuma

2. Sistem yang dikembangkan bersifat modular sehingga dapat dengan

mudah diinstalasi dan diperbesar kapasitasnya

3. Perawatannya mudah

4. Tidak menimbulkan polusi

5. Dirancang bekerja secara otomatis sehingga dapat diterapkan ditempat

terpencil

6. Relatif aman

7. Keandalannya semakin baik

8. Adanya aspek masyarakat pemakai yang mengendalikan sistem itu sendiri

9. Mudah untuk diinstalasi

10.Radiasi matahari sebagai sumber energi tak terbatas

11.Tidak menghasilkan CO2 serta emisi gas buang lainnya

2.1.2 Proses Pembangkitan Arus pada Solar Cell

Pembangkitan arus pada solar cell melibatkan beberapa proses diantaranya

yaitu:

1. Cahaya dalam bentuk foton jatuh pada permukaan solar cell, kemudian diserap

(27)

dari energi band gapnya). Tetapi, electron (pada material tipe-p) dan hole (pada

tipe-n) yang terbentuk bersifat tidak stabil dan hanya akan terjadi untuk jangka

waktu yang sama dengan waktu hidup pembawa minoritas (minority carrier

lifetime) sebelum akhirnya terjadi rekombinasi.

Gambar 2.2 Foton yang menciptakan Elektron Hole

2. Untuk mencegah rekombinasi ini adalah dengan menggunakan p-n junction

yang memisahkan electron dan hole. Carrier ini dipisahkan oleh aksi medan listrik

(28)

dihasilkan cahaya melewati p-n junction, maka akan didorong melewati junction

oleh medan listrik pada junction dan menjadi majority carrier. Sedangkan elektron

mengalir kerangkaian luar setelah emitter dan base dihubungkan.

Gambar 2.3 Pergerakan Elektron dan Hole

3. Setelah melewati rangkaian luar elektron tersebut akan bertemu dengan

hole.

(29)

2.1.3 Efek Photovoltaic

Carrier-carrier yang terbentuk dari penyinaran matahari tidak dengan

sendirinya dapat membangkitkan energi listrik. Tegangan yang ada dibangkitkan

melalui proses yang dikenal sebagai “efek photovoltaic.” Carrier yang dibangkitkan oleh cahaya yang meningkat menyebabkan pergerakan dari elektron

menuju ke N-type dan pergerakan hole ke P-type. Pada kondisi short circuit, maka

carrier ini akan bergerak ke rangkaian luar dan akan kembali menuju

pasangannya, carrier ini disebut sebagai arus yang dihasilkan oleh cahaya. Pada

kondisi open circuit, dimana carrier ini dicegah untuk bergerak menuju

pasangannya, maka akan terjadi pengumpulan elektron pada N-type dan hole pada

P-type yang akan menghasilkan medan listrik baru yang akan melawan medan

yang sudah ada pada junction, sehingga memunculkan kondisi seimbang yang

baru, dimana timbul tegangan melewati P-N junction.

2.1.4 Kurva IV

Kurva IV dari solar cell adalah superposisi dari kurva IV dioda solar cell

pada saat gelap dan terang. Pada saat gelap, solar cell memiliki karakteristik kurva

IV yang hampir sama dengan dioda. Apabila disinari, kurvanya akan bergeser

kebawah dan mulai membangkitkan daya pada dioda solar cell ini. Lebih besar

intensitas dari penyinaran matahari akan menggeser kurva IV dioda tersebut lebih

jauh kebawah. Karena konvensional arus, maka nilai arusnya dibalik. Ada

beberapa parameter penting dalam menggambarkan kurva IV dari solar cell,

(30)

2.1.5 Arus Short Circuit

Arus short circuit adalah arus yang diukur ketika tegangan dari solar cell bernilai

nol dan solar cell dalam keadaan dishort. Ini terjadi ketika sejumlah carrier yang

dikumpulkan pada PN-junction bergerak kerangkaian luar, sehingga bisa

dikatakan bahwa arus short circuit adalah arus maksimum yang dapat dihasilkan

oleh solar cell.

Gambar 2.5 Kurva IV solar cell yang menunjukkan arus short circuit

Arus solar cell tergantung pada beberapa factor diantaranya:

- Luas dari solar cell

- Jumlah foton (yaitu daya dari sumber cahaya yang jatuh). Isc dari solar

cell secara langsung bergantung pada intensitas cahaya.

- Spectrum dari cahaya yang jatuh. Untuk kebanyakan pengukuran solar

cell, spectrum distandarkan pada spektrum AM1,5

- Sifat optikal (penyerapan dan pemantulan) solar cell

- Probabilitas pengumpulan solar cell, yang bergantung terutama pada

(31)

2.1.6 Tegangan Open Circuit

Tegangan open circuit adalah tegangan yang diukur ketika rangkaian solar

cell dalam keadaan terbuka, sehingga tidak ada arus yang mengalir kerangkaian

luar, dan arus bernilai nol. Tegangan open circuit ini merupakan tegangan terbesar

yang dapat dibangkitkan oleh solar cell.

Gambar 2.6 Kurva IV solar cell yang menunjukkan tegangan open circuit

Persamaan untuk Voc adalah

Voc = (nkT/q) ln((IL/ I0)+1)

Dengan IL dan I0 adalah arus yang dibangkitkan cahaya dan arus saturasi dioda.

Persamaan diatas menunjukkan Voc bergantung pada arus yang dibangkitkan

cahaya dan arus saturasi. Arus saturasi I0 bergantung pada jumlah rekombinasi

(32)

2.1.7 Efek Resistif

Karakteristik resistansi dari sebuah solar cell dapat diukur dari resistansi

keluaran solar cell pada maksimum power point. Karakteristik resistansi

ditunjukkan pada gambar dibawah

Gambar 2.7 Karakteristik Resistansi

Karakteristik resistansi dari solar cell adalah invers dari kemiringan garis, dimana

menurut Green,

RCH = VMP/IMP

Adanya resistansi pada solar cell dapat mengurangi efisiensi solar cell, karena

sebagian daya yang seharusnya disuplai ke beban akan berkurang karena rugi

resistansi tersebut. Secara umum, resistansi pada solar cell dibagi dua yaitu

resistansi seri dan shunt.

