• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRI DI SMA NEGERI KOTA TEBING TINGGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRI DI SMA NEGERI KOTA TEBING TINGGI."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRI DI SMA NEGERI KOTA TEBING TINGGI

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Konsentrasi Kepengawasan

Oleh :

ANDI NASUTION NIM : 8146132032

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

Andi Nasution. Penerapan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Kimia Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Inquiri Di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Tesis: Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia dalam Meningkatkan Kemampuan Guru Kimia Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Inquiri Di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Subjek penelitian ini adalah guru kimia di SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Kota Tebing Tinggi sebanyak tujuh orang. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitin tindakan sekolah mengacu kepada model penelitian Kemmis, dirancang dengan proses siklus sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat fase kegiatan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian diperoleh bahwa supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi, dengan hasil sebagai berikut: siklus I rata-rata kemampuan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mencapai nilai sebesar 77,78% dengan kategori Cukup dan siklus II mencapai nilai sebesar 87,94% dengan kategori Baik. Sedangkan untuk penerapan model pembelajaran inquiri pada siklus I mencapai nilai sebesar 74,01% dengan kategori Cukup dan siklus II mencapai nilai sebesar 89,09% dengan kategori Baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia dalam menggunakan model pembelajaran berbasis inquiri di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

(6)

v ABSTRACT

Andi Nasution, The Application of Clinical Supervision to Increase Chemistry Teachers Using Inqury Study Based Learning at State Senior High School Tebing Tinggi. A Thesis : Administration Education Study Program Postgraduate School State University of Medan.2016

This study aims to know whether clinical supervision can increase the chemistry teacher abilities using ingury based learning at state school in Tebing Tinggi.the subjects on this study are chemistry teacher in SMA 1,2,3,4 in Tebing Tinggi, There are seven teacher. The design of this study is school action research deals with kemmish style, designed by using two cycles, every cycles consist of four activities, planning, doing, observing and reblection. The result of this study shows that can increase the chmistry teacher in arronging lesson planning as the

following result. In cycle 1, the average of the teacher ability in arranging lesson planning is 77,78% is enough category, in cycle 2 is 87,94% is in good category. Mean while using inqury based learning at the cycle I is 74,01% in a enough category and the cycle 2 is 89,09% in a good category. The conclusion of

the study is that application of clinical supervision can increase the chemistry theachers in using inqury based learning in state senior high school Tebing Tinggi.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis telah dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul

“PenerapanSupervisiKlinisUntukMeningkatkanKemampuanGuru Kimia Dalam MenggunakanModel Pembelajaran Berbasis Inquiri Di SMA NegeriKota

TebingTinggi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister

Pendidikan pada Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini banyak mengalami

kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai

pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan

Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah memberikan bantuan berupa

beasiswa pendidikan S2 Kepengawasan.

2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

3. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pdselaku Direktur Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

4. Dr. Darwin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan dan

penguji.

5. Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku Sekretasis Program Studi Administrasi

Pendidikan dan penguji.

6. Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku pembimbing I, dan Prof. Dr. Abdul Muin

Sibuea, M.Pd selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan,

arahan, dan motivasi kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai

dengan penyelesaian tesis ini.Dr. YasaratodoWau. M. Pd, Prof. Dr. Benyamin

Situmorang, M.Pd dan Prof. Dr. PaningkatSiburian, M.Pdselaku penguji yang

(8)

vii

7. Para Dosen di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

8. Para staf pegawai Program Studi Administrasi Pendidikan dan Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

9. Ir. H. T. Umar Zunaidi Hasibuan, M.M selaku walikota Tebing Tinggi yang

telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada penulis di Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

10. H. Pardamean Siregar, S.Pd, M.Ap selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota

Tebing Tinggi.

11. Drs. Kasinun selaku Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan Kota Tebing

Tinggi.

12. Drs. Hazairin, M.M selaku pengawas pendamping dan observer peneliti yang

telah meluangkan waktunya membantu penulis dalam melakukan kegiatan

penelitian tesis ini.

13. Drs. Sariono Kepala SMA Negeri 1, Paino, S.Pd, M.Si, Kepala SMA Negeri

2, Albert Napitupulu Kepala SMA Negeri 3dan Gundur Pulungan, M.Si

Kepala SMA Negeri 4 Kota Tebing Tinggi.

14. Para guru kimiadi SMA Negeri 1,SMA Negeri 2, SMA Negeri 3, dan SMA

Negeri 4 Kota Tebing Tinggi.yang telah bersedia menjadi guru latih dalam

kegiatan penelitian tesis ini.

15. Orangtua tercinta Sulhan Nasution dan Gemawati Batubara, serta mertua

tercinta Sanyoto dan Tuginem, yang selalu memberikan do’a dan dukungan

kepada penulis selama perkuliahan.

16. Istri tercinta Suhartati, S.Edan anak-anak tersayang Nurhanifah Nasution,

Amirul Ihsan Nasution danNurbilqis Nasution yang tiada hentinya memberikan do’a, dukungan, dan motivasinyasehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan.

17. Rekan-rekan mahasiswa program studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi

Kepengawasan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Esron

(9)

viii

telah banyak memberikan bantuan moral dan motivasi dalam menyelesaikan

perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisantesis ini masih terdapat

kelemahan-kelemahan sertamasih jauh dari kesempurnaan dan harapan, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah khasanah ilmu

pengetahuan.

Medan, 30Juni 2016 Penulis,

(10)

ix

BAB II. KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 18

A. Kajian Teoretis ... 18

1. Hakikat Kemampuan Guru Menggunakan Model Pembelajaran Inquiri ... 18

C. Definisi Operasional Variabel ... 46

D. Desain Penelitian Tindakan ... 47

H. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

(11)

x

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 62

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 73

B. Pembahasan ... 82

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Implikasi ... 94

C. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Subyek Penelitian ... 46

Tabel 3.2 Skenario Pelaksanaan Program Supervisi Klinis ... 49

Tabel 3.3 Kategori Nilai ... 55

Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil telaah RPP pada Pra Siklus ... 57

Tabel 4.2 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran inquiri Pada Pra Siklus ... 59

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil telaah RPP siklus I ... 68

Tabel 4.4 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran inquiri Siklus I ... 70

Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil telaah RPP siklus II ... 78

Tabel 4.6 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran inquiri Siklus II ... 80

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Telaah RPP Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 82

Tabel 4.8 Rekapitulasi Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun RPP Pada Masing-Masing Aspek Penilaian Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 84

Tabel 4.9 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran inquiri Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 87

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Sekolah ... 48 Gambar 4.1 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menyusun RPP

Pada Pra Siklus ... 58 Gambar 4.2 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun

RPP Masing-Masing Aspek Pada Pra Siklus ... 58 Gambar 4.3 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menerapkan Model

Pembelajaran inquiri Pada Pra Siklus ... 60 Gambar 4.4 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru

Menerapkan Model Pembelajaran inquiri

Masing-Masing Tahapan Pada Pra Siklus ... 60 Gambar 4.5 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menyusun RPP

Siklus I ... 69 Gambar 4.6 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun

RPP Masing-Masing Aspek Pada Siklus I ... 69 Gambar 4.7 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menerapkan

Model Pembelajaran inquiri Siklus I ... 71 Gambar 4.8 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru

Menerapkan Model Pembelajaran inquiri

Masing-Masing Tahapan Pada Siklus I ... 71 Gambar 4.9 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menyusun RPP

Siklus II ... 78 Gambar 4.10 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun

RPP Masing-Masing Aspek Pada Siklus II ... 79 Gambar 4.11 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menerapkan

Model Pembelajaran inquiri Siklus II ... 80 Gambar 4.12 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru

Menerapkan Model Pembelajaran inquiri

Masing-Masing Tahapan Pada Siklus II ... 81 Gambar 4.13 Diagram Rekapilasi Nilai Akhir Kemampuan Guru Menyusun

RPP Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 83 Gambar 4.14 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun

RPP Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 83 Gambar 4.15 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun

RPP Pada Masing-Masing Aspek Penilaian Pra Siklus,

Siklus I, dan Siklus II ... 84 Gambar 4.16 Diagram Rekapilasi Nilai Akhir Kemampuan Guru

Menerapkan Model Pembelajaran inquiri

Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 88 Gambar 4.17 Diagram Pencapaian Persentase Kemampuan Guru

