DAFTAR PUSTAKA
1. Redaksi Online. 04 November 2014. Giliran Pembangkit Terganggu Asap. Sumatera Ekspress.
2. Kementrian Kehutanan. 2014 . Statistik Kementerian Kehutanan 2013. Jakarta : Kemeterian Kehutanan Indonesia.
3. Forest Watch Indonesia. 2013 . Potret Keadaan Hutan Indonesia 2009-2013.
Bogor : Forest Watc Indonesia.
4. Faisal, Fikri., dkk. 2012. Dampak Asap Kebakaran Hutan Pada Pernafasan.
Jakarta : Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Schmaltz, Jeff. 2014. NASA Image Courtesy, MODIS Response Team.
6. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 1998. KEP-107/ KABAPEDAL/
11/ 1997. Jakarta : BAPELDA.
7. Anshari, Dedi.2009. Impregnasi Asap Cair Tempurung Kelapa, Poliester
Tak Jenuh Yukalac 157 BQTN-EX dan Tolunena Diisosianat Terhadap Kayu Kelapa Sawit. Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Wijaya, Mohammad., dkk.2008. Perubahan Suhu Pirolisis Terhadap
Struktur Kimia Asap Cair dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan.
9. Holtzhausen, J. P., ”High Voltage Insulators”, IDC Technologies
11.P. J. Lambeth, B.Sc.(Eng.),C.Eng.,M.I.E.E.1971.Effect of pollution on high-voltage outdoor insulators. PROC. IEE, JEE REVIEWS, Vol. 118, No. 9 12.Wilvian. 2012. Pengaruh Kelembaban terhadap Tegangan Flashover AC
Isolator Piring. Medan: Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
13.Tobing, Bonggas L. 2012. Dasar-dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi,
edisi kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga.
14.Tobing, Bonggas L. 2012. Peralatan Tegangan Tinggi, edisi kedua, Jakarta:
32
BAB III
METODE PENGUJIAN
Pada bab ini akan dijelaskan metode yang dilakukan dalam pengujian
tegangan flashover AC isolator piring, peralatan dan bahan yang digunakan dalam
pengujian, jalannya pengujian serta percobaan pendukung yaitu perhitungan bobot
polusi dan perhitungan luas permukaan isolator.
3.1Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Departemen
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas 1
Medan. Yang dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan selesai.
3.2Bahan Pengujian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Asap hasil pembakaran kayu pinus.
33
1 liter aquadest
1 unit isolator piring standar clevis and tongue
Spesifikasi: merek NGK Japan 9 2. Diameter 17,5 cm da tinggi 15 cm.
Gambar 3.2 Isolator Piring Standar Clevis and Tongue
3.3Alat Penelitian dan Spesifikasinya
Peralatan yang digunakan dalam proses penelitian meliputi :
1 unit trafo uji
Spesifikasi: 200/100.000 Volt; 50 Hz; 10 kVA
1 unit autotrafo
Spesifikasi: 220/0-220 Volt; 10 kVA
1 unit ruang pengeringan isolator piring berupa ruang yang dindingnya
terbuat dari bahan plastik transparan.
2 pasang sarung tangan karet.
1 unit isolasi listrik ukuran besar.
34
Gambar 3.3 (a) Autotrafo (b) Trafo Uji
1 unit tahanan peredam
Spesifikasi:10 MΩ; 60 MW
Gambar 3.4 Tahanan Peredam
Kabel penggantung isolator 2 meter.
Penjepit besi ukuran besar.
1 unit multimeter
Spesifikasi: merek Sanwa CD800a; measuring range ACV
4/40/400/600V; best accuracy ACV (1,6%+9); resolution ACV 0.001 V.
35
Gambar 3.5 Multimeter Digital
2 unit barometer/humiditymeter/thermometer digital
Spesifikasi: merek Lutron PHB 318; range tekanan 7,5-825 mmHg; range
suhu 0-50 C, range kelembaban 10-110%.
36
1 unit ruang pengasapan (smoke chamber) berupa kotak kaca
Gambar 3.7 Peragaan Rangkaian Percobaan
Rangkaian percobaan ini menirukan kondisi jaringan transmisi
yang melewati kawasan hutan yang dimana diluar daerah clearance
merupakan pepohonan dan apabila terjadi kebakaran maka peralatan
jaringan trasnmisi khususnya isolator piring akan tertutupi penuh oleh
asap.
Keterangan gambar :
1. Kabel fasa
2. Tungku pembakaran kayu
3. Lubang hisap air analyzer
4. Kabel grounding
5. Isolator uji
6. Barometer/humiditymeter
37
1 unit Carbon Monoxide (CO) Monitoring
Spesifikasi: tipe AQ5001 Pro; full scale 1000 ppm; repeatibility 3%
2LSD (Least Significant Digits)
Gambar 3.8 Carbon Monoxide (CO) Analyzer tipe AQ5001 Pro
1 unit Sulfur Dioxide (SO2) dan Nitrogen Dioxide (NO2) analyzer
Spesifikasi: 5 unit tabung impinger dan 5 unit tabung pengaman; kapasitas
hisap maximum 2,0 liter udara/menit; catu daya DC 12 V – 4,5 A
(optional); panjang 47 cm, lebar 21 cm, tinggi 22 cm, dan berat 5 kg.
38
1 unit Particulate Air Monitoring
Spesifikasi: merek Haz-Dust model EPAM-5000; calibration NIOSH
gravimetric method; sensing range .001-20.0 mg/m3 .01-200.0 mg/m3
(optional); particle size range 0.1-100 m; precision +/- 0.003 mg/m3 (3
m/m3); accuracy +/- 10% to NIOSH #600 using ARD; filter casette 47
mm disposable EPA FRM style; power rechargeable battery.
Gambar 3.10 Particulate Air Monitoring
1 unit Conductivitymeter
Spesifikasi: Merek Hanna tipe HI 98129; Range 0 – 3999 S/cm, 0,0 – 60,0oC/ 32,0 – 140,0 oF, 0,00 – 14,00 pH; Accuracy 0,5 oC/ 1 oF, 0,05
pH, 2% f.s (EC/TDS)
39
3.4Prosedur-Prosedur Dalam Eksperimen
Ada 2 tahap pengujian yang dilakukan, yaitu :
1. Pengujian tegangan flashover AC Isolator piring keadaan bersih.
2. Pengujian tegangan flashover AC isolator piring terpolusi asap.
3.4.1 Pengujian Tegangan Flashover AC Isolator Piring Keadaan Bersih
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Isolator dicuci dengan air bersih.
Gambar 3.12 Pencucian Isolator Piring
2. Isolator dikeringkan secara alami didalam ruang pengeringan
40
Gambar 3.13 Ruang Pengeringan Isolator Piring
3. Isolator dimasukkan kedalam ruang tabung kaca pengujian dengan
menggunakan sarung tangan karet agar tidak terkontaminasi
kotoran dari tangan seperti pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14 Proses Pengambilan Isolator Uji Dari Ruang Pengeringan
4. Suhu dan tekanan udara diukur.
5. Konsentrasi CO dan PM10 diukur.
6. Saklar utama S1 ditutup dan AT diatur hingga tegangan
41
7. Kemudian saklar S2 ditutup.
8. Tegangan keluaran AT dinaikkan secara bertahap sampai terjadi
flashover pada isolator.
9. Pada saat bersamaan, tegangan V2 dicatat dan saklar S1 dan S2
dibuka.
3.4.2 Pengujian Tegangan Flashover AC Isolator Piring Keadaan Terpolusi Asap
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Isolator dicuci dengan air bersih seperti pada Gambar 3.12.
2. Isolator dikeringkan secara alami didalam ruang pengeringan
sekitar 24 jam seperti pada Gambar 3.13.