(33)

Resistansi seri solar cell mempunyai 3 penyebab yaitu:

- Pergerakan arus melalui emiter dan base solar cell

- Resistansi kontak antara kontak logam dan silikon

- Resistansi kontak logam bagian atas dan bawah

Efek resistansi seri adalah pengurangan fill factor dan arus short circuit. Resistansi

seri tidak berpengaruh pada tegangan open circuit, tetapi kurva IV dipengaruhi

oleh resistansi seri.

Faktor utama daya yang hilang adalah adanya resistansi shunt, RSH, yang disebabkan karena cacat fabrikasi. Resistansi shunt yang rendah menyebabkan

adanya jalur lain bagi arus yang dibangkitkan cahaya, sehingga terdapat daya

yang hilang. Pembalikan arus ini mengurangi sejumlah arus yang mengalir

melalui junction solar cell dan mengurangi tegangan dari solar cell. Efek resistansi

shunt ini terutama terjadi pada level intensitas cahaya yang rendah karena hanya

sedikit cahaya yang menghasilkan arus. Resistansi shunt ini juga sangat

berpengaruh terhadap fill factor.

2.1.8 Efek Temperatur

Bahan semikonduktor memiliki sifat sensitif terhadap temperatur begitu

juga solar cell. Bertambahnya temperatur dapat mengurangi band gap dari solar

cell, sehingga akan berpengaruh terhadap beberapa parameter dari solar cell.

Bertambahnya temperatur dapat dilihat sebagai peningkatan energi

elektron dari material. Sehingga untuk memutuskan ikatan membutuhkan energi

(34)

semikonduktor, penurunan energi ikatan juga menurunkan band gap. Oleh sebab

itu, peningkatan suhu menurunkan band gap.

Temperatur mempengaruhi persamaan karakteristik dengan dua cara,

secara langsung melalui T pada bagian eksponensial dan secara tidak langsung,

efeknya terjadi pada I0. Salah satu parameter solar cell yang dipengaruhi oleh

temperatur adalah tegangan open circuit. Efek meningkatnya temperatur akan

mengurangi secara linear nilai tegangan open circuit. Besarnya pengurangan ini

secara terbalik sebanding terhadap Voc, dan sel dengan nilai Voc yang lebih

tinggi, pengurangan nilai tegangannya akan lebih kecil ketika temperatur naik.

Arus yang dibangkitkan cahaya meningkat sedikit dengan meningkatnya

temperatur karena meningkatkan jumlah carrier yang dihasilkan secara termal

dalam cell.

Berdasarkan salah satu sumber menyatakan bahwa temperatur yang tinggi

dapat mengurangi efisiensi. Hal ini dikarenakan perubahan tegangan lebih besar

daripada perubahan pada arus.

(35)

2.1.9 Efek Intensitas Cahaya Matahari

Intensitas cahaya matahari memiliki pengaruh yang penting baik pada arus

short circuit, tegangan open circuit, fill factor, efisiensi, dan hambatan seri

maupun hambatan shunt. Intensitas cahaya dinyatakan dalam jumlah matahari,

dimana satu matahari sesuai dengan standar iluminasi pada AM 1.5 atau 1

kW/m2.

Arus short circuit secara langsung berhubungan dengan jumlah foton yang

diserap oleh material semikonduktor dan kemudian sebanding dengan nilai

intensitas cahaya, sedangkan tegangan open circuit hanya berubah sedikit ketika

intensitas cahaya rendah. Intensitas cahaya matahari mungkin dapat berbeda

setiap hari, hal ini menyebabkan energi yang masuk ke solar cell juga akan

berubah-ubah, bervariasi antara 0 sampai1 kW/m2. Pada cahaya yang rendah, efek

resistansi shunt akan bertambah. Berkurangnya intensitas cahaya menyebabkan

arus yang melewati solar cell berkurang dan nilai resistansi seri hampir sama nilai

resistansi shuntnya. Ketika dua resistansi ini hampir sama, total arus yang

mengalir melalui resistansi shunt bertambah, kemudian akan menambah daya

yang hilang karena resistansi shunt. Sehingga pada kondisi berawan, solar cell

dengan resistansi shunt yang tinggi dapat menahan daya yang masuk lebih banyak

(36)

Gambar 2.10 Kurva IV terhadap perubahan intensitas cahaya matahari

Pada thin film solar cell, pengumpulan arus yang berasal dari cahaya akan

berkurang pada intensitas yang tinggi, dengan area iluminasi kecil. Hal ini

disebabkan pada intensitas yang tinggi ada batasan tertentu yang disebabkan

resistansi seri dan bertambahnya losses tegangan yang bergantung pada

pengumpulan carrier. Pada salah satu sumber disebutkan, pada eksperimen

menggunakan lampu pijar yang dilakukan untuk mencari hubungan antara

intensitas cahaya dan efisiensi, didapat kesimpulan bahwa efisiensi semakin

berkurang ketika nilai intensitas lampu pijar bertambah.

2.2 Sistem Penyimpanan Energi (Baterai)

Sistem penyimpanan energi yang biasa dipakai untuk penyimpanan energi

keluaran solar cell adalah baterai. Baterai ini digunakan karena solar cell memiliki

karakteristik daya keluaran yang tidak stabil, berubah-ubah sesuai dengan

intensitas cahaya yang jatuh pada permukaannya sedangkan beban umumnya

menyaratkan suplai daya yang stabil dan apabila daya masukannya berubah-ubah

(37)

Dikarenakan pentingnya baterai dalam sistem solar cell tersebut, maka

penting bagi kita untuk mengetahui kerakteristik dari baterai. Karakteristik yang

perlu diperhatikan diantaranya tegangan baterai, parameter charging dan

discharging, kapasitas daya dan lain lain. Baterai yang ideal mempunyai efisiensi

yang tinggi, self discharge yang rendah, dan harga yang murah.

