• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Ilustrasi Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemarosumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Ilustrasi Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemarosumatera Selatan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI PERAYAAN CAP GO MEH DI PULAU KEMARO SUMATERA SELATAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh :

Allethea Adriane Putri 51910500

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Allethea Adriane Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 22 Januari 1992

Alamat : Komp. District Orange Blok A13 no 5, Cinunuk, Kabupaten Bandung.

Telepon : 08980990937

E-mail : adrianeputri@gmail.com

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

(5)

vi

2.1.1 Ritual Pada Perayaan Cap Go Meh. ... 6

2.1.2 Masyarakat Etnis Tionghoa ... 8

2.1.3 Kehidupan Masyarakat Tionghoa ... 10

2.1.4 Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro ... 10

2.1.5 Kapal Tongkang ... 13

2.1.6 Kapal Tunda ... 14

2.2Sejarah Pulau Kemaro ... 14

2.3Kesenian Barongsai ... 18

2.3.1 Ritual dan Tahapan Pertunjukan Barongsai. ... 20

2.3.2 Makna Simbolisasi Baarongsai ... 24

2.4Media Informasi Buku ... 29

(6)

vii

2.4.2 Fisik Alami Sebuah Buku ... 29

2.4.3 Proporsi Dalam Buku ... 30

2.4.4 Layout ... 30

2.4.5 Warna ... 31

2.4.6 Ilustrasi ... 31

2.5Target Audiens ... 32

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 33

3.1Strategi Perancangan. ... 33

3.2.5 Studi Lokasi dan Properti ... 39

3.2.6 Warna ... 40

BAB IV TEKNIK PRODUKSI DAN MEDIA ... 43

4.1Buku Ilustrasi Cap Go Meh di Pulau Kemaro ... 43

(7)

viii

4.3.1 Pembatas Buku ... 50

4.3.2 Pin ... 51

4.3.3 Gantungan Kunci ... 51

4.3.4 Notes ... 52

4.3.5 Paper Bag ... 52

4.3.6 Paper Craft ... 53

4.3.7 Kaos ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(8)

54

Daftar Pustaka

Arif, C. M.(2013). Barongsai Dan Identitas Muslim di Surabaya. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Cahyono, I. (2011). Upaya Masyarakat Etnis Tionghoa Dalam Melestarikan Tradisi Cap Go Meh Di Pecinaan Semarang.Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Semarang.

Damono, D. S. (2000). Direktori Seni dan Budaya Indonesia. Yayasan Kelola Penerbit:Jakarta.

Kusrianto, A. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. C.V.Andi Offset:Yogyakarta.

Lim, S. (2012). Hidup Lebih Sehat, Senang, Dan Sejahtera Dengan Fengshui.Gramedia Pustaka Utama:Jakarta

Media, Kit. (2010). Cap Go Meh Bogor Street Festival. Bogor: Author.

(9)

55 Riski, R. (2009). Tugboat (Kapal Tunda) Sebagai Sarana Bantu Operasional.

Tersedia di http://rahmat88aceh.wordpress.com/2009/11/14/tug-boat-kapal-tunda-sebagai-sarana-bantu-operasi [diakses pada tanggal 20 Agustus 2014]

Subagia, N. (2012). Pengertian Tentang Barongsai. Tersedia di http://nurhadisubagi21.blogspot.com/2012/08/pengertian-tentang-barongsai.html. [diakses pada tanggal 9 Mei 2014]

Surianto, R. (2008). Layout, Dasar, dan Penerapannya.Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.

Sihombing, D. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. PT. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.

(10)

v KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Perancangan Buku Ilustrasi Perayaan Cap Go Meh Di Pulau Kemaro Sumatera Selatan” tersusun dengan terencana dan waktu yang telah ditentukan.

Pembuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa penyelesain penulisan laporan ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Drs. Hary Lubis, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, serta pihak lainnya yang telah bersedia membantu penulis.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan laporan tugas akhir ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang dapat menyempurnakan penulisan laporan tugas akhir ini.

Bandung, 19 Agustus 2014

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara dengan keberagaman budaya, dimana di setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing yang melambangkan kedaerahannya. Seperti rumah adat dan baju daerah yang berbeda-beda di setiap daerah, tradisi khitan di Bandung, lompat batu di Nias, bahasa sehari-hari dan masih banyak lagi.

Selain kebudayaan lokal yang sudah ada dan telah berkembang, Indonesia juga memiliki beberapa kebudayaan yang dipengaruhi oleh budaya asing. Salah satunya, kebudayaan yang dibawa oleh masyarakat keturunan Tionghoa sejak abad ke-7. Banyak peninggalan-peninggalan bangsa keturunan Tionghoa di Indonesia, seperti bangunan bergaya arsitektur Tionghoa, tradisi-tradisinya, kuliner, dan lain sebagainya.

Saat ini masyarakat keturunan Tionghoa bisa beribadah dengan bebas, bisa kembali merayakan hari raya tanpa adanya halangan, serta festival-festival jalanan yang di adakan setiap memperingati hari raya Imlek. Salah satunya, kebudayaan Tionghoa bisa berkembang luas ada di wilayah Sumatera bagian selatan. Seperti bangunan-bangunan bergaya arsitektur Tionghoa, kuliner, tradisi serta perayaan besar.

(12)

2 perayaan Tahun Baru Imlek. Perayaan Cap Go Meh selalu berhubungan dengan barongsai. Karena menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, barongsai dapat menghilangkan energi negatif dan memberikan suka cita bagi masyarakat Tionghoa. Barongsai merupakan salah satu kesenian dari masyarakat Tionghoa yang bentuknya menyerupai seekor singa.

Perayaan Cap Go Meh di Sumatera Selatan, Palembang berpusat di Pulau Kemaro. Asal mula nama Pulau Kemaro disebabkan saat air sungai pasang pulau ini tidak tenggelam dan tetap kering. Di Pulau Kemaro terdapat makam Putri Palembang. Menurut legenda, pada zaman dahulu, seorang Putri Palembang dikirim untuk menikah dengan seorang anak raja dari Cina. Sang putri meminta 7 guci emas sebagai mas kawinnya. Untuk menghindari bajak laut maka guci-guci emas tersebut ditutup sayuran dan ketika sang anak raja membukanya dilihatnya hanya berisi sayuran, maka guci-guci tersebut dibuangnya ke sungai. Rasa kecewa dan menyesal membuat sang anak raja memutuskan untuk menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam. Sang putri pun ikut menerjunkan diri ke sungai dan juga tenggelam. Sang putri dikuburkan di Pulau Kemaro dan dibangunlah kuil untuk mengenangnya.

(13)

3 Selain itu, kapal tongkang akan disediakan kursi-kursi agar pengunjung merasa nyaman dan tidak lelah saat di perjalanan menuju Pulau Kemaro. Pengunjung yang datang pun beragam tidak hanya masyarakat Tionghoa saja, banyak juga masyarakat pribumi yang datang.