Menerapkan Model Pembelajaran inquiri

Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 88 Gambar 4.18 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru

menerapkan Model Pembelajaran inquiri

Pada Masing-Masing Tahapan Pra Siklus, Siklus I, dan

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Kegiatan Penelitian ... 98 Lampiran 2. Insrtumen Penelaahan RPP... 102 Lampiran 3. Lembar Observasi Penilaian Supervisi Klinis ... 104 Lampiran 4. LembarObservasiKemampuan Guru Menerapkan Model

Pembelajaraninquiri ... 106 Lampiran 5. RPP Model Pembelajaran Inquiri ... 108 Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Telaah RPP Pra Siklus ... 116 Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru

Menerapkan ModelPembelajaran Inquiri Pra Siklus ... 117 Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Telaah RPP Siklus I ... 118 Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru

Menerapkan ModelPembelajaran Inquiri Siklus I ... 119 Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Telaah RPP Siklus II ... 120 Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru

Menerapkan ModelPembelajaran Inquiri Siklus II ... 121 Lampiran 12. Rekapitulasi Data Hasil Telaah RPP Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II ... 122 Lampiran 13. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Kemampuan Guru

Menerapkan Model Pembelajaran Inquiri Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 123 Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tampilan Supervisor Dalam

ProsesSupervisi Klinis ... 124 Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 135 Lampiran 16. Surat Keputusan Pengangkatan Komisi Pembimbing Tesis 143 Lampiran 17. Undangan Seminar Proposal Tesis ... 144 Lampiran 18. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Pascasarjana Unimed . 145 Lampiran 19. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan

Kota Tebing Tinggi ... 146 Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 1 Kota Tebing

Tinggi ... 147 Lampiran 21 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 2Kota Tebing

Tinggi ... 148 Lampiran 22 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 3 Kota Tebing

Tinggi ... 149 Lampiran 23 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 4 Kota Tebing

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu kebijakan

departemen pendidikan Nasional yang dilakasanakan seiring dengan upaya

peningkatan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan memperbaiki

manajemen pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan menjadi

perhatian pemerintah agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang

berkualitas. Untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas tersebut

adalah merupakan tanggung jawab tenaga pendidikan yang professional di

sekolah. Dengan demikian, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan adalah upaya peningkatan kualitas guru dalam menguasai proses

pembelajaran.

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam

peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh karena guru adalah orang

yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar proses

pembelajaran berkualitas maka guru-gurunya juga harus berkualitas dan

professional. Oleh karena itu, profesi sumber daya guru perlu terus menerus

tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara professional.

Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan kemampuan sumber daya guru

adalah melalui supervisi. Supervisi bertujuan untuk memberikan bantuan dan

bimbingan secara professional kepada guru dalam rangka untuk meningkatkan

(16)

2

Menurut UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

UU no. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa guru adalah

pendidik profesional yang mempunyai tugas cukup berat dalam mendidik dan

mengajar peserta didik. Bab IV pasal 8 UU no. 14 Tahun 2005 disebutkan juga

bahwa “ Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional”. Selanjutnya pasal 9 menyatakan : “Kualifikasi

akademik yang dimaksud dalam pasal 8 adalah diperoleh melalui pendidikan

tinggi melalui program sarjana (S-1) atau program diploma empat (D-IV)”.

Demikian juga pada pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa : “kompetensi guru

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi”. Berdasarkan undang – undang di atas maka

kompetensi merupakan salah satu syarat wajib yang harus di miliki bagi guru

profesional.

Pasal 1 ayat 1 Permendiknas N0. 12 Tahun 2007, menegaskan bahwa

untuk dapat diangkat sebagai pengawas sekolah / madrasah seseorang wajib

memenuhi standar pengawas sekolah / madrasah yang berlaku secara nasional.

Pada Permendiknas ini merinci bagaimana standar kualifikasi pendidikan dan

standar kompetensi pengawas sekolah / madrasah TK / RA, SD / MI, SMP / MTs,

SMA / MA dan SMK / MAK. Selain itu, Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor 21 Tahun 2010, pasal 1 butir 1, menyatakan bahwa

(17)

3

ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan

kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.

Undang – undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4

menyatakan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk

meningkatakan mutu pendidikan nasional. Untuk itu, guru sebagai agemn

pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran

dengan sebaik – baiknya dalam kerangka pembangunan pendidikan.

Selain itu, pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif

dalam suasana yang menyenangkan, menggairahkan, menantang, dan memotivasi

peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisikserta psikologis peserta didik. Untuk mewujudkan semua itu

maka diperlukan adanya standar proses pembelajaran. Peraturan pemerintah

Nomor 19 tahun 2005 menyebutkan standar proses pembelajaran meliputi: (1)

perencanaan proses pembelajaran; (2) pelaksanaan proses pembelajaran; (3)

penilaian hasil pembelajaran; dan (4) pengawasan proses pembelajaran.

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang

berkualiatas. Sejalan dengan itu Rusman, (2011: 19) menyatakan bahwa untuk

dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan

mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan kaidah – kaidah guru

profesional. Saefudin (2012: 49) menegaskan bahwa guru yang profesional

adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan,

(18)

4

melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru berdasarkan Undang – Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen pada bab IV pasal 10 ayat 91), yang menyatakan bahwa kompetensi

guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kemampuan mengajar guru adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki

oleh seorang guru yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari kompetensi mutlak

yang harus dimiliki guru untuk mendukung kemampuannya dalam mengajar

sebagai tugasnya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sanjaya (2011 : 13)

yang menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum

pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa

diimbangai dengan kemampuan mengajar guru dalam mengimplementasikannya,

maka semuanya akan kurang bermakana.

Berdasarkan data dari hasil UKG tahun 2015 ditemukan bahwa

kompetensi guru umumnya masih dibawah standar KKM yang sudah ditentukan.

KKM UKG tahun 2015 adalah sebesar 55. “Rata-rata UKG nasional 53,02,

sedangkan pemerintah menargetkan rata-rata nilai di angka 55. Selain itu, rerata

nilai profesional 54,77, sedangkan nilai rata-rata kompetensi pendagogik 48,94,” .

(http://info-menarik.net/hasil-ukg-kemendikbud-tahun-2015/ ).

Hasil sementara menyebutkan nilai rata-rata UKG hanya 53,05. Laporan

nilai pedagogis dan profesional UKG 2015 menunjukkan nilai rata-rata UKG

(19)

5

diikuti sejumlah 2.430.427 orang. Nilai terendah UKG ada di Maluku Utara

dengan hasil 41,96, lalu Aceh 45,27, Sulawesi Barat 46,83, Sulawesi Tengah

46,85, Nusa Tenggara Timur 47.07, Papua Barat 47,52, Papua 47,93, Gorontalo

48,88, Jambi 48,69, Kalimantan Tengah 48,23, Sumatera Selatan 48,62, Sumatera

Utara 48,96, Sulawesi Selatan 49,12, Lampung 49,75, Nusa Tenggara Barat

49,26, dan Bengkulu 50,50. (koran sindo: 2015-12-17).

Dari 2.414 guru yang mengikuti Ujian Kompetensi Guru (UKG) tahun

2015 di Kota Tebingtinggi yang lulus dengan nilai diatas 55 hanya 610 orang (25

persen) dan di bawah nilai 55 sebanyak 1.805 orang (75 persen) dan tidak ikut jian

UKG sebanyak 234 orang.

(http://hariansib.co/view/Sekolah/92099/Hasil-UKG-di-Kota-Tebingtinggi-Hanya-25-Persen-Memperoleh-Diatas-5-5.html#.

VqCLil4ovuo).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pengawas mata

pelajaran MIPA di Kota Tebing pada tanggal 4 Februari 2016, Bapak tersebut

menyarankan agar peneliti melihat kinerja guru dengan melakukan observasi

langsung ke kelas dan bertemu dengan para guru. Lebih lanjut dinyatakan bahwa

untuk melihat kinerja guru mata pelajaran kimia dapat dilihat dari hasil belajar

peserta didik, baik itu dari nilai ulangan harian, ulangan semester ataupun ujian

nasional.

Hasil observasi langsung dengan salah satu guru kimia di SMA Negeri 1

kota Tebing Tinggi menyatakan bahwa hasil belajar kimia peserta didik pada

dasarnya rendah, akan tetapi dengan adanya ketentuan kriteria ketuntasan minimal

(20)

6

rendah dan tidak melewati KKM tersebut akan diadakan remedial sampai peserta

didik tersebut bisa memperoleh nilai yang melewati ambang batas KKM.

Supervisi di sekolah tersebut juga rutin dilakukan setiap tiga bulan, yang

pertama supervisi dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum

kemudian supervisi berikutnya dilakukan oleh pengawas sekolah mata pelajaran

kimia. Akan tetapi supervisi model klinis belum pernah dilakukan. Dari informasi

yang diperoleh juga ternyata musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) kota

Tebing Tinggi untuk mata pelajaran kimia dari 2011 – 2015 vakum atau tidak

pernah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dana, pada tahun 2009 –

2010 MGMP mata pelajaran kimia terlaksana karena adanya dana block grant dari

pemerintah.

Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen pasal 20 ayat (b) mengamanatkan bahwa upaya peningkatan

profesionalisme guru antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, dan kegiatan profesional lainnya. Kegiatan

tersebut sangat dimungkinkan dilaksanakan di Kelompok Kerja Guru (KKG)

untuk tingkat SD, atau di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk

tingkat SMP dan SMA, mengingat wadah ini dijadikan sebagai tempat melakukan

pertemuan bagi guru kelas atau guru mata pelajaran sejenis.

Imron (2012:4 – 5) menyatakan bahwa kenyataan yang terjadi di lapangan

yaitu : (1) seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang sering berubah, (2)

seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang syarat beban, (3) seringnya guru

(21)

7

vaiasi belajar yang baik dan (4) masih belum dapat dijaminnya mutu pendidikan

sebagaimana yang dikehendaki. Kenyataan tersebut merupakan hal – hal yang

biasa dan sering terjadi dalam dunia pendidikan kita. Maka pemerintah harus

berusaha untuk membuat kurikulum yang baku dan memberikan pelatihan –

pelatihan untuk meningkatkan kompetensi para guru di sekolah.

Salah satu kompetensi guru yang berhubungan langsung dengan

kemampuan guru dalam mengembangakan kurikulum yang terkait dengan

pembelajaran adalah kompetensi pedagogik. Menurut Badan Standar Nasional

Pendidikan (2006) dalam Musfah (2011: 31) menjelaskan bahwa kompetensi

pedagogik adalah:

Kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (1) pemahaman wawasan atau landasan pendidikan; (2) pemahaman tentang peserta didik; (3) pengembangan kurikulum/silabus; (4)perencanaan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) evaluasi hasil belajar; dan (7) pengebangan peserta didikuntuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik tersebut sangat relevan dengan salah satu

kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008

tentang guru pasal 52 ayat 1), yang menyatakan bahwa beban kerja guru

mencakup kegiatan pokok yaitu: (1) merencanakan pembelajaran; (2)

melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan

melatih peserta didik; dan (5) melakukan tugas tambahan yang melekat pada

pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.

Kompetensi pedagogik dari seorang guru dapat juga dilihat bagaimana

(22)

8

belajar mengajar. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana

kemampuan guru kimia menerapkan model pembelajaran berbasis inquiri dalam

pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik dari bidang studi kimia yang harus

memadukan antara teori – teori dengan melakukan praktek langsung. Dalam buku

Sani, R.A (2014) pembelajaran berbasis inquiri (IBL) adalah pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk

melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru,

seperti didefenisikan dalam Alberta Learning sebagai berikut.

“inquiri-based learning is a process where students are involved in their learning, formulate questions, investigate widely and then build new understandings, meanings and knowledge”

Metode inquiri menekankan pada proses penyelidikan berbasis pada upaya

menjawab pertanyaan. Inquiri adalah investigasi tentang ide, pertanyaan atau

permasalahan. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium

atau aktivitas lainnya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi.

Proses yang dilakukan mencakup pengumpulan informasi, membangun

pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu

yang diselidiki. Pembelajaran berbasis inquiri mencakup proses mengajukan

permasalahan, memperoleh informasi, berpikir kreatif tentang kemungkinan

penyelesaian masalah, membuat keputusan dan membuat kesimpulan.

Segala upaya telah dilakukan pemerintah dalam mempersiapkan guru

untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah adalah dengan meningkatkan kompetensi guru untuk melakukan

(23)

9

diantaranya dilakukan oleh pengawas sekolah berupa supervisi akademik.

Supervisi memiliki arti upaya yang dilakukan kepada guru dalam melaksanakan

tugas profesionalnya, sehingga guru mampu membantu peserta didik dalam

belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dengan berkembangnya paradigma pembelajaran kontemporer saat ini

pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (teacher centered learning)

bergeser menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered

learning). Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memilih dan menerapkan

model – model pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga proses

pembelajaran akan lebih menarik serta dapat memacu semangat setiap siswa

untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya serta memberi

kesempatan kepada siswa untuk aktif mengkonstruksikan konsep – konsep yang

dipelajarinya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Agung dan Yufridawati

(2013:29) yakni kenyataan di lapangan kerapkali yang menunjukkan seorang guru

yang menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran, bersikap pasif dan

kurang menunjukkan upaya untuk mengatasinya. Salah satu cara yang mungkin

di peroleh adalah dengan meminta bantuan dan bimbingan klinis dari pengawas

sekolah, tetapi hal ini jarang atau tidak dilakukan. Pengawas sekolah kurang

menunjukkan sikap proaktif untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi guru dan

memberikan bantuan dan bimbingan pembelajaran yang diperlukan oleh guru.

Kekurang harmonisan dan sinergitas hubungan kerja menjadi salah satu faktor

(24)

10

Purwanto (2004: 76) menyatakan bahwa supervisi memiliki pemahaman

yang luas, bahwa supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah,

yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah

lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan,

bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru,

serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam

pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode

pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase

seluruh proses pengajaran dan sebagainya. Pemahaman umum bahwa peranan

utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane

dalam Piet A. Sahertian (2010), berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat

memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara

sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Jadi, fungsi supervisi adalah

untuk memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga

ada perbaikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan

utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan (2002:1107). Sedangkan klinis

memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik (575). Sedangkan

supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi

klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari

sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan langsung

pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan

(25)

11

Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis

adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus

yang sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif

terhadap penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses

pembelajaran (John Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). Purwanto juga

menjelaskan bahwa Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis

sebagai berikut:

“Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional”

Adapun Keith Anderson dan Meredith D. Gall mengemukakan bahwa

supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau

kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku

mengajar yang ideal. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi klinis

adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan

perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik. Supervisi klinis adalah

supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk

pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut

(Mukhtar dan Iskandar, 2009:61)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian

supervisi klinis adalah suatu proses bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada

guru yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru,

(26)

12

analisis data secara objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku

mengajar tersebut .

Mukhtar dan Iskandar (2009:59) menjelaskan bahwa supervisi klinis

merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan mengajarnya, dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru

dalam pendidikan pra jabatan maupun latihan dalam jabatan yang memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran

mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan pendahuluan

(pre-conference), observasi mengajar, dan pertemuan balikan

(post-conference)

b. Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun

supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah

laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar kemampuannya sendiri

untuk mengubah tingkah laku mengajarnya di kelas ke arah yang lebih

baik dan terampil, sedangkan bagi supervisor untuk menambah

pengetahuan, pengalaman serta kemampuannya dalam memberikan

bimbingan.

c. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah

pendekatan profesional dan humanis

d. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki keterampilan

(27)

13

e. Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan

pengajaran kepada guru

f. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan

guru

g. Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara obyektif

h. Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih dahulu.

Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar

yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada

pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara

maksimal.

Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah yang ada sekarang ini

menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kompleksnya

keadaan yang ada ini adalah akibat faktor-faktor obyektif yang saling

mempengaruhi sehingga mengakibatkan penurunan hasil belajar. Oleh karena itu

perlu adanya penyelesaian yang dilakukan untuk mengembalikan semangat dan

situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Maunah, 2009:26)

Sedangkan Piet A. Sahertian (2000:25) menambahkan bahwa tujuan

supervisi klinis yaitu:

a. Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap

masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan

seterusnya.

b. Membina guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja

(28)

14

Menurut Acheson dan Gall (1987) dalam Syaiful Sagala (2010:200)

tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan

balik, dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan

kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk

berprilaku yang baik sebagai uapaya pengembangan profesioanal para guru.

Tahapan pelaksanaan supervisi klinis dalam bentuk siklus dimulai

dengan kegiatan pra-observasi atau pertemuan awal pra siklus dan dilanjutkan

pada siklus 1, mengamati (observasi) guru atau siklus 2, dan sesudah pengamatan

(post observasi) melakukan umpan balik siklus 3. Pada semua tahapan ini

supervisor dan guru berusaha ugmemahami dan mengerti mengenai pengamatan

dan perekaman data adalah untuk perbaikan pengajaran yang dilakukan oleh guru.

Pelaksanaan supervisi klinis pada guru harus dilakukan untuk mencari

terobosan improvisasi pelaksanaan pembelajaran. Selain itu supervisi klinis

berupaya membantu guru dengan terlebih dahulu menjalin hubungan yang akrab

dengan pengawas sebagai syarat keberhasilan dalam pelaksanaan supervisi .

Masalah kualitas guru yang rendah dari hasil ujian kompetensi guru yang

masih rendah, kurangnya pengetahuan guru dalam teknik penerapan model

pembelajaran yang bervariasi serta penguasaan guru yang rendah dalam

pembuatan RPP hal ini menunjukkan bahwa rendahnya kinerja guru di Kota

(29)

15

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu

penelitian tindakan sekolah berupa meningkatkan kemampuan guru kimia dalam

menerapkan model pembelajaran inquiri melalui supervisi klinis di SMA Negeri

Kota Tebing Tinggi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, bahwa terdapat

beberapa faktor untuk mengembangkan supervisi klinis. Jadi, secara umum dapat

di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut : (1) rendahnya kemampuan guru

dalam merencanakan pembelajaran; (2) belum terlihat jelas penggunaan model

pembelajaran dalam RPP yang disusun oleh guru; (3) pelaksanaan pembelajaran

masih berpusat pada guru (teacher centered) bukan berpusat pada siswa (student

centered); (4) kemampuan guru melaksanakan model pembelajara inquiri masih

rendah; (5) masih belum terlaksananya musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)

mata pelajaran kimia; (6) supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas

belum maksimal; (7) supervisi klinis yang belum maksimal dilakukan oleh

(30)

16

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti akan membatasi penelitian ini

pada supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru kimia dalam

menggunakan model pembelajaran inquiri di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah penelitian tersebut, rumusan masalahnya

adalah “Apakah dengan penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan

kemampuan guru kimia dalam menggunakan model pembelajaran inquiri di SMA

Negeri Kota Tebing Tinggi?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru kimia dalam menggunakan

model pembelajaran inquiri melalui supervisi kilinis terhadap guru mata pelajaran

kimia di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah pengetahuan tentang penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan

kinerja guru kimia dalam menggunakan model pembelajaran inquiri.

(31)

17

1. Pengawas sekolah : sebagai masukan untuk proses pengembangan supervisi

yang dilakukan pengawas sekolah khususnya yang berkaitan dengan supervisi

klinis, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh komponen

sekolah.

2. Guru : dapat meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi

pedagogik serta mengevaluasi diri dalam proses pembelajaran melalui

suprvisi klinis dalam menggunakan model pembelajaran inquiri.

3. Kepala sekolah : sebagai bahan masukan dalam memberikan bimbingan dan

arahan kepada guru sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu

(32)

93

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitin dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV,

maka peneliti dapat memuat suatu kesimpulan sebagai berikut :

Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia

dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) model inquiri di SMA

Negeri Kota Tebing Tinggi. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian, dimana

persentase pencapaian rata-rata kemampuan guru dalam menyusun RPP model

inquiri pada pra siklus hanya mencapai 61,90% dengan kategori D (kurang), pada

siklus I meningkat menjadi77,78% dengan kategori C(cukup), dan pada siklus II

terjadi peningkatan yang signifikan yakni sebesar 87,94% dengan kategori B

(Baik).

Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia

dalam menerapkan model pembelajaran inquiri di SMA Negeri Kota Tebing

Tinggi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian, dimana persentase pencapaian

rata-rata kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran inquiri pada pra

siklus hanya mencapai 55,95% dengan kategori D (kurang), pada siklus I

meningkatmenjadi74,01% dengan kategori C (cukup), dan pada siklus II terjadi

(33)

94

B. Implikasi

Implikasi dari hasil penelitian ini dinyatakan berdasarkan dari hasil

penelitian dan kesimpulan penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Keberhasilan penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan

guru kimiadalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) model

inquiri di SMA Negeri Kota Tebing Tinggimengimplikasikan perlunya

upaya-upaya sosialisasi model pembelajaran inquiri terhadap guru-guru

dalam rangka peningkatan profesionalisme guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Implikasi ini tidak terbatas hanya pada (1) guru kimia

melainkan dapat diterapkan pada guru yang mengampu mata pelajaran lain;

(2) kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) tetapi juga pada aspek-aspek pembelajaran lainnya seperti

pengembangan bahan ajar, penyusunan desain evaluasi, dan sebagainya.

2. Penerapan supervisi klinis yang telah terbukti dapat meningkatkan

kemampuan guru kimia dalam menerapkan model pembelajaran inquiri di

SMA Negeri Kota Tebing Tinggi memungkinkan pula diterapkan untuk

implementasi model-model pembelajaran lainnya, seperti cooperatif learning,

(34)

95

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi guru tentang pentingnya

proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), interaktif,

dan inspiratif dalam suasana yang menyenangkan, menantang, dan

memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran

serta sebagai alternatif perencanaan dan penerapanmodel pembelajaran

inquiri pada kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi kepala sekolah

dalam melaksanakan perannya sebagai supervisor, agar dapat menggunakan

supervisi klinis dalam meningkatkan kemampuan guru, baik dalam menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran maupun dalam penerapan model

pembelajaran.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi pengawas sekolah dalam

rangka membeerikan alternatif pemecahan masalah pembelajaran yang

dihadapi guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran

secara maksimal sesuai dengan tuntutan kurikulum, terutama yang berkaitan

dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan penerapan

model pembelajaran.

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam

mempertimbangkan kemungkinan penelitian berikutnya yang berkaitan

dengan supervisi klinis demi kesempurnaan pencapaian kualitas

(35)

96

DAFTAR PUSTAKA

Acheson, Keith A. dan Gall, Meredith D. 1980. Techniques in the clinical Supervision of

Teachers, Perspective and Inservice Application. New York : Longman, Inc.

Agung Iskandar, Yufridawati. 2013. Pengembangan Pola Kerja Harmonis Dan Sinergis,

Antara Guru, Kepala Sekolah,dan Pengawas . Jakarta: PT. Bestari Buana Murni.

Edisi Pertama

Azwar, Saifudin. 2012. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Djatmiko, 2002. Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara John. J. Bolla ( 1985 ). Supervisi Klinis . Jakarta : Departemen P dan K , Ditjen Pendidikan Tinggi ( PPLPTK )

Gall, Meredith D. et. al. (2003). Educational Research. Boston : Allyn and Bacon

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Supervisi Pembelajaran dan Manajerial pada Kurikulum 2013. Jakarta Kunandar. 2007. Guru Professional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2006Evaluasi kinerja SDM, Cet ke-II, Bandung: Refika Aditama.

Maunah, Binti. 2009. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Sukses Offset

Mantja, W. 2007. Profesionalisme Tenaga Kependidikan : Manajemen Pendidikan dan

Supervisi Pengajaran, Kumpulan Karya Tulis Terpublikasi. Malang : Elang

Emas.

Mukhtar & Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas.

Mulyasa. 2008. Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan

Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya

(36)

97

Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifiasi Akademik dan

Kompetensi Guru. BSNP

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. BSNP

Pidarta. Made. 2009. Supervisi Pendidikan Konstektual. Jakarta: Rineka Cipta

Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta:Rajawali pres.

Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.Bandung : Alfabeta

Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Rawamangun-Jakarta: Kencana Perdana Media Group

Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Rajawali.Jakarta Sulu Lipu La Sulo. 1998. Supervisi Klinis Pendekatan Bimbingan dalam

Penyelenggaraan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta: Depdikbud

Dirjen Dikti PPGSM.

Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERAL. GURU DAN

Jenis basis krim minyak atsiri daun jeruk nipis tipe apakah yang efektif.. digunakan sebagai antibakteri

sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang bagus, untuk menjadi.. penerus bangsa

Peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak tunagrahita, karena antara orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional yang lebih besar

Hasil pada asuhan kebid anan secara komprehensif pada Ny “P” selama kehamilan trimester III dengan nyeri punggung, pada persalinan nifas, BBL , neonatus dan

Orang yang berhak mengadakan perjanjian tersebut menurut hukumnya yang berlaku sekarang ini tidak saja terbatas pada pemilik tanah itu sendiri, tetapi juga

ditetapkan Undang-undang Darurat tentang penunjukan Pelabuhan Palembang menjadi perusahaan Negara dalam arti "Indische Bedrijvenwet" (Staatsblad 1927 No. bahwa menurut