2.2.1 Tegangan Baterai

Tegangan baterai adalah karakteristik dasar dari baterai, yang ditentukan

oleh reaksi kimia dalam baterai, konsentrasi komponen baterai, dan polarisasi

baterai. Tegangan nominal baterai tidak dapat diukur, tetapi yang dapat kita ukur

hanyalah tegangan open circuitnya.

Karena potensial listrik dari kebanyakan reaksi kimia adalah 2 volt,

sedangkan kebanyakan beban memerlukan tegangan sebesar 12 V, maka beberapa

sel baterai tersebut diserikan sebanyak enam buah, sehingga membentuk baterai

yang mempunyai tegangan 12 V, seperti pada baterai lead acid.

Tegangan baterai ketika arus mengalir mungkin berbeda dari equilibrium

atau tegangan open circuit. Kurva charging dan discharging tidak simetris karena

adanya tambahan reaksi yang mungkin menyebabkan tegangan yang lebih tinggi

(38)

Gambar 2.11 Kurva tegangan baterai saat discharge untuk beberapa baterai

Pada banyak jenis baterai, termasuk baterai lead acid, pada level tegangan

tertentu, baterai tersebut sudah tidak dapat menyuplai lagi ke beban, level

tegangan ini disebut tegangan cut off. Level tegangan ini berbeda-beda untuk

setiap jenis baterai, temperatur dan nilai discharge baterai.

2.2.2 Kapasitas Baterai

Kapasitas baterai adalah ukuran muatan yang disimpan suatu baterai yang

ditentukan oleh masa aktif material didalamnya. Kapasitas menggambarkan

(39)

kondisi khusus tertentu. Tetapi kemampuan penyimpanan baterai dapat berbeda

dari kapasitas nominalnya, diantaranya karena kapasitas baterai bergantung pada

umur dan keadaan baterai, parameter charging dan discharging, dan temperatur.

Satuan dari kapasitas baterai ini sering dinyatakan dalam Ampere hours

(walaupun kadang dalam Wh), ditentukan sebagai waktu dalam jam yang

dibutuhkan baterai untuk secara kontinu mengalirkan arus atau nilai discharge

pada tegangan nominal baterai. Satuan Ah sering digunakan ketika tegangan

baterai bervariasi selama siklus charging atau discharging. Kapasitas Wh dapat

diperkirakan dengan mengalikan kapasitas Ah dengan tegangan nominal baterai.

Misalnya, baterai 12 V dengan kapasitas 500 Ah memberikan energi yang

tersimpan sekitar 100 Ah x 12 V – 1,200 Wh atau 1.2 KWh.

Temperatur dari baterai berpengaruh terhadap energi yang dapat

dikeluarkan dari baterai. Pada temperatur yang lebih tinggi akan memiliki

kapasitas yang lebih besar daripada temperatur yang rendah. Tetapi meningkatkan

temperatur dengan disengaja memiliki dampak negatif, karena akan mengurangi

lifetime dari baterai. Umur dan keadaan baterai juga berpengaruh terhadap

kapasitas baterai.

Meskipun baterai dipergunakan secara benar sesuai aturan manufaktur,

semakin lama kapasitas baterai tersebut dapat berkurang. Keadaan dari baterai

juga berpengaruh terhadap kapasitas baterai. Misalnya, jika baterai pernah

(40)

2.2.3 Parameter Charging dan Discharging Baterai

Karena baterai berfungsi untuk menyimpan energi, maka baterai tersebut

akan mengalami siklus charging atau pemberian muatan, dari solar cell / charger

lain mengalirkan arus kebaterai, dan siklus discharging atau pelepasan muatan

dari baterai tersebut mengalirkan arus ke beban.

Nilai charging dalam ampere adalah sejumlah muatan yang diberikan pada

baterai persatuan waktu. Sedangkan discharging dalam ampere adalah sejumlah

muatan yang digunakan ke rangkaian luar (beban) yang diambil dari baterai. Nilai

charging / discharging ini dinyatakan dalam arus dan besarnya bergantung pada

kapasitas dari baterai dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut.

Nilai discharge ditentukan dengan membagi kapasitas baterai (Ah) dengan

jam yang dibutuhkan untuk charging/discharging baterai. Contohnya, kapasitas

baterai 500 Ah secara teori dapat didischarge untuk tegangan cut off selama 20

jam dengan nilai dischargenya 500 Ah/ 20 h = 25 A. Lalu, jika tegangan baterai

12 V, maka daya yang diberikan kebeban adalah 25 A x 12 V = 300 W.

Nilai charging dan discharging berpengaruh terhadap nilai kapasitas

baterai. Jika baterai didischarge sangat cepat (arus discharge tinggi), maka

sejumlah energi yang dapat digunakan oleh baterai menjadi berkurang sehingga

kapasitas baterai menjadi lebih rendah. Hal ini dikarenakan, kebutuhan suatu

materi/komponen untuk reaksi yang terjadi tidak mempunyai waktu yang cukup

untuk bergerak ke posisi yang seharusnya. Hanya sejumlah reaktan yang diubah

(41)

arus discharge yang digunakan sekecil mungkin, sehingga energi yang digunakan

kecil dan kapasitas baterai menjadi lebih tinggi.

Nilai self discharge adalah ukuran seberapa cepat cell akan kehilangan

energi pada saat kondisi diam, dikarenakan aksi bahan kimia yang tidak

diinginkan dalam cell. Nilainya bergantung pada bahan kimia cell dan

temperatur. Nilai self discharge untuk lead acid berkisar 4% hingga 6% perbulan.

Nilai reaksi kimia yang tidak diinginkan yang menyebabkan arus internal bocor

antara elektroda positif dan negatif cell meningkat sesuai temperaturnya yang

akhirnya meningkatkan nilai self discharge baterai.