3. Isolator dimasukkan kedalam ruang tabung kaca pengujian seperti
42
4. Bakar kayu pinus dalam tungku pembakaran yang telah disediakan.
5. Tunggu sampai proses pembakaran menghasilkan banyak asap.
6. Minimalisasikan api yang dihasilkan dari proses pembakaran.
7. Masukkan tungku pembakaran pada jalur masuk asap dan tunggu
sampai asap memenuhi tabung kaca secara sepenuhnya. Kemudian
catat waktu proses pengasapan.
8. Keluarkan tungku pembakaran dan kemudian tutup tempat
pemasukan asap dengan pintu kaca yang telah disediakan.
9. Nyalakan alat NO2 dan SO2 analyzer untuk pengambilan sample
asap selama 1 jam yang akan dianalisis lebih lanjut kadarnya di
laboratorium.
10.Ukur suhu, tekanan udara, konsentrasi CO dan konsentrasi PM10
pada kondisi setiap percobaan yang dilakukan.
Gambar 3.16 Proses Pengukuran Suhu, Tekanan Udara , Konsentrasi CO
dan Konsentrasi PM10
11.Saklar utama S1 ditutup dan AT diatur hingga tegangan
43
12.Kemudian saklar S2 ditutup.
13.Tegangan keluaran AT dinaikkan secara bertahap sampai terjadi
flashover pada isolator.
14.Pada saat bersamaan, tegangan V2 dicatat dan saklar S1 dan S2
dibuka.
15.Lakukan langkah 10-14 untuk waktu pengasapan dalam rentang
pengasapan 15 menit sampai 4 kali.
16.Buka pintu kaca sehingga asap keluar dan lakukan langkah 10-14
dalam rentang 15 menit sampai 2 kali.
17.Kemudian lakukan langkah 10-14 untuuk kondisi isolator
didiamkan selama 24 jam untuk mengetahui kondisi akhir
kekuatan isolasi isolator piring terpolusi asap.
18.Isolator dikeluarkan dari ruang pengasapan.
19.Percobaan selesai dan pastikan seluruh peralatan dalam kondisi
OFF.
44
3.5Pengukuran Tingkat Bobot Polusi
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa isolator yang
terpasang pada saluran udara akan ditempeli oleh polutan pada permukaannya dan
bobot dari polutan yang menempel pada permukaan isolator berbeda-beda. Dalam
hal ini, polutan yang menempel pada permukaan isolator adalah polutan yang
berasal dari proses pengasapan hasil bakar kayu. Oleh karena itu, untuk mengukur
bobot dari polutan yang menempel pada permukaan isolator, dibutuhkan suatu
pengukuran bobot polusi dengan menggunakan metode ESDD (Equivalent Salt
Deposit Density). ESDD menunjukkan tingkat polusi permukaan isolator yang
diekivalenkan dengan kadar garam dalam air. Langkah-langkah untuk
menentukan nilai ESDD polutan pada suatu isolator adalah sebagai berikut:
1. Sediakan air aquadest sebanyak 500 mL yang digunakan untuk melarutkan
polutan yang menempel pada isolator.
2. Ukur temperatur dan konduktivitas aquadest dengan menggunakan alat
pengukur konduktivitas (Conductivitymeter).
45
Nilai dari b dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Faktor Koreksi Suhu[12]
(oC) b
5 0,03156
10 0,02817
20 0,02277
30 0,01905
Catatan: untuk suhu yang lain, nilai b dapat diperoleh melalui interpolasi
4. Dihitung salinitas dari larutan dengan menggunakan Persamaan 3.2
Keterangan:
D = salinitas (mg/cm3)
Misalkan hasil yang diperoleh adalah D1.
5. Polutan yang menempel pada isolator dilarutkan ke dalam larutan pencuci
(aquadest).
6. Diukur konduktivitas larutan pencuci yang telah bercampur dengan
polutan. Kemudian dihitung salinitasnya dengan cara seperti diatas.
Misalkan hasilnya adalah D2.
7. Dihitung nilai ESDD dengan menggunakan Persamaan 3.3.
46
(3.3)
H3 H2
H1
Ra
Rb
(3.4)
Keterangan:
ESDD = Equivalent Salt Deposit Density (mg/cm2)
G = volume air pencuci (cm3)
D1 = salinitas larutan pencuci tanpa polutan (mg/cm3)
D2 = salinitas larutan pencuci terpolusi (mg/cm3)
A = luas permukaan isolator (cm2)
3.6Pengukuran Luas Permukaan Isolator
Perhitungan luas permukaan isolator bergantung kepada bentuk isolator.
Dalam percobaan ini, digunakan isolator piring tipe standar seperti pada Gambar
3.18, yang luas permukaannya dapat dihitung dengan Persamaan 3.4[14].
Gambar 3.18 Bentuk Ekuivalen Isolator Piring
√
47
3.7 Diagram Alir (Flowchart) Penelitian
Mulai
48
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Dari data yang telah diperoleh pada saat pengujian yang dilakukan di
Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Universitas Sumatera Utara dan
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit
(BTKL-PP) Kelas 1 Medan maka akan dilakukan pengolahan data pada data
tersebut. Data yang diperoleh pada saat pengujian adalah data tegangan flashover
AC isolator piring, data konsentrasi PM10, CO, NO2, dan SO2 pada asap, dan data
kondisi udara yaitu suhu, tekanan dan kelembaban udara.
4.1 Data dan Perhitungan Konsentrasi Asap
Tabel 4.1 Data Konsentrasi Asap
49
Catatan : Hasil analisis telah dikonversi dengan keadaan normal yaitu suhu 25oC dan tekanan 760 mmHg.
Konversi satuan ppm ke satuan g/m3
Berat molekul CO = 28 g/mol , maka :
= 2.288,9094 g/m3
= 929.297,2231 g/m3
= 894.963,5818 g/m3
= 832.018,5729 g/m3
50
= 684.383,9155 g/m3
= 494.404,4339 g/m3
= 222.024,2134 g/m3
4.2 Data Pengujian Tegangan Flashover AC Isolator Piring
Dalam data ini terdapat dua kategori pengujian yaitu pengujian tegangan
flashover AC isolator piring keadaan bersih dan keadaan terpolusi asap.
4.2.1 Data Pengujian Tegangan Flashover AC Isolator Piring Keadaan Bersih
Tabel 4.2 Data Tegangan Flashover Keadaan Bersih
t = 28,5 oC P = 753,1 mmHg %RH = 85,3
VBD (kV)
1 2 3 4 5 Rata-rata
51
4.2.2 Data Pengujian Tegangan Flashover AC Isolator Piring Keadaan Terpolusi Asap
Tabel 4.3 Data Tegangan Flashover Keadaan Terpolusi Asap
Kondisi
Untuk pengujian terpolusi asap, waktu pemasukan asap dilakukan selama
300 detik.
4.2.3 Data Pengujian Tegangan Flashover AC Isolator Piring Keadaan 24 Jam Setelah Selesai Proses Pengasapan
Tabel 4.4 Data Tegangan Flashover 24 Jam Setelah Pengasapan
t = 27,3 oC P = 753,6 mmHg %RH = 84,3
VBD (kV)
1 2 3 4 5 Rata-rata
52
4.3Perhitungan Tegangan Flashover AC Dalam Keadaan Standar ( t = 20oC dan p = 760 mmHg)
Dalam data ini terdapat dua kategori yaitu perhitungan tegangan flashover
AC standar isolator piring keadaan bersih dan keadaan terpolusi asap.