Perayaan Cap Go Meh yang ada di Pulau Kemaro selalu dimeriahkan oleh berbagai atraksi seperti, tarian barongsai, liong, teater yang menceritakan tentang sejarah adanya perayaan Cap Go Meh tersebut, hingga pertunjukan tanjidor. Kemudian, pemotongan kambing pada tengah malam bulan purnama, yang berbeda dengan daerah lain. Kegiatan ini dilakukan setiap perayaan Cap Go Meh untuk menghormati Putri Siti Fatimah. Selain itu, pada saat perayaan Cap Go Meh, Pulau Kemaro banyak pedagang yang menjual ornamen khas masyarakat Tionghoa seperti lampion yang terbuat dari kertas hingga yang dari plastik. Selain itu, ada juga yang menjual aksesoris seperti kalung dan cincin.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diambil pokok permasalahannya, antara lain :

 Adanya perbedaan cara dalam merayakan Cap Go Meh di Pulau

Kemaro, seperti pemotongan kambing pada tengah malam yang tidak ada di tempat lain.

 Legenda Pulau Kemaro yang mempengaruhi adanya perayaan Cap Go

Meh.

 Adanya pemotongan kambing untuk mengohormati Putri Siti Fatimah,

(14)

4 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah diatas, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu bagaimana menyajikan sebuah buku ilustrasi dengan latar belakang legenda Pulau Kemaro yang menjadi tempat diadakannya Perayaan Cap Go Meh serta kegiatan yang dilakukan pada saat perayaan tersebut, agar mudah diterima oleh masyarakat.

1.4 Batasan Masalah

Pada perancangan ini, permasalahan dibatasi pada Perayaan Cap Go Meh yang selalu berpusat di Pulau Kemaro, Sumatera Selatan dan cara mengenalkannya kepada masyarakat Indonesia.

1.5 Tujuan Perancangan

 Untuk memberikan informasi sekaligus mengenalkan Perayaan Cap

(15)

5 BAB II

PERAYAAN CAP GO MEH DI PULAU KEMARO

2.1 Perayaan Cap Go Meh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perayaan adalah pesta (keramaian, dsb) untuk merayakan sesuatu. Sedangkan merayakan adalah memuliakan (memperingati, memestakan) hari raya (hari penting), seperti merayakan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia, merayakan hari lahir, dan lain sebagainya.

Ada beberapa perayaan atau lebih dikenal dengan festival tradisional yang dirayakan oleh masyarakat etnis Tionghoa. Kebudayaan Cina telah ada sekitar 5000 tahun yang lalu. Acara tersebut berasal dari kehidupan sehari-hari ataupun cerita rakyat yang ditulis dari generasi ke generasi.

Alasan utama mengapa perayaan masyarakat Tionghoa menjadi tradisi, itu karena kebudayaan tersebut berkembang dari acara rakyat. Akan tetapi lama kelamaan acara tersebut menjadi sebuah kebiasaan dengan berbagai tujuan yang akhirnya kegiatan tersebut semakin berkembang dan melekat dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa.

Salah satu perayaan yang selalu di rayakan setiap tahunnya yaitu Perayaan Cap Go Meh. Perayaan Cap Go Meh merupakan hari ke-15 setelah tahun baru Imlek dan merupakan hari penutup dari perayaan Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh sendiri mengandung arti “Cap Go, adalah lima belas sedangkan Meh adalah malam”.

(16)

6 Tionghoa memiliki kebiasaan memasang lampion berwarna-warni, maka perayaan Cap Go Meh sering juga disebut Lampion Festival. Masyarakat Tionghoa percaya dengan memasang lampion dapat mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman.

Dalam perayaan Cap Go Meh masyarakat Tionghoa selalu menghidangan makanan yang memiliki kemakmuran, keselamatan, kebahagiaan, dan hidangan tersebut merupakan kesukaan dari leluhur. Aneka kue dibuat lebih manis dari biasanya dengan harapan kehidupan di tahun baru ini jadi lebih manis dari sebelumnya. Masyarakat Tionghoa yang merantau akan pulang pada saat perayaan Cap Go Meh tiba, kemudian pergi ke klenteng bersama keluarganya untuk beribadah dan memohon doa untuk keselamatan di tahun baru ini.

Beberapa negara juga merayakan perayaan ini, seperti Singapura, Malaysia terutama negara yang mayoritasnya Buddhis. Perayaan Cap Go Meh juga dikenal dengan nama Festival Yuanxiao atau Shangyuan Festival. Di Taiwan, Cap Go Meh dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara khususnya di Malaysia, dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa dimana wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut. Beberapa istilah berbeda untuk tiap negara. Seperti Vietnam menyebutnya dengan Festival Tet Nguyen Tieu dan Hongkong menamakannya Festival Yuanxiao atau festival Shangyuan.

2.1.1 Ritual Pada Perayaan Cap Go Meh

(17)

7 dimulai seminggu sebelum tahun baru. Kegiatan ini biasanya diisi dengan upacara yang berhubungan dengan kebersihan, dan rangkaian sembahyang Imlek. Kegiatan ini diantaranya dilakukan dengan menyembahyangi Dewa Dapur (Ciao Kun Kong) pada tanggal 24 bulan 12 Imlek hal ini dilakukan karena pada hari itu juga bertepatan dengan waktu dimana para dewa lainnya kembali ke Langit untuk melapor kepada Tian (Tuhan YME). Kegiatan ritual berlanjut dengan mengadakan sembahyang leluhur di meja abu (hio louw) keluarga. Pada malam tahun baru Imlek, meja abu keluarga kembali semarak dan para umat pun berdatangan menuju klenteng terdekat untuk memasang lilin merah sebagai ungkapan terima kasih dan penghargaan untuk kehidupan yang lebih sukses dan makmur di tahun yang baru.

Ritual dari perayaan Cap Go Meh ini adalah upacara mengusung dewa-dewi utama pelindung masyarakat, yang dikenal sebagai Toapehkong. Dewa-dewi yang di puja ditatahkan kedalam tandu dengan diiring benda-benda pusaka klenteng. Dewa-dewi ini diarak dalam radius tertentu untuk memberikan berkah keselamatan kepada rakyat, bangsa dan negara. Yang Mulia Penguasa Tiga Alam

(Sam Kay Kong) atau Tri Murti (langit, bumi dan air) adalah yang paling utama sekali untuk diarak.

(18)

8 Meskipun Sam Kay Kong diutamakan dalam acara Gotong Toahpekong, namun pada prinsipnya semua dewa-dewi ikut dipestakan dan menurut jalannya alam (Dao), penguasa langit turun ke dunia, memberi berkah pada Cap Go Meh.

Maka dari itu, diusungnya para dewa-dewi dengan berbagai macam perayaan, bukanlah semata-mata merupakan acara hura-hura, namun lebih daripada itu, perayaan tersebut mengandung makna spiritual yang diyakini besar manfaatnya bagi seluruh masyarakat. Dipandang dari sudut ini, keberadaan liong (Tari Liong/Naga) dan barongsai juga memiliki makna spiritual yang mendatangkan keberuntungan dan menyingkirkan kerugian. (Kit Media, 2012, h.7).

2.1.2 Masyarakat Etnis Tionghoa

Istilah masyarakat dalam bahasa Inggris (seperti yang dikutip oleh Indra Cahyono,2011) adalah society (berasal dari kata latin socius, yang berarti kawan) merupakan yang paling lazim dipakai dalam tulisan-tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari. Menurut Koentjaraningrat (seperti yang dikutip oleh Indra Cahyono,2011) masyarakat sendiri berasal dari kata arab syaraka, yang artinya ikut serta, berperan serta. Jadi, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi.