2.2.4 Battery State of Charge (BSOC)

BSOC didefinisikan sebagai rasio dari total kapasitas energi yang dapat

digunakan oleh sebuah baterai dengan kapasitas baterai seluruhnya. SOC

menggambarkan energi yang tersedia yang dituliskan dalam persentase sesuai

beberapa referensi, kadang dianggap sebagai nilai kapasitas tapi seperti kapasitas

arus. Jadi nominal kapasitas energi dari sebuah baterai tidak dapat dikeluarkan

secara total, dengan BSOC ini kita dapat menentukan total energi yang dapat

digunakan dari sebuah baterai. Untuk contohnya, baterai dengan 80% SOC

dengan kapasitas 500 Ah, maka energi yang dapat digunakan dari baterai tersebut

sebesar 400 Ah. Temperatur dan nilai discharge dapat mengurangi kapasitas

efektif. Cara mengukur SOC dari sebuah baterai dapat dilakukan 3 cara yaitu:

1. Pengukuran secara langsung, dapat dilakukan jika baterai dapat didischarge

(42)

2. SOC dari pengukuran Specific Grafity (SG), cara ini bergantung pada

perubahan pengukuran dari berat bahan kimia aktif.

3. Perkiraan SOC berdasarkan tegangan dilakukan dengan mengukur tegangan

cell baterai sebagai dasar untuk penghitungan SOC atau sisa kapasitas. Hasil dapat

berubah bergantung pada level tegangan nyata, temperatur, nilai discharge dan

umur cell dan kompensasi untuk faktor ini harus tersedia untuk mendapatkan

akurasi yang pantas.

Gambar 2.12 Tegangan open circuit Vs sisa kapasitas baterai Lead Acid pada 25 celcius

2.3.5 Depth of Discharge (DOD)

Pada kebanyakan baterai, energi yang disimpan baterai tidak dapat

dikeluarkan semuanya, karena akan memiliki dampak negatif berupa kerusakan

dari baterai. Depth of discharge ini menentukan daya maksimum yang dapat

digunakan dari baterai.

(43)

digunakan. Hal ini terjadi karena pengambilan seluruh kapasitas baterai dapat

mengurangi lifetime dari baterai. Jadi, DOD dapat dikatakan energi yang dapat

digunakan dari baterai dan ditetapkan oleh manufaktur. Untuk contoh 500 Ah

dengan DOD 20%, maka baterai tersebut hanya menyediakan 20%x500 Ah = 100

Ah.

2.3 MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosesor dan

mikrokomputer hadir memenuhi kebutuhan pasar dan teknologi baru. Sebagai

teknologi baru yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang

lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta dapat diproduksi

secara massal (dalam jumlah banyak) membuat harganya menjadi lebih rendah

(dibandingkan mikroprosesor). Mikrokontroler adalah komponen elektronika yang

menggabungkan berbagai macam piranti tambahan kedalam mikrokomputer menjadi

satu chip IC. Piranti gabungan ini memuat unit pemroses data pusat (CPU), unit

memori (ROM dan RAM), Port I/O, dan ditambah dengan beberapa fasilitas lain

seperti pewaktu, counter, dan layanan kontrol interupsi. Mikrokontroler lahir karena

kebutuhan akan efektivitas pengendalian sistem yang akan dilakukan. Penggunaan

mikrokontroler akan menambah efektivitas tersebut yang dilihat dari beban listrik

yang dikonsumsi dan juga dari biaya yang relatif lebih rendah. Mikrokontroler juga

digunakan untuk mengendalikan suatu sistem yang spesifik yaitu sistem yang

(44)

Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s RISC processor) memiliki arsitektur

RISC 8-bit dan semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bit word) dan

sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus detak. Berbeda dengan instruksi

MSC51 yang membutuhkan 12 siklus detak. Tentu saja itu terjadi karena kedua jenis

mikrokontroller tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC

(Reduced Instruction Set Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC

(Complex Instruction Set Computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokkan

menjadi 4 kelas, yaitu keluarga Attiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan

AT86RFxx. Pada dasarnya, yang membedakan masing-masing kelas adalah memori,

perifheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan mereka

bisa dikatakan hampir sama.

2.3.1 Arsitektur ATMega8535

Pada Gambar 2.2 tersebut dapat dilihat bahwa Atmega 8535 memiliki bagian sebagai

berikut (M. Ary Heryanto, 1):

1. Saluran I/O sebanyak 32, yaitu pada Port A, Port B, Port C, dan Port D

2. ADC 10 bit

3. Tiga unit Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan

4. CPU yang terdiri atas 32 unit register

5. Watchdog Timer dengan osilator internal

6. SRAM sebesar 512 byte

7. Memori Flash sebesar 8 kB dengan kemampuan Read While Write

8. Unit interupsi internal dan eksternal

9. Port antarmuka SPI

(45)

11. Antarmuka komparator analog

12. Port USART untuk komunikasi serial

Gambar 2.13 Diagram Fungsional ATmega8535

2.3.2 Fitur ATMega8535

(46)

1. Sistem mikroprosesor 8-bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16

MHz

2. Kapabilitas memori flash 8 KB, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM

(Electrically Erasable Programmable Read Only Memori) sebesar 512 byte.

3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel

4. Enam pilihan mode sleep untuk menghemat penggunaan daya listrik

2.3.3 Konfigurasi Pin ATMega8535

Konfigurasi pin Atmega 8535 dilihat pada Gambar 2.7. Dari gambar tersebut

maka dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin Atmega 8535 sebagai berikut

(M. Ary Heryanto, 3):

1. VCC merupakan pin yang berfungsi untuk pin masukan catu daya.

2. GND merupakan pin ground.

3. Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.

4. Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus

yaitu Timer/Counter, komparator analog, dan SPI.

5. Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus

yaitu TWI, komparator analog, dan Timer Oscilator.

6. Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus

yaitu komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial.

RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler.

7. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan detak eksternal.

8. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

(47)

Gambar 2.14 Pin ATmega8535

2.3.4 Bahasa Pemrograman AVR

Terdapat berbagai macam jenis pemrogaman mikrokontroler AVR.

diantaranya yaitu menggunakan bahasa Bascom, Codevision AVR, Assembler dan

AVR studio. Masing-masing bahasa pemrogaman mempunyai kelebihan dan kekurangan sesuai dengan kebiasaan pemrogram.

2.4 Inverter

Inverter adalah perangkat yang mengubah daya DC dari aki ke listrik AC.