4.3.1 Perhitungan Tegangan Flashover AC Standar Isolator Piring Keadaan Bersih
V = 59,42 kV ; t = 28,5oC ; p = 753,1 mmHg
4.3.2 Perhitungan Tegangan Flashover AC Standar Isolator Piring Keadaan Terpolusi Asap
V = 23,5 kV ; t = 52oC ; p = 757,1 mmHg
53
V = 34,36 kV ; t = 36,5oC ; p = 754,2 mmHg
V = 34,8 kV ; t = 34,2oC ; p = 754,3 mmHg
V = 35,54 kV ; t = 32,5oC ; p = 754,1 mmHg
V = 38,98 kV ; t = 30,4oC ; p = 753,9 mmHg
54
V = 40,9 kV ; t = 29,9oC ; p = 753,8 mmHg
4.3.3 Perhitungan Tegangan Flashover AC Standar Isolator Piring 24 Jam Setelah Selesai Proses Pengasapan
V = 47,52 kV ; t = 27,3oC ; p = 753,6 mmHg
Dari hasil perhitungan diatas, didapat data tegangan flashover AC
standar isolator piring yang dapat dituangkan dalam bentuk Tabel 4.5
berikut:
Tabel 4.5 Data Pengujian Tegangan Flashover AC dalam Kondisi Standar
(t = 20oC dan p = 760 mmHg)
Kondisi Durasi (menit) (kV) % RH
Udara Ambien - 61,63 85,3
Kotak kaca
tertutup rapat
Awal 26,13 98,7
15 36,15 97,2
55
4.4Perhitungan Luas Permukaan Isolator Piring
56
4.5Perhitungan Tingkat Bobot Polusi Isolator Berdasarkan Metode ESDD (Equivalent Salt Deposit Density)
Perhitungan konsentrasi garam pada aquadest pada t = 29,2 oC
Konduktivitas larutan pada temperatur 20 oC :
[ ]
Dengan melakukan interpolasi didapat :
Maka, didapat :
[ ]
Konsentrasi garam dalam larutan aquadest pada temperatur 20oC
adalah :
57
Perhitungan konsentrasi garam pada larutan polutan pada t = 29,3 oC
Konduktivitas larutan pada temperatur 20 oC :
[ ]
Dengan melakukan interpolasi didapat :
Maka, didapat :
[ ]
Konsentrasi garam dalam larutan aquadest pada temperatur 20oC
adalah :
58
Perhitungan ESDD (Equivalent Salt Deposit Density)
Maka:
59
BAB V
ANALISIS PENELITIAN
Secara umum hasil pengujian yang dilakukan menunjukan bahwa isolator
piring terpolusi asap hasil bakar kayu mengakibatkan kondisi kinerjanya akan
menurun. Seberapa jauh penurunannya tergantung dari konsentrasi dan bobot
polutan. Pada bab ini akan dianalisis data hasil pengujian yang cukup mewakili
kondisi polusi akibat kebakaran hutan. Isolator pertama kali diuji pada kondisi
bersih. Kemudian setelah diuji dengan asap, maka tegangan flashover AC isolator
piringnya akan menurun.
Turunnya tegangan flashover dapat disebabkan karena terdapatnya lapisan
pengotor pada permukaan isolator. Dengan adanya lapisan pengotor ini, maka
akan terbentuk lapisan yang bersifat konduktif yang akan mempengaruhi tegangan
flashover dari isolator tersebut. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan
tegangan tegangan flashover AC dari isolator piring yang sudah terpolusi asap,
maka bab ini akan dibandingkan data yang diperoleh selama pengujian.
5.1Analisis Tegangan Flashover AC Terhadap Konsentrasi Kadar Asap
Berdasarkan data perhitungan pada pengolahan data bab iv, dapat dibuat
tabel yang menyatakan hubungan perubahan nilai tegangan flashover AC dalam
keadaan standar (suhu 20oC dan tekanan 760 mmHg) dengan perubahan
60
Tabel 5.1 Hubungan Antara Konsentrasi Gas CO dan PM10 Dengan Tegangan Flashover
AC Pada Suhu 20oC dan Tekanan 760 mmHg
61
Gambar 5.1 Grafik Hubungan Perubahan Nilai Tegangan Flashover Keadaan Standar
(Vus) Terhadap Perubahan Nilai Konsentrasi Gas CO
Gambar 5.2 Grafik Hubungan Perubahan Nilai Tegangan Flashover Keadaan Standar
62 Dari grafik di atas terlihat bahwa:
Semakin drastis peningkatan konsentrasi gas CO dalam asap,
mengakibatkan penurunan drastis tegangan flashover AC. Hal ini terlihat
ketika peningkatan konsentrasi gas CO dari 2.288,9094 g/m3 menjadi
929.297,2231 g/m3 mengakibatkan penurunan tegangan dari 61,63 kV
menjadi 26,13 kV.
Dalam hal ini juga terlihat bahwa, ketika konsentrasi gas CO dalam asap
mengalami penurunan, mengakibatkan peningkatan tegangan flashover
AC.
Peningkatan konsentrasi gas CO pada asap, mengakibatkan penurunan
tegangan flashover AC. Hal ini terjadi karena, jumlah molekul-molekul
terkhususnya gas CO di udara sekitar isolator semakin banyak yang
berakibat semakin meningkat proses terjadinya ionisasi sehingga semakin
luas terbentuk jalur-jalur konduktif untuk mengalirnya arus yang berujung
kepada terjadinya flashover.
Peningkatan konsentrasi PM10 dalam asap, mengakibatkan penurunan
tegangan flashover AC. Hal ini terlihat ketika peningkatan konsentrasi
PM10 dari 2.288,9094 g/m3 menjadi 929.297,2231 g/m3 mengakibatkan
penurunan tegangan dari 61,63 kV menjadi 26,13 kV. Hal ini disebabkan
karena jumlah partikel-partikel halus yang tersebar disekitar isolator piring
semakin banyak dan rapat sehingga akan semakin terbentuk dan semakin
rapat jalur-jalur konduktif untuk mengalirnya arus yang berujung kepada
63
Ketika konsentrasi PM10 dalam asap megalami penurunan,
mengakibatkan kondisi tegangan flashover AC mengalami peningkatan.
Hal ini dapat terlihat ketika konsentrasi PM10 mengalami penurunan
sampai 441 g/m3, tegangan flashover AC meningkat menjadi 42,57 kV.
Ketika konsentrasi PM10 dalam asap konstan yaitu 20.000 g/m3, hal ini
tidak mengakibatkan kondisi tegangan flashover AC menjadi konstan,
melainkan mengalami peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan. Hal ini
disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhi peristiwa terjadinya
flashover misalnya suhu dan kelembaban.
5.2Analisis Tegangan Flashover AC Terhadap Bobot Polutan Yang Menempel Pada Permukaan Isolator Piring
Berdasarkan data pengujian dan pengolahan data pada bab iv, dapat
dianalisis bahwa:
Tegangan flashover AC pengujian 24 jam setelah selesai proses
pengasapan, tidak kembali kepada keadaan semula. Hal ini dikarenakan
adanya polutan yang menempel pada permukaan isolator piring yang
berupa cairan-cairan asam sehingga mengakibatkan penurunan tegangan
flashover AC dari 61,63 kV menjadi 49,06 kV.
Berdasarkan analisis perhitungan tingkat bobot polusi dengan metode
ESDD (Equivalent Salt Deposit Density), didapat bahwa polutan yang
64
dalam percobaan ini memiliki tingkat bobot polusi ringan yaitu dengan
nilai ESDD sebesar 0,042 mg/cm2.
5.3Analisis Tegangan Flashover AC Terhadap Lama Durasi Penahanan Asap
Berdasarkan data pengujian dan pengolahan data pada bab iv, didapat hasil
bahwa:
Lamanya durasi penahanan asap berakibat kepada perubahan kondisi asap
yang meliputi perubahan konsentrasi gas CO, suhu, tekanan dan
kelembaban asap.
Semakin lama durasi penahanan asap, maka temperatur asap akan semakin
menurun yang pada akhirnya akan sama kepada kondisi temperatur udara
disekitarnya.
Durasi penahanan asap yang semakin lama mengakibatkan juga penurunan
besar kelembaban dan tekanan asap yang tidak terlalu signifikan.
Bila ditinjau pengaruh durasi penahanan asap terhadap tegangan flashover
AC, semakin lama durasi penahanan asap mengakibatkan nilai tegangan
flashover AC semakin membesar. Hal ini dikarenakan adanya penurunan
temperatur, tekanan, kelembaban, dan konsentrasi gas CO pada asap.
Dapat disimpulkan bahwa, lama durasi penahanan asap tidak
mempengaruhi kepada penurunan nilai tegangan flashover AC melainkan
65
5.4Analisis Tegangan Flashover AC Terhadap Kondisi Asap
Berdasarkan data perhitungan pada bab iv, dapat dibuat tabel yang
menyatakan hubungan perubahan tegangan flashover AC terhadap perubahan
suhu asap dan hubungan perubahan tegangan flashover AC standar terhadap
perubahan kelembaban asap yang ditunjukan pada Tabel 5.2 dan Tabel 5.3.
Tabel 5.2 Hubungan Antara Suhu Asap Dengan Tegangan Flashover AC
Kondisi Durasi
Tabel 5.3 Hubungan Antara Kelembaban Asap Dengan Tegangan Flashover AC
Pada Suhu 20oC dan Tekanan 760 mmHg
Kondisi Durasi (menit) Kelembaban
66
Lanjutan Tabel 5.3.
Kondisi Durasi (menit) Kelembaan
(%RH) (kV)
Kotak kaca tertutup
rapat
30 96,8 36,52
45 96,6 36,72
60 96,3 37,3
Kotak kaca terbuka 75 93,8 40,64
90 93,1 42,57
24 jam setelah
pengasapan - 84,3 49,06
Dari kedua tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan perubahan tegangan
flashover AC terhadap perubahan suhu asap dan hubungan perubahan tegangan
flashover AC keadaan Standar (suhu 20oC dan tekanan 760 mmHg) terhadap
perubahan kelembaban asap yang ditunjukan pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4.
Gambar 5.3 Grafik Hubungan Perubahan Tegangan Flashover AC Terhadap Perubahan
67
Gambar 5.4 Grafik Hubungan Perubahan Tegangan Flashover AC Keadaan Standar
Terhadap Perubahan Kelembaban Asap
Dari grafik di atas terlihat bahwa:
Peningkatan suhu asap yang drastis, mengakibatkan penurunan tegangan
flashover AC yang drastis juga yaitu dari 28,5oC menjadi 52 oC yang
mengakibatkan penurunan tegangan flashover AC yang drastis juga yaitu
dari 59,42 kV menjadi 23,5 kV.. Hal ini terjadi karena, ketika temperatur
atau suhu gas dalam suatu bejana tertutup dinaikkan, maka
molekul-molekul gas akan bersirkulasi dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi
benturan antar molekul yang dapat membuat terlepasnya elektron dari
molekul netral.
Ketika suhu pada asap mengalami penurunan, maka tegangan flashover
AC mengalami peningkatan. Tetapi, ketika suhu asap mengalami
68
AC masih mengalami perbedaan yang cukup besar yaitu antara 59,42 kV
dan 40,9 kV. Hal ini dikarenakan adanya polutan yang menempel pada
permukaan isolator piring.
Peningkatan kelembaban udara mengakibatkan penurunan tegangan
flashover AC pada isolator yaitu kelembaban 85 %RH menjadi 98,7 %RH
mengakibatkan penurunan tegangan flashover AC dari 61,63 kV menjadi
26,13 kV. Hal ini terjadi karena, semakin tinggi %RH di udara atau asap
maka semakin tinggi konsentrasi uap air yang terkandung dalam asap.
Dalam hal ini juga terlihat bahwa, ketika kelembaban mengalami
69
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
1. Semakin besar peningkatan konsentrasi PM10 dan gas CO dalam asap
yang melingkupi isolator piring mengakibatkan semakin besar
penurunan nilai tegangan flashover AC isolator piring tersebut yaitu
ketika konsentrasi asap mengalami peningkatan dari 41 g/m3 menjadi
20.000 g/m3 untuk konsentrasi PM10 dan dari 2.288,9094 g/m3
menjadi 929.297,2231 g/m3 untuk konsentrasi gas CO
mengakibatkan penurunan tegangan flashover AC dari 61,63 kV
menjadi 26,13 kV dalam kondisi standar (suhu 20oC dan tekanan
udara 760 mmHg).
2. Proses pengasapan hasil bakar kayu menimbulkan polutan berupa
cairan asam pada permukaan isolator piring yang mengakibatkan
penurunan nilai tegangan flashover AC dari 61,63 kV menjadi 49,06
kV dalam kondisi standar.
3. Semakin tinggi suhu asap yang melingkupi isolator piring
mengakibatkan semakin besar penurunan nilai tegangan flashover AC
pada isolator piring tersebut yaitu dari 28,5oC menjadi 52 oC yang
mengakibatkan penurunan tegangan flashover AC dari 59,42 kV
70
4. Peningkatan nilai kelembaban dalam asap mengakibatkan penurunan
nilai tegangan flashover AC pada isolator piring yaitu dari 85%RH
menjadi 98,7 %RH mengakibatkan penurunan tegangan flashover AC
dari 61,63 kV menjadi 49,06 kV dalam kondisi standar.
6.2Saran
Dapat meneliti lebih lanjut tentang: “pengaruh pembersihan butiran air
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Karakteristik Asap Kebakaran Hutan dan Indeks Pencemar Udara (ISPU)
Indonesia dikaruniai dengan salah satu hutan tropis yang paling luas dan
paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia. Selama ini kekayaan dan
keanekaragaman hutan tropis tersebut telah dimanfaatkan secara langsung
maupun tidak langsung untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia,
masyarakat dan negara Indonesia.
Seratus tahun yang lalu Indonesia masih memiliki hutan yang melimpah,
pohon-pohonnya menutupi 80 sampai 95 persen dari luas lahan total. Tutupan
hutan total pada waktu itu diperkirakan sekitar 170 hektar ha. Saat ini, tutupan
hutan sekitar 98 juta hektar, paling sedikit setengahnya diyakini sudah mengalami
degradasi akibat kegiatan manusia.
Banyak sekali ancaman terhadap hutan Indonesia, mulai dari berbagai
kegiatan pembalakan skala besar sampai pembukaan hutan skala kecil oleh para
keluarga petani, tebang habis untuk pembukaan lahan industri pertanian sampai
kehancuran akibat kebakaran hutan yang berulang[3].
2.1.1 Karakteristik Asap Kebakaran Hutan
Kejadian kebakaran hutan dan lahan terjadi semakin intensif dan
7
dianggap sebagai kejadian dan siklus alami, tetapi kemudian
dipertimbangkan adanya kemungkinan bahwa kebakaran lahan dan hutan
dipicu oleh faktor kesengajaan, seperti misalnya untuk berburu dan
pembukaan lahan atau bisa disebut terjadi pembakaran hutan.
Sejumlah besar bahan kimia asap kebakaran hutan akan menyebar ke
udara secara bebas yang meliputi partikel dan komponen gas seperti
sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein,
benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon ( )[4].
Asap merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida, air, zat
yang terdisfusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik,
nitrogen oksida dan mineral. Ribuan komponen lainnya dapat ditemukan
tersendiri dalam asap. Komposisi asap tergantung dari banyak faktor,
yaitu jenis bahan, kelembapan beban, temperatur api, kondisi angin dan
hal lain yang mempengaruhi cuaca. Jenis kayu dan tumbuhan lain yang
terdiri dari selulosa, lignin, tanin, polifenol, minyak, lemak, resin, lilin
dan tepung, akan membentuk campuran yang berbeda saat terbakar.
Materi partikulat atau Particulate Matter (PM) merupakan bagian
penting dalam asap kebakaran. Materi partikulat merupakan partikel
tersuspensi, yang merupakan campuran partikel solid dan droplet cair.
Partikel debu atau materi partikulat melayang merupakan campuran
sangat rumit berbagai senyawa organik dan anorganik di udara dengan
diameter <1 m sampai maksimal 500 m. Materi partikulat akan berada
di udara dalam waktu relatif lama dalam keadaan melayang. Partikel asap
8
gelombang cahaya yang terlihat atau 0,4 – 0,7 mm. Terutama partikulat
halus yang disebut PM10. Particulat Matter 10 (PM10) adalah partikel
debu yang berukuran ≤ 10 mikron[4].
Beberapa faktor yang berperan seperti cuaca, fase kebakaran dan
struktur tanah dapat mempengaruhi sifat api dan efek asap kebakaran.
Secara umum cuaca berangin membuat konsentrasi asap lebih rendah
karena asap akan bercampur dengan udara. Sistem cuaca regional akan
membuat api kebakaran menyebar lebih cepat dan membawa dampak
yang lebih besar. Intensitas panas, khususnya saat awal kebakaran akan
membawa asap keudara dan menetap, kemudian turun jika suhu
menurun. Asap kebakaran pertama biasanya langsung dibawa angin
sehingga menjadi prediksi area yang terbakar.
Beberapa produk pembakaran dikategorikan sebagai berikut :
1. Partikel
2. Polynuclear aromatic hydrocarbon
3. Karbon monoksida
4. Aldehid
5. Asam organik
6. Semivolatile dan senyawa organik yang mudah menguap
7. Radikal bebas
8. Ozon
9
Gambar 2.1 Kabut Asap Hasil Kebakaran Hutan[5]
Gambar tersebut merupakan gambar dari citra satelit resolusi tinggi
MODI NASA pada tanggal 28 Februari 2014 yang memperlihatkan kabut
asap yang terdeteksi akibat dampak asap kebakaran lahan gambut di Riau.
Credit: NASA image courtesy Jeff Schmaltz, MODIS Rapid Response
Team.
2.1.2 Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Saat ini indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi
di Indonesia adalah indek Standar Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai
dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 /
10
Kualitas udara disampaikan ke masyarakat dalam bentuk indeks
standar pencemar udara atau disingkat ISPU. ISPU adalah laporan
kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih
atau tercemarnya kualitas udara dan bagaimana dampaknya terhadap
kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau
hari. ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan
manusia, hewan, tumbuhan, bangunan dan nilai estetika.
Dalam keputusan tersebut yang dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan diantaranya : bahwa untuk memberikan kemudahan dari
keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada masyarakat di
lokasi waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks
Standar Pencemar Udara.
Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah
kadar udara yang terukur menjadi satu angka yang tidak berdimensi. Yang
memiliki rentang seperti pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Angka dan Rentang ISPU
Rentang 0 -50 51 - 100 101- 199 200 - 299 300 - lebih
Kategori Baik Sedang
Tidak
Sehat
Sangat
Tidak Sehat
Berbahaya
Untuk setiap parameter pencemar, memiliki batas Indeks Standar
Pencemar Udara dalam Satuan SI (Pada suhu 25C dan 760 mmHg) yang
11
(2.1)
Tabel 2.2 Batas Indeks Standar Pencemar Udara
Indeks Standar
maka angka nyata ISPU dapat dihitung dengan rumus Persamaan 2.1 :
12
2.2Asap Cair Kayu Pinus
Pengasapan hasil bakar kayu yang mengenai suatu benda dalam jangka
waktu tertentu, akan menyebabkan benda tersebut terpolusi. Dalam hal ini, polusi
tersebut berupa cairan dengan komponen kimia tersendiri yang menempel pada
permukaan benda yang terkena asap.
Selain proses pembakaran, asap cair dapat diperoleh melalui proses pirolisis
yaitu proses dekomposisi senyawa kimia dengan suhu tinggi dengan pembakaran
tidak sempurna atau proses perubahan kimia melalui aksi panas. Hasil dari proses
pirolisa dapat berupa gas, cairan dan padatan[7]. Berikut komponen kimia dalam
hasil pirolisis asap cair kayu pinus hasil deteksi GC-MC :
Tabel 2.3 Komponen Kimia Dalam Asap Cair Kayu Pinus Hasil Deteksi GC-MC[8]
No. Komponen Kimia % Relatif
1.
Asap Cair 110o C 2 Propanon
Asam Asetat
2 Heptanal, 1 pentena, 2 metil butana 1-ol
4 Asam Pentanoat, 3 Asam oktanoat, Asam
deka-2 enoa
2 Asetal tetrazole dan siklobutilamin
19,48
3,18
13
Lanjutan Tabel 2.3.
No. Komponen Kimia % Relatif
2. Asam asetat, metil dan 2,4 toluenadione 17,01
3.
Asap Cair 300o C
2 Propanon, n butana, 1 propena 2 ol
Asam isosianat, propil trikhloroasetat,
2 Propanon 1 hidroksi, asetaldehida
7,26
2 Propanon aseton, 1 propena- 2-ol
Asam Asetat, 1,3 benzenadiamin
asap cair kayu pinus adalah asam asetat. Asam asetat merupakan salah satu asam
karboksilat paling sederhana. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah
14
Dengan kondisi berada dalam daerah medan tinggi, asam ini akan menjadi
salah satu pengaruh besar terhadap fenomena flashover pada isolator piring yang
akan menjadi media konduktif pada permukaan isolator tersebut
2.3Teori Isolator
Isolator mempunyai peranan penting pada sistem tenaga listrik untuk
mengisolasi bagian yang bertegangan dan bagian yang tidak bertegangan. Tingkat
isolasi yang digunakan tergantung dari besar tegangan tertinggi sistem dan juga
besarnya polutan yang dapat menggangu kinerja isolator tersebut. Besarnya
tingkat isolasi ini juga sangat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadi
kegagalan isolasi yang dapat menyebabkan kualitas kontinuitas pelayanan listrik
akan menjadi tidak baik.
Isolator dapat ditemui pada setiap bagian sistem tenaga listrik. Selain pada
transmisi, isolator juga dapat ditemui pada jaringan distribusi hantaran udara,
gardu induk dan panel pembagi daya. Pada jaringan distribusi hantaran udara,
isolator digunakan sebagai penggantung atau penopang konduktor. Pada gardu
induk, isolator digunakan sebagai pendukung sakelar pemisah, pendukung
konduktor penghubung dan penggantung rel dengan kerangka pendukung
15
Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dapat dibagi :
Gambar 2.2 Jenis Isolator Tegangan Tinggi[9]
2.3.1 Isolator Piring
Dalam jaringan transmisi hantaran udara, isolator yang umumnya
dipakai adalah isolator rantai yang terdiri dari beberapa isolator piring
yang dihubung seri. Jumlah piringan tersebut ditentukan oleh tingkat
isolasi yang diperlukan dan tingkat polusi daerah yang dilaluinya.
16
Gambar 2.3 Konstruksi Isolator Piring
Adapun persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merancang
suatu isolator adalah sebagai berikut[10]:
1. Isolator harus memiliki kekuatan mekanis yang kuat untuk menahan
beban konduktor, terpaan angin dan lain-lain.
2. Isolator harus menggunakan bahan dengan resistansi yang tinggi
adar tidak terjadi arus bocor yang besar ke tanah.
3. Isolator harus memiiki kekuatan permitivitas yang tinggi agar
memiliki kemampuan dielektrik yang baik.
4. Isolator harus padat dan tidak memiliki celah udara karena dapat
menimbulkan peluahan sebagian.
5. Isolator dapat menahan flashover.
6. Tidak memiliki lekukan runcing agar pada isolator tidak terjadi
medan elektrik yang tinggi.
7. Permukaan isolator harus licin dan bebas partikel runcing.
17
9. Jarak rambat isolator harus diperbesar jika isolator ditempatkan pada
kawasan yang dihuni banyak burung.
10.Bahan perekat harus memiliki kekuatan adhesi yang tinggi.
11.Bentuk dan dimensi sirip harus dibuat sedemikian rupa agar dapat
dengan mudah dibersihkan.
Dilihat dari bentuknya, isolator dibagi menjadi 3 jenis seperti yang
ditunjukan Gambar 2.4[11].
Gambar 2.4 a. Isolator Piring Standar
b. Isolator Anti-Fog
18 Keterangan gambar[12] :
a. Isolator piring dengan desain standar. Isolator ini digunakan pada
daerah dengan bobot polusi rendah seperti yang daerah yang tidak ada
industri.
b. Isolator piring dengan desain anti-fog. Isolator ini dirancang memiliki
kelengkungan yang lebih dalam untuk memperpanjang jarak rambat
arus, digunakan pada daerah dengan polusi tinggi seperti daerah
industri berat.
c. Isolator piring dengan desain aerodinamis. Isolator ini dirancang
memiliki daerah permukaan yang licin sehingga polutan sulit untuk
menempel pada permukaannya. Isolator ini digunakan didaerah gurun.
Dilihat dari bentuk sambungannya, isolator piring dibagi dua, yaitu
isolator dengan kopling bola-sendi dan isolator dengan kopling
clevis-tounge. Isolator piring dengan kopilng bola sendi dapat dilihat pada
Gambar 2.4a dan isolator piring dengan kopling clevis-tounge dapat dilihat
pada Gambar 2.5.
19
2.4Lewat Denyar (Flashover)
Flashover pada isolator hantaran udara merupakan peristiwa pelepasan
muatan melalui permukaan isolator dari konduktor yang bertegangan yang dipikul
isolator ke lengan menara. Peristiwa ini menyebabkan kegagalan isolator dalam
mengisolasi konduktor transmisi dengan lengan menara.
Flashover dapat terjadi pada beberapa kondisi, yaitu pada kondisi
permukaan isolator bersih dan pada kondisi permukaan isolator terpolusi. Saat
permukaan isolator bersih, flashover yang terjadi disebabkan oleh tembusnya
udara di sekitar permukaan. Bila permukaan isolator dilapisi polutan, tahanan
permukaan isolator akan turun sehingga arus bocor akan semakin besar.
2.4.1Mekanisme Lewat Denyar Pada Isolator Bersih
Pada kondisi isolator bersih, peristiwa lewat denyar terjadi karena
tembusnya udara di sekitar permukaan isolator tersebut. Udara
umumnya memiliki sifat isolatif yaitu tidak menghantarkan arus listrik
karena memiliki sedikit elektron bebas. Tetapi sifat udara ini dapat
berubah menjadi konduktif. Berubahnya sifat isolatif menjadi konduktif
karena terjadinya ionisasi dan emisi. Berikut ini akan dijelaskan tentang
ionisasi dan emisi :
Ionisasi
Ionisasi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari ikatan inti atom
netral (molekul netral) sehingga menghasilkan satu elektron bebas dan
20
Berdasarkan penyebabnya ionisasi dapat dibagi menjadi :
a. Ionisasi Radiasi Sinar Kosmis
Ruang diatas bumi secara terus menerus dibombardir dengan
partikel-partikel submikroskopis yang berenergi tinggi. Sebagian
berasal dari matahari (sinar kosmis) dan sebagian berasal dari
pemisahan bahan radio aktif yang setiap menit terjadi di dalam
bumi. Partikel berenergi tinggi ini membentur elektron molekul
netral sehingga elektron terlepas dari molekul netral.
b. Ionisasi Benturan
Gambar 2.6 Proses Ionisasi [12]
Pada Gambar 2.7 diperlihatkan jika dua elektroda dihubungkan ke
sumber tegangan searah, maka diantara kedua elektroda itu timbul
medan elektrik yang arahnya dari anoda ke katoda. Dalam
perjalanannya menuju anoda, elektron itu membentur
21
Jika energi kinetis elektron bebas ( ) >> energi ikat elektron
terikat maka akan terjadi ionisasi. Dimana ion positif akan
mengalami gaya dan bergerak ke katoda dan ion elektron bebas
baru menuju anoda.
Gambar 2.7 Ionisasi Benturan[13]
c. Ionisasi Termal
Jika temperatur gas dalam suatu bejana tertutup dianikkan, maka
molekul-molekul gas akan bersirkulasi dengan kecepatan tinggi
sehingga terjadi benturan antar molekul. Jika temperatur semakin
tinggi, maka kecepatan molekul semakin tinggi, sehingga benturan
antar molekul semakin keras dan dapat membuat terlepasnya
elektron dari molekul netral.
Emisi
Emisi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan logam
22
a. Emisi Termal
Suatu logam jika dipanaskan hingga bertemperatur tinggi maka dari
permukaannya akan dilepaskan elektron-elektron. Elektron tersebut
keluar dari permukaannya dan menjadi elektron bebas di dalam
gas.
b. Emisi Medan Tinggi
Gambar 2.8 Permukaan Logam dan Medan Tinggi[13]
Permukaan suatu logam tidak semuanya mulus, tetapi selalu ada
titik-titik yang runcing seperti pada Gambar 2.8. Elektron pada
ujung runcing akan mengalami gaya yang lebih besar karena
intensitas medan elektrik di titik tersebut relatif lebih besar
dibandingkan dengan intensitas medan elektrik dibagian datar.
c. Emisi Benturan Ion Positif
Suatu ion positif yang berada dalam medan listrik akan bergerak
menuju katoda. Ion postif ini memmiliki energi kinetik saat
23
besar dari gaya elektrostatik logam, maka elektron di permukaan
logam akan keluar dari permukaannya. Jumlah elektron bebas yang
keluar tergantung dari besarnya energi kinetik ion positif saat
membentur permukaan katoda.
2.4.2Teori Townsend Mekanisme Terjadinya Tembus Listrik Udara
Didalam udara terdapat elektron bebas hasil ionisasi radiasi dan
molekul-molekul netral. Apabila kedua elektroda dihubungkan dengan
sumber tegangan, maka akan timbul medan listrik E yang arahnya dari
anoda ke katoda.
Akibat adanya medan listrik, maka elektron bebas mengalami gaya
F yang arahnya berlawanan dengan arah medan listrik.
Karena adanya gaya F maka elektron bebas bergerak dari katoda ke
anoda. Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron bebas membentur
molekul netral. Jika energi kinetik elektron awal lebih besar dari pada
energi ikat elektron molekul netral maka akan terjadi ionisasi.
Ionisasi benturan menghasilkan suatu elektron bebas baru dan satu
ion positif. Elektron-elektron tersebut terus bergerak menuju anoda.
Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron-elektron tersebut
membentur lagi molekul netral sehingga terjadi lagi ionisasi. Akibatnya
jumlah elektron bebas dan ion positif semakin banyak.
Ion positif bergerak menuju katoda. Terjadilah benturan ion positif
dengan dinding katoda. Timbul emisi benturan ion positif. Dari
24
positif dengan dinding katoda. Elektron-elektron baru ini bergerak
menuju anoda. Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron-elektron
baru hasil emisi ion positif membentur lagi molekul netral sehingga
terjadi lagi ionisasi. Jumlah elektron bebas dan ion positif semakin
banyak.
Selama medan listrik masih ada maka proses ionisasi benturan dan
emisi ion positif akan terus berlangsung sehingga terjadi banjiran
elektron dan ion positif. Akibatnya muatan yang berpindah dari katoda ke
anoda semakin banyak. Perpindahan muatan sama dengan arus , sehingga
arus semakin besar maka terjadilah tembus listrik.
2.4.3Mekanisme Lewat Denyar Pada Isolator Terpolusi
Setelah melalui waktu yang lama, isolator- isolator pasangan luar
akan dicemari oleh polutan yang dibawa oleh udara. Polutan tersebut
dapat berupa garam, limbah pabrik dalam bentuk gas seperti gas karbon
dioksida dan sulfur oksida, asap produksi pabrik, kotoran burung, pasir
daerah gurun pasir dan lain sebagainya yang dapat menganggu kinerja
isolator. Polutan ini dapat mempengaruhi konduktivitas permukaan dari
isolator tersebut sehingga dapat menyebabkan kegagalan isolasi.
Proses tersebut dimulai dari polutan yang terkandung diudara dapat
menempel pada permukaan isolator dan berangsur-angsur membentuk
suatu lapisan tipis pada permukaan isolator. Unsur yang paling
berpengaruh pada unjuk kerja isolator adalah garam yang terbawa oleh
25
cuaca lembab, berkabut atau ketika hujan gerimis. Jika cuaca seperti ini
terjadi, maka akan mengalir arus bocor dari kawat fasa jaringan ke tiang
penyangga melalui lapisan konduktif yang menempel di permukaan
isolator dimana resistansi lapisan polutan jauh lebih rendah daripada
resistansi dielektrik padat isolator. Jika jepitan a bertegangan dan jepitan
b dibumikan, maka arus bocor akan mengalir melalui lapisan konduktif
dari jepitan a ke b, sedangkan arus yang melalui dielektrik padat dapat
diabaikan.
Adanya arus bocor ini akan menimbulkan panas yang besarnya
sebanding dengan kuadrat arus bocor dikalikan dengan resistansi lapisan
polutan dari a ke d ( ). Panas yang terjadi mengeringkan lapisan
polutan dan mengakibatkan resistansi lapisan polutan dikawasan jepitan
isolator akan semakin besar. Akibatnya, beda tegangan pada lapisan
polutan yang kering (Vab) semakin besar dan menimbulkan kuat medan
elektrik diantara titik a dan b semakin tinggi. Jika kuat medan elektrik
ini melebihi kekuatan dielektrik udara sekitar isolator, maka akan terjadi
peluahan dari titik a ke titik b. Busur api akibat peluahan ini membuat
lapisan polutan yang kering terhubung singkat, akibatnya arus bocor
akan semakin besar. Proses tersebut akan terus berulang-ulang dan terus
berangsur-angsur sehingga busur api akan semakin panjang dan
akhirnya busur api telah menghubungkan kedua jepitan yang akan
berujung pada peristiwa lewat-denyar pada isolator. Proses tersebut
26
Gambar 2.9 Rangkaian Ekuivalen Isolator Terpolusi
Oleh karena hal tersebut, perlu diketahuinya informasi tentang
tingkat bobot polusi dikawasan yang akan dilintasi jaringan tersebut.
Informasi tersebut digunakan sebagai parameter penentu isolator yang
layak. Dengan standar tersebut, dapat dihitung juga besar jarak rambat
isolator untuk suatu kawasan yang telah diketahui tingkat bobot
polusinya yang dapat dilihat pada Persamaan 2.2[14].
ln = J
RSx V x k
d(2.2)
di mana :
ln = Jarak Rambat nominal minimum (mm)
JRS = Jarak rambat spesifik minimum (mm/kV)
V = Tegangan fasa ke fasa tertinggi sistem (kV)
27
Tabel 2.4 Nilai Jarak Spesifik Untuk Berbagai Tingkat Bobot Polusi
Tingkat Bobot Polusi JRS (mm/kV)
Ringan 16
Sedang 20
Berat 25
Sangat Berat 31
2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tegangan Lewat Denyar
Karena peristiwa lewat denyar disebabkan tembusnya udara di
sekitar permukaan isolator, jadi faktor-faktor yang mempengaruhi lewat
denyar adalah kondisi udara disekitar pemukaan isolator tersebut, yaitu:
a. Temperatur udara. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah
proses ionisasi thermis dan emisi thermis.
b. Tekanan udara. Bila tekanan udara besar, jumlah molekul didalam
udara semakin banyak yang berarti proses ionisasi dapat terjadi lebih
banyak. Tetapi bila tekanan terlalu tinggi, gerakan muatan dari proses
ionisasi akan terhambat sehingga proses ionisasi berikutnya akan
berkurang. Bila tekanan udara terlalu rendah, jumlah molekul yang
sedikit akan menyebabkan proses ionisasi sangat sedikit. Persamaan
faktor koreksi () untuk tegangan pada suhu t C dan tekanan p mmHg
dapat dilihat pada Persamaan 2.3 dan persamaan tegangan lewat denyar
pada suhu 20 C dan tekanan 760 mmHg dapat dilihat pada Persamaan
28
c. Kelembaban udara. Bila kelembaban tinggi, maka kandungan air dalam
udara meningkat sehingga terjadi ionisasi karena air memiliki energi
ikat yang lebih rendah dari kandungan lain dalam udara. Bila
kandungan air semakin banyak maka udara akan lebih mudah
terionisasi dan menyebabkan kekuatan dielektrik udara turun.
Kekuatan dielektrik merupakan kuat medan listrik yang mampu dipikul
oleh suatu bahan dielektrik tanpa kandungan air dalam udara
menyebabkan uadara semakin mudah terionisasi. Hal ini menyebabkan
turunnya tegangan yang diperlukan unutk membuat udara tersebut
29
2.5Pengukuran Tingkat Bobot Polusi
Berdasarkan standar IEC 815, bobot polusi ditetapkan 4 tingkat, yaitu
ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Ada banyak metode untuk menentukan
bobot polusi isolator. Metode yang umum digunakan adalah metode ESDD
(Equivalent Salt Density Deposit) dan tinjauan lapangan. Metode ESDD
dilakukan dengan mengukur deposit garam ekuivalen dari polutan yang
menempel di permukaan isolator.
Penentuan tingkat bobot polusi isolator berdasarkan analisis kualitatif dan
metode ESDD ditunjukan pada Tabel 2.5 berikut:
Tabel 2.5 Tingkat Bobot Polusi Berdasarkan analisis kualitatif dan metode ESDD[14]
No.
yang dilengkapi sarana pembakaran dengan
kepadatan rumah rendah.
Kawasan dengan kepadatan industri rendah
atau pemukiman, tetapi sering terkena angin
dan/atau hujan.
Kawasan pertanian.
Kawasan pegunungan.
Semua kawasan ini harus terletak paling sedikit
10 – 20 km dari laut dan bukan kawasan tebuka
bagi hembusan angin langsung dari laut.
30
Kawasan industri, khususnya yang tidak
menghasilkan asap polusi dan/atau
pemukiman yang dilengkapi sarana
pembakaran dengan kepadatan rumah
sedang.
Kawasan dengan kepadatan rumah tinggi
dan/atau kawasan industri kepadatan
tinggi, tetapi sering terkena angin dan/atau
hujan.
Kawasan terbuka bagi angin laut tetapi
tidak terlalu dekat dengan pantai (paling
sedikit berjarak beberapa kilometer dari
pantai).
0,20
3. Berat
Kawasan dengan kepadatan industri tinggi
dan pinggiran kota besar dengan
kepadatan sarana pembakaran yang tinggi
dan menghasilkan polusi.
Kawasan dekat laut atau kawasan yang
senantiasa terbuka bagi hembusan angin
laut yang relatif kencang.
31
yang khususnya menghasilkan endapan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Berdasarkan berita yang diterbitkan pada redaksi online tentang “Giliran
Pembangkit Terganggu Asap”, menjelaskan bahwa kabut asap memiliki pengaruh
terhadap kontinuitas sistem tenaga listrik. Hal tersebut dijelaskan bahwa kabut
asap memiliki polutan yang menganggu sistem kerja pembangkit PLTGU Borang
di Banyuasin 1 yang mengakibatkan pemadaman listrik selama 4 jam di Sumatera
Selatan dan sebagian Lampung [1].
Hal tersebut merupakan titik masalah bagi negara Indonesia yang
merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan hamparan hutan yang luas,
hampir 100 juta hektar atau sekitar 52,2 % luas wilayah Indonesia [2]. Hal ini
membesarkan kemungkinan Indonesia mengalami kebakaran hutan baik karena
manusia maupun kejadian alam.
Dengan mengacu terhadap masalah diatas, sistem pentransmisian tenaga
listrik Indonesia sampai saat ini menggunakan sistem penyaluran hantaran udara.
Hal ini memungkinkan gangguan terhadap asap kebakaran hutan akan sangat
besar terutama jaringan transmisi yang melewati daerah hutan Indonesia.
Perencanaan isolasi saluran transmisi hantaran udara, dituntut untuk dapat
memperhatikan pengaruh kontaminasi polutan terhadap isolator dan dalam kasus
ini adalah asap hasil kebakaran hutan. Asap akan menimbulkan polutan sejumlah
2
transmisi saluran hantaran udara yaitu isolator piring yang pada umumnya
digunakan.
Pada tulisan ini, penulis akan membahas pengaruh asap hasil bakar kayu
terhadap tegangan flashover AC isolator piring. Dengan dilakukannya penelitian
ini diharapkan akan memberikan jawaban yang nyata terhadap hipotesa yang
muncul di publik.
1.2Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah :
Bagaimana pengaruh tingkat konsentrasi asap terhadap tegangan
flashover ACisolator piring.
Bagaimana pengaruh tingkat bobot polutan yang dihasilkan dari proses
pengasapan hasil bakar kayu terhadap tegangan flashover AC isolator
piring.
Bagaimana pengaruh lama durasi penahanan asap dengan tingkat
konsentrasi asap tertentu terhadap tegangan flashover AC isolator
piring.
Bagaimana pengaruh kondisi asap yang meliputi temperatur dan
kelembaban terhadap tegangan flashover ACisolator piring.
1.3Batasan Masalah
Agar tujuan penulisan sesuai dengan yang diharapkan serta terfokus pada
judul dan bidang yang telah disebutkan diatas, maka penulis membatasi
3
Isolator yang digunakan adalah isolator piring berbahan porselen.
Asap yang dihasilkan dari hasil pembakaran kayu pinus.
Penelitian tidak membahas pengaruh reaksi kimia yang terjadi pada
asap, pengkondisian suhu lingkungan, dan kecepatan angin.
Penelitian membahas pengaruh tingkat konsentrasi pengasapan dan
bobot polusi yang dihasilkan terhadap tegangan flashover AC isolator
piring.
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh asap
hasil bakar kayu terhadap tegangan flashover AC isolator piring.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Memberikan jawaban yang nyata terhadap hipotesa yang muncul
di publik tentang pengaruh asap yang mengganggu kontinuitas
pelayanan listrik.
Memberikan parameter baru dalam penentuan kekuatan isolasi
jaringan transmisi hantaran udara.
Melakukan penyesuaian tingkat kewaspadaan terhadap
kemampuan kekuatan isolasi jaringan transmisi hantaran udara
terhadap daerah rawan gangguan asap.
1.5Metodologi Penulisan
4
1. Studi Literatur
Mengambil bahan dari buku- buku referensi, jurnal, koran, media
elektronik (internet) dan sebagainya.
2. Studi Lapangan
Melakukan eksperimen di Laboratorium Tegangan Tinggi
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU.
3. Studi Bimbingan
Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang telah
ditunjuk oleh pihak Jurusan Teknik Elektro USU, mengenai
masalah-masalah yang timbul selama penulisan Tugas Akhir ini berlangsung.
1.6Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini ditulis dan disusun dalam urutan sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas secara umum karakteristik asap kebakaran hutan dan
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), asap cair kayu pinus, teori isolator piring,
5
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang cara yang harus ditempuh dalam kegiatan
penelitian agar pengetahuan yang akan dicapai dari suatu penelitian dapat
memenuhi kaidah ilmiah.
BAB IV. PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data hasil eksperimen dan proses pengolahan data.
BAB V. ANALISIS PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penganalisaan data dari proses pengolahan data.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari Tugas Akhir
i
ABSTRAK
Tugas akhir ini membahas pengaruh asap hasil bakar kayu terhadap
tegangan flashover AC isolator piring. Dari hasil analisis didapat bahwa semakin
tinggi tingkat konsentrasi asap (PM10 dan gas CO) maka akan sangat
berpengaruh terhadap penurunan tegangan flashover AC isolator piring yaitu
ketika konsentrasi asap mengalami peningkatan dari 41 g/m3 menjadi 20.000
g/m3 untuk konsentrasi PM10 dan dari 2.288,9094 g/m3 menjadi 929.297,2231
g/m3 untuk konsentrasi gas CO mengakibatkan penurunan tegangan flashover
AC dari 61,63 kV menjadi 26,13 kV dalam kondisi standar (suhu 20oC dan
tekanan udara 760 mmHg). Dalam proses pengujian juga didapat bahwa, ketika
proses pengasapan telah selesai, asap hasil bakar kayu akan meninggalkan
sejumlah polutan berupa cairan asam pada isolator piring yang mengakibatkan
penurunan tegangan flashover ACdari 61,63 kV menjadi 49,06 kV dalam kondisi
standar. Sehingga kekuatan dielektrik isolator piring tidak akan kembali dalam
keadaan normal.
TUGAS AKHIR
PENGARUH ASAP HASIL BAKAR KAYU TERHADAP TEGANGAN FLASHOVER AC ISOLATOR PIRING
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Energi Listrik
Oleh :
YOUKI HUTAURUK NIM : 110402025
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
i
ABSTRAK
Tugas akhir ini membahas pengaruh asap hasil bakar kayu terhadap
tegangan flashover AC isolator piring. Dari hasil analisis didapat bahwa semakin
tinggi tingkat konsentrasi asap (PM10 dan gas CO) maka akan sangat
berpengaruh terhadap penurunan tegangan flashover AC isolator piring yaitu
ketika konsentrasi asap mengalami peningkatan dari 41 g/m3 menjadi 20.000
g/m3 untuk konsentrasi PM10 dan dari 2.288,9094 g/m3 menjadi 929.297,2231
g/m3 untuk konsentrasi gas CO mengakibatkan penurunan tegangan flashover
AC dari 61,63 kV menjadi 26,13 kV dalam kondisi standar (suhu 20oC dan
tekanan udara 760 mmHg). Dalam proses pengujian juga didapat bahwa, ketika
proses pengasapan telah selesai, asap hasil bakar kayu akan meninggalkan
sejumlah polutan berupa cairan asam pada isolator piring yang mengakibatkan
penurunan tegangan flashover ACdari 61,63 kV menjadi 49,06 kV dalam kondisi
standar. Sehingga kekuatan dielektrik isolator piring tidak akan kembali dalam
keadaan normal.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini merupakan bagian kurikulum yang harus diselesaikan untuk
memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:
PENGARUH ASAP HASIL BAKAR KAYU TERHADAP TEGANGAN FLASHOVER AC ISOLATOR PIRING
T ugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah
membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu
Krisman Hutauruk dan Remida Rohani br.Nainggolan, serta abang dan
kakak-kakak penulis, yaitu dr.Rita Ully Verawaty br.Hutauruk, Dormatua Siahaan,S.T,
Ricardo Hutauruk,S.KM, Srimawarni Dachi, S.KM, M.Kes, Henny Agustina
br.Hutauruk,S.P, Brando Saragih,S.T.P, Eva Adelina br.Hutauruk,S.E, Vita
Londona br.Hutauruk,A.Md.G dan Sani Rotua br.Hutauruk,A.Md.G yang selalu
memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Selama masa kuliah sampai penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis juga
banyak mendapat dukungan, bimbingan, maupun bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya