PENERAPAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRI DI SMA NEGERI KOTA TEBING TINGGI
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Konsentrasi Kepengawasan
Oleh :
ANDI NASUTION NIM : 8146132032
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv ABSTRAK
Andi Nasution. Penerapan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Kimia Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Inquiri Di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Tesis: Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia dalam Meningkatkan Kemampuan Guru Kimia Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Inquiri Di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Subjek penelitian ini adalah guru kimia di SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Kota Tebing Tinggi sebanyak tujuh orang. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitin tindakan sekolah mengacu kepada model penelitian Kemmis, dirancang dengan proses siklus sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat fase kegiatan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian diperoleh bahwa supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi, dengan hasil sebagai berikut: siklus I rata-rata kemampuan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mencapai nilai sebesar 77,78% dengan kategori Cukup dan siklus II mencapai nilai sebesar 87,94% dengan kategori Baik. Sedangkan untuk penerapan model pembelajaran inquiri pada siklus I mencapai nilai sebesar 74,01% dengan kategori Cukup dan siklus II mencapai nilai sebesar 89,09% dengan kategori Baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia dalam menggunakan model pembelajaran berbasis inquiri di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
v ABSTRACT
Andi Nasution, The Application of Clinical Supervision to Increase Chemistry Teachers Using Inqury Study Based Learning at State Senior High School Tebing Tinggi. A Thesis : Administration Education Study Program Postgraduate School State University of Medan.2016
This study aims to know whether clinical supervision can increase the chemistry teacher abilities using ingury based learning at state school in Tebing Tinggi.the subjects on this study are chemistry teacher in SMA 1,2,3,4 in Tebing Tinggi, There are seven teacher. The design of this study is school action research deals with kemmish style, designed by using two cycles, every cycles consist of four activities, planning, doing, observing and reblection. The result of this study shows that can increase the chmistry teacher in arronging lesson planning as the
following result. In cycle 1, the average of the teacher ability in arranging lesson planning is 77,78% is enough category, in cycle 2 is 87,94% is in good category. Mean while using inqury based learning at the cycle I is 74,01% in a enough category and the cycle 2 is 89,09% in a good category. The conclusion of
the study is that application of clinical supervision can increase the chemistry theachers in using inqury based learning in state senior high school Tebing Tinggi.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan tesis ini dengan judul
“PenerapanSupervisiKlinisUntukMeningkatkanKemampuanGuru Kimia Dalam MenggunakanModel Pembelajaran Berbasis Inquiri Di SMA NegeriKota
TebingTinggi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai
pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah memberikan bantuan berupa
beasiswa pendidikan S2 Kepengawasan.
2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
3. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pdselaku Direktur Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
4. Dr. Darwin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan dan
penguji.
5. Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku Sekretasis Program Studi Administrasi
Pendidikan dan penguji.
6. Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku pembimbing I, dan Prof. Dr. Abdul Muin
Sibuea, M.Pd selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai
dengan penyelesaian tesis ini.Dr. YasaratodoWau. M. Pd, Prof. Dr. Benyamin
Situmorang, M.Pd dan Prof. Dr. PaningkatSiburian, M.Pdselaku penguji yang
vii
7. Para Dosen di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.
8. Para staf pegawai Program Studi Administrasi Pendidikan dan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
9. Ir. H. T. Umar Zunaidi Hasibuan, M.M selaku walikota Tebing Tinggi yang
telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada penulis di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
10. H. Pardamean Siregar, S.Pd, M.Ap selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota
Tebing Tinggi.
11. Drs. Kasinun selaku Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan Kota Tebing
Tinggi.
12. Drs. Hazairin, M.M selaku pengawas pendamping dan observer peneliti yang
telah meluangkan waktunya membantu penulis dalam melakukan kegiatan
penelitian tesis ini.
13. Drs. Sariono Kepala SMA Negeri 1, Paino, S.Pd, M.Si, Kepala SMA Negeri
2, Albert Napitupulu Kepala SMA Negeri 3dan Gundur Pulungan, M.Si
Kepala SMA Negeri 4 Kota Tebing Tinggi.
14. Para guru kimiadi SMA Negeri 1,SMA Negeri 2, SMA Negeri 3, dan SMA
Negeri 4 Kota Tebing Tinggi.yang telah bersedia menjadi guru latih dalam
kegiatan penelitian tesis ini.
15. Orangtua tercinta Sulhan Nasution dan Gemawati Batubara, serta mertua
tercinta Sanyoto dan Tuginem, yang selalu memberikan do’a dan dukungan
kepada penulis selama perkuliahan.
16. Istri tercinta Suhartati, S.Edan anak-anak tersayang Nurhanifah Nasution,
Amirul Ihsan Nasution danNurbilqis Nasution yang tiada hentinya memberikan do’a, dukungan, dan motivasinyasehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan.
17. Rekan-rekan mahasiswa program studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi
Kepengawasan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Esron
viii
telah banyak memberikan bantuan moral dan motivasi dalam menyelesaikan
perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisantesis ini masih terdapat
kelemahan-kelemahan sertamasih jauh dari kesempurnaan dan harapan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan.
Medan, 30Juni 2016 Penulis,
ix
BAB II. KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 18
A. Kajian Teoretis ... 18
1. Hakikat Kemampuan Guru Menggunakan Model Pembelajaran Inquiri ... 18
C. Definisi Operasional Variabel ... 46
D. Desain Penelitian Tindakan ... 47
H. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 55
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Hasil Penelitian ... 56
x
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 62
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 73
B. Pembahasan ... 82
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Implikasi ... 94
C. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 96
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Subyek Penelitian ... 46
Tabel 3.2 Skenario Pelaksanaan Program Supervisi Klinis ... 49
Tabel 3.3 Kategori Nilai ... 55
Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil telaah RPP pada Pra Siklus ... 57
Tabel 4.2 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran inquiri Pada Pra Siklus ... 59
Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil telaah RPP siklus I ... 68
Tabel 4.4 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran inquiri Siklus I ... 70
Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil telaah RPP siklus II ... 78
Tabel 4.6 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran inquiri Siklus II ... 80
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Telaah RPP Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 82
Tabel 4.8 Rekapitulasi Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun RPP Pada Masing-Masing Aspek Penilaian Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 84
Tabel 4.9 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran inquiri Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 87
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Sekolah ... 48 Gambar 4.1 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menyusun RPP
Pada Pra Siklus ... 58 Gambar 4.2 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun
RPP Masing-Masing Aspek Pada Pra Siklus ... 58 Gambar 4.3 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menerapkan Model
Pembelajaran inquiri Pada Pra Siklus ... 60 Gambar 4.4 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru
Menerapkan Model Pembelajaran inquiri
Masing-Masing Tahapan Pada Pra Siklus ... 60 Gambar 4.5 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menyusun RPP
Siklus I ... 69 Gambar 4.6 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun
RPP Masing-Masing Aspek Pada Siklus I ... 69 Gambar 4.7 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menerapkan
Model Pembelajaran inquiri Siklus I ... 71 Gambar 4.8 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru
Menerapkan Model Pembelajaran inquiri
Masing-Masing Tahapan Pada Siklus I ... 71 Gambar 4.9 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menyusun RPP
Siklus II ... 78 Gambar 4.10 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun
RPP Masing-Masing Aspek Pada Siklus II ... 79 Gambar 4.11 Diagram Nilai Akhir Kemampuan Guru Menerapkan
Model Pembelajaran inquiri Siklus II ... 80 Gambar 4.12 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru
Menerapkan Model Pembelajaran inquiri
Masing-Masing Tahapan Pada Siklus II ... 81 Gambar 4.13 Diagram Rekapilasi Nilai Akhir Kemampuan Guru Menyusun
RPP Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 83 Gambar 4.14 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun
RPP Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 83 Gambar 4.15 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru Menyusun
RPP Pada Masing-Masing Aspek Penilaian Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II ... 84 Gambar 4.16 Diagram Rekapilasi Nilai Akhir Kemampuan Guru
Menerapkan Model Pembelajaran inquiri
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 88 Gambar 4.17 Diagram Pencapaian Persentase Kemampuan Guru
Menerapkan Model Pembelajaran inquiri
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 88 Gambar 4.18 Diagram Persentase Pencapaian Kemampuan Guru
menerapkan Model Pembelajaran inquiri
Pada Masing-Masing Tahapan Pra Siklus, Siklus I, dan
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Kegiatan Penelitian ... 98 Lampiran 2. Insrtumen Penelaahan RPP... 102 Lampiran 3. Lembar Observasi Penilaian Supervisi Klinis ... 104 Lampiran 4. LembarObservasiKemampuan Guru Menerapkan Model
Pembelajaraninquiri ... 106 Lampiran 5. RPP Model Pembelajaran Inquiri ... 108 Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Telaah RPP Pra Siklus ... 116 Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru
Menerapkan ModelPembelajaran Inquiri Pra Siklus ... 117 Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Telaah RPP Siklus I ... 118 Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru
Menerapkan ModelPembelajaran Inquiri Siklus I ... 119 Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Telaah RPP Siklus II ... 120 Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru
Menerapkan ModelPembelajaran Inquiri Siklus II ... 121 Lampiran 12. Rekapitulasi Data Hasil Telaah RPP Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II ... 122 Lampiran 13. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Kemampuan Guru
Menerapkan Model Pembelajaran Inquiri Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 123 Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tampilan Supervisor Dalam
ProsesSupervisi Klinis ... 124 Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 135 Lampiran 16. Surat Keputusan Pengangkatan Komisi Pembimbing Tesis 143 Lampiran 17. Undangan Seminar Proposal Tesis ... 144 Lampiran 18. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Pascasarjana Unimed . 145 Lampiran 19. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan
Kota Tebing Tinggi ... 146 Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 1 Kota Tebing
Tinggi ... 147 Lampiran 21 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 2Kota Tebing
Tinggi ... 148 Lampiran 22 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 3 Kota Tebing
Tinggi ... 149 Lampiran 23 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 4 Kota Tebing
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu kebijakan
departemen pendidikan Nasional yang dilakasanakan seiring dengan upaya
peningkatan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan memperbaiki
manajemen pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan menjadi
perhatian pemerintah agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas. Untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas tersebut
adalah merupakan tanggung jawab tenaga pendidikan yang professional di
sekolah. Dengan demikian, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah upaya peningkatan kualitas guru dalam menguasai proses
pembelajaran.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh karena guru adalah orang
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar proses
pembelajaran berkualitas maka guru-gurunya juga harus berkualitas dan
professional. Oleh karena itu, profesi sumber daya guru perlu terus menerus
tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara professional.
Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan kemampuan sumber daya guru
adalah melalui supervisi. Supervisi bertujuan untuk memberikan bantuan dan
bimbingan secara professional kepada guru dalam rangka untuk meningkatkan
2
Menurut UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
UU no. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa guru adalah
pendidik profesional yang mempunyai tugas cukup berat dalam mendidik dan
mengajar peserta didik. Bab IV pasal 8 UU no. 14 Tahun 2005 disebutkan juga
bahwa “ Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional”. Selanjutnya pasal 9 menyatakan : “Kualifikasi
akademik yang dimaksud dalam pasal 8 adalah diperoleh melalui pendidikan
tinggi melalui program sarjana (S-1) atau program diploma empat (D-IV)”.
Demikian juga pada pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa : “kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi”. Berdasarkan undang – undang di atas maka
kompetensi merupakan salah satu syarat wajib yang harus di miliki bagi guru
profesional.
Pasal 1 ayat 1 Permendiknas N0. 12 Tahun 2007, menegaskan bahwa
untuk dapat diangkat sebagai pengawas sekolah / madrasah seseorang wajib
memenuhi standar pengawas sekolah / madrasah yang berlaku secara nasional.
Pada Permendiknas ini merinci bagaimana standar kualifikasi pendidikan dan
standar kompetensi pengawas sekolah / madrasah TK / RA, SD / MI, SMP / MTs,
SMA / MA dan SMK / MAK. Selain itu, Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 21 Tahun 2010, pasal 1 butir 1, menyatakan bahwa
3
ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan
kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.
Undang – undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4
menyatakan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatakan mutu pendidikan nasional. Untuk itu, guru sebagai agemn
pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran
dengan sebaik – baiknya dalam kerangka pembangunan pendidikan.
Selain itu, pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif
dalam suasana yang menyenangkan, menggairahkan, menantang, dan memotivasi
peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisikserta psikologis peserta didik. Untuk mewujudkan semua itu
maka diperlukan adanya standar proses pembelajaran. Peraturan pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 menyebutkan standar proses pembelajaran meliputi: (1)
perencanaan proses pembelajaran; (2) pelaksanaan proses pembelajaran; (3)
penilaian hasil pembelajaran; dan (4) pengawasan proses pembelajaran.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang
berkualiatas. Sejalan dengan itu Rusman, (2011: 19) menyatakan bahwa untuk
dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan
mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan kaidah – kaidah guru
profesional. Saefudin (2012: 49) menegaskan bahwa guru yang profesional
adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan,
4
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru berdasarkan Undang – Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pada bab IV pasal 10 ayat 91), yang menyatakan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kemampuan mengajar guru adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki
oleh seorang guru yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari kompetensi mutlak
yang harus dimiliki guru untuk mendukung kemampuannya dalam mengajar
sebagai tugasnya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sanjaya (2011 : 13)
yang menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum
pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa
diimbangai dengan kemampuan mengajar guru dalam mengimplementasikannya,
maka semuanya akan kurang bermakana.
Berdasarkan data dari hasil UKG tahun 2015 ditemukan bahwa
kompetensi guru umumnya masih dibawah standar KKM yang sudah ditentukan.
KKM UKG tahun 2015 adalah sebesar 55. “Rata-rata UKG nasional 53,02,
sedangkan pemerintah menargetkan rata-rata nilai di angka 55. Selain itu, rerata
nilai profesional 54,77, sedangkan nilai rata-rata kompetensi pendagogik 48,94,” .
(http://info-menarik.net/hasil-ukg-kemendikbud-tahun-2015/ ).
Hasil sementara menyebutkan nilai rata-rata UKG hanya 53,05. Laporan
nilai pedagogis dan profesional UKG 2015 menunjukkan nilai rata-rata UKG
5
diikuti sejumlah 2.430.427 orang. Nilai terendah UKG ada di Maluku Utara
dengan hasil 41,96, lalu Aceh 45,27, Sulawesi Barat 46,83, Sulawesi Tengah
46,85, Nusa Tenggara Timur 47.07, Papua Barat 47,52, Papua 47,93, Gorontalo
48,88, Jambi 48,69, Kalimantan Tengah 48,23, Sumatera Selatan 48,62, Sumatera
Utara 48,96, Sulawesi Selatan 49,12, Lampung 49,75, Nusa Tenggara Barat
49,26, dan Bengkulu 50,50. (koran sindo: 2015-12-17).
Dari 2.414 guru yang mengikuti Ujian Kompetensi Guru (UKG) tahun
2015 di Kota Tebingtinggi yang lulus dengan nilai diatas 55 hanya 610 orang (25
persen) dan di bawah nilai 55 sebanyak 1.805 orang (75 persen) dan tidak ikut jian
UKG sebanyak 234 orang.
(http://hariansib.co/view/Sekolah/92099/Hasil-UKG-di-Kota-Tebingtinggi-Hanya-25-Persen-Memperoleh-Diatas-5-5.html#.
VqCLil4ovuo).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pengawas mata
pelajaran MIPA di Kota Tebing pada tanggal 4 Februari 2016, Bapak tersebut
menyarankan agar peneliti melihat kinerja guru dengan melakukan observasi
langsung ke kelas dan bertemu dengan para guru. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
untuk melihat kinerja guru mata pelajaran kimia dapat dilihat dari hasil belajar
peserta didik, baik itu dari nilai ulangan harian, ulangan semester ataupun ujian
nasional.
Hasil observasi langsung dengan salah satu guru kimia di SMA Negeri 1
kota Tebing Tinggi menyatakan bahwa hasil belajar kimia peserta didik pada
dasarnya rendah, akan tetapi dengan adanya ketentuan kriteria ketuntasan minimal
6
rendah dan tidak melewati KKM tersebut akan diadakan remedial sampai peserta
didik tersebut bisa memperoleh nilai yang melewati ambang batas KKM.
Supervisi di sekolah tersebut juga rutin dilakukan setiap tiga bulan, yang
pertama supervisi dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum
kemudian supervisi berikutnya dilakukan oleh pengawas sekolah mata pelajaran
kimia. Akan tetapi supervisi model klinis belum pernah dilakukan. Dari informasi
yang diperoleh juga ternyata musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) kota
Tebing Tinggi untuk mata pelajaran kimia dari 2011 – 2015 vakum atau tidak
pernah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dana, pada tahun 2009 –
2010 MGMP mata pelajaran kimia terlaksana karena adanya dana block grant dari
pemerintah.
Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 20 ayat (b) mengamanatkan bahwa upaya peningkatan
profesionalisme guru antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, dan kegiatan profesional lainnya. Kegiatan
tersebut sangat dimungkinkan dilaksanakan di Kelompok Kerja Guru (KKG)
untuk tingkat SD, atau di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk
tingkat SMP dan SMA, mengingat wadah ini dijadikan sebagai tempat melakukan
pertemuan bagi guru kelas atau guru mata pelajaran sejenis.
Imron (2012:4 – 5) menyatakan bahwa kenyataan yang terjadi di lapangan
yaitu : (1) seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang sering berubah, (2)
seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang syarat beban, (3) seringnya guru
7
vaiasi belajar yang baik dan (4) masih belum dapat dijaminnya mutu pendidikan
sebagaimana yang dikehendaki. Kenyataan tersebut merupakan hal – hal yang
biasa dan sering terjadi dalam dunia pendidikan kita. Maka pemerintah harus
berusaha untuk membuat kurikulum yang baku dan memberikan pelatihan –
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi para guru di sekolah.
Salah satu kompetensi guru yang berhubungan langsung dengan
kemampuan guru dalam mengembangakan kurikulum yang terkait dengan
pembelajaran adalah kompetensi pedagogik. Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (2006) dalam Musfah (2011: 31) menjelaskan bahwa kompetensi
pedagogik adalah:
Kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (1) pemahaman wawasan atau landasan pendidikan; (2) pemahaman tentang peserta didik; (3) pengembangan kurikulum/silabus; (4)perencanaan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) evaluasi hasil belajar; dan (7) pengebangan peserta didikuntuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik tersebut sangat relevan dengan salah satu
kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008
tentang guru pasal 52 ayat 1), yang menyatakan bahwa beban kerja guru
mencakup kegiatan pokok yaitu: (1) merencanakan pembelajaran; (2)
melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan
melatih peserta didik; dan (5) melakukan tugas tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.
Kompetensi pedagogik dari seorang guru dapat juga dilihat bagaimana
8
belajar mengajar. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana
kemampuan guru kimia menerapkan model pembelajaran berbasis inquiri dalam
pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik dari bidang studi kimia yang harus
memadukan antara teori – teori dengan melakukan praktek langsung. Dalam buku
Sani, R.A (2014) pembelajaran berbasis inquiri (IBL) adalah pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk
melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru,
seperti didefenisikan dalam Alberta Learning sebagai berikut.
“inquiri-based learning is a process where students are involved in their learning, formulate questions, investigate widely and then build new understandings, meanings and knowledge”
Metode inquiri menekankan pada proses penyelidikan berbasis pada upaya
menjawab pertanyaan. Inquiri adalah investigasi tentang ide, pertanyaan atau
permasalahan. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium
atau aktivitas lainnya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi.
Proses yang dilakukan mencakup pengumpulan informasi, membangun
pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu
yang diselidiki. Pembelajaran berbasis inquiri mencakup proses mengajukan
permasalahan, memperoleh informasi, berpikir kreatif tentang kemungkinan
penyelesaian masalah, membuat keputusan dan membuat kesimpulan.
Segala upaya telah dilakukan pemerintah dalam mempersiapkan guru
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah adalah dengan meningkatkan kompetensi guru untuk melakukan
9
diantaranya dilakukan oleh pengawas sekolah berupa supervisi akademik.
Supervisi memiliki arti upaya yang dilakukan kepada guru dalam melaksanakan
tugas profesionalnya, sehingga guru mampu membantu peserta didik dalam
belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dengan berkembangnya paradigma pembelajaran kontemporer saat ini
pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (teacher centered learning)
bergeser menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered
learning). Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memilih dan menerapkan
model – model pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga proses
pembelajaran akan lebih menarik serta dapat memacu semangat setiap siswa
untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya serta memberi
kesempatan kepada siswa untuk aktif mengkonstruksikan konsep – konsep yang
dipelajarinya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Agung dan Yufridawati
(2013:29) yakni kenyataan di lapangan kerapkali yang menunjukkan seorang guru
yang menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran, bersikap pasif dan
kurang menunjukkan upaya untuk mengatasinya. Salah satu cara yang mungkin
di peroleh adalah dengan meminta bantuan dan bimbingan klinis dari pengawas
sekolah, tetapi hal ini jarang atau tidak dilakukan. Pengawas sekolah kurang
menunjukkan sikap proaktif untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi guru dan
memberikan bantuan dan bimbingan pembelajaran yang diperlukan oleh guru.
Kekurang harmonisan dan sinergitas hubungan kerja menjadi salah satu faktor
10
Purwanto (2004: 76) menyatakan bahwa supervisi memiliki pemahaman
yang luas, bahwa supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah,
yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah
lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan,
bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru,
serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode
pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase
seluruh proses pengajaran dan sebagainya. Pemahaman umum bahwa peranan
utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane
dalam Piet A. Sahertian (2010), berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat
memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara
sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Jadi, fungsi supervisi adalah
untuk memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga
ada perbaikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan
utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan (2002:1107). Sedangkan klinis
memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik (575). Sedangkan
supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi
klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari
sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan langsung
pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan
11
Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis
adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus
yang sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif
terhadap penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran (John Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). Purwanto juga
menjelaskan bahwa Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis
sebagai berikut:
“Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional”
Adapun Keith Anderson dan Meredith D. Gall mengemukakan bahwa
supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku
mengajar yang ideal. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi klinis
adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan
perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik. Supervisi klinis adalah
supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk
pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut
(Mukhtar dan Iskandar, 2009:61)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
supervisi klinis adalah suatu proses bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada
guru yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru,
12
analisis data secara objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku
mengajar tersebut .
Mukhtar dan Iskandar (2009:59) menjelaskan bahwa supervisi klinis
merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan mengajarnya, dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru
dalam pendidikan pra jabatan maupun latihan dalam jabatan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran
mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan pendahuluan
(pre-conference), observasi mengajar, dan pertemuan balikan
(post-conference)
b. Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun
supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah
laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar kemampuannya sendiri
untuk mengubah tingkah laku mengajarnya di kelas ke arah yang lebih
baik dan terampil, sedangkan bagi supervisor untuk menambah
pengetahuan, pengalaman serta kemampuannya dalam memberikan
bimbingan.
c. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah
pendekatan profesional dan humanis
d. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki keterampilan
13
e. Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan
pengajaran kepada guru
f. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan
guru
g. Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara obyektif
h. Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih dahulu.
Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar
yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada
pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara
maksimal.
Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah yang ada sekarang ini
menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kompleksnya
keadaan yang ada ini adalah akibat faktor-faktor obyektif yang saling
mempengaruhi sehingga mengakibatkan penurunan hasil belajar. Oleh karena itu
perlu adanya penyelesaian yang dilakukan untuk mengembalikan semangat dan
situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Maunah, 2009:26)
Sedangkan Piet A. Sahertian (2000:25) menambahkan bahwa tujuan
supervisi klinis yaitu:
a. Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap
masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan
seterusnya.
b. Membina guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja
14
Menurut Acheson dan Gall (1987) dalam Syaiful Sagala (2010:200)
tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan
balik, dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan
kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk
berprilaku yang baik sebagai uapaya pengembangan profesioanal para guru.