Inverter secara teori ada 3 jenis, tapi secara umum sering didapati hanya 2 jenis,

yaitu Inverter yang bergelombang sinus murni (pure sine inverter) dan Inverter

yang bergelombang sinus dimodifikasi (modified sine inverter).

Kebanyakan perangkat AC berfungsi dengan baik dengan aliran listrik dari

Inverter sinus dimodifikasi, kecuali alat pemakai listrik AC itu adalah alat yang

(48)

yang bergelombang sinus dimodifikasi. AC yang bergelombang sinus

dimodifikasi juga bisa memberikan suara dengungan ketika diterapkan pada

alat-alat seperti kipas angin, amplifier dan lampu neon biasa. Walaupun demikian,

Inverter bergelombang sinus dimodifikasi adalah alat yang membuat konversi arus

DC ke AC yang paling efisien dan relatif murah. Inverter bergelombang sinus

murni sebaliknya memberikan listrik AC yang bersih dan sangat identik dengan

listrik dari sumber jaringan listrik PLN.

Gambar 2.15 Power Inverter

Kapasitas sebuah Inverter menentukan jumlah daya AC yang bisa

disediakan terus menerus. Disamping itu, juga diterapkan toleransi lonjakan arus

listrik, missal 5 detik sampai dengan 0,5 jam. Angka-angka toleransi lonjakan

memberikan gagasan tentang berapa banyak daya yang dapat disuplai oleh

inverter selama 5 detik sampai dengan 0,5 jam sebelum arus yang berkelebihan itu

diputuskan demi untuk melindungi Inverter tersebut.

Satuan ukuran Inverter adalah Watt. Untuk alat-alat listrik AC yang perlu

(49)

harus dipilih. Caranya adalah memilih Inverter yang berkemampuan memasok

daya semaksimal keperluan gabungan beban alat-alat AC. Contohnya : Alat-alat

AC terdiri dari : 1 unit oven microwave yang berdaya 800 Watt

dan 1 unit TV yang berdaya 120 Watt. Jadi, total beban dalam hal ini adalah

800Watt + 120Watt = 920Watt.

Perhatikan bahwa perhitungan ini mengasumsikan bahwa inverter dipilih

memiliki peringkat gelombang sinus yang cocok untuk mengatasi lonjakan oven

microwave dan beban TV. Jadi, untuk beban 920 Watt, inverter 1000W boleh

dikatakan cocok untuk dipakai. Akan tetapi, dengan pertimbangan efisiensi, maka

(50)

BAB III

METODOLOGI PEMBANGUNAN ALAT

3.1. Tempat Pembangunan Alat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3.2. Perancangan Sistem Alat

Pada bagian ini akan dirancang blok diagram sistem charger pada sel surya.

(51)

3.2.1 Cara Kerja Sistem

Dari diagram blok sistem pada gambar 3.1 cara kerja sistem secara umum

adalah sebagai berikut:

1. Seluruh kinerja dari sistem dikendalikan oleh pengendali berupa

mikrokontroller ATMega 8535 yang bekerja sesuai dengan perintah yang

diatur melalui perangkat lunak.

2. Batere sebagai tempat penyimpanan energi listrik yang dihasilkan oleh sel

surya.

3. Sel Surya sebagai sumber energi listrik yang akan di simpan (charge) pada

batere.

4. Charger sebagai alat untuk mencharge batere sesuai dengan kebutuhan

batere dan juga sebagai penahan arus balik dari batere ke sel surya

apabila charge listrik dari sel surya berada dibawah jumlah charge pada

batere sehingga tidak merusak sel surya.

5. Inverter sebagai pengubah arus DC dari batere menjadi arus AC yang akan

digunakan pada beban dalam hal ini adalah sebuah bohlam lampu.

6. Power Changeover sebagai pengubah penggunaan arus listrik dari

jaringan/jala-jala PLN ke arus dari batere yang sudah diubah oleh

inverter.

3.2.2 Pencatuan Energi Listrik dari Solar cell (Sel Surya) ke Batere

Solar cell merupakan salah satu jenis pembangkit listrik yang tidak

(52)

suara yang bising, dan tahan lama. Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa

solar cell sangat bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk pada

permukaannya.

Yang terjadi adalah bahwa daya yang disuplai oleh solar cell ini

berubah-ubah dan tidak stabil tergantung kondisi penyinaran saat itu, sehingga apabila

solar cell ini dihubungkan secara langsung ke beban, maka dapat merusak beban

tersebut. Solusinya adalah dengan menggunakan sistem penyimpanan energi yang

menyimpan energi listrik tersebut untuk kemudian disambungkan ke beban,

sehingga apabila kondisi penyinaran matahari dalam keadaan mendung, dari

sistem penyimpanan energi tersebut masih dapat menyuplai beban secara stabil.

Sistem penyimpanan energi yang sering digunakan adalah baterai/

accumulator. Solar cell yang memiliki nominal tegangan 12 V, biasanya dapat

menghasilkan tegangan yang berubah dari 13-20 V, sedangkan baterai yang

digunakan mempunyai tegangan nominal 12 V. Adanya perbedaan antara

tegangan keluaran dari solar cell dan baterai tentu saja memiliki dampak, yaitu

kerusakan pada baterai yang berakibat akan mengurangi lifetime dari baterai. Oleh

karena dibutuhkan regulator tegangan yang mengubah tegangan solar cell tersebut

ke 12 V. Regulator ini selain berfungsi sebagai regulator tegangan, juga harus

mempunyai fungsi sebagai dioda proteksi, sehingga hanya melewatkan arus yang

menuju baterai dan tidak ada arus balik ke solar cell. Apabila sore, dengan tidak

adanya penyinaran dari matahari, tegangan dari solar cell bisa lebih kecil dari

(53)

dengan adanya dioda proteksi ini hal tersebut tidak terjadi. Regulator ini juga

disebut sebagai Charger.

3.2.3 Pengubahan Energi Listrik DC dari Batere menjadi Energi listrik AC

Energi listrik yang dicatukan pada batere tidak dapat langsung

dipergunakan ke beban dikarenakan energi yang tersimpan adalah dalam bentuk

arus DC (Direct Current / Arus Searah) sedangkan energi listrik yang dibutuhkan

adalah dalam bentuk arus AC (Alternating Current/Arus Bolak Balik). Oleh

karena itu, arus listrik dari batere perlu diubah menjadi arus AC. Hal ini dapat

dilakukan menggunakan alat yang disebut Inverter.

Inverter ini disambungkan ke Batere dan akan mengubah arus DC dari

Batere menjadi Arus AC yang dapat digunakan oleh beban dalam hal ini adalah

sebuah bohlam lampu 40 Watt.

3.2.4 Penerusan Energi Listrik dari Inverter ke Beban

Setelah Arus DC tersebut diubah menjadi arus AC oleh inverter, maka

arus yang dihasilkan akan diteruskan menuju jaringan beban melalui alat Power

Changeover. Alat ini berfungsi untuk mengubah sumber jaringan energi yang

menuju beban dari jaringan Jala-jala PLN ataupun dari jaringan sistem alat. Bila

terjadi pemutusan arus dari jala-jala PLN, maka power changeover akan merubah

sumber arus ke jaringan sistem alat, dan jika terdeteksi bahwa jaringan jala-jala

PLN telah kembali mengalirkan arus listrik, maka power changeover akan

(54)

3.3. Perancangan dan Realisasi Perangkat Keras

Perangkat Keras alat ini terdiri dari beberapa Modul alat.

3.3.1. Modul Sel Surya

Gambar 3.2 Modul Surya

Modul surya (fotovoltaic) adalah sejumlah sel surya yang dirangkai secara seri dan paralel, untuk meningkatkan tegangan dan arus yang dihasilkan sehingga

cukup untuk pemakaian sistem catu daya beban. Untuk mendapatkan keluaran

energi listrik yang maksimum maka permukaan modul surya harus selalu

mengarah ke matahari.

Komponen utama sistem surya photovoltaic adalah modul yang

merupakan unit rakitan beberapa sel surya photovoltaic. Untuk membuat modul

photovoltaic secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film.

Modul photovoltaic kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana,

sedangkan untuk membuat sel photovoltaic diperlukan teknologi tinggi.

3.3.2. Modul Charger

Solar charge controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk

mengatur tegangan dan arus yang diisi ke baterai yang berasal dari solar cell.

(55)

baterai sudah penuh) dan kelebihan tegangan dari panel surya yang dapat

mengurangi lifetime dari baterai. Solar charge controller menerapkan teknologi

pulse width modulation (PWM) untuk mengatur keluaran dari solar cell yang

masuk ke baterai. Secara umum bahwa solar cell dengan tegangan 12 V, memiliki

variasi tegangan antara 13–21Volt. Dengan adanya variasi tegangan tersebut, baterai akan cepat rusak karena overcharging. Sedangkan baterai sendiri

umumnya dicharge pada tegangan 14-14.7V.

Gambar 3.3 Solar Charger

Solar charge controller biasanya terdiri dari input yang akan dihubungkan

dengan solar cell dan dua output, yang satu dihubungkan dengan baterai dan yang

satu lagi dihubungkan dengan beban. Arus dari baterai tidak akan dapat kembali

kesolar cell, karena adanya dioda proteksi yang hanya melewatkan arus yang

berasal dari solar cell, bukan sebaliknya. Solar Charger Controller biasa juga

(56)

3.3.3. Modul Batere

Gambar 3.4 Batere

Baterai yang digunakan adalah jenis accumulator yang biasa dipakai pada

motor/mobil. Accumulator ini merupakan jenis baterai lead acid dan adalah jenis

aki basah. Tegangan nominalnya sebesar 12V, yang terdiri dari 6 sel yang masing

masing mempunyai nominal tegangan 2 Volt, yang dihubungkan secara seri.

3.3.4 Modul Inverter

Modul Inverter digunakan sebagai pengubah arus DC dari Batere menjadi

Arus AC yang digunakan pada beban. Inverter yang digunakan adalah inverter

berkapasitas 300 watt.

(57)

3.3.5. Modul Power Changeover / Relay

Power changeover biasa juga disebut sebagai relay. Modul ini digunakan

sebagai alat pengubah sumber jaringan listrik yang menuju beban.

Gambar 3.6 Power Changeover 3.3.6 Modul PSA (Power Supply)

Gambar 3.7 Power Supply

Rangkaian power supply 5 volt DC, bagaimanapun rangkaian power

supply adalah rangkaian yang pertama harus tersedia untuk bisa bekerja

bereksperimen dengan rangkaian digital maupun dengan mikokontroller. Kalau

suatu saat tegangan yang diperlukan misalnya 6 volt DC, demikian juga jika

diperlukan tegangan 9 Volt DC atau 12 volt DC, cukup dengan mengganti

(58)

3.3.7 Modul Mikrokontroler

Mikrokontroler yang digunakan pada alat adalah sebuah Mikrokontroler

keluarga ATMega, yaitu mikrokontroler ATMega 8535. Pada modul ini sudah

terpasang/tersambung juga modul LCD yang digunakan untuk melihat kondisi

charge dari Batere maupun kondisi dari Charger Modul surya.

Gambar 3.8 Modul LCD dan Mikrokontroler

Modul Mikrokontroler ini juga dapat disambungkan dengan modul keypad

yang berguna untuk memberikan input pada program/perangkat lunak yang

(59)

3.4. Diagram Alir

Gambar 3.9 Diagram Alir Sistem

Dari diagram alir pada gambar 3.9 dapat dilihat bahwa sistem yang

dirancang adalah khusus untuk penerangan pada malam hari, dan siang hari

digunakan sebagai waktu untuk system melakukan charging pada batere. Diagram

alir diatas merupakan algoritma perangkat lunak yang dibuat untuk mempermudah

pembuatan program dari seluruh sistem.

(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian ADC

Untuk memperoleh konversi tegangan Digital dengan tegangan Analog,

pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan masukan yang sudah

dikuatkan dibandingkan dengan nilai tegangan digital hasil konversi ADC. Hasil

dari konversi tersebut ditunjukkan pada gambar 4.1. Dengan persamaan yang

didapat yaitu y = 0,0024x, dimana variable x merupakan nilai ADC. Dengan

demikian, persamaan ini dimasukkan dalam program konversi tegangan.

y = 0.0024x

(61)

4.2. Pengujian Beban

Setelah diperoleh hasil pengujian yang sesuai, rancangan alat ini dilakukan

penguian dengan masukan dari sensor dan keluaran dibaca dengan

mikrokontroler. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban uji pada sensor

dari 0 sampai 100 watt. Hasil pengujian beban seperti yang ditunjukkan pada

gambar 4.2 dengan menghasilkan korelasi persamaan polynomial y = 21,94x3 – 176,3x2 + 476,3x – 328 antara beban yang diberikan terhadap tegangan keluaran. Persamaan ini dimasukkan dalam program mikrokontroler untuk mengkonversi

beban terbaca menjadi tampilan dengan satuan watt.

y = -71.622x2 + 316.42x - 249.82

Rancangan alat sudah diuji dengan beban, maka selanjutnya alat ini dilihat

performansinya pada saat digunakan untuk pengukuran beban sesungguhnya.

(62)

diperoleh dari pengujian alat dengan diberikan beban uji dari 0 sampai dengan

100 watt.

Beban Real (Watt) Beban Terukur (Watt) Deviasi (Watt) Deviasi (%)

0 1,96 1,96 ~

Tabel 4.1 Perbandingan Beban, Beban Terukur, dan Deviasi

R2 = 0.9955

Gambar 4.3 Grafik perbandingan beban sebenarnya dan beban terukur

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa hasil penimbangan beban

(63)

atau rata rata dibawah 10%, kecuali pada beban 40 watt. Hal ini dapat disebabkan

oleh mekanisme pada sensor.

4.3 Karakterisasi Solar Cell dengan menggunakan Multimeter Digital

Karakterisasi Solar Cell (Sel Surya) dilakukan dengan menggunakan Multimeter Digital untuk memperoleh hasil pengukuran arus dan tegangan

keluaran. Hasil pengukuran inilah yang nantinya akan menjadi acuan

perbandingan data pengukuran menggunakan Voltmeter.

Proses Karakterisasi Solar Cell secara langsung dilakukan untuk 1 cell Solar Cell, sedangkan untuk 3 cell Solar Cell menggunakan data karakterisasi yang sudah ada sebelumnya.

(64)

Hasil pengukuran perubahan tegangan dan arus dari 3 cell solar cell dapat diamati pada gambar berikut:

Gambar 4.5 Grafik pengukuran Perubahan Arus dan Tegangan Solar Cell menggunakan Multimeter Digital

Didapat dari grafik bahwa tegangan keluaran optimum adalah sebesar 18

volt dengan arus sebesar 2 ampere. Diperoleh hubungan tegangan dan arus

berbanding terbalik. Semakin besar nilai arus yang dihasilkan solar cell maka tegangan keluaran akan semakin kecil dan cenderung menurun dari tegangan

idealnya.

4.4 Pengujian Minimum Sistem

Pada pengujian minimum sistem ini dilakukan percobaan yang sifatnya

sederhana tapi dapat menunjukkan bekerja tidaknya minimum sistem tersebut.

Percobaan tersebut adalah menghidupkan beberapa LED secara bergantian.

Percobaan ini dilakukan pada I/O port (port A). Untuk menghidupkan LED

(65)

while (1)

{

//Place your code here

PORTA=240

Delay_ms (100);

PORTA=15

Delay_ms (100)

};

Jika program tersebut dijalankan, maka LED akan hidup dan mati secara

bergantian seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut:

LED 1 LED 2 LED 3 LED 4 LED 5 LED 6 LED 7 LED 8

Tahap 1 ON ON ON ON OFF OFF OFF OFF

Tahap 2 OFF OFF OFF OFF ON ON ON ON

Tabel 4.2 Pengujian Minimum LED

4.5 Pengujian LCD

Selain percobaan I/O port (port A) juga dilakukan percobaan terhadap LCD. Pada

tahap ini dilakukan percobaan untuk mengaktifkan LCD sistem. Pengaktifan LCD

ini dilakukan dengan cara menampilkan beberapa karakter pada LCD.

Untuk menampilkan beberapa karakter tersebut digunakan Listing Program

(66)

While (1)

Jika program diatas dijalankan maka di layar LCD akan tampil “MY PROJECT”

pada koordinat x = 4 dan y = 0. Hal ini menunjukkan bahwa minimum sistem dan

LCD dapat berjalan dengan baik.

4.6 Pengujian LCD dan Solar Sel

Pengujian berikutnya dengan cara menghubungkan solar sel ke port A.4

Selanjutnya membaca nilainya dan tampilkan ke LCD. Programnya sebagai

berikut:

sprint energi, Energi =%C ,nilai;

(67)

delay_ms (30);

};

}

Program diatas akan membaca nilai dari port A.4 yang dihubungkan ke solar sel

dengan perintah nilai adc_[4];. Dengan perintah ini maka adc_data [4] akan

dimasukkan kedalam sebuah variable bernama nilai, selanjutnya akan diubah

kedalam bentuk desimal dengan perintah sprint (energy,”Energi=%C”,nilai);

kemudian akan ditampilkan ke LCD pada koordinat x = 0 dan y = 1 melalui

perintah lcd_gotoxy(0,1); lcd_puts(energi).

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan rangkaian solar sel dan

LCD ke mikrokontroler.

Dari hasil pengujian selama 3 (tiga) hari berturut-turut didapat data sebagai

berikut:

4.6.1 Pengujian Hari Pertama

Waktu Jumlah Energi (mW)

(68)
(69)

4.6.2 Pengujian Hari Kedua

Waktu Jumlah Energi (mW)

07.30 – 08.00 WIB 67421

Energi Total 3553549 mW

(70)
(71)
(72)

Pada pengujian diatas yang dilaksanakan pada tanggal 19 sampai dengan

21 Juli 2013, didapat bahwa Solar Cell memberikan daya puncak sekitar 350 W

pada tengah hari atau sekitar pukul 12.30 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.

Hal ini disebabkan karena besarnya intensitas cahaya yang mengenai Sel Surya

dikarenakan cuaca yang cukup cerah dan kurang berawan.

4.7 Penggunaan Alat.

Sistem / Alat hanya 1 Panel Surya saja yang digunakan. Panel ini mampu

menghasilkan Listrik dengan tegangan 12 Volt, dengan variasi keluaran antara 13

sampai 21 volt. Dengan menggunakan Solar Charger (regulator DC) maka

tegangan yang dihasilkan dapat dibuat stabil pada 12 volt untuk mencharge

Batere. Batere yang digunakan adalah batere Lead Acid yang memiliki keluaran

tegangan 12 volt dan kapasitas arus 60 Ah (Ampere-hour/Ampere-jam).

Beban yang digunakan pada alat untuk pengujian adalah sebuah bohlam

lampu 40 Watt. Dari penggunaan alat, diharapkan bohlam lampu ini dapat

menyala selama lebih kurang 12 jam, dihitung dari pukul 18.00 WIB sampai

dengan pukul 06.00 WIB. Dengan demikian maka didapat beban harian sebesar:

40 Watt x 12 jam = 480 Wh.

Alat ini sendiri memiliki kapasitas discharge dari batere sebesar:

(73)

Seharusnya bila digunakan lampu 40 Watt, maka alat akan dapat menyalakan

bohlam lampu itu selama:

720 Wh / 40 Watt = 18 Jam.

Tapi agar batere dapat awet dan tidak cepat rusak, maka diatur agar diberi batas

discharge batere sebesar 30% dari kapasitas maksimum. Oleh karena itu, kapasitas

discharge batere adalah sebesar :

(60 Ah x 70%) x 12 Volt = 504 Wh.

Dari hasil diatas maka alat dapat digunakan untuk menghidupkan sebuah bohlam

(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil perancangan, pengujian dan analisis alat dapat disimpulkan bahwa:

1. Alat dapat menghasilkan cukup listrik setiap hari untuk mencatu beban

dalam hal ini sebuah bola lampu 40 untuk penerangan dimalam hari

selama lebih kurang 12 jam pemakaian.

2. Intensitas cahaya yang masuk ke solar cell berubah ubah setiap waktu,

umumnya intensitas cahaya pada pagi dan sore hari rendah, dan bila

keadaan mendung, maka intensitas cahaya dan jumlah daya listrik yang

dihasilkan juga menurun.

3. Alat akan bekerja secara otomatis bila jaringan/jala-jala PLN yang menuju

beban menjadi tidak aktif dan bila jaringan PLN aktif, maka alat akan

mengubah sumber jaringan menuju beban kembali ke jaringan PLN

4. Bila daya yang tersimpan pada batere mencapai atau berada dibawah

jumlah tertentu, maka alat akan otomatis mati walaupun jaringan PLN

belum hidup.

5. Untuk menambah daya listrik yang dihasilkan lebih besar dapat dilakukan

(75)

5.2 Saran.

1. Alat sebaiknya dibuat agar modul Panel Surya berada pada tempat yang

terkena matahari langsung, dan juga kedap air agar tidak mengalami

kerusakan apabila terkena hujan.

2. Alat juga sebaiknya menggunakan 2 atau lebih solar panel yang

disambung secara Seri.

3. Alat sebaiknya selalu di cek setiap bulan dan segera mengganti modul

yang mengalami aus agar alat tetap dapat bekerja dengan baik.

4. Untuk mendapat waktu pemakaian lebih lama, maka diperlukan batere

(76)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Christiana Honsberg & Stuart Bowden, “Photovoltaic: Devices, Systems, and Application PVCDROM Beta of the 2nd Edition“

[2] McMahon, T.J., & Von Roedern, B. (1997). Effect of Light Intensity on Current Collection in Thin-Film Solar Cells. California: Midwest Research Institute

[3] Tuantong, T., Choosiri, N., & Kongrat, P. Effect of Physical Properties on the Efficiency of the Single Crystal Silicon Solar Cells. Thailand: Thaksin

University.

[4] solar cell. May 29, 2010. http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_cell. [5] Battery and energy Technologies. 2005.

[6] http://www.mpoweruk.com/index.htm.

Gambar

Gambar 2.8 Resistansi seri dan shunt pada rangkaian solar cell
Gambar 2.9 Efek temperature pada karakteristik IV solar cell
Gambar 2.11 Kurva tegangan baterai saat discharge untuk beberapa baterai
Gambar 2.12 Tegangan open circuit Vs sisa kapasitas baterai Lead
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akta perjanjian yang dilegalisir atau waarmerking dan dicek oleh notaris ini merupakan suatu hal yang dilakukan untuk mengurangi faktor negatif misalnya bahwa

Seorang pemusik diharapkan mempunyai kreativitas yang tinggi, demikian juga para musisi indie yang secara mandiri mendirikan dan memasarkan musik agar dapat

"YAS YAGANA CHANGHEZI KI ADABI KHIDMAT KA TANQUEEDI MUTALA" by Mohd. Kamal Khan is an original research work done under my. supervision and has not been submitted for any

Bahwa bumi yang kita pijak mengalami pergerakan beberapa cm meter per tahun,pergerakannya pun tidak akan terasa, pergerakan tersebut menyebabkan perubahan relief

Berdasarkan kajian dan pengamatan di lapangan dan ditunjang hasil analisa laboratorium, di wilayah daerah penyelidikan tersebut terdapat beberapa bahan galian dengan

Dengan demikian untuk menciptakan situasi yang kondusif demi untuk memperoleh hasil yang efektif dalam proses belajar mengajar tidaklah cukup ditunjang oleh penguasaan

saja dialami. Jika hal ini terus terjadi, maka faktor ini akan memberikan pengaruh yang negatif dan oleh karena itu bukan lagi merupakan wujud dari kepedulian. Hubungan lain

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kosakata bahasa Mandarin siswa kelas VII A sebagai kelas eksperimen mengalami peningkatan setelah diberi