(19)

9 di daerah asal akibat bencana alam, peperangan dan kondisi geografis yang tidak mendukung, mereka juga tertarik oleh kekayaan yang berlimpah di negeri selatan. Didukung oleh kemajuan teknologi angkutan pelayaran yang membantu kelancaran kepergian mereka, terutama yang tinggal di pesisir sebelah selatan Tiongkok daratan. Situasi dalam negeri Tiongkok yang mendapat serangan dari bangsa Manchu dengan kekerasan dan bentrokan dengan para pedagang Eropa adalah faktor utama yang memaksa penduduk Tiongkok untuk meninggalkan tanah airnya.

Para imigran dari Tiongkok ini berasal dari beberapa suku bangsa dan dari daerah yang berbeda. Masyarakat Tionghoa yang masuk ke Indonesia terdiri atas berbagai kelompok suku bangsa dan satu hal yang dapat membedakan kesukuan mereka adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan. Suku-suku itu adalah Hokkian, Hakka, Teo -Chiu, dan Kwang Fu. Suku Hokkian merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan suku lain. Karena kehidupan para imigran Tiongkok ini yang suka berkelompok, berakibat pada penggunaan bahasa pun menjadi khas yang selanjutnya menjadi ciri dari kelompok ini. Itulah yang menyebabkan adanya keragaman suku bangsa, ras, bahasa, dan agama di Indonesia. (Ni Wayan Sartini, 2011, h.5).

(20)

10 perbedaan dengan masyarakat Indonesia lainnya sebagai warga negara Indonesia. (Ni Wayan Sartini, 2011, h.6).

2.1.3 Kehidupan Masyarakat Tionghoa

Kehidupan keagamaan masyarakat Tionghoa mulai mewarnai lembaran ritual di Indonesia. Kesenian seperti Barongsai, tarian Liang Liong, wayang Potehi bisa disaksikan pada saat perayaan hari raya besar masyarakat Tionghoa. Istilah pribumi dan nonpribumi mulai dipertimbangkan karena sebagian besar masyarakat Tionghoa tidak setuju dengan adanya penjulukan tersebut. Begitu juga dengan penyebutan warga keturunan terhadap masyarakat Tionghoa. Mereka ingin disamakan dengan masyarakat lain tanpa adanya perbedaan. Mereka mengaku sebagai masyarakat Indonesia dan mencintai negara Indonesia sebagai tanah air seperti masyarakat lainnya. Banyak hal menarik dalam kehidupan keagamaan masyarakat Tionghoa.

Perayaan keagamaan yang sudah diakui sebagai hari libur nasional adalah perayaan tahun baru Imlek. Pada perayaan tersebut sering kita dengar ucapan

(21)

11 2.1.4 Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro

Perayaan Cap Go Meh setiap tahunnya selalu dirayakan oleh masyarakat Tionghoa dengan mengadakan acara yang berbeda-beda, namun tetap memiliki tujuan yang sama. Di Palembang, Perayaan Cap Go Meh selalu dirayakan di Pulau Kemaro. Ada berbagai macam kegiatan yang selalu diadakan secara rutin setiap tahunnya. Sebenarnya, Perayaan Cap Go Meh bisa dilakukan di klenteng manapun. Namun, karena di Pulau Kemaro memiliki jejak orang Tionghoa yang memiliki cerita cinta yang abadi dari suku yang berbeda yaitu Tan Bun Ann (Pangeran dari negeri Cina) dan Siti Fatimah (Putri Palembang) yang akhirnya dipercaya oleh orang kebanyakan bahwa jika pergi ke Pulau Kemaro dan berdoa, maka akan mendapatkan jodoh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Harun (pengurus Yayasan Tridharma di Pulau Kemaro) mengatakan bahwa berbeda dengan daerah lain, perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro selalu diadakan pada hari ke 13 bukan hari ke 15, kemudian acara sudah ada dari hari ke 12 sampai hari ke 15 sebagai hari penutupnya. Pada perayaan Cap Go Meh akan dipersiapkan beberapa tongkang secara gratis bagi mereka yang ingin ke Pulau Kemaro melalui jalur dari Sungai Musi. Tongkang-tongkang tersebut dihiasi dengan ornamen-ornamen khas negeri Tiongkok, serta terdapat kursi-kursi yang telah disusun agar para penumpang dapat duduk di atas kapal tongkang tersebut.

(22)

12 Di Pulau Kemaro juga memiliki berbagai acara hiburan, seperti barongsai, wayang tradisional Tiongkok, organ tunggal, dan band. Pada hari puncaknya, yaitu pada hari ke 13 akan diadakan ritual menyembelih hewan kambing hitam di depan makam Putri Siti Fatimah. Kegiatan ini dilakukan untuk menghormati Putri Siti Fatimah yang dipercaya memiliki keyakinan Islam.

Ada beberapa persiapan yang selalu dipersiapkan oleh masyarakat Tionghoa menjelang Perayaan Cap Go Meh. Salah satunya, mereka selalu mempersiapkan sedekah untuk fakir miskin, persembahan kepada dewa dan dewi, dan persiapan batin. Kegiatan ini juga tidak hanya bertujuan meminta rezeki di tahun yang baru, tetapi juga bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dewa dewi atas rezeki yang telah diberikan di tahun lalu serta memohon kebahagiaan untuk semua makhluk hidup. Ada juga beberapa orang Tionghoa yang memohon agar Indonesia dilindungi dari mara bahaya.

(23)

13 sebelumnya. Selain itu, biasanya Perayaan Cap Go Meh juga dijadikan ajang silahturahmi dengan keluarga dan teman yang jarang bertemu.

2.1.5 Kapal Tongkang

Kapal tongkang atau ponton merupakan sejenis kapal yang dengan lambung datar atau suatu kotak besar yang mengapung, digunakan untuk mengangkut barang dan di tarik dengan kapal tunda (tugboat). Tongkang atau ponton digunakan juga untuk mengangkut barang yang tidak bisa dilewati melalui jalan darat seperti batu bara, kayu, pasir, alat kontraktor, dan alat berat lainnya.

Tongkang sendiri tidak memiliki sistem pendorong (propulsi) seperti kapal pada umumnya. Pembuatan kapal tongkang juga berbeda karena hanya konstruksi saja, tanpa sistem seperti kapal pada umumnya.

Gambar II.1 Kapal Tongkang (sumber:

(24)

14 2.1.6 Kapal Tunda (Tugboat)

Secara umum, kapal tunda atau tugboat diperlukan untuk membantu menyandarkan kapal ke dan dari dermaga, sesuai dengan kemampuan tenaga pendorong dan peruntukannya yang ditetapkan oleh syahbandar.

Kapal tunda pelabuhan (Port Tugboat) bertugas melayani kapal untuk merapat di dermaga. Untuk melaksanakan tugas ini tergntung dari ukuran kapal, dapat menggunakan satu atau dua buah kapal tunda, atau bahkan tiga kapal. Posisi ketiga tunda ini akan berbeda saat menunda kapal, oleh karena itu kapal tunda dibedakan menurut posisinya saat menunda kapal, yaitu :

- Kapal tunda tarik (towing tugboat)

- Kapal tunda dorong (pushing tugboat)

- Kapal tunda tempel (side tugboat)

Gambar II.2 Kapal Tunda (tugboat)

(sumber : http://3.bp.blogspot.com/-FR5AcOx0kbs/TfR6us-yRcI/AAAAAAAAAAg/NCztuJNt4iw/s374/tugboat%2BS.JPG )

(diakses pada tanggal 18 Juni 2014)

2.2 Sejarah Pulau Kemaro

(25)

15 berarti Kemarau. Karena, menurut masyarakat kota Palembang, pulau tersebut tidak pernah digenangi air, walaupun air dari Sungai Musi sedang tinggi (pasang).

Pulau Kemaro terletak disebuah delta yang berada di tengah-tengah Sungai Musi, sekitar 5 km arah hulu. Di dalam pulau ini terdapat sebuah makam yang diyakini sebagai makam dari Putri Palembang, yaitu Siti Fatimah yang menceburkan diri ke Sungai Musi.

Menurut legenda, pada zaman dahulu Putri Palembang, Siti Fatimah dilamar oleh putra raja dari negeri Tiongkok, yang bernama Tan Bun Ann. Untuk menikahi putrinya, raja Palembang mengajukan persyaratan kepada Tan Bun Ann. Persyaratan tersebut adalah Tan Bun Ann harus menyediakan 7 guci berisi emas. Keluarga Tan Bun Ann pun menyanggupi persyaratan tersebut. Namun, untuk menghindari bajak laut, emas pada guci tersebut dilapisi oleh sayur-mayur tanpa diketahui oleh Tan Bun Ann.

Pada suatu hari rombongan Tan Bun Ann sampai di Palembang dengan membawa 7 guci yang menjadi persyaratan dari raja Palembang. Namun, setelah diminta untuk menunjukkan isi dari guci tersebut oleh Raja Palembang, isi dari guci tersebut hanya sayur-mayur. Tan Bun Ann kaget melihat isi dari guci tersebut, dan langsung membuang guci-guci tersebut ke Sungai Musi tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Pada guci terakhir, guci tersebut terhempas ke dinding kapal dan pecah berantakan, sehingga terlihat kepingan-kepingan emas yang berada di dalamnya.

(26)

16 berkata, “Bila suatu saat ada tanah yang tumbuh di tepi sungai ini, maka di situlah

kuburan saya.” Dan ternyata benar, tiba-tiba dari bawah sungai timbul gundukan

tanah yang akhirnya sekarang menjadi Pulau Kemaro.

Maka dari itu, ketika mengunjungi Pulau Kemaro akan mendapati tiga buah gundukan tanah yang menyerupai batu karang, yang setiap gundukan diberi semacam atap dari kayu dan diberi batu nisan dengan tulisan Tiongkok yang didominasi warna merah. Menurut cerita, gundukan tanah yang di tengah adalah makam sang putri. Sedangkan dua gundukan yang ada di sebelahnya merupakan makam ajudan dari pangeran Tiongkok dan dayang kepercayaan sang putri. Hingga kini makam-makam tersebut masih terawat baik sebagai legenda Pulau Kemaro.

Gambar II.3 Prasasti yang menceritakan Legenda Pulau Kemaro (sumber:

https://lh4.googleusercontent.com/-9tKXVhZsPho/TYMjse_vSeI/AAAAAAAAAGE/DwMwFwxXUH4/s1600/100_1111.JPG) (diakses pada tanggal 29 Desembae 2013)

(27)

17 pasangan muda-mudi yang mengukir nama mereka di pohon tersebut, maka cinta mereka akan berlanjut ke jenjang pernikahan.

Untuk mencapai ke Pulau Kemaro, dapat menggunakan ketek (perahu) atau dengan speedboat, sebab letak Pulau Kemaro berada di tengah-tengah Sungai Musi. Ketek-ketek dan speedboat tersebut bersandar di dermaga yang berada di Benteng Kuto Besak (BKB).

Jika ingin menggunakan ketek, perjalanan dapat memakan waktu hingga 40-50 menit. Pemandangan yang terlihat di bantaran Sungai Musi akan memberikan sensasi sendiri bagi pengunjung. Kemudian, jika ingin menggunakan speedboat perjalanan akan lebih cepat, yaitu sekitar 20 menit. Biaya untuk mencapai Pulau Kemaro dari BKB dengan menggunakan ketek ataupun speedboat cukup murah dengan sistem pulang pergi.

Selain dari dermaga yang ada di BKB, bisa menuju dermaga komperta, Plaju, yang merupakan sebuah komplek perumahan Pertamina. Setelah memasuki komplek perumahan tersebut, harus dilanjutkan dengan berjalan kaki atau menggunakan jasa ojek menuju sebuah dermaga di Sungai Lais. Dari dermaga ini, jarak yang di tempuh menuju Pulau Kemaro lebih singkat, yaitu sekitar 10 menit.

(28)

18 dipakai untuk menyeberang ke Pulau Kemaro. Pada saat Perayaan Cap Go Meh, lalu lintas air di Sungai Musi ditutup hingga Perayaan Cap Go Meh selesai.

2.3 Kesenian Barongsai

Barongsai merupakan sebuah tarian tradisonal dari masyarakat tionghoa dengan menggunakan sebuah kain yang menyerupai seekor singa. Barongsai sendiri berasal dari kata barong yang berasal dari bahasa Indonesia dan sai yang berasal dari dialek Hokkian yang berarti singa, sedangkan dalam bahasa mandarin Barongsai disebut dengan Shi Wu (tarian singa). Namun, dalam perkembangannya sekarang barongsai juga dikategorikan sebagai olahraga.

Penampilan pertunjukan barongsai sering dilakukan pada akhir penutupan tahun baru Imlek, yaitu tanggal 15 dan 1 menurut penanggalan lunar. Di klenteng-klenteng, kuil, maupun vihara dikunjungi umatnya dan merayakan Cap Go Meh.

Pada perayaan Cap Go Meh ini ditampilkan berbagai pertunjukan kesenian seperti wayang potehi, liong dan salah satunya kesenian Barongsai. Terdapat beberapa arti dalam barongsai, yaitu :

1. Menghilangkan energi negatif : suara yang nyaring dari drum dan symbal akan menyucikan atau membersihkan sebuah daerah/tempat yang chi/energi negatif dan jelek, menjadi energi yang baru dan bagus. 2. Mengusir roh halus yang tidak baik : Kekuatan dari tarian dan

(29)

19 3. Membawa keberuntungan : Sebagai simbol kekuatan dan membawa

keberuntungan, dengan keberadaan barongsai.

Dalam pembuatan sebuah barongsai, membutuhkan material-material, sebagai berikut :

11.Aluminium polos dan aluminium bulat 1 inchi, 12.Tali popok,

(30)

20 Pembuatan barongsai dimulai dari kepala, yang memiliki kerumitan dan memerlukan persiapan yang cukup panjang. Dilanjutkan dengan pewarnaan dan menambahkan mata dan telinga. Kemudian, dilanjutkan dengan penambahan hiasan di kepala seperti bulu dan kumis buatan. Setelah itu, langkah terakhir sambungkan bagian kepala dengan bagian tubuh. Pada bagian tubuh dibuat dari kain yang sudah diwarnai dan diberi bulu yang sama dengan bagian kepala.

Dalam memainkan kesenian Barongsai, para pemain harus memiliki keahlian yang khusus dan latihan yang rutin. Para pemain dituntut untuk dapat memainkan permainan di segala medan, ataupun arena, bahkan di tempat dengan luas yang seadanya (minimalis).

2.3.1 Ritual dan Tahapan Pertunjukkan Barongsai

Barongsai memiliki dua kebutuhan, yaitu, untuk ritual dan atraksi. Untuk keperluan ritual, pola gerakan yang sering digunakan lebih banyak bermain di lantai dan monoton. Sedangkan untuk atraksi lebih beragam, dengan menggunakan gerakan di kepala dengan pola segitiga dan sesuai kreatifitas.

Prosesi ritual Barongsai sebenarnya memiliki pola yang berbeda-beda, namun jika dilihat secara mendalam semuanya mengikuti pola gerakan yang sama. Pola tarian itu tersusun secara bertahap yang dikenal sebagai tujuh elemen dasar tari barongsai, yaitu tidur, pembukaan, bermain, pencarian, penutup dan tidur kembali sebagai penutupan ritual tersebut.

(31)

21 kelancaran dalam atraksi barongsai. Dalam ritualnya, diperlukan peralatan khusus, yaitu :

1. Kendi yang berisi bunga mawar dan bunga kenanga yang digunakan untuk memandikan kepala barongsai yang dilakukan oleh suhu atau pimpinan pemain barongsai, kemudian dibacakan doa-doa.

2. Piring kecil yang berisi kue apem dan kue lapis yang digunakan untuk persembahan kepada dewa selaku pemilik dari barongsai.

3. Hio (dupa) yang berjumlah empat buah dan dibakar, kemudian diberikan kepada dewa untuk dipersembahkan, setelah itu diletakkan di kepala barongsai. Setelah itu barongsai dinyatakan sah untuk digunakan.

4. Lilin merah yang dibakar dihadapan dewa langit dan dewa bumi yang ada di klenteng.

Setelah melakukan ritual doa, maka atraksi barongsai sudah dapat dilakukan. Permainan barongsai selalu diawali dengan tahap penghormatan kemudian dilanjutkan dengan tahapan atraksi, dan ditutup dengan prosesi tidur. Tahapan pertunjukan barongsai dapat dijelaskan sebagai berikut :

(32)

22 kepala dan permainan. Aktivitas penghormatan juga ditujukan kepada leluhur dengan harapan permainan yang dilakukan akan berjalan aman, lancar dan tidak ada gangguan apapun.

2. Permainan bendera : dilakukan oleh satu atau dua orang pemain. Bendera yang dibawa adalah bendera perguruan atau bendera simbol masing-masing grup barongsai. Permainan bendera dilakukan dengan melakukan gerakan-gerakan cepat dan dinamis. Bendera diputar-putar dengan kedua tangan di depan dada, kemudian secara cepat dipegang tangan kanan melingkari punggung dan ditangkap oleh tangan kiri. Gerakan-gerakan cepat juga dilakukan dengan memutar bendera melingkari kaki, punggung dan dada.

(33)

23 berkedip-kedip serta telinga yang digerak-gerakkan. Variasi ini dapat menghidupkan suasana, apabila pemain barongsai tampil dan menunjukkan seolah seperti seekor singa yang sedang duduk, jongkok atau sedang merunduk dan siap menangkap mangsanya. Untuk menghidupkan suasana juga, barongsai di lantai menggunakan bola besar dimana barongsai akan berdiri dan berjalan di atas bola tersebut, terkadang pula barongsai melompat-lompat di atas bola tersebut. Sementara itu permainan barongsai tonggak adalah permainan yang menggunakan alat peraga bantu berupa tonggak-tonggak besi yang dijajarkan. Kadangkala antara tonggak-tonggak diberi tali berukuran besar yang digunakan untuk meniti. Permainan barongsai tonggak, menuntut keterampilan pemain, kedisplinan gerak, serta kekompakan kedua pemain depan dan belakang. Permainan barongsai tonggak menunjukkan gerakan akrobarik dengan melompat di antara tonggak-tonggak yang berketinggian satu meter sampai tiga meter. Variasi yang sering dilakukan dalam permainan ini adalah meniti seutas tali.

(34)

24 Dalam melakukan pertunjukkan barongsai juga dikenal beberapa istilah untuk melakukan gerakan dasar, yaitu :

1. Singli yang artinya hormat : gerakan penghormatan, dimana barongsai melakukan gerakan tiga kali, yaitu kiri, kanan dan kiri lagi. Gerakan ini dilakukan sebelum memulai dan ketika permainan berakhir.

2. Ciwato yang artinya gembira : gerakan-gerakan yang memperlihatkan kegembiraan dari barongsai, seperti membuka mulut, mengedipkan mata, melenggokkan ekor barongsai. membersihkan, seperti menjilat kaki, lantai, bangku, dan meja.

6. Tampu yang artinya percobaan : gerakan seperti maju, mundur, seakan-akan gerseakan-akan ini tidak pasti.

7. Cungsan dan siacan yang artinya naik dan turun : gerakan naik dan turun.

2.3.2 Makna Simbolisasi Barongsai

(35)

25 patokan atau standard khusus, hanya untuk memperlihatkan sisi keindahannya saja.

Pada sisi warna barongsai memiliki 4 warna, yaitu warna kuning melambangkan Liu Bei, merah dan hijau yang melambangkan Guan Yu, dan hitam yang melambangkan Zhang Fei. Ketiganya, merupaka tokoh yang berasal dari mitologi Tiongkok yang berjudul Tiga Kerajaan atau Sam Kok. Selain itu, ada pula warna barongsai yang mengikuti tuan rumah suatu klenteng. Misalnya, Klenteng Dewi Kwan Im, barongsainya berwarna putih, sesuai dengan baju yang dipakai oleh Dewi Kwan Im.

Dalam versi hokkian, barongsai warna merah dan kuning digunakan untuk merayaka upacara bahagia, karena orang Tionghoa percaya warna kuning dan terutama warna merah merupakan perlambangan kebahagiaan. Barongsai warna hijau merupakan barongsai tarung, yaitu adu tarung antar barongsai. Barongsai warna hitam untuk acara ritual dan membersihkan barang-barang kotor. Namun, sekarang warna-warna barongsai tidak lagi memiliki arti khusus, karena barongsai lebih banyak digunakan untuk kepentingan hiburan. Pada sisi bentuk barongsai cukup beragam, yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

Kemudian, makna simbolisasi dari tarian barongsai yang kedua lebih tertuju pada pemahaman dan kepercayaan yang diyakini masyarakat Tionghoa, yaitu sebagai penolak balak dan pelancar rezeki. Pada setiap hari raya Imlek dan Cap Go Meh barongsai selalu keluar dan ditampilkan untuk memeriahkan hari raya tersebut.

(36)

26 menghubungkan manusia dengan dunia gaib dan mengusir roh-roh jahat. Penggunaan simbol singa tersebut diyakini sebagai interpretasi sikap keberanian yang harus dimiliki orang Tionghoa. Melalui simbolisasi itu pula diyakini hewan singa memiliki daya magis untuk melakukan pemujaan dan upacara yang terdapat dalam kebudayaan religi. Berdasarkan kepercayaan Buddhisme dan Taoisme bahwa singa digambarkan sebagai pembela keyakinan dan hukum Buddha. Maka, sering terlihat sosok singa sebagai pengawal yang terletak di bagian kuil-kuil Buddha.

Pemaknaan pada tarian barongsai dapat dilihat dari tujuh elemen dasar gerakan barongsai, yaitu tidur, pembukaan, bermain, pencarian, memakan, penutup, dan tidur.

Pada elemen pertama posisi barongsai tidur, terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tidur, bangun dan melakukan pembersihan. Ritual tarian ini dimulai dengan bangkitnya singa dari tidurnya yang memberikan makna bangkitnya semangat layaknya terbitnya fajar baru. Kemudian singa melakukan pembersihan yang memberikan makna pergantian citra yang tidak baik menjadi lebih baik (suci). Setelah aktifitas ini singa menggeleng tiga kali dan naik. Posisi inilah yang menggambarkan bahwa singa kini dalam kondisi murni atau suci dan mampu memberikan berkah.

(37)

27 penghormatan. Bahkan dalam tradisi Tionghoa, gerakan ini diibaratkan sebagai upaya penghormatan kepada seseorang atau sesuatu. Secara mitologis angka tiga merupakan angka kesempurnaan. Layaknya gerakan singa tadi, boleh diibaratkan sebagai bagian dari dua belas binatang (shio), yang dalam tradisi kuno dimaknai sebagai upaya melakukan pembersihan istana dari segala keburukan dan mengembalikannya dalam kondisi bersih atau kesempurnaan, yaitu bersih secara lahir dan batin (tubuh dan rohnya menjadi suci).

(38)

28 Elemen keempat adalah barongsai mencari makanan. Dalam tahap ini barongsai terlibat dalam pertarungan untuk memperebutkan makanan. Gerakan tarian ini dimaknai sebagai sosok pahlawan yang terlibat dalam peperangan rohani dan upaya mempertahankan dirinya dari segala sesuatu yang menghalangi. Dalam lomba seni tradisional bahkan pertujukan, upaya mendapatkan makanan selalu diperebutkan bahkan harus melalui berbagai rintangan yang telah disiapkan. Barongsai yang kuat dan mampu melalui rintangan tersebut, maka dia akan mendapatkan makanan. Karena itu, dibutuhkan keterampilan yang tinggi bagi para pemain barongsai. Gerakan ini memberikan makna bahwa siapapun harus melakukan kerja keras yang ditunjukkan dengan semangat heroik, hingga sesuatu yang diinginkan tercapai, meski harus berhadapan dengan musuh dan berbagai rintangan hidup.

Elemen kelima makan. Makanan barongsai biasanya tergantung di ujung sebuah tali. Biasanya makanan tersebut berjenis selada dan jeruk. Selada, atau

(39)

29 makna rasa syukur terhadap limpahan berkah yang telah diberikan barongsai kepada semua orang.

Elemen keenam penutup. Setelah pemberkatan atau pemberian berkah dilakukan, barongsai kembali pada aktifitasnya semula, membersihkan rambutnya, dan membuat tiga busur. Artinya setelah melaksanakan tugasnya barongsai membersihkan dirinya dan melakukan penghormatan.

Elemen ketujuh posisi barongsai yang tidur kembali sebagai bentukan menutup segala tahapan yang telah dilalui. Ini memberikan makna kehidupan yang telah diberkahi akan kembali berjalan normal, tenang jauh dari segala pengaruh buruk, menuju kehidupan baru yang suci dan bersih. ( Moch Choirul Arif, 2011,h6).

2.4 Media Informasi Buku 2.4.1 Definisi Buku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Menurut Oxford Dictionary, buku adalah hasil karya yang ditulis atau dicetak dengan halaman-halaman yang dijilid pada satu sisi atau hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan.

2.4.2 Fisik Alami Sebuah Buku

(40)

30 diletakkan di sebuah lemari perpustakaan atau di dalam sebuah toko buku dimana ia harus bersaing dengan judul-judul lainnya untuk menarik perhatian.

Buku juga adalah sebuah benda yang nyata, yang memiliki 3 dimensi. Buku adalah sebuah objek fisik, sebuah kumpulan yang bertindak sebagai sistem pencarian informasi. Ia harus dibaca, karena itu legible atau informasi di dalamnya harus dapat diterima dan dimengerti.

2.4.3 Proporsi dalam Buku

Menurut David Dabner (seperti yang dikutip oleh Adi Kusrianto, 2007) dalam memilih bentuk dan ukuran area desain yang akan dibuat, pertimbangan-pertimbangan praktis seperti bentuk, ukuran kertas serta fleksibilitas dari jenis mesin cetak yang tersedia selalu menjadi panduan dan pastikan untuk selalu bekerja dalam apa yang perlu dicapai.

Selain itu, faktor pembiayaan juga dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran. Bentuk potongan melengkung yang tidak biasa atau bentuk yang tidak praktis membuat biaya produksi menjadi mahal, sama halnya dengan pembagian kertas yang tidak ekonomis karena menyebabkan kertas terbuang sia-sia.

2.4.4 Layout

Menurut Frank F Jefkin (seperti yang dikutip oleh Adi Kusrianto, 2007), untuk mendapatkan layout yang baik diperlukan adanya :

(41)

31 3. Keseimbangan dalam layout sehingga terlihat sepadan, serasi, dan

selaras;

4. Irama, yang berupa pengulangan bentuk atau unsur-unsur layout dan warna;

5. Harmoni adalah keselarasan atau keserasian hubungan antara unsur-unsur yang memberikan kesan kenyamanan dan keindahan;

6. Proporsi merupakan suatu perbandingan;

7. Kontras merupakan perpaduan antara warna gelap dan terang.

Layout adalah suatu perancangan huruf dan seni ( fotografi, ilustrasi dan grafik lainnya ) di atas kertas. Ada tiga dasar untuk sebuah layout yang baik yaitu bahwa layout itu harus bekerja, mengorganisir dan menarik perhatian.

2.4.5 Warna

Menurut Russel (seperti yang dikutip oleh Adi Kusrianto, 2007), salah satu unsur yang paling serba guna untuk sebuah desain adalah warna. Warna dapat menarik perhatian dan membantu menciptakan sebuah mood (suasana hati).

Warna dapat mempengaruhi emosi dan tingkah laku kita. Reaksi kita terhapap warna dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor biologis, psikologis, sosial dan budaya.

2.4.6 Ilustrasi

(42)

32 cara yang efektif untuk menunjukkan ide atau konsep yang abstrak. Ilustrasi dapat bersifat humoris, dekoratif, sesuai kenyataan atau serius.

Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna. Adapun fungsi-fungsi khusus ilustrasi antara lain :

1. Memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita.

2. Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah.

3. Memberikan bayangan langkah kerja. 4. Menkomunikasikan cerita.

5. Menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas manusia. 6. Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurang rasa bosan.

2.5 Target Audiens

Target audiens untuk menyampaikan informasi tentang Perayaan Cap Go Meh, yaitu :

1. Demografis :

- Usia remaja awal (13-15 tahun).

- Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan. - Tingkat ekonomi menengah ke atas. 2. Geografis :

- Kota besar di Indonesia. 3. Psikografis :

(43)

33 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan adalah pendekatan komunikasi murni. Karena tujuan dari pembuatan karya ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro yang memiliki berbagai kegiatan saat merayakannya. Penyampaian informasi tersebut akan dikemas dalam bentuk buku ilustrasi. Isi dari buku tersebut berupa sebuah cerita dengan latar belakang legenda dari Pulau Kemaro. Kemudian, akan dijelaskan juga mengapa Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro memiliki sesuatu yang harus dikunjungi, serta penjelasan mengenai kesenian Barongsai.

Dalam pembuatan karya ini dibutuhkan dua unsur penting, yaitu : 1. Pendekatan Visual

(44)

34 2. Pendekatan Verbal

Buku ini akan menyampaikan legenda dari Pulau Kemaro dan penjelasan tentang kegiatan yang ada pada saat Perayaan Cap Go Meh. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baku dan sederhana, dengan harapan pesan yang ingin disampaikan dapat sesuai dengan target audiensnya.

3.1.2 Strategi Kreatif

Pada strategi kreatif, penyampaian materi disampaikan melalui buku ilustrasi dengan gambar beserta penjelasannya. Pada buku ilustrasi ini, diisi dengan cerita mengenai legenda dari Pulau Kemaro, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai kegiatan yang ada di Pulau Kemaro pada saat perayaan Cap Go Meh. Setelah itu, akan ada penjelasan mengenai barongsai yang merupakan kesenian tradisional dari masyarakat Tionghoa yang selalu ada pada saat perayaan Cap Go Meh.

3.1.3 Strategi Media 1. Media Utama

(45)

35 dapat memberikan penjelasan agar lebih mudah diterima oleh target audiens.

2. Media Pedukung

Media pendukung merupakan sebuah media yang diharapkan dapat menunjang promosi dalam penjualan buku. Adapun media pendukung yang di pilih, yaitu :

1. Poster 2. Flyer 3. X-banner 4. Paper bag 5. Pin

6. Gantungan Kunci 7. Kaos

8. Notes 9. Paper Craft

3.1.4 Strategi Distribusi

(46)

36 3.2 Konsep Visual

3.2.1 Format Desain

Format desain buku ilustrasi ini berbentuk portrait atau horizontal, dengan ukuran 14,5cm x 21 cm. Alasannya, ukuran tersebut hampir setara dengan komik dan novel, sehingga dapat mudah digunakan dan dibawa. Buku ini akan mengulas tiga buah cerita, mengenai legenda dari Pulau Kemaro, Perayaan Cap Go Meh, dan Barongsai.

3.2.2 Tata Letak

Untuk tata letak pada buku ini gambar dan teks dibuat hampir sama banyaknya, tujuannya agar beberapa informasi yang ingin disampaikan lebih terfokuskan, dan gambar yang dibuat sebagai gambaran secara luas tentang informasi yang terdapat dalam teks.

Margin menentukan jarak antara pinggir kertas dan teks. Dalam buku ini menggunakan margin simetris, yaitu margin kanan dan margin kiri sama besarnya. Margin pada buku ilustrasi ini berukuran 2,5 cm.

Kemudian ada halaman yang berisi gambar penuh yang bermaksud sebagai transisi dari cerita legenda Pulau Kemaro ke Perayaan Cap Go Meh.

3.2.3 Tipografi

(47)

37 Pada sampul depan pada buku ilustrasi ini, menggunakan font yang dibuat sendiri, yang hanya dibuat khusus untuk kebutuhan pembuatan buku ini.

Pembuatan font memiliki bentuk yang menyerupai dengan atap kelenteng, yang merupakan rumah ibadah dari kepercayaan Tridharma. Terlihat dari bentuk font yang memiliki unsur lengkung dan menajam, sama seperti atap dari klenteng.

Gambar III.1 Font yang terdapat dalam cover. (sumber:dokumen pribadi)

Kemudian font yang digunakan untuk isi dari buku ilustrasinya sendiri menggunakan font Tempus Sans ITC. Alasannya, font tersebut tidak terlihat kaku dan tingkat keterbacaannya juga mudah. Kemudian font ini memberikan kesan klasik dan tradisional.

(48)

38 Gambar III.2 Font Tempus Sans ITC

(sumber:dokumen pribadi)

Penggunaan font pada sinopsis yang terletak di sampul bagian belakang, yaitu menggunakan font Levenim MT. Alasan menggunakan font tersebut, karena font tersebut terlihat simpel dan mudah terbaca.

Gambar III.3 Font Levenim MT (sumber:dokumen pribadi)

3.2.4 Ilustrasi Karakter

(49)

39 karakternya dan menggunakan efek transparansi yang bertujuan membuat bayangan.

Gambar III.4 Karakter Tan Bun Ann (sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar III.5 Karakter Siti Fatimah (sumber : Dokumen Pribadi)

3.2.5 Studi Lokasi dan Properti

(50)

40 Gambar III.6 Ilustrasi pada Pagoda

(sumber:dokumen pribadi)

Gambar III.7 Ilustrasi untuk makam Siti Fatimah (sumber:dokumen pribadi)

3.2.6 Warna

(51)

41 Gambar III.8 Warna yang digunakan

(sumber:dokumen pribadi)

Adapun makna dari warna dari kebudayaan Tionghoa, yaitu : - Warna merah melambangkan antusiasme, semangat dan

keberuntungan. Pernikahan tradisional Tiongkok dianggap

menguntungkan untuk pengantin perempuan. Sedangkan

pengantin pria melambangkan mengantisipasi kebahagiaan.

- Warna Kuning melambangkan kesetiaan, kesungguhan dan kesucian. Dalam masyarakat Tionghoa jubah naga berwarna

kuning merupakan tempat persembunyian resmi kaisar feodal.

Kuning juga merupakan simbol dari kekuasaan kekaisaran serta

kedaulatan.

- Warna hijau melambangkan kehidupan, perdamaian, vitalitas.

Hijau memiliki konotasi pada kedua budaya, Tiongkok dan

Barat. Warna ini muncul dalam ungkapan masyarakat

Tionghoa yang berhubungan dengan pertanian.

(52)

42 - Warna hitam melambangkan keagungan, kesetaraan, keadilan dan kesungguhan. Dalam drama tradisional Cina, aktor yang

wajahnya di cat hitam, memainkan peran karakter yang benar

(53)

43 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Buku Ilustrasi Cap Go Meh di Pulau Kemaro 4.1.1 Media Utama

Pada media utama buku ilustrasi ini berukuran 14,5 cm x 21 cm. Dicetak dengan menggunakan teknik mesin cetak offset dengan bahan baku utama pada isi buku menggunakan kertas Linen berwarna putih, yang kemudian dikemas dengan dijilid Hardcover menggunakan duplex dan dilapisi dengan kertas Manila berwarna putih yang dilaminasi.

4.1.2 Teknis Produksi Media

Dalam pembuatan buku ilustrasi Cap Go Meh di Pulau Kemaro ini terdapat beberapa tahapan, yang bertujuan dengan adanya tahapan yang terstruktur dapat menghasilkan karya yang sesuai dengan harapan.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam pembuatan buku ilustrasi ini, yaitu :

1. Tahap Pertama

(54)

44

Gambar IV.1 Sketsa Digital (sumber : Dokumen Pribadi)

2. Tahap Kedua

Pada tahap kedua, yaitu pewarnaan pada objek. Pewarnaan dilakukan secara digital dengan menggunakan software Adobe Illustrator CS5. Pada tahap ini, warna yang dipilih menggunakan warna yang mendekati sebenarnya.

(55)

45 3. Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga, yaitu proses Layout yang disusun agar memiliki komposisi yang baik. Mode warna yang digunakan adalah RGB, karena pengerjaanya dilakukan di dalam komputer. Kemudian menggunakan warna CMYK untuk di cetak, agar ketika di cetak warna tersebut menyesuaikan dengan warna aslinya.

Gambar IV.3 Proses Layout (sumber : Dokumen Pribadi)

4.1.3 Hardcover

(56)

46 suasana malam hari serta dihiasi dengan kembang api untuk menggambarkan kemeriahan yang terjadi pada saat perayaan Cap Go meh.

Gambar IV.4 Hardcover

(sumber : Dokumen Pribadi)

4.1.4 Isi Buku

Isi buku di cetak pada kertas Linen berwarna putih dengan teknik cetak digital. Konten isi buku ini bobot visual dan teks dibuat sama banyaknya. Isi dari buku ini akan menceritakan tiga bagian, yaitu legenda Pulau Kemaro, Perayaan Cap Go Meh dan Barongsai.

1. Bagian Pertama

(57)

47

Gambar IV.5 Halaman pertama dan kedua (sumber : Dokumen Pribadi)

2. Bagian Kedua

Pada bagian ini menjelaskan tentang pengertian dari perayaan Cap Go Meh. Pada bagian ini juga menceritakan tentang perayaan Cap Go Meh yang ada di Pulau Kemaro. Pada halaman awal bagian ini, berisi gambar klenteng dan lampion yang digambarkan secara penuh satu halaman, yang maksudnya halaman tersebut merupakan transisi dari cerita sebelumnya ke cerita selanjutnya.

(58)

48 3. Bagian Ketiga

Pada bagian ini menjelaskan tentang kesenian barongsai. Sebagai transisi dari bagian sebelumnya, halaman awal pada bagian ini menggunakan gambar barongsai yang di gambarkan satu halaman penuh.

Gambar IV.7 Halaman awal bagian ketiga (sumber : Dokumen Pribadi)

4.2 Media Promosi 4.2.1 Poster

Media pendukung yang dipilih untuk menginformasikan terbitnya buku ilustrasi ini adalah Poster. Layout pada poster ini lebih difokuskan pada judul buku tersebut, serta sinopsinya yang terletak di bawah judul buku.

(59)

49

Gambar IV.8 Poster (sumber : Dokumen Pribadi)

4.2.2 X-banner

Selain poster, media promosi lainnya yang digunakan adalah X-banner yang akan ditempatkan display promosi bertujuan untuk menginformasikan kepada pembeli.

(60)

50 4.2.3 Flier

Flier memiliki fungsi yang sama dengan poster, hanya saja flier memiliki ukuran yang lebih kecil yaitu 9,5 cm x 20 cm, sehingga mudah untuk di bagikan. Flier ini di cetak di Art Paper (120 gr).

Gambar IV.10 Flier (sumber : Dokumen Pribadi)

4.3 Media Pendukung 4.3.1 Pembatas Buku

Pembatas buku di desain seperti paper clip dengan bentuk kepala dari barongsai. Pembatas buku ini merupakan media pendukung yang bisa didapatkan pada saat membeli bukunya.

(61)

51 4.3.2 Pin

Pin mempunyai disain yang sama dengan poster. Pin ini berbentuk lingkaran dengan diameter 5,8 cm di cetak dengan kertas sticker dan dilaminasi dingin. Pin ini akan diberikan kepada 50 pembeli pertama.

Gambar IV.12 Pin (sumber : Dokumen Pribadi)

4.3.3 Gantungan Kunci

Gantungan kunci ini dibuat dari bahan kain flanel yang di isi dengan dakron, sehingga berbentuk bulat, dengan bentuk kepala dari barongsai. Gantungan kunci merupakan media pendukung yang menjadi hadiah dari pembelian buku ilustrasi ini. Gantungan kunci ini dapat dibeli pada saat peluncuran buku.

(62)

52 4.3.4 Notes

Notes ini dibuat dengan ukuran 8 cm x 10 cm, dengan tujuan agar mudah di bawa kemana-mana karena ukurannya yang kecil. Notes ini di cetak dengan Art Paper (150 gr) dan isinya dengan menggunakan kertas hvs. Notes ini dapat dibeli pada saat peluncuran buku.

Gambar IV.14 Notes (sumber : Dokumen Pribadi)

4.3.5 Paper Bag

Disain dari paper bag ini sama dengan poster. Material yang digunakan adalah Art Paper 160 gram yang dicetak dengan teknik cetak digital. Paper bag ini akan diberikan kepada 50 pembeli pertama.

(63)

53 4.3.6 Paper Craft

Paper craft ini merupakan salah satu bagian dari media utama.

Paper craft ini menampilkan tokoh Tan Bun Ann dan Siti Fatimah, dengan tujuan agar pembaca dapat mengenal tokoh dari buku ilustrasi ini. Paper craft ini merupakan media pendukung yang bisa didapatkan pada saat membeli bukunya.

Gambar IV.16 Paper Craft (sumber : Dokumen Pribadi)

4.3.7 Kaos

Kaos dapat merupakan salah satu gimmick yang akan diberikan kepada 50 pembeli pertama.

Gambar IV.17 Kaos (sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar

Gambar II.1 Kapal Tongkang
Gambar II.2 Kapal Tunda (tugboat)
Gambar II.3 Prasasti yang menceritakan Legenda Pulau Kemaro
Gambar III.1 Font yang terdapat dalam cover.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berdasarkan teori penelitian yang telah dibahas diatas, maka metode analisis data yang akan digunakan dalam perancangan buku ilustrasi fashion Korea untuk

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan buku Komik City Guide Pariwisata Kota Surabaya Berbasis Ilustrasi Digital Upaya Mengenalkan Wisata Surabaya ini adalah :

Setelah melakukan proses diatas selanjutnya menarik kesimpulan dari reduksi data mengenai Buku Ilustrasi Dengan Teknik Digital Painting, serta akan digunakan sebagai

Maksud Cultured pada perancangan buku ilustrasi tentang cerita legenda candi Pari dan candi Sumur ini adalah meningkatkan rasa bangga para pemuda masa kini

Hasil perancangan ini adalah buku ilustrasi non fiksi yang di dalamnya mengangkat fashion Korea yang memberikan informasi tentang bagaimana berdandan dan berpakaian ala

Berdasarkan hasil penelitian serta perancangan yang telah dilakukan, maka didapatkanlah kesimpulan mengenai cara merancang buku edukasi berbasis ilustrasi untuk

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan merancang sebuah buku informasi tentang jamu, yang bertujuan untuk memberikan informasi serta menyajikan keanekaragaman

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menyusun karya tugas akhir yaitu membuat buku infografis yang memfokuskan pada penggunaan