Tahapan pelaksanaan supervisi klinis dalam bentuk siklus dimulai
dengan kegiatan pra-observasi atau pertemuan awal pra siklus dan dilanjutkan
pada siklus 1, mengamati (observasi) guru atau siklus 2, dan sesudah pengamatan
(post observasi) melakukan umpan balik siklus 3. Pada semua tahapan ini
supervisor dan guru berusaha ugmemahami dan mengerti mengenai pengamatan
dan perekaman data adalah untuk perbaikan pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Pelaksanaan supervisi klinis pada guru harus dilakukan untuk mencari
terobosan improvisasi pelaksanaan pembelajaran. Selain itu supervisi klinis
berupaya membantu guru dengan terlebih dahulu menjalin hubungan yang akrab
dengan pengawas sebagai syarat keberhasilan dalam pelaksanaan supervisi .
Masalah kualitas guru yang rendah dari hasil ujian kompetensi guru yang
masih rendah, kurangnya pengetahuan guru dalam teknik penerapan model
pembelajaran yang bervariasi serta penguasaan guru yang rendah dalam
pembuatan RPP hal ini menunjukkan bahwa rendahnya kinerja guru di Kota
15
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu
penelitian tindakan sekolah berupa meningkatkan kemampuan guru kimia dalam
menerapkan model pembelajaran inquiri melalui supervisi klinis di SMA Negeri
Kota Tebing Tinggi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, bahwa terdapat
beberapa faktor untuk mengembangkan supervisi klinis. Jadi, secara umum dapat
di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut : (1) rendahnya kemampuan guru
dalam merencanakan pembelajaran; (2) belum terlihat jelas penggunaan model
pembelajaran dalam RPP yang disusun oleh guru; (3) pelaksanaan pembelajaran
masih berpusat pada guru (teacher centered) bukan berpusat pada siswa (student
centered); (4) kemampuan guru melaksanakan model pembelajara inquiri masih
rendah; (5) masih belum terlaksananya musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)
mata pelajaran kimia; (6) supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas
belum maksimal; (7) supervisi klinis yang belum maksimal dilakukan oleh
16
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti akan membatasi penelitian ini
pada supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru kimia dalam
menggunakan model pembelajaran inquiri di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah penelitian tersebut, rumusan masalahnya
adalah “Apakah dengan penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan
kemampuan guru kimia dalam menggunakan model pembelajaran inquiri di SMA
Negeri Kota Tebing Tinggi?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru kimia dalam menggunakan
model pembelajaran inquiri melalui supervisi kilinis terhadap guru mata pelajaran
kimia di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan tentang penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan
kinerja guru kimia dalam menggunakan model pembelajaran inquiri.
17
1. Pengawas sekolah : sebagai masukan untuk proses pengembangan supervisi
yang dilakukan pengawas sekolah khususnya yang berkaitan dengan supervisi
klinis, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh komponen
sekolah.
2. Guru : dapat meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi
pedagogik serta mengevaluasi diri dalam proses pembelajaran melalui
suprvisi klinis dalam menggunakan model pembelajaran inquiri.
3. Kepala sekolah : sebagai bahan masukan dalam memberikan bimbingan dan
arahan kepada guru sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu
93
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitin dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV,
maka peneliti dapat memuat suatu kesimpulan sebagai berikut :
Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) model inquiri di SMA
Negeri Kota Tebing Tinggi. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian, dimana
persentase pencapaian rata-rata kemampuan guru dalam menyusun RPP model
inquiri pada pra siklus hanya mencapai 61,90% dengan kategori D (kurang), pada
siklus I meningkat menjadi77,78% dengan kategori C(cukup), dan pada siklus II
terjadi peningkatan yang signifikan yakni sebesar 87,94% dengan kategori B
(Baik).
Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kimia
dalam menerapkan model pembelajaran inquiri di SMA Negeri Kota Tebing
Tinggi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian, dimana persentase pencapaian
rata-rata kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran inquiri pada pra
siklus hanya mencapai 55,95% dengan kategori D (kurang), pada siklus I
meningkatmenjadi74,01% dengan kategori C (cukup), dan pada siklus II terjadi
94
B. Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian ini dinyatakan berdasarkan dari hasil
penelitian dan kesimpulan penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Keberhasilan penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan
guru kimiadalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) model
inquiri di SMA Negeri Kota Tebing Tinggimengimplikasikan perlunya
upaya-upaya sosialisasi model pembelajaran inquiri terhadap guru-guru
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Implikasi ini tidak terbatas hanya pada (1) guru kimia
melainkan dapat diterapkan pada guru yang mengampu mata pelajaran lain;
(2) kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) tetapi juga pada aspek-aspek pembelajaran lainnya seperti
pengembangan bahan ajar, penyusunan desain evaluasi, dan sebagainya.
2. Penerapan supervisi klinis yang telah terbukti dapat meningkatkan
kemampuan guru kimia dalam menerapkan model pembelajaran inquiri di
SMA Negeri Kota Tebing Tinggi memungkinkan pula diterapkan untuk
implementasi model-model pembelajaran lainnya, seperti cooperatif learning,
95
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, dapat diberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi guru tentang pentingnya
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), interaktif,
dan inspiratif dalam suasana yang menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran
serta sebagai alternatif perencanaan dan penerapanmodel pembelajaran
inquiri pada kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi kepala sekolah
dalam melaksanakan perannya sebagai supervisor, agar dapat menggunakan
supervisi klinis dalam meningkatkan kemampuan guru, baik dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran maupun dalam penerapan model
pembelajaran.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi pengawas sekolah dalam
rangka membeerikan alternatif pemecahan masalah pembelajaran yang
dihadapi guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran
secara maksimal sesuai dengan tuntutan kurikulum, terutama yang berkaitan
dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan penerapan
model pembelajaran.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam
mempertimbangkan kemungkinan penelitian berikutnya yang berkaitan
dengan supervisi klinis demi kesempurnaan pencapaian kualitas
96
DAFTAR PUSTAKA
Acheson, Keith A. dan Gall, Meredith D. 1980. Techniques in the clinical Supervision of
Teachers, Perspective and Inservice Application. New York : Longman, Inc.
Agung Iskandar, Yufridawati. 2013. Pengembangan Pola Kerja Harmonis Dan Sinergis,
Antara Guru, Kepala Sekolah,dan Pengawas . Jakarta: PT. Bestari Buana Murni.
Edisi Pertama
Azwar, Saifudin. 2012. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Djatmiko, 2002. Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara John. J. Bolla ( 1985 ). Supervisi Klinis . Jakarta : Departemen P dan K , Ditjen Pendidikan Tinggi ( PPLPTK )
Gall, Meredith D. et. al. (2003). Educational Research. Boston : Allyn and Bacon
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Supervisi Pembelajaran dan Manajerial pada Kurikulum 2013. Jakarta Kunandar. 2007. Guru Professional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2006Evaluasi kinerja SDM, Cet ke-II, Bandung: Refika Aditama.
Maunah, Binti. 2009. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Sukses Offset
Mantja, W. 2007. Profesionalisme Tenaga Kependidikan : Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran, Kumpulan Karya Tulis Terpublikasi. Malang : Elang
Emas.
Mukhtar & Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas.
Mulyasa. 2008. Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya
97
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifiasi Akademik dan
Kompetensi Guru. BSNP
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. BSNP
Pidarta. Made. 2009. Supervisi Pendidikan Konstektual. Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta:Rajawali pres.
Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.Bandung : Alfabeta
Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara
Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Rawamangun-Jakarta: Kencana Perdana Media Group
Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Rajawali.Jakarta Sulu Lipu La Sulo. 1998. Supervisi Klinis Pendekatan Bimbingan dalam
Penyelenggaraan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti PPGSM.
Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan